STRATEGI PERSAINGAN HARGA PASAR DI KAWASAN WISATA RELIGI SUNAN AMPEL SURABAYA.

(1)

STRATEGI PER

WISATA

UNIVERSI

FAKULTA

PROGR

PERSAINGAN HARGA PASAR DI KA

TA RELIGI SUNAN AMPEL SURABA

SKRIPSI

Oleh: DINA MAULINA

NIM: C04212010

ERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AM

LTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLA

OGRAM STUDI EKONOMI SYARIA

SURABAYA

2016

KAWASAN

BAYA

MPEL

SLAM


(2)

STRATEGI PERSAINGAN HARGA PASAR DI KAWASAN

WISATA RELIGI SUNAN AMPEL SURABAYA

SKRIPSI Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Ilmu Ekonomi Syariah

Oleh: DINA MAULINA

NIM: C04212010

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Program Studi Ekonomi Syariah Surabaya


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Abstrak: Strategi Persaingan Harga Pasar Di Kawasan Wisata Religi Sunan Ampel Surabaya merupakan penelitian yang bertujuan untuk menetapkan harga. Harga merupakan penentu keberhasilan pedagang dalam memperoleh keuntungan dari produk yang dijual. Skripsi ini adalah hasil penelitian untuk menjawab rumusan masalah bagaimana pedagang Muslim Ampel menentukan harga pasar dan bagaimana strategi persaingan harga pasar di kawasan Wisata Religi Sunan Ampel Surabaya. Metode yang digunakan bersifat penelitian kualitatif untuk memahami fenomena yang terjadi serta dialami oleh objek penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh, bahwa persaingan harga yang terjadi di Pasar Kawasan Wisata Religi Sunan Ampel Surabaya sudah sesuai dengan anjuran etika berbisnis dalam Islam. Terbukti dengan aktivitas-aktivitas yang terjadi di pasar Ampel tidak menyimpang, hampir semua pedagang melakukan persaingan dengan sehat, jujur, terbuka dan adil.

Abstract: Market Price Competition Strategies in Wisata Religi Sunan Ampel Surabaya is a research that aims to set the price. Price is the determinant of the success of traders to capitalize on the sold products. This thesis is the result of research to answer the research question how Ampel traders fix market price and how market price competition strategies in Wisata Religi Sunan Ampel Surabaya. The method used by writer is qualitative research to understand the phenomena that occur as well as experienced by the object of research. The results obtained, that price competition occurs in the Market Region Religious Tourism Sunan Ampel Surabaya are in accordance with the recommendation to business ethics in Islam. Evidenced by the activities going on in the market Ampel not distorted, almost all traders do with healthy competition, honest, open and fair.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM...i

PERNYATAAN KEASLIAN...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii

MOTTO...iv

PENGESAHAN...v

ABSTRAK...vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI...ix

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Dan Batasan Masalah...5

C. Rumusan Masalah...6

D. Tujuan Penelitian...6

E. Kegunaan Hasil Penelitian...7

F. Kajian Pustaka...7

G. Definisi Operasional...12

H. Metode Penelitian...13

I. Sistematika Pembahasan...18

BAB II PERSAINGAN HARGA DALAM BISNIS ISLAM...20

A. Strategi Persaingan...20

B. Etika Persaingan...25


(9)

2. Etika Persaingan Dalam Bisnis...27

C. Mekanisme Pasar...34

D. Persaingan Harga...39

BAB III PENENTUAN HARGA DAN PERSAINGANNYA DI PASAR WISATA RELIGI SUNAN AMPEL SURABAYA...46

A. Gambaran Umum Pasar Wisata Religi Sunan Ampel...46

B. Penentuan Harga Pasar Wisata Religi Sunan Ampel...48

1. Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga...48

C. Strategi Persaingan Harga Pasar...51

BAB IV ANALISISSTRATEGI PERSAINGAN HARGA PASAR DALAM BISNIS ISLAM...54

A. Penentuan Harga Pasar Wisata Religi Sunan Ampel...54

B. Strategi Persaingan Harga...59

BAB V PENUTUP...65

A. Kesimpulan...65

B. Saran...66 DAFTAR PUSTAKA


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perekonomian seakan menjadi nyawa bagi setiap manusia,

masyarakat, bangsa dan negara. Disadari atau tidak bahwa setiap manusia

di dunia ini tidak akan bisa lepas dari yang namanya dunia perekonomian

karena hal ini merupakan salah satu fitrah manusia dalam menjalani

kehidupannya.1 Salah satu aktivitas perekonomian manusia adalah bisnis.

Islam menganjurkan umatnya untuk berkerja salah satunya dengan

berbisnis.

Perilaku dalam berbisnis tidak luput dari adanya nilai moral.

Rasululllah Muhammad SAW. bersabda di dalam suatu hadis yang artinya

bahwa bekerja mencari rezeki yang halal merupakan kewajiban, setelah

kewajiban ibadah (HR. Ath Thabrani dan Baihaqi).2 Hadis ini kemudian

diperkuat dengan Firman Allah dalam surah al-A’raf ayat 10:

ن ركْشت ام ايلق شياعم ا يف ْمكل انْلعج ضْرأا يف ْمكاّنّكم ْدقل

“Sesungguhnya, Kami menempatkan kalian sekalian di muka bumi

dan Kami memberikan kalian di bumi itu (sumber) penghidupan."3

Pekerjaan yang dilakukan manusia dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya salah satunya ialah dengan berbisnis. Bisnis adalah organisasi

1

Johan Arifin, Etika Bisnis Islami (Semarang: Walisongo Press, 2009), 31.

2Islam Cendikia, “Pengertian Bisnis dalam Ajaran Syariah Islam dan Umum”, dalam http://www.islamcendikia.com, “diakses pada” 12 Agustus 2016.

3

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2008), 152.


(11)

2

yang menyediakan barang atau jasa untuk dijual dengan maksud

mendapatkan keuntungan. Bisnis adalah sebuah aktivitas yang mengarah

pada peningkatan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa,

perdagangan atau pengolahan dagang (produksi).4

Bisnis dalam dunia perdagangan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap manusia memerlukan harta dan kekayaan untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan tujuan itulah manusia berlomba-lomba untuk mengejar harta kekayaan dengan cara berbisnis. Oleh sebab itu Islam kemudian mewajibkan kepada umatnya untuk senantiasa bekerja dalam memenuhi segala kebutuhan hidup mereka.5

Bisnis paling mudah dipahami bila dilihat dari dimensi ekonomi. Dari sudut pandang ini, bisnis adalah kegiatan produktif dengan tujuan memperoleh keuntungan. Bisnis merupakan tulang punggung kegiatan ekonomi, tanpa bisnis tidak ada kegiatan ekonomi.6 Salah satu aktivitas ekonomi dalam perdagangan adalah pasar. Pasar merupakan fasilitas publik yang membantu perekonomian suatu daerah. Pasar merupakan tempat dimana para pedagang dan pembeli bertransaksi. Di sana mereka bisa menawar harga yang cukup miring daripada belanja di mall-mall. Pasar menjadi salah satu tempat dimana orang-orang bisa menjual barang, jasa dan tenaga kerjanya dengan imbalan uang.

4

Muhammad, Etika Bisnis Islami (Yogyakarta: UP AMP YKPN, 2004), 37.

5

Johan Arifin, Etika Bisnis Islam ..., 81.

6


(12)

3

Keragaman para pedagang menjadikan perilaku dalam berdagang

dan strategi yang mereka terapkan berbeda-beda, mulai dari cara promosi,

memberikan diskon atau menjual barang-barang dengan harga yang lebih

murah dibanding dengan pedagang yang lain. Harga merupakan elemen

penting dalam strategi pemasaran dan harus senantiasa dilihat dalam

hubungannya dengan strategi pemasaran. Harga berinteraksi dengan

seluruh elemen lainnya dalam bauran pemasaran untuk menentukan

efektivitas dari setiap elemen dan keseluruan elemen.7

Harga merupakan satu-satunya faktor bauran pemasaran yang

memberikan masukan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan. Dari

sudut pandang pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran

lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar

memperoleh hak kepemilikan atas penggunaan suatu barang atau jasa.8

Penentuan harga merupkan titik kritis dalam bauran pemasaran jasa

karena harga menentukan pendapatan dari suatu usaha/bisnis. Keputusan

penentuan harga juga sangat signifikan di dalam penentuan nilai/manfaat

yang dapat diberikan kepada pelanggan dan memainkan peranan penting

dalam gambaran kualitas jasa. Strategi penentuan tarif dalam perusahaan

jasa dapat menggunakan penentuan tarif premium pada saat permintaan

tinggi dan tarif diskon pada saat permintaan turun.9 Penentuan harga bisa

didasarkan pada harga pesaing, dimana harga ditetapkan di bawah, di atas,

ataupun sama dengan harga pesaing.

7

Samsul Anam, et al., Manajemen Pemasaran (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), 103.

8

Ibid.

9


(13)

4

Ada beberapa keputusan yang menyangkut penentuan harga,

termasuk harga tertentu yang diberikan kepada masing-masing produk

atau jasa yang dipasarkan. Perlu ditinjau apa saja yang menjadi tujuan bagi

penjual dalam menetapkan harga produknya. Tujuan-tujuan tersebut

adalah a) meningkatkan penjualan, b) mempertahankan dan memperbaiki

pangsa pasar, c) stabilisasi harga, d) mencapai target pengembalian

investasi, dan e) mencapai laba maksimum. Dalam penetapan harga,

pedagang harus memperhatikan secara mendalam sensitifitas pembeli

terhadap harga. Dalam pasar yang konsumennya peka terhadap harga, saat

suatu pedagang menurunkan harga, maka pesaing juga ikut menurunkan

harganya.

