LAYANAN BIMBINGAN KARIR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 8 SURABAYA.

(1)

SKRIPSI

Oleh: ABDUL WARIS

D53212067

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Abdul Waris, NIM D53212067, 2016. Bimbingan Konseling Karir Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 8 Surabaya. Skripsi Program Studi Bimbingan Konseling, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Unversitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh masalah masyarakat yang masih belum bisa menerima dan belum bisa percaya kemampuan dari anak berkebutuhan khusus, dan selain itu hanya beberapa sekolah formal baik negeri maupun swasta yang masih menerima anak berkebutuhan khusus untuk bisa belajar dan bersosialisasi dengan siswa regular, dan perusahaan atau industry yang masih belum banyak menerima karyawan anak berkebutuhan khusus. Dari beberapa permaslahan tersebut peneliti mencoba mencari solusi di salah satu sekolah kejuruan yang menerima anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama dengan anak normal, dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui layanan bimbingan karir yang ada di sekolah tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif, dan untuk pengumpulan data terkait dengan anak berkebutuhan khusus menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi yang kemudian akan dianalisis serta diverifikasi untuk memperoleh kesimpulan. Penelitian ini berlokasikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 8 Surabaya, meneurut informasi SMK Negeri 8 Surabaya merupakan salah satu sekolah yang menerima anak berkebtuhan khusus.

Dari hasil temuan di SMK Negeri 8 Surabaya, bahwasanya 1) peran guru BK untuk penanganan anak berkebutuhan khusus dibantu oleh guru pendamping khusus. 2) layanan bimbingan karir di SMK Negeri 8 Surabaya ialah bekerja sama dengan instansi luar, seperti hotel, salon kecantikan dan tatabusana. 3) faktor pendukung guru pendamping adalah semangat orang tua dalam mendampingi dan mendukung kegiatan dari sekolah, faktor penghambatnya adalah komunikasi dan pendampingan ketika praktek. 4) anak berkebutuhan khusus lulusan SMK Negeri 8 Surabaya ada yang keterima bekerja di suatu salon kecantikan dan mendapatkan beasiswa untuk mengembangkan karir, selain itu ada yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau perguruan tinggi, seperti universitas adi buana surabaya, sekolah tinggi ilmu komunikasi surabaya dan sebagianya.


(7)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ... i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... ii

SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO ... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ... 1

B. Rumusan masalah... 8

C. Tujuan masalah ... 8

D. Penelitan terdahulu ... 9


(8)

xii

F. Manfaat penelitian ... 11

G. Definisi konseptual... 12

H. Sistematika pembaasan ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEPTUAL TENTANG LAYANAN BIMBINGAN KARIR 1. Penegertian bimbingan konseling ... 17

a. Pengertian bimbingan... 17

b. Pengertian konseling ... 18

c. Pengertian bimbingan dan konseling ... 19

2. Pengertian layanan bimbingan karir... 19

3. Tujuan bimbingan karir ... 22

4. Prinsip bimbingan karir ... 23

5. Langkah-langkah pemilihan karir ... 25

6. Pelaksanaan bimbingan karir ... 27

7. Model konseling karir ... 28

B. TINJAUAN KONSEPTUAL TENTANG ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) 1. Penegrtian anak berkebutuhan khusus ... 31


(9)

xiii

3. Macam-macam anak berkebutuhan khusus ... 36

C. TINJAUAN PUSTAKA TENTANG LAYANAN BIMBINGAN KARIR DI SEKOLAH 1. Peran guru bimbingan dan konseling ... 49

2. Pelaksanaan bimbingan karir di sekolah ... 51

3. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksaan layanan bimbingan karir di sekolah ... 52

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan jenis penelitian ... 56

B. Informan ... 59

C. Kehadiran peneliti ... 60

D. Sumber data ... 61

E. Metode pengumpulan data ... 63

F. Analisis data ... 65

G. Pengecekan keabsahaan data... 69

H. Tahapan penelitian ... 73

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi objek penelitian 1. Sejarah berdirinya SMK Negeri 8 Surabaya ... 75


(10)

xiv

3. Letak geografis SMK Negeri 8 Surabaya ... 77

4. Visi dan misi SMK Negeri 8 Surabaya ... 78

5. Struktur organisasi SMK Negeri 8 Surabaya ... 79

6. Keadaan guru dan siswa SMK Negeri 8 Surabaya ... 80

7. Sarana dan pra-sarana SMK Negeri 8 Surabaya ... 85

B. Analisis tentang bimbingan karir anak berkebutuhan khusus SMK Negeri 8 Surabaya 1. Peran guru bimbingan konseling dalam menangani anak berkebutuhan khusus ... 88

2. Layanan bimbingan karir anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya ... 92

3. Faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan bimbingan karir anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya ... 99

4. Hasil bimbingan karir anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya ... 102

BAB V PEMBAHASAN A. Peran guru bimbingan konseling dalam menangani anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya ... 107

B. Layanan bimbingan karir anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya ... 109

C. Faktor penghambat dan pendukung dalam bimbigan karir anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya ... 111


(11)

xv

D. Hasil bimbingan karir anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya ... 114

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ... 117 B. Saran ... 118 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Foto kegiatan anak berkebutuhan khusus

2. Daftar nama anak berkebutuhan khusus yang lulus tahun ajaran 2016

3. Bentuk kerja sama SMK Negeri 8 Surabaya dengan instansi luar

4. Surat pengajuan penelitian 5. Surat penelitian

6. Surat bukti penelitian di SMK Negeri 8 Surabaya 7. Lembaran bimbingan skripsi


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Setiap anak mempunyai potensi masing-masing, tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus yang secara fisik mempunyai keterbatasan, tetapi secara potensi mereka mempunyai kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita yang sama seperti anak normal lainnya. Pendidikan hadir sebagai wadah untuk mengembangkan dan mengarahkan potensi anak tersebut agar semakin berkembang dan terarah.

