ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN TAWKIL WALI OLEH PENGHULU SEBAB PENGANTIN HAMIL PRA-NIKAH DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN SUKODONO.
ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN TAWKI@L WALI
OLEH PENGHULU SEBAB PENGANTIN HAMIL PRA-NIKAH
DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN SUKODONO
SKRIPSI
OLEH:
MOH. NURHASAN AMINULLOH
NIM: C31211126
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Keluarga
SURABAYA
2016
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Analisis Yuridis Terhadap Penolakan Tawki@l Wali
Oleh Penghulu Sebab Pengantin Hamil Pra-Nikah di Kantor Urusan Agama
Kecamatan Sukodono, merupakan hasil penelitian lapangan berupa kajian yuridis
terhadap penolakan tawki@l wali yang dilakukan oleh Penghulu KUA Kecamatan
Sukodono. Penulis menemukan masalah berupa, pertama apa dasar hukum yang
digunakan dalam penolakan tawki@l wali bagi pengantin yang hamil pra-nikah di
Kantor Urusan Agama Kecamatan Sukodono, kedua bagaimana analisis yuridis
terhadap praktik penolakan tawki@l wali bagi pengantin yang hamil pra-nikah.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, untuk menjelaskan
tentang penolakan tawki@l wali oleh penghulu sebab pengantin hamil pra-nikah di
Kantor Urusan Agama Kecamatan Sukodono. Kemudian dilakukan penarikan
kesimpulan terhadapnya. Pola pikir yang digunakan adalah induktif.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dasar yang digunakan oleh
Penghulu KUA Kecamatan Sukodono tentang kasus penolakan tawki@l wali bagi
pengantin yang hamil pra-nikah terdapat tiga alasan, pertama menikahkan anak
merupakan tanggung jawab orang tua dan boleh mewakilkan hak perwaliannya
kepada orang lain. Akan tetapi, orang tersebut boleh menerima maupun menolak
perwakilannya. Kedua, tugas penghulu dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 yaitu menghadiri, menyaksikan, mencatat. Tidak ada tugas dan kewajiban
untuk menikahkan pengantin. Ketiga, adanya masalah khila>fiyah dalam
menentukan hukum mengenai nikah hamil, sedangkan yang menjadi pedoman
dari Penghulu KUA Kecamatan Sukodono adalah pendapat dari madhhab
H}anafiyah. Hal tersebut tidak sesuai dengan peraturan yang membolehkan
seorang wali nasab yang dapat mewakilkan haknya untuk menikahkan anaknya
kepada PPN, Penghulu, Pembantu PPN, Orang lain yang memenuhi syarat.
Sesuai dengan pasal 18 ayat (3) PMA No. 11 Tahun 2007. UU No. 5 Tahun 2014
menjelaskan bahwa Pegawai Negeri Sipil harus mengabdi kepada Negara dan
Rakyat Indonesia.
Dari pendapat yang digunakan oleh Penghulu KUA Kecamatan
Sukodono, hendaknya hanya digunakan untuk diri sendiri saja. Tidak
dipraktikkan kepada orang lain yang meminta bantuan untuk menikahkan
anaknya. Karena memang setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda.
Sedangkan untuk orang tua yang menginginkan tawki@l wali kepada Penghulu
hendaknya lebih memperdalam keilmuan tentang muna>kah}at> , sehingga apabila
dilain waktu terulang kembali kasus seperti ini, orang tua calon pengantin
perempuan tidak kebingungan untuk mencari orang untuk menikahkan anaknya.
i
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ...............................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................
iii
PENGESAHAN ...................................................................................................
iv
MOTTO ................................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ................................................................................................
vi
ABSTRAK ..........................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
viii
DAFTAR ISI.........................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ................................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
xv
DAFTAR TRANSLITERASI ..............................................................................
xvi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN..............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah...............................................
8
C. Rumusan Masalah .......................................................................
9
D. Kajian Pustaka ............................................................................
9
E. Tujuan Penelitian ........................................................................
11
F. Kegunaan Hasil Penelitian .........................................................
12
G. Definisi Operasional ...................................................................
13
H. Metode Penelitian .......................................................................
14
I.
Sistematika Pembahasan ............................................................
20
PERWALIAN DAN TAWKI@L WALI NIKAH
DALAM HUKUM POSITIF ............................................................
21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB III
A. Perwalian dalam Pernikahan ......................................................
21
1. Pengertian Perwalian ..........................................................
21
2. Dasar Hukum Perwalian .....................................................
24
3. Macam-Macam Perwalian .................................................
25
4. Syarat dan Orang yang boleh menjadi Wali ........................
31
5. Faktor Terjadinya Perwalian ..............................................
35
6. Pengangkatan dan Berakhirnya Perwalian ..........................
37
B. Hukum Nikah Hamil Menurut Ulama’ Madhhab ......................
38
C. Tawki@l Wali Nikah .....................................................................
39
1. Tawki@l Wali dalam Hukum Islam .......................................
39
a) Pengertian Tawki@l Wali ...............................................
39
b) Dasar Hukum Tawki@l Wali ..........................................
41
2. Tawki@l Wali dalam Hukum Positif ......................................
43
a) Tawki@l Wali secara lisan (bi al-lisa>n) ...........................
43
b) Tawki@l Wali secara tulisan (bi al-kita>bah) ...................
44
DESKRIPSI PENOLAKAN TAWKIn maupun al-Hadith. Salah satu ayat yang menerangkan tentang
perintah untuk melaksanakan pernikahan adalah terdapat dalam Q.S al-Nu@r :
32
Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan
orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu
yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan, jika
mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui” (Q.S. 24:32). 2
1
Ibnu Mas’ud; Zainal Abidin S, Fiqh Madzhab Syafi’i (Edisi Lengkap) Buku 2 , (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2007), 250.
2
Kementerian Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Surabaya: Al-Hidayah, 1971), 354.
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
Terdapat juga dalam hadith yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud
ِ يا م ْع َشر الشَب:ال رسو ُل اهِ ص
ض
َ ََع ِن ابْ ِن َم ْه ُع ْود ق
فَاِنَهُ اَ َغ ب،اع ِمْ ُك ُم اْلبَاءَ َة فَ ْليَتَ َزَو ْج
َ َاستَط
ْ اب َم ِن
َ َ َ َ
ْ ُ َ َ َ ق:ال
3
ِ
روا خارى.ص ْوِم فَاِنَهُ لَهُ ِو َجاء
َ َو َم ْن ََْ يَ ْهتَ ِط ْع فَ َعلَْي ِه بِال.ص ُن لِْل َس ْرِج
َ ص ِر َو اَ ْق
َ َل ْلب
Artinya: Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Hai
para pemuda, barangsiapa diantara kamu yang sudah mampu
menikah, maka nikahlah, karena sesungguhnya nikah itu lebih
dapat menundukkan pandangan dan lebih dapat menjaga
kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah
ia berpuasa, karena berpuasa itu baginya (menjadi) pengekang
syahwat”. [HR. Bukhari]
Dalam pernikahan, wali merupakan suatu rukun yang harus
dipenuhi.4 Hal ini dikarenakan bahwa wanita tidak boleh menikahkan dirinya
sendiri, sebab ia tidak memiliki kewenangan untuk melakukan hal tersebut,
baik melaksanakan secara langsung, maupun dengan pengganti orang lain.5
Dalam al-Qur’a>n telah dijelaskan bahwasannya seorang laki-laki mempunyai
kelebihan
dibanding dengan
seorang
wanita,
misalnya
dalam
hal
kepemimpinan. Dalam hal ini adalah kepemimpinan untuk menikahkan
seorang wanita. Sesuai dengan firman Allah SWT. dalam QS. al-Nisa’: 34
Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebagian
yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah
yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak
3
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi alBukhari, S}ahi>h Bukhari, hadith no.5066, (Riyadh: Bait al-Afkar al-Dauliyah, 1998), 1005.
4
Kompilasi Hukum Islam. Pasal 14.
5
Muhammad Zuhaili, Fiqih Muna@kah{a@t, (Mohammad Kholison), (Surabaya: CV. Imtiyaz, 2010),
125.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). wanita-wanita
yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencaricari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha
Tinggi lagi Maha besar (Q.S. 2:34).6
Tujuan adanya persyaratan wali dalam pernikahan adalah demi
menjaga dan melindungi seorang wanita, karena ia mudah tertipu dan
terkecoh. Sehingga tidak dibenarkan menguasakan urusan pernikahan kepada
sesama
wanita,
sebagaimana
orang
yang
tertuduh
boros
dalam
membelanjakan harta benda.7 Jika wanita itu menikah dengan tanpa adanya
wali, maka pernikahan tersebut batal. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan
oleh Aisyah r.a:
ِ فَِ َكاقاا ب,اطل
ِ فَِ َكاقاا ب,نَ َكحت بِغَ ِي إِ ْذ ِن ولِيِاا
,اطل
ْ ْ َ
َ َ
َ َُ
َ َُ
ِ
استَ َحلَ ِم ْن
َ َِم ْن َا َو
ْ صابَ َاا فَلَ َاا َم ْاُرَ ا بَا
َ َ فَِإ ْن أ,ُل لَه
"اَبَّا ْامَرأَة:ال
َ َصلَى اهُ َعلَْي ِه َو َسلَ َم ق
َ َِأَ َن ال
َ ب
ِ فَِ َكاقاا ب
فَإِ ِن ا ْشتَ َج ُروا فَال به ْلطَا ُن َوِلب,اطل
َ َُ
8
".فَ ْرِج َاا
Artinya: Nabi SAW bersabda: “Setiap orang wanita yang menikah dengan
tanpa ijin walinya, maka nikahnya batal, maka nikahnya batal, maka
nikahnya batal, apabila mereka bersengketa, penguasa boleh
menjadi wali bagi wanita yang tidak mempunyai wali, jika laki-laki
itu telah mempergaulinya, maka ia wajib membayar maskawin
untuk kehormatan yang telah dihalalkan darinya”
Maksud dari hadith di atas adalah bahwasanya wanita yang telah
menikah dengan tanpa adanya ijin dari walinya, maka nikahnya batal. Maka
sebagai konsekwensi dari putusnya ikatan pernikahan mereka ialah jika si
wanita tersebut telah digauli oleh si laki-laki, maka wanita tersebut tidak
6
Kementerian Agama RI, Al-Qur’a>n dan Tafsirnya..., 84.
