Artikel 20160804050633 1emsy0 Northerly Cold Surge Model Konseptual dan Pemantauannya

Northerly Cold Surge: Model Konseptual dan Pemantauannya
Asteria S. Handayani*, Wido Hanggoro*, Adityawarman**, Rezza Muhammad***, Yuliana
Purwanti**, Ardhasena Sopaheluwakan*
*) Puslitbang BMKG, **) Pusdiklat BMKG, ***) Bidang Pengelolaan Citra Inderaja BMKG

Northerly Cold Surge (NCS) atau lebih dikenal dengan istilah Seruak Dingin, mungkin
belum banyak dikenal orang awam akan keberadaannya. Namun tanpa disadari, dampak
yang dibawanya untuk dinamika atmosfer di Indonesia cukup besar, bahkan ditengarai
memiliki keterkaitan apa yang sering disebut masyarakat sebagai ‘Banjir Jakarta 5
tahunan’. Oleh karenanya, fenomena ini sangat menarik untuk diamati, dianalisa, dan
dikenali lebih dalam lagi, sehingga dampak yang mungkin timbul dapat diantisipasi
sebelumnya. Alasan ini pula yang membuat tim Conceptual Model for the Southern
Hemisphere (CM4SH) BMKG pada awal tahun 2015 memilih fenomena seruak dingin
untuk dijadikan model konseptual pertama kami, saat BMKG melalui Pusdiklat diberi
kesempatan oleh WMO Virtual Laboratory (VLab) dan EUMETSAT untuk terlibat dalam
kolaborasi penyusunan model konseptual (conceptual model) di Belahan Bumi Selatan
(BBS). Tim CM4SH BMKG terdiri dari perwakilan Pusdiklat (Yuliana Purwanti,
Adityawarman), Puslitbang (Asteria S. Handayani, Wido Hanggoro, Ardhasena
Sopaheluwakan), dan operasional (Rezza Muhammad). Tim ini bertugas untuk
mensintesiskan teori-teori dari referensi terkait, mensimulasikan dengan data-data
yang tersedia dan menyimpulkannya menjadi sebuah modul komprehensif yang

diharapkan dapat memberikan penjelasan lebih mendalam tentang fenomena-fenomena
atmosfer di BBS.
Dengan pendampingan intensif dari para pakar di Eropa dan setelah 15 bulan (Januari
2015 - Maret 2016) bersinergi, tim CM4SH BMKG menghasilkan sebuah model
konseptual mengenai seruak dingin seperti yang tergambar secara sederhana melalui
skematik di Gambar 1. Dalam model konseptual ini kami menggali tentang teori-teori
umum (definisi, siklus hidup, variabilitas dan interaksi), struktur awan dalam citra
satelit, parameter NWP (Numerical Weather Prediction) yang berperan, bentuk
penampang vertikal, serta dampaknya dalam bentuk kejadian cuaca yang signifikan.

Model Konseptual Northerly Cold Surge (NCS)

Gambar 1. Skematik dari Northerly Cold Surge (Courtessy: Tim CM4SH BMKG)
Fenomena NCS diidentifikasikan secara umum sebagai massa udara dingin dan kering
di lapisan permukaan yang bergerak dari lintang menengah menuju daerah
tropis, akibat adanya peningkatan tekanan udara permukaan (Mean Sea Level
Pressure / MSLP) di Siberia (‘Siberian High’). Dengan kontur seperti lidah yang
bergerak dari daratan Asia menuju wilayah Laut Cina Selatan pada bulan Desember Februari (saat monsun dingin Asia berlangsung), seruak dingin kerap mendapat
julukan 'cold tongue'. Pada bulan-bulan tersebut, peningkatan proses konveksi di pulau
Jawa, bagian selatan pulau Sumatera, dan bagian barat Kalimantan akan cukup

