KAJIAN PERUBAHAN STATUS FOSFOR TANAH AKIBAT PEMBERIAN BOKASHI KULIT BUAH KAKAO PADA INSEPTISOLS PALOLO | Wahyudi | AGROLAND 293 1008 1 PB

ISSN : 0854 – 641X

J. Agroland 17 (2) : 131 - 137, Agustus 2010

KAJIAN PERUBAHAN STATUS FOSFOR TANAH AKIBAT
PEMBERIAN BOKASHI KULIT BUAH KAKAO PADA
INSEPTISOLS PALOLO
The Study of Changes in Soil Phosphorus Status Caused by The
Application of Cacao Skin Fruit Bokashi in Inceptisols Palolo
Imam Wahyudi 1)
1)

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Jl. Soekarno-Hatta Km 9, Tondo-Palu 94118,
Sulawesi Tengah. Telp. 0451-429738.

ABSTRACT
High content of aluminium and low P availability in Inceptisols are the important limiting factors
for crop production. Hence, important efforts on management of Inceptisols are the increasing in
P availability for crop demand. Cacao fruit skin bokashi is a source of organic matter used to
improve the soil, although using bokashi as organic fertilizer is still not yet have full attention.
A study that was aimed to elucidate roles of cacao fruit skin boakshi on Al concentration, and soil

P status in an Inceptisols was conducted in a laboratorium. Five treatments consisting of the rates of
the bokashi (10, 20, 30, 40 and 50 ton/ha) and one control (no bokashi added) were arranged in a
completely randomized design with three replicates. Results of the experiment showed that the
application of 30 t ha-1 cacao fruit skin bokashi significantly increased soil pH, soil organic-C,
P-total and P availability, and reduced Alexch concentration. However, the soil pH and P availability
were reduced at the rate of bokashi of 40 and 50 t ha-1, but Alexch concentration was increased.
Key word: Alexch, Bokashi, Inceptisols, P-total, P availability

PENDAHULUAN
Jumlah penduduk yang semakin
meningkat
menyebabkan
lahan-lahan
pertanian yang subur semakin terbatas
ketersediaannya karena telah beralih fungsi
menjadi lahan-lahan pemukiman guna
memenuhi kebutuhan perumahan dan
infrastruktur bagi penduduk. Oleh karenanya
perluasan lahan pertanian, guna mengupayakan
peningkatan produksi pertanian, diarahkan

ke wilayah-wilayah tanah masam dan marginal.
Salah satu tanah mineral masam
yang digunakan untuk usaha pertanian yaitu
Inseptisols. Penggunaan tanah ini untuk
kepentingan pertanian dihadapkan pada
beberapa masalah serius antara lain: derajat
kemasaman yang tinggi, kadar bahan organik
yang rendah, kekurangan unsur hara penting
bagi tanaman, seperti N, P, Ca, Mg dan Mo,
serta tingginya kelarutan Al, Fe dan Mn

(Mokolobate dan Haynes, 2002). Hal ini
mencerminkan rendahnya kualitas tanah
tersebut yang pada gilirannya akan menghambat
penampilan dan produksi tanaman.
Aluminium telah lama diketahui
sebagai salah satu faktor pembatas utama
pertumbuhan dan perkembangan akar pada
tanah-tanah masam yang menyebabkan
tanaman tidak dapat menjangkau cukup

volume tanah untuk penyerapan hara dan air
yang dibutuhkan. Selain keracunan Al,
kendala utama lainnya bagi tumbuh
kembangnya tanaman pada tanah tersebut
adalah kekahatan P. Kemasaman tanah sangat
erat kaitannya dengan tingkat ketersediaan
hara, terutama P, dimana pada berbagai
tanah masam sebagian besar hara P yang
ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami
proses transformasi menjadi bentuk-bentuk
Al-P dan Fe-P. Bentuk-bentuk P tersebut
relatif tidak larut dalam tanah, dengan
131

demikian ketersediaan hara P dalam tanah
masam relatif rendah (Brady dan Weil, 2002).
Salah satu alternatif yang dapat
dilakukan untuk mengatasi persoalan
Inseptisols adalah melalui penambahan
bahan organik (Yusuf, dkk., 2004). Bahan

