UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN BANGUN DATAR MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) DI KELAS III MI MIFTAHUL ULUM POPOH WONOAYU SIDOARJO.

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN BANGUN DATAR MELALUI
PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL)
DI KELAS III MI MIFTAHUL ULUM POPOH WONOAYU
SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh:
YAYUK LISNAWATI
D54211109

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
MATEMATIKA DAN IPA
2015

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN BANGUN DATAR MELALUI
PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL)

DI KELAS III MI MIFTAHUL ULUM POPOH WONOAYU
SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Oleh
Yayuk Lisnawati
D54211109

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
2015


UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA
POKOK BAHASAN BANGUN DATAR MELALUI
PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING ( CTL ) DI
KELAS III MI MIFTAHUL ULUM POPOH WONOAYU
SIDOARJO
Oleh:
YAYUK LISNAWATI
ABSTRAK
Rendahnya tingkat pemahaman konsep siswa terhadap materi bangun datar di kelas
III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo memicu peneliti untuk melakukan
Penelitian Tindakan Kelas agar bisa meningkatkan pemahaman konsep siswa. Salah satu
cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep tersebut dengan
menggunakan pendekan Contextual Teaching Learning (CTL). Karena CTL merupakan
pembelajaran kontekstual yang melibatkan para siswa dalam ativitas penting yang
membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada
pokok bahasan bangun datar melalui pendekatan CTL di Kelas III MI Miftahul Ulum
Popoh Wonoayu Sidoarjo.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang

terdiri dari perangkat-perangkat atau untaian dengan setiap perangkat terdiri dari empat
komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi yang dipandang
sebagai suatu siklus. Siklus akan dihentikan jika target kinerja yang ditentukan telah
tercapai. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MI Miftahul Ulum Popoh
Wonoayu Sidoarjo yang berjumlah 30 siswa, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 12
siswa perempuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan CTL pada pembelajaran
matematika materi bangun datar dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas III
MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo. Data dari hasil tes pemahaman pada siklus
1 menunjukkan pemahaman konsep siswa berada pada tingkat 1 dan 2. Data dari hasil tes
pemahaman pada siklus 2 menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan karena ada
83,33 % siswa yang mengalami peningkatan dan mayoritas berada pada tingkat 3.
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I dan II tersebut dapat disimpulkan
bahwa penerapan pendekatan CTL pada pembelajaran matematika materi bangun datar
dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas III MI Miftahul Ulum Popoh
Wonoayu Sidoarjo.
Kata kunci: Contextual Teaching Learning (CTL), Pemahaman Konsep.

vi


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM .................................................................................... i
HALAMAN MOTTO.................................................................................. ii
LEMAR PERSETUJUAN SKRIPSI.......................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI........................................................

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. v
ABSTRAK................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR................................................................................. vii
DAFTAR ISI ..............................................................................................

ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................


xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii
BAB

I

PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 4
C. Tindakan Yang dipilih ..................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ............................................................ 5
E. Manfaat Penelitian .......................................................... 6
F. Ruang Lingkup Penelitian .............................................. 7

BAB

II


KAJIAN PUSTAKA .......................................................... 13
A. Upaya Peningkatan Pembelajaran ................................. 13
B. Pemahaman .................................................................... 14
C. Definisi Konsep ............................................................. 18
D. Bangun Datar ................................................................ 22
E. Pengertian Contextual Teaching Learning (CTL) ......... 30

ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB

III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS ............ 39
A. Metode Penelitian ....................................................... 39
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian 41
C. Variabel yang Diselidiki ............................................... 45
D. Rencana Tindakan ........................................................ 45

E. Data dan Cara Pengumpulannya .................................. 48
F. Analisis Data ................................................................. 49

BAB

IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................... 52
A. Hasil Penelitian ........................................................... 52
B. Pembahasan ................................................................... 83
C. Kendala Yang Dihadapi Peneliti ................................... 88

BAB

V

PENUTUP............................................................................... 91
A. Simpulan ..................................................................... 91
B. Saran .............................................................................. 91


DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 91
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

................................................ 93

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... 94
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 95

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

3.1


Tahap – tahap Perkembangan Kognitif Piaget............................... 43

3.2

Klasifikasi Penilaian........................................................................ 50

4.1

Tabel Nilai Tes Pemahaman Siklus 1............................................. 58

4.2

Tabel Nilai Akhir Tes Pemahaman Siklus 2................................... 71

4.3

Tabel Perbandingan Nilai Tes Pemahaman Siklus 1 Dan Siklus
Siklus 2..........................................................................................

