Analisa Kandungan Seng (Zn) dan Kromium (Cr) Didalam Air Baku Dan Air Reservoir PDAM Tirtanadi Pengolahan Air Sunggal Dengan Metode Kolorimetri

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Tambahan Pangan
Pengertian bahan tambahan pangan secara umum adalah bahan yang biasanya
tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya merupakan komponen khas
makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja
ditambahkan ke dalam makanan dengan tujuan pengolahan penyiapan, perlakuan,
pengepakan, pengemasan dan penyimpanan.
Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan
atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan
lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Pada
umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu
sebagai berikut.
1. Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan,
dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan ini dapat
mempertahankan kesegaran, cita rasa dan membantu pengolahan, sebagai contoh
pengawet, pewarna dan pengeras.
2. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan , yaitu bahan yang
tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja,
baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses

produksi, pengolahan dan pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu
atau kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi

Universitas Sumatera Utara

bahan mentah atau penanganannya yang masih terus terbawa dalam makanan
yang akan dikonsumsi. Contoh bahan tambahan pangan dalam golongan ini
adalah residu pestisida (termasuk insektisida, herbisida, fungisida dan
rodentisida), antibiotik dan hidrokarbon aromatik polisiklis (Cahyadi, 2006).
Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila :
1. Dimaksudkan untuk mencapai masing – masing tujuan penggunaan dalam
pengolahan.
2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah
atau yang tidak memenuhi persyaratan.
3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan
dengan cara produksi yang baik untuk pangan.
4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.
Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) sebaiknya dengan dosis di
bawah ambang batas yang telah ditentukan. Jenis BTP ada 2 yaitu GRAS
(Generally Recognized as Safe), zat ini aman dan tidak berefek toksik misalnya

gula (glukosa). Sedangkan jenis lainnya yaitu ADI (Acceptable Daily Intake),
jenis ini selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily intake) demi
menjaga dan melindungi kesehatan konsumen (Cahyadi, 2006).

2.2 Bahan Tambahan Kimia yang Dilarang
Masyarakat dan industri seharusnya perlu memperhatikan bahan tambahan dalam
hubungannya dengan kemungkinan pemalsuan terhadap komponen yang

Universitas Sumatera Utara

berkualitas rendah dan kemungkinan bahaya yang ditimbulkan oleh komponen
beracun dalam bahan pangan.
Beberapa contoh bahan tambahan pangan antara lain pengendali keasaman
atau alkalinitas, pengembang roti, pengemulsi, penstabil, pengental, pemberi cita
rasa, pemanis, pewarna, suplemen gizi, pengawet, antioksidan, nitrit, nitrat dan
fosfat.
Bahan tambahan kimia yang dilarang merupakan suatu bahan yang dapat
bersifat

toksisitas


dan

menimbulkan

bahaya

bagi

kesehatan

yang

mengkonsumsinya dan menggunakannya dalam bahan tambahan pangan.
Beberapa Bahan Tambahan Pangan yang dilarang digunakan dalam makanan,
menurut Permenkes RI No. 72/Menkes/Per/IX/88, sebagai berikut : Natrium
Tetraborat (Borax), Formalin (Formaldehyde), Minyak nabati yang dibrominasi
(Brominated Vegetable Oils), Kloramfenikol (Chloramphenicol), Kalium klorat
(Pottasium


Chlorate),

Dietilpirokarbonat

(Diethylpyrocarbonate,DEPC),

Nitrofuranzon (Nitrofuranzone), Asam salisilat dan garamnya (Salicylic Acid and
in salt), P-Phenetilkarbamida (P—Phenethycarbamide, Dulcin, 4-ethoxyphenil
urea).

2.3 Pengawet Dalam Kehidupan Sehari – Hari
Berdasarkan hasil investigasi dan pengujian laboratorium yang dilakukan Balai
Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) di Jakarta, ditemukan sejumlah
produk makanan seperti ikan asin, mie basah dan tahu yang memakai formalin
sebagai pengawet. Produk makanan berformalin tidak hanya ditemukan di
sejumlah pasar tradisional, tetapi sering pula ditemukan di berbagai supermarket