organik apapun sumbernya (seresah,
kompos, pupuk kandang, ataupun pupuk
hijau) berperan penting dalam memperbaiki,
meningkatkan
dan
memepertahankan
produktifitas lahan secara bekelanjutan.
Meskipun telah banyak dibicarakan
fenomena perbaikan kondisi Inseptisols,
khususnya penurunan keracunan Al
dan peningkatan ketersediaan P, namun
pemanfaatan kulit buah kakao yang
dibokashikan, sebagai sumber bahan
organik, masih belum banyak mendapat
perhatian. Menurut DPPIP (1990) tanaman
kakao merupakan salah satu komoditi
penghasil devisa bidang non migas yang
cukup potensial. Beberapa kecamatan di
Propinsi Sulawesi Tengah merupakan sentra
pertanaman kakao, karena tanaman ini

dipandang sangat sesuai dan digemari
oleh petani pada umumnya. Bagian tanaman
ini yang tidak terpakai (kulit buahnya)
dapat dimanfaatkan sebagi pupuk organik.
Pupuk organik ini dapat memperbaiki sifat
kimia tanah, antara lain: meningkatkan
kapasitas tukar kation (KTK) tanah, pH
tanah, nitrogen dan P tanah, dan
menurunkan kelarutan Al.
Berdasarkan uraian tersebut di atas
maka penelitian tentang pengaruh pemberian
bokashi kulit buah kakao terhadap status
fosfor Inseptisols, masih diperlukakan.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengungkap perubahan status P
tanah akibat pemberian bokashi kulit buah
kakao pada Inseptisol Palolo. Sedangkan
kegunaan penelitian adalah sebagai
sumbangan informasi mengenai salah satu
upaya pengelolaan Inseptisol yang dapat

mendukung tumbuh kembangnya tanaman.
BAHAN DAN METODE
Lokasi pengambilan sampel tanah di
Desa Palolo, Kecamatan Palolo, Kabupaten
132

Sigi, Propinsi Sulawesi Tengah. Adapun tempat
pelaksanaan penelitian di Laboratorium Ilimu
Tanah, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian Universitas Tadulako. Analisis
tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium
Terpadu Fakultas Pertanian Universitas
Tadulako, Palu.
Alat
yang
digunakan
dalam
penelitian ini meliputi skop, karung, mistar,
polibag, label, spidol, serta seperangkat
alat-alat laboratorium. Adapun bahan yang

digunakan adalah sampel Inseptisols Palolo,
kulit buah kakao, EM4, dan zat-zat di
laboratorium.
Penelitian ini merupakan penelitian
inkubasi yang disusun dalam Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan pengulangan
tiga kali. Perlakuan dosis bokashi sebagai
berikut: b0: tanpa bokashi, b1: bokashi kulit
buah kakao dosis 10 ton ha-1; b2: bokashi
kulit buah kakao dosis 20 ton ha-1, b3:
bokashi kulit buah kakao dosis 30 ton ha-1,
b4: bokashi kulit buah kakao dosis 40 ton
ha-1, dan b5: bokashi kulit buah kakao dosis
50 ton ha-1.
Sampel tanah yang digunakan
merupakan sampel komposit Inseptisols
yang diambil dari kedalaman 0-20 cm.
Sampel tanah tersebut kemudian diayak
untuk memisahkan kerikil atau batuan serta
sisa-sisa akar tanaman dan kemudian

dikeringudarakan selama kurang lebih satu
minggu. Sampel tanah kemudian ditimbang
seberat 1 kg, dan dicampur dengan bokashi
kulit buah kakao dengan dosis masingmasing 3,59 g polibag-1(b1), 7,19 g
polibag-1(b2), 10,79 g polibag-1(b3), 14,38 g
polibag-1(b4) dan 17,98 g polibag-1(b5) serta
tanpa bokashi kulit buah kakao (b0).
Kemudian dimasukkan ke dalam polibag
sesuai kode perlakuannya.
Tanah di dalam polibag tersebut
kemudian diberi air bebas ion sampai
mencapai kapasitas lapang. Kemudian
diinkubasi selama sekitar 3 bulan. Selama
masa inkubasi dilakukan penyiraman
dengan mempertahankan kondisi kapasitas
lapang melalui jalan penimbangan. Setelah
masa inkubasi selesai, tanah dikeluarkan
dari dalam polibag dan kemudian dikering
132


HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Inseptisols Palolo. Hasil analisis
beberapa sifat fisik dan kimia Inseptisols
Palolo
sebelum
diberi
perlakuan
menunjukkan bahwa tanah ini bertekstur
lempung dengan permeabilitas sedang.
Sedangkan sifat kimia mencirikan pH
masam (4,95), C-organik rendah (1,88%),
P-total rendah (17,61 mg/100 g), dan P-tersedia
sangat rendah (3,88 ppm), sedangkan
kandungan Aldd sebesar 2,25 me/100 g dan
Hdd sebesar 1,07 me/100 g.
Kondisi tanah demikian, terutama
tingginya kelarutan Al dalam tanah, dapat
menghambat tumbuh kembangnya tanaman
yang ditanam pada tanah ini. Hal tersebut
terjadi karena terganggunya perkembangan

akar tanaman. Akar tanaman menjadi lebih
pendek, ukurannya lebih besar dari pada
biasanya, kaku seperti kawat, mudah patah,
dan ujung-ujung akar membengkak.
Sehingga dengan demikian akar tanaman
tidak dapat menyerap air dan unsur hara
dengan sempurna yang akan mengakibatkan
tanaman mengalami cekaman air, dan
defisiensi unsur hara (Wawan, 2002).
Di samping itu, tingginya kelarutan
Al dalam tanah tersebut menyebabkan
rendahnya ketersediaan P bagi tanaman.
Unsur P banyak yang diikat oleh Al menjadi
bentuk Al-P yang sukar larut. Dalam tanah
masam konsentrasi ion Al dan Fe jauh
melebihi ion H2PO4-, konsekuensinya reaksi

yang terjadi selalu membentuk lebih banyak
fosfat tidak larut sehingga unsur P tersebut
tidak tersedia bagi tanaman(Hasanudin, 2003).

Salah satu alternatif yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah
tersebut adalah dengan penggunaan bahan
organik ataupun kapur (Sanchez, 1976).
Lebih lanjut Notohadiprawiro (2006)
menyatakan bahwa untuk mengatasi
persoalan tanah masam berkadar Al tinggi
dan C-organik rendah adalah dengan
mengendalikan secara efektif keracunan Al
pada tanaman melalui khelasi aluminium
tanah dan peningkatan kadar C-organik
tanah, dengan memanfaatkan bahan organik
sebagai sumber ligan.
Perubahan Reaksi Tanah (pH Tanah).
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
bokashi kulit buah Kakao berpengaruh nyata
terhadap perubahan pH tanah. Perubahan pH
(H2O) tanah akibat pemberian kulit buah
Kakao pada Gambar 1.
5.9

5.7
pH (H2 O) Tanah

anginkan. Setelah itu diukur pH tanah
dengan menggunakan pH meter, C-organik
dengan metode Walkley and Black,
Aldd dengan ekstraksi HCl 1 N + NaF 4%,
P-total dengan ekstraksi HCl 25% dan
P-tersedia dengan metode Bray I. Sedangkan
sebelumnya dilakukan analisis tanah awal
terhadap beberapa sifat fisik dan kimia tanah.
Data-data hasil pengamatan dianalisis
dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA)
untuk mengetahui adanya perlakuan
berbeda nyata atau tidak. Apabila hasil sidik
ragam menunjukkan adanya pengaruh yang
nyata maka dilakukan uji lanjut dengan
menggunakan Beda Nyata Jujur (BNJ) 5%.

5.5

2

5.3

y = -0.0006x + 0.0477x + 4.86
2

R = 0.8988
5.1

4.9
0

10

20

30

40

50

60

-1

Dosis Bokashi (t ha )

Gambar 1. Perubahan pH (H2O) Pada Berbagai
Dosis Bokashi Kulit Buah Kakao
Pada Inseptosols Palolo.

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa
peningkatan dosis bokashi kulit buah Kakao
tidak selalu diikuti oleh peningkatan pH
(H2O) tanah. pH H2O tanah meningkat
sampai dengan dosis bokashi kulit buah
Kakao sebesar 30 t ha-1, sedangkan dosis
yang lebih tinggi (40 t ha-1 dan 50 t ha-1) pH
tanah cenderung menurun. Peningkatan pH
133