84


xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

3.1

Alur PTK .................................................................................... 40

5.1

Gambar Siklus 1
Siswa Belum Mampu Mengkondisikan Dalam Kelompok ........ 86


5.2

Gambar Siklus 2
Siswa Sudah Mampu Mengkondisikan Dalam Kelompok ........ 86

5.3

Gambar Siklus 1
Siswa Belum Mampu Bekerjasama Dengan Kelompok ............ 87

5.4

Gambar Siklus 2
Siswa Sudah Mampu Bekerjasama Dengan Kelompok ............. 87

5.5

Gambar Siklus 1
Kegiatan Pembelajaran Belum Berjalan Dengan Tertib ........... 87

5.6

Gambar Siklus 2
Kegiatan Pembelajaran Sudah Berjalan Dengan Tertib .......... 87

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran

matematika

adalah

suatu

proses

yang

diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa guna memperoleh
ilmu pengetahuan dan keterampilan matematika. Salah satu tujuan dari
pembelajaran matematika adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri
siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis,
dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu
permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam
kehidupan sehari-hari.1
Dengan kata lain, matematika merupakan suatu ilmu dasar yang
memegang peranan penting dalam upaya penguasaan IPTEK. 2 Berdasarkan
pentingnya peranan matematika dalam sains dan teknologi, maka upaya
meningkatkan mutu pendidikan dalam pembelajaran matematika selalu
menjadi perhatian para pakar pendidikan. 3 Salah satu upaya yang dapat
ditempuh para pakar pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan
matematika adalah dengan memperbaiki kondisi pembelajaran matematika.
                                                            
 http://wawan-junaidi. blogspot. com/2010/06/pembelajaran-matematika.html (diakses 17 april
2012) 
2
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. Ke2, h.106.
3
Devina Anindha, “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Pendekatan
Kontekstual”, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Surabaya: Perpustakaan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam UNESA, 2007), h.1.t.d
1


 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Hal ini dipandang sangat penting karena pembelajaran merupakan suatu
kegiatan utama di dalam pendidikan. 4
Dari pernyataan di atas, maka dalam pembelajaran seorang guru
diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang dapat membuat siswa
untuk aktif belajar dan mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa.
Salah satu cara yang dapat dilakukan seorang guru untuk meningkatkan
pemahaman konsep siswa terhadap matematika dan membuat siswa aktif
selama pembelajaran adalah dengan menggunakan metode pembelajaran dan
pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
Pembelajaran yang tepat akan memperlancar proses pembelajaran dan
memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan. 5
Namun kenyataan di lapangan seringkali hasil pemahaman konsep
siswa tidak sesuai dengan harapan. Proses pembelajaran masih banyak
menghadapi kendala, diantaranya pelaksanaan kurikulum tingkat satuan
pendidikan masih dijumpai proses pembelajaran yang belum optimal. Banyak
siswa yang mengeluh terhadap materi tersebut, sebagian siswa belum
menguasai dan faham, sebagian siswa menganggap materi sulit, bahkan ada
sekelompok siswa yang pasif, enggan mengeluarkan pendapat tapi bermain
                                                            
4

Eka Nurul Khomariyah, “Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student
Team Achievement Division) Dengan Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir Pada Sub
Pokok Bahasan Aljabar Kelas VIIIA MTs Islamiyah Tulungagung Bojonegoro”, Skripsi Sarjana
Pendidikan Islam, (Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011), h.1.t.d
7
Eka Nurul Khomariyah, op.cit., h.2


 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dengan teman sebaya, sebagian menganggap materi tersebut bukan
pembelajaran yang menyenangkan dan sebagian siswa merasa kesulitan dalam
penerapannya.
Begitu pula yang terjadi di MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo,
dari 30 siswa kelas III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo ketika
diberikan soal pada pokok bahasan bangun datar ada 12 siswa yang
mendapatkan nilai 70, sedangkan lainnya di bawah itu. 6 Rendahnya hasil
belajar siswa tersebut disebabkan antara lain kurangnya pemahaman konsep
siswa terhadap bangun datar.
Berdasarkan kondisi dilapangan tersebut, peneliti ingin merubah
paradigma siswa dengan meningkatkan pemahaman konsep siswa melalui
pendekatan Contextual Teaching And Leraning (CTL). Karena CTL
merupakan pembelajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas
penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan
konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Sehingga siswa dapat lebih
aktif dalam proses pembelajaran dan paradigma siswa berubah, sehingga
matematika menjadi mata pelajaran yang menyenangkan.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi pelajaran dengan
situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara
                                                            
6

Zainal Arifin, Rekapitulasi Ulangan Harian Siswa Kelas III, Rapot 2014 


 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota dan masyarakat. Dengan konsep itu hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami , bukan transfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Proses pembelajaran lebih dipentingkan dari
pada hasil.
Dengan menggunakan pendekatan CTL, di MI Miftahul Ulum Popoh
Wonoayu Sidoarjo khususnya kelas III di harapkan dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan bangun datar menjadi lebih
optimal, siswa yang mendapat nilai dibawah 70 akan berkurang setelah adanya
perubahan paradigma pembelajaran, karena siswa menjadi termotivasi untuk
melakukan kegiatan pembelajaran, sehingga pemahaman konsep siswa
semakin meningkat dan hasil pembelajaran menjadi lebih baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan konteks masalah diatas, maka yang menjadi fokus masalah
dalam penulisan ini adalah:
1. Bagaimana tingkat pemahaman konsep siswa dalam pokok bahasan bangun
datar di Kelas III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoatu Sidoarjo?
2. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan
bangun datar di Kelas III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo?


