Penerapan Supervisi Kepala Ruangan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Supervisi
2.1.1

Definisi Supervisi

Marquis dan Huston (2010), mengemukakan bahwa supervisi adalah kegiatan
yang direncanakan untuk membantu tenaga keperawatan dalam melakukan
pekerjaan mereka secara efektif. Supervisi tidak hanya sekedar mengontrol
melihat apakah segala kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau
program yang telah ditentukan, tetapi supervisi mencakup penentuan kondisikondisi atau syarat-syarat personal maupun material yang diperlukan untuk
tercapainya tujuan asuhan keperawatan secara efektif dan efesien.
Supervisi berasal dari kata super berarti diatas dan videre berarti melihat.
Dilihat dari asal kata aslinya, supervisi berarti melihat dari atas. Pengertian secara
umum adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh kepala
ruangan terhadap pekerjaan yang dilakukan perawat pelaksana untuk kemudian
bila ditemukan masalah segera diberikan bantuan dan bimbingan yang bersifat
langsung guna mengatasinya (Suarli & Bahtiar, 2012).
Supervisi adalah suatu aktivitas pengawasan yang bisa dilakukan untuk
memastikan bahwa suatu proses pekerjaan dilakukan oleh perawat pelaksana

sesuai dengan yang seharusnya (Simamora, 2012). Sitorus dan Panjaitan (2011)
memaparkan

pengertian

supervisi

adalah

memberikan

bantuan,

7

Universitas Sumatera Utara

8

bimbingan/pengajaran, dukungan pada perawat pelaksana untuk menyelesaikan

pekerjaan sesuai dengan kebijakan dan prosedur, mengembangkan keterampilan
baru, pemahaman yang lebih luas tentang pekerjaan sehingga dapat dengan
mudah untuk melakukannya.
Disimpulkan dari berbagai definisi diatas bahwa supervisi adalah pengamatan
secara langsung dan berkala oleh kepala ruangan terhadap perawat pelaksana
untuk memastikan pekerjaan sesuai dengan seharusnya atau kepala ruangan
memberikan bantuan, bimbingan/pengarahan dan dukungan dengan sabar, adil
serta bijaksana sehingga setiap perawat dapat memberikan asuhan keperawatan
dengan baik, terampil, aman, cepat dan tepat.
2.1.2

Tujuan Supervisi

Tujuan pelaksanaan supervisi secara umum adalah memberikan bantuan
teknis dan bimbingan kepada perawat pelaksana agar perawat pelaksana tersebut
mampu meningkatkan kualitas kinerjanya dalam melaksanakan tugas dan
melakukan proses pelayanan asuhan keperawatan. Sedangkan tujuan khususnya
adalah meningkatkan kinerja perawat pelaksana dalam perannya sebagai
pelayanan asuhan keperawatan sehingga berhasil membantu pasien untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal, meningkatkan efektifitas sistem

pelayanan keperawatan sehingga berdayaguna, berhasil guna, dan keefektifan
sarana dan efesien prasarana untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik,
meningkatkan kualitas pengelolaan pelayanan situasi secara umum (Simamora,
2012).

Universitas Sumatera Utara

9

Sitorus dan Panjaitan (2011) memaparkan tujuan supervisi adalah untuk
mengusahakan lingkungan dan kondisi kerja seoptimal mungkin termasuk
suasana kerja di antara perawat pelaksana dan memfasilitasi penyediaan alat-alat
yang dibutuhkan baik kuantitas maupun kualitas sehingga memudahkan untuk
melaksanakan tugas. Lingkungan kerja harus diupayakan agar perawat pelaksana
merasa bebas untuk melakukan yang terbaik yang dapat dilakukan perawat
pelaksana. Tujuan supervisi adalah mengorientasikan, melatih, membimbing
perawat pelaksana sesuai kebutuhannya serta mengarahkan untuk menggunakaan
kemampuan dan mengembangkan keterampilan baru, memfasilitasi perawat
pelaksana untuk mengembangkan dirinya, menolong dan mengarahkan perawat
pelaksana untuk meningkatkan minat, sikap dan kebiasaan yang baik dalam

bekerja, memberikan bimbingan langsung kepada perawat pelaksana dalam
melaksanakan asuhan keperawatan, mendorong dan meningkatkan perkembangan
professional secara terus menerus dan menjamin standar asuhan.
2.1.3

Manfaat Supervisi

Suarli dan Bahtiar (2012) memaparkan bahwa manfaat supervisi ada dua.
Pertama, supervisi dapat lebih meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan
efektifitas kerja erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan perawat pelaksana, serta makin terbinanya hubungan dan suasana
kerja yang lebih harmonis antara kepala ruangan dan perawat pelaksana. Kedua,
supervisi dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja. Peningkatan efisiensi kerja ini
erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan perawat

Universitas Sumatera Utara

10

pelaksana, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang siasia dapat dicegah.