134

Perubahan C-organik dan Aldd. Hasil
sidik ragam menunjukkan bahwa bokashi
kulit buah Kakao berpengaruh nyata
terhadap perubahan C-organik dan kadar
Aldd tanah (Gambar 2 dan Gambar 3).
3

y = 0.0166x + 1.8843

2.6
C-organik tanah (%)

tanah tersebut erat kaitannya dengan
proses dekomposisi bahan organik (bokashi
kulit buah Kakao) yang digunakan dalam
penelitian. Bahan organik yang telah
terdekompisisi dapat meningkatkan aktivitas
ion OH- yang bersumber dari gugus karboksil
(-COOH) dan gugus hidroksil (OH-).
Ion OH- akan menetralisir ion H+
yang berada dalam larutan tanah. Bayer
el al. (2001), menyatakan bahwa naik
turunnya pH tanah merupakan fungsi ion H+
dan OH-, jika konsentrasi ion H+ dalam
larutan tanah naik, maka pH akan turun dan
jika konsentrasi ion OH- naik maka pH akan
naik. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa
bahan organik yang telah terdekomposisi
akan dapat menghasilkan ion OH- yang
dapat menetralisir aktivitas ion H+. Di
samping itu peningkatan pH tanah tersebut
erat kaitannya dengan hasil dekomposisi
bahan organik. Salah satu hasil dekomposisi
bahan organik tersebut adalah asam-asam
organik, diantaranya adalah asam humat
dan asam fulvat. Wahyudi (2009)
menyimpulkan bahwa asam humat dan
asam fulvat dari hasil dekomposisi bahan
organik berperan sangat penting dalam
mereduksi aktivitas aluminium dalam
tanah sehingga produksi ion H+ akibat
terhidrolisisnya Al akan menurun.
Selain hal tersebut di atas,
penambahan bahan organik (bokashi kulit
buah Kakao) dengan dosis 40 t ha-1 dan 50 t
ha-1 cenderung menurunkan pH tanah. Hal
tersebut ada kaitannya dengan proses
mineralisasi nitrogen dari bahan organik
tersebut. Proses mineralisasi ini terdiri
dari aminisasi, nitritasi dan nitrifikasi. Pada
ke tiga proses tersebut akan menghasilkan
ion H+, sehingga akan menambah
konsentrasi ion H+ di dalam larutan tanah.
Penambahan ion H+ tersebut akan
mengakibatkan turunnya pH tanah. Mengel
et al. (2001) menyatakan bahwa proses
mineralisasi nitrogen dari bahan organik
akan menghasilkan ion H+. Sehingga
dengan demikian panambahan bahan
organik dalam jumlah yang besar
akan meningkatkan konsentrasi ion H+ di
dalam larutan tanah.

R2 = 0.9932

2.2

1.8

1.4

1
0

10

20

30

40

50

60

Dosis Bokashi (t ha-1)

Gambar 2. Perubahan C-organik Pada Berbagai
Dosis Bokashi Kulit Buah Kakao
Pada Inseptosols Palolo.

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa
peningkatan dosis bokashi kulit buah Kakao
selalu diikuti oleh peningkatan C-organik
tanah. C-organik tanah tertinggi dicapai
pada dosis bokashi kulit buah Kakao
sebesar 50 t ha-1.
Pemberian bokashi kulit buah Kakao
dapat meningkatkan kadar C-organik tanah.
Peningkatan C-organik tersebut disebabkan
oleh karbon (C) merupakan penyusun utama
dari bahan organik itu sendiri, sehingga
dengan demikian penambahan bahan
organik seperti bokashi kulit buah Kakao,
berarti menambah kadar C-organik juga.
Anas (2000) menyatakan bahwa kadar C
dalam bahan organik dapat mencapai sekitar
48%-58% dari berat total bahan organik.
Apabila bahan organik telah mengalami
dekomposisi maka akan dihasilkan sejumlah
senyawa karbon seperti CO2, CO32-, HCO3-,
CH4 dan C (Bertham, 2002). Diantara
senyawa karbon yang sederhana tersebut,
CO2 adalah yang paling banyak. Namun
karbondioksida tersebut ada yang hilang ke
atmosfer dan sebagian lagi digunakan oleh
mikroorganisme (Hue, et al., 1986). Lebih
lanjut dijelaskan bahwa karbondioksida dan
134

metan akan digunakan oleh bakteri
fotosintetik dan merubahnya menjadi
substrat yang bermanfaat dan apabila bakteri
fotosintetik tersebut mati dan kemudian
melapuk akan menghasilkan karbon organik
dalam tanah.
3

Aldd Tanah (me/100 g)

2.5

2
2

y = 0.0012x - 0.0931x + 2.3818
1.5

2

R = 0.9166
1

0.5

0
0

10

20

30

40

50

60

-1

Dosis Bokashi (t ha )

Gambar 3. Perubahan Aldd Tanah Pada Berbagai
Dosis Bokashi Kulit Buah Kakao
Pada Inseptosols Palolo.