 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

C. Tindakan Yang Dipilih
Berdasarkan hasil diskusi secara kolaboratif dengan guru mata pelajaran
matematika Kelas III MI.Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo, sebagaimana
telah dijelaskan pada latar belakang, diketahui terdapat masalah dalam
pembelajaran matematika. Masalah tersebut adalah tingkat pemahaman konsep
siswa pada pokok bahasan bangun datar masih rendah. Selama ini pembelajaran
belum terfokus pada pemahaman siswa, hanya berupa latihan latihan yang belum
mengena pada pemahaman konsep. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat
efektifitas pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih rendah dalam
meningkatkan pemahaman konsep siswa. Oleh karena itu dalam penelitian
tindakan kelas ini dipilih pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan bangun datar.
D. Tujuan Penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah di atas,maka tujuan penelitian PTK kami
adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa dalam pokok bahasan
bangun datar di Kelas III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada pokok
bahasan bangun datar di Kelas III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu
Sidoarjo.


 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

E. Manfaat Hasil Penelitian.
1. Bagi Siswa
Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan metode Contextual Teaching Learning (CTL)
sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan
suasana pembelajaran yang menyenangkan.
2. Bagi Guru
Dapat mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai, serta
menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan metode pembelajaran
Contextual Teaching Learning (CTL) sehingga akan meningkatkan
pemahaman konsep siswa dalam pkok bahasan bangun datar.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi guru mata
pelajaran matematika akan pentingnya menciptakan pembelajaran yang
bermakna bagi siswa inovasi dan kreasi pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
Sebagai masukan jika mengalami hambatan dalam penyelenggaraan
pembelajaran serta sebagai upaya untuk memperbaiki dan mengatasi masalah
– masalah pembelajaran yang sedang di hadapi di dalam kelas.


 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

F. Ruang Lingkup
1. Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata “faham” dalam kamus bahasa
Indonesia diartikan menjadi benar. Dikatakan faham apabila seseorang
mengerti dengan benar dan mampu menjelaskan terhadap sesuatu hal.”
Sierpinska mengatakan bahwa pemahaman merupakan pengalaman mental
yang menghubungkan antara obyek satu dengan obyek yang lainny”.7
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Pemahaman adalah
sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar 8 , sehingga
dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami,
cara mempelajari sesuatu dengan baik supaya paham dan mempunyai
pengetahuan.
Dalam belajar unsur pemahaman itu tidak dapat dipisahkan dari
unsur psikologi yang lain. Dengan motivasi, konsentrasi, dan reaksi maka
subyek belajar dapat mengembangkan fakta-fakta, ide-ide atau skill
dengan semua unsur tersebut. Pemahaman dapat juga diartikan menguasai
sesuatu dengan pikiran, karena itu belajar berarti harus mengerti secara
mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasiaplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi.
                                                            
7

Anzora, Pemahaman siswa SD Dalam Menyelesaikan Tugas Klasifikasi Segiempat Ditinjau Dari
Kemampuan Matematika. Tesis (UNESA:2013) h. 10
8
Chaniago Arman YS, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ( Bandung: Pustaka Setia, 2002),
Cet.V, 427-428


 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia
memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep.
Berkaitan dengan pentingnya komponen dalam matematika,
pendekatan NCTM melihat dari kemampuan siswa dalam:
a. Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan.
b. Mengidentifikasi dan membuat contoh dan non contoh.
c. Menggunakan

model,

diagram

dan

simbol-simbol

untuk

mempresentasikan suatu konsep.
d. Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya.
e. Mengenal berbagai makna dari interpretasi konsep.
f. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang
membentuk suatu konsep.
g. Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.9
2. Konsep
Menurut Soedjadi konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan
untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek.

10

Pendapat ini sejalan dengan pendapat Mega Teguh yang mengatakan
bahwa konsep dalam matematika adalah ide abstrak untuk membantu
mengklasifikasikan objek-objek atau benda-benda dan untuk menentukan
                                                            
9

Subagiyana, Peningkatan kemampuan pemahaman dan Kominikasi Matematis Siswa SMP
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI Dengan Pendekatan Kontekstual. Tesis
UPI:Bandung, 2011 
10
Mega Teguh Budiarto, Op C it, H.12 


 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

apakah objek-objek atau benda-benda adalah contoh atau bukan contoh
dari ide abstrak.11
Menurut Bahri pengertian konsep adalah satuan arti yang mewakili
sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki
konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi,
sehingga objek-objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek
dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak
berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu
kata (lambang bahasa).12
Menurut Singarimbun dan Effendi (2009) pengertian konsep adalah
generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai
untuk menggambarkan barbagai fenomena yang sama. Konsep merupakan
suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang
dirumuskan. Dalam merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai
dengan maksud kita memakainya.13
Jadi, konsep dalam matematika adalah pengertian abstrak yang
memungkinkan kita untuk mengklasifikasi (mengelompokan) objek atau
kejadian dan menerangkan apakah objek atau kejadian itu merupakan
contoh atau bukan contoh dari pengertian tersebut.
                                                            
11

Dahar. Ratna Willis, Teori-Teori Belajar, (Jakarta:LPTK,1998), h.93 
 Ibid 
13
 Ibid 
12