Universitas Sumatera Utara

di berbagai wilayah di tanah air sehingga penggunaannya untuk pengawet

makanan sangat membahayakan konsumen.
Kasus yang terjadi selama ini ialah sejumlah produsen nakal menggunakan
pengawet yang ditujukan untuk tekstil, plastik, bahkan pengawet mayat. Hal ini
disebabkan oleh relatif murahnya pengawet yang tidak ditujukan untuk makanan
jika dibandingkan dengan pengawet makanan. Di samping itu, ketidaktahuan
produsen maupun konsumen tentang bahaya penggunaan pengawet non makanan
sebagai pengawet makanan mengakibatkan kasus ini makin sering terjadi. Selain
formalin, ada beberapa jenis pengawet lain yang sebenarnya bukan bahan
tambahan makanan, tetapi digunakan untuk mengawetkan makanan sehingga
penggunaannya sangat membahayakan konsumen di antaranya natrium tetra borat
(boraks), asam salisilat, dan garamnya, dietilpilokarbonat, dulsin, kalium klorat,
kloramfenikol, minyak nabati yang dibrominasi, nitrofuranzon dan kalium
bromat. Di antara bahan – bahan tersebut yang paling sering digunakan di
masyarakat adalah formalin dan boraks (Cahyadi, 2006). Departemen kesehatan
RI berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 72/Menkes/Per/IX/88
mendefinisikan bahan tambahan pangan seperti yang telah ditetapkan, formalin
dan boraks termasuk dalam daftar bahwa tambahan kimia yang dilarang untuk
digunakan (Kurniawati, 2004).

2.3.1. Mekanisme Kerja Bahan Pengawet

Bahan pangan biasanya rusak karena adanya mikroorganisme yang bersifat
patogen (menyebabkan kerugian dan kerusakan pada suatu bahan pangan).
Mekanisme kerja senyawa antimikroba berbeda – beda antara senyawa yang satu

Universitas Sumatera Utara

dengan yang lain, meskipun tujuan akhirnya sama yaitu menghambat atau
menghentikan pertumbuhan mikroba. Formaldehid dapat merusak bakteri karena
bakteri adalah protein. Pada reaksi formaldehid dengan protein, yang pertama kali
diserang adalah gugus amina pada posisi lisin diantara gugus – gugus polar dari
peptidanya. Selain menyerang gugus -NH2 dari lisin formaldehid juga
menyerang residu tirosin dan histidin (Cahyadi, 2006).

2.3.2. Tujuan Penggunaan Bahan Pengawet
Secara umum penambahan bahan pengawet pada pangan yakni sebagai berikut.
1. Menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk pada pangan baik yang
bersifat patogen maupun yang tidak patogen.
2. Memperpanjang umur simpan pangan.
3. Tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa dan bau bahan pangan
yang diawetkan.

4. Tidak untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah.
5. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah
atau yang tidak memenuhi persyaratan.
6. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.
Keamanan senyawa – senyawa kimia dalam bahan pangan sangat perlu
diperhatikan, baik senyawa kimia yang ditambahkan dari luar bahan pangan
maupun senyawa kimia yang terdapat secara alami dalam bahan pangan itu sendiri
(Cahyadi, 2006).

Universitas Sumatera Utara

2.4.Formalin (Formaldehid)
Formaldehid adalah suatu senyawa kimia berbentuk gas dan baunya sangat
menusuk. Formalin mengandung 37% formaldehid dalam air. Biasanya
ditambahkan metanol hingga 15% sebagai pengawet dan stabilisator. Formaldehid
berbentuk serbuk atau padatan disebut paraformaldehid. Formalin dan
paraformaldehid dapat melepaskan gas formaldehid. Formaldehid dalam bentuk
cairan biasanya digunakan untuk mengawetkan spesimen hayati. Formaldehid
memiliki rumus molekul CH2O dan memiliki nama lain yang diantaranya ialah
formol, metilen aldehid, paraforin, morbisida, oksometan, polioksimetilen glikol,

metanal, formoform, superlisoform, formiat aldehid, formalit, tetraoksimetilen,
metil oksida, karsan, trioksane, oksimetilen dan metilen glikol. Formaldehid
mempunyai masssa molar 30,03 g/mol dengan titik leleh – 92oC dan titik didih –
21o C (Susanti, 2010). Rumus struktur dari formaldehid yaitu :

Gambar 2.1 struktur bangun formaldehid
Formalin merupakan cairan jernih yang tidak berwarna atau hampir tidak
berwarna dengan bau yang menusuk, uapnya merangsang selaput lender hidung
dan tenggorokan dan rasa yang membakar. Bobot tiap mililiter ialah 1,08 gram.
Dapat bercampur dalam air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dalam klorofom
dan eter. Sifatnya yang mudah larut dalam air dikarenakan adanya elektron sunyi
pada oksigen sehingga dapat mengadakan ikatan hidrogen molekul air
(Fessenden, 1986).

