Analisis Kesalahan Pelafalan Nada (Shēng Diào) Dalam Bahasa Mandarin

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
2.1

Tinjauan Pustaka
园园 (Guān Yuán Yuán) dalam jurnal elektroniknya dengan judul “Chū

Zhōng Jí Jiē Duàn Tài Guó Liύ Xué Shēng Hàn Yŭ Shēng Diào Xí De Piān Wù
De Yán Jiū” (2012:4) menemukan bahwa meskipun siswa tingkat menengah
memiliki level pelafalan yang lebih tinggi daripada siswa tingkat dasar, namun
kesalahan pada pelafalan nada kedua dan ketiga kerap kali terjadi. Tingkat
kesalahan pada nada ketiga dan kedua lebih tinggi daripada nada pertama dan
keempat. Pada siswa tingkat dasar dan menengah qīng shēng adalah salah satu
kesulitan yang sering ditemui.
Dibandingkan siswa di negara Republik Rakyat Cina (RRC), siswa di
negara lain memiliki penguasaan pelafalan nada yang lebih sempit dan pelafalan
nada yang lebih tidak stabil. Dari penelitian ini diketahui beberapa alasan
kesalahan tersebut, kemudian pengajaran terhadap pelafalan nada diharapkan
dapat dijelaskan lebih terperinci.
Tulisan 沈珍(Shén Zhēn) yang berjudul “Duì Wài Hàn Yŭ Zhōng De
Shēng Diào Jiāo Xué” (1995:32) menyatakan bahwa pelafalan nada dalam

pembelajaran Bahasa Mandarin merupakan bagian tersulit dan terpenting yang
harus dipelajari, peneliti terdahulu juga menyimpulkan kesulitan-kesulitan yang
terjadi pada siswa luar negri dalam mempelajari Bahasa Mandarin, mengerti akan
penyebab kesulitan-kesulitan tersebut. Penyebab yang mempengaruhi kesulitan
dalam mempelajari pelafalan nada dalam bahasa mandarin bagi siswa luar negri

 
Universitas Sumatera Utara

adalah bahasa ibu. Bahasa ibu telah mempengaruhi pembelajaran pelafalan nada
pada bahasa Mandarin. Ditengah bahasa yang ada di dunia ini, ada beberapa
bahasa yang memiliki pelafalan nada dan ada beberapa yang tidak memiliki
pelafalan nada. Perbedaan tersebut yang menjadi faktor utama kesulitan
mempelajari pelafalan nada dalam bahasa Mandarin.
Menurut Sidriana Handayana (2007:3) dalam skripsinya yang berjudul
“Analisis Kesalahan Pelafalan Dalam Bahasa Mandarin Pada Mahasiswa Program
Studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara” menyatakan bahwa pada saat kita
berkomunikasi dalam bahasa Mandarin, sebuah kata yang kita ucapkan bisa
sedikitnya memiliki empat arti yang berbeda-beda dikarenakan jenis nadanya.
Dalam bahasa Mandarin nada sangat penting dalam membedakan arti, jika salah

mengucapkan nada dapat menyebabkan perbedaan arti dan kesalahpahaman.
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mengkaji tentang analisis
kesalahan pelafalan nada dalam bahasa Mandarin yang sangat mendukung penulis
untuk dapat melihat kesalahan-kesalahan yang muncul.
2.2

Konsep
Menurut Singarimbun dan Effendi (2011:33) pengertian konsep adalah

generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk
menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Konsep merupakan suatu
kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan. Dalam
merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud kita
memakainya.