 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3. Contextual Teaching Learning (CTL)
Contekstual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem belajar
yang didasarkan pada filosofi bahwa seseorang pembelajar akan mau dan
mampu menyerap materi pelajaran jika mereka dapat menangkap makna
dari dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan dengan
pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. 14
Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak
sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata. Filosofi itulah yang mendasari pengembangan kontekstual
Contextual Teaching and Learning (CTL).
Pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning
(CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam
                                                            
14

Jhonson Elene, B.PHD Cotextual Teaching Learning, Bandung MLC, 2009, h.65-66 

10 
 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan
dari guru dan ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada
hasil. 15
Dengan demikian pembelajaran yang menggunakan pendekatan
kontekstual memiliki ciri harus ada kerja sama, saling menunjang,
gembira,

belajar

dengan

bergairah,

pembelajaran

terintegrasi,

menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, menyenangkan, tidak
membosankan, sharing dengan teman, siswa kritis dan guru kreatif. Proses
kegiatan pembelajaran dapat lebih bermakna jika kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan berangkat dari pengalaman belajar siswa dan guru yaitu
kegiatan siswa dan guru yang dilakukan secara bersama dalam situasi
pengalaman nyata, baik pengalaman dalam kehidupan sehari-hari maupun
pengalaman dalam lingkungan.
4. Bangun Datar
Bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun yang rata yang
mempunyai dua dimensi yaitu panjang dan lebar tetapi tidak mempunyai
tinggi dan tebal. Macam-macam dari bangun datar yaitu:
a. Persegi panjang
b. Persegi
c. Segitiga
                                                            
15

Nurhadi, Pendekatan Kontekstual, Bandung, 2004. h.31 

11 
 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

d. Belah ketupat
e. Trapesium
f. Jajar genjang, dll
Dalam penelitian ini hanya membahas bangun datar bangun persegi
dan persegi panjang dengan ruang lingkup pembahasannya adalah pada
pengertian serta mencari luas dan kelilingnya saja.

12 
 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Upaya Peningkatan Pembelajaran.
Kegiatan belajar mengajar di pengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya faktor teknik mengajar guru. Guru dapat menggunakan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak jenuh dalam
kegiatan pembelajaran. Guru dapat mengaitkan materi yang terdapat dalam
kurikulum dengan kondisi lingkungan atau sesuai dengan dunia nyata
sehingga siswa merasa pembelajaran menjadi lebih bermakna atau memiliki
manfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mewujudkan pembelajaran menjadi bermakna dibutuhkan
strategi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan : 1
1. Menekankan pemecahan masalah
2. Menyadari kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam
berbagai konteks seperti rumah, masyarakat, dan pekerjaan.
3. Mengajar siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka
sendiri sehingga menjadi siswa mandiri.

                                                            
1

Jhonson Elene,B.PHD Contextual Teaching Learning,Bandung,MLC,2009.h 31 

13 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4. Mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbedabeda.
B. Pemahaman
1. Definisi Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata “faham” dalam kamus bahasa
Indonesia diartikan menjadi benar. Dikatakan faham apabila seseorang
mengerti dengan benar dan mampu menjelaskan terhadap sesuatu hal.
” Sierpinska mengatakan bahwa pemahaman merupakan pengalaman mental
yang menghubungkan antara obyek satu dengan obyek yang lainny.”2
Michener menyatakan bahwa pemahaman merupakan salah satu
aspek dalam Taksonomi Bloom. Pemahaman diartikan sebagai penyerapan
arti suatu materi bahan yang dipelajari. Untuk memahami suatu obyek
secara mendalam seseorang mengetahui: (1) obyek itu sendiri, (2) relasinya
dengan obyek lain yang sejenis, (3) relasinya dengan obyek lain yang tidak
sejenis, (4) relasi-dual dengan obyek lain yang sejenis, (5) relasi dengan
obyek dalam teori lainnya.3

                                                            
2

Anzora, Pemahaman siswa SD Dalam Menyelesaikan Tugas Klasifikasi Segiempat Ditinjau Dari
Kemampuan Matematika. Tesis(UNESA:2013)h.. 10 
3
http:///Kemampuan Pemahaman Matematika, Herdian, S.Pd.M.Pd htm.diakses pada 27-12-2014
jam 12.13 WIB 

14 
 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2. Tingkatan-Tingkatan Dalam Pemahaman
Pemahaman merupakan salah satu patokan kompetensi yang
dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Dalam proses
pembelajaran, setiap individu siswa memiliki kemampuan yang berbedabeda dalam memahami apa yang telah dia pelajari. Ada yang mampu
memahami materi secara menyeluruh dan ada pula yang sama sekali tidak
dapat mengambil makna dari apa yang telah dia pelajari, sehingga yang
dicapai hanya sebatas mengetahui. Untuk itulah terdapat timgkatantingkatan dalam memahami.
Menurut Daryanto kemampuan pemahaman berdasarkan tingkatan
kepekaan dan derajad penyerapan materi dapat dijabarkan kedalam 3
tingkatan, yaitu:4
a. Menerjemahkan (translation)
Pengertian menerjemahkan bisa diartikan sebagai pengalihan arti
dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi
abstrak menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang
mempelajarinya. Dengan kata lain, pemahaman translasi digunakan dalam
menyampaikan informasi menggunakan bahasa sendiri dan menyangkut
pemberian makna dari suatu informasi yang bervariasi. Dan kemampuan

