KOMUNIKASI KELOMPOK PENYANDANG DISABILITAS PADA YAYASAN BINA KARYA TIARA DI SURABAYA.

(1)

KOMUNIKASI KELOMPOK PENYANDANG DISABILITAS

PADA YAYASAN BINA KARYA TIARA DI SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh :

KHOIRUNNISA

NIM. B06212014

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Khoirunnisa, B06212014, 2016. Komunikasi Kelompok Penyandang Disabilitas Pada Yayasan Bina Karya Tiara Di Surabaya. Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Komunikasi Kelompok, Penyandang Disabilitas di Yayasan Bina Karya Tiara.

Yayasan Bina Karya Tiara adalah yayasan yang menaungi kelompok penyandang disabilitas yang bergabung menjadi satu karena kesamaan ingin menaikkan taraf hidup yang lebih baik yaitu dengan bekerja dibidang kerajinan yang mendaur ulang bahan limbah menjadi kerajinan tangan. Usaha kreatif kelompok penyandang disabilitas di Indonesia sangat banyak salah satunya yaitu “Tiara Handycraft”. Dalam hal ini peneliti meneliti kelompok penyandang disabilitas “Tiara Handycraft”. Dalam hal ini peneliti berupaya merumuskan bagaimana komunikasi kelompok di kalangan anggota yayasan Bina Karya Tiara dalam meningkatkan motivasi kerja?

Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok di kalangan anggota yayasan Bina Karya Tiara. Penelitian ini bersifat Kualitatif-Deskriptif dengan melakukan menggunakan metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara semi struktur serta observasi lapangan.

Penelitian ini menemukan temuan-temuan sebagai berikut: (1) Komunikasi interpersonal dilakukan dengan cara saling membantu dalam memberikan pengajaran dan sharing untuk menghasilkan produk-produk kreatif dengan diadakannya pelatihan kerja. Disamping saling menjaga kekompakan dan kekeluargaan, mereka juga dilatih untuk memasarkan produk-produk mereka dan menampung kesenangan dan keluhan para pelanggan. (2) merupakan komunikasi kelompok kecil karena sering sekali terjadi hubungan informal. Komunikasi kelompok berlangsung melalui tatap muka atau bertemu langsung dan juga melalui media komunikasi baik secara formal maupun non formal untuk menyebarkan hal-hal yang bersifat produksi dan informasi. Dan ada binaan tersendiri dalam meningkatkan produktivitas kerja yakni adanya pelatihan dan dalam meningkatkan motivasi kerja tidak ada binaan tersendiri. Untuk kelompok penyandang disabilitas “Tiara Handycraft” agar tetap mempertahankan komunikasi yang sudah dijalin antar anggota agar tetap bisa produktif serta meningkatkan motivasi kerja dan dapat memajukan Tiara Handycraft itu sendiri. Untuk Prodi Ilmu Komunikasi diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu komunikasi.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN v

KATA PENGANTAR vi

ABSTRAK viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR BAGAN xii

DAFTAR GAMBAR xiii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 8

C. Tujuan Penelitian 8

D. Manfaat Penelitian 8

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu 9

F. Definisi Konsep 12

G. Kerangka Pikir Penelitian 22

H. Metode Penelitian 25

1.Pendekatan dan Jenis Penelitian 26 2.Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian 28

3.Jenis dan Sumber Data 30

4.Tahapan Penelitian 31

5.Teknik Pengumpulan Data 34

6.Teknik Analisis Data 35

7.Teknik Keabsahan Data 37

I. Sistematika Pembahasan 37

BAB II : KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Pustaka 39

1. Komunikasi Kelompok 39


(8)

3. Komunikasi Kelompok Besar 53 4. Proses Komunikasi Kelompok 53 5.Faktor Yang Mendasari Seseorang Melakukan

Komunikasi Kelompok 58

6.Fungsi Komunikasi Kelompok 60

7.Penyandang Disabilitas 62

8.Motivasi Kerja 64

9.Produktivitas Kerja 70

B. Kajian Teori 81

BAB III : PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Subjek, Objek dan Lokasi Penelitian 85

1. Subjek Penelitian 85

2. Objek Penelitian 89

3. Lokasi Penelitian 90

B. Deskripsi Data Penelitian 90 1. Profil Yayasan Bina Karya Tiara 90

2. Tahap Perkenalan 96

3. Pengambilan Keputusan Dalam Kelompok 105

4. Problem Solving 118

BAB IV : ANALISIS DATA

A. Temuan Penelitian 125

B. Konfirmasi Dengan Teori 137

BAB V : PENUTUP

A. Simpulan 142

B. Rekomendasi 146

DAFTAR PUSTAKA BIODATA PENULIS LAMPIRAN


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada era globalisasi, persaingan kerja semakin meningkat memaksa setiap orang untuk menguasai keahlian dan kemampuan tertentu. Untuk dapat menjawab tantangan ini diperlukan adanya dedikasi, kerja keras dan kejujuran dalam bekerja. Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama semakin terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan tersebut. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas dapat memungkinkan peningkatan kinerjanya, motivasi dan etos kerja dipengaruhi oleh latar belakang keluarga, lingkungan masyarakat, budaya dan nilai-nilai agama yang dianutnya.

Untuk menciptakan tenaga kerja yang berkualitas tentunya tidak dengan begitu saja dapat diperoleh perusahaan. Perusahaan harus mampu memberikan motivasi kepada tenaga kerjanya sehingga dapat menciptakan semangat dan gairah kerja agar dapat menghasilkan prestasi kerja yang tinggi. Dalam pemberian motivasi ini, pihak perusahaan juga perlu memahami serta mengetahui kebutuhan karyawannya. Kebutuhan hidup para karyawan merupakan salah satu alasan yang menyebabkan mengapa ia bekerja.

Pemanfaatan kemampuan karyawan merupakan bagian dari usaha yang dilakukan perusahaan untuk mencapai efektivitas dan efisiensi kerja


(10)

2

dalam mencapai tujuan perusahaan. Salah satu hal yang dapat ditempuh perusahaan agar mampu bertahan dalam persaingan yang ketat yaitu dengan produktivitas kerja. Produktivitas pada dasarnya merupakan suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan.

Istilah produktivitas kerap kali diperbincangkan atau dibicarakan oleh setiap orang, terutama yang terkait dengan pekerjaan atau pengerjaan sesuatu. Pada dasarnya produktivitas adalah ukuran sampai sejauh mana sebuah kegiatan mampu mencapai target kuantitas dan kualitas yang telah ditetapkan.1

Pada umumnya setiap perusahaan selalu ingin meningkatkan produktivitas kerja untuk menunjukkan bahwa perusahaan tersebut berkembang. Dalam hubungannya dengan usaha peningkatan produktivitas suatu perusahaan, salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah meningkatkan atau memperbaiki situasi lapangan kerja. Produktivitas kerja akan terwujud jika para karyawan mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan atau tugas yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing. Oleh karena itu, pimpinan atau kelompok kerja harus dapat memberikan suatu dorongan atau motivasi pada para karyawan atau temannya yang kesusahan.

1

Erni Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Kencana, 2005), hal. 369


(11)

3

Seperti halnya, Penyandang cacat tubuh “Disabilitasmerupakan individu yang lahir dengan cacat fisik bawaan, kehilangan salah satu anggota badan, kelainan motorik karena kerusakan syaraf dan kekurangan yang menetap pada alat gerak sehingga untuk berhasilnya pendidikan mereka perlu mendapatkan perlakuan khusus, baik cacat genetik (bawaan) maupun cacat akibat kecelakaan.

Keberadaan penyandang disabilitas didunia kerja belum semuanya “diakui” Bahkan tak jarang dari mereka tidak mendapatkan kesempatan kerja di perusahaan-perusahaan karena keadaan fisiknya. Bahwa saat ini, belum semua perusahaan swasta maupun lembaga pemerintah yang membuka ruang cukup untuk kesempatan kerja bagi kalangan tersebut. Bahkan yang sudah mendapatkan pekerjaan pun kerap terkendala berbagai faktor teknis, sehingga keberadaanya dianggap menghambat pekerjaan.

Sebab orang normal saja jika sudah menempuh pendidikan formal dan ingin bekerja, harus melalui pelatihan. Sedangkan Penyandang disabilitas memerlukan pekerjaan untuk alasan yang sama seperti mereka yang tidak memiliki disabilitas. Mereka ingin mencari nafkah, memanfaatkan keterampilan mereka dan memberikan kontribusi kepada masyarakat. Namun berbeda dengan mereka yang tidak menyandang disabilitas, para penyandang disabilitas sering menghadapi kesulitan dalam memperoleh pelatihan keterampilan dan pada saat mereka mencari pekerjaan.

Selama ini stigma masyarakat dan diskriminasi terhadap penyandang Disabilitas sangat begitu jelas, lebih-lebih dalam hal


(12)

4

pekerjaan. Penyandang Disabilitas sering dianggap tidak bisa melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan standart orang normal, maka tidak heran jika banyak perusahan yang masih ragu dengan kemampuan dan hasil kerja para penyandang Disabilitas. Masalah sosial utama yang dihadapi penyandang Disabilitas adalah mereka abnormal dalam tingkat yang sedemikian jelasanya sehingga orang lain tidak merasa enak atau tidak mampu berinteraksi dengannya. Lingkungan sekitar telah memberikan stigma kepada mereka bahwa mereka dipandang tidak mampu dalam segala hal.

Dari hal tersebut bisa disimpulkan bahwa permasalahan yang dihadapi penyandang Disabilitas tidak sebatas pada penyandang Disabilitas itu sendiri melainkan terkait dengan keluarga dan masyarakat. Selama ini penyandang Disabilitas masih sulit diterima di dunia kerja, mereka masih dipandang sebelah mata. Apalagi, jumlah penganggur juga banyak sehingga penyandang Disabilitas harus memperebutkan peluang dengan mereka yang secara fisik normal.

