ANALISIS PENOLAKAN KUA KEDU TERHADAP WALI NIKAH BERTATO (Studi Kasus di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

  

ANALISIS PENOLAKAN KUA KEDU TERHADAP

WALI NIKAH BERTATO (Studi Kasus di Kantor

Urusan Agama Kecamatan Kedu Kabupaten

Temanggung)

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum

  

Oleh:

MUHAMMAD RAISUL UMAM

NIM 211 11 036

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI

  ’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

  

ANALISIS PENOLAKAN KUA KEDU TERHADAP

WALI NIKAH BERTATO (Studi Kasus di Kantor

Urusan Agama Kecamatan Kedu Kabupaten

Temanggung)

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum

  

Oleh:

MUHAMMAD RAISUL UMAM

NIM 211 11 036

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI

  ’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

  

MOTTO

  “Berbuat baik, Bersyukur, memaafkan serta rendah hati adalah kunci kehidupan” Baik menurut kita belum tentu baik menurut orang lain dan sebaliknya Baik menurut orang lain belum tentu baik menurut kita.

  

ىمِ صَ صَ لْأِ صَ لْأِاى مِ ىطٍ لْأِ تُنُ صَ ىمِ صَ لْأِ لُّااى صَ صَ ىمِا صَ مِلْأِااىتُ مِرِّ صَ تُ

  “Kebijaksanaan imam/kepala negara terhadap rakyat itu harus dihubungkan

dengan kemaslahatan”(Abu bakar, t.t: 28).

  

PERSEMBAHAN

Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini saya

persembahkan kepada :

  

Bapak (Kasnan) & Ibuku tersayang (Jazimatul Chasanah) serta adik-adik

ku tersayang (Roki, Difla & Arza) yang telah mencurahkan segala daya dan

upaya, demi kesuksesan putranya. Terima kasih atas cinta dan kasih sayang

yang t elah diberikan selama ini, juga untuk setiap do’a dan restu yang

dengan tulus diucapkan, serta materi yang selalu diberikan, Semoga selalu

diberikan kesehatan, kebahagiaan, keberkahan, dan mendapat limpahan

kasih sayang Allah SWT dunia akhirat.

Khusna Maulida & Elia Widyawati, sang Motivator, Penyemangat, sekaligus

sahabat terbaik yang selalu menemani ku dikala suka dan duka hingga kita

mampu berjuang bersama dalam penyusunan skripsi masing-masing,

Semoga Allah Meridhoi.

  

Bapak Ali Sukron beserta keluarga selaku Pengasuh komplek Al Fadlil

Pondok Pesantren Al I’tihad Poncol Beringin Kab. Semarang yang telah

memberikan ilmu agama dan mengarahkanku dalam kebaikan.

  

Bapak Mupangat, M.Ag Selaku kepala KUA Kec. Kedu yang

menginspirasikan judul skripsi ini dan Bapak Drs Badwan M.Ag yang telah

sabar dalam mengarahkan, membimbing dan memberikan masukan-

masukan dalam penyusunan skripsi ini.

  

Teman-teman AS 2011, Sahabat-sahabati PMII dan teman-teman Kampak

Alumni PP. Miftahurrosyidin yang selalu menemani dan memberi semangat

agar skripsi ini cepat terselesaikan.

Sahabat-sahabati GANAS PMII Salatiga yang telah menorehkan tinta emas

dalam hidup ku dan penuh keikhlasan menemaniku.

  

Tanpa dukungan dan motivasi dari kalian skripsi ini tak kan dapat ku

persembahkan.

KATA PENGANTAR

  Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

  Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana hukum Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Adapun judul skripsi ini adalah ANALISIS PENOLAKAN KUA KEDU TERHADAP WALI NIKAH BERTATO (STUDI KASUS DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN KEDU KABUPATEN TEMANGGUNG). Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga yang telah banyak berjasa untuk mengasuh penulis dan berkenan memberikan persetujuan/pengesahan terhadap judul skripsi ini.

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M. Ag, Selaku Dekan Fakultas Syari’ah.

  3. Bapak Sukron Makmun M.Si, Selaku Ketua Jurusan hukum Keluarga Islam.

  4. Bapak Drs. Badwan, M. Ag. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

  5. Ibu Heni Satar N, S.H., M.Si. Selaku dosen pembimbing Akademik

  6. Bapak Mupangat, M.Ag, Selaku Kepala KUA, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

  7. Bapak/ibu Dosen dan Karyawan IAIN Salatiga yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

  8. Bapak, Ibukku serta Saudara-saudara ku dirumah yang telah mendoakan dan membantu baik moril maupun spiritual dalam menyelesaikan studi di

  IAIN Salatiga dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.