                                                            
4

Zuhdi Darmiyati, Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca, ...Hal. 24 

15 
 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

siswa dikatakan berada pada tingkat menerjemahkan ketika memenuhi
komponen berikut:
a) Mampu mendefinisikan konsep verbal dan tulisan.
b) Mampu menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk
mempresentasikan suatu konsep.
c) Mampu mengubah suatu bentuk representasi kebentuk lainnya.
d) Mampu mengenal berbagai makna dan iterpretasi konsep.5
b. Menafsirkan (interpretation)
Kemampuan ini lebih luas daripada menterjemahkan, ini adalah
kemampuan untuk mengenal dan memahami. Menafsirkan dapat dilakukan
dengan cara menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan
yang diperoleh berikutnya, menghubungkan antara grafik dengan kondisi
yang dijabarkan sebenarnya, serta membedakan yang pokok dan tidak
pokok dalam pembahasan. Dan kemampuan siswa dikatakan berada pada
tingkat menafsirkan ketika memenuhi komponen berikut:
a) Mampu mendefinisikan konsep verbal dan tulisan.
b) Mampu menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk
mempresentasikan suatu konsep.
                                                            
5

Subagiyana, Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMP
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dengan Pendekatan Kontekstual. Tesis
UPI:Bandung, 2011 

16 
 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

c) Mampu mengubah suatu bentuk representasi kebentuk lainnya.
d) Mampu mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep.
e) Mampu mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat
yang menentukan suatu konsep.
f) Mampu membandingkan dan membedakan konsep-konsep.6
c. Mengekstrapolasi (extrapolation)
Ekstrapolasi menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi
karena seseorang dituntut untuk bisa melihat sesuatu dibalik yang tertulis.
Membuat ramalan tentang konsekuensi atau memperluas persepsi dalam arti
waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya. Dan kemampuan siswa
dikatakan berada pada tingkat mengekstrapolasi ketika memenuhi
komponen berikut:
a) Mampu mendefinisikan konsep verbal dan tulisan.
b) Mampu menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk
mempresentasikan suatu konsep.
c) Mampu mengubah suatu bentuk representasi kebentuk lain.
d) Mampu mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep.

                                                            
6

Subagiyana, Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMP
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dengan Pendekatan Kontekstual. Tesis
UPI:Bandung, 2011 

17 
 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

e) Mampu mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat
yang menentukan suatu konsep.
f) Mampu membandingkan dan membedakan konsep-konsep.
g) Mampu mengestiminasi.
h) Mampu memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep.7
C. Definisi konsep
Menurut Soedjadi konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan
untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek.8 Pendapat
ini sejalan dengan pendapat Mega Teguh yang mengatakan bahwa konsep
dalam matematika adalah ide abstrak untuk membantu mengklasifikasikan
objek-objek atau benda-benda dan untuk menentukan apakah objek-objek atau
benda-benda adalah contoh atau bukan contoh dari ide abstrak.9
Jadi, konsep dalam matematika adalah pengertian abstrak yang
memungkinkan kita untuk mengklasifikasi (mengelompokan) objek atau
kejadian dan menerangkan apakah objek atau kejadian itu merupakan contoh
atau bukan contoh dari pengertian tersebut.

                                                            
7

Subagiyana, Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMP
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dengan Pendekatan Kontekstual. Tesis
UPI:Bandung, 2011 
8
Mega Teguh Budiarto, Op. Cit, H. 12 
9
Dahar.Ratna Willis, Teori-Teori Belajar, (Jakarta:LPTK, 1998), h.93 

18 
 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Penekanan utama pembelajaran matematika yang baik adalah
bagaimana agar siswa memahami konsep-konsep matematika dengan baik
karena siswa yang memahami konsep akan mampu mengeneralisasikan
pengetahuanya. Untuk memahami sebuah konsep, seorang siswa harus
mengetahui nama konsep, atribut konsep dan suatu definisi yang membatasi
konsep tersebut.

Menurut Dahar, untuk memahami konsep perlu

memperhatikan hal-hal berikut ini: 10
a. Nama Konsep
Untuk mempermudah dalam mengkomunikasikannya, konsep perlu
diberi nama. Nama itu simbol arbitrar (sembarang) yang digunakan dalam
menyatakan konsep. Dengan menyetujui nama konsep, maka orang dapat
berkomunikasi tentang konsep tersebut.
b. Atribut Konsep
Atribut konsep adalah ciri-ciri konsep yang diperlukan untuk
membedakan contoh dan non contoh konsep.
c. Definisi
Menurut Soedjadi definisi adalah ungkapan yang membatasi suatu
konsep. 11 Dengan adanya definisi orang dapat membuat ilustrasi atau

