Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Knowledge Management di Rumah Sakit Puri Asih Salatiga (Jawa Tengah) T2 912010019 BAB I
1.1 Latar Belakang
Menurut Drucker (1997), pengetahuan penting
untuk meningkatkan produktivitas serta harus
diperhatikan dan di kelola. Sejalan dengan hal tersebut maka Brown dan Duguid (1991), dengan tegas menyatakan bahwa sebenarnya esensi organisasi
adalah pengetahuan, terutama untuk
menumbuhkembangkan pengetahuan organisasi,
sebagai modal utama untuk meningkatkan daya saing. Oleh karena itu sumber utama daya saing organisasi pada hakikatnya dari pengetahuan dan salah satu tantangan utama bagi setiap organisasi saat ini adalah hilangnya pengetahuan, karena aset yang paling penting dalam sebuah organisasi adalah pengetahuan.
KM pada dasarnya muncul untuk menjawab
pertanyaan bagaimana seharusnya mengelola
pengetahuan. Kesadaran untuk menerapkan
pendekatan KM ke dalam strategi bisnis diperlukan karena terbukti perusahaan yang menjadikan sumber daya pengetahuan sebagai aset utamanya senantiasa mampu mendorong perusahaan lebih inovatif yang bermuara kepada kepemilikan daya saing perusahaan terhadap para pesaingnya (Sangkala, 2007).
(2)
Menurut Tuomi (2002), konsep KM kadangkala
dikaitkan dengan database, intranet, sistem
management dokumen, akuntasi perusahaan, learning,
strategi bisnis, dan management pengembangan
produk. Ide bahwa keahlian dapat digambarkan di dalam sebuah sistem komputer yang dapat dibutuhkan kapanpun, terlebih pada pemrosesan pengetahuan secara otomatis, dan setiap permasalahan yang di hadapi oleh organisasi hanyalah permasalahan teknis, yang dapat diselesaikan dengan tepat, yaitu dengan cara menggunakan komputer. Menurut pandangan aliran pemrosesan informasi, pengetahuan adalah data dan fakta. Asumsi ini menyebabkan pengetahuan dianggap dapat disimpan di dalam komputer.
Sejak awal 1990an, organisasi telah menyelidiki dan telah menerapkan prinsip-prinsip KM dalam melakukan semua tugas dan difasilitasi oleh akses online (Choo dan Bontis, 2002). Walaupun terkait erat dengan sistem informasi, tetapi fokus utama terletak pada efektivitas penggunaan keahlian manusia. Terkait dengan fenomena tersebut maka Karl (1998), dalam artikelnya memaparkan bahwa pengetahuan organisasi bukanlah sesuatu yang dapat direkam secara objektif
dan disimpan dalam database. Pengetahuan organisasi
merupakan suatu proses aktif di mana para anggotanya mencoba memahami lingkungannya.
(3)
Hal yang esensial dalam KM adalah terbentuknya
lingkungan belajar (learning environment) yang
kondusif, sehingga para pekerja termotivasi untuk belajar, memanfaatkan informasi atau pengetahuan
yang disediakan organisasi, dan
menumbuhkembangkan pengetahuan individualnya, dan pada akhirnya mau berbagi pengetahuan baru
yang didapatnya untuk menjadi pengetahuan
organisasi. Secara sederhana Jann (2006), mengatakan bahwa KM fokus agar manusia di dalamnya makin
produktif untuk menumbuhkembangkan
pengetahuannya dan mau berbagi pengetahuan
(Knowledge Sharing) yang dimilikinya.
Quinn (1992), menemukan peningkatan daya saing organisasi sangat tergantung pada sumber daya yang berbasis pengetahuan. Mendukung pernyataan Quinn, maka Drucker (1997), beragumentasi bahwa pengetahuan telah menjadi sumber daya yang paling berguna dalam dunia bisnis saat ini. Toffler (1990),
mengklaim bahwa pengetahuan adalah sumber
kekuasaan yang paling berkualitas dan kunci
pergeseran kekuasaan ke depan. Pengetahuan
merupakan sumber daya yang sangat penting bagi daya saing sebuah organisasi karena sulit diperdagangkan dan di replikasi. Oleh karena itu pengetahuan
sebenarnya tidak dapat disimpan di dalam database,
(4)
muncul pada saat terjadi interaksi antar individu dan
dalam konteks atau situasi tertentu (Davenport et al,
2000).