  9. sahabat-sahabatku yang tak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan baik berupa tenaga dan motivasi kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

  Semoga amal mereka diterima sebagai Amal Ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berkah dan berlimpah, Amiin.

  Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu karena keterbatasan kemampuan serta pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis untuk penyempurnaan skripsi ini.

  Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya serta bermanfaat bagi dunia pendidikan, agama, nusa dan bangsa. Amiin.

  Salatiga, 15 Maret 2017 Penulis

  Muhammad Raisul Umam NIM. 211 11 036

  

ABSTRAK

Umam, Muhammad Raisul. 2017.

  “ANALISIS PENOLAKAN KUA KEDU TERHADAP WALI NIKAH BERTATO (Studi Kasus di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung)”. Skripsi Fakultas Syari‟ah Jurusan Hukum Keluarga Islam ( Ahwal Al-Syakhsyiyyah ).

  Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Salatiga. Pembimbing Drs. H. Badwan, M.Ag.

  Kata kunci Hukum Bertato, wali Penelitian ini bertujuan untuk bagaimana status hukum bagi seorang wali dalam pernikahan yang bertato. Karena pada dasarnya belum ada peraturan yang mengatur secara detail tentang hal tersebut, baik Undang-undang, Peraturan Pemerintah (PP), maupun Putusan Pengadilan. Pertanyaan yang ingin di jawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana pendapat KUA Kedu terhadap penolakan wali bertato sebagai wali dalam perkawinan? (2) Bagaimana prosedur yang dilakukan KUA Kedu dalam penolakan wali nikah bertato?

  Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode pengumpulan datanya penyusun menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh peneliti dari beberapa informan dari pegawai pencatat nikah di Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung.

  Sebagaimana telah disebutkan dalam Hadis Rasulullah Saw hukum seorang yang bertato adalah haram. Karena tato adalah suatu perbuatan ber lebih- lebihan dalam berhias hingga merubah ciptaanNya, perbuatan yang seperti itu adalah perintah syaitan, dan menjadikannya sebagai pelindung selainNya adalah sesuatu yang merugikan. Sehingga perbuatan yang dilakukan seorang untuk mentato tersebut menjadikan dosa. Dalam proses pernikahan yang dilakukan di KUA Kecamatan Kedu pada dasarnya sama dengan yang dilakukan KUA lain, ketika seorang wali tidak sanggup untuk menikahkan sendiri maka di anjurkan untuk mewakilkan kepada wali lain ketika tidak ada maka dapat mewakilkan kepada petuga dari KUA. Dasar hukum dan pertimbangan yang di lakukan KUA kedu dalam memutuskan pendapatnya bahwa seseoang yang bertato tidak boleh apabila menjadi wali dalam pernikahan karena wali tersebut tidak memenuhi syarat sebagai seorang wali yaitu tidak masuk dalam kriteria orang adil. Pernah melakukan dosa. Karena bertato merupakan perbuatan yang melanggar syariat Islam. Sehingga wali yang bertato termasuk dihukumi fasik tidak mempunyai legalitas untuk menikakan dan di anjurkan untuk mengganti kepada wali lain atau wali hakim.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL …………………………………………………....…… i NOTA PEMBIMBING……………………………………………....………. ii HALAMAN PENGESAHAN ………...…………………………...……….. iii

  HALAMAN PERNYATAAN ……………………….…………....………… iv MOTTO………………………………………………………………………. v PERSEMBAHAN…………………………………………………………..... vi KATA PENGANTAR……………………………………………………….. Vii ABSTRAK…………………………………………………………………… ix DAFTAR ISI…………………………………………………………………. x DAFT

  AR LAMPIRAN………………………………………………………. xiii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………………... 1 B. Rumusan Masalah……………………………………………………. 9 C. Tujuan Penelitian…………………………………………………….. 9 D. Manfaat Penelitian…………………………………………………… 9 E. Penegasan Istilah.....…………………………………………………. 10 F. Metode Penelitian……………………………………………………. 11 G. Sistematika Penulisan………………….…………………………….. 15 BAB II LANDASAN TEORI A. Perkawinan.....

  ........………………………………...…….................... 17

  1. Pengertian Perkawinan ... …………………………………………

  2. Dasar Hukum Perk awinan………………………………………..

  3. Rukun dan Syarat Perkawinan …………………………………… 4.

  Hukum Perkawinan……………………………………………….