Persaingan harga sering menimbulkan kecemasan yang akhirnya

menimbulkan persaingan yang tidak sehat. Kondisi ini sering dijumpai di

pasar dan menjadi alasan kemunduran kualitas produk dan layanan. Dalam

Islam, bila ingin memenangkan persaingan, harga produk harus

kom-petitif. Dalam hal ini, tidak diperkenankan membanting harga dengan

tujuan menjatuhkan pesaing. Selama berbisnis, seorang muslim senantiasa

sandarkan segala sesuatunya kepada Allah. Segala keadaan dihadapi

dengan sikap positif tanpa meninggalkan hal-hal prinsip yang telah Allah

perintahkan kepadanya. Terbaik di hadapan Allah adalah yang dicapai

dengan cara tetap setia menaati setiap aturan-Nya dalam berbisnis,

sedangkan terbaik di hadapan manusia dengan menjalankan bisnis dengan


(14)

5

Dalam observasi awal penulis sedikitnya memperoleh informasi

tentang strategi yang dilakukan oleh beberapa pedagang. Seperti

memberikan harga di bawah harga pasar dan memberikan diskon pada

produk-produk tertentu misalnya: mukena, sarung, baju kokoh, peralatan

umroh dan haji, dll. Dalam hal ini, penulis tertarik untuk membahas

tentang “Strategi Persaingan Harga Pasar di Kawasan Wisata Religi Sunan

Ampel Surabaya”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat disampaikan identifikasi dan batasan masalahnya sebagai berikut:

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah yang teridentifikasi, antara lain:

a. Penentuan harga pasar di pasar kawasan wisata religi Sunan Ampel Surabaya.

b. Motivasi pedagang dalam penentuan harga pasar di pasar kawasan wisata religi Sunan Ampel Surabaya.

c. Strategi persaingan harga pasar di pasar kawasan wisata religi Sunan Ampel Surabaya.

2. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini akan dilakukan pembatasan agar penelitian ini lebih terarah. Penelitian


(15)

6

ini fokus pada pedagang Muslim Ampel dalam menentukan harga pasar dan strategi persaingan harga pasar di kawasan wisata religi Sunan Ampel Surabaya.

C. Rumusan Masalah

Berpijak pada latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah yang akan dikembangkan dan dicari penyelesaiannya, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pedagang Muslim Ampel menentukan harga pasar di kawasan wisata religi Sunan Ampel Surabaya ?

2. Bagaimana strategi persaingan harga pasar di kawasan wisata religi Sunan Ampel Surabaya ?

D. Tujuan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana pedagang Muslim Ampel menetapkan harga pasar di kawasan wisata religi Sunan Ampel Surabaya.

2. Untuk mengetahui strategi persaingan harga pasar di kawasan wisata religi Sunan Ampel Surabaya.


(16)

7

E. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya:

1. Aspek teoretis, untuk mendeskripsikan strategi yang dilakukan pedagang Muslim Ampel dalam menentukan harga pasar dalam melakukan persaingan harga.

2. Aspek praktis, untuk menjadi bahan studi komperatif ataupun studi lanjutan bagi pihak-pihak yang ingin mendalami secara jauh permasalahan yang berkaitan dengan obyek pembahasan ini.

F. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkasan tentang kajian atau penelitian yang sudah pernah dilakukan terkait masalah yang diteliti, sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.10

Penelitian ini berjudul “Strategi Persaingan Harga Pasar di Kawasan Wisata Religi Sunan Ampel Surabaya” penelitian ini tidak lepas dari berbagai penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pandangan dan juga referensi serta ascuan dalam penyusunan skripsi ini.

10

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunuk Teknis Penulisan Skripsi (Surabaya: Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014), 8.


(17)

8

1. Risma Ulinnuha Hamidah (2012) dalam skripsi yang berjudul “Strategi

Bersaing Pedagang di Pasar Ngunut Tulungagung Ditinjau dari Etika

Bisnis Islami”.11

Analisis hasil penelitian yang digunakan adalah deskriptif

kualitatif yaitu mendiskripsikan hasil wawancara dengan pedagang

pakaian, sepatu, aksesoris, buah dan jasa menjahit serta data-data

lainnya yang kemudian menganalisisnya dengan teori.

Hasil penelitian ini menjunjukkan kebiasaan mereka tidak transparan terhadap cacat barang yang mereka perdagangkan, tidak adil dalam menetapkan harga, kebiasaan mereka berkata bohong dalam berdagang. Dalam Etika Bisnis Islam tidak transparan, tidak adil dalam menetapkan harga, dan berbohong disebut perdagangan dengan penipuan (Tadlis) tidak diperbolehkan karena akan merugikan salah satu pihak, sedangkan dalam Islam di ajarkan untuk jujur dan adil terhadap semua pelanggan. Persamaan dengan penelitian ini adalah

strategi bersaing. Adapun perbedaannya adalah dalam produk-produk

yang diteliti, peneliti sebelumnya lebih mengarah pada kebutuhan

sehari-hari yaitu: sembako sedangkan penelitian ini lebih mengarah

pada kebutuhan primer yaitu: mukena, sarung, baju kokoh, dll.

2. Taufiq Hidayat (2007) dalam skripsi yang berjudul “Perspektif Hukum

Islam Terhadap Strategi Dagang yang Diterapkan oleh Pedagang Roti

dan Kue pada Tahun 2007 di Pasar Ngawen Gunungkidul”.12

11Risma Ulinnuha Hamidah, “Strategi Bersaing Pedagang di Pasar Ngunut Tulungagung

: Ditinjau


(18)

9

Penelitian ini dilakukan dengan metode interview dan observasi

dan menganalisanya dengan hukum Islam. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa belum sepenuhnya pedagang di Pasar Ngawen

Gunungkidul melaksanakan aturan dan etika yang ada dalam hukum

Islam.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi yang belum

sesuai adalah strategi terhadap distributor dan strategi penetapan harga.

Dan dalam penerapan strateginya belum melaksanakan nilai kejujuran

dan nilai keadilan yang merupakan prinsip dagang yang dilakukan

Rasulullah saw. Persamaan dengan penelitian ini adalah strategi

berdagang. Adapun perbedaannya adalah dalam strategi berdagang,

peneliti sebelumnya lebih mengarah pada roti dan kue, sedangkan

penelitian ini lebih mengarah pada kebutuhan primer yaitu: mukena,

sarung, baju kokoh, dll.

3. Anis Maisaroh (2014) dalam skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum

Islam Terhadap Pelaksanaan Strategi Marketing Pedagang Pasar

Banjarsari Ciamis Jawa Barat”.13

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reseach).

Sifat penelitian ini adalah deskriptif-analitik, yakni dengan penelitian

ini penyusun mengevaluasi lalu memberikan penilaian terhadap realita

yang ada di lapangan dengan menggunakan pendekatan normatif. 12Taufiq Hidayat, “Perspektif Hukum Islam terhadap Strategi Dagang yang Diterapkan oleh

Pedagang Roti dan Kue pada Tahun 2007 di Pasar Ngawen Gunungkidul” (Skripsi--UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2007).

13Anis Maisaroh, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Pelaksanaan Strategi Marketing Pedagang


(19)

10

Hasil penelitian dan analisis hukum yang dilakukan dapat

disimpulkan bahwa pedagang di Pasar Banjarsari Ciamis Jawa Barat

khususnya pedagang sembako belum sepenuhnya melaksanakan aturan

dan etika dalam hukum Islam. Masih ditemukan aksi mencampurkan

barang dengan kualitas bagus dengan kualitas buruk dan juga masih

adanya penimbunan barang dan menaikan harga menjelang Ramadhan

sampai Idul Fitri dengan tujuan memanfaatkan situasi untuk

mendapatkan keuntungan yang besar. Persamaan dengan penelitian ini

adalah strategi bersaing. Adapun perbedaannya adalah dalam

produk-produk yang diteliti, peneliti sebelumnya lebih mengarah pada

kebutuhan sehari-hari yaitu: sembako, sedangkan penelitian ini lebih

mengarah pada kebutuhan primer yaitu: mukena, sarung, baju kokoh,

dll.

4. Nabila Desiana (2012) dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Strategi Bersaing dalam Peningkatan Pangsa Pasar pada PT. XL Mitra Abadi Utama Makassar”.14

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan penjualan yang dicapai oleh perusahaan PT. XL Mitra Abadi Utama Makassar serta untuk mengetahui penerapan strategi bersaing dengan menggunakan analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) terhadap peningkatan pangsa pasar.

14Nabila Desiana, “Penerapan Strategi Bersaing dalam Peningkatan

Pangsa Pasar pada PT. XL


(20)

11

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa hasil perhitungan analisis pangsa pasar (market share) dalam pemasaran provider kartu seluler khususnya pada perusahaan PT. XL Mitra Abadi Utama Makassar, menunjukkan bahwa pangsa pasar atau market share untuk setiap tahunnya meningkat. Faktor yang menyebabkan adanya kenaikan pangsa pasar sebab jumlah penjualan jasa provider kartu seluler meningkat setiap tahunnya. Sedangkan dari hasil analisis

perhitungan formulasi SWOT yang dilakukan terlihat bahwa strategi yang dijalankan oleh perusahaan selama ini sehingga dapat

meningkatkan pangsa pasar adalah strategi pertumbuhan agresif. Dimana dalam penerapan strategi pertumbuhan agresif memiliki keunggulan jika dibandingkan kelemahan dapat dikatakan positif dan selain itu peluang lebih besar dari ancaman.

5. Nurul Hidayati (2011) dalam skripsi yang berjudul “Strategi Bisnis

Usaha Mikro Kecil (UMKM) dalam Mengembangkan Usahanya Studi

pada Industri Ikat Tenun di Parengan Kecamatan Maduran-Lamongan”.15

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada

obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah instrumen kecil.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam strategi

produksi dalam bidang kerajinan tenun tidak jauh berbeda yaitu

15

Nurul Hidayati, “Strategi Bisnis Usaha Mikro Kecil (UMKM) dalam Mengembangkan Usahanya Studi pada Industri Ikat Tenun di Parengan Kecamatan Maduran-Lamongan” (Skripsi—UPN


(21)

12

differensiasi produk dalam hal bentuk maupun jenisnya. Strategi

keuangan yaitu modal yang digunakan untuk mendirikan usaha adalah

modal sendiri dan pinjaman dari bank, serta pencatatan keungan belum

dilakukan secara sistematis. Strategi sumber daya manusia, usaha

tersebut memperkerjakan hampir semua tenaga kerja yang diperoleh

dari masyarakat sekitar dengan sistem gaji borongan. Strategi

pemasaran, untuk produk kain melalui internet, pameran dan lain-lain.