Muhammad Zuhaili, Fiqih Muna>kah{a@t..., 127.
8
Abdullah bin Abdurrahman bin al Fadhl bin Bahram bin Abdush Shamad al-Darimi, Hadith No.
2230, Sunan al-Darimi, (Riyadh: Da>r al-Mughni Li al-Nasyar Wa al-Tauzi’, 2000), 1397.
7
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
diwajibkan untuk mengembalikan maskawin yang diterimanya sebagai ganti
atas kehormatan yang telah dihalalkan untuk laki-laki tersebut.9
Wali nikah ada dua macam,10 yang pertama yakni Wali Nasab,
yaitu wali yang perwaliannya didasarkan karena adanya hubungan darah.
Sedangkan yang kedua adalah Wali Hakim, yaitu wali yang hak
perwaliannya timbul, karena orang tua mempelai perempuan menolak (‘ad}al)
atau tidak ada, atau sebab lain yang secara fisik ada tetapi hak perwaliannya
tidak ada.
Urutan Wali Nasab dalam pernikahan adalah sebagai berikut:
1. Ayah (ab)
2. Kakek (jad)
3. Saudara laki-laki sekandung ( akh shaqi@q)
4. Saudara laki-laki seayah ( akh li-ab)
5. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung ( ibn akh shaqi@q )
6. Anak laki-laki saudara laki-laki seayah ( ibn akh li-ab )
7. Saudara laki-laki ayah yang sekandung (‘am shaqi@q )
8. Saudara laki-laki ayah yang seayah ( ‘am li-ab )
9. Anak saudara laki-laki ayah sekandung ( ibn ‘am shaqi@q )
10. Anak saudara laki-laki ayah seayah ( ibn ‘am li-ab )
11. Kemudian ‘asha@bah 11
9
Muhammad Zuhaili, Fiqih Muna@kah{a@t..., 128.
Kompilasi Hukum Islam Pasal 20
11
Ibid.
10
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
Dalam pelaksanaannya perwalian dalam akad nikah tidak selalu
dilakukan langsung oleh wali nikah itu sendiri, hal ini disebabkan karena
adanya kebolehan berwaka>lah dalam pernikahan. Ada beberapa alasan
terjadinya waka>lah dalam pernikahan, yang antara lain ialah dikarenakan
wali nikah itu sendiri tidak percaya diri terhadap kemampuannya untuk
menikahkan. Sehingga ia memutuskan untuk mewakilkan kepada orang lain
yang dianggap lebih mampu daripada dirinya.
Berwakil menurut lughat artinya menyerahkan sesuatu. Menurut
shara’ berarti seseorang yang menyerahkan urusannya kepada orang lain agar
orang yang diwakilkan itu dapat melakukan sesuatu yang diserahkan
kepadanya selagi yang menyerahkan itu masih hidup.12 Allah SWT
berfirman dalam surat al-Nisa@’ : 35
Artinya: Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,
Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang
hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu
bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik
kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal.13
Perwakilan itu sah atau boleh dilakukan pada tiap-tiap pekerjaan
yang boleh diwakilkan menurut shara’, seperti berjual beli, pernikahan, talak,
memberi, menggadai, dan lain-lain yang berhubungan dengan mua>malat dan
muna>kahat.
12
13
Ibnu Mas’ud; Zainal Abidin S, Fiqh Madzhab Syafi’i..., 114.
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya..., 354.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
Akan tetapi, tidaklah sah mewakilkan shalat, puasa, dan lain-lain
yang bersangkut paut dengan ibadah. Hal ini karena ibadah merupakan
hubungan manusia dengan Tuhannya yang tidak dapat dilakukan, melainkan
oleh tiap-tiap orang. Dalam hal ini dikecualikan haji dan umrah, yang boleh
diwakilkan karena cara mengerjakannya tidak tetap di satu tempat, tetapi
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain ditambah lagi dengan
keadaan suhu yang sangat panas.
Kegiatan mewakilkan suatu urusan ini pernah dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW. Dalam hadith yang diriwayatkan oleh Abu Dawud:
ت
ْ ت
َ ََع ْن َجابِ ِر َر ِض َي اهُ َعْهُ ق
َ صلَى اهُ َعلَْي ِه َو َسلَ َم فَ َق
َ َِت ال
ُ أََرْد: ال
ُ الُُرْو َج إِ َل ََْيبَ َر فَاَتَْي
َ إِ َذا أَتَْي: ال
َ ب
14 ِِ
ِ
ض ْع يَ َد َك َعلَى تَ ْرقُ َوته
َ َْوكِْيل ْي ِخَْيبَ َر فَ ُخ ْذ ِمْهُ خَْ َهةَ َع َشَر َو َس ًقا فَِإ ْن ابْتَ غَى ِم
َ َك آيَةً ف
Artinya: Dari Jabir r.a, ia berkata: “Pernah aku keluar pergi ke Khaibar
(nama satu tempat), kemudian aku datang kepada Nabi SAW.,
maka beliau bersabda,: “Bila engkau datang kepada wakilku di
Khaibar, ambillah darinya lima belas wasaq (bahan makanan). dan
apabila ia menginginkan tanda darimu maka letakkan tanganmu
pada tulang bahunya!” (H.R. Abu Dawud)
Dalam hadith lain dinyatakan:
ِ
ِ
ِ ِ
ِ
َ ََِع ْن َجابِ ِر َرض َي اهُ َعْهُ أَ َن ال
َ ْ ِصلَى اهُ َعلَْيه َو َسلَ َم َنََر ثََلثًا َوست
ُي َوأََمَر َعليا َرض َي اهُ َعْه
َ ب
15 ِ
أَ ْن يَ ْدبَ َح الْبَاق ْي
Artinya:“Dari Jabir r.a bahwa Nabi SAW. pernah menyembelih qurban
sebanyak enam puluh tiga ekor hewan, dan disuruhnya Ali untuk
menyembelih hewan yang tertinggal.” (H.R. Muslim)
Dalam Hukum Positif yang berlaku di Indonesia, untuk melaksanakan
pernikahan Wali Nasab dapat mewakilkan kepada orang lain yang memenuhi
14
Sulaiman bin al-Asy’as bin Ishak bin Basyir bin Syidad bin Amar al-Azdi as-Sijistani, Hadith
No. 3148, Sunan Abu Dawud, (RIYADH: Bait al-Afkar al-Dauliyah, 1998), 356.
15
Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Hadith no. 1218, S}ahi@h
Muslim, (Riyadh: Bait al-Afkar al-Dauliyah, 1998), 484.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
syarat. Dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun 2007 dijelaskan
bahwasannya Wali Nasab dapat mewakilkan pelaksanaan pernikahan kepada
Petugas Pencatat Nikah, Penghulu, Pembantu Petugas Pencatat Nikah, dan
orang lain yang memenuhi syarat.16 Sehingga dengan demikian orang tua
mempelai wanita mempunyai alasan untuk mewakilkan hak untuk
menikahkan anaknya kepada seorang Penghulu KUA Kecamatan Sukodono.
Persoalan yang terjadi di Kantor Urusan Agama Kecamata Sukodono
berawal dari adanya calon pengantin yang mendaftar untuk menikah.
Pelayanan yang diberikan pihak KUA tidak ada perbedaan antara calon
pengantin yang hamil pra-nikah maupun tidak. Ketika diadakannya rafa’,
pihak KUA baru mengetahui bahwasannya calon pengantin tersebut telah
hamil pra-nikah. Pada waktu rafa’ tersebut wali nikah dari calon pengantin
wanita juga dihadirkan, sehingga dengan demikian akan ditanya siapakah
yang akan menjadi wali dalam pernikahan tersebut. Maka kemudian wali
nikah dari calon pengantin perempuan tersebut mewakilkan haknya untuk
menikahkan
anaknya
tersebut
kepada
Penghulu
KUA
Kecamatan
Sukodono.17
Namun, yang terjadi tidaklah demikian. Penghulu yang ditunjuk
untuk menerima perwakilan agar menikahkan anaknya tidak mau menerima
perwakilan tersebut. Alasannya adalah dikarenakan wanita yang akan
menikah dalam keadaan hamil pra-nikah. Hal ini yang membuat Penghulu
tersebut tidak manerima perwakilan untuk menikahkan wanita tersebut.
16
17
PMA No. 11 Tahun 2007, Pasal 18 ayat (3)
Nur Rachmat Hidayat, Wawancara, Sidoarjo, 15 Juni 2015.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
Penolakan tawki@l wali yang dilakukan oleh Penghulu ini bertentangan
dengan peraturan yang berlaku. Karena telah disebutkan dalam Pasal 18 ayat
(3) Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun 2007, bahwasannya Wali
Nasab dapat mewakilkan haknya untuk menikahkan anaknya kepada Petugas
Pencatat Nikah, Penghulu, Pembantu Petugas Pencatat Nikah, dan orang lain
yang memenuhi syarat.18
Dari pemaparan di atas, penulis ingin melakukan penelitian mengkaji
lebih mendalam mengenai waka>lah dalam pernikahan dan membahasnya
melalui Skripsi dengan Judul “Analisis Yuridis Terhadap Penolakan Tawki@l
Wali Oleh Penghulu Sebab Pengantin Hamil Pra-Nikah di Kantor Urusan
Agama Kecamatan Sukodono”
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Identifikasi Masalah diperlukan dalam sebuah penelitian, agar dalam
penelitian dan pembahasan yang dilakukan tidak keluar dari topik yang telah
ditentukan. Dari pemaparan yang telah dibahas di atas, penulis menemukan
beberapa indikasi yang mungkin dapat menjadi sebuah permasalahan, yakni:
1. Hukum pernikahan ketika calon pengantin wanita sudah hamil.
2. Faktor-faktor yang membuat wali nikah mewakilkan haknya untuk
menikahkan anaknya.
3. Alasan penolakan tawki@l wali bagi calon pengantin yang hamil pranikah.
18
PMA No. 11 Tahun 2007, Pasal 18 ayat (3)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
4. Analisis yuridis terhadap praktik penolakan tawki@l wali bagi calon
pengantin yang hamil pra-nikah.
