T BK 1004666 Chapter1
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang dimiliki dirinya, masyrakat, bangsa, dan negara. Undang-undang yang sama menyatakan juga bahwa fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembanganya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan konsep tersebut, Uman Suherman (uman, 2011) mengemukakan bahwa “ikhtiar pendidikan Indonesia hendaknya dipandang sebagai upaya memanusiakan manusia oleh manusia secara manusiawi dan normatif”. Menurutnya, normatif berkaitan dengan budaya atau sistem nilai sebagai tatanan aturan kehidupan lingkungan masa kini dan masa depan, baik bagi
(2)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendidik maupun peserta didik, sedangkan manusiawi berkaitan dengan sifat-sifat fitrah manusia dengan kelebihan dan kelemahannya. Dengan demikian, jelas terbaca bahwa pendidikan berperan sangat penting dalam menciptakan manusia Indonesia seutuhnya. Lebih lanjut, Uman Suherman menyatakan bahwa “keseluruhan pendidikan, baik pada pendidikan formal, non-formal, dan informal, hendaknya lebih memungkinkan peserta didik untuk mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis serta mampu memilih, mengambil keputusan, mengarahkan, dan mewujudkan dirinya secara efektif dan produktif sesuai dengan tuntutan peranannya di masa depan”. Dengan kata lain, pendidikan tidak hanya melulu mengembangkan seseorang secara individual tetapi juga menyiapkan agar pengembangan individual tersebut memiliki dampak yang signifikan dalam lingkungan sosial.
Penjelasan di atas menjelaskan bahwa pendidikan tidak hanya dalam bentuk pendidikan formal tetapi juga dalam bentuk pendidikan non-formal dan informal. Namun, secara umum, pendidikan formal dapat dikatakan menjadi pionir dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Dalam hal ini, yang termasuk ke dalam bentuk pendidikan formal adalah sekolah. Sekolah sebagai salah satu lingkungan pendidikan formal memiliki peran yang sangat vital untuk membantu peserta didik dalam mencapai tugas-tugas dan tahapan-tahapan perkembangan. Sekolah tidak hanya mendidik peserta didik dalam aspek kognitif, tetapi juga mengembangkan aspek-aspek lainnya, termasuk aspek sosial. Sekolah merupakan
(3)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebuah lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar peserta didik sehingga menghasilkan manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Namun dalam perkembangannya, realitas menunjukkan bahwa sekolah kemudian malah menjadi momok yang menakutkan, baik bagi orangtua maupun bagi peserta didik. Bagi orangtua, sekolah khususnya jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan institusi yang tidak murah lagi. Seperti yang diungkap oleh Edy Suyanto (Kompasiana.com) pada tabel 1.1 dan tabel 1.2.
Tabel 1.1
Pungutan SPI dan Operasional
NO TINGKAT PENDIDIKAN BESAR PUNGUTAN SPI
BESAR PUNGUTAN
BULANAN 1 SD/MI 50.000 sd .15.000.000 0 sd 250.000/bulan 2 SMP/MTS REGULER
SMP/MTS SSN SMP/MTs RSBI
100.000 sd 15.000.000 200.000 sd 15.000.000 1.000.000 sd 20.000.000
0 sd 250.000/bulan 0 sd 250.000/bulan 100.000 sd 300.000 /bulan
3 SMA/SMK/MA REGULER SMA/SMK/MA RSBI
1.000.000 sd 20.000.000 2.000.000 sd 20.000.000
100.000 sd 300.000 /bulan
200.000 sd 400.000 /bulan
4 PERGURUAN TINGGI 3.000.000 sd 200 Jt 500.000 sd 3.000.000 /Smester
Tabel 1.2
Pungutan seragam dan ulangan / ujian
NO TINGKAT PENDIDIKAN BESAR PUNGUTAN SERAGAM
BESAR PUNGUTAN ULANGAN/UJIAN NEGERI SWASTA
1 SD/MI 0 sd 150.000 - 20.000 sd
(4)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2 SMP/MTS REGULER SMP/MTS SSN
SMP/MTs RSBI
0 sd 500.000 0 sd 650.000 0 sd 750.000
- 20.000 sd 250.000 3 SMA/SMK/MA REGULER
SMA/SMK/MA RSBI
500.000 sd 1.000.000 500.000 sd 1.000.000
- 30.000 sd 300.000
Di Jakarta saja misalnya, diperlukan biaya jutaan rupiah untuk bisa menyekolahkan anak di SMA. Belum lagi ternyata biaya yang mahal tersebut belum disertai dampak signifikan dalam penyiapan mental peserta didik. Betapa tidak, tawuran yang marak terjadi di beberapa daerah di Indonesia dapat dijadikan bukti betapa pembelajaran di sekolah belum berdampak positif terhadap peserta didik. Alih-alih mengedepankan prestasi yang positif, para peserta didik sesama satu sekolah atau beda sekolah justru seringkali tidak segan untuk saling baku hantam bertawuran. Lebih ironis lagi ketika fenomena tawuran ini berbuah korban jiwa.