Persamaan dengan penelitian ini adalah dalam hal strategi. Adapun

perbedaannya, penelitian terdahulu lebih banyak membahas tentang

strategi pemasaran, strategi sumber daya manusia, strategi keuangan.

Sedangkan penelitian ini hanya membahas tentang strategi persaingan

harga.

G. Definisi Operasional

Penelitian ini berjudul “Strategi Persaingan Harga Pasar di Kawasan Wisata Religi Sunan Ampel Surabaya”. Agar lebih memudahkan dalam memahami skripsi ini, penelitian ini mendefinisikan beberapa

istilah, antara lain:

1. Strategi persaingan

Strategi persaingan adalah pencarian akan posisi bersaing yang

menguntungkan dalan suatu industri, arena fundamental tempat

persaingan terjadi. Sedangkan menurut Philip Kotler, strategi bersaing


(22)

13

pesaing dan yang memberi perusahaan keunggulan bersaing yang

sekuat mungkin. Dari penjelasan tersebut, strategi persaingan adalah

upaya yang dilakukan suatu perusahaan dalam mengambil hati sebuah

pasar (konsumen) dengan memberikan keunggulan-keunggulan

dibanding pesaingnya. Dalam hal ini, pedagang memberikan diskon

kepada konsumen apalagi jika konsumen tersebut sudah menjadi

pelanggan tetap di toko tersebut.

2. Persaingan Harga

Persaingan harga adalah bentuk persaingan antar para pedagang

yang bertujuan untuk menarik minat konsumen dengan menawarkan

harga produk yang rendah dibandingkan dengan pedagang lain. Tetapi

tidak semua pedagang memberikan harga rendah, ada juga yang

memberikan harga pas/harga wajar.

H. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara untuk mendapatkan data

dalam suatu penelitian. Dengan kata lain, dapat dikatakan suatu cara yang

digunakan untuk memecahkan suatu masalah. Dalam penulisan skripsi ini

guna memperoleh data dan informasi yang objektif dibutuhkan data dan

informasi yang faktual dan relevan.

Sesuai dengan rujukan di atas, maka pendekatan penelitian yang


(23)

14

kualitatif. Karena penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif maka

hasil data akan difokuskan berupa pertanyaan secara deskriptif.

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di pasar kawasan wisata religi

Sunan Ampel Surabaya.

2. Data dan Sumber Data

Data yang perlu dihimpun untuk penelitian ini adalah data yang

terkait dengan strategi persaingan harga pasar di kawasan wisata religi

Sunan Ampel Surabaya. Untuk menggali kelengkapan data tersebut,

maka diperlukan sumber-sumber data sebagai berikut:

a. Sumber data primer

Sumber data primer yakni subjek penelitian yang dijadikan

sebagai sumber informasi penelitian dengan menggunakan alat

pengukuran atau pengambilan data secara langsung16 melalui

dokumentasi dan interview (wawancara). Dalam hal ini subjek

penelitian yang dimaksud adalah pedagang muslim ampel.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah

data primer.17 Sumber data sekunder merupakan data pendukung.

Data ini digunakan untuk mendukung informasi dari data primer

yang diperoleh dari observasi langsung ke lapangan.

16

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007), 91.

17

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif


(24)

15

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standart

untuk memperoleh data yang diperlukan.18 Dalam pengumpulan data

pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan beberapa metode yaitu:

a. Wawancara (Interview)

Menurut Esterberg dalam Sugiyono, wawancara merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi atau ide melalui

tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu

topik. Ia juga mengemukakan beberapa wawancara, yaitu

wawancara terstruktur, semistruktur, dan tidak terstruktur.19

Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa wawancara yang

sering disebut dengan interview atau kuesioner lisan adalah sebuah

dialog yang dilakukan oleh wawancara untuk memperoleh

informasi dari pewawancara (interviewer).20 Dalam wawancara ini

peneliti melakukan wawancara dengan pedagang muslim ampel.

b. Observasi

Sutrisno Hadi mengatakan bahwa metode observasi adalah

metode pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pencatatan

secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang

diselidiki.21 Sedangkan menurut Arikunto dalam pengertian

18

Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Terras, 2009), 57.

19

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D

(Bandung: Alfabeta, 2010), 317.

20

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 132.

21


(25)

16

psikologi observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan

adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap obyek dengan

menggunakan seluruh alat indera. Apa yang dilakukan ini adalah

pengamatan langsung.22

Dalam hal ini penggunaan metode observasi yaitu

mengadakan pengamatan dan pencatatan dalam keadaan yang

sebenarnya. Metode ini dilakukan peneliti untuk mendapatkan

informasi tentang strategi persaingan harga yang dilakukan oleh

pedagang muslim ampel.

c. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data dengan cara

memperoleh dari keputusan di mana penulis mendapatkan

teori-teori dan pendapat ahli serta beberapa buku referensi yang ada

hubungannya dengan penelitian ini.23 Teori tentang strategi,

penetapan harga, persaingan harga.

4. Teknik Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul, baik itu dari penelitian lapangan

maupun penulisan, maka dilakukan analisa data secara kualitatif

sebagai berikut:

a. Editing, yaitu proses pengecekan dan penyesuaian yang diperlukan

untuk menjamin kelengkapan dan kesiapan data penelitian dalam

22

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 133.

23


(26)

17

proses analisis.24 Dalam hal ini penulis akan mengambil data yang

akan dianalisis berdasarkan rumusan masalah saja.

b. Organizing, yaitu pengaturan dan penyusunan data yang diperoleh

sedemikian rupa sehingga menghasilkan bahan untuk menyusun

laporan skripsi dengan baik.25 Penulis melakukan pengelompokan

data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan menyusun data tersebut

dengan sistematis untuk memudahkan penulis dalam menganalisis

data.

c. Penemuan hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah

diperoleh dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai

kebenaran fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan

jawaban dari rumusan masalah.26

5. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Sugiyono, analisis data adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat

dipahami, dan temuannya dapat di informasikan kepada orang lain.27

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data

deskriptif kualitatif, yaitu analisis data atau fenomena yang dapat

ditangkap oleh peneliti, dengan menunjukkan bukti-buktinya.28 Tujuan

24

Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis: untuk Akuntansi dan Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2002), 167-168.

25

Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), 66.

26

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 246.

27

Ibid., 334.

28


(27)

18

dari metode ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran

mengenai obyek penelitian secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang

diselidiki,29 serta teknik ini digunakan untuk mendeskripsikan data

yang peneliti kumpulkan baik data wawancara, observasi, maupun

dokumentasi. Setelah data terkumpul semua, barulah data tersebut

dianalisis.

I. Sitematika Pembahasan

Penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab yang terbagi dalam

beberapa sub bab, adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:

Bab pertama merupakan pendahuluan. Dalam bab ini terdiri dari

latar belakang masalah yang merupakan pemaparan munculnya masalah

yang ada di lapangan, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah,

kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi

operasional, metode penelitian, sistematika pembahasan.

Bab kedua merupakan landasan teori. Pada bab ini penulis

mengulas masalah-masalah yang berhubungan dengan objek penelitian

melalui teori-teori yang relevan. Teori-teori tersebut merupakan teori

strategi persaingan, teori etika persaingan, teori mekanisme pasar dan teori

persaingan harga.

29


(28)

19

Bab ketiga merupakan data penelitian. Pada bab ini penulis

mendeskripsikan data yang berkenaan dengan hasil wawancara dan

observasi. Dilakukan dengan jelas dan terang. Deskripsi tersebut meliputi

gambaran umum tentang pasar wisata religi Sunan Ampel Surabaya,

penentuan harga pasar, dan strategi persaingan harga pasar.

Bab keempat merupakan analisis data. Pada bab ini penulis

menganalisis data penelitian yang telah dideskripsikan sebelumnya guna

menjawab masalah penelitian. Strategi persaingan harga yang dilakukan

oleh pedagang Muslim Ampel apakah sudah sesuai dengan etika

persaingan dan dalam etika bisnis Islam.

Bab lima merupakan penutup. Bab terakhir yang berisi kesimpulan

dari hasil penelitian. Serta memberikan saran dengan melihat hasil dari

analisis guna memberikan masukan kepada pedagang muslim yang


(29)

BAB II

PERSAINGAN HARGA DALAM BISNIS ISLAM

A. Strategi Persaingan

Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert, strategi dapat didefinisikan berdasarkan dua perspektif yang berbeda, yaitu 1) dari perspektif apa yang suatu organisasi ingin lakukan (intends to do), dan 2) dari perspektif apa yang organisasi akhirnya lakukan (eventually does). Berdasarkan perspektif yang pertama, strategi didefinisikan sebagai program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan mengimplementasikan misinya. Maksudnya, pedagang berperan aktif, sadar dan rasional dalam merumuskan strategi organisasi.