  5. Tujuan Perkawinan……………………………………………….

  17

  18

  20

  22

  23 B. Wali Nikah.....………………………………………………………... 24

  1.

  24 Pengertian Wali…………………………………………………...

  2.

  25 Dasar Hukum Wali……………………………………………….

  3. Macam Macam Wali……………………………………………...

  26

  4. Pendapat Ulama Tentang perwalian dalam Per

  29 kawinan…………

  5. Pengertian Wali Fasiq dalam Perkawinan

  33 ……..………………...

  C. TATO…………………………………………………………………

  37 1.

  37 Pengertian Tato……………………………………...…………… 2.

  38 Dasar Hukum Tato………………………………………………..

  3. Pendapat

  39 Ulama Tentang Tato…………………………………....

  4.

  41 Jenis Jenis Tato…………………………………………………… 5.

  42 Bahan Tato…………………………………………………..……

  BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A.

  44 Profil Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kedu……………...

  1.

  44 Kondisi Umum……………………………………………………

  2. Tugas dan Fungsi KUA Kecama

  45 tan Kedu……………………….

  3. Visi dan Misi KUA Kecamatan Kedu……………………………

  46

  4. Struktur Organisasi KU

  47 A Kecamatan Kedu………………...……

  5. Program Kerja KUA Kecamatan Kedu

  50 …………………………..

  6. Tantangan, Kendala dan Peluang KUA Ke camatan Kedu……….

  51 7.

  53 Kode Etik Pegawai Kementrian Agama………………………….

  B. Temuan Penelitian 54 …………………………………………………...

  1. Kasus Wali Bertato di KUA Kecamatan Kedu

  54 …………………..

  2. Prosedur Penolakan Wali Bertato

  55 ………………………………..

  BAB IV ANALISA A. Analisa Tinjauan Hukum Islam Tentang Wali Bertato .......................

  57 B. Prosedur Penolakan Wali Nikah Bertato Di KUA Kecamatan Kedu...

  61

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

  ………...…...……………………………….….....…….. 64

  B. Kritik dan Saran ……………………………………………....….….. 64

  C. Penutup ................................................................................................ 65 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

  DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Jumlah

  Penduduk Berdasarkan Agama ……………………... 45

  LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran I : Daftar Riwayat Hidup Lampiran

  II : Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran

  III : Daftar SKK Lampiran

  IV : Surat Izin Penelitian Lampiran V : Keterangan Telah Meneliti Lampiran

  VI : Daftar Pertanyaan Lampiran

  VII : Transkip Wawancara Lampiran

  VIII : Dokumentasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan sangat sakral dalam kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi seorang muslim. Seorang muslim melaksanakan perkawinan merupakan sunatullah, dan

  mengandung suatu hikmah. Adapun salah satu hikmah yang terkandung di dalamnya yaitu untuk kelangsungan hidup manusia di dunia melalui perkawinan yang sah. Perkawinan yang sah, akan terjalin hubungan yang terhormat dan harmonis antara laki-laki dan perempuan. pergaulan harmonis akan menjadikan rumah tangga yang damai dan tenteram.

  Perkawinan yang sah menurut Islam adalah akad yang kuat sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

  Mengingat kedudukan hukum perkawinan sangat penting menurut Islam, maka tidak salah jika Islam mengatur masalah perkawinan dengan sangat terperinci.

  Bukan hanya agama, bahkan negara juga ikut andil dalam menangani masalah terkait perkawinan. terbukti dari diterbitkannya Undang-Undang No.

  1 Tahun 1974.

  “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” (Sunarso.2012: 1). Jadi perkawinan yaitu suatu ikatan dua orang yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang harmonis sesuai perintah agama.

  Dalam pasal 2 (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 (Sunarso.2012: 1). Bahwa

  ”Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing- masing agamanya dan kepercayaannya itu”. Tidak sah jika

  perkawinan seseorang dilakukan tanpa aturan agama yang dianutnya, karena masing-masing agama mempunyai aturan-aturan yang berbeda dan pasti mengandung suatu maksud dan tujuan tertentu.

  Pasal 2 (2) disebutkan

  “Bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat menurut

peraturan perundang- undangan yang berlaku”. Pencatatan perkawinan

  sebagaimana diatur dalam pasal 2 (2) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tidak mempengaruhi keabsahan perkawinan menurut hukum agama.