Peningkatan dosis bokashi kulit
buah Kakao tidak selalu diikuti oleh
menurunnya kandungan Aldd tanah.
Kandungan Aldd tanah terendah didapat
pada perlakuan bokashi kulit buah Kakao
dengan dosis 30 t ha-1, sedangkan dosis
yang lebih tinggi (40 t ha-1 dan 50 t ha-1)
kandungan Aldd cenderung meningkat lagi
(Gambar 3). Menurunnya kandungan Aldd
tanah akibat pemberian bokashi kulit buah
Kakao tersebut sangat erat kaitannya
dengan hasil dekomposisi bahan organik
(bokashi kulit buah Kakao) yakni humus
yang banyak mengandung asam-asam
organik yang dapat mengikat aluminium
manjadi ikatan organo kompleks (khelat)
yang menyebabkan turunnya aktivitas
aluminium. Asam-asam organik tersebut
bertindak sebagai ligan organik. Wahyudi
(2009) menyatakan bahwa asam-asam
organik dari hasil dekomposisi bahan
organik akan menghasilkan muatanmuatan negatif yang dapat mengikat
aluminium membentuk suatu ikatan komplek
logam organik. Lebih lanjut Mayer dan Xing
(2001) menyatakan bahwa senyawa kompleks

terbentuk bila terjadi ikatan koordinasi antara
senyawa organik dengan ion Al yang sifatnya
tidak larut sehingga Al dapat ditekan.
Disamping itu peningkatan kembali
kandungan Aldd boleh jadi ada hubungannya
dengan penurunan pH tanah akibat
pemberian bokashi kulit buah Kakao pada
dosis yang lebih tinggi dari pada 30 t ha-1
(Gambar 1). Didalam tanah mineral masam
(pH < 5,5), seperti Inseptisol ini, ion Al
yang larut merupakan kation utama di
dalam tanah. Sehingga dengan demikian
kandungan Al dalam tanah menjadi tinggi.
Sanchez (1976) menyatakan bahwa di
dalam larutan tanah Al akan mengendap
pada pH antara 5,5 sampai 6.0 sehingga
pada tanah-tanah dengan pH lebih besar
dari 6,0 kandungan Al sangat rendah. Lebih
lanjut Firmansyah, (2003) menyatakan
bahwa pada kondisi pH masam (pH < 4,5)
aluminium berubah menjadi sangat larut
dan mendominasi komplek jerapan serta
larutan tanah. Al3+ yang tinggi di dalam
larutan tanah selanjutnya dapat meracuni
perakaran tanaman, ditandai dengan
pertumbuhan akar yang terhambat, dan
penurunan potensi produksi, sehingga
menjadi penyebab utama rendahnya
produktivitas lahan.
Perubahan P-total dan P-tersedia. Hasil
sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian
bokashi kulit buah Kakao berpengaruh
nyata terhadap perubahan P-total dan
P-tersedia tanah. Perubahan P-total tanah
akibat pemberian bokashi kulit buah Kakao
disajikan pada Gambar 4, sedangkan
perubahan P-tersedia disajikan pada Gambar 5.
Pada Gambar 4 tersebut dapat
dilihat bahwa peningkatan dosis bokashi
kulit buah Kakao selalu diikuti oleh
peningkatan P-total tanah. P-total tanah
tertinggi dicapai pada dosis bokashi kulit
buah Kakao sebesar 50 t ha-1.
Peningkatan P-total akibat pemberian
bokashi kulit buah Kakao tersebut sangat
erat kaitannya dengan sumbangan secara
langsung unsur P yang terdapat dalam
bahan organik (bokashi kulit buah Kakao).
Hal tersebut disebabkan bahan organik
135

merupakan sumber unsur N, P, dan S.
Sehingga dengan demikian peningkatan
kadar bahan organik tanah akan dapat
meningkatkan P-total tanah tersebut. Brady
dan Weil, (2002) mengemukakan bahwa
bahan organik merupakan sumber unsur N,
P, dan S, sehingga apabila diberikan ke
dalam tanah akan dapat meningkatkan
P-total dalam tanah tersebut.
40

y = 0.3664x + 16.739

30

21

2

R = 0.9899
18
25

20

15
0

10

20

30

40

50

60

P-tersedia (ppm)