Sedangkan berdasarkan perspektif yang kedua, strategi

didefinisikan sebagai pola tanggapan atau respons organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Definisi ini menjelaskan bahwa setiap strategi yang dirumuskan tidak semuanya dapat diterapkan. Dalam hal ini strategi dipahami bukan hanya sebagai “berbagai cara untuk mencapai tujuan (ways to achieve ends) melainkan mencakup pula penentuan berbagai tujuan itu sendiri. Strategi dipahami pula sebagai sebuah pola yang mancakup di dalamnya baik strategi yang direncanakan (intended strategy and deliberate strategy) maupun strategi yang awalnya tidak dimaksudkan (emerging strategy) tetapi menjadi strategi yang


(30)

21

dipertimbangkan bahkan dipilih untuk diimplementasikn (realized strategy).1

Strategi bersaing adalah mengembangkan rencana mengenai bagaimana bisnis akan bersaing, apa yang seharusnya menjadi tujuannya dan kebijakan apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.2 Definisi Competitive Marketing Strategy atau strategi bersaing menurut Porter adalah kombinasi antara akhir (tujuan) yang diperjuangkan oleh perusahaan dengan alat (kebijaksanaan) dan perusahaan berusaha sampai kesana.3 Sedangkan menurut Kotler “strategi yang secara kuat menempatkan perusahaan terhadap pesaing dan yang memberi perusahaan keunggulan bersaing yang sekuat mungkin”.4 Jadi, pengertian strategi bersaing adalah bagaimana upaya yang dilaksanakan oleh sebuah perusahaan dalam memenangkan sebuah pasar yang menjadi pasar sasaranya dengan cara memberikan keunggulan-keunggulan dalam bersaing, menganalisis pesaing serta melaksanakan strategi pemasaran bersaing yang efektif.

Persaingan merupakan kondisi real yang dihadapi setiap orang di masa sekarang. Kompetisi dan persaingan tersebut bila dihadapi secara positif atau negatif, bergantung pada sikap dan mental dalam memaknai persaingan tersebut. Hampir tiada hal yang tanpa kompetisi/persaingan,

1

Ismail Solihin, Manajemen Strategik (Jakarta: Erlangga, 2012), 64.

2

Michael E Porter, Strategi Bersaing Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing (Jakarta: Erlangga, 2001), 35.

3

Ibid., 16.

4

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran di Indonesia, Analisis dan Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian, Ed.1 Jilid 2, terj. Susanto (Jakarta: Salemba Empat, 2001), 312.


(31)

22

seperti halnya kompetisi dalam berprestasi, dunia usaha bahkan dalam proses belajar. Persaingan merupakan semacam upaya untuk mendukuki posisi yang lebih tinggi di dalam dunia usaha. Bila jumlah pesaing cukup banyak dan seimbang, persaingan akan tinggi sekali karena masing-masing pedagang memiliki sumber daya yang relatif sama. Bila jumlah pesaing sama tetapi terdapat perbedaan sumber daya, maka terlihat mana yang akan menjadi market leader, dan pedagang mana yang merupakan pengikut.5

Dalam dunia bisnis seorang pedagang tampaknya tidak dapat terpisahkan dari aktivitas persaingan. Dengan kata lain aktivitas bersaing dalam bisnis antara pedagang satu dengan pedagang yang lain tidak dapat dihindarkan. Para pedagang harus memahami dalam ajaran Islam dianjurkan agar para umatnya untuk melakukan perlombaan dalam mencari kebaikan di segala hal, termasuk diantaranya dalam hal berbisnis. Oleh karena itu, walaupun sedang mengalami kondisi persaingan, pedagang muslim bisa berusaha menghadapinya dan tanpa merugikan orang lain. Islam sebagai sebuah aturan hidup yang khas, telah memberikan aturan-aturan yang rinci untuk menghindarkan munculnya permasalahan akibat praktik persaingan yang tidak sehat. Tiga unsur yang harus dicermati dalam persaingan bisnis adalah:6

5

Jopie Jusuf, Analisis Kredit untuk Account Officer (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), 260.

6


(32)

23

1. Pihak-pihak yang bersaing

Manusia merupakan pelaku bisnis. Bagi seorang muslim, bisnis yang dilakukan adalah untuk memperoleh dan mengembangkan harta yang dimilikinya. Harta yang diperolehnya adalah rezeki yang diberikan Allah SWT. Tugas manusia adalah berusaha sebaik-baiknya salah satunya dengan jalan bisnis. Tidak ada anggapan rezeki yang diberikan Allah akan diambil oleh pesaing. Karena Allah telah mengatur hak masing-masing sesuai usahanya.

2. Segi cara bersaing

Berbisnis adalah bagian dari muamalah, karenanya bisnis tidak lepas dari hukum-hukum yang mengatur muamalah. Dalam berbisnis setiap orang akan berhubungan dengan pesaing. Rasulullah saw memberikan contoh bagaimana bersaing dengan baik. Ketika berdagang, Rasul tidak pernah melakukan usaha untuk menghancurkan pesaingnya. Dalam berbisis, harus selalu berupaya memberikan pelayanan terbaik, namun tidak menghalalkan segala cara.

3. Objek yang dipersaingkan

Beberapa keunggulan yang dapat digunakan untuk

meningkatkan daya saing adalah: a. Produk

Produk yang dipersaingkan baik barang dan jasa harus halal. Spesifikasinya harus sesuai dengan apa yang diharapkan


(33)

24

konsumen untuk menghindari penipuan, kualitasnya terjamin dan bersaing.

b. Harga

Bila ingin memenangkan persaingan, harga produk harus kompetitif. Dalam hal ini, tidak diperkenankan membanting harga untuk menjatuhkan pesaing.

c. Tempat

Tempat yang digunakan harus baik, sehat, bersih dan nyaman, dan harus dihindarkan dari hal-hal yang diharamkan seperti barang yang dianggap sakti untuk menarik pengunjung. d. Pelayanan

Pelayanan harus diberikan dengan ramah, tapi tidak boleh dengan cara yang mendekati maksiat.

Persaingan sangat penting bagi keberhasilan atau kegagalan dalam perdagangan maupun usaha. Porter menguraikan ada lima faktor persaingan bisnis yang dapat menentukan kemampuan bersaing:

a. Kekuatan tawar-menawar

b. Kekuatan pemasok

c. Ancaman produk pengganti d. Ancaman pendatang baru

e. Persaingan kompetitif di antara anggota industri

Tujuan utama yang mendorong kegiatan bisnis adalah laba yang didefinisikan sebagai perbedaan antara penghasilan dan biaya-biaya yang


(34)

25

dikeluarkan. Dalam kegiatan bisnis, pedagang harus bisa menghadapi persaingan usaha yang lazim terjadi dalam dunia bisnis. Ketika pedagang bersikap kompetitif maka pedagang memiliki sikap siap serta berani bersaing dengan orang lain. Dalam arti yang positif dan optimis, kompetisi bisa diarahkan pada kesiapan dan kemampuan untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan sebagai umat manusia. Kompetisi seperti ini merupakan motivasi diri sekaligus faktor penggali dan pengembang potensi diri dalam menghadapi bentuk-bentuk kompetisi, sehingga kompetisi tidak semata-mata diarahkan untuk mendapatkan kemenangan dan mengalahkan lawan.7 Dengan memahami konsep seperti itu, pedagang tidak menganggap kompetitor sebagai lawan dalam menjalankan bisnis melainkan sebagai partner.

B. Etika Persaingan

1. Definisi Etika

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).8 Kata etika berasal dari kata ethos dalam bahasa Yunani yang berarti kebiasaan, adat, sikap dan cara berfikir. Menurut Wiranata, etika senantiasa terkait dengan konsep ideal yang memuat tatanan etika dalam pergaulan yang melandasi tingkah laku untuk

7Muhammad Saman, “Persaingan Industri PT. PancanataCentralindo Perspektif Etika Bisnis

Islam” (Skripsi--Universits Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010), 19.

8

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), 40.


(35)

26

mewujudkan tata hubungan pergaulan manusia berdasarkan kepada asas-asas baku, ideal dan penuh harmonisasi bila dilakukan.

Dengan demikian etika merupakan filsafat moral yaitu pemikiran yang dilandasi oleh rasional, kritis, mendasar, sistematis, dan normatif. Dalam konteks profesionalisme, etika memberikan jawaban dan sekaligus pertanggungjawaban tentang ajaran moral, yaitu bagaimana seorang yang berprofesi harus bersikap, berperilaku, dan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pokok pangkal etika adalah perbuatan baik dan benar, oleh karena itu etika adalah filsafat moral, sebagai bagian dari filsafat.9

Di dalam Islam, Al-Quran menyebutkan bahwa etika dalam termaal-khuluq (dari kata dasar khalaqa-khuluqun) kemudian lebih dikenal dengan terma akhlaq yang berarti tabi’at, budi pekerti, kebiasaan kesatriaan, dan keprawiraan.10 Menurut Ahmad Amin dalam Fakhri,11 akhlak adalah ilmu yang mejelaskan baik dan buruk, menerangkan apa yang harusnya dilakukan oleh manusia kepada yang lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan apa yang harus diperbuat. Etika dalam Islam adalah mengenai norma dan ajaran yang mengatur hubungan antara individu, masyrakat, kelompok terhadap lingkungan maupun hubungan kepada Allah.

9

I Gede Wiranata, Etika Bisnis & Hukum Bisnis Sebuah Pemikiran Awal (Bandar Lampung: Penerbit Universitas Lampung, 2010), 8.

10

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al Munawir (Yogyakarta: PP Krapyak, 1984), 393.

11

Madjid Fakhri, Etika dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Belajar dan Pusat Studi Islam-UMS, 1996), 15-16.


(36)

27

Etika berkaitan erat dengan manusia, yakni upaya untuk mengatur kehidupan dan perilaku. Berbeda dengan orang barat yang menggunakan akal sebagai dasar kebenaran untuk mengatur etika mereka. Sedangkan, Islam meletakkan Al-Quran sebagai dasar kebenaran. Oleh karena itu, etika dalam ajaran Islam tidak bisa disamakan dengan pengertian dari ilmuan barat. Etika dalam Islam tidak hanya tentang manusia dengan manusia melainkan juga dengan Allah.

2. Etika Persaingan dalam Bisnis

Etika Islam yang telah menyatu kedalam bisnis menciptakan paradigma bisnis dalam etika. Paradigma bisnis merupakan cara berfikir dan cara pandang yang dijadikan landasan bisnis sebagai aktivitas maupun entitas. Paradigma bisnis Islam di bangun dan di landasi oleh prinsip-prinsip berikut:12

a. Tauhid (Kesatuan/Unity)

Prinsip ini merupakan prinsip pokok dari segala sesuatu, karena di dalamnya terkandung perpaduan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik yang menjadi satu (homogeneous whole). Maka Islam

kemudian menawarkan perpaduan antara agama sebagai

perwujudan dari sikap taat hamba kepada Sang Pencipta.