Salah satu persoalan yang dihadapi anak berkebutuhan khusus adalah bagaimana mengupayakan jaminan pendidikan lanjut dan bagaimana setelah peserta didik ini menyelesaikan pendidikan di tinkatan sekolah. Apakah mereka dapat bersaing dan dapat memiliki karir yang layak di dunia yang memandang keluarbiasaan sebagai sebuah kelainan, keterbelakangan, dan bentuk-bentuk diskriminasi lainnya. Sampai kini hanya sedikit penyandang keluarbiasaan yang dapat kesempatan bersaing dan memiliki karir yang layak, mengingat kompleksnya permasalahan dan dampak yang ditimbulkan oleh keluarbiasaan. Baik yang menyangkut dampak psikologis, dan dampak sosialnya.

Peran para penyandang cacat dalam pembangunan nasional sangat penting untuk mendapat perhatian dan didayagunakan sebagaimana mestinya. Seperti yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 31 Setiap warga


(13)

negara berhak mendapat pendidikan. Selain itu, sarana dan upaya untuk memberikan perlindungan hukum terhadap kedudukan, hak, kewajiban, dan amanat hak atas pendidikan bagi yang menyandang kelainan atau ketunaan di tetapkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 32 di sebutkan bahwa: “pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, ddan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa”.1 Bahkan ada beberapa instrumen hukum yang dilahirkan untuk melindungi hak penyandang cacat untuk bekerja. Berkaitan dengan itu, negara menjamin pendidikan tiap anak termasuk anak dengan penyandang tunagrahita yang tercantum dalam UU RI No 23 Tahun 2002 Bab III Pasal 9 ayat 2 “Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus”.2 Tetapi pada jenis pendidikan tertentu, memang ada

yang tidak bisa diikuti oleh anak berkebutuhan khusus. Para penyandang cacat fisik, selain mendapatkan kesempatan untuk belajar, mereka juga mendapatkan program bimbingan yang diperuntukkan bagi semua peserta didik.

1 Undang-Undang, SISDIKNAS (sistem pendidikan nasional) nomor 20 tahun 2003 disertai penjelasan, hal 26

2 Redaksi Sinar Grafika, UU Perlindungan Anak (UU RI No. 13 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), 7


(14)

3

Perkembangan karir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan manusia, karena itu prinsip-prinsip yang berlaku bagi perkembangan manusia pada umumnya berlaku bagi perkembangan karir. Siswa yang berada pada masa remaja mulai mengenal karir atau pekerjaan yang diperoleh dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah. Tugas-tugas perkembangan bagi siswa di sekolah sebagai calon tenaga kerja ialah memilih lapangan kerja yang sesuai dengan potensi-potensi yang dimilikinya, keterampilan berfikir, kemaampuan kerja dan sikap terhadap pekerjaan, tetapi kenyataanya saat kelulusan siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di hadapkan pada situasi pilihan, yaitu: melanjutkan studi ke perguruan tinggi atau harus memasuki dunia kerja. Masalah yang terjadi pada siswa dalam rangka persiapan memasuki dunia kerja diantaranya siswa belum mampu mengembangkan karirnya ketika sesudah memilih jurusan sesuai dengan yang dipilihnya di sekolah.

Bimbingan dirumuskan sebagai proses bantuan individu untuk membantu siswa mengerti diri mereka dan dunianya.3 Bimbingan di

sekolah adalah suatu proses pemberian bantuan kepada anak didik yang dilakukan secara terus menerus, supaya anak didik dapat memahami dirinya, sehingga sanggup mengarahkan diri dan bertingkah laku wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan

3 Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992) hal.56


(15)

masyarakat.4 Tujuan dari program bimbingan karir ini adalah membantu individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, dan mengembangkan masa depannya yang sesuai dengan bentuk kehidupannya yang diharapkan. Lebih lanjut dengan layanan bimbingan karier, individu mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya sehingga mampu mewujudkan dirinya secara bermakna.5

Dalam sistem pendidikan Indonesia, konselor di sekolah menengah mendapat peran dan posisi atau tempat yang jelas, yaitu sebagai salah satu komponen student support service, adalah men-support perkembangan aspek-aspek pribadi, sosial karir, dan akademik peserta didik, melalui pengembangan menu program bimbingan dan konseling pembantuan kepada peserta didik. Selain itu, peran guru bimbingan dan konseling sebagai konselor yaitu untuk mendorong perkembangan individu, membantu memecahkan masalah, dan mendorong tercapainya kesejahteraan (will being) individu secara fisik, psikologis, intelektual, emosional ataupun spiritual.6 Sehingga dengan demikian, para siswa yang

akan melanjutkan pelajaran, atau memilih program studi, serta yang akan

4 Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia,2002), hal. 13

5 Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan (Bandung: Refika Aditama, 2009), hal. 16-17

6 Dede Rahmat Alidayat & alerdi, Bimbingan Konseling Kesehatan Mental di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 114.


(16)

5

langsung terjun ke dunia kerja, memerlukan bimbingan karir secara bijaksana.7

Proses pembentukan pribadi tidak hanya terletak pada sekolah pendidikan formal, akan tetapi juga terletak pada pendidikan keluarga dan masyarakat untuk pengembangan diri anak tersebut. Pengembangan diri berarti mengembangkan bakat yang dimiliki, mewujudkan impian-impian, meningkatkan rasa percaya diri, menjadi kuat dalam menghadapi cobaan dan menjalani hubungan yang baik dengan sesamanya yang dapat di capai melalui upaya belajar dari pengalaman, menerima umpan balik dari orang lain, melatih kepekaan terhadap diri-sendiri dan orang lain dan mempercayai suara hati.

Sesuai dengan amanat alam undang-undang pokok pendidikan, perberdayaan anak berkebutuhan khusus melalui pendidika harus tetap menjadi salah satu agenda pendidikan nasional, agar supaya anak berkebutuhan khusus memiliki jiwa kemandirian dan dapat berinteraksi/ bersosialisasi dengan siswa yang reguler.