P-total (mg/100 g)

35

et al., (2001) menyatakan bahwa perbaikan
pH tanah masam dan menurunnya
kandungan Aldd akan dapat mendorong
peningkatan aktivitas mikroorganisme
tanah. Peningkatan tersebut akan mempercepat
dekomposisi bahan organik yang pada
akhirnya dapat meningkatkan ketersediaan
P dalam tanah tesrebut. Demikian pula
akan terjadi sebaliknya jika pH tanah
menurun dan kandungan Aldd meningkat
sebagai akibat pemberian bokashi kulit
buah Kakao di atas dosis 30 t ha-1
(Gambar 1 dan Gambar 3).

15

12
2

y = -0.0108x + 0.7566x + 2.8061

9

2

R = 0.9256

Dosis Bokashi (t ha-1)
6

Gambar 4. Perubahan P-total Tanah Pada
Berbagai Dosis Bokashi Kulit
Buah Kakao Pada Inseptosols
Palolo.

Penambahan bokashi kulit buah
Kakao tidak hanya meningkatkan P-total saja
akan tetapi juga meningkatkan P-tersedia.
Namun peningkatan dosis bokashi kulit buah
Kakao tidak selalu diikuti oleh peningkatan
P-tersedia. P-tersedia tanah meningkat
sampai dengan dosis bokashi kulit buah
Kakao sebesar 30 t ha-1, sedangkan dosis
yang lebih tinggi (40 t ha-1 dan 50 t ha-1)
P-tersedia tanah cenderung menurun.
Peningkatan P-tersedia tersebut disebabkan
oleh perbaikan kondisi tanah terutama
berkaitan dengan kenaikan pH tanah dan
penurunan Aldd akibat pemberian bokashi
kulit buah Kakao. Perbaikan kondisi tanah
tersebut akan mempengaruhi peningkatan
aktivitas mikroorganisme tanah. Sehingga
dengan demikian terjadi peningkatan
proses dekomposisi bahan organik yang
ditambahkan, yang pada gilirannya akan
dapat meningkatkan ketrsediaan P. Mengel,
136

3
0

10

20

30

40

50

60

-1

Dosis Bokashi (t ha )

Gambar 5. Perubahan P-tersedia Tanah Pada
Berbagai Dosis Bokashi Kulit Buah
Kakao Pada Inseptosols Palolo.

KESIMPULAN
Dari hasil kajian pada penelitian ini,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
bahwa pemberian bokashi kulit buah Kakao
sampai dengan dosis 30 ton ha-1 dapat
meningkatkan pH tanah, C-organik tanah,
P-total tanah, P-tersedia tanah, dan
menurunkan kadar Aldd tanah.
Peningkatan tertinggi terdapat pada
pemberian bokashi kulit buah Kakao
dengan dosis 30 ton ha-1 terhadap semua
variabel amatan (pH H 2O tanah = 5,85;
C-organik = 2,4%, P-total = 27,50 mg/100 g;
P-tersedia = 17,89 ppm; dan penurunan
terendah Aldd = 0,43 me/100 g).