Secara umum para penyandang disabilitas ini memiliki keterbatasan dalam bergerak, menggantungkan kehidupannya terhadap bantuan orang lain, bermalas -malasan, pesimis, dan unskill karena keterbatasan fisik yang mereka miliki. Tidak banyak perusahaan yang mau memperkerjakan penyandang disabilitas. Yang sehat saja masih banyak, kenapa harus pakai yang cacat. Namun, kenyataannya banyak diantara mereka yang mampu survive dalam menjalani berbagai tuntutan kehidupan dengan memperdayakan keahlian mereka.


(13)

5

Salah satu contoh, yaitu para pekerja disabilitas di Yayasan Bina Karya Tiara atau biasa disebut “Tiara Handycraft” Surabaya, dimana seluruh pekerja di Tiara Handycraft ini adalah para penyandang disabilitas. Sebuah usaha mikro di bidang kerajinan yang mendaur ulang bahan limbah menjadi karya kerajinan tangan seperti tas dan untuk menjaga produktifitas dan kualitas yang layak jual dalam masyarakat. Para penyandang disabilitas di tuntut untuk bisa berkreasi dalam bekerja secara maksimal maka etos kerja yang tinggi sangat dibutuhkan oleh para penyandang disabilitas tersebut agar bisa bertahan dalam waktu yang lama dalam perusahaannya.

Karena dengan memiliki karyawan yang semangat kerja yang tinggi akan meningkatkan kehidupan organisasi atau perusahaan. Loyalitas dan semangat kerja dapat dilihat dari mereka merasa senang dengan pekerjaannya. Mereka akan lebih banyak memberikan perhatian, ide, imajinasi dan ketrampilan dalam pekerjaannya. Dengan demikian diperlukan suatu motivator bagi karyawan yaitu berupa pemenuhan kebutuhan fisik dan non fisik. Dengan terpenuhinya kebutuhan tersebut maka karyawan akan bersedia bekerja dan melaksanakan tugasnya dengan baik. Mereka akan lebih memusatkan perhatiannya terhadap tugas dan tanggung jawabnya, sehingga hasil pekerjaan yang dicapai dapat meningkat. Untuk itulah dibutuhkan suatu dorongan bagi karyawan didalam menyelenggarakan kegiatan di suatu perusahaan.

Komunikasi merupakan dasar utama bagi individu untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitarnya. Dengan komunikasi pula,


(14)

6

seseorang mampu untuk mempengaruhi orang lain untuk menjadi seperti yang diinginkan. Komunikasi juga memungkingkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apa pun yang dihadapi. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradap, karena cara-cara berperilaku tersebut intinya dapat dipelajari dengan komunikasi.2

Dorongan untuk ikut berpartisipasi dalam sebuah kelompok merupakan suatu bentuk realita kehidupan yang dapat kita temui baik di lingkungan kerja maupun di sekolah. Orang sering kali menghabiskan banyak waktu dan kegiatan mereka dimana mereka diterima. Irving Janis dalam bukunya Victims of Groupthink (1972) menjelaskan apa yang terjadi di kelompok kecil dimana anggota-anggotanya memiliki nasib yang sama, terdapat tekanan yang kuat untuk menuju pada ketaatan. Irving Janis menamai fenomena tersebut sebagai groupthink.3

Komunikasi kelompok terjadi pada sekumpulan kecil orang sehingga umpan balik dapat diamati langsung dan saat komunikasi berlangsung baik, komunikator maupun komunikan bisa mendapatkan feedback. Seperti halnya, penyandang disabilitas yang terus belajar dalam meningkatkan produktivitas kerja dengan menggunakan komunikasi antar sesama disabilitas yang memberikan selalu motivasi dan harapan agar mempunyai pandangan yang bagus dimata masyarakat tentang keberadaan

2

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya,2010), hal.6

3

Richard west & Lynn h. Turner, Pengantar teori komunikasi: analisis dan aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2013) hal. 274


(15)

7

kaum disabilitas. Dengan memberikan hasil kerja yang bagus dan produktif.

Perlu dipahami dan diamati bahwa dengan meningkatkan produktivitas kerja, sudah pasti mereka akan menggunakan proses-proses dalam komunikasi kelompok. Kelompok memiliki tujuan dan aturan-aturan yang dibuat sendiri dan merupakan kontribusi arus informasi diantara mereka sehingga mampu menciptakan atribut kelompok sebagai bentuk karakteristik yang khas dan melekat pada kelompok itu.4

Yayasan Bina Karya Tiara merupakan yayasan yang memiliki visi dan misi meningkatkan kualitas di bidang usaha khususnya untuk memajukan kaum disabilitas yang memang kesulitan dalam memasuki dunia kerja. Melalui program pelatihan bagi penyandang disabilitas untuk mengasah ketrampilan mereka untuk dapat mendirikan usaha dan bekerja sendiri tanpa menggantungkan hidup pada orang lain. Dan yayasan Bina Karya Tiara berlokasi di Jln. Sidosermo Indah II / 5 Kecamatan Wonocolo. Dan kaum disabilitas yang ingin berusaha berdatangan mulai dari kampung sendiri bahkan sampai luar kota. Demi dapat memiliki ketrampilan kreatif dan mengembangkan bakat usaha yang ada pada diri kaum disabilitas.

Mengingat sulitnya mendapatkan pekerjaan dan persaingan yang ketat dalam dunia kerja. Bahkan motivasi itu harus cukup kuat untuk menimbulkan kemampuan para penyandang disabilitas dan meninggalkan arus negatif dalam masyarakat utamanya yang sekarang berlaku yaitu

4


(16)

8

sikap kerja asal jadi dan kurang maksimal. Penelitian ini akan melihat motif yang mendasari meningkatkan ketrampilan kerja penyandang disabilitas dari dalam diri individu dan dari luar individu yang akan dikaji melalui model Barry Collins & Harold Guetzkow dengan teori masukan-proses-hasil.

Berdasar uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian komunikasi kelompok dalam proses meningkatkan produktivitas kerja penyandang disabilitas pada yayasan bina karya tiara menjadi pegawai program usaha mandiri melalui dorongan kelompok kecil dan persahabatan yang terjalin dalam kelompok mereka. Dan memberikan proses komunikasi kelompok untuk menjadi pekerja yang produktif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah ini adalah :

“Bagaimana proses komunikasi kelompok di kalangan anggota yayasan Bina Karya Tiara dalam meningkatkan produktivitas kerja di Surabaya ?”

C. Tujuan Penelitian

Bertitik tolak pada fokus penelitian diatas, maka peneliti menentukan tujuan penelitian sebagai berikut:

“Untuk mendiskripsikan proses komunikasi kelompok di kalangan anggota yayasan Bina Karya Tiara dalam meningkatkan produktivitas kerja di Surabaya”

D. Manfaat Penelitian


(17)

9

Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan ilmu pengetahuan untuk menggali fenomena komunikasi khususnya dalam mengetahui pentingnya peran komunikasi kelompok sebagai pendorong untuk meningkatkan produktivitas kerja dan kreatifitas pada penyandang disabilitas.

2. Manfaat Secara Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dan memperluas pemahaman serta kemampuan penulisan dalam mengadakan penelitian ilmiah dalam bidang kemanusiaan. Juga dapat meningkatkan semangat dan harapan kepada penyandang disabilitas agar dapat memperoleh produktivitas kerja yang tinggi dimata masyarakat, khususnya penyandang disabilitas di Yayasan Bina Karya Tiara.

b. Dapat digunakan sebagai acuan dan refrensi khususnya untuk mahasiswa fakultas dakwah jurusan ilmu komunikasi dalam penelitian kualitatif.

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

1. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peranan komunikasi kelompok dalam meningkatkan produktivitas kerja penyandang disabilitas pada yayasan bina karya tiara di Surabaya. Penelitian yang hampir sesuai diteliti oleh peneliti yaitu penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa yang bernama Dony Rano Virdaus Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2014, yang judul penelitiannya adalah “Komunikasi


(18)

10

Kelompok Rooderbrug Soerabaia Dalam Membangun Kepedulian Sejarah Di Surabaya”. Persamaan dari penelitian di atas dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif.

Peneliti ini bertujuan untuk Memahami dan mendiskripsikan komunikasi kelompok roodebrug soerabaia “RB” dalam membangun kepedulian sejarah yang ada di Surabaya. Penelitian ini bersifat Kualitatif-Deskriptif dengan melakukan menggunakan metode pengumpulan menggunakan metode wawancara semi struktur serta observasi lapangan. Kelompok responden berjumlah tujuh orang, yang terdiri dari ketua, sekertaris, senior, dan anggota aktif.

Penelitian ini menemukan temuan-temuan sebagai berikut: (1) Komunikasi interpersonal antar anggota komunitas Roodebrug Soerabaia “RB”. (2) Komunikasi bermedia individual anggota Roodebrug Soerabaia “RB”. Untuk Komunitas Roodebrug Soerabaia “ RB” Agra tetap mempertahankan komunikasi yang sudah dijalin antar anggota agar tetap peduli dan dan dapat memajukan komunitas sejarah itu sendiri. Untuk Prodi Ilmu Komunikasi diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu komunikasi.

Perbedaan penelitian adalah pada tempat objek penelitiannya, peneliti terdahulu menggunakan objek di komunitas rooderbug soerabaia sedangkan penelitian ini menggunakan objek di kelompok penyandang disabilitas. Rumusan masalah dari penelitian terdahulu adalah mengetahui bagaimana proses komunikasi kelompok


(19)

11

komunitas rooderbrug soerabaia dalam membangun kepedulian sejarah di Surabaya dan rumusan penelitian ini adalah bagaimana proses komunikasi kelompok dalam meningkatkan produktivitas kerja penyandang disabilitas di yayasan bina karya tiara surabaya.

2. Penelitian yang kedua yang hampir sesuai diteliti oleh peneliti yaitu penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa yang bernama Ilham Wahyudi Program Studi Psikologi Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2010, yang judul penelitiannya adalah “Hubungan Antara Motivasi Kerja Dengan Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi Pada Perusahaan CV. Karya Jaya Gresik”. Persamaan dari penelitian diatas dengan penelitian ini adalah sama-sama bagaimana meningkatkan produktivitas kerja pada karyawan.