Pendidikan inklusif bukan nama lain untuk “pendidikan anak

berkebutuhan khusus” pendidikan inklusif menggunakan pendekatan yang

berbeda dalam mengidentifikasi dan memcoba memecahkan kesulitan yang muncul disekolah. Pendidikan inklusif merupakan pergeseran dari

7 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir) (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), hal. 195


(17)

kecemasan tentang suatu kelompok tertentu menjadi upaya yang difokuskan untuk mengatasi hambatan untuk belajar dan berpartisipasi.8

Melalui pendidikan inklusif ini muncul harapan dankemungkinan bagi mereka yang tergolong kelompok minoritas dan terabaikan untuk memperoleh kesempatan pendidikan bersama dengan teman-teman sebayanya secara lebih inklusif (tidak terpisahkan). Dengan berdasarkan pemikiran bahwa hak mendapat pendidikan merupakan hak asasi manusia yang paling mendasar dan merupakan sebuah pondasi untuk hidup bermasyarakat.

Pada umumya, sekolah-sekolah umum hanya menyelenggarakan pendidikan reguler, yang mana siswa-siswanya adalah anak-anak normal yang tidak mengalami kebutuhan khusus dalam pendidikannya. SMK Negeri 8 Surabaya merupakan salah satu sekolah yang melaksanakan sistem kelas inklusif karena didalamnya terdapat anak berkebutuhan khusus yang belajar bersama-sama anak normal lainnya.

Di SMK Negeri 8 Surabaya sekitar tahun 2000 sudah mulai menerapkan atau menerima siswa anak berkebutuhan khusus akan tetapi pada saat itu di batasi untuk bisa masuk, yaitu hanya tunarungu dan tunawicara. Dan di tahun 2008 SMK Negeri 8 surabaya mulai menerima anak berkebutuhan khusus secara umum dan dalam hal ini juga di dukung oleh pemerintah Surabaya, pada tahun 2015 setiap sekolah menengah SMA/SMK wajib menerima siswa anak berkebutuhan khusus, dan

8 Sue Stubbs, pendidikan inklusif ketika hanya sedikit sumber, (Bandung: UPI jurusan pendidikan luar biasa, 2002), hal 38


(18)

7

pemerintah kota membantu dalam hal tenaga pendamping serta guru pengajar khusus untuk anak berkebutuhan khusus Dan dukungan sekolah juga terlihat dari jumlah guru BK yang ada, yaitu ada tiga guru yang selalu siap dan di bantu oleh enam staff, jadi total ada Sembilan yang bertugas di ruang BK dan tenaga pengajar serta pendamping yang berjumlah lima orang.

Pada tahun 2016 di SMK Negeri 8 Surabaya anak berkebutuhan khusus berjumlah sekitar 50 siswa dengan berbagai macam karakter dan berbeda keterbatasan yang di miliki, dan dari 50 siswa anak berkebutuhan khusus yang ada di SMK Negeri 8 Surabaya terbagi kedalam 3 kelas dan jurusan masing-masing. khusus anak ABK ada lima jurusan yang di berikan oleh sekolah, yaitu: jurusan tata boga, jurusan tata busana, jurusan tata kecantikan (kecantikan kulit dan kecantikan rambut).

Dengan memberi kesempatan yang sama kepada anak berkemampuan berbeda untuk memperoleh pengajaran dan pendidikan, berarti memperkecil kesenjangan angka partisipasi pendidikan normal dengan anak berkelaianan. Dalam kelas inklusi terdapat peserta didik yang normal dan yang berkebutuhan khusus dan karakteristik yang berbeda-beda dengan siswa lainnya. Oleh karena itu dalam kelas inklusi ini tidak ada pemisahan antara anak yang tumbuh secara normal dan anak yang berkebutuhan khusus (ABK)


(19)

Melihat banyaknya jumlah siswa anak berkebutuhan khusus yag ada di SMK Negeri 8 Surabaya, ini membuktikan bahwa pendidikan untuk anak berkebutuhan kusus di sekolah tersebut baik, sehingga banyak dari orang tua yang berkebutuhan khusus yang mendaftarkan anaknya ke sekolah tersebut. Dan Peneliti termotivasi dan tertarik untuk membuat karya tulis yang berjudul “layanan bimbingan karir anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya”.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana peran guru BK dalam menangani anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya?

2. Bagaimana layanan bimbingan karir bagi anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya?

3. Apa faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir bagi anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya?

4. Bagaimana hasil layanan bimbingan karir yang di terapkan bagi anak berkebebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya?

C. Tujuan masalah

1. Untuk mendiskripsikan peran guru BK dalam menangani anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya.

2. Untuk mendiskripsikan layanan bimbingan karir anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya.


(20)

9

3. Untuk mendiskripsikan factor penghambat dan faktor pendukung dalam melaksanakan layanan bimbingan karir anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya.

4. Untuk mendiskripsikan hasil layanan bimbingan karir yang di terapkan bagi anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya.

D. Penelitian terdahulu

Pada bagian ini peneliti akan mengemukakan hasil-hasil penelitian atau karya pencipta terdahulu yang mempunyai relevansi dan kesamaan kajian dengan penelitian ini. Peneliti telah melakukan beberapa pencarian yang relevan. Adapun beberapa penelitian yang relevan tersebut berupa karya tulis skripsi mahasiswa sebelumnya.