 
Universitas Sumatera Utara

Berikut ini adalah konsep tentang analisis kesalahan, pelafalan, pelafalan

nada yang akan dijelaskan secara singkat.
2.2.1 Analisis Kesalahan
Dikemukakan oleh Corder (1973:85) bahwa yang dimaksud dengan
kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini
bukan hanya bersifat fisik, melainkan juga merupakan tanda kurang sempurnanya
pengetahuan dan penguasaan terhadap kode. Si pembelajar bahasa belum
menginternalisasikan kaidah bahasa (kedua) yang dipelajarinya. Dikatakan oleh
Corder bahwa baik penutur asli maupun bukan penutur asli sama-sama
mempunyai kemungkinan berbuat kesalahan berbahasa.
Sedangkan menurut Tarigan (1988: 179) Kesalahan berbahasa secara garis
besarnya

dapat

dikategorikan

dengan

berdasarkan


kategori

linguistik,

pertimbangan mengenai pentingnya dalam pengkomunikasian pesan-pesan,
sumber, dan kemudahan koreksi.
Kesalahan berbahasa itu bisa terjadi disebabkan oleh kemampuan
pemahaman siswa atau pembelajar bahasa. Artinya, siswa memang belum
memahami sistem bahasa yang digunakan. Kesalahan biasanya terjadi secara
sistematis. Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki.
Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. Misalnya, melalui pengajaran
remidial, pelatihan, praktik, dan sebagainya. Kadangkala sering dikatakan bahwa
kesalahan merupakan gambaran terhadap pemahaman siswa akan sistem bahasa
yang sedang dipelajari. Bila tahap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang


 
Universitas Sumatera Utara

dipelajari ternyata kurang, kesalahan akan sering terjadi. Kesalahan akan

berkurang bila tahap pemahamannya semakin baik.
Untuk menganalisis bentuk-bentuk kesalahan penulis menggunakan teori
bentuk kesalahan Tarigan (1988:148) yang berisi bentuk-bentuk kesalahan antara
lain:
(1) penghilangan (omission)
Penghilangan adalah kesalahan-kesalahan yang bersifat “penghilangan” ini
ditandai oleh ketidakhadiran suatu butir yang seharusnya ada dalam
ucapan yang baik dan benar.
(2) Penambahan (addition)
Penambahan adalah kebalikan dari penghilangan, yaitu kesalahan
penambahan ini ditandai oleh hadirnya suatu butir atau unsur yang
seharusnya tidak muncul dalam ucapan yang baik dan benar.
(3) Salah formasi (misformation)
Kesalahan misformation ini ditandai oleh pemakaian bentuk morfem atau
struktur yang salah. Kalau dalam kesalahan penghilangan, unsur itu tidak
ada atau tidak tersedia sama sekali, maka dalam kesalahan formasi ini sang
pelajar menyediakan serta memberikan sesuatu, walaupun hal itu tidak
benar sama sekali.
(4) Salah susun (misodering)
Salah susun ditandai oleh penempatan yang tidak benar bagi suatu morfem

atau kelompok morfem dalam suatu ucapan atau ujaran.


 
Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Faktor-faktor Penyebab Kesalahan Berbahasa
Menurut Brown (1981 : 113), ada beberapa sumber kesalahan bahasa:
“Kesalahan yang dibuat oleh para pembelajar dating dari beberapa sumbersumber yang umum, sumber-sumber kesalahan tersebut adalah : Interlingual
Transfer, Intralingual Transfer, konteks Pembelajaran dan Strategi komunikasi.”

1.

Interlingual Transfer
Interlingual Transfer disebabkan oleh intregasi atau campur tangan dari

bahasa pertama. Kesalahan ini biasanya terjadi pada tahap awal pembelajaran
bahasa dimana para pelajar belum familiar dengan tata bahasa baru. Tata bahasa
pertama adalah satu-satunya yang dimiliki para pembelajar sehingga tata bahasa
terkadang digunakan untuk menyusun kalimat untuk bahasa kedua.

2. Intralingual Transfer
Intralingual Transfer disebabkan oleh bahasa target yang sedang dipelajari
para pembelajar. Kesalahan ini biasanya juga terjadi pada tahap awal
pembelajaran.

Kesalahan

ini

menunjukkan

para

pembelajar

mengalami

perkembangan dalam proses pembelajarannya.
3. Context of Learning
Kesalahan ini diakibatkan oleh tidak adanya tutor dalam suatu proses

pembelajaran. Jadi para pembelajar menafsirkan sendiri apa yang telah mereka
pelajari sendiri. Hal ini berbahaya dan sering mengakibatkan salah penafsirann
dan terjadinya kesalahankesalahan.
4. Communicative Strategy
Dalam

menyampaikan

gagasannya,

terkadang

para

pembelajar

menggunakan cara yang berbeda-beda. Cara-cara ini terkadang bisa diterima, tapi
juga terkadang tidak bisa diterima oleh penerima pesan. Hal ini akan
menyebabkan miskomunikasi.