Artikel yang dipublikasikan oleh KPAI menyatakan bahwa di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tawuran ini sering terjadi. Menurut data dari Bimmas Polri Metro Jaya, di Jakarta misalnya, tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Realitas terbaru adalah yang terjadi
(5)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
di Jakarta yang menewaskan salah seorang peserta didik dari sebuah SMA. Tentu saja, fenomena ini sangat menakutkan bagi setiap orang tua.
Di samping bagi orangtua, sekolah juga dinilai menakutkan oleh peserta didik, terutama oleh mereka yang sudah duduk di kelas 3 SMA. Betapa tidak, beberapa tahun belakangan ini fenomena Ujian Nasional (UN) menjadi perdebatan tersendiri karena dampak psikologis yang dihasilkannya. Sekolah selama hampir tiga tahun di SMA bisa tidak lulus hanya gara-gara ujian yang dilaksanakan tak lebih dari empat hari dan hanya diwakili oleh beberapa mata pelajaran. Inilah yang dinilai kurang adil dan berdampak psikologis pada peserta didik. Bagaimanapun, pendidikan, sebagaimana telah dikemukakan di atas, tidaklah melulu berkaitan dengan aspek intelektual tetapi juga aspek perkembangan lainnya.
Realitas-realitas yang menunjukkan betapa pendidikan formal belum sepenuhnya mampu menciptakan manusia Indonesia seutuhnya, sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang Dasar, menjadikan para pendidik dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam bidang pendidikan memikirkan alternatif pendidikan lainnya. Dalam perkembangan dewasa ini, pendidikan tidak hanya ditempuh di sekolah, melainkan juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan rumah sebagai basis pembelajaran atau yang biasa disebut dengan homeschooling. Dalam sejarahnya, pendidikan di rumah bukanlah sebuah hal yang baru. Jauh sebelum ada sistem pendidikan modern atau sekolah sebagaimana yang dikenal pada saat ini, pendidikan dilakukan berbasis rumah. Para raja dan kaum
(6)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bangsawan zaman dahulu biasa mengundang guru-guru privat untuk mengajar anak-anaknya.
Dewasa ini, seiring dengan merebaknya sekolah-sekolah yang menawarkan pendidikan dengan kualitas dan fasilitas yang unggul,
homeschooling menjadi sebuah alternatif pendidikan yang fleksibel. Perlu ditekankan kembali bahwa, selain memakan biaya yang cukup tinggi, sekolah juga terkesan terlalu membatasi kesempatan peserta didik untuk mengeksplorasi lebih jauh pelajaran atau bakat yang diminatinya. Sebagai contoh, tak sedikit peserta didik yang sudah mengawali karier sebagai artis atau atlet, dalam kesehariannya selalu saja sering terjadi benturan waktu antara kesibukan dan kewajibannya sebagai pelajar.
Dilema itu terus saja membayangi selama peserta didik tersebut masih menjalani dua profesi. Peserta didik pun harus memilih salah satu di antara karier atau sekolah. Bagi homeschooler—sebutan bagi peserta didik di homeschooling, karier dan sekolah merupakan hal yang penting dan harus dijalankan karena memang bisa dijalankan secara bersamaan. Mereka lebih bisa menikmati belajar dengan metode ini daripada bersekolah formal. Waktu belajar yang bisa ditentukan sendiri menjadi pilihan utamanya. Ditambah lagi mereka bisa memilih guru yang dianggap cocok dan kapabel di bidangnya yang biasa ada di lembaga-lembaga bimbingan belajar atau kursus.