                                                            
10

Dahar. Ratna Willis, Teori-Teori Belajar, (Jakarta:LPTK, 1998), h. 124 
Dahar, Ratna Willis, Op.Cit.h.107 

11

19 
 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

gambar atau lambang dari konsep yang didefinisikan. Sehingga menjadi
semakin jelas apa yang dimaksud dengan konsep tertentu.
d. Contoh dan non contoh
Dengan

membuat

daftar

atribut-atribut

suatu

konsep,

pengembangan konsep dapat diperlancar. Untuk mempermudah siswa
dalam memahami konsep, hendaklah contoh konsep dipasangkan dengan
noncontoh konsep. Dengan memperhatikan contoh dan noncontoh konsep,
siswa dapat memahami arti konsep melalui pengalamanya. Bagi guru, hal
terpenting adalah bagaimana dapat menyediakan contoh dan noncontoh
konsep yang relevan, cukup dan bervariasi contoh :
“Segitiga” merupakan contoh sebuah konsep, sedangkan “segitiga adalah
bangun datar yang dibatasi oleh tiga sisi yang membentuk tiga titik sudut”
merupakan contoh dari definisi dan atributnya adalah memiliki tiga sisi
dan tiga titik sudut. Dengan mengetahui atribut-atribut konsep siswa akan
dapat membedakan bangun datar yang termasuk dalam segitiga atau
bukan.
Proses pencapaian pemahaman siswa dalam memahami sebuah
konsep matematika terdiri dari beberapa tingkatan. Tingkat-tingkat
pencapaian konsep tersebut adalah tingkat konkrit, tingkat identitas,

20 
 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

klasifikatori dan tingkat formal.

12

Berikut uraian keempat tingkat

pencapaian konsep tersebut:
a) Tingkat konkrit
Seorang anak dikatakan mencapai konsep pada tingkat konkrit
apabila dia mengenal suatu benda yang telah dihadapi sebelumnya. Untuk
mencapai konsep tingkat konkrit siswa harus dapat memperhatikan benda
itu dan dapat membedakannya dari stimulus-stimulus lain yang ada
disekitarnya. Selanjutnya dia harus menyajikan benda itu sebagai
gambaran mental dan menyimpan gambaran mental itu. Jadi kegiatan yang
harus dilakukan anak untuk mencapai konsep tingkat konkrit adalah
memperhatikan, mendeskriminasi dan mengingat.
b) Tingkat identitas
Seorang siswa yang berada pada tingkat identitas akan mengenal
suatu objek sesudah selang waktu tertentu atau ruang yang berbeda atau
dengan indera yang berbeda. Pada tingkatan ini juga siswa sudah dapat
melakukan generalisasi atau mengenal dua atau lebih bentuk identik dari
objek yang sama adalah merupakan anggota dari kelas yang sama.
c) Tingkat klasifikatori
Pada tingkat klasifikatori siswa mengenal kesamaan (ekivalensi)
dari dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama. Meskipun siswa itu
                                                            
12

Amin Bukhori, dkk, Senang Matematika 3, Bandung, 2007, h.23 

21 
 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

tidak dapat menentukan atribut kata yang dapat mewakili konsep itu, tetapi
dia dapat mengklasifikasikan contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh
dari konsep, sekalipun contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh tersebut
mempunyai banyak atribut yang mirip. Pada tingkatan ini siswa
melakukan kegiatan mental tambahan yaitu melakukan generelisasi bahwa
dua atau lebih contoh sampai batas-batas tertentu itu ekivalen. Dalam hal
ini siswa mengebstraksikan kualitas-kualitas yang sama yang dimiliki oleh
objek-objek itu.
d) Tingkat formal
Untuk mencapai konsep pada tingkat formal, siswa harus dapat
menentukan atribut-atribut yang membatasi konsep. Dengan demikian
dapat disimpulkan, bahwa seorang siswa telah mencapai suatu konsep
pada tingkat formal jika siswa itu dapat memberi nama konsep itu,
mendefinisikan

konsep

itu

dalam

atribu-atribut

kriterianya,

mendeskriminasikan dan memberi nama atribut-atribut yang membatasi,
dan mengevaluasi atau memberikan secara verbal contoh-contoh dan
noncontoh-noncontoh konsep.
D. Bangun Datar
Bangun datar adalah sebuah bangun yang berupa bidang datar
yang dibatasi oleh beberapa ruas garis. 13 Jumlah dan model yang membatasi
                                                            