2.1.4 Fungsi Supervisi
Sitorus dan Panjaitan (2011) Supervisi mempunyai empat fungsi dalam upaya
untuk

mencapai

tujuannya.

Fungsi

tersebut

adalah

perencanaan,

pengorganisasian, pengawasan dan evaluasi. Fungsi supervisi yang pertama
adalah perencanaan. Perencanaan merupakan salah satu fungsi dasar dari
manajemen yang merupakan proses untuk mencapai tujuan dan misi organisasi,
falsafat keperawatan, tujuan unit, sasaran, kebijakan dan prosedur. Supervisor

merencanakan untuk menurunkan lama hari rawat pasien atau mengembangkan
prosedur untuk perawatan pasien.
Fungsi yang kedua adalan pengorganisasian. Proses supervisi menunjukkan
koordinasi terhadap sumber-sumber untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efesien. Supervisor harus dapat menguasai/memahami fungsi pengorganisasian
untuk merestrukturisasi dan mereformulasikan antara perubahan manusia dan
sumber-sumber material pada waktu yang pendek.
Fungsi yang ketiga adalah pengawasan dan evaluasi. Supervisi bertanggung
jawab mengawasi lingkungan dan mengukur hasil proses kerja. Fungsi
pengawasan meliputi perhatian terhadap sistem alur kerja, system informasi,
model pemberian asuhan pasien, liburan staf, upah staf, dan promosi. evaluasi
membantu untuk menentukan hasil pengawasan dan biasanya prosedur dan
pedoman digunakan untuk mengkaji hasil kerja dalam mendapatkan informasi

Universitas Sumatera Utara

11

tentang tujuan kerja, kegiatan, hasil, dampak, dan biaya. Proses supervisi
menggunakan prosedur yang sistematik untuk mengevaluasi kinerja secara

periodik.
Fungsi yang keempat adalah pengawasan dan evaluasi terhadap standar
organisasi. Standar menggambarkan harapan terhadap ukuran penampilan/kinerja
dalam wilayah yang spesifik. Standar menunjukkan nilai-nilai organisasi, dimana
nilai-nilai dan standar tersebut merupakan pedoman dari struktur organisasi,
praktik keperawatan, sistem keperawatan dan pengembangan SDM keperawatan.
2.1.5

Pelaksanaan Supervisi

Pelaksana atau yang bertanggung jawab dalam melaksanakan supervisi adalah
kepala ruangan yang memiliki kelebihan dalam suatu organisasi di Rumah Sakit.
Idealnya, kelebihan tersebut tidak hanya dari aspek status dan kedudukan, tetapi
juga pengetahuan dan keterampilan, maka untuk melaksanakan supervisi dengan
baik ada beberapa syarat atau beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh
pelaksana supervisi (supervisor). Karakteristik yang dimaksud adalah sebagai
berikut sebaiknya pelaksanaan supervisi dilakukan oleh kepala ruangan langsung,
pelaksanaan supervisi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup
untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi, pelaksanaan supervisi harus
memiliki keterampilan melakukan supervisi, pelaksanaan supervisi harus

memiliki sifat edukatif dan suportif, bukan otoriter, pelaksanaan supervisi harus
mempunyai waktu yang cukup, sabar dan selalu berupaya meningkatkan

Universitas Sumatera Utara

12

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku bawahan yang disupervisi (Suarli &
Bahtiar, 2012).
2.1.6

Prinsip Supervisi

Beberapa prinsip pokok yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut yaitu
pelaksanaan supervisi difokuskan untuk lebih meningkatkan kinerja perawat
pelaksana bukan untuk mencari kesalahan yang dilakukan langsung oleh kepala
ruangan. Peningkatkan kinerja ini dilakukan dengan melakukan pengamatan
langsung terhadap pekerjaan perawat pelaksana, untuk kemudian apabila
ditemukan masalah segera diberikan bimbingan, petunjuk atau bantuan untuk
mengatasinya. Sifat supervisi harus edukatif dan suportif bukan otoriter. Supervisi