Alasan mendasar tersebutlah yang kemudian menjadikan homeschooling
(7)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
homeschooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah. Keadaan pergaulan sosial di sekolah yang tidak sehat juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan homeschooling. Walaupun awalnya dipersepsi sebagai kelompok konservatif dan penyendiri (isolationists), homeschooling terus tumbuh dan membuktikan diri sebagai sistem yang efektif dan dapat dijalankan. Praktisi homeschooling pun semakin bervariasi, dengan berbagai alasan memilih
homeschooling dan dengan berbagai latar belakang sosial, religius atau sekuler, kaya, kelas menengah, miskin, kota, pinggiran, pedesaan. Keluarga praktisi
homeschooling juga memiliki latar belakang profesi yang beragam, mulai dari dokter, pegawai pemerintah, pegawai swasta, pemilik bisnis, bahkan guru di sekolah umum. Dengan kata lain, dapatlah dikatakan bahwa homeschooling kini menjadi alternatif pendidikan nonformal yang sedang banyak digandrungi mengingat basis pendidikannya di rumah.
Meskipun demikian, bukan berarti kemudian homeschooling tanpa masalah dan tantangan. Dalam tataran biaya, homeschooling justru bisa lebih mahal dibandingkan sekolah formal mengingat harus menghadirkan guru-guru privat ke rumah yang notabene harus dibayar sesuai dengan kapabilitasnya. Tantangan utama yang dihadapi oleh homeshooling adalah harus mempersiapkan peserta didik sesuai dengan tugas dan tahapan perkembangannya. Diakui atau tidak, sebagai individu yang masih dalam tahapan perkembangan, homeschooler
(8)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
usianya. Dalam tataran inilah diperlukan adanya bimbingan yang dapat meningkatkan keterampilan para peserta didik homeschooling.
Berdasarkan pada kenyataan tersebut, layaknya sekolah formal yang memiliki guru bimbingan dan konseling dengan segala program layanannya,
homeschooling memerlukan program layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru khusus, dalam hal ini guru bimbingan dan konseling. Secara faktual, homeschooling juga telah melaksanakan proses bimbingan. Namun, proses bimbingan yang selama ini dilakukan hanya berupa bimbingan belajar yang itu pun tidak dilakukan oleh petugas bimbingan dan konseling yang memiliki kompetensi sebagai petugas bimbingan. Bimbingan tersebut hanya dilakukan oleh guru homeschooling yang bersangkutan sehingga proses bimbingan pun dirasakan belum efektif karena kompetensi gurunya yang kurang. Mengingat kebutuhan serta mengedepankan prinsip pengembangan potensi sosial peserta didik homeschooling secara optimal, perlu diupayakan pemberian bantuan melalui program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan keterampilan sosial peserta didik homeschooling sehingga dapat tercapai kematangan sosial bagi peserta didik. Dalam konteks inilah penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Sebelum ini telah dikemukakan bahwa salah satu tantangan yang dihadapi dalam perkembangan homeschooling adalah para praktisi homeschooling
(9)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dihadapkan pada pentingnya program bimbingan dan konseling yang dapat mengembangkan keterampilan sosial peserta didik. Bagaimanapun, sebagai individu yang tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sosial, para
homeschooler tentunya harus mampu menempatkan dirinya dalam kehidupan sosial tersebut. Dalam kerangka pendidikan, sebagai individu yang termasuk dalam masa remaja, homeschooler tentu saja harus memiliki bekal untuk dapat bersosialisasi dengan remaja lainnya. Dalam hal inilah keterampilan sosial memiliki peran yang vital.