 
Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Langkah-langkah Analisis Kesalahan
Menurut Tarigan (1995:71) langkah-langkah dari analisis kesalahan adalah
sebagai berikut:
a.

Mengumpulkan data yang berupa kesalahan yang dibuat oleh siswa.

b. Mengidentifikasi dan mengklarifikasi kesalahan, yaitu mengenali dan
memilah-milah kesalahan berdasarkan kategori kebahasaan, misalnya
kesalahan-kesalahan pelafalan, pembentukan kata, penggabungan kata,
dan penyusunan kalimat.
c.

Menyusun kesalahan berdasarkan frekuensinya.

d. Menjelaskan kesalahan yaitu menggambarkan letak kesalahan dan
penyebab kesalahan.

e.

Mengoreksi kesalahan.

f.

Menyimpulkan hasil analisa data.

2.2.4 Pengertian Bahasa Pertama dan Kedua
Bahasa pertama merupakan bahasa ibu yang dimana bahasa tersebut telah
dikuasai seseorang (sejak lahir). Burlaga dan Klein (1986;4) menyebutkan bahwa
pemerolehan bahasa pertama sangat erat hubungannya dengan perkembangan
kognitif dan sosial anak.
Bahasa kedua merupakan bahasa yang dipelajari oleh seorang anak setelah
menerima dan mempelajari bahasa yang diajarkan oleh ibunya. Jika dapat dilihat,
bahasa kedua adalah bahasa yang didapatkan dari lingkungan di luar rumah,
seperti lingkungan sekolah, tempat bermain, dan lingkungan sosial.

10 
 

Universitas Sumatera Utara

2.2.5 Aspek-aspek dalam Mempelajari Bahasa Kedua
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan ketika memutuskan untuk
mempelajari bahasa kedua:
1.

Kemampuan bahasa.
Biasanya apabila seseorang memutuskan untuk mempelajari bahasa kedua

secara formal, ia akan melalui tes kemampuan bahasa yang dilakukan oleh
lembaga kursus bahasa untuk menilai kecakapan/bakat bahasa yang dimiliki oleh
orang tersebut. Tes ini terbukti cukup efektif untuk memprediksi siswa-siswa
mana yang akan sukses di dalam pembelajaran bahasa kedua. Meskipun demikian
masih terdapat perbedaan pendapat mengenai kemampuan itu sendiri. Apakah
kemampuan bahasa itu merupakan suatu kesatuan konsep, suatu properti organik
di dalam otak manusia atau suatu komplek faktor termasuk di dalamnya motivasi
dan lingkungan.
2.

Usia.
Sebagian besar masyarakat umum masih meyakini bahwa untuk belajar

bahasa kedua akan lebih baik dilakukan ketika masih anak-anak. Belajar bahasa
kedua ketika telah dewasa akan terasa lebih sulit. Tetapi penelitian-penelitian
yang telah dilakukan mengenai hal ini gagal untuk membuktikan kebenaran
keyakinan masyarakat umum tersebut.
Mereka yang mulai belajar bahasa kedua ketika telah dewasa tetap dapat
mencapai tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Penelitian-penelitian yang
dilakukan mengenai hal ini hanya mampu menunjukkan bahwa sebagian besar
orang yang belajar bahasa kedua ketika telah dewasa tidak mampu merubah aksen

11 
 
Universitas Sumatera Utara

mereka seperti aksennya penutur asli, aksen orang dewasa adalah aksen bahasa
pertama yang sulit untuk dirubah.
Hal menarik yang dapat diambil dan penelitian-penelitian tersebut adalah
jika program pembelajaran bahasa kedua yang diberikan berupa pembelajaran
bahasa kedua dengan terjun langsung di lingkungan penutur asli, orang dewasa
cenderung lebih cepat memperoleh bahasa kedua dibandingkan dengan anak-anak,
hal ini dikarenakan otak orang dewasa berfungsi lebih sempuma dibandingkan
dengan otak anak-anak dan orang dewasa memiliki lebih banyak pengalaman
berbahasa dibandingkan dengan anak-anak.
3.