136

DAFTAR PUSTAKA
Anas, I., 2000. Potensi Kompos Sampah Kota Untuk Pertanian di Indonesia. Seminar dan Lokakarya
Pengelolaan Sampah Organik Untuk Mendukung Program Ketahanan Pangan dan Kelestarian
Lahan Pertanian, Faperta Unibraw, Malang. h: 1-9.
Bayer, C., L.P. Martin-Neto, J. Mielniczuk, C.N. Pillon and L. Sangoi, 2001. Changes in Soil Organic Matter
Fractions Under Subtropical No-Till Cropping Systems., Soil Sci. Soc. Am. J. 65: 1473-1478.
Bertham, Y.H.R., 2002. Respon Tanaman Kedele (Glycine max (L) Merill) Terhadap Pemupukan Fosfor dan
Kompos Jerami Pada Tanah Ultisol. J. Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 4 (2): 78-83.
Brady, N.C. and R.R. Weil, 2002. The Nature and Properties of Soils. 31th ed. Prentice-Hall, Upper Saddle
River, New York. 511 p.
DPPIP., 1990. Budidaya Kakao. Departement Pertanian Proyek Informasi Pertanian, Sulawesi Tengah. 25 hal.
Firmansyah, M.A., 2003. Resiliensi Tanah Terdegradasi. Makalah Individu. Pengantar Falfasah Sains. PPSIPB, Bogor. 11 h.
Hasanudin, 2003. Peningkatan Ketersediaan dan Serapan N dan P Serta Hasil Tanaman Jagung Melalui
Inokulasi Mikoriza, Azotobakter dan Bahan Organik Pada Ultisol. J. Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia.
5(2): 83-89.
Hue, N.V., G.R. Craddock and F. Adams, 1986. Effects of Organic Acids on Aluminium Toxicity in Subsoils.
Soil Sci. Soc. Am. J. 50: 28-34.
Mayer, L.M. and B. Xing 2001, Organic Matter-Surface Relationship in Acid Soils. Soil Sci. Soc. Am. J. 65: 250-258.
Mengel, K., E.A. Kirkby, H. Kosegarten and T. Appel, 2001. Principles of Plant Nutrition. 5th Ed., Kluwer
Academic Publ., London..
Mokolobate, M.S. and R.J. Haynes, 2002. Increases in ph and Soluble Salts Influence the Effect that
Additions of Organic Residues Have on Concentrations of Exchangeable and Soil Solution
Aluminium. European J. Soil Sci., 53:481-489.
Notohadiprawiro, T., 2006. Budidaya Organik: Suatu Sistem Pengusahaan Lahan Bagi Keberhasilan
Program Transmigrasi Pola Pertanian Lahan Kering. Repro: Ilmu Tanah UGM-Yogjakarta. h: 1-10.
Sanchez, P.A., 1976. Properties and Management of Soil in The Tropic. John Willey and Sons, New York.
Wahyudi, I., 2009. Manfaat Bahan Organik Terhadap Peningkatan Ketersediaan Fosfor dan Penurunan
Toksisitas Aluminium di Ultisol. Disertasi S3 PPS-Unibraw Malang.
Wawan, 2002. Pegelolaan Subsoil Masam Untuk Peningkatan Produksi Tanaman Pangan. Makalah Falsafah
Sains. PPS-IPB, Bogor.
Yusuf, W.A., A. Jumberi, A. Haris dan R.S. Sinatupang, 2004. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik
Terhadap Fitotoksitas Aluminium pada Tanah Masam. J. Tanah Trop. 18: 109-115.

137

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.)

3 91 49

Pengaruh Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Limpa Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW

1 107 58

Pengaruh Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Perkembangan Struktur Kraniofacial Fetus Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW

2 104 74

Pengaruh Pemberian Kompos Kulit Buah Kakao Dan Zeolit Terhadap pH, KTK, Al-dd Pada Entisol Dan Ultiso

1 24 58

Subtitusi Dedak Padi Dengan Kulit Buah Kakao Difermentasi Aspergillus niger Terhadap Performans iiItik Raja Umur 1-7 Minggu.

0 55 48

Analisis Usaha Subtitusi Dedak Padi Dengan Kulit Buah Kakao Yang Difermentasi Aspergillus niger Dalam Ransum Itik Raja Umur 0 – 7 Minggu

0 30 64

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS PADA BERBAGAI WAKTU APLIKASI BOKASHI LIMBAH KULIT BUAH KAKAO DAN PUPUK ANORGANIK | Nurhayati | AGROLAND 1885 5491 1 PB

0 0 4

PERUBAHAN TINGKAT SERAPAN NITROGEN, FOSFOR DAN KALIUM OLEH TANAMAN BAWANG MERAH LOKAL PALU AKIBAT PEMBERIAN EKSTRAK KOMPOS LIMBAH ORGANIK PASAR PADA ENTISOL POBOYA | Wahyudi | AGROLAND 8150 26758 1 PB

0 1 7

PERUBAHAN STATUS N, P, K TANAH DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata sturt) AKIBAT PEMBERIAN PUPUK CAIR ORGANIK PADA ENTISOLS | Isrun | AGROLAND 263 916 1 PB

0 0 5

PERUBAHAN SERAPAN NITROGEN TANAMAN JAGUNG DAN KADAR Al-dd AKIBAT PEMBERIAN KOMPOS TANAMAN LEGUM DAN NONLEGUM PADA INSEPTISOLS NAPU | Isrun | AGROLAND 275 949 1 PB

0 0 7