12

Muhammad dan Lukman, Visi Al-Quran Tentang Etika dan Bisnis (Jakarta: Salemba Diniyah, 2002), 11.


(37)

28

b. Keseimbangan (Keadilan/Equilibrium)

Prinsip yang kedua ini lebih menggambarkan dimensi kehidupan pribadi yang bersifat horizontal. Prinsip keseimbangan yang berisikan ajaran keadilan merupakan salah satu prinsip dasar yang harus dipegang oleh siapapun.

c. Kehendak Bebas (Free Will)

Konsep Islam memahami bahwa institusi ekonomi seperti pasar dapat berperan efektif dalam kehidupan perekonomian. Hal ini berlaku saat terjadi persaingan bebas dapat terjadi secara efektif, hal ini diumungkinkan terjadi saat tidak ada intervensi bagi pasar dari pihak manapun, tak terkecuali oleh pemerintah.

Dalam Islam kehendak bebas mempunyai tempat tersendiri, karena potensi kebebasan itu sudahada sejak manusia dilahirkan di muka bumi. Namun, perlu ditekankan bahwa kebebasan yang ada dalam diri manusia bersifat terbatas, sedangkan kebebasan yang tak terbatas hanya milik Allah semata.

d. Pertanggungjawaban (Responsibility)

Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. Untuk memenuhi tuntutan keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertanggung jawabkan tindakannya.13 Secara logis, prinsip ini berhubungan erat dengan

13


(38)

29

prinsip kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan bertanggungjawab atas semua yang dilakukan.14

Menurut Sayyid Qutub dalam Beekun, Islam memiliki prinsip pertanggungjawaban yang seimbangan dalam segala bentuk dan ruang lingkupnya, antara jiwa dan raga, antara individu dan keluarga, individu dan sosial antar suatu masyarakat dengan

masyarakat lainnya. Sehingga secara mendasar prinsip

pertanggungjawaban ini akan mengubah perhitungan ekonomi dan bisnis karena segala sesuatunya harus mengacu pada keadilan.15 e. Kebenaran: Kebajikan dan Kejujuran

Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari kesalahan, mengandung pula unsur yaitu kebajikan dan kejujuran. Kebenaran adalah nilai kebenaran yang dianjurkan dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan dengan niat, sikap dan perilaku yang benar yang meliputi proses akad (transaksi), proses mencari, proses pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan laba.

Kebajikan adalah sikap ihsan (beneviolance) yang merupakan tindakan yang memberikan keuntungan bagi orang lain.

14

Syed Nawab Naqvi, Etika dan Ilmu Ekonomi: Suatu Sintesis Islami, terj. Husin Arnis (Bandung: Mizan, 1993), 86.

15


(39)

30

Adapun kejujuran adalah sikap jujur dalam semua proses bisnis yang dilakukan tanpa adanya penipuan sedikitpun.16

Dalam semua hubungan, kepercayaan adalah unsur dasar. Kepercayaan diciptakan dari kejujuran. Kejujuran adalah satu kualitas yang paling sulit dari karakter untuk dicapai didalam bisnis, keluarga, atau dimanapun gelanggang tempat orang-orang berminat untuk melakukan persaingan dengan pihak-pihak lain. Kebanyakan dari pedagang mempunyai satu misi yang terkait dengan rencana-rencana. Bisnis yang berhasil dalam masa yang panjang akan cenderung untuk membangun semua hubungan atas mutu, kejujuran dan kepercayaan. Dan inilah yang menjadi salah satu kunci sukses Rasulullah dalam berbisnis.

Dalam dunia bisnis kepercayaan sangat penting artinya. Tanpa didasari atas rasa saling percaya, maka transaksi bisnis tidak akan bisa terlaksana. Akan tetapi, dalam dunia bisnis pedagang dilarang untuk terlalu cepat percaya pada orang lain, karena hal ini rawan terhadap penipuan. Maka, pedagang dianjurkan sebelumnya untuk melihat track record pesaingnya. Dalam ajaran Islam, setiap muslim yang ingin berbisnis maka dianjurkan untuk selalu melakukan persaingan yang sehat, jujur, terbuka dan adil:17

16

Muhammad dan Lukman, Visi Al-Qur’an, 22.

17Mudharabah, “Etika Persaingan Bisnis dalam Perspektif Islam”,

http://mudharabah-ekonomisyariah.blogspot.co.id, “diakses pada 11 April 2016.


(40)

31

a. Melakukan persaingan yang sehat

Baik itu dalam bentuk tidak diperbolehkan menawar barang yang sedang ditawar oleh orang lain dengan dipertegas dengan hadits dibawah ini:

ََالاعَ مِلْس مْلاَِم سايَالَ«ََالااقَ-ملسوَهيلعَهاَىلص-َِهللاَالو سارَناأَاةارْ يار َ ِِاأَْناع

َِهيِخاأَِمْواس

»

Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallambersabda, “Janganlah seorang muslim menawar barang yang ditawar oleh muslim yang lain.” (HR Muslim, no.3886).18

Tidak diperbolehkan membeli barang pedagang yang dari kampung yang belum tahu harga pasar, dengan dipertegas dengan hadits dibawah ini:

َ هالَاناذْأايَْناأَلِإَِهيِخاأَِةابْطِخَىالاعَْب طْاََالاوَِهيِخاأَِعْيا بَىالاعَ ل جرلاَِعِبايَال

Janganlah seseorang menjual di atas jualan saudaranya. Janganlah pula seseorang khitbah (melamar) di atas khitbah saudaranya kecuali jika ia mendapat izin akan hal itu” (HR. Muslim no. 1412).19

18Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia, “Menawar Barang Yang Ditawar Orang Lain”, dalam http://pengusahamuslim.com, “diakses pada” 12 Agustus 2016.

19Rumaysho.com, “Bentuk Jual Beli yang Terlarang”,

https://rumaysho.com, “diakses pada” 12 Agustus 2016.


(41)

32

Hal ini berpedoman pada firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 188:

َِلااوْماأَْنِمَااقيِرافَاو ل كْأاتِلَِماك ْْاَ اَِإَااَِِاو لْد تاوَِلِطاابْلاِبَْم كانْ يا بَْم كالااوْماأَاو ل كْأاتَ الاو

َ ِسانلاَ

َانو مالْعا تَْم تْ ناأاوَِِْْْْاِب

“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”20

b. Kejujuran

Dalam melakukan usahanya, seorang pedagang wajib berlaku jujur. Sebagaian dari makna kejujuran adalah seorang pedagang senantiasa terbuka dan transparan dalam jual belinya. Jujur dalam pengertian yang lebih luas yaitu tidak berbohong, tidak menipu, tidak berkhianat. Ketika pedagang memiliki sifat jujur, maka orang lain akan menaruh kepercayaan dan tidak perlu terlalu khawatir untuk melakukan bisnis bersama. Banyak sekali orang yang berhasil dalam dunia bisnis karena sifat jujur yang mereka miliki. Seperti dijelaskan dalam surat al-Ahzab ayat 70-71:

ااديِداسَ الْوا قَاو لو قاوَاهللاَاو ق تاَاو نامآَانيِذلاَااه ياأَااي

َاازْوا فَازاافَْداقا فَ هالو ساراوَاهللاَِعِط يَْناماوَ

ۚ

َْم كابو ن ذَْم كالَْرِفْغا ياوَْم كالاامْعاأَْم كالَْحِلْص ي

ااميِظاع

20

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2008), 29.


(42)

33

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar (70) niscaya

Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan

mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar (71)”.21

c. Keterbukaan

Pada zaman sekarang ini, ketika manusia yang satu dengan manusia yang lain sulit sekali saling percaya, apalagi dalam masalah yang berkaitan dengan keuangan, maka setiap usaha yang ingin menjalin kerjasama dituntut untuk terbuka. Terbuka dalam arti bahwa memiliki laporan keuangan yang jelas atas usaha yang dimiliki dimana laporan keuangan tersebut bisa diaudit oleh pihak-pihak terkait. Dan sifat terbuka inilah yang merupakan salah satu kunci sukses keberhasilan Rasulullah dalam berbisnis menjual barang-barang dagangan Khadijah.

َنِإ

َ

َاراجتلا

َ

َانو ثاعْ ب ي

َ

َامْوا ي

َ

َِةاماايِقْلا

َ

ااراج ف

َ

َلِإ

َ

َِنام

َ

ىاق تا

َ

َاهللا

َ

َرا باو

َ

َاقاداصاو

Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan pada hari kiamat nanti sebagai orang-orang fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertakwa pada Allah, berbuat baik dan

berlaku jujur (HR. Tirmidzi dan Ibnu

Majah, shahih dilihat dari jalur lain).22 d. Keadilan

Salah satu bentuk sederhana dalam berbisnis yang berkaitan dengan keadilan adalah tidak menambah atau mengurangi berat

21

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2008), 427.

22Rumaysho.com, “Berkah dari Kejujuran dalam Bisnis”,

https://rumaysho.com, “diaksespada”12 Agustus 2016.


(43)

34

timbangan dalam jual-beli. Seperti dijelaskan pada surah An-Nahl ayat 90:

َِراكْن مْلااوَِءااشْحافْلاَِناعَىاهْ نا ياوَ اِْر قْلاَيِذَِءااتيِإاوَِنااسْحِْْااوَِلْداعْلاِبَ ر مْأايَاهللاَن

09َُانو ركاذاتَْم كلاعالَْم ك ظِعايَِيْغا بْلااو

)

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebijakan, memberi kepada kamu kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”23

Dalam surah lain pun dijelaskan tentang pentingnya keadilan, terdapat pada surah al-Isra ayat 35:

َاَيِوْأاتَ ناسْحاأاوَنرْ ياخَاكِلٰاذَ

ۚ

َِميِقاتْس مْلاَِسااطْسِقْلاِبَاو نِزاوَْم تْلِكَااذِإَالْياكْلاَاو فْواأاو

“Dan sempurnakanlah takaran ketika kamu menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar”.24

C. Mekanisme Pasar

Mekanisme pasar (market mechanism) adalah kecenderungan di pasar bebas sehingga terjadi perubahan harga sampai pasar menjadi seimbang (equilibrium) yakni sampai jumlah permintaan dan penawaran sama.25 Menurut Boediono, mekanisme pasar sebagai proses yang berjalan atas dasar gaya (kekuatan) tarik menarik antara konsumen-konsumen

23

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2008), 277.