13

Jhonson Elene, B.PHD Contextual Teaching Learning, Bandung MLC, 2009. H.14 

22 
 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

bangun tersebut menentukan nama dan bentuk bangun datar tersebut. Bangun
datar adalah bangun yang rata yang mempunyai dua dimensi yaitu panjang
dan lebar, tetapi tidak mempunyai tinggi dan tebal.14
Bangun datar adalah bangun dua

demensi yang hanya memiliki

panjang dan lebar, yang dibatasi oleh garis lurus atau lengkung. Bangunbangun geometri baik dalam kelompok bangun datar maupun bangun ruang
merupakan sebuah konsep abstrak. Artinya bangun-bangun tersebut bukan
merupakan sebuah benda konkret yang dapat dilihat maupun dipegang.
Demikian pula dengan konsep bangun geometri, bangun-bangun tersebut
merupakan suatu sifat, sedangkan yang konkret, yang biasa dilihat maupun
dipegang, adalah benda-benda yang memiliki sifat bangun geometri.
Misalnya persegi panjang, konsep persegi panjang merupakan sebuah konsep
abstrak yang diidentifikasikan melalui sebuah karakteristik.
Bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun yang rata yang
mempunyai dua dimensi yaitu panjang dan lebar tetapi tidak mempunyai
tinggi dan tebal. Dengan demikian pengertian bangun datar adalah abstrak.
Bangun datar ditinjau dari segi sisinya dapat digolongkan menjadi dua
jenis, yakni bangun datar bersisi lengkung dan lurus. Bangun datar bersisi
lengkung antara lain lingkaran, ellips. Bangun datar yang bersisi lurus antara

                                                            
14

Hartono, Matematika VIII, Pusat Perbukuan, Jawa Tengah; 2008 

23 
 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

lain segitiga, persegi, persegi panjang, layang-layang, jajaran genjang dan
lain-lain.
Untuk memperkenalkan gambar bangun datar dapat kita perkenalkan
beberapa potongan kertas berbentuk bangun datar

atau juga dengan

menggunakan benda-benda yang ada di sekitar yang berbentuk bangun
datar.15
Macam-macam bangun datar:
1.

Persegi adalah segi empat dengan sisi-sisi sama panjang dan empat sudut
siku-siku.
Sifat-sifat persegi adalah sebagai berikut:
a. Luas persegi adalah hasil kuadrat dari panjang sisinya dengan rumus :
L = S x S atau S ²
b. Keliling = S + S + S +S atau 4 x S
c. Sudut-sudutnya sama besar yaitu 900
d. Sisi yang berhadapan sama panjang.
e. Kedua diagonalnya saling membagi sama panjang

2.

Persegi panjang adalah bangun 2 dimensi yang memiliki 4 buah sisi segi

                                                            
15

Yuniarto, Ensiklopedi Matematika Bangun Datar dan Bangun Ruang Skalasimetri (Bandung
PT. Ikrar Mandiriabadi 2007), 78

24 
 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

empat dengan 2 panjang sisi yang sama panjang dan saling sejajar serta 4
sudut siku-siku.
Sifat-sifat persegi panjang adalah sebagai berikut:
a)

Sudut-sudutnya sama besar yaitu 900.

b)

Sisi yang berhadapan sama panjang.

c)

Kedua diagonalnya saling membagi sama panjang.

d)

Mempunyai dua simetri lipat dan simetri dua simetri putar.

e)

Rumus Luas = panjang x lebar.

f)

Rumus Kelilingnya = ( 2 x panjang ) + ( 2 x lebar ).

3. Segitiga adalah bangun datar yang dibatasi oleh tiga ruas garis dengan
mempunyai tiga titik sudut. Luas segi tiga adalah hasil perkalian panjang
sisi alas dengan tinggi segi tiga yang kemudian dikalikan lagi ½, dengan
rumus :
- Luas = ½ x alas x tinggi.
- Keliling = sisi 1 + sisi 2 + sisi 3
Menurut panjang sisinya :
a. Segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang dan
semua sudutnya juga sama besar, yaitu 600
25 
 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

b. Segitiga saama kaki adalah
a
segittiga yang dua
d dari tigga sisinya sama
panjang. Seegitiga ini memiliki
m
du
ua sudut yanng sama bessar.
c. Segitiga sembarang
s
adalah seegitiga yanng ketiga sisinya berrbeda
panjangnyaa. Besar sem
mua sudutny
ya juga berbbeda.
Meenurut besarr sudut terbbesarnya :
a. Segitiga siku-siku addalah segitig
ga yang besar sudut teerbesarnya sama
dengan 900. Sisi di deppan sudut 900 disebut sisi
s miring.
b. Segitiga lanncip adalahh segitiga yaang besar suudut terbesaarnya < 900.
c. Segitiga tumpul adalahh segitiga yang
y
besar sudut terbesaarnya > 900.
d. Jumlah suddut segitiga adalah 180
00.
5.

B
Belah
Ketuppat adalah jaajar genjang
g dengan 4 buah sisi saama panjang dan
2 pasang suduut sama bessar.
R
Rumusnya

- Luas =

- Keliling = 4 x sisin
nya
S
SifatSifat:
a. Mempunyyai 2 simetrii lipat.

26
 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

b. Mempunyai 2 simeteri putar.
c. Mempunyai 4 titik sudut.
d. Sudut yang berhadapan besarnya sama.
e. Sisinya tidak tegak lurus.
f. Mempunyai 2 diagonal yang berbeda panjangnya
6.

Trapesium adalah bangun datar yang memiliki 4 buah sisi segi empat
dengan sepasang sisi sejajar dan sepasang sisi lain yang tidak sejajar.
Rumusnya :
-

Luas = ½ ( a + b ) x tinggi

-

Keliling = sisi 1 + sisi 2 + sisi 3 + sisi 4

Jenis-jenis trapesium:
a. Trapesium Sembarang
- mempunyai sisi-sisi yang berbeda.
b. Trapesium Siku-Siku
- mempunyai sudut siku-siku.
c. Trapesium Sama Kaki
- mempunyai sepasang kaki sama panjang

27 
 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7.