harus dilakukan secara teratur dan berkala, karena supervisi yang hanya dilakukan
sekali bukan supervisi yang baik. Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikian
rupa sehingga terjalin kerja sama yang baik antara kepala ruangan dengan perawat
pelaksana terutama pada saat proses penyelesaian masalah kepala ruangan
seharusnya

lebih

mengutamakan

kepentingan

perawat

pelaksana

yang

membutuhkan bimbingan dan bantuan. Strategi dan tata cara supervisi yang akan
dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan masing-masing perawat pelaksana secara

individu. Penerapan strategi dan tata cara yang sama untuk semua kategori perawat
pelaksana bukan merupakan supervisi yang baik. Supervisi harus dilaksanakan
secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan perkembangan (Suarli & Bahtiar,
2012).

Universitas Sumatera Utara

13

Arwani dan Supriyanto (2006) mengartikan prinsip supervisi harus memiliki
syarat antara lain didasarkan atas hubungan profesional dan bukan hubungan
pribadi antara kepala ruangan dan perawat pelaksana, kegiatan yang harus
direncanakan secara matang, bersifat edukatif, memberikan perasaan aman
kepada perawat pelaksana, dan harus mampu membentuk suasana kerja yang
demokratis. Prinsip lain yang harus dipenuhi dalam kegiatan supervisi adalah
harus dilakukan secara objektif dan mampu memacu terjadinya penilaian diri (self
evaluation), bersifat progresif, inovatif, fleksibel, dapat mengembangkan potensi
atau kreatif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan dan
supervisi harus dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan.

2.1.7

Model-model supervisi

Winarti, Yudantoro dan Ratna (2012) memaparkan model-model supervisi
adalah sebagai berikut. Model konvensional meliputi pada kegiatan inspeksi,
memata-matai atau supervisi korektif untuk mengkoreksi kesalahan perawat
pelaksana yang dilakukan oleh kepala ruangan atau supervisor, pekerjaan seorang
supervisor hanya untuk mencari kesalahan, model supervisi ini masih banyak
terjadi, termasuk dalam pelayanan keperawatan. Model ilmiah meliputi
dilaksanakan secara berencana dan terus menerus, sistematis dan menggunakan
prosedur, ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil,
mengunakan rating scale, check list, pedoman wawancara dan lain-lain, ada
upaya perbaikan dan umpan balik dari kepala ruangan kepada perawat pelaksana.

Universitas Sumatera Utara

14

Model klinis atau supervisi klinik yaitu suatu cara untuk mensuport perawat
pelaksana dalam menjalankan tugas, dimana mereka harus mempertahankan
kompetensi sebagai perawat.
2.1.8

Teknik Supervisi

Supervisi dalam keperawatan memerlukan teknik khusus dan bersifat klinis.
Menurut Swansburg (2000), supervisi dalam keperawatan mencakup hal-hal di
bawah ini.
1) Proses supervisi dalam praktik keperawatan meliputi tiga elemen yaitu:
Pertama, standar praktik keperawatan sebagai acuan. Kedua, fakta
pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding dalam menetapkan
pencapaian

atau

kesenjangan

dan

tindak

lanjut.

Ketiga,

upaya

mempertahankan kualitas maupun upaya memperbaiki.
2) Area yang disupervisi
Area supervisi dalam keperawatan mencakup pengetahuan dan pengertian
tentang tugas yang dilaksanakan, keterampilan yang dilakukan yang
disesuaikan dengan standar, sikap dan penghargaan terhadap pekerjaan
misalnya kunjungan empati.
Teknik supervisi menurut Gillies (1989) seperti dalam suatu pendekatan
terhadap supervisi klinis yaitu dengan cara supervisor meminta bawahan untuk
tetap bekerja dengan dia selama satu atau dua hari. Tergantung bagaimana
keakraban supervisor dengan pegawai dan berapa lama pegawai bekerja di unit
tersebut, supervisor hanya bisa mengamati perawat saat merawat satu atau