24

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2008), 285.

25

M. Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia, Teori Mikro Ekonomi: Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional (Jakarta: Kencana, 2010), 51.


(44)

35

(demand) dan produsen-produsen (supply) yang bertemu di pasar.26 Dari sana terbentuklah suatu harga atas barang di pasar barang dan faktor produksi di pasar faktor produksi.

Harga yang dibentuk oleh mekanisme pasar bergerak sesuai hukum permintaan dan penawaran. Jika supply lebih besar dari demand, maka harga akan cenderung rendah. Begitu pula sebaliknya, jika demand lebih tinggi sementara supply rendah, maka harga akan mengalami peningkatan. Mekanisme pasar yang bisa berjalan secara sehat akan dapat membentuk kondisi yang seimbang antara permintaan dan penawaran, yaitu kondisi di mana tidak ada kelebihan ataupun kekurangan stock. Sehingga jumlah barang yang ditawarkan dalam satu periode tertentu sama dengan barang yang diminta. Pada kondisi inilah harga keseimbangan akan terbentuk.

Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa kenaikan harga di suatu pasar terhadap suatu barang tidak selalu disebabkan oleh ketidakadilan dari para pedagang, sebagaimana banyak dipahami orang. Sebab, harga merupakan hasil dari interaksi hukum permintaan dan penawaran yang terbentuk karena berbagai faktor yang kompleks. Menurutnya, naik dan turunnya harga tidak selalu disebabkan oleh adanya ketidakadilan dari beberapa bagian pelaku transaksi. Terkadang penyebabnya adalah defesiensi dalam produksi atau penurunan terhadap barang yang diminta, atau tekanan pasar.27

26

Boediono, Ekonomi Mikro (Yogyakarta: BPFE UGM, 1982), 8.

27

Adiwarman A Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 364.


(45)

36

Oleh karena itu, jika permintaan terhadap barang-barang tersebut menaik, sementara ketersediaannya/penawarannya menurun maka harga akan naik. Sebaliknya, jika ketersediaan barang-barang menaik dan permintaan terhadapnya menurun, maka harga barang tersebut akan turun juga. Kelangkaan dan keberlimpahan barang mungkin bukan disebabkan oleh tindakan sebagian orang, kadang-kadang pula disebabkan oleh tindakan yang tidak adil, atau juga bukan. Hal ini adalah kehendak Allah yang telah menciptakan keinginan dalam hati manusia. Di dalam mekanisme pasar, ada beberapa hal yang dilarang dalam melakukan kegiatan bisnis, yaitu:

a. Penimbunan barang (Ihtikar)

Penimbunan atas dagangannya dan menantikan mahalnya harga pada saat itu menjual dengan harga setinggi-tinginya tidak dikendaki oleh Allah dan Rasul-Nya.28 Larangan penimbunan barang juga sudah dijelaskan dalam surah Al Humazah ayat 1-9:

َنلْياو

َ

َِل كِل

َ

َ ةازا

َ

َ ةازام ل

َُ

١

يِذلاَ

َ

َاعااَ

َ

لاام

َ

َ ادداعاو

َُ

٢

َ باسْاََ

َ

َناأ

َ

َ هالاام

َ

َ ادالْخاأ

َُ

٣

َاكَ

َ

َناذابْن يال

َ

َِِ

َ

َِةاماط ْْا

َُ

٤

ااماوَ

َ

َاكاارْداأ

َ

اامَ

َاط ْْا

َ ةام

َُ

٥

َ راانَ

َ

َِهللا

َ

َ ةاداقو مْلا

َُ

٦

َِتلاَ

َ

َ عِلطات

َ

ىالاع

َ

َِةادِئْفْا

َُ

٧

ااه نِإَ

َ

َْمِهْيالاع

َ

َنةاداصْؤ م

َُ

٨

ََِِ

َ

َ داماع

َ

َ ةاددا ِ

َُ

٩

َ

“Kecelakaanlah bagi Setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung, Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya Dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke

28


(46)

37

hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.”29

Suatu kegiatan masuk dalam kategori ihtikar jika terdapat tiga unsur berikut:

1. Mengupayakan adanya kelangkaan barang, baik dengan cara menimbun stok.

2. Menjual dengan cara yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga sebelum munculnya kelangkaan.

3. Mengambil keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan

keuntungan normal pada umumnya.30 b. Penentuan harga yang tetap

Tas’ir (penetapan harga) salah satu praktik yang tidak diperbolehkan dalam syari’at Islam. Pemerintah ataupun yang memilik otoritas ekonomi tidak memiliki hak dan weweanang untuk menentukan harga terhadap sebuah komoditas. Kecuali pemerintah telah menyediakan untuk para pedagang jumlah yang cukup untuk dijual dengan menggunakan harga yang sudah ditentukan atau pemerintah melihat adanya kezaliman di dalam sebuah pasar yang mengakibatkan rusaknya mekanisme pasar yang sehat.31

29

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2008), 601.

30

Veithzal Rivai, Islamic Marketing (Jakarta: Granedia Pustaka Utama, 2012), 145.

31


(47)

38

c. Riba

Riba merupakan penambahan tanpa adanya ‘iwadh. Allah mengancam pelaku riba, baik di dunia dan akhirat. Terdapat dalam surah Ar Ruum ayat 39:

َ ديِر تَ ةااكازَْنِمَْم تْيا تآَااماوَِهللاَادْنِعَو بْرا يَ اَافَِسانلاَِلااوْماأَ َِِاو بْرا يِلَاابِرَْنِمَْم تْيا تآَااماو

َ م َاكِئالو أافَِهللاَاهْجاوَانو

َ

َ:َمورلاَُانو فِعْض مْلا

90

َ

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat

demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan

(pahalanya).”32

Selain itu terdapat penjelasan dalam surah Ali Imran ayat 130 mengenai larangan riba:

َانو حِلْف تَْم كلاعالَاهللاَاو ق تااوَ

ۚ

َاةافاعااض مَاافااعْضاأَاابِرلاَاو ل كْأاتَ الَاو نامآَانيِذلاَااه ياأَااي

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertawakalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”33

d. Tadlis

Tadilis adalah transaksi yang mengandung suatu hal yang tidak diketahui salah satu pihak. Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip kerelaan antara kedua belah pihak (pedagang

32

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2008), 408.

33

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2008), 66.


(48)

39

dan pembeli) sehingga tidak ada pihak yang merasa dicurigai atau ditipu.34

e. Gharar

Secara bahasa, gharar mempunyai arti hal yang tidak diketahui atau bahaya tertentu. Sedangkan menurut terminologi fiqih, gharar merupakan hal yang tidak diketahui terhadap akibat satu perkara/transaksi atau ketidakjelasan antara baik dan buruknya.35 Dan juga sudah dijelaskan larangan gharar dalam surah Al Maidah ayat 90:

َِنااطْيشلاَِلاماعَْنِمَنسْجِرَ م الْزاْْااوَ بااصناْْااوَ رِسْيامْلااوَ رْماْْاَااِإَاو نامآَانيِذلاَااه ياأَااي

َ

َانو حِلْف تَْم كلاعالَ و بِناتْجااف

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”36

D. Persaingan Harga

Persaingan dalam kamus manajemen adalah usaha-usaha dari dua orang/lebih perusahaan yang masing-masing bergiat “memperoleh pesanan” dengan menawarkan harga/syarat yang paling menguntungkan. Persaingan ini dapat terdiri dari beberapa pemotongan harga, iklan/promosi, variasi dan kualitas, kemasan, desain, dan segmentasi

34

Rivai, Islamic Marketing..., 151.

35

Suyanto, Muhammad Business Strategy & Ethics..., 209.

36

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2008), 123.


(49)

40

pasar.37 Persaingan harga sendiri adalah persaingan antar para pedagang yang bertujuan menarik para konsumen dengan menawarkan suatu produk dengan harga yang lebih rendah dari para pesaing. Di dalam persaingan harga perlu adanya penetapan harga untuk menentunkan harga dari suatu produk.

Harga merupakan satu-satunya elemen dalam bauran pemasaran yang menghsilkan pendapatan (revenue). Harga juga merupakan elemen bauran pemasaran yang paling mudah disesuaikan. Selain itu, harga turut mengkomunikasikan nilai produk terhadap pasar. Pada dasarnya ketika menetapkan harga, pedagang harus mempertimbangkan beberapa hal seperti penetapan harga untuk mewujdukan keuntungan, volume penjualan (permintaan atas berbagai produk beserta sifatnya), persaingan dari pedagang lain, pandangan masyarakat terhadap suatu produk, serta kedudukan dalam pasar.38

Penetapan harga pada umumnya merupakan hal yang paling mendasar di antara program-program pemasaran. Pertama, semua produk dan jasa mempunyai harga, meskipun seandainya produk atau jasa tersebut “gratis”. Dalam melaksanakan strategi pemasaran, pedagang harus memutuskan tentang harga. Sebaliknya, program-program lain (misalnya pengembangan produk atau promosi penjualan) tidak selalu diperlukan dalam melaksanakan strategi pemasaran. Kedua, keputusan tentang harga dapat dan seringkali harus dibuat lebih sering daripada

37

B.N Maribun, Kamus Manajemen (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), 276.