1. Model pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 1 Sidoarjo, perbedaan Dalam penelitian ini ialah lebih ditekankan pada model pembelajarannya untuk anak yang menyandang satu jenis ketunaan yaitu autis, dan sikap negative yang tunjukan seorang ayah yang tidak menerima anaknya karena menyandang ketunaan semacam autis. berbeda dengan penelitian yang diangkat oleh penulis yaitu lebih terfokus pada proses pelaksaan karir anak berkebutuhan khusus dengan berbagai macam ketunaan. Sedangkan persamaannya ialah subyek dalam penelitiannya yaitu anak berkebutuhan khusus dalam sektor pendidikan inklusif.9

9 Darul Faruqi, model pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) Di SMK Negeri 1 sidoarjo, skripsi jurusan PAI fakultas tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya, digilib UIN Sunan Ampel Surabaya 2015


(21)

2. Bimbingan dan konseling karir dengan menggunakan instrumen Holland Hexagon dalam menangani kebimbangan peminatan karir seorang siswa kelas X di MA Billingual Krian Sidoarjo. Yang di lakukan oleh Nanda Shella Arofah pada tahun 2014 fakultas dakwah dan komunikasi islam uin sunan ampel surabaya.

Persamaan dalam penelitian ini ialah menggunakan metode kualitatif dan tujuan konseling karir ini adalah untuk mengetahui peminatan apa yang diinginkan oleh klien sesuai dengan bakat dan minat yang mereka inginkan.

Perbedaan dalam penelitiaan ini adalah dari segi model yang digunakan dari penelitian ini menggunakan teori Holland Hexagon yang di gunakan sebagai instrumennya. Sedangkan dari penelitan yang dilakukan peneliti adalah beberapa model instrumen sebagai pelihan yang sesuai dengan klien. Dan yang menjadi obyek dalam penelitian di atas adalah siswa normal yang sedang proses pemilihan karir, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan peneliti disini adalah anak berkebutuhan khusus10.

E. Batasan penelitian

Masalah dalam penelitian ini di batasi agar dapat mengarahkan perhatian secara seksama pada hal-hal tujuan yang ingin diteliti, dan agar supaya penelitian ini dapat di kaji secara terarah dan mendalam.

10 Helpia Kholis, model konsling kari terhadap seorang mantan penderita SKIZOFRENIA liponsos di keputih Surabaya (analisis pelayanan karir), skripsi jurusan bimbingan konseling islam fakultas dakwah dan komunkasi universitas islam negeri sunan ampel surabaya, digilib uin sunan ampel Surabaya 2015


(22)

11

Maka dalam hal ini peneliti membatasi penelitian ini pada proses pelaksanaan bimbingan karir siswa anak berkebutuhan khusus, yaitu mulai dari proses pemilihan jurusan, proses sekolah dalam membuka karir anak berkebutuhan khusus, proses mengembangkan karir anak berkebutuhan khusus serta peran sekolah dalam mencarikan informasi tentang karir khususnya yang bisa menerima anak berkebutuhan khusus.

F. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian sebagai berikut :

1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfat untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang bimbingan konseling khsusunya dalam layanan bidang karir anak berkebutuhan khusus dan pengetahuan mengenal secara langsung dan lebih dekat kepada anak berkebutuhan khusus dengan berbagai keterbatasan yang berbeda serta sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1)

2. Bagi Sekolah adalah bahan untuk pertimbangan penyediaan fasilitas bimbingan karir dan masukan untuk lebih peduli pada peningkatan kualitas layanan bimbingan karir secara umum, dan lebih Khusus untuk siswa anak berkebutuhan khusus. Serta sebagai bahan evaluasi untuk menerima dan mendidik anak berkebutuhan khusus lebih baik dan membantu menunjang karir dengan keterbatasan yang dimiliki. 3. Penelitian ini di harapkan menjadi bahan informasi bagi semua

kalangan terutama dalam lingkungan sekolah, keluarga dan lembaga nonformal lainnya dalam menerima dan mendidik anak berkebutuhan


(23)

khusus, khususnya dalam membantu menunjang karir dengan keterbatasan yang dimilikinya.

G. Definisi konseptual

Untuk menghindari salah tafsir tentang judul skripsi dan untuk memberikan pengertian yang jelas mengenai dengan judul “layanan bimbingan karir bagi anak bekebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya”. Maka perlu kiranya penulis menjelaskan arti dan maksud dari istilah-istilah yang dipakai dalam judul skripsi ini sebagai berikut:

1. Pengertian Layanan Bimbingan karir

Layanan bimbingan karir adalah layanan bimbingan yang di berikan kepada siswa untuk dapat merencanakan dan mengembangkan masa depannya, berkaitan dengan dunia pendidikan atau dunia karir.11

Bimbingan Karir Adalah Suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang sistematik, proses-proses, teknik-teknik, atau layanan-layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan keterampilan-keterampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan kariernya.12

11 libana S. Rahman. bimbingan dan konseling pola 17, (yogyakarta: UCY press yogyakarta, 2003) hal 43

12 Thayeb Manrihu, Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992) hal. 18


(24)

13

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir di sekolah merupakan proses membantu peserta didik dalam mengembangkan potensinya untuk merencanakan masa depannya dengan mempertimbangkan keadaan dirinya dengan keadaan lingkungan hidup sehingga dengan adanya bimbingan Karir ini peserta didik dapat mengembangkan potensinya dan memilih pekerjaan yang tepat dan sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Berkaitan dengan sekolah, Bimbingan Karir dapatlah dipandang sebagai suatu proses perkembangan yang berkesinambungan yang membantu peserta didik melalui perantara kurikuler yang dapat membantu terutama dalam hal perencanaan karir, pembuatan keputusan, perkembangan keterampilan atau keahlian, informasi karir dan pemahaman diri.

2. Pengertian anak berkebutuhan khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya.13 Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik.14 Anak berkebutuhan

khusus dapat diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan

13 Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2010), hal. 33 14 Geniofam, Mengasuh & Mensukseskan Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Garailmu, 2010), hal.11


(25)

pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa, anak berkebutuhan khusus merupakan kondisi di mana anak memiliki perbedaan dengan kondisi anak pada umumnya, baik dalam faktor fisik, kognitif maupun psikologis, dan memerlukan penanganan semestinya sesuai dengan kebutuhan anak tersebut.

Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus, yaitu sebagai berikut: a. Tunanetra (gangguan penglihatan)

b. Tunarungu (gangguan pendengaran)

c. Tunagrahita (kemampuan di bawah rata-rata) d. Tunadaksa (gangguan pada alat gerak) e. Autis (gangguan sistem syaraf)

f. Tunalaras (gangguan penyesuaian diri dg lingkungan) g. Gangguan perilaku

h. Anak berbakat H. Sistematika pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan karya tulis ini, peneliti akan mencantumkan sistematika pembahasan yang terdiri dari VI BAB dengan susunan sebagai berikut:


(26)

15

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini meliputi : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, penelitian terdahulu, batasan masalah, Definisi operasional, dan Sistematika Pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka membahas tentang Kajian Teoritik yang dijelaskan dari beberapa refrensi untuk menelaah obyek kajian yang di teliti. Tinjauan pustaka meliputi pengertian Bimbingan dan Konseling, tujuan bimbingan konseling, asas- asas bimbingan konseling, langkah- langkah layanan bimbingan dan konseling, layanan bimbingan karir, tujuan bimbingan karir, prinsip-prinsip bimbingan karir, layanan bimbingan karir, anak berkebutuhan khusus, dan macam-macam anak berkebutuhan khusus. BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang jenis penelitian, objek penelitian, informan, metode pengumpulan data, analisis data dan mengecek keabsahan data.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini berisi pembahasan tentang diskripsi umum objek penelitian yang berisi diskripsi lokasi penelitian, diskripsi obyek penelitian yang meliputi: diskripsi konselor/ guru pendamping dan diskripsi masalah. Selanjutnya pembahasan tentang diskripsi hasil penelitian yang berisi tentang layanan bimbingan karir anak berkebtuhan khusus.


(27)

BAB V PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang pembahasan hasil penelitian, yang meliputi tentang peran konselor/ guru pendamping, faktor penghambat dan pendukung, serta hasil dari proses pelaksaanan bimbingan karir anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya.

BAB VI PENUTUP


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan konseptual tentang layanan bimbingan karir 1. Pengertian bimbingan konseling

Bimbingan karir merupakan salah satu bidang dalam bimbingan dan konseling. Sebelum menjelaskan mengenai pengertian Bimbingan Karir itu sendiri, maka terlebih dahulu menjelaskan mengenai pengertian Bimbingan dan Konseling.

a. Pengertian bimbingan

Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang terus menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya.15

Berdasarkan pasal 27 peraturan pemerintah nomor 29 tahun 1990 tentang pendidikan menengah, “bimbingan merupakan bantuan yang di berikan kepada siswa dalam rangka upayaa menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”.16

Pakar bimbingan lain menjelaskan bahwa, bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari

15 Halen A, Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Hal. 9 16 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Peraturan Pemerintah Tahun 1994


(29)

pembimbing kepada yang di bimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan, yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.17

Dari beberapa pengertian bimbingan di atas dapat di simpulkan bahwa, bimbingan adalah pemberian bantuan dari pembimbing kepada yang di bimbing secara terus-menerus dan sistematis agar individu tersebut menjadi pribadi yang madiri.

b. Pengertian konseling

Pada awalnya istilah yang di gunakan dalam konseling adalah “penyuluhan”, tapi sejak tahun 1980-an istilah penyuluhan di rubah menjadi konseling, hal ini di maksudkan untuk mengkhususkan istilah konseling pada bimbingan di bidang pendidikan.18

Pendapat lain mengatakan bahwa konseling adalah bantuan yang di berian kepada individu dalam memecahkan suatu masalah kehidupannya dengan wawancara dan dengan cara yang sesuai keadaan yang di hadapi ividu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.19

Dari pakar yang lain mengungkapkan bahwa konseling adalah upaya bantuan yang di berikan kepada konseli (klien) supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk di manfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang.20

17 Moh Surya, Dasar-Dasar Konseling Pendidikan (Teori Dan Konsep), (Yogyakarta: Kota Kembang, 1988), Hal 12

18 Hibana S. Ramana, Bimbingan Dan Konseling Pola 17 (Yogyakarta: UCY Press Yogyakarta, 2003), Hal. 15.

19 Prof. Dr. Bimo Walgito, Bimbingan Konseling Studi Dan Karier (Yogyakarta: ANDI,2010) Hal 4

20 Moh Surya, Dasar-Dasar Konseling Pendidikan (Teori Dan Konsep), (Yogyakarta: Kota Kembang, 1988), Hal. 38


(30)

19

Menurut Prayitno, konseling adalah pertemuan empat mata antara konselor dan konseli (klien) yang berisi usaha yang laras, unik, dan manusiawi, yang di lakukan dalam suasana keahlian yang di dasarkan atas norma-norma yang berlaku.21

Jadi, konseling merupakan sebuah hubungan timbal balik antara konselor sebagai pihak yang memberikan bantuan kepada konseli (klien) untuk memecahkan masalahnya dengan menanamkan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah laku untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.

c. Pengertian bimbingan dan konseling

Dari pengertian di atas, arti kata bimbingan dan kata konseling yang telah di bahas di atas, maka dapat di simpulkan pengertian dari bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka secara langsung antara pembimbing (konselor) kepada yang dibimbing (klien) secara terus menerus dan sistematis, agar individu tersebut menjadi pribadi yang mandiri dengan menanamkan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah laku untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. 2. Pengertian layanan bimbingan karir

Layanan bimbingan karier diartikan sebagai bimbingan yang bertujuan membantu siswa menyusun rencana karier dan menyiapkan diri untuk kehidupan kerja. Menurut pendapat Muhammad Thayeb Manrihu layananbimbingan karier adalah:

21 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000) Hal, 21


(31)

“Suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang sistematik, proses-proses, teknik-teknik, atau layanan-layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan keterampilan-keterampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan kariernya.”22

Layanan bimbingan karier adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada sisiwa untuk dapat merencanakan dan mengembangkan masa depannya, berkaitan dengan dunia pendidikan maupun dunia karir.