Keterampilan sosial (social skills) merupakan bagian penting dari kemampuan hidup individu. Tanpa memiliki keterampilan sosial, individu tidak memiliki kelancaran dalam berinteraksi dengan orang lain sehingga hidupnya kurang harmonis (maladjusment). Keterampilan sosial dalam kategori ini lebih memfokuskan terhadap perilaku sosial yang dibutuhkan dalam pengembangan kepribadian dan pembangunan diri individu. Keterampilan sosial merupakan kemampuan seseorang atau warga masyarakat dalam mengadakan hubungan dengan orang lain dan kemampuan memecahkan masalah sehingga memperoleh adaptasi yang harmonis di masyarakat.
Lebih spesifik lagi, menurut McIntyre (2005), social skills are those communication, problem-solving, decision making, self-management, and peer relations abilities that allow one to initiate, build, and maintain positive social relationships with others. Selain pengertian dari McIntyre tersebut, Cartledge and Millbern menunjukkan bahwa keterampilan sosial mempunyai manfaat bagi
(10)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
individu dan masyarakat. Manfaat keterampilan sosial antara lain dapat menguatkan perilaku yang proaktif di masyarakat, prososial dan hidup produktif, dapat memecahkan masalah dalam berinteraksi dengan orang lain, hidup bertanggung jawab dan disiplin, memupuk perilaku berwawasan kemasyarakatan, kebangsaan dan global (Cartledge and Millbern, 2001: 12).
Lebih lanjut, Cartledge dan Millbern menyatakan bahwa keterampilan sosial mempunyai empat sub-bagian, yaitu: (1) environmental behavior (perilaku terhadap lingkungan) yang terdiri atas peduli terhadap lingkungan, emergensi, dan gerakan cinta lingkungan; (2) interpersonal behavior (perilaku interpersonal) yang terdiri atas penerimaan pengaruh orang lain, berhadapan dan mengatasi konflik, memperoleh perhatian, salam dengan orang lain, membantu orang lain, membuat percakapan, kerjasama, sikap positif terhadap orang lain, bergaul secara informal, dan menjaga milik orang lain; (3) self-related behavior (perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri) yang terdiri atas kemampuan menerima konsekuensi, berperilaku etis, menyatakan perasaan, sikap positif, bertanggung jawab, dan peduli terhadap orang lain; dan (4) task-related behavior (perilaku yang berhubungan dengan tugas) yang terdiri atas kemampuan mengerjakan suatu pekerjaan, menampilkan perilaku, partisipasi, mengikuti aturan, kewirausahaan, dan kualitas pekerjaan (Cartledge and Millbern, 2001: 15).
Karakteristik peserta didik yang sedang memasuki masa remaja yang identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif dan pemenuhan tugas perkembangan
(11)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam mengembangkan interaksi sosial yang lebih luas dengan teman sebaya, memunculkan berbagai sifat-sifat negatif yang mengganggu proses pemenuhan tugas perkembangan. Menurut Syamsu Yusuf (2004 : 26) salah satu sifat negatif yang dimaksudkan adalah negatif dalam sikap sosial, seperti timbulnya sikap
maladjusment yang dimunculkan melalui sikap-sikap egois (selfish) dan mementingkan diri sendiri (selfishness).
Dalam hal ini, secara khusus, fakta di lapangan menunjukkan bahwa sikap negatif yang ditimbulkan peserta didik dalam homeschooling adalah sikap pengeksklusifan diri sehingga kurang peka terhadap lingkungan sosial sekitarnya, terutama teman sebaya. Dengan demikian, keterampilan sosial menjadi bagian yang sangat penting untuk dimiliki oleh homeschooler karena dapat menunjang ketercapaian kematangan sosial, tanggung jawab sosial, dan identitas prososial peserta didik sesuai dengan tugas dan tahapan perkembangan yang tengah mereka jalani.
Berdasarkan uraian teoretis tersebut, bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan keterampilan sosial peserta didik homeschooling akan ditinjau dari empat sub bagian dalam keterampilan sosial, yaitu: perilaku yang berhubungan dengan lingkungan pendidikan, antar pribadi, pribadi (personal), dan tugas-tugas akademis. Rumusan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan keterampilan sosial peserta didik dalam homeschooling Berkemas Jakarta?”. Rumusan masalah ini dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
(12)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Seperti apa kondisi kelembagaan homeschooling Berkemas?