38

Widiyono dan Mukhaer Pakkanna, Pengantar Bisnis Respon Terhadap Dinamika Global


(50)

41

keputusan lainnya. Artinya, keputusan tentang harga dapat dilaksanakan dengan segera. Ketiga, dari sudut pandang peranggaran (budgeting), harga merupakan hal yang penting karena keputusan tentang harga mempunyai dampak terhadap keuntungan.39

Ibnu Taimiyah adalah seorang pelopor dalam penjelasannya tentang penentuan harga dalam hubungannya dengan penawaran dan permintaan.40 Naik turunnya harga tidak selalu disebabkan oleh tindakan tidak adil dari sebagian orang yang terlibat transaksi. Bisa jadi penyebabnya adalah penawaran yang menurun akibat efisiensi produksi, penurunan jumlah impor barang-barang yang diminta atau juga tekanan pasar. Karena itu, jika permintaan terhadap barang meningkat, sedangkan penawaran menurun, harga tersebut akan naik, begitu pula sebaliknya.41 Besar kecilnya kenaikan harga bergantung pada besarnya perubahan penawaran dan atau permintaan. Bila seluruh transaksi sudah sesuai aturan, kenaikan harga yang terjadi merupakan kehendak Allah.42

Sudarsono menyatakan bahwa “Dalam menetapkan harga jual perlu dipertimbangkan beberapa hal, antara lain: (a) harga pokok jual barang, (b) harga barang sejenis, (c) daya beli masyarakat, (d) jangka waktu perputaran modal, (e) peraturan-peraturan dan sebagainya”. Faktor-faktor tersebut merupakan Faktor-faktor-Faktor-faktor objektif. Artinya pendapatan pribadi pedagang tidak ikut berperan, atau kalau pun ada hanya kecil

39

Agus Maulana, Strategi dan Program Manajemen Pemasaran (Jakarta: Erlangga, 1994), 218.

40

Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2010), 143.

41

Ibid, 144.

42

Ismail Nawawi, Ekonomi Mikro Dalam Prespektif Islam (Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2010), 162.


(51)

42

sekali. Faktor-faktor objektif ini kadang kadang tidak cukup kuat untuk dipakai sebagai dasar penentuan harga, sehingga ada faktor-faktor pertimbangan subyektif. Dalam melaksanakan penetapan harga, berdasarkan pendapat Kotler (1996), maka pedagang harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:43

a. Kondisi pasar

Dalam hal ini pedagang harus mengenal secara mendalam kondisi pasar (monopoli atau persaingan bebas atau hal lainnya) yang akan dimasuki.

b. Harga produk saingan

Dalam menentukan harga sebaiknya kita harus mengenal harga pesaing yang ada di pasar (price awareness) dan harga yang diberikan ke konsumen. Biasanya harga yang beredar di pasaran berbeda dengan harga yang diberikan kepelanggan. Hal ini disebabkan strategi kompetitor dan aspek lainnya antara kompetitor dengan pelanggannya. Untuk itu sangat diperlukan riset ke lapangan dalam bentuk riset kuantitif dan dibantu dengan marketing inteligent.

c. Elasitas permintaan dan besaran permintaan

Elasitas disini adalah untuk mengatahui berapa besar perubahan permintaan yang disebabkan dengan perubahan harga. Disamping itu sangat diperlukan respons konsumen terhadap perubahan harga yang dikaitkan dengan penggunaan produk itu sendiri. Misal dengan

43CuteMother, “Faktor

-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga Produk” , http://cutemother-duniaitufana.blogspot.co.id, “diakses pada” 11 April 2016.


(52)

43

penurunan harga maka konsumen akan membeli lebih banyak atau malah tidak jadi membeli, begitu pula sebaliknya.

d. Differensiasi dan Life Cycle Produk

Dalam memenangkan pasar bagi suatu produk tentunya sangat dibutuhkan perbedaan dengan produk kompetitor. Untuk itu sangat diperlukan pemahaman akan perbedaan terhadap kompetitor baik aspek kualitas, pelayanan dan faktor lainnya. Di samping itu harus mengenal posisi produk yang dikaitkan dengan waktu dan besarnya penjualan. Dengan pengenalan dan pemahaman kondisi produk maka pedagang akan lebih mudah dan bebas menentukan tarif.

e. Faktor lainnya

Pemahaman kondisi ekonomi yang terjadi saat ini dan perkiraan kedepan yang akan terjadi merupakan kunci pokok dalam upaya mengetahui daya beli masyarakat, disamping memperkirakan kondisi politik dan keamanan.

Salah satu keputusan yang sulit dihadapi suatu perusahaan adalah menetapkan harga. Meskipun cara penetapan harga yang dipakai sama bagi setiap pedagang didasarkan pada biaya, persaingan, permintaan, dan laba. Tetapi kombinasi optimal dari faktor-faktor tersebut berbeda sesuai dengan sifat produk, pasarnya, dan tujuan tiap pedagang.

Tujuan dari penetapan harga selalu berorientasi pada seberapa besar keuntungan yang akan di dapat dari suatu produk atau jasa yang dimiliki, sehingga tujuan penetapan harga hanya berdasarkan pada tingkat


(53)

44

keuntungan dan perolehan yang akan diterimanya. Namun di dalam perkembangannya, tujuan penetapan harga bukan hanya berdasarkan tingkat keuntungan dan perolehannya saja melainkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan non ekonomis lainnya. Berikut adalah tujuan penetapan harga:44

a. Memaksimalkan Laba

Penetapan harga ini biasanya memperhitungkan tingkat keuntungan yang ingin diperoleh. Semakin besar marjin keuntungan yang ingin didapat, maka menjadi tinggi pula harga yang ditetapkan untuk konsumen. Dalam menetapkan harga sebaiknya turut memperhitungkan daya beli dan variabel lain yang dipengaruhi harga agar keuntungan yang diraih dapat maksimum.

b. Meraih Pangsa Pasar

Untuk dapat menarik perhatian para konsumen yang menjadi target market atau target pasar maka suatu perusahaan sebaiknya menetapkan harga yang serendah mungkin. Dengan harga turun, maka akan memicu peningkatan permintaan yang juga datang dari market share pesaing atau kompetitor, sehingga ketika pangsa pasar tersebut diperoleh maka harga akan disesuaikan dengan tingkat laba yang diinginkan.

44Deka, “Penetapan Harga: Tujuan Strategi dan Berbagai Macam Pendekatnnya”, https://ekonomiana.wordpress.com, “diakses pada” 11 April 2016.


(54)

45

c. Mempertahankan Pangsa Pasar

Ketika sudah memiliki pasar tersendiri, maka perlu adanya penetapan harga yang tepat agar dapat teteap mempertahankan pangsa pasar yang ada.

d. Tujuan Stabilisasi Harga

Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, saat pedagang menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu (misalnya minyak bumi). Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industri (industry leader).

Tujuan-tujuan dalam penetapan harga ini mengindikasikan bahwa

pentingnya pedagang untuk memilih, menetapkan dan

membuat perencanaan mengenai nilai produk atau jasa dan tujuan yang ingin dicapai atas produk atau jasa tersebut.


(55)

BAB III

PENENTUAN HARGA DAN PERSAINGANNYA DI PASAR WISATA RELIGI SUNAN AMPEL SURABAYA

A. Gambaran Umum Pasar Wisata Religi Sunan Ampel Surabaya

Wisata Religi Sunan Ampel, salah satu dari Wali Songo dalam menyebarkan agama Islam di Jawa, terletak di kelurahan Ampel, kecamatan Semampir, Surabaya, Jawa Timur, dengan obyek yaitu makam Sunan Ampel dan Masjid Ampel. Kawasan Ampel lebih kita kenal sebagai tujuan wisata religi, yakni dengan mengunjungi Masjid Sunan Ampel. Berbagai daerah dari penjuru nusantara selalu memadati kawasan ini. Mereka berziarah ke makam Sunan Ampel yang merupakan salah satu walisongo. Kawasan Ampel merupakan salah satu sentra perdagangan yang terletak di Surabaya. Kawasan ini terletak di bagian utara kota Surabaya. Daerah ini juga dikenal dengan istilah Kampung Arab. Komunitas Arab telah menghuni kawasan ini sejak berabad-abad silam, yaitu ketika para musafir yang berasal dari Hadramaut datang ke Pulau Jawa. Kawasan inilah yang menjadi saksi awal mula perkembangan Islam di Nusantara.1

Masjid Sunan Ampel dan makam Sunan Ampel paling ramai dikunjungi pada waktu menjelang Idul Fitri atau hari-hari besar Islam lainnya. Pemerintah kota Surabaya sangat memperhatikan perkembangan kawasan ini, hal ini terlihat dengan adanya beberapa peningkatan fasilitas

1Em Wildan, “Sejarah Kawasan Ampel Surabaya”,

http://widaldannakmoslem.blogspot.co.id,


(56)

47

mulai dari lahan parkir baik bus maupun roda empat serta roda dua hingga penambahan gedung fasilitas dan gapura. Meskipun sudah tersedia lahan parkir yang cukup luas, tetap tidak bisa menampung semua kendaraan yang akan berkunjung ke kawasan Ampel, hal ini menyebabkan banyaknya kendaran yang parkir tidak pada tempatnya dan mengakibatkan jl Nyamplungan sebagai jalan utama untuk menuju pintu masuk Kawasan Ampel macet.

Kawasan Ampel tidak hanya menonjolkan sisi religi saja, namun ada satu tempat yang juga selalu ramai dikunjungi setelah berziarah, yakni pasar Ampel. Pasar Ampel menjadi roda perekonomian masyarakat sekitar untuk mengais rejeki. Para pengunjung senantiasa menyempatkan berbelanja untuk memperoleh cindera mata.2 Pasar Ampel terdiri dari dua lokasi, yaitu gang Ampel Masjid dan gang Ampel Suci. Di pasar Ampel sendiri barang-barang yang di jual beraneka macam yang merupakan ciri khas Timur Tengah seperti baju muslim, parfum, sajadah, mukena, dan accessories yang berbau suasana haji, dan masih banyak lagi. Dari sisi kulinernya di sini pun bisa menemukan sajian ala Timur Tengah seperti kambing oven, kurma, kacang arab, madu, dan masih banyak lagi yang bisa di dapat.