Dari identifikasi masalah yang ditemukan, maka penulis membatasi
masalah tersebut yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu:
1. Dasar hukum yang digunakan dalam penolakan tawki@l wali bagi
pengantin yang hamil pra-nikah di Kantor Urusan Agama Kecamatan
Sukodono.
2. Analisis yuridis terhadap praktik penolakan tawki@l wali bagi pengantin
yang hamil pra-nikah.
C. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah ditulis di atas, maka yang
akan dijadikan permasalahan adalah sebagai berikut:
1. Apa dasar hukum yang digunakan dalam penolakan tawki@l wali bagi
pengantin yang hamil pra-nikah di Kantor Urusan Agama Kecamatan
Sukodono?
2. Bagaimanakah analisis yuridis terhadap praktik penolakan tawki@l wali
bagi pengantin yang hamil pra-nikah?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan deskripsi ringkas tentang kajian atau
penelitian yang sudah pernah dilakukan seputar masalah yang pernah diteliti
sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini bukan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian yang telah ada.19 Hal ini
dikarenakan oleh kemungkinan adanya persamaan topik, persamaan tema,
persamaan teori, dan lain-lain.
Setelah
penulis
mengadakan
pencarian
terkait
topik
yang
berhubungan dengan tawki@l wali, penulis menemukan beberapa penelitian
yang membahas tentang tawki@l wali, yakni:
Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tauki@l Wali
Nikah Anak di Luar Nikah di Kantor Urusan Agama Kecamatan Suko
Manunggal Surabaya”. Skripsi ini ditulis oleh Mochamat Sholikin. Skripsi
ini mendeskripsikan tentang praktik tawki@l wali anak di luar nikah, yang
mana seorang Penghulu Kantor Urusan Agama Kecamatan Suko Manunggal
memperkenankan kepada ayah di luar nikah (ayah biologis) dari calon
mempelai wanita yang bertindak sebagai muwakkilnya untuk melakukan
tawki@l wali (bi al-lisa>n) dan menerima tawki@l wali tersebut. Sehingga
Penghulu tersebut bisa mengakad nikahkan atas nama wakil dari ayah
biologis itu. Pada analisis ini yang menjadi obyek bahasan adalah tawki@l wali
yang dilakukan oleh ayah biologis, sedangkan yang menjadi obyek bahasan
dari penelitian penulis adalah tawki@l wali yang dilakukan oleh ayah kandung
yang sah secara hukum untuk menjadi wali nikah.20
19
Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, (Surabaya: Fakultas
Syari’ah, 2014), 8.
20
Mockhammat Sholikin, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tauki@l Wali Nikah Anak di Luar
Nikah di Kantor Urusan Agama Kecamatan Suko Manunggal Surabaya” (Skripsi—IAIN Sunan
Ampel, Surabaya, 2011), vi.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kasus
Tauki@l Wali Nikah Via Telepon di KUA Kecamatan Rembang Kabupaten
Rembang Jawa Tengah” yang ditulis oleh Af’idatul Aliyah. Skripsi ini
membahas mengenai kebolehan untuk melakukan tawki@l wali nikah melalui
telepon di KUA Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Hal ini
dikarenakan oleh keberadaan wali nikah yang bertempat tinggal jauh dan
sulit dijangkau, dan juga terdapat masalah keluarga yang memicu wali nikah
sengaja tidak hadir di majelis akad nikah. Pada analisis ini, yang menjadi
objek pembahasan adalah hukum dari melakukan tawki@l wali nikah melalui
telepon yang dilakukan oleh ayah kandung calon pengantin perempuan
dikarenakan keberadaan ayah tersebut bertempat tinggal jauh dan sulit
dijangkau. Sedangkan yang menjadi obyek pembahasan dari penelitian
penulis adalah tawki@l wali nikah yang dilakukan oleh karena ayah kandung
calon pengantin perempuan tidak mempunyai kecakapan untuk menikahkan
anaknya.21
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, tujuan
dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui dasar hukum penolakan tawki@l wali bagi pengantin
yang hamil pra-nikah.
21
Af’idatul Aliyah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kasus Tauki@l Wali Nikah Via Telepon di
KUA Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang Jawa Tengah” (Skripsi — IAIN Sunan Ampel,
Surabaya, 2009), vi.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
2. Untuk mengetahui analisis yuridis terhadap praktik penolakan tawki@l
wali bagi pengantin yang hamil pra-nikah.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan, haruslah mempunyai kegunaan dari
diadakannya penelitian tersebut. Sehingga mampu memberikan pengetahuan
baru bagi masyarakat tentang masalah yang diteliti dalam penelitian ini.
Kegunaan penelitian ini dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi teoritis dan
segi praktis. Oleh karenanya, penulis berharap agar hasil penelitian ini
memberikan manfaat kepada masyarakat yakni:
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapat di bangku
perkuliahan dengan menerapkannya dengan praktik langsung di
lapangan.
b. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan bagi peneliti.
c. Dapat dijadikan pedoman atau landasan sebagai wacana hukum
tentang hukum mengenai praktik tawki@l wali dalam sebuah
pernikahan.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam hukum islam.
b. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai alasan
penolakan tawki@l wali dalam pernikahan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
c. Menambah literatur informasi bagi peneliti-peleniti yang lain dalam
membuat karya ilmiah.
G. Definisi Operasional
Untuk memperjelas mengenai judul penelitian yang ditulis, agar di
kemudian hari tidak ada kesalahpahaman jika penelitian ini digunakan
sebagai rujukan atau literatur dalam pembuatan karya ilmiah, maka di sini
penulis akan memberikan penjelasan secara tegas dan jelas mengenai judul
penelitian : “Analisis Hukum Islam Terhadap Penolakan Tawki@l Wali Oleh
Penghulu Sebab Pengantin Hamil Pra-Nikah di Kua Kecamatan Sukodono”
dengan beberapa kata kunci yang digunakan sebagai definisi operasional:
Yuridis
: Segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah
disahkan oleh pemerintah. Peraturan yang dimaksud
dalam analisis ini adalah Kompilasi Hukum Islam,
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, Peraturan
Menteri Agam No 11 Tahun 2007, Peraturan Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
Nomor
PER/62/M.PAN/2005. Undang-Undang No. 5 Tahun
2014 Tentang Aparatur Sipil Negara.
Tawki@l Wali
: Seseorang yang mewakilkan hak untuk menjadi wali
nikah kepada orang lain. Dalam penelitian ini, yang
ditunjuk untuk menjadi wakil adalah Penghulu KUA
Kecamatan Sukodono.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Hamil Pra-Nikah
: Suatu kehamilan yang dialami seorang wanita yang
belum terikat pernikahan yang sah.
H. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu upaya untuk mencari hal-hal yang baru,
kemudian memecahkannya dengan mencari jawaban atas permasalahan yang
belum diketahui, bisa jadi penelitian ini merupakan jalan baru untuk
menemukan sesuatu yang baru.22 Sedangkan metode penelitian pada
dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu.23
Penelitian kali ini penulis akan menggunakan metode penelitian
deskriptif. Yakni suatu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu
gejala atau permasalahan yang terjadi pada saat sekarang. Penelitian
deskriptif ini memusatkan perhatian pada suatu permasalahan aktual yang
sedang terjadi pada saat penelitian berlangsung.24 Yang mana penelitian ini
akan dilaksanakan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Sukodono
Kabupaten Sidoarjo.
Dalam pembahasan yang akan dilakukan oleh peneliti, patut kiranya
memaparkan langkah-langkah yang akan dilakukan guna memperoleh hasil
yang sesuai, yakni:
22
Mukayat D. Brotowidjoyo, Metodologi Penelitian dan Penulisan Karangan Ilmiah,
(Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1992), 2.
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), 2.
24
Juliansyah Noor, Metode Penelitian Skripsi, Tesis, Desertasi, dan Karya Ilmiah , (Jakarta:
Kencana, 2011), 34.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
1. Data Dikumpulkan
Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mengumpulkan
data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.25
Karena tanpa adanya langkah pengumpulan data, maka penelitian
tersebut tidak akan membuahkan hasil.
Terkait dengan rumusan masalah yang telah tersebut di atas,
maka data yang dapat dikumpulkan untuk penelitian ini adalah:
a. Data tentang pendaftaran pernikahan hamil di Kantor Urusan
Agama Kecamatan Sukodono.
b. Data mengenai alasan penolakan tawki@l wali yang dilakukan oleh
Penghulu KUA Kecamatan Sukodono.
2. Sumber Data
Dalam pengumpulan data, terdapat dua macam sumbar data yang
bisa digunakan, yakni:
a. Sumber Primer
Sumber Primer yakni sumber data yang langsung diperoleh
dan dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya.26
1) Data pencatatan pernikahan di Kantor Kepala Urusan Agama
Kecamatan Sukodono.
2) Penghulu Kantor Urusan Agama Kecamatan Sukodono
25
26
Ibid, 138.
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1998), 84.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
b. Sumber Sekunder
Sumber Sekunder yakni sumber data yang diperoleh dari
penelusuran kepustakaan dan dokumen-dokumen yang telah ada dan
berkaitan dengan penelitian ini.27
1) Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang
Perkawinan (Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan).
2) Muhammad Zuhaily, Fiqh Muna>kahat.
3) Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam.
4) Ibnu Mas’ud; Zainal Abidin S, 2007, Fiqh Madzhab Syafi’i
(Edisi Lengkap) Buku 2.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan penelitian ini, maka
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data antara lain:
a. Dokumen
Pengumpulan data yang berikutnya yakni bersumber dari
dokumen. Sejumlah data yang diperlukan sangat memungkinkan
sudah tersedia dalam bentuk dokumentasi, baik itu dalam bentuk
surat, catatan harian, dan lain-lain. Secara detail, bahan dokumenter
terbagi dalam beberapa macam, yakni autobiografi, surat pribadi,
buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah
27
Ibid, 85.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
atau swasta, data di server dan flashdisk, dan data yang tersimpan di
website.28
Penghimpunan data ini dilakukan dengan cara mengkaji dan
menelaah dokumen yang berupa syarat dan rukun nikah. Juga
mengumpulkan data tentang pencatatan nikah. Hal ini dimaksudkan
untuk mengkaji lebih lanjut mengenai alasan dari penolakan tawki@l
wali oleh Penghulu KUA Kecamatan Sukodono.
b. Wawancara
Teknik ini sangat efektif digunakan dalam penelitian.