Konseling karir adalah merupakan teknik bimbingan karir melalui pendekatan individual dalam serangkaian wawancara penyuluhan (counseling interview). Penyuluhan merupakan pengkhususan kegiatan penyuluhan dalam masalah khusus yaitu masalah karir.23

Jadi yang dimaksud konseling karir konseling disini adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang sistematik, proses-proses, teknik-teknik, atau layanan-layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang serta mengembangkan ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelolah karirnya.

22 Manrihu,Thayep. Pengantar Bimbingan Dan Konseling Karier. (Jakarta. Bina Aksara: 1996) Hal 18

23 Dewa Ketut Sukardi, Pendekatan Konseling Karir Di Dalam Bimbingan Karir (Suatu Pendahuluan), (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1989), Hal 12


(32)

21

Layanan bimbingan karier merupakan layanan yang diberikan pembimbing kepada klien dalam memecahkan masalah karier yang dihadapi klien. Bimbingan karier merupakan salah satu jenis bimbingan yang berusaha membantu individu dalam memecahkan masalah karier untuk memperoleh penyesuaian yang sebaik-baiknya dengan masa depannya. Bimbingan karier juga membantu siswa dalam mengambil keputusan mengenai karier atau pekerjaan utama yang mempengaruhi hidupnya di masa mendatang.

Karir bagi siswa bukanlah hal yang mudah untuk ditentukan dan menjadi pilihan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki namun haruslah ditentukan. Dengan ditentukan oleh siswa itu sendiri yang didasarkan pada pemahaman tentang kemampuan dan minat serta pengenalan karier yang ada di masyarakat.

Kegiatan bimbingan karier pada sekolah harus bisa mengantar setiap pelajar untuk menanggulangi tugas perkembangan menuju perkembangan karier dan membimbing pelajar kepada kreasi dan prestasi dari seperangkat pilihan dan rencana yang akan ditetapkan. Penekanan utama dalam kegiatan bimbingan karier untuk berbagai siswa haruslah di dasarkan pada intensitas perencanan, kesiapan berpartisipasi dalam kehidupan sebagai pribadi yang independent dan keterarahan peserta didik kepada tujuan.


(33)

3. Tujuan bimbingan karir

Secara umum, tujuan bimbingan karier disekolah adalah membantu siswa dalam pemahaman dirinya dan lingkungannya, dalam pengambilan kaputusan, perencanaan, dan pengarahan kegiatan-kegiatan yang menuju kepada karier dan cara hidup yang akan memberikan rasa kepuasan karena sesuai, serasi, dan seimbang dengan dirinya dan lingkungan.

Menurut Dewa Ketut Sukardi tujuan bimbingan karir di sekolah adalah “upaya membantu siswa dalam memahami dirinya dan lingkungannya dalam mengambil keputusan, merencanakan dan pengarahan kegiatan-kegiatan yang menuju kepada karir dan cara hidup yang akan memberikan rasa kepuasan karena sesuai, serasi, dan seimbang dengan dirinya dan lingkungannya”.24

Sedangkan tujuan khususnya yang menjadi sasaran bimbingan karier disekolah, diantaranya:25

a. Siswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang dirinya sendiri. Pemahaman diri adalah suatu gambaran tentang diri pribadi yang meliputi pengetahuan tentang kemampuan kerja, minat kebutuhan hidup dan nilai-nilai.

b. Siswa dapat meningkatkan pengetahuannya tentang dunia kerja. Pemahaman tentang dunia kerja meliputi pemahaman tentang informasi berbagai persyaratan penerimaan dalam dunia kerja, isi serta sifat suatu lapangna kerja, situasi pekerjaan, organisasinya serta gaya hidup dalam suatu jabatan. c. Siswa dapat mengembangkan sikap dan nilai diri sendiri dalam

menghadapi pilihan lapangan kerja serta dalam persiapan memasukinya. Mengembangkan sikap dan nilai yang positif atau hidup diri sendiri dapat dikembangkan oleh anak didik dengan memahami potensi-potensi diri sendiri, dapat menerima kenyataan tentang diri sendiri, mengambil keputusan tentang

24 Sukardi, Dewa Ketut, Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Bina Aksara, 1984), Hal. 31 25 Mohammad Thayeb Manrihu, Pengantar Bimbingan Dan Konseling Karier, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Hal 32-33


(34)

23

apa yang sebaiknya dipilih, serta memilih kemampuan daya penalaran untuk mempertimbangkan berbagai alternative pemecahan masalah.

d. Siswa dapat meningkatkan keterampilan berfikir agar mampu mengambil keputusan tentang jabatan yang sesuai dengan dirinya dan tersedia dalam dunia kerja.

Jadi sebelum konselor menentukan karir seseorang untuk bekerja, maka penting seorang konselor untuk melakukan konseling terhadap klien, karena apabila klien menepati pekerjaan itu maka klien itu harus mau melakukan pekerjaan dan tugas-tugas dalam tempat kerja tersebut dan harus mampu melakukannya. Pentingnya seorang konselor untuk mengetahui bakat dan kemampuan seorang klien yang akan menempati suatu pekerjaan itu sangat dibutuhkan, sehingga konselor bisa memberikan arahan kepada klien agar klien dapat menentukan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan yang dia miliki.

Jadi bimbingan karier lebih menitik beratkan kepada perencanaan kehidupan yang harus mempertimbangkan potensi-potensi diri yang dimilikinya serta lingkungan sekitar agar siswa dapat memperoleh dan memiliki pandangan yang cukup luas dari pengaruh terhadap berbagai peranan positif yang layak dilaksanakan dalam masyarakat.