KM berfokus pada kesinambungan pengetahuan
yang ditransfer dan dalam upaya mentransfer
pengetahuan di harapkan pengetahuan organisasi tetap
terjaga, meningkatkan efektivitas organisasi dan
meminimalisasikan kesalahan-kesalahan. Nonaka
(1994), berpendapat bahwa transfer pengetahuan
merupakan kombinasi antara tacit dan explicit, sejalan
dengan Nonaka maka Polanyi (1967), dalam penelitian sebelumnya memaparkan bahwa pengetahuan dari waktu ke waktu mengalami perkembangan dan
peningkatan, untuk mentransfer tacit Knowledge
membutuhkan waktu yang sangat panjang dan proses yang berulang-ulang. Berdasarkan pada pemikiran para praktisi maka hal ini relevan dengan fenomena yang terjadi di rumah sakit, yang krisis akan tenaga
medis dan tenaga spesialis berefek pada kualitas
perawatan, kemudian kurangnya pengetahuan
kesehatan akan berdampak pada perawatan pasien dan
hasil kesehatan (Mcglyn et al, 2003).
Penelitian terkait dengan pengelolaan knowledge
di RS menunjukkan bahwa ketidakmampuan dokter untuk mengakses dan menerapkan pengetahuan sangat relevan dengan pemberian perawatan yang tidak optimal terhadap pasien dan diperkirakan sekitar
(5)
98.000 pasien meninggal dunia setiap tahun akibat
malpraktek (Kohn et al, 1991), Kasus yang serupa
terjadi di Jogjakarta (2005), bahwa pemberian obat
sering tidak mengikuti standar terapi akan
menyebabkan malpratek dan persediaan obat habis sebelum waktunya.
Tujuan utama RS didirikan adalah memberikan
pelayanan kesehatan dalam bentuk asuhan
keperawatan, tindakan medik dan diagnostic serta
upaya rehabilitasi medik untuk memenuhi kebutuhan
pasien. RS pada konteks sekarang merupakan sebuah organisasi yang makin kompleks, dimana keadaan
tersebut dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan. Dalam pengelolaan RS, informasi menjadi penting di dokumentasikan agar dapat mengevaluasi progres, maju-mundur penyakit yang diderita pasien,
sehingga untuk tindakan selanjutnya dapat
diperkirakan apa yang seharusnya dilakukan. Hal ini relevan dengan UU praktek kedokteran nomor 29 tahun 2004, pasal 46 ayat 1 “bahwa setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis”.
Sejalan dengan itu Menteri Kesehatan Endang dalam kompas (2012), mengungkapkan bahwa ternyata masih ada RS di Indonesia yang menganggap peran
rekam medis (medical record) belum terlalu penting,
(6)
memudahkan pendataan, tetapi juga menghitung tren penyakit atau jumlah obat. Rekam medis juga akan menjadi dasar pemerintah untuk memberikan jaminan kesehatan dan mendapatkan penilaian akreditasi.
RS merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang memberikan
pelayanan kuratif maupun preventif, serta
menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap, Disamping itu RS berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan tempat penelitian.
Konsep RS pada masa kini memang jauh berbeda dengan konsep pada masa lampau. Pada awal 1900, RS hanya berperan sebagai tempat merawat orang sakit. Kemudian peran ini berkembang sejalan dengan perkembangan Teknologi, Ekonomi dan Politik. Dan keberadaan RS bukan hanya semata-mata sebagai tempat yang hanya berfokus untuk merawat orang sakit (Ristrini, 2005).
Dunia kesehatan merupakan salah satu cabang khusus yang selalu mengalami perubahan berdasarkan pembelajaran dan penelitian yang terkait dengan
ledakan informasi, hasil pembelajaran tersebut
merupakan praktek yang berhubungan dengan tacit
dan explicit Knowledge yang diperoleh melalui pembelajaran aktif, magang, dan pengalaman (Wyatt, 2001). Berdasarkan pada serangkaian permasalahan yang ditemui dan bertolak pada hasil penelitian
(7)
sebelumnya, maka penelitian ini perlu dilakukan lebih lanjut, apakah dengan penerapan KM akan berdampak pada perawatan dan hasil kesehatan pasien pada RSU Puri Asih, Salatiga (Jawa Tengah).