Perbedaan penelitian adalah pada jenis dan tempat objek penelitiannya, peneliti terdahulu menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang dianalisis dengan metode statistik dan sedangkan penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Tempat objek penelitian terdahulu adalah CV. Karya Jaya Gresik dan tempat objek penelitian ini di kelompok penyandang disabilitas. Rumusan masalah dari penelitian terdahulu adalah mengetahui apa ada hubungan antara motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan bagian produksi pada perusahaan CV. Karya Jaya Gresik dan rumusan penelitian ini adalah bagaimana proses komunikasi kelompok dalam meningkatkan produktivitas kerja penyandang disabilitas di yayasan bina karya tiara surabaya.


(20)

12

F. Definisi konsep

Guna menghindari adanya kesalahan interpretasi bagi pihak-pihak yang membaca dan mengkaji lebih dalam tentang penelitian ini nantinya maka perumusan dan penjelasan tentang definisi konsep, judul penelitian isi sangat diperlukan. Berikut ini peneliti menjelaskan tentang kerangka berpikir peneliti berupaya mendeskripsikan definisi konsep judul penelitian ini adalah Komunikasi Kelompok, Produktivitas Kerja, Penyandang Disabilitas.

1. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok yang dimaksud dalam kelompok penyandang disabilitas di yayasan bina karya tiara surabaya ini adalah komunikasi yang yang berlangsung antara beberapa orang dalam satu kegiatan seperti sharing mengenai cara berkreasi tentang produksi yang akan dikembangkan supaya lebih produktif dalam pekerjaan, bagaimana antar penyandang disabilitas sama-sama memberikan motivasi dan harapan agar tidak gampang putus asa dalam memasuki dunia kerja. Stoner, Freeman dan Gilbert (1995) mendefinisikan kelompok sebagai kumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan saling memengaruhi untuk suatu tujuan tertentu yang dipahami bersama (two or more people who interact and influence each other toward a common pupose). Berangkat dari definisi ini, maka kelompok memiliki karakteristik sebagai berikut: merupakan kumpulan yang beranggotakan lebih dari satu orang, yang berarti adanya karakteristik yang berbeda dari setiap orang, adanya interaksi diantara


(21)

13

kumpulan orang tersebut, dan adanya tujuan bersama yang ingin dicapai.5 Kedua definisi kelompok diatas mempunyai kesamaa, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.

Seperti tindak komunikasi, peranan yang dimainkan oleh anggota kelompok dapat membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara suasana emosional yang lebih baik, atau hanya menampilkan kepentingan individu saja yang tidak jarang menghambat kemajuan kelompok). Beal, Bohlen, dan audabaugh meyakini peranan-peranan anggota-anggota kelompok terkategorikan sebagai berikut:

a. Peranan Tugas Kelompok. Tugas kelompok adalah memecahkan masalah atau melahirkan gagasan-gagasan baru. Peranan tugas berhubungan dengan upaya memudahkan dan mengkoordinasi kegiatan yang menunjang tercapainya tujuan kelompok.

b. Peranan Pemiliharaan Kelompok. Pemeliharaan kelompok berkenaan dengan usaha-usaha untuk memelihara emosional anggota-anggota kelompok.

c. Peranan individual, berkenaan dengan usaha anggota kelompok untuk memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengan tugas kelompok.

5

Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta: Kencana Prenada Media


(22)

14

Alvin A. Golberg seorang ahli komunikasi kelompok mendefinisikan: “Group Communication is an area of study, research and application that focuses not on group process in general but on communication behavior of individuals in small face to face discussion group”. Artinya: Komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi, penelitian dan terapan yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil. Komunikasi berasal dari bahasa latin Communicatio yang berarti sama yang bersumber dari kata communis. Kata sama di sini berarti adalah memiliki kesamaan makna.6

Sedangkan kelompok menentukan cara seseorang berbicara, berpakaian, bekerja dan juga mempengaruhi emosi seseorang suka dan duka. Komunikasi kelompok telah digunakan untuk saling bertukar informasi, menambah pengetahuan, memperteguh atau mengubah sikap dan perilaku, mengembangkan kesehatan jiwa, dan meningkatkan kesadaran.

Komunikasi kelompok merupakan salah satu tipe komunikasi yang hampir sama dengan komunikasi antarpribadi, karena dimana beberapa orang terlibat dalam suatu pembicaraan, percakapan, diskusi dan musyawarah dan sebagainya. Kedua bidang tersebut bertumpang tindih dan banyak situasi tatap muka dapat diungkapkan dalam berbagai cara sesuai dengan perhatian dan tujuan si pengamat, kedua bidang ini juga melibatkan dua atau lebih individu yang secara fisik berdekatan dan

6

Onong Uchyana Efendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 9


(23)

15

yang menyampaikan serta menjawab pesan-pesan yang baik secara verbal maupun non verbal. Tetapi komunikasi kelompok lebih cenderung dilakukan secara sengaja dibandingkan dengan komunikasi antar pribadi, dan umumnya pesertanya lebih sadar akan peranan dan tanggung jawab mereka masing-masing.7

Maka kriteria pokok dalam membedakan komunikasi antar pribadi dengan komunikasi kelompok adalah kadar spontanitas, strukturalisasi, kesadaran akan sasaran kelompok, ukuran kelompok, realtivitas sifat permanen dari kelompok serta identitas diri.8

Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005) menjabarkan sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:

1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka. 2. Kelompok memiliki sedikit partisipan

3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin (guru) 4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama

5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain. Dengan demikian komunikasi kelompok pengertiannya adalah suatu proses penyampaian pesan kepada sejumlah komunikasi secara tatap muka berlangsung timbal balik untuk mengubah sikap, pandangan dan perilaku dari komunikator. Sebenarnya, kebanyakan orang setidaknya pernah menjadi anggota kelompok yang bertujuan mencari

7

Alvin A. Goldberg & Carl E. Larson, Komunikasi Kelompok: Proses-proses diskusi dan penerapannya (Jakarta: UI-PRESS,1985) hal. 8-9

8

Alvin A. Goldberg & Carl E. Larson, Komunikasi Kelompok: Proses-proses diskusi dan penerapannya (Jakarta: UI-PRESS,1985) hal. 9


(24)

16

pemecahan masalah tertentu. Setiap kelompok terdiri dari beberapa orang dengan gagasan, keahlian dan minat yang berbeda-beda. Masalah yang dihadapi kelompok tersebut juga berlainan. Setiap kelompok memiliki masalah yang harus diselesaikan dan harus menentukan cara pemecahan terbaik dan idealnya dengan memanfaatkan sumber daya yang berasal dari semua anggotanya.9

Penelitian ini menyangkut berlangsungnya komunikasi kelompok didalam kelompok penyandang disabilitas di yayasan Bina Karya Tiara Surabaya. Dari proses komunikasi kelompok ini, para penyandang disabilitas bisa memanfaatkan interaksi informasi seperti : pendidikan dan pengetahuan tentang produktifitas kerja yang dimiliki individu. Dalam interaksi pada komunikasi kelompok ini tidak hanya dapat memanfaatkan interaksi informasi tetapi juga bisa memanfaatkan interaksi sosial kehidupan yang sedang dijalani. Banyak sekali yang dapat digali dari informasi komunikasi kelompok interaksi sosial mereka. Dari komunikasi kelompok penyandang disabilitas ini lah akan terlihat kebutuhan-kebutuhan dari masing-masing kepentingan individu dalam kelompok itu. Dan dari komunikasi kelompok bersama tersebut ditemukan tindakan solusi serta pencapaian kebutuhan dari kepentingan-kepentingan individu masing-masing anggota penyandang disabilitas. Komunikasi kelompok yang dimaksud penelitian ini adalah mendeskripsikan proses penyampaian pesanyang berlangsung secara tatap muka dengan memanfaatkan informasi yang didapatkan

9


(25)

17

berlangsung secara timbal balik untuk dapat mengubah sikap, pandangan dan perilaku dari anggota penyandang disabilitas dalam meningkatkan produktivitas kerja di yayasan Bina Karya Tiara Surabaya.

2. Produktivitas Kerja

a. Pengertian Produktivitas Kerja

Produktivitas berasal dari bahasa Inggris, product: result,

outcome berkembang menjadi kata productive, yang berarti

menghasilkan, dan productivity: having the ability make or kreate, creative. Perkataan itu dipergunakan dibahasa Indonesia menjadi produktivitas yang berarti kekuatan atau kemampuan menghasilkan sesuatu, karena dalam organisasi. kerja yang akan dihasilkan adalah perwujudan tujuannya.10

The Liang Gie, mengatakan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara hasil kerja yang berupa barang-barang atau jasa dengan sumber atau tenaga yang dipakai dalam suatu proses produksi tersebut.

Produktivitas pada hakekatnya meliputi sikap yang senantiasa mempunyai pandangan bahwa metode kerja hari ini harus lebih baik dari metode kerja kemarin dan hasil yang dapat diraih esok harus lebih banyak atau lebih bermutu daripada hasil yang diraih hari ini.

10


(26)

18

Sedangkan menurut Formulasi National Productivity Board Singapore, dikatakan bahwa produktivitas adalah sikap mental yang mempunyai semangat untuk melakukan peningkatan perbaikan. Perwujudam sikap mental, dalam berbagai kegiatan antara lain sebagai berikut:

1. Yang berkaitan dengan diri sendiri dapat dilakukan melalui peningkatan:

a) Pengetahuan b) Keterampilan c) Kedisiplinan d) Upaya pribadi e) Kerukunan kerja

2. Yang berkaitan dalam pekerjaan, dapat dilakukan melalui: a) Penghematan biaya

b) Ketepatan waktu

c) Sistem dan teknologi yang lebih baik11

Sedangkan menurut Woekirno produktivitas adalah kesadaran untuk menghasilkan sesuatu yang lebih banyak daripada yang telah atau sedang berada dalam usahanya. Pokoknya menambah kegiatan guna menghasilkan lebih dari apa yang telah dicapai.