2. Seperti apa profil keterampilan sosial peserta didik homeschooling Berkemas? 3. Seperti apa rancangan program bimbingan pribadi-sosial homeschooling
Berkemas?
4. Bagaimana pelaksanaan program bimbingan pribadi-sosial homeschooling Berkemas?
5. Bagaimana dampak bimbingan pribadi-sosial terhadap peserta didik homeschooling Berkemas?
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, penelitian ini terfokus pada bimbingan pribadi sosial sebagai upaya mengembangkan keterampilan sosial peserta didik homeschooling Berkemas. Untuk memberikan suatu layanan yang tepat sasaran, diperlukan data-data aktual mengenai masalah keterampilan sosial pada peserta didik sehingga pembimbing dapat menilai kecenderungan keterampilan sosial peserta didik dan memikirkan bentuk bimbingan yang bersifat preventif developmental untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keterampilan sosial mereka.
D. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap masalah penelitian, istilah-istilah dalm penelitian ini dijelaskan secara konseptual dalam uraian berikut.
(13)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Keterampilan Sosial
Libert& Lewinsohn (1973, dalam Cartledge & Milburn, 2001) menyebutkan keterampilan sosial sebagai kemampuan kompleks untuk melakukan perilaku yang mendapat penguatan positif dan tidak melakukan perilaku yang mendapat penguatan negatif. Hal ini menyiratkan bahwa keterampilan sosial adalah kemampuan individu untuk berperilaku positif terhadap lingkungan sosialnya. Selain itu, Combs & Slaby (1977, dalam Cartledge & Milburn, 2001) mengemukakan keterampilan sosial sebagai kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain pada konteks sosial dalam cara-cara spesifik yang secara sosial diterima atau bernilai dan dalam waktu yang sama memiliki keuntungan untuk pribadi dan orang lain. Hal ini mengandung arti bahwa keterampilan sosial adalah kemampuan individu untuk berinteraksi sesuai dengan konteks lingkungan yang di dalamnya dia berada.
Selanjutnya, Hersen & Bellack (1977, dalam Cartledge & Milburn, 2001) menjelaskan keterampilan sosial mempunyai makna sebagai kemampuan individu dalam mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif dalam hubungannya dengan orang lain yang mencakup respon verbal dan non verbal. Pengertian ini menyiratkan bahwa keterampilan sosial melibatkan aspek-aspek verbal (kata-kata) dan aspek-aspek non-verbal (gestur, mimika, dan lainnya) dari individu terhadap respons sosial yang diterimanya.
Menurut Mclntyre (2005), social skills are those communication, problem solving, decision making, self management, and peer relations abilities that allow
(14)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
one to initiate and maintain positive social relationship with others. Pengertian di atas mengandung arti keterampilan sosial adalah sebuah proses komunikasi, penyelesaian masalah, pembuatan keputusan, manajemen diri dan kemampuan berhubungan dengan orang lain yang mengijinkan seseorang untuk memulai dan mempertahankan hubungan sosial yang positif dengan orang lain.Keterampilan sosial merupakan bentuk perilaku, perbuatan dan sikap yang ditampilkan oleh individu ketika berinteraksi dengan orang lain.
Menurut Cartledge dan Millbern (2001 : 15), keterampilan sosial mempunyai empat sub bagian, yaitu: (1) environmental behavior (perilaku terhadap lingkungan) yang terdiri atas peduli terhadap lingkungan, emergensi, dan gerakan cinta lingkungan; (2) interpersonal behavior (perilaku interpersonal) yang terdiri atas penerimaan pengaruh orang lain, berhadapan dan mengatasi konflik, memperoleh perhatian, salam dengan orang lain, membantu orang lain, membuat percakapan, kerjasama, sikap positif terhadap orang lain, bergaul secara informal, dan menjaga milik orang lain; (3) self-related behavior (perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri) yang terdiri atas kemampuan menerima konsekuensi, berperilaku etis, menyatakan perasaan, sikap positif, bertanggung jawab, dan peduli terhadap orang lain; dan (4) task-related behavior (perilaku yang berhubungan dengan tugas) yang terdiri atas kemampuan mengerjakan suatu pekerjaan, menampilkan perilaku, partisipasi, mengikuti aturan, kewirausahaan, dan kualitas pekerjaan.