1.2. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk-bentuk pengetahuan yang
terdapat di Rumah Sakit?
2. Bagaimana cara Rumah Sakit menyimpan dan
mengelola pengetahuan yang dimilikinya?
1.3.
Tujuan dan Manfaat PenelitianSejalan dengan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pengetahuan
yang terdapat di Rumah Sakit
2. Untuk mengetahui cara Rumah Sakit menyimpan
dan mengelola pengetahuan yang dimilikinya
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
Manfaat praktis: Knowledge yang dimiliki para
medis terutama secara tacit bisa dituangkan secara
eksplicit, dan bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi tenaga medis lain, dalam upaya
(8)
untuk meminimalisasikan kesalahan medis dan peningkatan pelayan kesehatan bagi pasien, Disisi yang lain untuk mengoptimalkan peran dan fungsi tenaga medis dalam tatanan pelayanan keperawatan, dengan harapan mampu menjadi wahana bagi peningkatan
keefektifan pelayanan perawatan sekaligus lebih
menjamin kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan. Manfaat yang lain kegunaan bagi pihak rumah sakit sendiri adalah dalam upaya untuk mendapatkan penilaian akreditasi.
Manfaat teoritis: kemampuan organisasi dalam
mengelola knowledge yang sebagian besar berada
dalam benak dan perilaku individu-individu dalam
bentuk tacit knowledge merupakan tantangan yang
harus dijawab. Tantangan inilah yang menjadi salah satu pendorong dibutuhkanya penerapan KM di organisasi. Sebab salah satu tujuan implementasi KM adalah agar perusahaan, organisasi, institusi atau RS
dapat menjaga knowledge yang dimilikinya tetap
terpelihara dan senantiasa tersedia untuk dipelajari karyawan maupun tenaga medis yang membutuhkan.
Agar knowledge berada dalam pemeliharaan, maka
perlu dilakukan konversi tacit Knowldege yang dimiliki
karyawan menjadi explicit knowledge, sehingga jika
suatu saat individu pemilik tacit knowledge
(9)
tidak terjadi knowledge loss yang dapat merugikan perusahaan.
(1)
muncul pada saat terjadi interaksi antar individu dan dalam konteks atau situasi tertentu (Davenport et al, 2000).
KM berfokus pada kesinambungan pengetahuan yang ditransfer dan dalam upaya mentransfer pengetahuan di harapkan pengetahuan organisasi tetap terjaga, meningkatkan efektivitas organisasi dan meminimalisasikan kesalahan-kesalahan. Nonaka (1994), berpendapat bahwa transfer pengetahuan merupakan kombinasi antara tacit dan explicit, sejalan dengan Nonaka maka Polanyi (1967), dalam penelitian sebelumnya memaparkan bahwa pengetahuan dari waktu ke waktu mengalami perkembangan dan peningkatan, untuk mentransfer tacit Knowledge membutuhkan waktu yang sangat panjang dan proses yang berulang-ulang. Berdasarkan pada pemikiran para praktisi maka hal ini relevan dengan fenomena yang terjadi di rumah sakit, yang krisis akan tenaga medis dan tenaga spesialis berefek pada kualitas perawatan, kemudian kurangnya pengetahuan kesehatan akan berdampak pada perawatan pasien dan hasil kesehatan (Mcglyn et al, 2003).
Penelitian terkait dengan pengelolaan knowledge di RS menunjukkan bahwa ketidakmampuan dokter untuk mengakses dan menerapkan pengetahuan sangat relevan dengan pemberian perawatan yang tidak optimal terhadap pasien dan diperkirakan sekitar
(2)
98.000 pasien meninggal dunia setiap tahun akibat malpraktek (Kohn et al, 1991), Kasus yang serupa terjadi di Jogjakarta (2005), bahwa pemberian obat sering tidak mengikuti standar terapi akan menyebabkan malpratek dan persediaan obat habis sebelum waktunya.
Tujuan utama RS didirikan adalah memberikan pelayanan kesehatan dalam bentuk asuhan keperawatan, tindakan medik dan diagnostic serta upaya rehabilitasi medik untuk memenuhi kebutuhan pasien. RS pada konteks sekarang merupakan sebuah organisasi yang makin kompleks, dimana keadaan tersebut dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam pengelolaan RS, informasi menjadi penting di dokumentasikan agar dapat mengevaluasi progres, maju-mundur penyakit yang diderita pasien, sehingga untuk tindakan selanjutnya dapat diperkirakan apa yang seharusnya dilakukan. Hal ini relevan dengan UU praktek kedokteran nomor 29 tahun 2004, pasal 46 ayat 1 “bahwa setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis”.