Strategi yang digunakan.
Penggunaan strategi yang efektif sangat penting agar pembelajaran

bahasa kedua dapat berhasil. Secara umum strategi pemerolehan bahasa kedua
dibagi menjadi dua, yaitu strategi belajar dan strategi berkomunikasi.
Strategi belajar adalah strategi yang digunakan untuk meningkatkan hasil
belajar bahasa kedua, seperti penggunaan kamus atau penggunaan TV kabel untuk
menangkap siaran-siaran TV yang menggunakan bahasa kedua. Sedangkan
strategi berkomunikasi adalah strategi yang digunakan oleh siswa kelas bahasa
kedua dan penutur asli untuk dapat saling memahami ketika terjadi kebuntuan di
dalam berkomunikasi di antara mereka karena kurangnya akses terhadap bahasa
yang benar, misalnya dengan menggunakan mimik dan gerakan tangan.
4.

Motivasi.
Secara sederhana motivasi dapat diartikan sebagai mengapa seseorang

memutuskan untuk melakukan sesuatu, berapa lama ia rela melakukan aktivitas
tersebut dan sejauh mana usaha yang dilakukannya. Penelitian-penelitian yang

12 
 
Universitas Sumatera Utara

telah dilakukan mengenai motivasi menunjukkan bahwa motivasi terkait erat
dengan tingkat keberhasilan seseorang di dalam pembelajaran bahasa kedua.
Pelajar yang memiliki motivasi yang kuat akan sukses dan kesuksesan yang
diperolehnya itu akan semakin meningkatkan motivasinya. Motivasi bukanlah
sesuatu yang bersifat tetap, tetapi sangat dipengaruhi oleh umpan balik dan lingkungan. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah teknik instruksi
yang digunakan oleh guru.

2.2.6 Bahasa Mandarin
Bahasa Mandarin adalah bahasa resmi negara Republik Rakyat Cina (RRC)
yang sekarang menjadi bahasa internasional kedua di dunia. Sebagian masyarakat
Tionghoa menganggap bahasa Mandarin sebagai bahasa ibu. Standar bahasa
Mandarin menggangap logat yang digunakan para tetinggi di sebelah utara China
selama ratusan tahun sebagai dasar pembentukannya. Lafal standarnya adalah
lafal Beijing.

2.2.7 Pelafalan Nada
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lafal adalah cara seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan bunyi bahasa.
Berbicara tentang pelafalan nada tentu saja tidak luput dari ilmu fonologi. Ilmu
fonologi merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang berhubungan pelafalan
dan nada dalam berbicara.
Menurut Roger Lass (1984:65) Fonologi adalah suatu sub-disiplin ilmu
bahasa atau linguistik yang membicarakan tentang ”bunyi bahasa”. Lebih spesifik

13 
 
Universitas Sumatera Utara

lagi fonologi murni membicarakan tentang fungsi, perilaku serta organisasi bunyi
sebagai unsur-unsur linguitik; berbeda dengan fonetik yang berupa kajian yang
agak lebih netral terhadap bunyi-bunyi sebagai fenomena dalam dunia fisik dan
unsur unsur fisiologikal, anatomikal, neurogikal, dan psikologikal nabusia yang
membuat bunyi bunyi itu. Fonologi adalah ”Linguistik” alam pengertian bahwa
sintaksis, morfologi dan sampai tingkat tertentu, semantik juga linguistik;
sedangkan fonetik berangsur angsur berubah dalam berbagai hal menuju
neurologi, psikologi, akustik dan sebagainya.
Sedangkan menurut Chaer (1994:102) Fonologi adalah bidang linguistik
yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa.
Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studi fonologi dibedakan
menjadi fonetik dan fonemik. Fonetik adalah cabang studi fonologi yang
mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut
mempunyai fungsi pembeda makna atau tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang
studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi
bunyi tersebut sebagai pembeda makna.
Fonemik lebih tepat untuk mengkaji pelafalan nada dalam bahasa
mandarin karena nada di dalam bahasa Mandarin berfungsi sebagai pembeda
makna antara satu kata dengan kata yang lain.
Membahas tentang pelafalan nada tentunya tidak lepas dari pembahasan
pelafalan pinyin dalam bahasa Mandarin. Pinyin merupakan aksara Mandarin
yang ditulis kedalam huruf alfabet. Pinyin sangat membantu pembelajar asing
dalam mempelajari bahasa Mandarin. Bentuk penulisan pinyin paling sedikit
terdiri dari satu suku kata, dan dalam Bahasa Mandarin, biasanya terdiri dari