(15)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan pengertian di atas maka keterampilan sosial dalam penelitian ini adalah kemampuan suatu individu dalam membuat dan mengimplementasikan serangkaian pilihan serta sikap sosial yang sesuai dengan lingkungan hidupnya, baik terhadap lingkungan pendidikan, antar pribadi, pribadi dan tugas-tugas akademis , dan pribadi dengan lingkungan masyarakat dengan tujuan agar dapat diterima secara positif oleh lingkungan tersebut. Empat sub aspek yang menjadi indikator dalam penelitian ini adalah Environmental behavior (perilaku terhadap lingkungan), Interpersonal behavior (perilaku interpersonal), Self-related behavior (perilaku pribadi), Task-related behavior (perilaku yang berhubungan dengan tugas).
b. Bimbingan Pribadi-Sosial
Winkel (1997: 142) menyatakan bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan yang diberikan kepada individu dalam menghadapi keadaan batin dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batin individu itu sendiri serta dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial). Selanjutnya, Yusuf dan Nurihsan (2005: 11) merumuskan bimbingan pribadi-sosial sebagai suatu upaya membantu individu dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan keadaan psikologis dan sosial klien sehingga individu memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya.
Berdasarkan pengertian di atas, bimbingan pribadi-sosial dalam penelitian ini merupakan proses bimbingan dan bantuan yang diberikan oleh orang yang ahli
(16)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(guru pembimbing) pada individu untuk menghadapi dan mengatasi masalah-masalah pribadi-sosial dengan cara menciptakan lingkungan interaksi pendidikan yang kondusif, mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap-sikap positif, serta dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan pribadi-sosial.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan fakta empirik tentang bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan keterampilan sosial peserta didik homeschooling Berkemas Jakarta.
Tujuan spesifik penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan data empirik tentang aspek keterampilan sosial pada peserta didik dalam homeschooling dengan penjabaran sebagai berikut:
1. Memperoleh gambaran kondisi kelembagaan homeschooling Berkemas Jakarta.
2. Memperoleh gambaran mengenai profil keterampilan sosial dari peserta didik homeschooling Berkemas.
3. Memperoleh gambaran rancangan program bimbingan pribadi sosial di lembaga homeschooling Berkemas.
4. Memperoleh gambaran pelaksanaan program bimbingan pribadi sosial di lembaga homeschooling Berkemas.
(17)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Memperoleh gambaran mengenai dampak program bimbingan pribadi sosial yang telah diberikan kepada peserta didik di lembaga homeschooling Berkemas.
F. Manfaat Penelitian
Dalam merumuskan manfaat dari penelitian ini, terdapat 2 (dua) manfaat penelitian, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat teoretis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran secara umum mengenai program bimbingan pribadi sosial dalam homeschooling. Diharapkan penelitian ini juga bermanfaat dalam rangka menambah khasanah keilmuan bidang Bimbingan dan Konseling.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak sebagai berikut ini :
a. Bagi pembimbing dalam homeschooling, yaitu dapat memberikan masukan yang konstruktif dalam upaya pemberian bantuan terutama bimbingan pribadi-sosial kepada peserta didik homeschooling.
b. Bagi jurusan Bimbingan dan Konseling, dapat menjadi tambahan referensi konseptual tentang program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan keterampilan sosial pada peserta didik homeschooling.
(18)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Bagi orang tua diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keterampilan sosial bagi anak dan dapat lebih memahami keterampilan sosial yang telah dimiliki atau belum dimiliki oleh anak.
G. Asumsi Penelitian
Penelitian ini berdasarkan pada asumsi-asumsi dasar sebagai berikut. 1. McIntyre (2005) Socially Skilled: the ability to respond to a given
environment in a manner that produces, maintains, and enhances positive interpersonal (between people) effects. Social competence: one's overall social functioning, a composite or multitude of generalized social skills. (Social competence can be improved by teaching social behaviors/social skills).