4. Prinsip bimbingan karir

a. Pekerjaan itu di pilih dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan. b. Pemilihan jabatan bermula ketika kita pertama kali sadar bahwa suatu


(35)

c. Informasi mengenai diri sendiri berpengaruh terhadap pemilihan jabatan karena informasi itu membantu kita menyadari apa yang kita inginkan dan atau membantu di dalam antisipasi apakah kita akan berhasil.

d. Informasi mengenai jabatan akan membantu dalam pemilihan jabatan karena informasi tersebut membantu kita dalam menentukan apakah pekerjaan itu dapat memenuhi kebutuhan kita.

e. Kebutuhan-kebutuhan dapat di amati secara jelas atau hanya dirasakan secara samar-samar yang keduanya ini berpengaruh di dalam pemilihan jabatan.

f. Pemilihan jabatan selalu dapat berubah apabila kita yakin bahwa perubahan itu akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita.

g. Setiap individu masing-masing memiliki kecakapan untuk sejumlah pekerjaan.

h. Setiap jabatan memerlukan pola khas dari pada kemampuan, minat, dan sifat kepribadian.

i. Kepuasan kerja dan kepuasan hidup tergantung kepada seberapa jauh seseorang menyalurkan kemapuan-kemampuanya, minatnya, sifatsifat pribadi dan nilai-nilai pribadi secara memadai.

j. Kepuasan, kemantapan dan hasil kerja tergantung atas kongruensi antara kepribadian seseorang dengan lingkungan dimana dia bekerja.26

26 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Karir Di Sekolah-Sekolah (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), Hal. 35-36.


(36)

25

5. Langkah-langkah pemilihan karir

Proses pemilihan karir bukan hal yang mudah tentukan dan menjadikan pilihan yang disesuaikan dengan kemampuan yang kita miliki. Oleh karena itu membutuhkan langkah-langkah serta proses yang baik dan tepat dalam pemilihan karir. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

Menurut Gellatts Ada beberapa langkah dalam proses pengambilan keputusan, di antaranya adalah sebagai berikut:27

a. Langkah pertama: dimulai apabila individu mengenal kebutuhan untuk mengambil keputusan, kemudian menentukan sasaran atau tujuan.

b. Langkah kedua: individu perlu mengumpulkan data dan mengadakan survey tentang kemungkinan bidang kegiatan. c. Langkah ketiga: melibatkan penggunaan data dalam menentukan

kemungkinan bidang kegiatan, hasil-hasil dan kemungkinan keberhasilan.

d. Langkah keempat: memperkirakan hasil-hasil yang dikehendaki, perhatian dipusatkan pada sistem nilai individual.

e. Langkah kelima: melibatkan evaluasi dan seleksi suatu keputusan ialah suatu keputusan terminal atau investigasi keputusan. Jika keputsan terminal dijangkau, maka individu mulai kembali menilai kemungkinan dan hasil dari keputusannya dalam kaitannya dengan sistem prediksi.

Menurut Donald E. Super, perkembangan pemilihan pekerjaan karier dibagi 5 tahap, yaitu28

a. Masa Kristalisasi (Cristalization) : masa di mana individu mencari bekal pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan formal dan non formal, untuk persiapan masa depan hidupnya.

b. Masa Spesifikasi (Specification) : individu telah menyelesaikan pendidikan tingkat (SMU). Ia meneruskan pada jenjang

27 Drs Daryanto Dan Drs Tasrial, M. Si, Pengembangan Karir, (Jakarta: Gava Media 2013) Hal 57


(37)

pendidikan khusus yang sesuai dengan minat bakatnya. Masa ini mengarah pada jalur pendidikan yang menjurus taraf keahlian. c. Masa Implementasi (Implementation) : individu mulai

menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh pada masa sebelumnya, sesuai dengan bidang keahlian atau profesinya.

d. Masa Stabilisasi (Stabilization) : di mana individu menekuni bidang profesinya sampai benar-benar ahli di bidangnya dan dapat mencapai prestasi, misalnya sebagai dekan fakultas, direktur perusahaan dan lain-lain.

e. Masa Konsolidasi (Consolidation): setelah mencapai karir, individu mulai memikirkan kembali sesuatu yang telah dilakukan selama ini (berhasil maupun gagal). Lebih dari itu, individu mulai mengintegrasikan seluruh pengalamannya ke dalam aspek kepribadian agar ia dapat melangkah ke masa depan yang lebih baik.

Jadi, dalam proses pemilihan karir terdapat langkah-langkah atau

prosedur agar setiap indvidu mampu mimilih karir dengar benar. Untuk

dapat memahami serta menghindarkan dari kesalah fahaman, maka

peneliti dapat menyimpulkan pendapat dari para tokoh mengenai

langkah-langkah pemilihan karir diatas, antara lain:

a. Setiap individu mencari pengetahuan sebanyak-banyaknya di pendidikan formal atau non formal.

b. Dari hasil pengetahuan yang didapat tadi, setiap individu mampu mengenali bakat dan minatnya.

c. Setiap individu mempertimbangkan kembali keadaan diri dan orang disekitarnya.

d. Setiap individu mengambil keputusan dan menentukan sasaran dan tujuan yang ingin dicapai, meliputi dampak positif dan negatif.


(38)

27

e. Setiap individu mulai menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh.

f. Setiap individu menekuni bidang profesinya hingga benar-benar ahli serta profesional di bidangnya.

6. Pelaksanaan bimbingan karir

Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerjasama dengan para pembantunya serta dapat mempergunakan sumber-sumber yang berguna diluar sekolah.

Pelaksanaan program bimbingan karier di sekolah meliputi aspek di bawah ini:29

a. Layanan Informasi kepada siswa, guru bidang studi, wali kelas, ornag tua atau wali, instansi dan mayarakat.

b. Pengaturan jadwal kegiatan pelaksanaan tugas siswa. c. Ceramah dari tokoh berkarier

d. Kunjungan pengumpulan informasi diberbagai perusahaan dan lapangan kerja.

e. Mengumpulkan informasi jabatan.

f. Membuat peta dunia kerja lingkungan daerahnya g. Konsultasi dan konseling bimbingan karier.