Menurut Siagian, produktivitas kerja adalah kemampuan memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana

11

Indra Permana, Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT. Sarana Pumas Mandiri, (Bandung: Universitas Widyatama Fakultas Bisnis dan Manajemen, 2008), http://dspace.widyatama.ac.id/handle/10364/792, diakses 3 November 2015. 14


(27)

19

yang tersedia dengan menghasilkan output yang optimal, kalau mungkin yang maksimal.

Dari definisi-definisi tersebut diatas menunjukkan bahwa produktivitas kerja adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari pada hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Hal ini berarti jika produktivitas kerja karyawan tinggi, maka karyawan mampu menunjukkan jumlah hasil yang sama dengan jumlah masukan yang lebih besar. Dapat pula dengan masukan yang lebih besar menghasilkan jumlah yang lebih besar dibanding dengan jumlah masukan. Sebaliknya jika produktivitas karyawan rendah maka karyawan tidak mampu menghasilkan hasil atau produksi yang sama bahkan tidak mampu memenuhi target yang telah ditentukan oleh perusahaan.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Menurut Sukarna, produktivitas kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1) Kemampuan dan ketangkasan karyawan

2) Managerial skill atau kemampuan pimpinan perusahaan.

3) Lingkungan kerja yang baik.

4) Lingkungan masyarakat yang baik.

5) Upah kerja.


(28)

20

7) Disiplin kerja karyawan.

8) Kondisi politik atau keamanan, dan ketertiban negara.

9) Kesatuan dan persatuan antara kelompok pekerja.

10) Kebudayaan suatu negara.

11) Pendidikan dan pengalaman kerja.

12) Kesehatan dan keselamatan pekerja karyawan.

13) Fasilitas kerja.

14) Kebijakan dan sistem administrasi perusahaan.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja menurut Slamet Saksono, mengatakan bahwa tinggi rendahnya tingkat produktivitas karyawan tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya, faktor-faktor-faktor-faktor tersebut adalah:

1) Adanya etos kerja yang merupakan sikap hidup yang bersedia bekerja keras demi masa depan yang lebih baik, semangat untuk mampu menolong dirinya sendiri, berpola hidup sederhana, mampu bekerjasama dengan sesama manusia dan mampu berfikir maju dan kreatif.

2) Mengembangkan sikap hidup disiplin terhadap waktu dan dirinya sendiri dalam arti mampu melaksanakan pengendalian terhadap peraturan, disiplin terhadap tugas dan tanggung jawabnya sebagai manusia.


(29)

21

3) Motivasi dan orientasi kemasa depan yang lebih baik. Bekerja dengan produktif oleh dorongan / motivasi untuk mencapai masa depan yang lebih baik.

3. Penyandang Disabilitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,12 penyandang diartikan dengan orang yang menyandang (menderita) sesuatu. Sedangkan disabilitas merupakan kata bahasa Indonesia yang berasal dari kata serapan bahasa Inggris disability (jamak: disabilities) yang berarti cacat atau ketidakmampuan.

Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas, penyandang disabilitas yaitu orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak.13

Setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat menganggu atau merupakan rintangan dan hamabatan baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari, penyandang cacat fisik; penyandang cacat mental; penyandang cacat fisik dan mental.

Orang berkebutuhan khusus (disabilitas) adalah orang yang hidup dengan karakteristik khusus dan memiliki perbedaan dengan

12

https://mahadarmaworld.wordpress.com/2011/11/25/cacat-difabel-dan-disabilitas-di-mata masyarakat/

13


(30)

22

orang pada umumnya. Karena karakteristik yang berbeda inilah memerlukan pelayanan khusus agar dia mendapatkan hak-haknya sebagai manusia yang hidup di muka bumi ini.Orang berkebutuhan khusus memiliki defenisi yang sangat luas, mencakup orang-orang yang memiliki cacat fisik, atau kemampuan IQ (Intelligence Quotient) rendah, serta orang dengan permasalahan sangat kompleks, sehingga fungsi-fungsi kognitifnya mengalami gangguan.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Kelompok sering kali dipandang sebagai sistem sibernetik yang berarti informasi dan pengaruh dari luar masuk ke dalam kelompok (disebut dengan masukan atau input), kelompok kemudian mengolah masukan yang diterimanya (proses) sehingga menjadi hasil (output). Hasil yang diperoleh pada gilirannya akan memengaruhi lingkungan yang nantinya kembali menjadi masukan bagi kelompok bersangkutan. Gagasan ini dikenal dengan sebutan model masukan-proses-hasil (input-process-output model).14

Ide atau gagasan dasar mengenai kelompok tersebut telah memengaruhi para ahli komunikasi dalam hal bagaimana merka seharusnya memandang kelompok, dan sebagian besar riset mengenai komunikasi kelompok selama bertahun-tahun kemudian mengikuti model masukan-proses-hasil ini. Misalnya, suatu riset dilakukan untuk meneliti efek keragaman atau heterogenitas anggota kelompok (variabel masukan) terhadap jumah obrolan atau pembicaraan dalam kelompok dan efek dari

14


(31)

23

pola-pola interaksi (variabel proses) terhadap kepuasan anggota kelompok (variabel keluaran). Barry Collins dan Harold Guetzkow (1964) menjelaskan gagasan tersebut melalui model pengambilan keputusan dalam kelompok.

Mengambil gagasan Bales, model yang dikemukakan Barry Collins dan Harold Guetzkow ini menunjukkan bahwa suatu kelompok kerja atau tugas (task group) berhadapan dengan dua jenis masalah atau hambatan, yaitu hambatan kerja dan hambatan interpersonal. Hambatan kerja (task obstacles) adalah kesulitan-kesulitan yang ditemui oleh kelompok dalam menangani tugas atau pekerjaannya, misalnya merencanakan kegiatan atau menyetujui suatu kebijakan, dan lain sebagainya. Dalam mengatasi hambatan kerja ini, anggota kelompok harus menangani masalah yang dihadapi dengan cara menganalisis situasi, menyarankan solusi serta mempertimbangkan sejumlah alternatif.15

Jika kelompok harus mengambil keputusan, maka anggota kelompok tidak saja harus mempertimbangkan keputusan yang sebaiknya diambi, tetapi juga mereka harus bekerja secara efektif dengan anggota kelompok lainnya. Bila dua atau lebih anggota bersama-sama mengatasi sesuatu masalah, maka muncul hambatan interpersonal (interpersonal obstacles). Hambtan mencakup kebutuhan untuk membuat gagasan atau ide agar dapat dapat dipahami dengan jelas oleh anggota lain, kebutuhan untuk mengatasi konflik, kebutuhan untuk mengola perbedaan dan seterusnya.

15


(32)

24

Dengan demikian, pada setiap kelompok, para anggotanya harus secara serentak menangani hambatan tugas dan hambatan interpersonal.

Sehingga dapat digambarkan bahwa teori yang akan digunakan dalam penelitian sebagai berikut

Bagan 1.1

Kerangka Pikir Penelitian

Dari bagan diatas, dapat mengetahui dan dan menganalisis bagaimana cara anggota-anggota dalam menjalin hubungan komunikasi. Bagaimana hubungan komunikasi interpersonal antar anggota dan bagaimana hubungan komunikasi kelompok penyandang disabilitas, kemudian dibandingkan dengan teori masukan-proses-hasil. Bagaimana pola suatu kelompok penyandang disabilitas dan bagaimana kelompok dapat

Komunikasi

Komunikasi Kelompok

Komunikasi Interpersonal

Yayasan Bina Karya Tiara

Penyandang Disabilitas

Teori

Masukan-Proses-Hasil

Produktivitas Kerja Penyandang

Disabilitas Pengambilan Keputusan


(33)

25

menyelesaikan tugas dengan efektif melalui analisis pengambilan keputusan dalam kelompok. Sehingga dapat diketahui proses komunikasi kelompok penyandang disabilitas yang efektif dalam meningkatkan produktivitas kerja di yayasan Bina Karya Tiara Surabaya.

H. Metode Penelitian

Berbagai literature dalam metodologi penelitian menyatakan bahwa penelitian dilaksanakan dalam rangka memperoleh pemecahan terhadap masalah. Muhammad Nazir dalam bukunya “Metode Penelitian”, menyatakan bahwa penelitian adalah suatu penyelidikan yang sangat hati-hati. Secara teratur dan terus-menerus untuk memecahkan masalah.16 Penelitian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu masalah. Hasil permasalahan yang dihadapi karena peneliti merupakan bagian dari pemecahan masalah yang lebih besar. Fungsi penelitian adalah mencarikan penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan serta memberikan alternative bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah.

Penelitian pada hakekatnya merupakan wahana untuk meneruskan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran, usaha mengejar kebenaran dilakukan oleh para filosof, maupun oleh para praktisi melalui model tertentu. Model tersebut biasanya dikenal dengan paradigma.17

Metode penelitian merupakan elemen yang penting untuk menjaga reabilitas dan validitas penelitian. Metode penelitian adalah cara apa dan bagaimana data diperlukan dapat dikumpulkan, sehingga hasil akhir

16

Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta:Ghalia Aksara,1989). Hal. 15

17


(34)

26

penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan realible.18 Bogdan dan Taylor mengemukakan pendapatnya tentang metodologi yaitu: Proses, Prinsip penelitian dan Prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Disini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitianyang meliputi:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan, sedangkan penelitian pada hakekatnya adalah suatu proses atau wahana untuk menemukan kebenaran dan melalui proses yang panjang menggunakan metode atau langkah-langkah prinsip yang terencana dan sistematis guna mendapat pemecahan masalah atau mendapat jawaban terhadap fenomena-fenomena yang terjadi.19 Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.20

Penelitian yang mengkaji tentang proses komunikasi kelompok dalam meningkatkan produktivitas kerja penyandang disabilitas di Bina Karya Tiara Surabaya ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitiannya adalah deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati untuk diarahkan pada latar

18

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis kearah ragam kontemporer (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2001). Hal. 42

19

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 42

20

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosda karya, 2002), hal.145


(35)

27

dan individu secara holistic.21 Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan social dari prespektif partisipan. Pemahaman tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian, dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut.