  Pencatatan ini hanya bersifat administratif guna memperoleh akta nikah sebagai bukti otentik telah dilakukannya suatu perkawinan. Memiliki akta nikah berarti pernikahan tersebut secara yuridis telah diakui negara dan memperoleh perlindungan serta kepastian hukum dari negara.

  Pernikahan secara bahasa berarti kumpul atau gabung, sedangkan menurut istilah adalah akad yang sudah masyhur didalamnya mengandung syarat dan rukun. Ke asalan nikah di dalam bahasa Arab cenderung pada arti kawin karena nikah pada dasarnya untuk menghalalkan hubungan suami istri (Taqiyuddin. 2005: 31). Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 2 tentang dasar-dasar perkawinan menyebutkan bahwa “Perkawinan menurut

  

hukum Islam adalah akad yang sangat kuat atau mitsaqan gholidhan untuk

  mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah

  “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda bagi kaum yang berfikir” (Yayasan

  ىتُ تُا صَ لْأِرصَأ : ىجٌ لْأِ صَز ىجٌ صَ لْأِ صَزصَ ى مِ صَ صَ ىمِااصَ مِا صَ صَ ىصَ ىجٌ صَ لْأِنُ مِ

  Kemudian menurut Zakaria bin Muhammad beliau berpendapat : "

  sebagai berikut: Imam Syafi’i berkata bahwa rukun nikah itu ada lima macam, yaitu: calon pengantin laki-laki, calon pengantin perempuan, wali, dua orang saksi, sighat akad nikah.

  syara‟. Menurut Abdul Rahman (2003:48) menjelaskan

  Guna memperoleh pernikahan yang sah, dalam pelaksanaannya harus terpenuhi rukun dan syarat pernikahan. Apabila salah satu dari keduanya tidak terpenuhi sewaktu melangsungkan perkawinan, maka pernikahan tersebut tidak sah menurut

  Penyelenggara Penterjemah, 1993: 644). Jelas bahwa Allah telah menciptakan seorang istri dari jenis kita, merasakan tentram dan tumbuh kasih sayang. Sehingga tidak akan terjadi suatu hal yang menjadikan permusuhan, hilangnya rasa kasih dan sayang yang mengakibatkan perpisahan.

   ىى ى

  (Abdullah. 2002: 78). Allah berfirman dalam surat ar Rum ayat 21;  ى  ى  ى  ى  ى  ى  ى  ى  ى  ى  ى  ى

   ى

   ى

   ى

   ى

   ى

   ىى

   ى

  

"

ى “Rukunnya nikah itu ada lima yaitu: calon suami, calon istri, wali, dua orang saksi, sighat (ijab kabul)” (Zakaria. 1998: 58). Dalam Kompilasi Hukum Islam, rukun nikah yang terdapat di Indonesia ada lima, yaitu: calon suami, calon isteri, wali nikah, dua orang saksi, ijab dan qabul (Abdullah. 2002: 81). Setelah semua rukun nikah terpenuhi haruslah melihat syarat-syarat yang ada dalam akad pernikahan, apakah telah lengkap atau belum. Apabila rukun telah dipenuhi akan tetapi syarat belum terpenuhi, maka pernikahan belum dianggap sah.

  Penelitian ini, menekankan syarat yang harus dipenuhi oleh wali dari mempelai wanita, sebagaimana diterangkan oleh Amir Syarifuddin dalam buku Hukum Perkawinan Islam di Indonesia sebagai berikut:

  1. Telah dewasa dan berakal sehat dalam arti anak kecil atau orang gila tidak berhak menjadi wali. Ini merupakan syarat umum bagi seseorang yang melakukan akad. Hal ini mengambil dalil dari hadis Nabi:

  ىمِنصَ صَ ىصَغتُ لْأِنُبصَنُيى َّتَّصَحىمِرِّمِبرِّ ااىمِنصَ صَ ىصَظمِقلْأِ صَنُتلْأِسصَيى َّتَّصَحىمِامِء َّ ااىمِنصَ ىطٍ صَث صَلَصَثىلْأِنصَ ىتُمصَ صَقلْأِااىصَعمِفتُر

) م ح ى, ىن إ ى, ئ س اا ى, د ادى أ ى, حمأىها ر (

ىصَقلْأِ مِفصَيى َّتَّصَحىمِالْأِ تُنُ لْأِجصَ لْأِاا

  “Diangkatkan kalam (tidak diperhitungkan secara hukum) seseorangyang tertidur sampai ia bangun, seseorang yang masih kecil sampai ia dewasa dan orang gila sampai ia sehat.(HR. Ahmad, Abu Dawud, An Nasai, Ibnu Majah, Hakim)”.