Jajar Genjang adalah bangun datar yang memiliki 4 sisi segi empat
dimana masing-masing sisi yang berlawanan sama panjang dan sejajar
dan sudut-sudut yang berlawanan sama besar.
Rumus :
- Luas = alas x tinggi
- Keliling = ( 2 x sisi miring ) + ( 2 x sisi panjang )
Sifat-Sifat:
a. Tidak mempunyai simetri lipat dan simetri putar.
b. Sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang.
c. Dua sisi lainnya tidak saling tegak lurus.
d. Mempunyai 4 sudut, 2 sudut berpasangan dan berhadapan.
e. Sudut yang saling berdekatan besarnya 180 .
f. Mempunyai 2 diagonal yang tidak sama panjang.

8.

Layang-layang adalah bangun 2 dimensi yang memiliki4 buah sisi
segiempat , 2 sisi yang pendek memiliki panjang yang sama , begitu juga
2 sisi yang panjang.16
Rumusnya :

                                                            
16

Susanah, Geometri;UNESA University Press, 2004 

28 
 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

- Luuas =

- Keeliling = (22 x sisi pend
dek ) + ( 2 x sisi panjjang )
S
Sifat-sifatny
ya sebagai berikut :
a. Saalah satu diaagonalnya merupakan
m
s
sumbu
simeetri.
b. Siisi-sisinya sepasang-sep
s
pasang sam
ma besar.
c. Seepasang suddut yang berrhadapan saama besar.
d. Saalah satu diaagonal mem
mbagi dua saama panjangg dan tegak lurus
diagonal yangg lain.
8.

L
Lingkaran
L
Lingkaran
m
merupakan
k
kurva
tertuttup sederhanna beraturann. Rumusny
ya :
- Luas = ∏ r x r attau
Dimana ∏ =

x r²

atau 3,14

- Keliling = 2 x ∏ x r atau ∏ x d
Dimana r adalah jaari ± jari daan d adalahh diameter
Sifat-Sifat :
a
a.

Jumlahh derajat linngkaran sebeesar 3600.
29

 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

b.

Lingkaran mempunyai 1 titik pusat.

c.

Mempunyai simetri lipat dan simetri putar yang jumlahnya tidak
terhingga.

d.

Istilah-istilah dalam lingkaran:
-

Diameter lingkaran (d) yaitu ruas garis yang menghubungkan
dua titik pada busur lingkaran melalui titik pusat lingkaran.

-

Jari-jari lingkaran (r) yaitu ruas garis yang menghubungkan
titik pada busur lingkaran dengan titik pusat lingkaran.

-

Tali busur yaitu garis yang menghubungkan dua titik pada
busur lingkaran dan tidak melewati titik pusat lingkaran.

-

Busur yaitu bagian lingkaran yang dibagi oleh tali busur.

-

Juring yaitu daerah pada lingkaran yang dibatasi oleh 2 jari-jari
maupun busur lingkaran.

-

Susut pusat yaitu sudut yang dibentuk oleh 2 buah jari-jari.

E. Pengertian Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL)
Contekstual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem belajar yang
didasarkan pada filosofi bahwa seseorang pembelajar akan mau dan mampu
menyerap materi pelajaran jika mereka dapat menangkap makna dari dalam

30 
 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan dengan pengetahuan dan
pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. 17
Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak
sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep,
atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata. Filosofi itulah yang mendasari pengembangan kontekstual Contextual
Teaching and Learning (CTL).
Pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep
itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru dan ke siswa. Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil. 18

                                                            
17
18

Jhonson Elene, B.PHD Cotextual T

Dokumen yang terkait

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ( Penelitian Tindakan Kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok)

0 14 135

Peningkatan hasil belajar siswa pada konsep sumber energi gerak melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL): penelitian tindakan kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok

2 3 135

Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

0 7 208

Peningkatan Hasil Belajar PKn dalam Materi Peranan Globalisasi Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) di kelas IV MI. Masyirotul Islamiyah Tambora Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 4 180

Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV MI Mathlaul Anwar

0 15 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep perkembangbiakan tumbuhan melalui pendekatan kontekstual: penelitian tindakan kelas di MI Hidayatul Athfal Gunungsindur

0 19 141

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning Siswa Kelas III SDN 02 Gondosuli, Tawangmangu Karanganyar Tahun 2011/2

0 0 15

Peningkatan Kemampuan Membedakan Bangun Datar Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas V SLB-C Immanuel Tahun 2015/2016.

0 0 16

PENINGKATAN PEMAHAMAN PENGGOLONGAN MAKHLUK HIDUP PELAJARAN IPA MELALUI MEDIA MIND MAPPING PADA SISWA KELAS III MI MIFTAHUL ULUM MERGOBENER SIDOARJO.

0 0 84

Peningkatan Hasil Belajar Luas Bangun Datar Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Siswa Kelas III SDN 31 Lubuk Alung

0 1 7