signifikan dibandingkan dengan rata-rata klimatologisnya, terutama bila intensitas NCS
cukup kuat sehingga mengakibatkan terjadinya aliran lintas ekuator (cross-equatorial
flow).
Untuk proses identifikasi NCS, selain perawanan berupa awan kumulus (cumulus
convection) di Laut China Selatan yang tampak melalui citra satelit MTSAT, terdapat
beberapa parameter cuaca inti yang penting untuk dipantau intensitasnya, di antaranya
Mean Sea Level Pressure (MSLP), Temperatur (T), Relative Humidity (RH), dan
angin meridional (v). Melalui beberapa nilai ambang batas, seperti MSLP 1045 mb di
Siberia, penurunan suhu yang cukup tajam di Hong Kong 1-2 hari setelahnya, angin
meridional yang mencapai 8 ms-1 di lintang 15 LU, maka indikasi adanya peristiwa NCS
menjadi jelas dan dapat dimanfaatkan untuk membuat prakiraan cuaca di Indonesia
dalam 2-6 hari ke depan. Hal penting lainnya yang perlu dipantau adalah keberadaan
gangguan sinoptik lain di wilayah Laut China Selatan dan benua maritim seperti Borneo
vortex dan Madden-Julian Oscillation (MJO), karena sifat keduanya akan menghambat
intensitas NCS dalam pergerakannya ke arah ekuator.

Detil lain mengenai karakteristik NCS dan interaksinya dengan gangguan cuaca lain
dapat diperoleh melalui situs WMO Virtual Laboratory (VLab) Conceptual Model for
Southern Hemisphere (Gambar 2) berikut:
https://sites.google.com/site/cmsforsh/coe-indonesia/northerlycoldsurgeindonesia

dan dalam modul SatManu yang dikelola oleh EUMETSAT berikut:
http://www.eumetrain.org/satmanu/CMs/InNCS/index.htm
Di dalam situs akan ditemui animasi citra satelit pada saat NCS berlangsung 26 Januari
hingga 2 Februari 2007, animasi plot parameter angin utara-selatan dan kelembaban
udara pada tanggal yang sama, serta tabel kejadian cuaca yang terdampak oleh NCS.
Tampilan situs yang berupa modul komprehensif tersebut dapat digunakan sebagai
referensi bagi prakirawan maupun peminat meteorologi.

Gambar 2. Halaman depan situs CM4SH Indonesia: Northerly Cold Surge

Pemantauan seruak dingin
Satu rekomendasi yang merupakan produk dari kegiatan Tim CM4SH, dan cukup efektif
dalam memantau NCS adalah meteogram, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Meteogram kasus NCS tanggal 27 Januari - 2 Februari 2007
Untuk mempermudah pemahaman dan menjadikan produk ini siap digunakan,
meteogram NCS pada situs web Puslitbang tersebut dilengkapi dengan panel-panel yang
mengindikasikan indeks-indeks setiap fasenya, sebagai berikut:









Panel pertama mengindikasikan tekanan permukaan (MSLP) di Siberia, di
mana nilai 1045 mb menjadi sinyal kemungkinan terjadinya seruak dingin di
wilayah lintang menengah dan tropis.
Panel kedua menunjukkan perbedaan MSLP antara Hong Kong dan 30 oLU,
115oBT, di mana nilai 10 mb menjadi sinyal kedua seruak dingin ditengarai
sedang terjadi di wilayah lintang menengah.
Panel ketiga mengkonfirmasi tendensi terjadinya seruak dingin tersebut, yakni
bila dalam 24-48 jam setelahnya terdeteksi penurunan suhu yang cukup
signifikan sekitar 6oC di Hong Kong.
P a d a panel keempat,
grafik kecepatan angin meridional diplot untuk
mengetahui apakah indeks cold surge senilai 8 ms-1di lintang 15oLU antara
110oBT and 117,5oB T telah terpenuhi. Kecepatan angin meridional yang
ditunjukkan pada panel ini mengindikasikan kekuatan fenomena tersebut,

dengan tiga kategori berikut:
 Surge lemah (weak surge) : indeks surge antara 8 dan 10 m/s
 Surge sedang (moderate surge) : indeks surge antara 10 dan 12 m/s
 Surge kuat (strong surge) : indeks surge lebih besar daripada 12 m/s



Sedangkan pada panel kelima, kemungkinan seruak dingin melintas ekuator
dipantau melalui indeks Cross Equatorial Northerly Surge (CENS), di mana
konfirmasinya diperoleh bila kecepatan angin meridional rata-rata yang
melintasi area antara 00 - 50LS, 1050BT - 1150BT terdeteksi sama dengan atau
lebih dari 5 ms-1.

Upaya pemantauan terus dilakukan hingga saat ini dengan memperbaharui tampilan
meteogram dan menampilkannya di web Puslitbang BMKG melalui tautan berikut
http://puslitbang.bmkg.go.id/gfs/coldsurge/.
Diharapkan produk ini, dapat membantu mempermudah para prakirawan dalam
memprediksi dan mengkonfirmasi kedatangan NCS di wilayah Indonesia.