Universitas Sumatera Utara

15

sekelompok pasien. Jika supervisor merasa canggung atau jika perawat
membutuhkan bantuan maka supervisor bisa langsung membantu perawat
tersebut. Bisa juga dengan supervisor menunjukkan teknis-teknis atau dengan
cara-cara tertentu dalam membantu perawat. Supervisor juga dapat menawarkan
saran dalam pemecahan masalah keperawatan pasien. Apabila

supervisor

memutuskan bahwa perawat yang sedang disupervisi memerlukan perbaikan atau
petunjuk, maka hal tersebut dilakukan secara terpisah untuk menjaga
kepercayaan pasien terhadap perawat untuk menghindari perawat mendapatkan
hinaan dari pasien. Supervisor dapat menambahkan keefektifan saran dan
perbaikan dengan menuliskan perbaikan dan petunjuk tersebut dengan cara yang
bijaksana sehingga menjaga harga diri perawat yang di supervisi dan mengurangi
penolakan untuk berubah. Metode lain dalam mensupervisi bawahan adalah
memeriksa tempat berlangsungnya kegiatan tertentu pada selang waktu yang
tetap.
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber
yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan, dengan supervisi memungkinkan seorang kepala
ruangan dapat menemukan berbagai kendala dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan diruang bersangkutan melalui analisis secara komprehensif bersamasama dengan anggota perawat secara efektif dan efisien. Melalui kegiatan
supervisi seharusnya kualitas dan mutu pelayanan keperawatan menjadi fokus dan

Universitas Sumatera Utara

16

menjadi tujuan utama , bukan malah menyibukkan diri mencari kesalahan atau
penyimpangan (Arwani & Supriyanto, 2006)
Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan supervisi
tidak langsung.
a. Supervisi Langsung
Arwani dan Supriyanto (2006) menyebutkan dalam supervisi langsung
dilakukan pada kegiatan yang sedang berlangsung. Supervisor dapat terlibat
pada kegiatan secara langsung agar proses pengarahan dan pemberian
petunjuk tidak dirasakan sebagai suatu perintah, pada kondisi ini umpan balik
dan perbaikan dapat sekaligus dilakukan tanpa bawahan merasakan sebagai
suatu beban. Proses secara langsung dapat dilakukan dengan cara perawat
pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan didampingi
supervisor. Selama proses supervisi, supervisor dapat memberikan dukungan,
reinforcement dan petunjuk, kemudian supervisor dan perawat pelaksana
melakukan diskusi untuk menguatkan yang telah sesuai dengan apa yang
direncanakan dan memperbaiki segala sesuatunya yang dianggap masih
kurang. Pengarahan, petunjuk dan reinforcement dikatakan efektif harus
memenuhi beberapa syarat yaitu seperti pengarahan

harus lengkap tidak

terputus dan bersifat partial, mudah dipahami, menggunakan kata-kata yang
tepat, menggunakan alur yang logis dan jangan terlalu kompleks.
Tidak banyak berbeda dengan pendapat Arwani (2006) didalam pemaparan
dari Sitorus dan Panjaitan (2011) juga menyampaikan Teknik langsung

Universitas Sumatera Utara

17

supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung. Pada
supervisi modern diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar
pembimbingan dan pengarahan serta pemberian petunjuk tidak dirasakan
sebagai perintah. Cara memberikan bimbingan dan pengarahan yang efektif
adalah pengarahan diberikan dengan lengkap, mudah dipahami, menggunakan
kata-kata yang tepat, berbicara dengan jelas dan tidak terlalu cepat, berikan
arahan yang logis, hindari memberikan banyak arahan pada satu saat, pastikan
bahwa arahan yang diberikan dipahami, yakinkan bahwa arahan yang
diberikan dilaksanakan atau perlu tindak lanjut.
Kurniadi (2013) memaparkan teknik langsung dalam supervisi yaitu
melakukan inspeksi mendadak oleh supervisor, melakukan observasi pada
satu tempat yang kritis/bermasalah (on the spot observation), atau bisa
melihat catatan pelaporan yang dibuat perawat (on the report observation)
sehingga bisa langsung mengambil keputusan.
Suarli dan bahtiar (2012) menyimpulkan bahwa dalam pengamatan
langsung ada beberapa hal yang harus diperhatikan yang petama adalah
sasaran pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat
menimbulkan kebingungan, karena pelaksanaan supervisi dapat terperangkap
pada sesuatu yang bersifat detail, untuk mencegah keadaan yang seperti ini,
maka pada pengamatan langsung perlu ditetaplan sasaran pengamatan, yakni
hanya ditunjukkan pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategis (selective
supervision). Kedua adalah objektivitas pengamatan. Pengamatan langsung