Karena dengan wawancara, kita akan mengetahui secara mendalam
mengenai permasalahan yang terjadi. Teknik wawancara akan lebih
dapat diandalkan bila pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan
telah dibuat sebelumnya.29 Dalam pelaksanaan wawancara ini, yang
menjadi subyek penelitian adalah Penghulu KUA Kecamatan
Sukodono.
4. Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka proses selanjutnya yakni
pengolahan data dengan menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Editing. Data yang diperoleh harus dicermati dan diperiksa kembali.
Sehingga terdapat kesesuaian antara data yang satu dengan yang
lain. Serta akan menghasilkan data yang sesuai dengan pembahasan
yang terdapat dalam penelitian ini.
28
29
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian..., 141.
Ibid, 203.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
b. Organizing. Katika data sudah melalui tahap editing, langkah
selanjutnya yakni mengelompokkan data dengan menyusun secara
sistematis sesuai dengan kerangka paparan yang telah direncanakan
sebelumnya.
c. Analizing. Setelah data tersebut sudah melalui proses editing dan
organizing, maka data tersebut akan dianalisa sehingga akan
menghasilkan kesimpulan-kesimpulan tertentu.30
5. Teknik Analisis Data
Data yang telah diperoleh oleh peneliti tidak akan ada gunanya
jika tidak dianalisa. Analisa data merupakan bagian penting dalam
metode ilmiah, karena dengan analisalah data tersebut dapat menjadi
berarti, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman untuk memecahkan
suatu penelitian. Data yang telah terkumpul selanjutnya akan
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang akan memudahkan
peneliti untuk menganalisa, sehingga akan menjadikan data tersebut
mempunyai makna untuk menjawab masalah dalam penelitian dan
bermanfaat untuk menguji hipotesa.31
Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya
akan
dianalisa
dengan
menggunakan
teknik
deskriptif,
yakni
menjabarkan data yang diperoleh dengan kata-kata yang mudah
dipahami. Tujuan dari penelitian deskriptif ini yakni untuk membuat
pencandraan (deskripsi) secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
30
31
Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, (Yogyakarta: Teras, 2011), 92.
Mohammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), 405.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.32 Kemudian
kata-kata tersebut dirangkai dengan menggunakan teori induktif.
Berfikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Suatu analisis
berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan berdasarkan
data tersebut, kemudian dicarikan data lagi secara berulang-ulang,
sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau
ditolak berdasarkan data yang terkumpul, dan pada akhirnya hipotesis
tersebut berkembang menjadi teori.33
Secara teknis, penelitian ini menjelaskan kasus tentang
penolakan tawki@l wali yang dilakukan oleh Penghulu KUA Kecamatan
Sukodono. Kemudian dianalisa berdasarkan teori perundang-undangan
dan peraturan-peraturan yang berlaku. Sehingga akan menghasilkan
sebuah kesimpulan terhadap kasus penolakan tawki@l wali yang dilakukan
oleh Penghulu KUA Kecamatan Sukodono.
Dengan
memasukkan
teori-teori
yang
berkaitan
dengan
pembahasan pernikahan dan kemudian dikaitkan dengan persoalan yang
ada, yakni penolakan tawki@l wali nikah sehingga kemudian akan
menghasilkan suatu kesimpulan dan jawaban mengenai latar belakang
terjadinya penolakan tawki@l wali oleh Penghulu KUA Kecamatan
Sukodono.
32
33
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian..., 18.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif…, 245.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
I. Sistematika Pembahasan
Untuk
mempermudah pembahasan
dalam penelitian
ini, maka
penulis mengorganisasikan dalam lima bab pembahasan, yang mencakup subsub bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab pertama merupakan bab pendahuluan, pada bab pertama ini
terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan
masalah, tinjauan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi oprasional,
metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua merupakan landasan teori yang memaparkan tentang
perwalian secara umum dan tawki@l wali dalam Hukum Positif.
Bab ketiga membahas tentang hasil penelitian atau data penelitian di
lapangan meliputi berapa jumlah nikah hamil dan penolakan tawki@l wali dan
pihak-pihak yang terlibat dalam praktik penolakan tawki@l wali yang terjadi di
KUA Kecamatan Sukodono.
Bab keempat membahas tentang analisis yuridis terhadap penolakan
tawki@l wali oleh penghulu sebab hamil pra-nikah di KUA Kecamatan
Sukodono.
Bab kelima penutup dari semua pembahasan skripsi dari hasil
lapangan dan juga saran yang diberikan kepada pihak-pihak yang terkait
dalam permasalahan yang dibahas di atas.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
PERWALIAN DAN TAWKI@L WALI NIKAH DALAM
PERNIKAHAN
A. Perwalian dalam Pernikahan
1. Pengertian Perwalian
Perwalian berasal dari kata Wali, yang mempunyai arti kata
orang lain selaku pengganti orang tua yang menurut hukum diwajibkan
mewakili anak yang belum dewasa atau belum akil balig dalam
melakukan perbuatan hukum.1 Perwalian dalam istilah bahasa adalah
wali yang berarti menolong yang mencintainya.2 Perwalian dapat
diartikan sebagai orang tua pengganti terhadap anak yang belum cakap
dalam melakukan suatu perbuatan hukum. Kata wali dalam bahasa arab
berasal dari kata –kata wilayah (kata benda) kata kerjanya waliya yang
artinya berkuasa.3
Perwalian dalam istilah fiqh disebut wilayah, yang berarti
penguasaan dan perlindungan. Dengan demikian, arti dari perwalian
menurut fiqh ialah penguasaan penuh yang diberikan oleh agama kepada
1
Soedharyo Soimin, Hukum Orang dan Keluarga Perspektif Hukum Perdata Barat/BW, Hukum
Islam, dan Hukum Adat Edisi Revisi, (JAKARTA: Sinar Grafika, 2002), 55.
2
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwiir, (Yogyakarta: Pondok Pesantren al-
Munawwir, 1984), 1960.
3
Lili Rasyjidi, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia , (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1991), 144.
21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
seseorang untuk menguasai dan melindungi orang atau barang. Orang
yang diberi kekuasan untuk menguasai orang atau barang disebut wali.4
Sedangkan di dalam Hukum Perdata, Perwalian selalu dipandang
sebagai suatu pengurusan terhadap harta kekayaan dan pengawasan
terhadap pribadi seorang anak yang belum dewasa.5
Perwalian juga memiliki pengertian lain, untuk lebih jelasnya
maka penulis akan memaparkan beberapa pengertian perwalian, antara
lain:
a) Amin Suma mengatakan dalam bukunya yang berjudul “Hukum
Keluarga Islam di Dunia Islam”. Perwalian adalah kekuasaan atau
otoritas (yang dimiliki) seseorang untuk secara langsung melakukan
suatu tindakan sendiri tanpa harus bergantung (terikat) atas ijin
orang lain.6
b) Sayyid Sabiq mengatakan, Wali adalah suatu ketentuan hukum
yang dapat dipaksakan pada orang lain sesuai dengan bidang
hukumnya. Selanjutnya menurut beliau, wali ada yang khusus dan
ada yang umum, yang khusus adalah yang berkaitan dengan
manusia dan harta bendanya.7
4
Soemiyati, Hukum Perkawinan dan Undang-undang Perkawinan (Undang-undang No. 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan), (Yogyakarta: Liberty, 1986), 41.
5
Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional Cet. Pertama, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 206.
6
Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Isla,m, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), 134.
7
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 7, (Bandung: Al-Ma’arif, 1980), 7.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
c) Menurut Dedi Junaedi, Perwalian dalam Islam dibagi kedalam dua
kategori yaitu: Perwalian umum, biasanya mencakup kepentingan
bersamaa (Bangsa atau rakyat) seperti waliyul amri (dalam arti
Gubernur) dan sebagainya. Sedangkan Perwalian khusus adalah
perwalian terhadap jiwa dan harta seseorang, seperti terhadap anak
yatim.8 Perwalian khusus meliputi perwalian terhadap diri pribadi
anak tersebut dan perwalian terhadap harta bendanya.
d) Menurut Ali Afandi, Perwalian ialah pengawasan pribadi dan
pengurusan terhadap harta kekayaan seorang anak yang belum
dewasa jika anak itu tidak berada di bawah kekuasaan orang tua.
Jadi dengan demikian anak yang orang tuanya telah bercerai atau
salah satu dari mereka atau semuanya meninggal dunia, ia berada di
bawah perwalian.9
e) Menurut kamus besar bahasa Indonesia, perwalian berasal dari kata
“per” berarti satu. Sedangkan “wali” berarti orang yang menurut
hukum (agama, adat) diserahi kewajiban mengurus anak yatim serta
hartanya, sebelum anak itu dewasa.10
8
Dedi Junaedi, Bimbingan Perkawinan Cetakan Pertama, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2000),
104.
9
Ali Afandi, Hukum Waris Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),
156.
10
Alhabsyi Husen, Kamus Alkausar, (Surabaya: Darussagaf, 1997), 591.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
Dengan demikian, pada intinya perwalian adalah pengawasan
atas orang atau barang sebagaimana diatur dalam undang-undang, dan
pengelolaan barang-barang dari anak yang belum dewasa ( pupil ).11
2. Dasar Hukum Perwalian
Ketentuan mengenai Perwalian sejatinya telah dijelaskan dalam
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penjelasan
tersebut terdapat pada pasal 50 sampai dengan pasal 54. Ketentuan
tersebut adalah sebagai berikut:
Pasal 50 ayat (1). Anak yang belum mencapai umur 18 tahun
atau belum pernah melangsungkan perkawinan, tidak berada di bawah
kekuasaan orang tua, berada di bawah kekuasaan wali. Ayat (2).
Perwalian itu mengenai pribadi anak yang bersangkutan maupun harta
bendanya.