14 
 
Universitas Sumatera Utara

声母 Shēngmŭ

inisial atau huruf konsonan
dan juga Nada

韵母 yùnmŭ

, final atau vokal

,

声调 Shēngdiào). Nada dalam bahasa Mandarin diletakkan di

atas huruf vokal.
Huruf konsonan terdiri dari 21 huruf, sebagai berikut :

Huruf konsonan

b

p

m

f

d

t

n

l

Lafal indonesia

po

pho

mo

fo

de

the

ne

le

Huruf konsonan

g

k

h

j

q

x

Lafal indonesia

ke

khe

he

ci

chi

xi

Huruf konsonan

z

c

s

zh

ch

sh

r

Lafal indonesia

ce

cheu

se

ceur

cheur

sheur

re

Tabel 2.1 Huruf Konsonan
Huruf vokal terdiri dari 40, yaitu

Huruf vokal

a

o

e

u

ü

e

er

i

-i

-i

Lafal indonesia

A

o

e

wu

yiu

ê

er

Yi



shì

Huruf vokal

ai

ei

ao

ou

ia

ie

ua

uo

üe

Lafal indonesia

Ai

ei

ao

ou

ya

ye

wa

wo

yue

Huruf vokal

io

iao

iou

uai

uei

Lafal indonesia

yo

yao

you

wai

wei

Huruf vokal

an

ian

uan

üan

en

in

uen

ün

Lafal indonesia

an

yan

yuan

yiuan

en

Yin

yen

Yuin

Huruf vokal

ang

iang

uang

eng

i(e)ng

ueng

ong

iong

Lafal indonesia

ang

yang

wang

weng

ying

weng

ong

yiong

Tabel 2.2 Huruf vokal
Dalam bahasa Mandarin pelafalan nada terbagi atas 4 yaitu nada pertama,
nada kedua, nada ketiga dan nada keempat. Keempat nada dalam satu kata
memiliki makna yang berbeda. Keempat nada dapat dijelaskan sebagai berikut :

15 
 
Universitas Sumatera Utara

1. Nada pertama disebut juga nada datar dengan lambang “ - ” di atas huruf
pinyin atau huruf bacanya. Dibaca dengan nada datar dan panjang.
2. Nada kedua disebut juga nada naik dengan lambang “

/

” di atas huruf

pinyin atau huruf bacanya. Dibaca dengan nada naik dan agak tinggi
dibandingkan nada datar.
3. Nada ketiga disebut juga nada melengkung dengan lambang “

v

” di atas

huruf pinyin atau huruf bacanya. Dibaca dengan nada naik kemudian
menurun atau mendayu.
4. Nada keempat disebut juga nada menurun dengan lambang “ \ ” di atas
huruf pinyin atau huruf bacanya. Dibaca dengan nada menurun dan tegas.
Dalam bahasa Mandarin ada juga nada ringan, nada ringan ini dibacakan
secara ringan dan pendek. Penulisan tanda nada ringan tidak diberikan tanda
apapun pada pinyin atau huruf bacanya.
Berikut adalah contoh perbedaan makna dari keempat nada dalam satu kata
1. 衣 dibaca yī (nada datar), memiliki makna busana atau pakaian.
2. 姨 dibaca yí (nada naik), memiliki makna bibi.
3. 椅 dibaca yǐ (nada melengkung), memiliki makna kursi.
4. 易 dibaca yì (nada menurun), memiliki makna mudah.
Kesalahan pelafalan nada tesebut dapat menyebabkan kesalahan penyampain
makna serta maksud yang ingin disampaikan si pembicara kepada pendengar.