Penyebab utama masyarakat berdagang atau mendirikan toko karena banyaknya peziarah yang datang untuk mengunjungi makam Sunan Ampel. Meskipun mayoritas pedagang adalah etnis Arab, tidak menutup

2Ipa k, Pasar A pel, Me ik ati Hida ga Ala Ti ur Te gah ,


(57)

48

kemungkinan etnis Jawa dan etnis Madura juga menjadi pedagang di pasar kawasan Wisata Religi Sunan Ampel. Daya tarik Ampel yang cukup memikat dapat dijadikan batu loncatan dalam terwudjudnya akulturasi budaya Arab dan budaya lokal. Sehingga terjadi beberapa proses akulturasi budaya yang cukup mencolok, salah satunya seperti perdagangan. Hal-hal positif banyak terjadi disekitar pasar Ampel. Salah satunya dalam lingkup persaingan antar pedagang, seperti suasana kekeluargaan yang dimiliki oleh para pedagang meskipun dengan etnis yang berbeda-beda. Para pedagang tidak enggan untuk saling tolong-menolong dalam berbagai hal. Meskipun begitu banyak hal positif, tidak menutup kemungkinan terjadi hal-hal negatif yang terjadi. Hal ini terlihat dalam persaingan bisnis yang terjadi antar pedagang. Saat ini banyak terjadi kecurangan antar pedagang, meskipun tidak semua pedagang melakukan hal tersebut.

B. Penentuan Harga Pasar di Wisata Religi Sunan Ampel Surabaya

1. Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pedagang dalam menetapkan harga barang yang dijual. Faktor-faktor dalam penetapan harga yang terjadi di pasar kawasan Wisata Religi Sunan Ampel adalah sebagai berikut:


(1)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan beberapa analisa dalam penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa:

1. Penetapan harga di kawasan wisata religi Sunan Ampel dapat

dikelompokkan atas tiga faktor utama, yaitu: Pertama, harga produk

saingan, yang dimaksud dalam hal ini adalah harga yang dijual oleh

pesaing bisnis kepada konsumen. Kedua, Elasitas permintaan dan

besaran permintaan. Ketiga, Differensiasi dan life cycle produk.

perbedaan produk yang ditawarkan antar pedagang.

2. Di pasar kawasan Wisata Religi Sunan Ampel sendiri dalam melakukan

strategi persaingan harga, ada beberapa penyebab pedagang melakukan

strategi persaingan harga, yaitu: 1) Pengenalan produk baru, pengenalan

ini melalui beberapa tahapan yang dilakukan oleh pedagang di Kawasan

Religi Sunan Ampel, tahapan itu adalah: a) Awareness (Pengenalan), b)

Interest (membuat pelanggan tertarik), c) Evaluation (memberikan

kesempatan kepada pelanggan untuk mencoba barang dagangan), d)

Adoption (tahap keputusan konsumen membeli) dan 2) Pemberian


(2)

66

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan diatas,

penulis memberikan saran yang bertujuan untuk kebaikan dan kemajuan

pasar Ampel Surabaya sebagai berikut:

1. Bagi pedagang pasar Ampel, diharapkan dalam menjalankan kegiatan

bisnisnya dapat menjalankan sesuai etika berbisnis dalam Islam, tidak

bertentangan dengan ajaran Islam dan dapat melakukan persaingan

secara sehat.

2. Dalam menentukan harga, diharapkan tidak adanya kecurangan antar

pedagang, tidak memberatkan pembeli, dan tidak menjadikan

persaingan diantara pedagang.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti topik yang sama

dengan detail penelitian yang lebih mendalam mengenai kajian strategi

persaingan harga dalam menjalankan bisnis sesuai dengan etika bisnis


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardan, Etika Bisnis dan Profesi, Jakarta: Salemba

Empat, 2009.

Al Arif, M. Nur Rianto, dan Euis Amalia, Teori Mikro Ekonomi: Suatu

Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, Jakarta:

Kencana, 2010.

Ali, Muhammad, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1993.

Anam, Samsul. et al, Manajemen Pemasaran, Surabaya: IAIN Sunan Ampel

Press, 2013.

Arifin, Johan, Etika Bisnis Islami, Semarang: Walisongo Press, 2009.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta:

Rineka Cipta, 1998.

Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia untuk

Pelajar, Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011.

Beekun, Rafik Isa, Islamic Business Ethics, USA: Herndon, 1997.

Boediono, Ekonomi Mikro, Yogyakarta: BPFE UGM, 1982.

Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan

Kualitatif, Surabaya: Airlangga University Press, 2001.

Cendikia, Islam, ““Pengertian Bisnis dalam Ajaran Syariah Islam dan Umum”,

dalam http://www.islamcendikia.com, “diakses pada” 12 Agustus 2016.

CuteMother, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga Produk” ,

http://cutemother-duniaitufana.blogspot.co.id, “diakses pada” 11 April

2016.

Deka, “Penetapan Harga: Tujuan Strategi dan Berbagai Macam Pendekatnnya”, https://ekonomiana.wordpress.com/tag/strategi-penetapan-harga/,

“diakses pada” 11 April 2016.

Desiana, Nabila, Penerapan Strategi Bersaing dalam Peningkatan Pangsa Pasar

pada PT. XL Mitra Abadi Utama Makassar, Skripsi—Universitas


(4)

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Bandung: Penerbit

Diponegoro, 2008.

Fakhri, Madjid, Etika dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Belajar dan Pusat Studi

Islam-UMS, 1996.

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunuk

Teknis Penulisan Skripsi, Surabaya: Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Jil. 2, Yogyakarta: ANDI, 2000.

Hamidah, Risma Ulinnuha, Strategi Bersaing Pedagang di Pasar Ngunut Tulungagung: Ditinjau Dari Etika Bisnis Islami, Skripsi--IAIN Tulungagung, 2012.

Hidayat, Taufiq, Perspektif Hukum Islam terhadap Strategi Dagang yang Diterapkan oleh Pedagang Roti dan Kue pada Tahun 2007 di Pasar Ngawen Gunungkidul, Skripsi--UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2007. Hidayati, Nurul, Strategi Bisnis Usaha Mikro Kecil (UMKM) dalam

Mengembangkan Usahanya Studi pada Industri Ikat Tenun di Parengan

Kecamatan Maduran-Lamongan, Skripsi—UPN “Veteran” Jawa Timur,

Surabaya, 2011.

Hurriyati, Ratih, Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Bandung:

ALFABETA, 2010.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk

Akuntansi dan Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 2002.

Ipank, “Pasar Ampel, Menikmati Hidangan Ala Timur Tengah”,

http://surabaya.panduanwisata.id, “diakses pada” 15 Mei 2016.

Jusuf, Jopie, Analisis Kredit untuk Account Officer, Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2008.

Karim, Adiwarman A, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2006.

---, Ekonomi Mikro Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2010.

Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia, “Menawar Barang Yang Ditawar Orang


(5)

Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran di Indonesia, Analisis dan Perencanaan,

Implementasi dan Pengendalian, Ed.1 Jil. 2, terj. Susanto, Jakarta: Salemba Empat, 2001.

M. Suyanto, Muhammad Business Strategy & Ethics, Yogyakarta: ANDI, 2008.

Maisaroh, Anis, Tinjauan Hukum Islam terhadap Pelaksanaan Strategi Marketing Pedagang Pasar Banjarsari Ciamis Jawa Barat, Skripsi--UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2014.

Maribun, B. N, Kamus Manajemen, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003.

Maulana, Agus, Strategi dan Program Manajemen Pemasaran, Jakarta: Erlangga,

1994.

Mudharabah, Etika Persaingan Bisnis dalam Perspektif Islam,

http://mudharabah-ekonomisyariah.blogspot.co.id, “diakses pada” 11 April 2016.

Muhammad, Etika Bisnis Islami, Yogyakarta: UP AMP YKPN, 2004.

Muhammad dan Lukman, Visi Al-Quran Tentang Etika dan Bisnis, Jakarta:

Salemba Diniyah, 2002.

Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al Munawir, Yogyakarta: PP Krapyak, 1984.

Naqvi, Syed Nawab, Etika dan Ilmu Ekonomi: Suatu Sintesis Islami, terj. Husin

Arnis, Bandung: Mizan, 1993.

Nawawi, Ismail, Ekonomi Mikro Dalam Prespektif Islam, Jakarta: CV. Dwiputra

Pustaka Jaya, 2010.

Nizar, Moh, Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.

Porter, Michael E, Strategi Bersaing Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing,

Jakarta: Erlangga, 2001.

Rivai, Vieithzal, Islamic Marketing, Jakarta: Granedia Pustaka Utama, 2012.

Rumaysho.com, “Bentuk Jual Beli yang Terlarang”, https://rumaysho.com,

“diakses pada” 12 Agustus 2016.

---, “Berkah dari Kejujuran dalam Bisnis”, https://rumaysho.com,

“diaksespada”12 Agustus 2016.

Saman, Muhammad, Persaingan Industri PT. Pancanata Centralindo Perspektif Etika Bisnis Islam, Skripsi--Universits Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010.


(6)

“Strategi Jitu Menghindari Perang Harga”, https://bisnisukm.com, “diakses pada” 15 Juni 2016.

Solihin, Ismail, Manajemen Strategik, Jakarta: Erlangga, 2012.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D, Bandung: Alfabeta, 2010.

Sumarsono, Sony Metode Riset Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu,

2004.

Tanzeh, Ahmad, Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta: Terras, 2009.

Widiyono dan Mukhaer Pakkanna, Pengantar Bisnis Respon Terhadap Dinamika

Global, Jakarta: Mutra Wacana Media, 2013.

Wildan, Em, “Sejarah Kawasan Ampel Surabaya”,

http://widaldannakmoslem.blogspot.co.id, “diakses pada” 15 Mei 2016.

Wiranata, I Gede, Etika Bisnis & Hukum Bisnis Sebuah Pemikiran Awal, Bandar

Lampung: Penerbit Universitas Lampung, 2010.