Universitas Sumatera Utara

Formaldehid murni tidaklah tersedia secara komersial, tetapi dijual dalam 30-50%
(b/b) larutan mengandug air. Formalin (37% CH2O) adalah larutan yang paling
umum. Pada umumnya metanol atau unsur – unsur lain ditambahkan kedalam
larutan sebagai alat penstabil untuk mengurangi polimerisasi formaldehid, dalam

bentuk padat, formaldehid dijual sebagai trioxane (CH2O)3 dan polimernya
paraformaldehid, dengan 8-100 unit formaldehid (WHO,2002).

Gambar 2.2 Larutan Formaldehid
Larutan formaldehid adalah desinfektan yang efektif melawan bakteri
vegetatif, jamur atau virus, tetapi kurang efektif melawan spora bakteri.
Formaldehid berekasi dengan protein dan hal tersebut mengurangi aktivitas
mikroorganisme. Efek sporosidnya yang meningkat tajam dengan adanya
kenaikan suhu. Larutan formaldehid 0,5 % dalam waktu 6-12 jam dapat
membunuh bakteri dan dalam waktu 2-4 hari dapat membunuh spora. Sedangkan
larutan 8% dapat membunuh spora dalam waktu 18 jam (Cahyadi, 2006).

Universitas Sumatera Utara

2.4.1. Fungsi Formalin yang Sebenarnya

Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari hari. Apabila
digunakan secara benar, formalin akan banyak kita rasakan manfaatnya, misalnya
sebagai antibakteri atau pembunuh kuman dalam berbagai jenis keperluan
industri, yakni pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat

maupun berbagai serangga lainnya. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan
sebagai pengeras lapisan gelatin dan kertas. Formalin juga sering digunakan
sebagai bahan pembuatan produk parfum, pengawet produk kosmetika, pengeras
kuku dan bahan untuk insulasi busa. Formalin boleh juga digunakan sebagai
pencegah korosi untuk sumur minyak.
Di bidang industri kayu, formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk
produk kayu lapis (plywood). Dalam konsentrasi yang sangat kecil (

Dokumen yang terkait

Analisa Kandungan Seng (Zn) dan Kromium (Cr) Didalam Air Baku Dan Air Reservoir PDAM Tirtanadi Pengolahan Air Sunggal Dengan Metode Kolorimetri

0 2 45

Analisa Kandungan Seng (Zn) dan Kromium (Cr) Didalam Air Baku Dan Air Reservoir PDAM Tirtanadi Pengolahan Air Sunggal Dengan Metode Kolorimetri

0 0 12

Analisa Kandungan Seng (Zn) dan Kromium (Cr) Didalam Air Baku Dan Air Reservoir PDAM Tirtanadi Pengolahan Air Sunggal Dengan Metode Kolorimetri

0 0 2

Analisa Kandungan Seng (Zn) dan Kromium (Cr) Didalam Air Baku Dan Air Reservoir PDAM Tirtanadi Pengolahan Air Sunggal Dengan Metode Kolorimetri

0 0 3

Analisa Kandungan Seng (Zn) dan Kromium (Cr) Didalam Air Baku Dan Air Reservoir PDAM Tirtanadi Pengolahan Air Sunggal Dengan Metode Kolorimetri

0 0 13

Analisa Kandungan Seng (Zn) dan Kromium (Cr) Didalam Air Baku Dan Air Reservoir PDAM Tirtanadi Pengolahan Air Sunggal Dengan Metode Kolorimetri

0 0 2

Analisa Kandungan Seng (Zn) dan Kromium (Cr) Didalam Air Baku Dan Air Reservoir PDAM Tirtanadi Pengolahan Air Sunggal Dengan Metode Kolorimetri

0 0 5

Analisa Kandungan Seng (Zn) dan Kromium (Cr) Didalam Air Baku Dan Air Reservoir PDAM Tirtanadi Pengolahan Air Sunggal Dengan Metode Kolorimetri

0 0 29

Analisa Kandungan Seng (Zn) dan Kromium (Cr) Didalam Air Baku Dan Air Reservoir PDAM Tirtanadi Pengolahan Air Sunggal Dengan Metode Kolorimetri

0 0 2

Analisa Kandungan Seng (Zn) dan Kromium (Cr) Didalam Air Baku Dan Air Reservoir PDAM Tirtanadi Pengolahan Air Sunggal Dengan Metode Kolorimetri

0 0 6