Pasal 51 ayat (1). Wali dapat ditunjuk oleh satu orang tua yang
menjalankan kekuasaan orang tua, sebelum ia meninggal dengan
OLEH PENGHULU SEBAB PENGANTIN HAMIL PRA-NIKAH
DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN SUKODONO
SKRIPSI
OLEH:
MOH. NURHASAN AMINULLOH
NIM: C31211126
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Keluarga
SURABAYA
2016
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Analisis Yuridis Terhadap Penolakan Tawki@l Wali
Oleh Penghulu Sebab Pengantin Hamil Pra-Nikah di Kantor Urusan Agama
Kecamatan Sukodono, merupakan hasil penelitian lapangan berupa kajian yuridis
terhadap penolakan tawki@l wali yang dilakukan oleh Penghulu KUA Kecamatan
Sukodono. Penulis menemukan masalah berupa, pertama apa dasar hukum yang
digunakan dalam penolakan tawki@l wali bagi pengantin yang hamil pra-nikah di
Kantor Urusan Agama Kecamatan Sukodono, kedua bagaimana analisis yuridis
terhadap praktik penolakan tawki@l wali bagi pengantin yang hamil pra-nikah.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, untuk menjelaskan
tentang penolakan tawki@l wali oleh penghulu sebab pengantin hamil pra-nikah di
Kantor Urusan Agama Kecamatan Sukodono. Kemudian dilakukan penarikan
kesimpulan terhadapnya. Pola pikir yang digunakan adalah induktif.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dasar yang digunakan oleh
Penghulu KUA Kecamatan Sukodono tentang kasus penolakan tawki@l wali bagi
pengantin yang hamil pra-nikah terdapat tiga alasan, pertama menikahkan anak
merupakan tanggung jawab orang tua dan boleh mewakilkan hak perwaliannya
kepada orang lain. Akan tetapi, orang tersebut boleh menerima maupun menolak
perwakilannya. Kedua, tugas penghulu dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 yaitu menghadiri, menyaksikan, mencatat. Tidak ada tugas dan kewajiban
untuk menikahkan pengantin. Ketiga, adanya masalah khila>fiyah dalam
menentukan hukum mengenai nikah hamil, sedangkan yang menjadi pedoman
dari Penghulu KUA Kecamatan Sukodono adalah pendapat dari madhhab
H}anafiyah. Hal tersebut tidak sesuai dengan peraturan yang membolehkan
seorang wali nasab yang dapat mewakilkan haknya untuk menikahkan anaknya
kepada PPN, Penghulu, Pembantu PPN, Orang lain yang memenuhi syarat.
Sesuai dengan pasal 18 ayat (3) PMA No. 11 Tahun 2007. UU No. 5 Tahun 2014
menjelaskan bahwa Pegawai Negeri Sipil harus mengabdi kepada Negara dan
Rakyat Indonesia.
Dari pendapat yang digunakan oleh Penghulu KUA Kecamatan
Sukodono, hendaknya hanya digunakan untuk diri sendiri saja. Tidak
dipraktikkan kepada orang lain yang meminta bantuan untuk menikahkan
anaknya. Karena memang setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda.
Sedangkan untuk orang tua yang menginginkan tawki@l wali kepada Penghulu
hendaknya lebih memperdalam keilmuan tentang muna>kah}at> , sehingga apabila
dilain waktu terulang kembali kasus seperti ini, orang tua calon pengantin
perempuan tidak kebingungan untuk mencari orang untuk menikahkan anaknya.
i
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ...............................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................
iii
PENGESAHAN ...................................................................................................
iv
MOTTO ................................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ................................................................................................
vi
ABSTRAK ..........................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
viii
DAFTAR ISI.........................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ................................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
xv
DAFTAR TRANSLITERASI ..............................................................................
xvi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN..............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah...............................................
8
C. Rumusan Masalah .......................................................................
9
D. Kajian Pustaka ............................................................................
9
E. Tujuan Penelitian ........................................................................
11
F. Kegunaan Hasil Penelitian .........................................................
12
G. Definisi Operasional ...................................................................
13
H. Metode Penelitian .......................................................................
14
I.
Sistematika Pembahasan ............................................................
20
PERWALIAN DAN TAWKI@L WALI NIKAH
DALAM HUKUM POSITIF ............................................................
21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB III
A. Perwalian dalam Pernikahan ......................................................
21
1. Pengertian Perwalian ..........................................................
21
2. Dasar Hukum Perwalian .....................................................
24
3. Macam-Macam Perwalian .................................................
25
4. Syarat dan Orang yang boleh menjadi Wali ........................
31
5. Faktor Terjadinya Perwalian ..............................................
35
6. Pengangkatan dan Berakhirnya Perwalian ..........................
37
B. Hukum Nikah Hamil Menurut Ulama’ Madhhab ......................
38
C. Tawki@l Wali Nikah .....................................................................
39
1. Tawki@l Wali dalam Hukum Islam .......................................
39
a) Pengertian Tawki@l Wali ...............................................
39
b) Dasar Hukum Tawki@l Wali ..........................................
41
2. Tawki@l Wali dalam Hukum Positif ......................................
43
a) Tawki@l Wali secara lisan (bi al-lisa>n) ...........................
43
b) Tawki@l Wali secara tulisan (bi al-kita>bah) ...................
44
DESKRIPSI PENOLAKAN TAWKIn maupun al-Hadith. Salah satu ayat yang menerangkan tentang
perintah untuk melaksanakan pernikahan adalah terdapat dalam Q.S al-Nu@r :
32
Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan
orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu
yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan, jika
mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui” (Q.S. 24:32). 2
1
Ibnu Mas’ud; Zainal Abidin S, Fiqh Madzhab Syafi’i (Edisi Lengkap) Buku 2 , (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2007), 250.
2
Kementerian Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Surabaya: Al-Hidayah, 1971), 354.
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
Terdapat juga dalam hadith yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud
ِ يا م ْع َشر الشَب:ال رسو ُل اهِ ص
ض
َ ََع ِن ابْ ِن َم ْه ُع ْود ق
فَاِنَهُ اَ َغ ب،اع ِمْ ُك ُم اْلبَاءَ َة فَ ْليَتَ َزَو ْج
َ َاستَط
ْ اب َم ِن
َ َ َ َ
ْ ُ َ َ َ ق:ال
3
ِ
روا خارى.ص ْوِم فَاِنَهُ لَهُ ِو َجاء
َ َو َم ْن ََْ يَ ْهتَ ِط ْع فَ َعلَْي ِه بِال.ص ُن لِْل َس ْرِج
َ ص ِر َو اَ ْق
َ َل ْلب
Artinya: Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Hai
para pemuda, barangsiapa diantara kamu yang sudah mampu
menikah, maka nikahlah, karena sesungguhnya nikah itu lebih
dapat menundukkan pandangan dan lebih dapat menjaga
kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah
ia berpuasa, karena berpuasa itu baginya (menjadi) pengekang
syahwat”. [HR. Bukhari]
Dalam pernikahan, wali merupakan suatu rukun yang harus
dipenuhi.4 Hal ini dikarenakan bahwa wanita tidak boleh menikahkan dirinya
sendiri, sebab ia tidak memiliki kewenangan untuk melakukan hal tersebut,
baik melaksanakan secara langsung, maupun dengan pengganti orang lain.5
Dalam al-Qur’a>n telah dijelaskan bahwasannya seorang laki-laki mempunyai
kelebihan
dibanding dengan
seorang
wanita,
misalnya
dalam
hal
kepemimpinan. Dalam hal ini adalah kepemimpinan untuk menikahkan
seorang wanita. Sesuai dengan firman Allah SWT. dalam QS. al-Nisa’: 34
Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebagian
yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah
yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak
3
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi alBukhari, S}ahi>h Bukhari, hadith no.5066, (Riyadh: Bait al-Afkar al-Dauliyah, 1998), 1005.
4
Kompilasi Hukum Islam. Pasal 14.
5
Muhammad Zuhaili, Fiqih Muna@kah{a@t, (Mohammad Kholison), (Surabaya: CV. Imtiyaz, 2010),
125.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). wanita-wanita
yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencaricari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha
Tinggi lagi Maha besar (Q.S. 2:34).6
Tujuan adanya persyaratan wali dalam pernikahan adalah demi
menjaga dan melindungi seorang wanita, karena ia mudah tertipu dan
terkecoh. Sehingga tidak dibenarkan menguasakan urusan pernikahan kepada
sesama
wanita,
sebagaimana
orang
yang
tertuduh
boros
dalam
membelanjakan harta benda.7 Jika wanita itu menikah dengan tanpa adanya
wali, maka pernikahan tersebut batal. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan
oleh Aisyah r.a:
ِ فَِ َكاقاا ب,اطل
ِ فَِ َكاقاا ب,نَ َكحت بِغَ ِي إِ ْذ ِن ولِيِاا
,اطل
ْ ْ َ
َ َ
َ َُ
َ َُ
ِ
استَ َحلَ ِم ْن
َ َِم ْن َا َو
ْ صابَ َاا فَلَ َاا َم ْاُرَ ا بَا
َ َ فَِإ ْن أ,ُل لَه
"اَبَّا ْامَرأَة:ال
َ َصلَى اهُ َعلَْي ِه َو َسلَ َم ق
َ َِأَ َن ال
َ ب
ِ فَِ َكاقاا ب
فَإِ ِن ا ْشتَ َج ُروا فَال به ْلطَا ُن َوِلب,اطل
َ َُ
8
".فَ ْرِج َاا
Artinya: Nabi SAW bersabda: “Setiap orang wanita yang menikah dengan
tanpa ijin walinya, maka nikahnya batal, maka nikahnya batal, maka
nikahnya batal, apabila mereka bersengketa, penguasa boleh
menjadi wali bagi wanita yang tidak mempunyai wali, jika laki-laki
itu telah mempergaulinya, maka ia wajib membayar maskawin
untuk kehormatan yang telah dihalalkan darinya”
Maksud dari hadith di atas adalah bahwasanya wanita yang telah
menikah dengan tanpa adanya ijin dari walinya, maka nikahnya batal. Maka
sebagai konsekwensi dari putusnya ikatan pernikahan mereka ialah jika si
wanita tersebut telah digauli oleh si laki-laki, maka wanita tersebut tidak
6
Kementerian Agama RI, Al-Qur’a>n dan Tafsirnya..., 84.