Penelitian kualitatif tentu bersifat empiris, hanya saja pengamatan atas data bukanlah berdasarkan ukuran-ukuran matematis yang terlebih dulu ditetapkan dan harus dapat disepakati (direplikasi) oleh pengamat lain, melainkan berdasarkan ungkapan subjek penelitian sebagaimana yang dikehendaki dan dimaknai oleh subjek penelitian. Penelitian seperti itu dapat disebut penelitian fenomenologis yang bertujuan memperoleh uraian lengkap yang merupakan esensi pengalaman.22

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Dimana dengan jenis penelitian ini akan digambarkan bagaimana peranan komunikasi kelompok dalam meningkatkan produktivitas kerja bagi penyandang disabilitas pada yayasan Bina Karya Tiara di Surabaya. Dan analisis ini bukan menggunakan statistik tetapi lebih pada pemahaman prosedur penelitian kualitatif berangkat dari data bukan teori. Dan posisi peneliti adalah sebagai pengamat yang

21

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2004), hal.213

22

Deddy Mulyana & Solatun, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2008) hal. 11


(36)

28

berupaya menyiapkan data-data yang bersifat empiris yang berisi deskripsi detail mengenai masalah yang diteliti.

2. Subjek, Objek dan Lokasi Penelitian

a. Subjek

Subjek penelitian kali ini kelompok penyandang disabilitas di Bina Karya Tiara. Dalam penelitian ini subyek penelitian adalah creative director, departement operasional, pelatih dan anggota penyandang disabilitas dari yayayasan bina karya tiara. Penarikan subyek penelitian menggunakan teknik purposive sampling (sample bertujuan) dikarenakan adanya kesamaan karakteristik diantara subyek. Dalam orang tertentu yang dianggap oleh peneliti memahami dan mengetahui informasi yang memadai untuk kebutuhan penelitian ini. Untuk mengetahui informan yang terkait dengan penelitian ini akan disajikan dalam table berikut:


(37)

29

Tabel 1.1 Daftar Informan

b. Objek

Dalam hal ini yang menjadi obyek pada penelitian ini adalah komunikasi kelompok dan komunikasi interpersonal penyandang disabilitas dalam meningkatkan produktivitas kerja di yayasan Bina Karya Tiara Surabaya. Maka dengan obyek tersebut akan dilihat dinamikanya, dan ditemukan proses komunikasi yang cocok untuk digunakan oleh penyandang disabilitas dalam meningkatkan produktivitas kerja di yayasan Bina Karya Tiara Surabaya.

No. Nama Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Titik Winarti

Ade Rizal Winanda A.

Nawawi

Shobirin

Alifia Putri Rahmadia

Susilowati

Adi Debiyanto

Mujiono

Creative Director (Pemilik yayasan)

Departement Operasional

Pelatih (penyandang disabilitas)

Pelatih (penyandang disabilitas)

Anggota (penyandang disabilitas)

Anggota (penyandang disabilitas)

Anggota (penyandang disabilitas)


(38)

30

c. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil lokasi sebagai tempat penelitian di Jln. Sidosermo Indah II / 5 Wonocolo Surabaya. Peneliti memilih tempat ini agar dapat mengamati secara langsung kegiatan komunikasi kelompok yang terjadi pada penyandang disabilitas dan melihat aktifitas yang dilakukan mereka dalam bertukar pikiran membuat karya kreatif.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Dalam sebuah penelitian jenis data yang diperlukan, digolongkan menjadi dua yakni:

 Jenis Data Primer

Adalah segala informasi kunci atau data fokus penelitian yang didapat dari informan sesuai focus penelitian/ data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian perorangan dan kelompok. Data primer merupakan suatu data yang diperoleh saat melakukan penelitian langsung di lapangan.

 Jenis Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung dari data primer yang diperoleh melalui usaha peneliti sendiri misalnya dokumentasi kegiatan, foto, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini di peroleh peneliti


(39)

31

langsung dari sumber pengumpulannya sendiri oleh peneliti.

b. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Peristiwa dan aktivitas, yaitu setiap peristiwa dan

aktivitas yag ada kaitannya dengan komunikasi kelompok penyandang disabilitas dalam meningkatkan produktivitas kerja di yayasan Bina Karya Tiara Suarabaya.

2. Informan, yaitu orang-orang yang memberikan informasi tentang segala yang terkait dengan penelitian ini. Informan yang dipakai dalam penelitian ini adalah anggota dari penyandang disabilitas di yayasan Bina Karya Tiara.

4. Tahapan Penelitian

Dalam melakukan penelitian kualitatif, perlu mengetahui tahap-tahap yang dilalui dalam proses penelitian ini. Ada-pun tahap-tahap penelitian secara umum terdiri dari empat tahap, yaitu 23:

a. Tahap Pra-lapangan

Dalam melakukan tahapan ini peneliti perlu mempertimbangkan etika dalam penelitian lapangan, yang diuraikan sebagai berikut:

23


(40)

32

 Memilih lapangan penelitian, dalam pemilihan lapangan penelitian peneliti harus mempertimbangkan hal-hal yang mungkin menyulitkan peneliti dalam melakukan penelitian di yayasan Bina Karya Tiara misalnya, keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya, dan tenaga.

 Mengurus perizinan, peneliti mengurus perizinan dibagian Prodi Ilmu Komunikasi dan diajukan kepada pemilik yayasan ibu Titik Winarti atau petugas bagian perizinan di yayasan Bina Karya Tiara.

 Memilih dan memanfaatkan informan, hal ini dilakukan untuk membantu mempermudah memperoleh informasi dan data yang dibutuhkan dari beberapa informan yang memiliki kredibilitas dalam pemenuhan data dan yang sesuai dengan kriteria peneliti.

 Menyiapkan perlengkapan penelitian, semua perlengkapan yang bersifat teknis maupun non teknis peneliti siapkan secara sempurna.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam tahap ini, peneliti mulai masuk pada lapangan penelitian guna mencari data yang akurat serta dibatasi tiga bagian yaitu :


(41)

33

Memahami latar penelitian diperlukan agar peneliti lebih mengetahui seluk beluk yayasan Bina Karya Tiara yang menjadi tempat penelitian. Hal ini dilakukan dengan cara, mengikuti mengamati dan menganalisis kegiatan di yayasan Bina Karya Tiara terutama mengenai komunikasi kelompok yang terjadi di kalangan disabilitas sebelum menulis laporan penelitian.

 Memasuki lapangan

Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan pembelajaran di yayasan Bina Karya Tiara,sehingga dengan hal itu peneliti dapat mengetahui proses komunikasi kelompok dan upaya pelatih dalam melakukan peningkatan minat usaha dalam melatih penyandang disabilitas yang dilakukan di yayasan Bina Karya Tiara.

 Berperan serta sambil mengumpulkan data

Kegiatan ini dilakukan dengan cara mendekati narasumber pada saat berlangsungnya kegiatan serta melakukan wawancara dengan berbagai informan yang masuk dalam kriteria sebagai informan.Pengumpulan data juga dilakukan melalui kegiatan dokumentasi. c. Tahap Analisis Data


(42)

34

Analisis data kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982) dalam buku metode penelitian kualitatif, Lexy J. Moleong adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.24

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan semua data-data berupa hasil wawancara, pengamatan lapangan, serta dokumen-dokumen yang mendukung yang kemudian disusun, dikaji, serta ditarik kesimpulan dan dianalisa dengan analisis induktif. d. Tahap penulisan laporan

Penulisan laporan merupakan hasil akhir dari suatu penelitian sehingga peneliti mempunyai pengaruh terhadap hasil laporan. Hal ini dilakukan peneliti setelah mengikuti kegiatan di yayasan Bina Karya Tiara, dan menganalisnya.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara Mendalam (Depth Interiew)

Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi tinggi

24


(43)

35

(berulang-ulang) secara intensif. Informan pada penelitian kali ini diambil dari sumber data primer, yaitu: pemilik, pelatih dan penyandang disabilitas di yayasan Bina Karya Tiara serta beberapa informan tidak terduga yang sesuai dengan criteria peneliti.

b. Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama berada diyayasan Bina Karya Tiara. Pengamatan dilakukan dengan meneliti langsung kegiatan yang berada di lokasi tersebut. Metode ini lebih memungkinkan periset mengamati kehidupan individu atau kelompok dalam situasi riil, dimana terdapat setting yang riil tanpa dikontrol atau diatur secara sestematis seperti riset eksperimental.

c. Dokumentasi

Dokumentasi diperlukan untuk memperkuat fakta yang ditemukan dari penelitian yang lakukan. Dokumentasi yang diambil berupa foto, hasil wawancara tertulis, serta dokumentasi kegiatan yang dimiliki yayasan Bina Karya Tiara.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982) dalam buku metodologi penelitian kualitatif karya Lexy J. Moleong adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa


(44)

36

yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.25

Analisis data dalam penelitian kualitatif selalu bersifat induktif, alur kegiatan analisis terjadi secara bersamaan dengan26 :

a. Reduksi data, dengan melakukan pemilihan dan menganalisa data-data yang didapat. Proses ini akan dilakukan selama penelitian. b.Display data, dari sebagian data yang telah didapat akan langsung

diolah sebagai setengah jadi yang nantinya akan dimatangkan melalui data-data selanjutnya.

c. Verifikasi dan penarikan kesimpulan, merupakan suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh, membuat rumusan proposisi yang terkait dan mengangkatnya sebagai temuan penelitian. Dari sini peneliti akan mulai mencari arti dari setiap data yang terkumpul, menyimpulkan serta memverikasi data tersebut.