  (Jalaluddin,2006:273) 2. Laki-laki, tidak boleh seorang wanita menjadi wali.

  3. Muslim.

  Tidak sah orang yang tidak beragama Islam menjadi wali untuk muslim.

  Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 28:           

  ى ى ى ىى ى ى ى ى ى ى ى              

  ى ىى ى ى ىى ى ى ى ى ى ى ى ى ى  

  ىى ى ى

  “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu)” (Yayasan Penyelenggara Penterjemah, 1993: 80).

  4. Orang merdeka Orang merdeka adalah bukan budak (hamba) tebusan; orang bebas.

  (KBBI. http://kamusbahasaindonesia.org: akses 25 januari 2017). Tidak berada dalam pengampuan atau mahjur alaih. Alasannya adalah bahwa orang yang berada di bawah pengampuan tidak dapat berbuat hukum dengan sendirinya. Kedudukannya sebagai wali merupakan suatu tindakan hukum.

  5. Berpikiran baik. Orang yang terganggu pikirannya karena ketuaannya tidak boleh menjadi wali, karena dikhawatirkan tidak akan mendatangkan maslahat dalam perkawinan tersebut.

  6. Adil, dalam arti tidak pernah terlibat dengan dosa besar dan tidak sering terlibat dengan dosa kecil serta tetap memelihara muruah atau sopan santun.

  Keharusan wali itu adil berdasarkan kepada sabda Nabi Saw:

  ( ) يقه باا ها ر ىَّ مِإ ىطٍ لْأِ صَ ىطٍ مِ لْأِ تُ ىلْأِ صَ مِا صَ مِ ىصَا صَ مِا صَ

  ىطٍرِّمِ صَ صَ “Tidak sah nikah kecuali bila ada wali dan dua orang saksi yang adil

  (Baihaqi. 7/112).

  Kemudian dalam KHI pasal 107 ayat 4 di jelaskan

  ”Wali sedapat- dapatnya di ambil dari keluarga anak tersebut atau orang lain yang sudah dewasa, berpikiran sehat, adil, jujur dan berkelakuan baik, atau badan hukum” (Abdullah. 2002: 109).

  7. Tidak sedang melakukan ihram, untuk haji atau umroh. Hal ini berdasarkan kepada hadits Nabi dari Usman menurut riwayat Muslim yang mengatakan:

  ( ) م س ها ر ىتُ صَ لْأِ تُنُي صَ صَ ىتُامِ لْأِ تُ لْأِاا ىتُ مِ لْأِ تُنُي صَ

  “Orang yang sedang ihram tidak boleh menikahkan seseorang dan

tidak boleh pula dinikahkan oleh seseorang.(Muslim, t.t: 560)”.

  Orang fasik tidak mempunyai legalitas atau wilayah untuk menikahkan karena terpaksa atau tidak. Apakah fasiknya disebabkan minum khamr atau yang lainnya, menampakkan kefasikannya atau menyembunyikannya. Karena fasik itu sedikit memberi dampak pada syahadah, akibatnya berimbas pada larangan tidak boleh menikahkan, seperti: budak, maka yang boleh menikahkan wali yang jauh.

  Dewasa ini kehidupan masyarakat semakin beragam, pengaruh media sosial juga pergaulan bebas membuat perubahan pada pola pikir dan gaya hidup seseorang, sesuatu yang dianggap buruk pun bisa menjadi tren gaya hidup bagi sebagian orang dan salah satunya adalah bertato. Ibnu Hajar Al- 'asqalani ( t.t: 567 ) dalam bukunya Fathul Bari, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tato (wasym) menurut ahli bahasa adalah menusuk-nusuk anggota tubuh dengan jarum hingga berdarah, kemudian mengisi lubang di kulit tubuh tersebut dengan pewarna (tinta) atau sejenisnya hingga menjadi kehijauan.