Universitas Sumatera Utara

18

yang tidak terstandarisasi dapat mengganggu objektivitas, untuk mencegah
keadaan yang seperti ini, maka pengamatan langsung perlu dibantu dengan
suatu daftar isi (check list) yang telah dipersiapkan. Daftar isi tersebut
ditunjukkan untuk setiap sasaran pengamatan secara lengkap dan apa adanya.
Ketiga adalah pendekatan pengamatan. Pengamatan langsung sering
menimbulkan beberapa dampak dan kesan negatif, misalnya rasa takut, tidak
senang atau kesan mengganggu kelancaran pekerjaan, untuk mencegah
keadaan ini pengamatan langsung tersebut harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga berbagai dampak kesan negatif tersebut tidak sampai muncul. Sangat
dianjurkan pengamatan tersebut dapat dilakukan secara edukatif dan suportif,
bukan menunjukkan kekuasaan dan otoritas.
b. Supervisi tidak langsung
Sitorus dan Panjaitan (2011) didalam supervisi tidak langsung supervisi
dilakukan melalui laporan tertulis maupun lisan. Supervisor tidak melihat
kejadian di lapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan
balik dapat diberikan secara tertulis.
Supervisi tidak langsung dilakukan melalui laporan tertulis seperti
laporan pasien dan catatan asuhan keperawatan pada shift pagi, sore dan
malam. Dapat juga dengan menggunakan laporan lisan seperti saat timbang
terima shift, ronde keperawatan maupun rapat. Supervisor tidak melihat
langsung kejadian dilapangan sehingga memungkinkan terjadi kesenjangan
fakta. Hasil temuan dari supervisi tidak langsung memerlukan klarifikasi dan

Universitas Sumatera Utara

19

umpan balik diberikan agar tidak terjadi salah persepsi dan masalah segera
dapat diselesaikan (Suyanto, 2008).
Pernyataan yang dipaparkan oleh Arwani dan Supriyanto (2006) tidak
jauh berbeda dengan pernyataan sebelumnya bahwa supervisi tidak langsung
dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Cara tidak langsung ini
memungkinkan terjadinya salah pengertian (misunderstanding) dan salah
persepsi (misperpection) karena supervisor tidak melihat secara langsung
kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Kurniadi (2013) Tekhnik tidak langsung
yaitu memantau dari jarak jauh, baik dilakukan secara lisan dengan bertanya
tentang kondisi saat ini maupun secara tertulis dengan meminta catatan
pelaporan.
2.1.9 Supervisor Keperawatan
Pihak yang melakukan supervisi disebut supervisor dalam arti kepala
ruanganlah yang melakukan aktifitas supervisi untuk perawat pelaksana. Seorang
supervisor dituntut untuk dapat menguasai paling tidak dua hal penting agar
proses supervisi menjadi bernilai tambah, yaitu kemampuan teknis sesuai proses
pekerjaan yang ditangani dan kemampuan manajemen. Seorang supervisor yang
berhasil tidak hanya memerlukan pengalaman dan kemampuan untuk melakukan
tugas, tetapi juga sebagai seorang penasihat dan rekan kerja yang dapat dipercaya.
Peran dan tanggung jawab seorang supervisor menuntut kemampuan dan keahlian
agar dapat meningkatkan kinerja organisasi. Untuk melakukan tugas perawat

Universitas Sumatera Utara

20

dengan baik, diperlukan berbagai keterampilan, bukan saja keterampilan teknis,
tetapi juga keterampilan supervisi (Simamora, 2012).
2.1.10 Peran dan Fungsi Supervisor
Sitorus dan Panjaitan (2011) memaparkan peran dan fungsi supervisor didalam
keperawatan.

Supervisor

bertanggung

jawab

dalam

manajemen

sesuai

lingkup/area tanggung jawabnya, karena itu supervisor harus memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan kegiatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan
perannya. Supervisor dapat berperan sebagai monitoring, power perspevtive dan
network.
Supervisor sebagai mentor berperan sebagai model peran yang secara aktif
mengajar, melatih, mengembangkan, dan memberikan bimbingan dan fasilitas
untuk peningkatan karir staf. Proses mentoring dapat formal dan non formal.
Supervisor yang berperan sebagai mentor memiliki karakteristik khusus yaitu
keahlian klinis, pengetahuan, pengalaman, keinginan untuk mengasuh, dan
komitmen untuk profesinya.
Supervisor sebagai pemegang kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan
untuk merubah perilaku seseorang sesuai perilaku yang diharapkan. Supervisor
yang berhasil, akan menggunakan semua sumber yang dimilikinya dalam
merubah perilaku perawat pelaksana.
Supervisor dan kerjasama. Membangun kerjasama merupakan fungsi penting
dalam supervisi. Membangun hubungan yang positif dengan kelompok,
organisasi dan institusi adalah penting dalam merubah lingkungan kerja. Kerja