Pada tahap reduksi data peneliti berusaha untuk memilah data-data yang dianggap penting dan akurat. Baik data-data dari sumber primer maupun data dari sumber ssekunder, oleh karena itu, pada tahap ini membutuhkan ketelitian dan kecermatan agar tidak salah dalam memilih data yang paling akurat.

Berikutnya dari data yang sudah diperoleh dan dipilah mana yang akurat, akan diolah menjadi setengah jadi. Hal tersebut berlangsung sementara, karena jika ada data baru yang lebih akurat, maka data sebelumnya akan dihapus. Ini terjadi pada tahap display data.

25

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: Rodakarya, 1997). hal. 248

26


(45)

37

Tahap berikutnya adalah verifikasi dan penarikan kesimpulan setelah data yang diperoleh dari penelitian di yayasan Bina Karya Tiara tentang upaya dalam meningkatkan produktivitas kerja melalui komunikasi kelompok pada penyandang disabilitas, maka akan diambil kesimpulan yang akan menjadi hasil temuan dalam penelitian.

7. Teknik Keabsahan Data

Untuk memperoleh validasi data dan hasil penelitian tersebut bersifat reabilitas, bisa di uji kembali, beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data perlu di lakukan, Diantaranya : perpanjangan keikutsertaan , ketekunan pengamatan , analisis kasus negative, konsep kecukupan referensial, uraian rinci.

I. Sistematika

Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh mengenai pembahasan penelitian ini, maka penulis merinci dalam sistematika penulisan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Berisi pendahuluan yang dipaparkan mengenai Konteks Penelitian, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, dan juga Manfaat Penelitian, Kerangka Konseptual Penelitian, Metode Penelitian, dijelaskan uraian singkat mengenai sistematika pembahasan penulisan proposal penelitian.

BAB II KAJIAN TEORI

Pada bab ini mendeskripsikan kajian pustaka : segala sesuatu yang berkaitan dengan yayasan Bina Karya Tiara,


(46)

38

komunikasi kelompok dalam meningkatkan produktivitas kerja pada penyandang disabilitas di yayasan Bina Karya Tiara. Kemudian dihubungkan dengan teori organisasi “Masukan- Proses- Hasil”.

BAB III PENYAJIAN DATA

Bab ini mendeskripsikan mengenai profil sasaran penelitian dan menyajikan data penelitian sesuai dengan rumusan masalah.

BAB VI ANALISIS DATA

Berisi tentang analisis atau pembahasan data yang menghasilkan temua penelitian serta konfirmasi temuan dengan teori.

BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan, saran-saran berkenaan dengan penelitian.


(47)

BAB II

KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka

1. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam satu kelompok kecil seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya. Michael burgoon mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagai informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok diatas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.1

Selain itu komunikasi kelompok juga merupakan proses komunikasi yang berlangsung 3 orang atau lebih secara tatap muka dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lain. Tidak ada jumplah batasan anggota yang pasti, 2-3 orang atau 20-30 orang. Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan pula komunikasi antar pribadi.

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan

1


(48)

40

bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah mengadakan rapat untuk mengambil keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antar pribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok. Sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut: a.Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;

b.Kelompok memiliki sedikit partisipan;

c.Kelompok bekerja dibawah arahan seorang pemimpin; d.Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama; e.Anggota kelompok memiliki pengaruh atas sama lain.

Karena jumlah komunikan itu menimbulkan konsekuensi, jenis ini diklasifikasikan menjadi komunikasi kelompok kecil dan kelompok komunikasi besar. Dasar pengklasifikasiannya bukan julah yang dihitung secara matematis, melainkan kesempatan komunikan dalam menyampaikan tanggapannya.2

2. Komunikasi Kelompok Kecil

Pengertian komunikasi kelompok kecil Menurut Shaw (1976) ada 6 cara untuk mengindetifikasi suatu kelompok. Berdasarkan hal itu kita dapat mengatakan bahwa komunikasi kelompo kecil adalah suatu kelompok individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk

2


(49)

41

beberapa tujuan, mengambil peranan, teriakat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka. Jika salah satu komponen ini hilang individu yang terlibat tidaklah berkomunikasi dalam kelompok kecil.3 1. Tujuan Komunikasi Kelompok Kecil

a)Tujuan personal

Alasan orang untuk mengikuti kelompok dapat dibedakan atas empat kategori utama yaitu untuk hubungan social, penyaluran, krlompo terapi dan belajar.

(1) Hubungan sosial

Kita sering terlibat dalam komunikasi kelompok kecil agar dapat bergaul dengan orang lain. Misalnya minum kopi bersama-sama, pesta atau tempat orang berkumpul bersama-sama dan bercakap-cakap satu sama lain. Bila kita berkumpul pada kelompok kecil untuk tujuan hubungan sosial, tujuan kita adalah memperkuat hubungan interpersonal dan menaikkan kesejahteraan kita. Kelompok-kelompok yang demikian memenuhi kebutuhan interpersonal kita untuk kasih sayang dan merasa di ikut sertakan.4

(2) Penyaluran

Kelompok kecil memberiak kemungkinan untuk menyalurkan perasaan kita, termasuk perasaan kecewa,

3

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi,(Jakarta, Bumi Aksara, 2011),hlm. 182

4


(50)

42

perasaan takut, keluhan, maupun harapan dan keinginan kita. Bila kita mempunyai satu kesempatan membiarkan orang lain mengetahui perasaan kita tentang sesuatu, kita sering merasa lega atau bebas dari ketegangan. Tujuan ini biasa dilakukan dalam suasana yang mendukung adanya pertukaran pikiran atau pertengkaran sengit atau dalam diskusi keluarga dimana keterbukaan diri adalah tepat.5 (3) Kelompok terapi

Biasanya digunakan untuk membantu orang menghilangkan sikap-sikap mereka, atau tingkah laku dalam beberapa aspek kehidupan mereka.6

(4) Belajar

Alasan umum orang mengikuti kelompok kecil adalah belajar dari orang lain. Belajar terjadi dalam bermacam-macam setting.Asumsi yang mendasari belajar kelompok adalah ide dari dua arah.7

b)Tujuan yang berhubungan dengan pekerjaan (1)Pebuatan Keputusan

Orang-orang yang berkumpul bersama-sama dalam kelompok untuk membuat keputusan mengenai sesuatu.

5

Arni Muhammad,Komunikasi Organisasi,(Jakarta, Bumi Aksara, 2011),hlm. 183

6

Arni Muhammad,Komunikasi Organisasi,(Jakarta, Bumi Aksara, 2011),hlm. 183

7


(51)

43

Mendiskusikan alternatif dengan orang lain membantu orang memutuskan mana pilihan terbaik untuk kelompok.8 (2)Pemecahan Masalah

Masalah yang mereka usahakan menyelesaikan mencakup bagaimana menyempurnakan produksi, bagaimana menyempurnakan hubungan yang kurang baik.9 A) Kelompok Kecil Sebagai Suatu Sistem

Kelompok kecil merupakan organisasi kecil yang mempunyai empat komponen dasar yaitu input atau masukan proses,output atau hasil dari balikan. Masukan , merupakan materi mentah dalam kelompok kecil seperti orang, informasi yang digunakan kelompok untuk berinteraksi. Orang atau anggota kelompok adalah masukan karena tiap orang dalam kelompok membawa kualitas tertentu seperti kepribadian, umur, kesehatan, pengetahuan, sikap, nilai dan kemampuan memecahkan masalah. Proses, menunjukkan kepada semua proses internal yang terjadi dalam kelompok selama diskusi. Hasil, merupakan keputusan atau penyelesaian yang dicapai oleh kelompok.Balikan, berisi respon yang mengikat system

8

Arni Muhammad,Komunikasi Organisasi,(Jakarta, Bumi Aksara, 2011),hlm. 184

9


(52)

44

bersama. Balikan memberikan masukan untuk pertemuan kelompok masa akan datang.10

B) Karakteristik Kelompok Kecil

Ada beberapa karakteristik dari kelompok kecil, yang pertama, mempermudah pertemuan ramah tamah, yang kedua adalahpersonaliti kelompok. Bila sekelompok orang datang bersama maka mereka membentuk identitas sendiri yang menjadikan personality kelompok, karakteristik yang ketiga adalah kekompakan, yaitu daya tarikan anggota kelompok satu sama lain dan keinginan mereka untuk bersatu, karakteristik yang ke empat adalah komitmen terhadap tugas. Aktifitas individu lainnya dalam kelompok yang dekata hubungannya dengan komitmen adalah motivasi.Karakteristik yang kelima adalah besarnya kelompok, kelihatannya cukup sederhn tapi besarnya kelompok itu mempunyai beberapa pencabangan penting dalam kelompok. Kemudian norma kelompok, adalah aturan dan pedoman yang digunakan oleh sekelompok itu sendiri, maupun beberapa factor eksternal di luar kelompok. Saling bergantung sama lain. Yang paling penting anggota kelompok tergantung satu sama lain untuk

10


(53)

45

beberapa tingkatan tertentu, dan paling kurang pada seorang lainnya.11

C) Variabel Kunci Kelompok Kecil

Ada beberapa factor yang mempengaruhi komunikasi kelompok kecil, diantaranya adalah variable yang berhubungan dengan input kelompok dan proses transformasi kelompok. Beberapa diantara factor kunci tersebut akan dibicarakan pada bagian berikut ini:12

(1) Peranan Berdasarkan Fungsi

Para peneliti kelompok yang dinamis mengidentifikasi dua peranan utama dari anggota kelompok yaitu peranan tugas dan peranan untuk pemeliharaan. Peranan tugas berhubungan dengan penyelesaian tujuan yang segera dari kelompok, seperti membuat keputusan, meyelesaikan masalah atau merencanakan suatu proyek. Pemeliharaan berhubungan denngan perasaan anggota kelompok. Kelompok mungkin gagal memperhitungkan kebutuhan sosio-emosional yang sangat halus yang dapat mempersulit interaksi dalam kelompok.