  Berdasarkan definisi di atas, jelaslah bahwa tato yang dimaksud bukanlah menggambar anggota tubuh dengan zat pewarna alami misalnya dengan inai, henna atau sejenisnya, akan tetapi tato adalah menggambar atau mengukir anggota tubuh dengan cara melukainya dengan jarum, kemudian memasukkan zat pewarna tersebut ke bawah kulit yang sudah dilukai dengan jarum. Tato semacam ini bersifat permanen. Tato dalam arti seperti telah disebutkan di atas haram hukumnya Dalilnya adalah hadits sahih riwayat Bukhari berikut :

  ىصَملْأِ مِااصَ لْأِنُ مِاىلْأِنصَ ىمِرلْأِ تُ لْأِ صَ ىلْأِنصَ ىتُا صَ لْأِفتُ ى صَاصَ صَنُبلْأِ صَأىمِ تُ لْأِبصَ ى صَاصَ صَنُبلْأِ صَأىطٍ مِ صَقتُ ىتُنلْأِ ىتُ َّ صَتُ ى مِ صَثَّ صَح ىلْأِنصَ ىصَ صَقىتُ لْأِ صَ ىتُ ىصَيمِضصَرىمِدلْأِ تُعلْأِسصَ ىتُنلْأِ مِاىلْأِنصَ ىجٌ صَ مِقلْأِ مِ ى مِت صَ مِ َّ ااصَ ى مِت صَمِشِلْأِ صَنُتلْأِستُ لْأِااصَ ى مِت صَمِشِاصَ لْأِااىتُ ىصَنصَعصَا

  ىمِ ىصَقلْأِ صَ ى مِتاصَرِّمِ صَ تُ لْأِااىمِنلْأِستُ لْأِ مِاى مِت صَجرِّمِ صَفصَنُتتُ لْأِااصَ ى مِت صَ رِّمِ صَ صَنُتتُ لْأِااصَ ىتُ لْأِ تُ صَرىتُ صَ صَعصَاىلْأِنصَ ىتُنصَعلْأِاصَأىصَ ى مِلِ صَ ى ىمِ ى مِب صَتمِ ى مِ ىصَ تُاصَ ىصَمَّ صَ صَ ىمِ لْأِ صَ صَ ىتُ ى َّ صَ ىمِ

  Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Muqatil, telah mengabarkan kepada ka mi “Abdullah, mengabarkan kepada kami

  Sufyan, dari Mansur, dari Ibrahim, dari “lqimah, dari Ibnu Mas’ud r.a beliau berkata:

  “Allah melaknat wanita-wanita yang mentato dan minta ditato, yang mencukur alis dan minta dicukur alisnya, serta yang meregangkan giginya untuk mempercantik diri, wanita-wanita yang merubah ciptaanNya”. Bagaimana aku tidak melaknat orang yang dilaknat Rasulullah? Sedang hal itu ada dalam kitabullah (Bukhari. 1991: 5487).

  Saat ini banyak kasus-kasus hukum keluarga yang terjadi di masyarakat. Karena status orang tua yang akan menikahkan anaknya adalah sebagai seorang wali, untuk menjadi seorang wali terdapat beberapa syarat sah wali seperti yang sudah peneliti jelaskan di atas. Kemudian bagaiman setatus seorang wali ketika bertato, padahal bertato jelas sudah dilarang menurut hukum Islam yang mana telah dijelaskan dalam hadits Nabi di atas dan di perkuat oleh pendapat Ibnu Hajar Al-'asqalani dalam bukunya Fathul Bari, menjelaskan bahwaorang yang bertato hukumnya haram. Oleh karena itu tato tersebut wajib dihilangkan meskipun harus melukai kulit, kecuali jika dikhawatirkan akan mengakibatkan rusak, cacat atau hilangnya fungsi anggota tubuh yang ditato tersebut. Dalam kondisi demikian, maka tatonya boleh tidak dihilangkan, dan cukuplah taubat untuk menghapus dosanya ( Hajar. t.t: 567 ).

  Dari uraian di atas sudah jelas belum ada peraturan yang mengatur tentang masalah wali yang bertato baik Undang-undang Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam, Maupun hukum syariat, sebab kasus ini akan menyangkut tentang syarat sah wali. Maka dari itu penulis akan menganalisis maslah tersebut dengan mengangkat judul skripsi

  “ANALISIS PENOLAKAN KUA KEDU TERHADAP WALI NIKAH BERTATO (Studi Kasus di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung)”.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti paparkan di atas, maka peneliti dapat mengambil suatu rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana pendapat KUA Kedu terhadap penolakan wali bertato sebagai wali dalam perkawinan?