Sejalan dengan itu Menteri Kesehatan Endang dalam kompas (2012), mengungkapkan bahwa ternyata masih ada RS di Indonesia yang menganggap peran rekam medis (medical record) belum terlalu penting, Pada hal Rekam Medis tidak hanya berfungsi untuk
(3)
memudahkan pendataan, tetapi juga menghitung tren penyakit atau jumlah obat. Rekam medis juga akan menjadi dasar pemerintah untuk memberikan jaminan kesehatan dan mendapatkan penilaian akreditasi.
RS merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif, serta menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap, Disamping itu RS berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan tempat penelitian.
Konsep RS pada masa kini memang jauh berbeda dengan konsep pada masa lampau. Pada awal 1900, RS hanya berperan sebagai tempat merawat orang sakit. Kemudian peran ini berkembang sejalan dengan perkembangan Teknologi, Ekonomi dan Politik. Dan keberadaan RS bukan hanya semata-mata sebagai tempat yang hanya berfokus untuk merawat orang sakit (Ristrini, 2005).
Dunia kesehatan merupakan salah satu cabang khusus yang selalu mengalami perubahan berdasarkan pembelajaran dan penelitian yang terkait dengan ledakan informasi, hasil pembelajaran tersebut merupakan praktek yang berhubungan dengan tacit dan explicit Knowledge yang diperoleh melalui pembelajaran aktif, magang, dan pengalaman (Wyatt, 2001). Berdasarkan pada serangkaian permasalahan yang ditemui dan bertolak pada hasil penelitian
(4)
sebelumnya, maka penelitian ini perlu dilakukan lebih lanjut, apakah dengan penerapan KM akan berdampak pada perawatan dan hasil kesehatan pasien pada RSU Puri Asih, Salatiga (Jawa Tengah).
1.2
. Perumusan Masalah PenelitianBerdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk-bentuk pengetahuan yang terdapat di Rumah Sakit?
2. Bagaimana cara Rumah Sakit menyimpan dan mengelola pengetahuan yang dimilikinya?
1.3.
Tujuan dan Manfaat PenelitianSejalan dengan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pengetahuan yang terdapat di Rumah Sakit
2. Untuk mengetahui cara Rumah Sakit menyimpan dan mengelola pengetahuan yang dimilikinya
1.4.
Manfaat PenelitianAdapun manfaat dari penelitian ini adalah:
Manfaat praktis: Knowledge yang dimiliki para medis terutama secara tacit bisa dituangkan secara eksplicit, dan bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi tenaga medis lain, dalam upaya
(5)
untuk meminimalisasikan kesalahan medis dan peningkatan pelayan kesehatan bagi pasien, Disisi yang lain untuk mengoptimalkan peran dan fungsi tenaga medis dalam tatanan pelayanan keperawatan, dengan harapan mampu menjadi wahana bagi peningkatan keefektifan pelayanan perawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan. Manfaat yang lain kegunaan bagi pihak rumah sakit sendiri adalah dalam upaya untuk mendapatkan penilaian akreditasi.
Manfaat teoritis: kemampuan organisasi dalam mengelola knowledge yang sebagian besar berada dalam benak dan perilaku individu-individu dalam bentuk tacit knowledge merupakan tantangan yang harus dijawab. Tantangan inilah yang menjadi salah satu pendorong dibutuhkanya penerapan KM di organisasi. Sebab salah satu tujuan implementasi KM adalah agar perusahaan, organisasi, institusi atau RS dapat menjaga knowledge yang dimilikinya tetap terpelihara dan senantiasa tersedia untuk dipelajari karyawan maupun tenaga medis yang membutuhkan. Agar knowledge berada dalam pemeliharaan, maka perlu dilakukan konversi tacit Knowldege yang dimiliki karyawan menjadi explicit knowledge, sehingga jika suatu saat individu pemilik tacit knowledge meninggalkan perusahaan, organisasi, institusi, RS
(6)
tidak terjadi knowledge loss yang dapat merugikan perusahaan.