Muhammad Zuhaili, Fiqih Muna>kah{a@t..., 127.
8
Abdullah bin Abdurrahman bin al Fadhl bin Bahram bin Abdush Shamad al-Darimi, Hadith No.
2230, Sunan al-Darimi, (Riyadh: Da>r al-Mughni Li al-Nasyar Wa al-Tauzi’, 2000), 1397.
7
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
diwajibkan untuk mengembalikan maskawin yang diterimanya sebagai ganti
atas kehormatan yang telah dihalalkan untuk laki-laki tersebut.9
Wali nikah ada dua macam,10 yang pertama yakni Wali Nasab,
yaitu wali yang perwaliannya didasarkan karena adanya hubungan darah.
Sedangkan yang kedua adalah Wali Hakim, yaitu wali yang hak
perwaliannya timbul, karena orang tua mempelai perempuan menolak (‘ad}al)
atau tidak ada, atau sebab lain yang secara fisik ada tetapi hak perwaliannya
tidak ada.
Urutan Wali Nasab dalam pernikahan adalah sebagai berikut:
1. Ayah (ab)
2. Kakek (jad)
3. Saudara laki-laki sekandung ( akh shaqi@q)
4. Saudara laki-laki seayah ( akh li-ab)
5. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung ( ibn akh shaqi@q )
6. Anak laki-laki saudara laki-laki seayah ( ibn akh li-ab )
7. Saudara laki-laki ayah yang sekandung (‘am shaqi@q )
8. Saudara laki-laki ayah yang seayah ( ‘am li-ab )
9. Anak saudara laki-laki ayah sekandung ( ibn ‘am shaqi@q )
10. Anak saudara laki-laki ayah seayah ( ibn ‘am li-ab )
11. Kemudian ‘asha@bah 11
9
Muhammad Zuhaili, Fiqih Muna@kah{a@t..., 128.
Kompilasi Hukum Islam Pasal 20
11
Ibid.
10
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
Dalam pelaksanaannya perwalian dalam akad nikah tidak selalu
dilakukan langsung oleh wali nikah itu sendiri, hal ini disebabkan karena
adanya kebolehan berwaka>lah dalam pernikahan. Ada beberapa alasan
terjadinya waka>lah dalam pernikahan, yang antara lain ialah dikarenakan
wali nikah itu sendiri tidak percaya diri terhadap kemampuannya untuk
menikahkan. Sehingga ia memutuskan untuk mewakilkan kepada orang lain
yang dianggap lebih mampu daripada dirinya.
Berwakil menurut lughat artinya menyerahkan sesuatu. Menurut
shara’ berarti seseorang yang menyerahkan urusannya kepada orang lain agar
orang yang diwakilkan itu dapat melakukan sesuatu yang diserahkan
kepadanya selagi yang menyerahkan itu masih hidup.12 Allah SWT
berfirman dalam surat al-Nisa@’ : 35
Artinya: Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,
Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang
hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu
bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik
kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal.13
Perwakilan itu sah atau boleh dilakukan pada tiap-tiap pekerjaan
yang boleh diwakilkan menurut shara’, seperti berjual beli, pernikahan, talak,
memberi, menggadai, dan lain-lain yang berhubungan dengan mua>malat dan
muna>kahat.
12
13
Ibnu Mas’ud; Zainal Abidin S, Fiqh Madzhab Syafi’i..., 114.
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya..., 354.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
Akan tetapi, tidaklah sah mewakilkan shalat, puasa, dan lain-lain
yang bersangkut paut dengan ibadah. Hal ini karena ibadah merupakan
hubungan manusia dengan Tuhannya yang tidak dapat dilakukan, melainkan
oleh tiap-tiap orang. Dalam hal ini dikecualikan haji dan umrah, yang boleh
diwakilkan karena cara mengerjakannya tidak tetap di satu tempat, tetapi
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain ditambah lagi dengan
keadaan suhu yang sangat panas.
Kegiatan mewakilkan suatu urusan ini pernah dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW. Dalam hadith yang diriwayatkan oleh Abu Dawud:
ت
ْ ت
َ ََع ْن َجابِ ِر َر ِض َي اهُ َعْهُ ق
َ صلَى اهُ َعلَْي ِه َو َسلَ َم فَ َق
َ َِت ال
ُ أََرْد: ال
ُ الُُرْو َج إِ َل ََْيبَ َر فَاَتَْي
َ إِ َذا أَتَْي: ال
َ ب
14 ِِ
ِ
ض ْع يَ َد َك َعلَى تَ ْرقُ َوته
َ َْوكِْيل ْي ِخَْيبَ َر فَ ُخ ْذ ِمْهُ خَْ َهةَ َع َشَر َو َس ًقا فَِإ ْن ابْتَ غَى ِم
َ َك آيَةً ف
Artinya: Dari Jabir r.a, ia berkata: “Pernah aku keluar pergi ke Khaibar
(nama satu tempat), kemudian aku datang kepada Nabi SAW.,
maka beliau bersabda,: “Bila engkau datang kepada wakilku di
Khaibar, ambillah darinya lima belas wasaq (bahan makanan). dan
apabila ia menginginkan tanda darimu maka letakkan tanganmu
pada tulang bahunya!” (H.R. Abu Dawud)
Dalam hadith lain dinyatakan:
ِ
ِ
ِ ِ
ِ
َ ََِع ْن َجابِ ِر َرض َي اهُ َعْهُ أَ َن ال
َ ْ ِصلَى اهُ َعلَْيه َو َسلَ َم َنََر ثََلثًا َوست
ُي َوأََمَر َعليا َرض َي اهُ َعْه
َ ب
15 ِ
أَ ْن يَ ْدبَ َح الْبَاق ْي
Artinya:“Dari Jabir r.a bahwa Nabi SAW. pernah menyembelih qurban
sebanyak enam puluh tiga ekor hewan, dan disuruhnya Ali untuk
menyembelih hewan yang tertinggal.” (H.R. Muslim)
Dalam Hukum Positif yang berlaku di Indonesia, untuk melaksanakan
pernikahan Wali Nasab dapat mewakilkan kepada orang lain yang memenuhi
14
Sulaiman bin al-Asy’as bin Ishak bin Basyir bin Syidad bin Amar al-Azdi as-Sijistani, Hadith
No. 3148, Sunan Abu Dawud, (RIYADH: Bait al-Afkar al-Dauliyah, 1998), 356.
15
Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Hadith no. 1218, S}ahi@h
Muslim, (Riyadh: Bait al-Afkar al-Dauliyah, 1998), 484.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
syarat. Dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun 2007 dijelaskan
bahwasannya Wali Nasab dapat mewakilkan pelaksanaan pernikahan kepada
Petugas Pencatat Nikah, Penghulu, Pembantu Petugas Pencatat Nikah, dan
orang lain yang memenuhi syarat.16 Sehingga dengan demikian orang tua
mempelai wanita mempunyai alasan untuk mewakilkan hak untuk
menikahkan anaknya kepada seorang Penghulu KUA Kecamatan Sukodono.
Persoalan yang terjadi di Kantor Urusan Agama Kecamata Sukodono
berawal dari adanya calon pengantin yang mendaftar untuk menikah.
Pelayanan yang diberikan pihak KUA tidak ada perbedaan antara calon
pengantin yang hamil pra-nikah maupun tidak. Ketika diadakannya rafa’,
pihak KUA baru mengetahui bahwasannya calon pengantin tersebut telah
hamil pra-nikah. Pada waktu rafa’ tersebut wali nikah dari calon pengantin
wanita juga dihadirkan, sehingga dengan demikian akan ditanya siapakah
yang akan menjadi wali dalam pernikahan tersebut. Maka kemudian wali
nikah dari calon pengantin perempuan tersebut mewakilkan haknya untuk
menikahkan
anaknya
tersebut
kepada
Penghulu
KUA
Kecamatan
Sukodono.17
Namun, yang terjadi tidaklah demikian. Penghulu yang ditunjuk
untuk menerima perwakilan agar menikahkan anaknya tidak mau menerima
perwakilan tersebut. Alasannya adalah dikarenakan wanita yang akan
menikah dalam keadaan hamil pra-nikah. Hal ini yang membuat Penghulu
tersebut tidak manerima perwakilan untuk menikahkan wanita tersebut.
16
17
PMA No. 11 Tahun 2007, Pasal 18 ayat (3)
Nur Rachmat Hidayat, Wawancara, Sidoarjo, 15 Juni 2015.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
Penolakan tawki@l wali yang dilakukan oleh Penghulu ini bertentangan
dengan peraturan yang berlaku. Karena telah disebutkan dalam Pasal 18 ayat
(3) Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun 2007, bahwasannya Wali
Nasab dapat mewakilkan haknya untuk menikahkan anaknya kepada Petugas
Pencatat Nikah, Penghulu, Pembantu Petugas Pencatat Nikah, dan orang lain
yang memenuhi syarat.18
Dari pemaparan di atas, penulis ingin melakukan penelitian mengkaji
lebih mendalam mengenai waka>lah dalam pernikahan dan membahasnya
melalui Skripsi dengan Judul “Analisis Yuridis Terhadap Penolakan Tawki@l
Wali Oleh Penghulu Sebab Pengantin Hamil Pra-Nikah di Kantor Urusan
Agama Kecamatan Sukodono”
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Identifikasi Masalah diperlukan dalam sebuah penelitian, agar dalam
penelitian dan pembahasan yang dilakukan tidak keluar dari topik yang telah
ditentukan. Dari pemaparan yang telah dibahas di atas, penulis menemukan
beberapa indikasi yang mungkin dapat menjadi sebuah permasalahan, yakni:
1. Hukum pernikahan ketika calon pengantin wanita sudah hamil.
2. Faktor-faktor yang membuat wali nikah mewakilkan haknya untuk
menikahkan anaknya.
3. Alasan penolakan tawki@l wali bagi calon pengantin yang hamil pranikah.
18
PMA No. 11 Tahun 2007, Pasal 18 ayat (3)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
4. Analisis yuridis terhadap praktik penolakan tawki@l wali bagi calon
pengantin yang hamil pra-nikah.