2. Combs & Slaby (1977, dalam Cartledge & Milburn, 2001 : 7) mengartikan keterampilan sosial sebagai kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain pada konteks sosial dalam cara-cara spesifik yang secara sosial diterima atau bernilai dan dalam waktu yang sama memiliki keuntungan untuk pribadi dan orang lain.
3. Yusuf dan Nurihsan (2005: 11) merumuskan bimbingan pribadi-sosial sebagai suatu upaya membantu individu dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan keadaan psikologis dan sosial klien sehingga individu memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya.
(19)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Winkel (1997 : 142) menyatakan bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan yang diberikan kepada individu dalam menghadapi keadaan batin dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batin individu itu sendiri serta dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Moleong (2011: 6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif menunjukan adanya suatu kegiatan pengamatan terhadap seseorang atau sekelompok orang dalam situasi yang nyata.
Tentang penelitian kualittatif, Nasution (2003) menyatakan bahwa metode kualitatif merupakan suatu metode yang dilakukan dengan cara meneliti langsung situasi yang sedang berlangsung secara wajar tanpa adanya intervensi dari peneliti, atau memanipulasi subjek penelitian sehingga diperoleh data deskriptif tentang perilaku manusia. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan terhadap bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan keterampilan
(20)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sosial peserta didik homeschooling Berkemas dalam kegiatan sehari-hari di lingkungannya.
Dalam memperoleh gambaran yang sesuai dengan perumusan masalah, diperlukan metode penelitian yang tepat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi kasus. Metode studi kasus digunakan agar penelitian terfokus pada satu fenomena yang ingin dikaji dan ingin dipahami secara mendalam.
2. Kerangka Penelitian
Bagan 1.1 Kerangka Penelitian Tahap Analisis Data Menjajaki dan menilai keadaan lapangan Mengurus perizinan Memilih lapangan penelitian Menyusun rencana penelitian Menyiapkan perlengkapan penelitian Penggambaran (display) Pengurangan (reduction) Verifikasi (verification) Wawancara Observasi Menjalin hubungan dengan responden Studi Dokumentasi Melaksanakan studi kasus Eksplorasi Orientasi Member cheek Tahap Pelaporan Tahap lapangan Tahap Pra lapangan
(1)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan pengertian di atas maka keterampilan sosial dalam penelitian ini adalah kemampuan suatu individu dalam membuat dan mengimplementasikan serangkaian pilihan serta sikap sosial yang sesuai dengan lingkungan hidupnya, baik terhadap lingkungan pendidikan, antar pribadi, pribadi dan tugas-tugas akademis , dan pribadi dengan lingkungan masyarakat dengan tujuan agar dapat diterima secara positif oleh lingkungan tersebut. Empat sub aspek yang menjadi indikator dalam penelitian ini adalah Environmental behavior (perilaku terhadap lingkungan), Interpersonal behavior (perilaku interpersonal), Self-related behavior (perilaku pribadi), Task-related behavior (perilaku yang berhubungan dengan tugas).
b. Bimbingan Pribadi-Sosial
Winkel (1997: 142) menyatakan bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan yang diberikan kepada individu dalam menghadapi keadaan batin dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batin individu itu sendiri serta dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial). Selanjutnya, Yusuf dan Nurihsan (2005: 11) merumuskan bimbingan pribadi-sosial sebagai suatu upaya membantu individu dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan keadaan psikologis dan sosial klien sehingga individu memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya.
Berdasarkan pengertian di atas, bimbingan pribadi-sosial dalam penelitian ini merupakan proses bimbingan dan bantuan yang diberikan oleh orang yang ahli
(2)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(guru pembimbing) pada individu untuk menghadapi dan mengatasi masalah-masalah pribadi-sosial dengan cara menciptakan lingkungan interaksi pendidikan yang kondusif, mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap-sikap positif, serta dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan pribadi-sosial.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan fakta empirik tentang bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan keterampilan sosial peserta didik homeschooling Berkemas Jakarta.