2.3

Landasan Teori
Dalam penelitian ini, landasan teori yang digunakan adalah teori analisis

kesalahan berbahasa.

16 
 
Universitas Sumatera Utara

Crystal (dalam Pateda,1989:32) mengatakan bahwa analisis kesalahan
adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan, mengklasifikasikan, dan
menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa
yang sedang belajar bahasa kedua atau bahasa asing dengan menggunakan teoriteori dan prosedur-prosedur berdasarkan linguistik.
Ada beberapa bentuk kajian terhadap analisis kesalahan berbahasa dari
kategori linguistik (Tarigan,1988:196) yaitu:
a.

Fonologi, yang mencakup ucapan bagi bahasa lisan dan ejaan bagi
bahasa tulis.

b.

Morfologi, yang mencakup prefiks, infiks, sufiks, konfiks, simulfiks,
perulangankkata

c.

Sintaksis, yang mencakup frasa, klausa, kalimat.

d.

Leksikon atau pilihan kata.

Dalam tulisan ini, penulis akan menganalisis kesalahan pada level fonologi.
Menurut Corder (1981:88) membagi kesalahan berbahasa menjadi dua
jenis kesalahan yakni mistake and error. Berikut penjelasan tentang kedua jenis
kesalahan:
1. Mistake, yaitu penyimpangan yang disebabakan oleh faktor-faktor
performance seperti keterbatasan ingatan, mengeja dalam lafal,
tekanan emosional dan sebagainya. Kesalahan seperti ini mudah
diperbaiki jika pembelajar bahasa diingatkan mengenai kesalahan yang
dilakukan.
2. Error, yaitu penyimpangan yang sistematis dan konsisten dan menjadi
ciri khas pembelajar pada tingkat tertentu.

17 
 
Universitas Sumatera Utara

Penulis juga menggunakan teori Praat yang di mana penulis akan
mengukur kesalahan pelafalan nada. Praat yang dalam Bahasa Belanda berarti
‘suara’ merupakan sebuah freeware yang diciptakan oleh Paul Boersma & David
Weenink

dari

Phonetic

Sciences

Department

University

of

Amsterdam (www.praat.org). Dengan slogannya ‘doing phonetics with computer’,
Praat merupakan perangkat lunak untuk melakukan analisis dan rekonstruksi
suara secara fleksibel. Praat dapat digunakan untuk melakukan banyak hal, mulai
dari analisis spektrogram hingga rekonstruksi (add, cut, dll) suara itu sendiri.
Perangkat lunak (software) Praat dapat digunakan dalam analisis akustik
yang terdiri atas dua kegiatan, yaitu segmentasi ujaran dan sintesis ujaran. Tahap
segmentasi ujaran meliputi edit data bunyi (edit sound) dan segmentasi. Tahap
sintesis ujaran meliputi pembuatan salin-serupa (close-copy), perancangan
hipotesis, modifikasi, dan perekaman bunyi hasil sintesis. Salah satu hal yang
penting untuk diperhatikan dalam penelitian akustik adalah penamaan data.
Penulis mengaplikasikan Praat pada tahap segmentasi ujaran yang meliputi
edit data bunyi dan segmentasi.
Analisis kesalahan berdasarkan Crystal dalam Pateda dapat diaplikasikan
untuk penelitian tentang kesalahan pelafalan nada, yakni mengidentifikasi jenis
kesalahan

yang

dilakukan

,

mengklasifikasikan

jenis

kesalahan

dan

menginterpretasikan hasil analisis tersebut. Dari ketiga tahapan yang dilakukan
inilah penulis menyimpulkan jenis kesalahan dan faktor kesalahan dalam
pelafalan nada pada kata bahasa Mandarin.

18 
 
Universitas Sumatera Utara