(2)Tingkah Laku Tugas

11

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi,(Jakarta, Bumi Aksara, 2011),hlm. 185-188

12


(54)

46

a. Mengambil inisiatif, seperti menentukan apakah masalah yang akan dibahas, menentuka aturan dalam komunikasi kelompok dan mengembangkan ide. b. Memberikan dan mencari informasi misalnya

bertanya atau memberikan pendapat

c. Mencari dan memberikan pendapat seperti bertanya dan memberikan pendapat.

d.Mengolaborasi dan menjelaskan, seperti memberikan informasi tambahan tentang saran dan ide tertentu. e. Orientasi dan ringkasan seperti meninjau kembali

pokok-pokok penting dalam usahan memberikan pengarahan/bimbingan dalam diskusi.

f. Mengecek apakah kelompok sudah siap untuk membuat keputusan.

(3)Tingkah Laku Pemeliharaan

a. Mengharmoniskan kelompok seperti menyelesaikan pebedaan dan mengurangi ketegangan komunikasi kelompok, kadang-kadang dengan membuat humor. b. Mencari jalan tengah, seperti menawarkan jalan

tengah pada isu atau perubahan posisi.

c. Memberikan sokongan dan semangat seperti mengahargai, setuju, meneriam kontribus yang lain. d. Menjaga lalu lintas komunikasi seperti,


(55)

47

e. Menentukan standart dan tes seperti pengecekan kemajuan kelompok, perasaan orang, norma kelompok, kesukaran menilai jalannya komunikasi kelompok.

2. Kepemimpinan

Yang erat hubungannya dengan peranan yang bersifat fungsi dalam kelompok adalah konsep kepemimpinan.Kita biasa percaya bahwa pemimpin yang baik mempunyai sifat-sifat tertentu, seperti bertanggung jawab, mempunyai kemapuan yang lebih, mempunyai status yang tinggi, jujur dan percaya pada diri sendiri.Pemimpin mempermudah interaksi kelompok dan menggerakkan anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok.13

Dalam kebanyakan kelompok kecil, satu orang berperan sebagi pemimpin. Dalam kelompok lain, kepemimpinan bias dipegang oleh beberapa orang. Lebih lanjut, sang pemimpin bisa ditunjuk atau secara otomatis muncul dalam proses perkembangan komunikasi kelompok.

Berdasarkan preposisi Smith ini kelihatan bahwa suatu organisasi seharusnya menggunakan jaringan komunikasi sentralis bila masalah yang akan diselesaikan sederhana dan bila mencari seorang pemimpin. Tetapi bila masalahnya komplek organisasi

13


(56)

48

haruslah menggunakan jaringan desntralisasi dan juga bila menginginkan fleksibilitas dan moral yang tinggi.

Analisis jaringan komunikasi dapat membantu dalam menentukan apakah struktur organisasi mebiarkan arus komunikasi yang efektif dan koordinasi unit-unit yang tergantung satu sama lainnya. Analisis jaringan juga dapat menunjukkan apakah kelompok kerja terlalu besar atau terlalu kurang terpadu untuk bekerja secara efektif. Kelompok yang terisolasi dari system dan hubungan dengan system hanya melalui seri hubungan langsung dapat diidentifiaksi dan sumber-sumber komunikasi yang lebih besar dapat dipusatkan pada area ini.

Kelompok juga dipengaruhi oleh susunan ruangan dan jarak secara fisik dari anggota kelompok. Studi mengenai ini dinamakan ekologi.Steinzor mempelajari efek susunan dengan ruangan pada interaksi kelompok. Dia menemukan bahwa orang akan berbicara banyak terhadap orang yang langsung dihadapan mereka daripada orang yang duduk disebelahnya bila pimpinan kelompok ada. Tetapi bila tidak ada pimpinan kelompok maka hal yang sebaliknya yang terjadi. Sommer menemukan bahwa pimpinan kelompok kecil cenderung duduk pada posisi kepala dan orang yang menduduki posisi kepala lebih banyak berpartisipasi dari pada orang yang duduk pada posisi samping. Orang yang tinggi nilai dominannya cenderung duduk pada pusat jaringan dan lebih banyak bicara.


(57)

49

3. Pemecahan Masalah dan Pembuatan Keputusan

Dalam keadaan tertentu kelompok lebih baik melakukan tugas dari pada individu , seperti tugas-tugas yang mempunyai pembagian kerja dan membawa hasil bersama. Menurut Marier (1967), komunukasi kelompok kecil ini memiliki kekuatan dan kelemahan tertentu.Kekuatanya adalah sebagai berikut:14

a. Lebih besar pengetahauan dan informasi yang diperoleh. Kelompok lebih banyak mengetahui dari pada individu. b.Jumlah pendekatan lebih banyak terhadap masalah yan

akan dipecahkan.

c. Partisipasi dalam penyelesaian masalah menambah penerimaan penyelesaian masalah.

d. Pemahaman yang lebih baik tehadap keputusan kelompok. Pembuat keputusan tidaklah perlu menyiarkan keputusan yang dibuat, karena mereka yang membuat bersama.

Sedangkan kelemahan dari komunikasi kecil adalah sebagai berikut:

(1)Tekanan sosial (2)Valensi penyelesaian (3)Dominasi individual

(4) Konflik dari tujuan kedua yaitu memenangkan argumentasi.

14


(58)

50

4. Kepatuhan Akan Norma Kelompok

Yang dimaksud dengan norma adalah satu set asumsi atau harapan yang dipegang oleh anggota kelompok atau oraganisasi mengenai tingkah laku yang benar atau yang salah, baik atau buruk, cocok atau tidak cocok, diizinkan atau tidak diizinkan. Kelompok dapat meneapkan secara eksplisit dan implicit norma-norma mereka. Kelompok kerja juga menetapkan norma-norma mengenai penampilan, lamanya rapat, topic yang akan dibahas, tingkat formalitas dalam rapat, tipe strategi pembuatan keputusan dan bahkan bahasa yang digunakan dalam rapat.15

Ada variable-variabel kunci yang mempengaruhi tingkat kepatuhan dalam kelompok, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Sifat kepribadian yang mungkin mempengarui anggota untuk kelompok untuk patuh.

b. Variabel dalam kelompok yang mempengarhi kepatuahan.

c. Tekanan luar yang mempengaruhi kepatuhan. 5. Konflik

Organisasi yang sempurna, sehat tidaklah bebas dari konflik. Konflik jika ditangani secara pantas dapat diarahkan pada penyesuaian yang efektif dan tepat. Applbaum (1973) mengatakan

15


(59)

51

bahwa ada hal-hal terntentu yang dapat menimbulkan konflik dalam organisasi seperti hal berikut:16

a. Anggota kelompok bekerja terlalu dekat dan saling tergantung satu sama lain.

b. Anggota kelompok mempunyai kreativitas yang sangat berbeda.

c. Anggota kelompok mempunyai nilai dan kebutuhan yang berbeda.

6. Besar kelompok beberapa penemuan yang berkenaan dengan jumlah kelompok dalam komunikasi kelompok kecil adalah sebagai berikut:17

a. Kualitas pekerja dan produktivitas kelompok, berhubunga dengan positif dengan besar kelompok dibawah beberapa kondisi tertentu. Bila tidak ada kondisi tertentu maka jumlah kelompok yang kecil yang lebih superior.

b.Kelompok yang lebih kecil memperlhatakan ekspresi ketidak setujuan dan ketidakpasan yang lebih banyak dari pada kelompok yang besar. Juga memberikan kesempatan kepada individu berinteraksi dan memperlihatkan tingkah laku kepemimpinan.

c. Ketika besar kelompok bertambah maka kekompakan kelompok berkurang.

16

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi,(Jakarta, Bumi Aksara, 2011),hlm. 194

17


(60)

52

d.Kelompok yang lebih besar cenderung lebih memenuhi norma kelompok.

e. Anggota kelompok yang besar dalam pemecahan masalah sering merasa tidak puas dengan jumlah waktu yang tersedia untuk diskusi, kesempatan berpatisipasi, dan rapat kelompok serta keputusan yang dibuat.

Suatu situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok kecil (small group communication) apabila situasi komunikasi situasi seperti itu dapa di ubah menjadi komunikasi antar pesona denga setiap komunikan. Dengan kata lain perktaan, antara komunikator dengan setiap komunikan dapat terjadi dialog atau tanya jawab. Dibandingkan dengan komunikasi antar pesona, komunikasi kelompok kecil kurang efektif dala mengubah sikap, pendapat, dan perilaku komunikan tidak mungkin dikuasai seperti halnya pada komunikan komunikasi antarpesona. 18

Dibandingkan dengan komunikasi kelompok besar, komunikasi kelompok kecil lebih bersifat rasional. Ketika menerima suatu pesan dari komunikator, komunikan menanggapinya dengan lebih banyak menggunakan pikiran daripada perasaan.

3. Komunikasi Kelompok Besar

Suatu situasi dinilai sebagai komunikasi kelompok besar ( large group communication) jika antara komunikator dan komunikan sukar

18

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung,PT.Remaja Rosdakarnya, 1986) hal. 8-9


(61)

53

terjadi komunikasi antarpesona. Kecil kemungkinan untuk terjadi dialog seperti pada komunikasi kelompok kecil. Pada situasi seperti ini komunikan menerima pesan yang disampaikan komunikator lebih bersifat emosional. Lebih-lebih jika komunikan heterogen atau beragam.19

4. Proses Komunikasi Kelompok

Proses komunikasi pada dasarnya sama dengan komunikasi pada umumya, komponen dasar yang digunakan dalam berkomunikasi adalah komunikan, komunikator (sender), pesan (message), media (channel) dan respon (efec). Akan tetapi dalam komunikasi kelompok proses komunikasi berlangsung secara tatap muka, dengan lebih mengintensifkan tentang komunikasi dengan individu antar individu dan individu dengan personal structural (formal). Ketika seluruh orang yang terlibat dalam komunitas atau kelompok tersebut berkomunikasi di luar forum, maka komunikasi yang terjalin antar individu berlangsung secara pribadi dan bahasa yang digunakan cenderung tidak formal. Akan tetapi jika individu tersebut bertemu dalam satu forum yang dihadiri anggota kelompok atau komunitas tersebut, maka komunikasi yang berlangsung akan cenderung menggunakan bahasa yang lebih formal. Proses komunikasi kelompok dapat dijelaskan sebagai berikut :20

a. Komunikator (Sender)

19

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung,PT.Remaja Rosdakarnya, 1986) hal.9

20


(1)

143

kekompakan dan kekeluargaan. Dan tidak hanya itu mereka juga diajarkan untuk memasarkan produknya supaya dapat mengetahui keluhan dan kesenangan dari pelanggan dan juga dapat tahu cara berinteraksi dengan pelanggan yang baik.