Dari identifikasi masalah yang ditemukan, maka penulis membatasi
masalah tersebut yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu:
1. Dasar hukum yang digunakan dalam penolakan tawki@l wali bagi
pengantin yang hamil pra-nikah di Kantor Urusan Agama Kecamatan
Sukodono.
2. Analisis yuridis terhadap praktik penolakan tawki@l wali bagi pengantin
yang hamil pra-nikah.
C. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah ditulis di atas, maka yang
akan dijadikan permasalahan adalah sebagai berikut:
1. Apa dasar hukum yang digunakan dalam penolakan tawki@l wali bagi
pengantin yang hamil pra-nikah di Kantor Urusan Agama Kecamatan
Sukodono?
2. Bagaimanakah analisis yuridis terhadap praktik penolakan tawki@l wali
bagi pengantin yang hamil pra-nikah?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan deskripsi ringkas tentang kajian atau
penelitian yang sudah pernah dilakukan seputar masalah yang pernah diteliti
sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini bukan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian yang telah ada.19 Hal ini
dikarenakan oleh kemungkinan adanya persamaan topik, persamaan tema,
persamaan teori, dan lain-lain.
Setelah
penulis
mengadakan
pencarian
terkait
topik
yang
berhubungan dengan tawki@l wali, penulis menemukan beberapa penelitian
yang membahas tentang tawki@l wali, yakni:
Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tauki@l Wali
Nikah Anak di Luar Nikah di Kantor Urusan Agama Kecamatan Suko
Manunggal Surabaya”. Skripsi ini ditulis oleh Mochamat Sholikin. Skripsi
ini mendeskripsikan tentang praktik tawki@l wali anak di luar nikah, yang
mana seorang Penghulu Kantor Urusan Agama Kecamatan Suko Manunggal
memperkenankan kepada ayah di luar nikah (ayah biologis) dari calon
mempelai wanita yang bertindak sebagai muwakkilnya untuk melakukan
tawki@l wali (bi al-lisa>n) dan menerima tawki@l wali tersebut. Sehingga
Penghulu tersebut bisa mengakad nikahkan atas nama wakil dari ayah
biologis itu. Pada analisis ini yang menjadi obyek bahasan adalah tawki@l wali
yang dilakukan oleh ayah biologis, sedangkan yang menjadi obyek bahasan
dari penelitian penulis adalah tawki@l wali yang dilakukan oleh ayah kandung
yang sah secara hukum untuk menjadi wali nikah.20
19
Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, (Surabaya: Fakultas
Syari’ah, 2014), 8.
20
Mockhammat Sholikin, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tauki@l Wali Nikah Anak di Luar
Nikah di Kantor Urusan Agama Kecamatan Suko Manunggal Surabaya” (Skripsi—IAIN Sunan
Ampel, Surabaya, 2011), vi.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kasus
Tauki@l Wali Nikah Via Telepon di KUA Kecamatan Rembang Kabupaten
Rembang Jawa Tengah” yang ditulis oleh Af’idatul Aliyah. Skripsi ini
membahas mengenai kebolehan untuk melakukan tawki@l wali nikah melalui
telepon di KUA Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Hal ini
dikarenakan oleh keberadaan wali nikah yang bertempat tinggal jauh dan
sulit dijangkau, dan juga terdapat masalah keluarga yang memicu wali nikah
sengaja tidak hadir di majelis akad nikah. Pada analisis ini, yang menjadi
objek pembahasan adalah hukum dari melakukan tawki@l wali nikah melalui
telepon yang dilakukan oleh ayah kandung calon pengantin perempuan
dikarenakan keberadaan ayah tersebut bertempat tinggal jauh dan sulit
dijangkau. Sedangkan yang menjadi obyek pembahasan dari penelitian
penulis adalah tawki@l wali nikah yang dilakukan oleh karena ayah kandung
calon pengantin perempuan tidak mempunyai kecakapan untuk menikahkan
anaknya.21
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, tujuan
dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui dasar hukum penolakan tawki@l wali bagi pengantin
yang hamil pra-nikah.
21
Af’idatul Aliyah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kasus Tauki@l Wali Nikah Via Telepon di
KUA Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang Jawa Tengah” (Skripsi — IAIN Sunan Ampel,
Surabaya, 2009), vi.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
2. Untuk mengetahui analisis yuridis terhadap praktik penolakan tawki@l
wali bagi pengantin yang hamil pra-nikah.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan, haruslah mempunyai kegunaan dari
diadakannya penelitian tersebut. Sehingga mampu memberikan pengetahuan
baru bagi masyarakat tentang masalah yang diteliti dalam penelitian ini.
Kegunaan penelitian ini dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi teoritis dan
segi praktis. Oleh karenanya, penulis berharap agar hasil penelitian ini
memberikan manfaat kepada masyarakat yakni:
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapat di bangku
perkuliahan dengan menerapkannya dengan praktik langsung di
lapangan.
b. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan bagi peneliti.
c. Dapat dijadikan pedoman atau landasan sebagai wacana hukum
tentang hukum mengenai praktik tawki@l wali dalam sebuah
pernikahan.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam hukum islam.
b. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai alasan
penolakan tawki@l wali dalam pernikahan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
c. Menambah literatur informasi bagi peneliti-peleniti yang lain dalam
membuat karya ilmiah.
G. Definisi Operasional
Untuk memperjelas mengenai judul penelitian yang ditulis, agar di
kemudian hari tidak ada kesalahpahaman jika penelitian ini digunakan
sebagai rujukan atau literatur dalam pembuatan karya ilmiah, maka di sini
penulis akan memberikan penjelasan secara tegas dan jelas mengenai judul
penelitian : “Analisis Hukum Islam Terhadap Penolakan Tawki@l Wali Oleh
Penghulu Sebab Pengantin Hamil Pra-Nikah di Kua Kecamatan Sukodono”
dengan beberapa kata kunci yang digunakan sebagai definisi operasional:
Yuridis
: Segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah
disahkan oleh pemerintah. Peraturan yang dimaksud
dalam analisis ini adalah Kompilasi Hukum Islam,
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, Peraturan
Menteri Agam No 11 Tahun 2007, Peraturan Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
Nomor
PER/62/M.PAN/2005. Undang-Undang No. 5 Tahun
2014 Tentang Aparatur Sipil Negara.
Tawki@l Wali
: Seseorang yang mewakilkan hak untuk menjadi wali
nikah kepada orang lain. Dalam penelitian ini, yang
ditunjuk untuk menjadi wakil adalah Penghulu KUA
Kecamatan Sukodono.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Hamil Pra-Nikah
: Suatu kehamilan yang dialami seorang wanita yang
belum terikat pernikahan yang sah.
H. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu upaya untuk mencari hal-hal yang baru,
kemudian memecahkannya dengan mencari jawaban atas permasalahan yang
belum diketahui, bisa jadi penelitian ini merupakan jalan baru untuk
menemukan sesuatu yang baru.22 Sedangkan metode penelitian pada
dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu.23
Penelitian kali ini penulis akan menggunakan metode penelitian
deskriptif. Yakni suatu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu
gejala atau permasalahan yang terjadi pada saat sekarang. Penelitian
deskriptif ini memusatkan perhatian pada suatu permasalahan aktual yang
sedang terjadi pada saat penelitian berlangsung.24 Yang mana penelitian ini
akan dilaksanakan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Sukodono
Kabupaten Sidoarjo.
Dalam pembahasan yang akan dilakukan oleh peneliti, patut kiranya
memaparkan langkah-langkah yang akan dilakukan guna memperoleh hasil
yang sesuai, yakni:
22
Mukayat D. Brotowidjoyo, Metodologi Penelitian dan Penulisan Karangan Ilmiah,
(Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1992), 2.
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), 2.
24
Juliansyah Noor, Metode Penelitian Skripsi, Tesis, Desertasi, dan Karya Ilmiah , (Jakarta:
Kencana, 2011), 34.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
1. Data Dikumpulkan
Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mengumpulkan
data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.25
Karena tanpa adanya langkah pengumpulan data, maka penelitian
tersebut tidak akan membuahkan hasil.
Terkait dengan rumusan masalah yang telah tersebut di atas,
maka data yang dapat dikumpulkan untuk penelitian ini adalah:
a. Data tentang pendaftaran pernikahan hamil di Kantor Urusan
Agama Kecamatan Sukodono.
b. Data mengenai alasan penolakan tawki@l wali yang dilakukan oleh
Penghulu KUA Kecamatan Sukodono.
2. Sumber Data
Dalam pengumpulan data, terdapat dua macam sumbar data yang
bisa digunakan, yakni:
a. Sumber Primer
Sumber Primer yakni sumber data yang langsung diperoleh
dan dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya.26
1) Data pencatatan pernikahan di Kantor Kepala Urusan Agama
Kecamatan Sukodono.
2) Penghulu Kantor Urusan Agama Kecamatan Sukodono
25
26
Ibid, 138.
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1998), 84.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
b. Sumber Sekunder
Sumber Sekunder yakni sumber data yang diperoleh dari
penelusuran kepustakaan dan dokumen-dokumen yang telah ada dan
berkaitan dengan penelitian ini.27
1) Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang
Perkawinan (Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan).
2) Muhammad Zuhaily, Fiqh Muna>kahat.
3) Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam.
4) Ibnu Mas’ud; Zainal Abidin S, 2007, Fiqh Madzhab Syafi’i
(Edisi Lengkap) Buku 2.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan penelitian ini, maka
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data antara lain:
a. Dokumen
Pengumpulan data yang berikutnya yakni bersumber dari
dokumen. Sejumlah data yang diperlukan sangat memungkinkan
sudah tersedia dalam bentuk dokumentasi, baik itu dalam bentuk
surat, catatan harian, dan lain-lain. Secara detail, bahan dokumenter
terbagi dalam beberapa macam, yakni autobiografi, surat pribadi,
buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah
27
Ibid, 85.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
atau swasta, data di server dan flashdisk, dan data yang tersimpan di
website.28
Penghimpunan data ini dilakukan dengan cara mengkaji dan
menelaah dokumen yang berupa syarat dan rukun nikah. Juga
mengumpulkan data tentang pencatatan nikah. Hal ini dimaksudkan
untuk mengkaji lebih lanjut mengenai alasan dari penolakan tawki@l
wali oleh Penghulu KUA Kecamatan Sukodono.
b. Wawancara
Teknik ini sangat efektif digunakan dalam penelitian.