Tujuan spesifik penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan data empirik tentang aspek keterampilan sosial pada peserta didik dalam homeschooling dengan penjabaran sebagai berikut:
1. Memperoleh gambaran kondisi kelembagaan homeschooling Berkemas Jakarta.
2. Memperoleh gambaran mengenai profil keterampilan sosial dari peserta didik homeschooling Berkemas.
3. Memperoleh gambaran rancangan program bimbingan pribadi sosial di lembaga homeschooling Berkemas.
4. Memperoleh gambaran pelaksanaan program bimbingan pribadi sosial di lembaga homeschooling Berkemas.
(3)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Memperoleh gambaran mengenai dampak program bimbingan pribadi sosial yang telah diberikan kepada peserta didik di lembaga homeschooling Berkemas.
F. Manfaat Penelitian
Dalam merumuskan manfaat dari penelitian ini, terdapat 2 (dua) manfaat penelitian, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat teoretis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran secara umum mengenai program bimbingan pribadi sosial dalam homeschooling. Diharapkan penelitian ini juga bermanfaat dalam rangka menambah khasanah keilmuan bidang Bimbingan dan Konseling.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak sebagai berikut ini :
a. Bagi pembimbing dalam homeschooling, yaitu dapat memberikan masukan yang konstruktif dalam upaya pemberian bantuan terutama bimbingan pribadi-sosial kepada peserta didik homeschooling.
b. Bagi jurusan Bimbingan dan Konseling, dapat menjadi tambahan referensi konseptual tentang program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan keterampilan sosial pada peserta didik homeschooling.
(4)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Bagi orang tua diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keterampilan sosial bagi anak dan dapat lebih memahami keterampilan sosial yang telah dimiliki atau belum dimiliki oleh anak.
G. Asumsi Penelitian
Penelitian ini berdasarkan pada asumsi-asumsi dasar sebagai berikut. 1. McIntyre (2005) Socially Skilled: the ability to respond to a given
environment in a manner that produces, maintains, and enhances positive interpersonal (between people) effects. Social competence: one's overall social functioning, a composite or multitude of generalized social skills. (Social competence can be improved by teaching social behaviors/social skills).
2. Combs & Slaby (1977, dalam Cartledge & Milburn, 2001 : 7) mengartikan keterampilan sosial sebagai kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain pada konteks sosial dalam cara-cara spesifik yang secara sosial diterima atau bernilai dan dalam waktu yang sama memiliki keuntungan untuk pribadi dan orang lain.
3. Yusuf dan Nurihsan (2005: 11) merumuskan bimbingan pribadi-sosial sebagai suatu upaya membantu individu dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan keadaan psikologis dan sosial klien sehingga individu memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya.
(5)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Winkel (1997 : 142) menyatakan bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan yang diberikan kepada individu dalam menghadapi keadaan batin dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batin individu itu sendiri serta dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Moleong (2011: 6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif menunjukan adanya suatu kegiatan pengamatan terhadap seseorang atau sekelompok orang dalam situasi yang nyata.
Tentang penelitian kualittatif, Nasution (2003) menyatakan bahwa metode kualitatif merupakan suatu metode yang dilakukan dengan cara meneliti langsung situasi yang sedang berlangsung secara wajar tanpa adanya intervensi dari peneliti, atau memanipulasi subjek penelitian sehingga diperoleh data deskriptif tentang perilaku manusia. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan terhadap bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan keterampilan
(6)
Fadhil Hardiansyah, 2014
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling
(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sosial peserta didik homeschooling Berkemas dalam kegiatan sehari-hari di lingkungannya.
Dalam memperoleh gambaran yang sesuai dengan perumusan masalah, diperlukan metode penelitian yang tepat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi kasus. Metode studi kasus digunakan agar penelitian terfokus pada satu fenomena yang ingin dikaji dan ingin dipahami secara mendalam.
2. Kerangka Penelitian
Bagan 1.1 Kerangka Penelitian Tahap Analisis Data Menjajaki dan menilai keadaan lapangan Mengurus perizinan Memilih lapangan penelitian Menyusun rencana penelitian Menyiapkan perlengkapan penelitian Penggambaran (display) Pengurangan (reduction) Verifikasi (verification) Wawancara Observasi Menjalin hubungan dengan responden Studi Dokumentasi Melaksanakan studi kasus Eksplorasi Orientasi Member cheek Tahap Pelaporan Tahap lapangan Tahap Pra lapangan