Hubungan interpersonal yang baik juga ditunjukkan mereka untuk saling bekerja sama dalam membangun orang yang benar-benar mandiri dengan cara tidak hanya produktif dalam menghasilkan produk-produk yang kreatif melainkan mereka juga bekerja sama untuk melakukan kegiatan rumah seperti piket dan memimpin dalam hal religius seperti berjama’ah dan mengaji bareng. Tidak hanya itu mereka juga mengembangakan pemikirannya dengan saling sharing dalam mencari ide atau refrensi lewat internet untuk dapat mengembangkan produk-produk mereka yang kreatif. Karena didalam yayasan Bina Karya Tiara menjunjung tinggi dalam meningkatkan penyandang disabilitas yang produktif dalam segala hal.

Selain itu, mereka interaksi dan komunikasi dengan cara kumpul barengkemudian memberikan semangat dan motivasi untuk selalu giat dalam belajar dan bekerja. Karena meskipun mereka mempunyai kekurangan dalam fisik tetapi karya mereka tidak boleh ada kekurangan. Disamping itu merupakan simbol perhatian dan persaudaraan antar anggota penyandang disabilitas.


(2)

144

2. Komunikasi Kelompok Penyandang Disabilitas

“Kelompok Penyandang Disabilitas” merupakan kelompok kecil yang dinaungi yayasan Bina Karya Tiara karena “Kelompok Penyandang Disabilitas” adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka dalam meningkatkan produktivitas maupun motivasi kerja. “Kelompok Penyandang Disabilitas” memiliki rasa persaudaraaan dan rasa kekeluargaan yang tinggi. Dari sekian banyak anggota, mereka mengenal satu sama lain. Terdapat struktur dalam yayasan Bina Karya Tiara namun dalam kelompok bersifat longgar dan tidak mengikat para penyandang difabel.

Proses komunikasi yang dibangun oleh “Penyandang Disabilitas” dalam membangun komunikasi interpersonal dan bermedia. “Penyandang

Disabilitas” menggunakan media komunikasi untuk berkomunikasi dengan

anggota lainnya yakni menggunakan fasilitas telepon genggam yakni dengan telepon, pesan singkat (SMS), Whatshapp (WA) ataupun dengan menggunakan media jejaring sosial yakni facebook. Namun dalam hal ini “Penyandang Disabilitas” lebih sering bertatap muka langsung.

Dalam kelompok “Penyandang Disabilitas”, untuk meningkatkan produktivitas kerja dan motivasi kerja dengan adanya berbagai macam kegiatan. Untuk kegiatan yang dilakukan para anggota “Penyandang Disabilitas” yakni lebih sering kumpul bareng setiap hari tepatnya di yayasan Bina Karya Tiara, kegiatan kumpul bareng tersebut menjadi


(3)

145

rutinitas anggota “Penyandang Disabilitas”. Selain kumpul bareng kegiatan mereka adalah touring. Biasanya touring tidak diikuti semua anggota karena melihat kondisi mereka dahulu, jadi biasanya cuma diwakili hanya beberapa anggota saja. Kegiatan touring tersebut dilakukan di dalam kota maupun bahkan diluar kota. Tujuan dari touring tersebut adalah memberikan pendampingan untuk orang-orang disetiap kelurahan yang ada di pulau jawa khususnya yang memang ingin meningkatkan ketrampilan mereka dalam bidang tekstil, entah itu ingin belajar menjahit, menyulam, dan membordir. Dan yang menjadi pengajar untuk mereka yaitu teman-teman disabilitas sendiri dari yayasan Bina Karya Tiara yang memang sudah ditunjuk oleh pemilik yayasan Titik Winarti untuk memanfaatkan ilmu mereka pada orang lain yang ingin belajar sama seperti mereka ketika awal mereka masuk yayasan Bina Karya Tiara. Komunikasi kelompok inilah yang membuat motivasi kerja mereka semakin meningkat setiap harinya. Selain itu mereka juga pernah mengadakan event-event tetapi tidak sering juga seperti seminar motivasi dan tidak jarang pula menghadiri event-event seperti salah satunya mendapatkan penghargaan PBB untuk kaum penyandang disabilitas kreatif dan juga Titik Winarti selaku pemilik yayasan sebagai Wanita Inspiratif Femina 2005 yang telah menampung penyandang disabilitas sebagai pekerja utama di yayasan Bina Karya Tiara.

Dalam hal ini komunikasi kelompok penyandang disabilitas dalam meningkatkan produktivitas kerja terjadi yang awalnya dengan diadakannya pelatihan dulu dan dibimbing oleh pelatih yang menuntun


(4)

146

dan mengajari mereka sampai benar-benar bisa dan produktif. Tetapi seiringnya waktu tumbuhlah rasa kekeluargaan dan persaudaraan yang memang benar-benar solid, meskipun posisi pelatih dan yang dilatih tetapi mereka hanya menganggap kalau mereka saudara yang memang harus saling membantu dan saling mengajari satu sama lain. Mereka melakukan komunikasi dengan media handpone, media jejaing sosial, dan bertatap muka langsung merupakan suatu cara untuk mereka meningkatkan produktivitas kerja tanpa mereka sadari. Karena pada dasarnya rasa keinginan untuk lebih produktif didunia kerja itu timbul karena naluri dan diri mereka sendiri yang tertanam dari dulu sebagai manusia yang ingin berkembang.

B. Rekomendasi

Setelah pengolahan data, analisis hingga yang terakhir rekomendasi. Rekomendasi ini diharapkan bisa dijadikan sebagai masukan bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap penelitian ini adapun rekomendasi yang disebut sebagai berikut:

1. Saran untuk Kelompok Penyandang Disabilitas di Yayasan Bina Karya Tiara Agar tetap mempertahankan komunikasi yang sudah dijalin antar anggota agar tetap bisa menjaga rasa kekeluargaan dan dapat memajukan yayasan Bina Karya Tiara dengan meningkatkan produktivitas kerja setiap individunya.

2. Saran untuk peneliti selanjutnya:

a) Penelusuran data lebih mendalam perlu dilakukan untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan akurat.


(5)

147

b) Dalam melakukan penelitian hendaknya peneliti untuk lebih komunikatif terhadap subyek peneliti, hal ini dikarenakan untuk memudahkan peneliti mengumpulkan data yang lebih lengkap dan akurat.

c) Hendaknya peneliti selanjutnya dapat meneliti, mengkaji dan memperdalam kembali mengenai kelompok penyandang disabilitas yang lain. Karena peran penelitian ini masih belum memberikan hasil maksimal dan mendapatkan informasi yang valid dalam kelompok penyandang tersebut.

3. Saran untuk Prodi Ilmu Komunikasi

a. Agar terus meningkatkan mutu pendidikan ilmu komunikasi, sebab ilmu komunikasi ini sedang banyak diminati dan juga sedang berkembang pesat di dunia.

b. Agar terus menambah fasilitas atau alat-alat praktek komunikasi yang baru, sehingga memudahkan mahasiswa untuk belajar dan siap terjun ke lapangan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan, 2001, Metode Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer , Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Bungin, Burhan, 2009, Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana.

Effendy, Onong Uchjana, 1997, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Hardjana, Agus m., 2007, Komunikasi Interpersonal dan Intrapersonal, Yogyakarta: Kanisius.

Larson, Alvin A. Goldberg & Carl E., 1985, Komunikasi Kelompok proses-proses dan penerapannya, Jakarta: Salemba 4.

Manullang, M. Manullang, Marihot, 2001, Manajemen Personalia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Moleong, Lexy J., 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Morissan, 2009, Teori Komunikasi Organisasi, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Mulyana, Deddy, 2008, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Muhammad, Arni, 2011, Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto, Abu Huraerah dan, 2006, Dinamika Kelompok, Bandung: PT. Refika Aditama. Rakhmat, Jalaluddin, 1991, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rosmawaty HP, 2010, Mengenal Ilmu Komunikasi, Widya Padjajaran.

Saefullah, Erni Tisnawati Sule dan Kurniawan, 2005, Pengantar Manajemen, Jakarta: Kencana.

Sedarmayanti, 2004, Pengembangan Kepribadian Pegawai, Bandung: Mandar Maju.

Sugiyono, 2014, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods), Bandung: Alfabeta.

Susanto, Phil Astrid S., Komunikasi Dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Bina Cipta.

Turner, Richard West & Lynn H., 2013, Pengantar Teori Komunikasi analisis dan aplikasi (Edisi 3), Jakarta: Salemba Humanika.

Widjaja, H.A.W., 2010, Komunikasi: Komunikasi & Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bumi Aksara. Winardi, J., 2001, Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen, Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Wiryanto, 2006, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Grasindo.

Http://www.pendidikanekonomi.com/2014/07/pengertian-minat-berwirausaha.html, diakses pada 15 September 2015

Https://mahadarmaworld.wordpress.com/2011/11/25/cacat-difabel-dan-disabilitas-di-mata-masyarakat/, diakses pada 15 September 2015

Http://necacialoe.blogspot.com/2014/12/kaum-difabel-mempunyai-hak-yang-sama.html, diakses pada 15 September 2015

Http://sinaukomunikasi.wordpress.com/2011/08/20/interaksi-simbolik/,diakses pada 15 September 2016

Http://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi, diakses 4 Januari 2016 Http://One.Indoskripsi.Com/Node/2054, diakses 4 Januari 2016