Karena dengan wawancara, kita akan mengetahui secara mendalam
mengenai permasalahan yang terjadi. Teknik wawancara akan lebih
dapat diandalkan bila pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan
telah dibuat sebelumnya.29 Dalam pelaksanaan wawancara ini, yang
menjadi subyek penelitian adalah Penghulu KUA Kecamatan
Sukodono.
4. Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka proses selanjutnya yakni
pengolahan data dengan menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Editing. Data yang diperoleh harus dicermati dan diperiksa kembali.
Sehingga terdapat kesesuaian antara data yang satu dengan yang
lain. Serta akan menghasilkan data yang sesuai dengan pembahasan
yang terdapat dalam penelitian ini.
28
29
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian..., 141.
Ibid, 203.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
b. Organizing. Katika data sudah melalui tahap editing, langkah
selanjutnya yakni mengelompokkan data dengan menyusun secara
sistematis sesuai dengan kerangka paparan yang telah direncanakan
sebelumnya.
c. Analizing. Setelah data tersebut sudah melalui proses editing dan
organizing, maka data tersebut akan dianalisa sehingga akan
menghasilkan kesimpulan-kesimpulan tertentu.30
5. Teknik Analisis Data
Data yang telah diperoleh oleh peneliti tidak akan ada gunanya
jika tidak dianalisa. Analisa data merupakan bagian penting dalam
metode ilmiah, karena dengan analisalah data tersebut dapat menjadi
berarti, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman untuk memecahkan
suatu penelitian. Data yang telah terkumpul selanjutnya akan
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang akan memudahkan
peneliti untuk menganalisa, sehingga akan menjadikan data tersebut
mempunyai makna untuk menjawab masalah dalam penelitian dan
bermanfaat untuk menguji hipotesa.31
Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya
akan
dianalisa
dengan
menggunakan
teknik
deskriptif,
yakni
menjabarkan data yang diperoleh dengan kata-kata yang mudah
dipahami. Tujuan dari penelitian deskriptif ini yakni untuk membuat
pencandraan (deskripsi) secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
30
31
Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, (Yogyakarta: Teras, 2011), 92.
Mohammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), 405.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.32 Kemudian
kata-kata tersebut dirangkai dengan menggunakan teori induktif.
Berfikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Suatu analisis
berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan berdasarkan
data tersebut, kemudian dicarikan data lagi secara berulang-ulang,
sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau
ditolak berdasarkan data yang terkumpul, dan pada akhirnya hipotesis
tersebut berkembang menjadi teori.33
Secara teknis, penelitian ini menjelaskan kasus tentang
penolakan tawki@l wali yang dilakukan oleh Penghulu KUA Kecamatan
Sukodono. Kemudian dianalisa berdasarkan teori perundang-undangan
dan peraturan-peraturan yang berlaku. Sehingga akan menghasilkan
sebuah kesimpulan terhadap kasus penolakan tawki@l wali yang dilakukan
oleh Penghulu KUA Kecamatan Sukodono.
Dengan
memasukkan
teori-teori
yang
berkaitan
dengan
pembahasan pernikahan dan kemudian dikaitkan dengan persoalan yang
ada, yakni penolakan tawki@l wali nikah sehingga kemudian akan
menghasilkan suatu kesimpulan dan jawaban mengenai latar belakang
terjadinya penolakan tawki@l wali oleh Penghulu KUA Kecamatan
Sukodono.
32
33
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian..., 18.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif…, 245.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
I. Sistematika Pembahasan
Untuk
mempermudah pembahasan
dalam penelitian
ini, maka
penulis mengorganisasikan dalam lima bab pembahasan, yang mencakup subsub bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab pertama merupakan bab pendahuluan, pada bab pertama ini
terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan
masalah, tinjauan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi oprasional,
metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua merupakan landasan teori yang memaparkan tentang
perwalian secara umum dan tawki@l wali dalam Hukum Positif.
Bab ketiga membahas tentang hasil penelitian atau data penelitian di
lapangan meliputi berapa jumlah nikah hamil dan penolakan tawki@l wali dan
pihak-pihak yang terlibat dalam praktik penolakan tawki@l wali yang terjadi di
KUA Kecamatan Sukodono.
Bab keempat membahas tentang analisis yuridis terhadap penolakan
tawki@l wali oleh penghulu sebab hamil pra-nikah di KUA Kecamatan
Sukodono.
Bab kelima penutup dari semua pembahasan skripsi dari hasil
lapangan dan juga saran yang diberikan kepada pihak-pihak yang terkait
dalam permasalahan yang dibahas di atas.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
PERWALIAN DAN TAWKI@L WALI NIKAH DALAM
PERNIKAHAN
A. Perwalian dalam Pernikahan
1. Pengertian Perwalian
Perwalian berasal dari kata Wali, yang mempunyai arti kata
orang lain selaku pengganti orang tua yang menurut hukum diwajibkan
mewakili anak yang belum dewasa atau belum akil balig dalam
melakukan perbuatan hukum.1 Perwalian dalam istilah bahasa adalah
wali yang berarti menolong yang mencintainya.2 Perwalian dapat
diartikan sebagai orang tua pengganti terhadap anak yang belum cakap
dalam melakukan suatu perbuatan hukum. Kata wali dalam bahasa arab
berasal dari kata –kata wilayah (kata benda) kata kerjanya waliya yang
artinya berkuasa.3
Perwalian dalam istilah fiqh disebut wilayah, yang berarti
penguasaan dan perlindungan. Dengan demikian, arti dari perwalian
menurut fiqh ialah penguasaan penuh yang diberikan oleh agama kepada
1
Soedharyo Soimin, Hukum Orang dan Keluarga Perspektif Hukum Perdata Barat/BW, Hukum
Islam, dan Hukum Adat Edisi Revisi, (JAKARTA: Sinar Grafika, 2002), 55.
2
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwiir, (Yogyakarta: Pondok Pesantren al-
Munawwir, 1984), 1960.
3
Lili Rasyjidi, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia , (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1991), 144.
21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
seseorang untuk menguasai dan melindungi orang atau barang. Orang
yang diberi kekuasan untuk menguasai orang atau barang disebut wali.4
Sedangkan di dalam Hukum Perdata, Perwalian selalu dipandang
sebagai suatu pengurusan terhadap harta kekayaan dan pengawasan
terhadap pribadi seorang anak yang belum dewasa.5
Perwalian juga memiliki pengertian lain, untuk lebih jelasnya
maka penulis akan memaparkan beberapa pengertian perwalian, antara
lain:
a) Amin Suma mengatakan dalam bukunya yang berjudul “Hukum
Keluarga Islam di Dunia Islam”. Perwalian adalah kekuasaan atau
otoritas (yang dimiliki) seseorang untuk secara langsung melakukan
suatu tindakan sendiri tanpa harus bergantung (terikat) atas ijin
orang lain.6
b) Sayyid Sabiq mengatakan, Wali adalah suatu ketentuan hukum
yang dapat dipaksakan pada orang lain sesuai dengan bidang
hukumnya. Selanjutnya menurut beliau, wali ada yang khusus dan
ada yang umum, yang khusus adalah yang berkaitan dengan
manusia dan harta bendanya.7
4
Soemiyati, Hukum Perkawinan dan Undang-undang Perkawinan (Undang-undang No. 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan), (Yogyakarta: Liberty, 1986), 41.
5
Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional Cet. Pertama, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 206.
6
Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Isla,m, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), 134.
7
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 7, (Bandung: Al-Ma’arif, 1980), 7.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
c) Menurut Dedi Junaedi, Perwalian dalam Islam dibagi kedalam dua
kategori yaitu: Perwalian umum, biasanya mencakup kepentingan
bersamaa (Bangsa atau rakyat) seperti waliyul amri (dalam arti
Gubernur) dan sebagainya. Sedangkan Perwalian khusus adalah
perwalian terhadap jiwa dan harta seseorang, seperti terhadap anak
yatim.8 Perwalian khusus meliputi perwalian terhadap diri pribadi
anak tersebut dan perwalian terhadap harta bendanya.
d) Menurut Ali Afandi, Perwalian ialah pengawasan pribadi dan
pengurusan terhadap harta kekayaan seorang anak yang belum
dewasa jika anak itu tidak berada di bawah kekuasaan orang tua.
Jadi dengan demikian anak yang orang tuanya telah bercerai atau
salah satu dari mereka atau semuanya meninggal dunia, ia berada di
bawah perwalian.9
e) Menurut kamus besar bahasa Indonesia, perwalian berasal dari kata
“per” berarti satu. Sedangkan “wali” berarti orang yang menurut
hukum (agama, adat) diserahi kewajiban mengurus anak yatim serta
hartanya, sebelum anak itu dewasa.10
8
Dedi Junaedi, Bimbingan Perkawinan Cetakan Pertama, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2000),
104.
9
Ali Afandi, Hukum Waris Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),
156.
10
Alhabsyi Husen, Kamus Alkausar, (Surabaya: Darussagaf, 1997), 591.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
Dengan demikian, pada intinya perwalian adalah pengawasan
atas orang atau barang sebagaimana diatur dalam undang-undang, dan
pengelolaan barang-barang dari anak yang belum dewasa ( pupil ).11
2. Dasar Hukum Perwalian
Ketentuan mengenai Perwalian sejatinya telah dijelaskan dalam
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penjelasan
tersebut terdapat pada pasal 50 sampai dengan pasal 54. Ketentuan
tersebut adalah sebagai berikut:
Pasal 50 ayat (1). Anak yang belum mencapai umur 18 tahun
atau belum pernah melangsungkan perkawinan, tidak berada di bawah
kekuasaan orang tua, berada di bawah kekuasaan wali. Ayat (2).
Perwalian itu mengenai pribadi anak yang bersangkutan maupun harta
bendanya.
Pasal 51 ayat (1). Wali dapat ditunjuk oleh satu orang tua yang
menjalankan kekuasaan orang tua, sebelum ia meninggal dengan