  2. Bagaimana prosedur yang dilakukan KUA Kedu dalam penolakan wali nikah bertato?

  C. Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan fokus penelitian yang telah di rumuskan di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut

  1. Untuk mengetahui bagaimana konsekwensi hukum bagi seseorang wali yang bertato dalam hukum Islam.

  2. Untuk mengetahui boleh atau tidaknya bagi seorang yang bertato untuk menjadi wali nikah bagi anaknya.

  D. Manfaat Penelitian

  Kegunaan dari penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:

  1. Secara teoritis Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dibidang hukum Islam, khususnya fiqih munakahat dan dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lanjutan serta dapat menambah bahan pustaka bagi Institut Agama Islam (IAIN) Salatiga.

  2. Secara Praktis a. Mengetahui status hukum bagi wali yang bertato. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk memberikan pendidikan Hukum Islam bagi lembaga dan mahasiswa

  IAIN Salatiga.

  c. Bagi peneliti, untuk memotivasi diri dan menjadikan bekal hidup dalam bermasyarakat, beribadah kepada Allah SWT dan berharap menjadi hamba yang beruntung di dunia dan di akhirat.

E. Penegasan Istilah

  Agar di dalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud peneliti, maka peneliti akan menjelaskan istilah di dalam judul ini. Istilah yang perlu peneliti jelaskan adalah:

  1. Hukum Islam Hukum agama yang menetapkan peraturan hidup manusia, hubungan manusia dengan Allah Swt., hubungan manusia dengan manusia dan alam sekitar berdasarkan Al Quran dan hadis

  2. Wali Wali adalah pengasuh pengantin perempuan pada waktu menikah

  (yaitu yang melakukan janji nikah dengan pengantin laki-laki) ( http://kbbi.web.id/wali. akses tgl:26 januari jam 12.00 Wib).

  3. Tato Tato adalah pengindonesiaan dari kata tattoo yang artinya adalah desain, goresan, gambar, atau lambang yang mana kulit seseoranglah yang menjadi obyeknya (martanto dan barry,2000:2).

F. Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Untuk membantu memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian, peneliti akan menggunakan jenis pendekatan kualitatif dan menggunakannya sebagai acuan dalam penulisan proposal skripsi. Pendekatan Kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kualifikasi pengukuran (Ghani,1997:11). Sedang menurut Taylor, penelitian kualitatif adalah sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2002:3). Dari pengertian tersebut, sudah tentu sesuai dengan judul yang telah ada ini, peneliti akan berada pada latar yang alamiah sehingga metode yang akan digunakan adalah dengan melakukan wawancara, observasi, catatan lapangan dan pemanfaatan dokumen.

  Penelitian kualitatif merupakan sebuah penelitian yang menghasilkan data tertulis. Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah diskripsi. Penelitian diskripsi menurut Suryabrata adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan uraian, paparan mengenai situasi kejadian-kejadian (Suryabrata,1998:19).

  2. Kehadiran Peneliti Seperti yang telah diterangkan di atas bahwasannya peneliti akan melaksankan observasi dan wawancara langsung pada obyek kajian sehingga sudah tentu peneliti barada pada lapangan bersama nara sumber yang ada. Penelitian akan dilaksanakan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung. (sbbnya apa kok di tmg?)

  3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung.

  4. Sumber Data Data dalam penelitian ini adalah semua data yang diperoleh dari informan yang dianggap penting dan juga dihasilkan dari dokumentasi yang menunjang. Data yang peneliti gali berasal dari unsur-unsur yang terkait dengan judul yang diteliti.

  5. Prosedur Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam sebuah penelitian, karena tujuan dari peneliti adalah untuk mendapatkan data. Dalam pelaksanaan penelitian ini, data akan diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data: a. Observasi Langsung

  Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Menurut Nawawi, observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Nawawi,1990:100).

  b. Wawancara Wawancara dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

  (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan wawancara (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2011:186 ).

  c. Dokumen Dokumen terdiri dari kata-kata dan gambar yang telah direkam tanpa campur tangan pihak peneliti. Dokumen tersebut tersedia dalam bentuk tulisan, catatan, suara dan gambar (Daymon, 2008:3). Metode ini digunakan untuk memperluas pengamatan dan pengumpulan data.

  Data yang diambil berasal dari catatan hasil wawancara, foto-foto dokumentasi.

  6. Analisis Data Menurut Muhadjir, analisis data merupakan upaya untuk mencapai dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain (Muhadjir,1994:104). Penulis akan menunjukkan laporan penelitian yang berisi kutipan-kutipan data dan memberikan gambaran penyajian laporan.

  Data yang penulis sajikan seperti naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, dan sebagainya.