Universitas Sumatera Utara

21

sama dapat dibangun dengan formal maupun informal. Supervisor yang efektif
mengenal penggunaan yang bermamfaat terhadap pemaksaan, tujuan, individual,
strategis formal sebagai pendekatan dalam tugas. Mengidentifikasi dan
memperkuat kekuatan/kelebihan staf dapat membantu supervisor untuk mencapai
tujuan.
Kurniadi (2013) memaparkan peran seorang supervisor adalah sebagai
berikut melakukan koordinasi tugas dengan unit terkait dan atasan, membuat
keputusan tentang kegiatan perencanaan dan pengorganisasian serta evaluasi yang
akan dipakai, memberikan pengarahan langsung dan tidak langsung, dan
melakukan penilaian kinerja staf, mempelajari dokumen laporan, catatan
perkembangan organisasi dan penggunaan sumber daya. melakukan pemantauan
kegiatan keperawataan dan non keperawatan bawahan, melakukan evaluasi dan
koreksi terhadap penyimpangan.
2.1.11 Kegiatan Supervisor
Sitorus dan Panjaitan (2011) memaparkan kegiatan supervisor yang pertama
adalah perencanaan, di dalam perencanaan termasuk didalamnya membuat tujuan
unit mengacu pada visi dan misi keperawatan, membuat standar ketenagaan di
ruangan, membuat rencana pengembangan perawat pelaksana, menyusun SOP
dan SAK, menetapkan lama hari rawat di unit yang disupervisi, membuat jadwal
kerja sesuai area dan personil yang disupervisi, membuat standar evaluasi kinerja
staf/personil yang disupervisi.

Universitas Sumatera Utara

22

Kegiatan

supervisor

yang

kedua

adalah

pengorganisasian,

didalam

pengorganisasian perlu menetapkan sistem pemberian asuhan keperawatan
pasien, mengatur pekerjaan personil, koordinasi sumber-sumber untuk mencapai
tujuan pelayanan secara efektif dan efesien.
Kegiatan supervisor yang ketiga adalah membimbing dan mengarahkan
seperti menjadi role model dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
dan keluarga, membangun hubungan yang positif dengan staf melalui komunikasi
yang efektif, mengidentifikasi kelebihan
mengajar/membimbing,

mengarahkan,

dan kelemahan perawat pelaksana,
melatih,

mengembangkan

perawat

pelaksana untuk memberikan asuha keperawatan (tindakan dan dokumentasi
askep)

sesuai

kebutuhan,

memberikan

bimbingan

untuk

meningkatkan

keterampilan perawat pelaksana, melatih perawat pelaksana untuk pengambilan
keputusan klinis, membantu perawat pelaksana dalam pemecahan masalah,
memfasilitasi perawat pelaksana dalam menyelesaikan maslaah, mendelegasi
tugas kepada perawat pelaksana sesuai kemampuan yang dimiliki, memberikan
bantuan atau hal-hal lain terkait dengan pelayanan sesuai kebutuhan.
Kegiatan supervisor yang keempat adalah pengawasan dan evaluasi, didalam
pengawasan dan evaluasi supervisor perlu mengontrol jadwal kerja dan kehadiran
perawat pelaksana, menganalisi keseimbangan perawat pelaksana dalam
pekerjaannya, mengontrol tersedianya fasilitas/peralatan/sarana yang dibutuhkan
untuk hari ini, mengontrol lingkungan area supervisi, mengidentifikasi
kendala/masalah yang muncul, mengontrol dan mengevaluasi pekerjaan perawat

Universitas Sumatera Utara

23

pelaksana dan kemajuan perawat pelaksana dalam melaksanakan pekerjaan,
mengawasi dan evaluasi kualitas asuhan keperawataan pasien yang dilakukan
oleh perawat pelaksana.
Kegiatan supervisor yang kelima adalah pencatatan dan pelaporan, didalam
pencatatan dan pelaporan supervisor harus mencatan permasalahan yang muncul,
membuat daftar masalah yang belum dapat diatasi dan berusaha untuk
menyelesaikan pada keesokan harinya, mencatat dan melapor fasilitas/alat/sarana
sesuai kondisi, mencatat dan melaporkan secara ritun proses dan hasil supervisi,
mengevaluasi tugas supervisi yang dilakukan setiap hari dan melaksanakan tindak
lanjut sesuai kebutuhan, membuat jadwal kerja untuk kesokan harinya,
memelihara administrasi keperawatan pasien

Universitas Sumatera Utara