  7. Keabsahan Data Untuk keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dalam kriteria kreadibilitas. Hal ini dimaksud untuk membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam penelitian. Metode yang digunakan dalam pengecekan keabsahan data: a. Triangulasi Sumber

  Trianggulasi Sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Dalam metode ini penulis mengecek informan satu dengan yang lain yang diwawancara dan dari sini dapat diukur benar tidaknya kenyataan yang ada.

  b. Triangulasi Metode Triangulasi Metode Yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan sumber data dengan metode yang sama (Moleong,2002:178). Dalam metode ini penulis melakukan kroscek antara wawancara dengan hasil observasi yang dilakukan.

  8. Tahap-tahap Penelitian Menurut Moloeng, bahwa tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut: a. Tahap Pra Lapangan 1) Mengajukan judul penelitian.

  2) Menyusun proposal skripsi.

  3) Konsultasi penelitian kepada pembimbing.

  b. Tahap Pekerjaan Lapangan 1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan.

  2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian.

  3) Pencatatan data yang telah dikumpulkan.

  c. Tahap Analisis Data 1) Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian.

  2) pengecekan keabsahan data. (Moloeng, 2002:84-105).

G. Sistematika Penulisan

  Untuk mempermudah pemahaman pembaca pada penelitian ini, peneliti menyusun sebuah sistematika penulisan. Sistematika penulisan ini ada lima bab, yang masing-masing membahas masalah yang berbeda. hal itu merupakan satu kesatuan yang menyambung. Adapun rincian dari kelima bab tersebut adalah sebagai berikut:

  Bab Satu, bab ini berisi pendahuluan yang bertujuan untuk memberikan gambaran objek kajian secara umum. Pada bab ini akan memuat pembahasan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metotode dan sistematika penulisan.

  Bab dua, bab ini membahas perkawinan syarat dan rukunnya yang menyangkut masalah wali dan juga tinjauan hukum bagi wali yang bertato.

  Bab tiga, bab ini mendeskripsikan, pertama: tentang data penelitian yang mencakup seting penelitian yang telah dinarasikan oleh penulis agar mudah dipahami oleh pembaca. Seting penelitian tersebut berisi tentang letak geografis, demografis Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Kedu, sumber data yang diperoleh serta landasan hukum, birokrasi, TUPOKSI, tata cara nikah, pelaksanaan nikah, dan sikap KUA terkait wali yang bertato.

  Bab empat, analisis berisi tentang landasan hukum dan sikap Kantor Urusan Agama (KUA) terhadap wali yang bertato.

  Bab lima, adalah penutup yang berisi kesimpulan dari hasil pembahasan secara keseluruhan dan disertai dengan saran-saran, kemudian diakhiri dengan kata penutup.

BAB II LANDASAN TEORI A. Perkawinan 1. Pengertian Perkawinan Pernikahan atau perkawinan menurut bahasa berarti kumpul atau

  gabung, sedangkan menurut istilah adalah akad yang sudah masyhur didalamnya mengandung syarat dan rukun. Dan menurut Azzuhri : Ke asalan nikah di dalam kalam Arab cenderung pada arti kawin karena nikah pada dasarnya untuk menghalalkan hubungan su ami istri”

  (Taqiyuddin.2005:36). Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 2 menegaskan bahwa perkawinan adalah akad yang sangat kuat (mitsaqan ghalidhan) untuk menaati perintah Allah, dan melaksanakannya merupakan ibadah (Zainudin, 2006:7). Kemudian Pengertian perkawinan menurut ketentuan pasal 1 undang-undang Perkawinan No 1 tahun 1974 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri (Anshary, 1993:74).

Dokumen yang terkait

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat- Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

0 2 9

PENGARUH INSENTIF TERHADAP KINERJA PEGAWAI (Pada Kantor Kementerian Agama Kota Medan) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

0 0 10

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENAHANAN DEBITUR PAILIT DALAM PENGURUSAN DAN PEMBERESAN HARTA PAILIT Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum SKRIPSI

0 0 8

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

0 0 9

PEMBAHARUAN AKAD NIKAH MASYARAKAT MUSLIM BERDASARKAN PETUNGAN JAWA (Studi Kasus Di Desa Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 120

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 102

PERANAN WALI KALAYAN DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KEPRIBADIAN ANAK DI PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH NU BLOTONGAN SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 127

MEDIASI PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2012-2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

0 0 88

PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL (Studi Kasus di KUA Kuwarasan Kabupaten Kebumen) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 106

ANALISIS PENETAPAN WALI ADHOL DI PENGADILAN AGAMA SEMARANG TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 91