29 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Karir Di Sekolah-Sekolah, (Jakarta: Proyek Buku Terpadu Jakarta, Pusat Perbukuan Depdikbud SPK No.890/3006 Dan Proyek Peningkatan Pendidikan Kejuruan Non.Teknik II, 1984), Hal. 235-236


(39)

7. Model konseling karir

Menurut Sutirna model adalah suatu rencana atau pola kegiatan yang dapat digunakan untuk membentuk, merancang, dan memandu suatu kegiatan.30

Model adalah cara yang dilakukan konselor untuk membantu memecahkan masalah atau persoalan yang dihadapi klien dalam masalah ini ada 3 model.31

a. Directive counseling

Dipelopori oleh G.williamson model ini dilaksanakan oleh konselor dalam membantu klien disini konselor berperan aktif dalam mengambil inisiatif dalam proses konseling sehingga klien hanya menerima apa yang dikemukakan oleh konselor.

Maksudnya konselor berperan penting dalam menentukan pekerjaan klien tanpa meminta pendapat kepada klien, sehingga klien menerima apa yang diputuskan oleh konselor.

b. Non directive counseling

Model ini disebut pula “Client Centered Counseling” yaitu memberikan suatu gambaran proses konseling yang menjadi pusatnya adalah klien bukan konselor. Yang dimaksud di sini adalah klien berperan aktif pada proses konseling dalam menentukan karir kedepannya, konselor hanya memberikan gambaran dan mengarahkan

30 Sutirna, Bimbingan Konseling (Pendidikan Formal Dan Non Formal), (Yogyakarta: Andi,2013),Hal 111.

31 Abu Ahmadi Dan Ahmad Rohani HM, Bimbingan Konseling Di Sekolah, (Jakarta: PT. Aneka Cipta, 1991), Hal 41-49.


(40)

29

pembicaraan klien, sehingga klien dapat menggali potensi yang ada pada dirinya dan bisa menentukan sendiri pekerjaan yang diinginkannya.

c. Elective Counseling

Model ini dicetuskan pertama kali oleh F.P. Robinson model ini gabungan antara Directive Counseling dan Non Directive Counseling tergantung mana yang tepat dan dibutuhkan oleh klien. teknik ini sering digunakan oleh konselor, karena keberhasilan konselor untuk menjalankan tugas-tugasnya tidak hanya berpegang dalam satu model saja yang digunakan melainkan dapat dipadukan dengan sifat masalah klien dengan stuasi konseling itu sendiri. Jadi maksud di sini adalah dalam menyelesaikan masalah klien konselor tidak hanya menggunakan satu model pendekatan saja, namun pendapat konselor dan klien juga berguna bagi pemutusan karir kedepan klien.

Dalam mempelajari model konseling karir, maka penting bagi konselor untuk memahami terlebih dahulu model kepribadian setiap klien yang bertujuan untuk menentukan karir kedepan klien.

Model-model konseling dalam konseling karir merupakan penerapan model konseling untuk membantu klien dalam membuat keputusan perencanaan karirnya. Proses konseling karir lebih dari sekedar proses rasional menjodohkan antara penilaian individu dengan informasi dan okupulasi kedalam perencanaan karir.32

32 Kartini Kartono , Menyiapkan Dan Membandu Karir, (Surabaya: CV.Raja Wali,1985 Cet 1) Hal 21-30


(41)

Model - model konseling individual yang sistematik. Menurut Stewart et al dalam bukunya Muhammad Thoyib, mengemukakan suatu pendekatan “ konseling sistemattik”, di mana berbagai aspek proses konseling yang diidentifikasi secara jelas dan diorganisasi menjadi sebuah sekuensi yang dimaksud untuk memecahkan masalah-masalah klien secara efisien dan efektif. Model yang diajukan digambarkan menurut 9 urutan fungsi.33

1) Proses verbal

2) Berada dalam interaksi dinamik 3) Membantu pemahaman diri

4) Memulai konstruksi model tentang masalah-masalah klien 5) Memutuskan tentang tujuan

6) Menentukan daan mengimplementasikan strategi pencapaian tujuan klien

7) Penampilan klien di evaluasi baik atas dasar kemajuan dibandingkan dengan sebelumnya.

8) Bila tujuan tercapai dan tidak nampak diperlukannya konseling lanjutan maka konselor mulai menghentikan kontak reguler dengan klien

9) Tidak lanjut atau memantau penampilan klien

Jadi dari proses model konseling di atas adalah cara seorang konselor dalam menyelesaikan masalah karir pada sekelompok orang yang membutuhkan pengarahan karir pekerjaan kedepannya, agar mereka mengetahui bakat dan kemampuan yang mereka miliki dari setiap masing-masing individu.

33 Mohammad Thayeb Manrihu, Pengantar Bimbingan Dan Konseling Karier, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Hal 186-187


(42)

31

B. Tinjauan konseptual tentang anak berkebutuhan khusus (ABK) 1. Pengertian anak berkebutuhan khusus

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau perkembangan mengalami kelainan atau penyimpangan fisik, mental-intelektual, sosial dan atau emosional dibanding dengan anak-anak lain seusianya, sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikankhusus.34

Dalam dunia pendidikan, kata luar biasa juga merupakan julukan atau sebutan bagi mereka yang memiliki kekurangan atau mengalami berbagai kelaianan dan penyimpangan yang tidak dialami oleh orang normal pada umumnya. Kelainan atau kekurangan yang dimiliki oleh mereka yang disebut luar biasa dapat berupa fisik, psikis, social dan moral.

Pengertian “Luar Biasa” dalam dunia pendidikan mempunyai ruang lingkup pengertian yang lebih luas dari pada pengertian “berkelainan atau cacat” dalam percakapan sehari-hari. Dalam dunia pendidikan istilah luar biasa mengandung pengertian ganda, yaitu mereka yang menyimpang ke atas karena mereka memiliki kemampuan luar biasa dibanding dengan orang normal pada umumnya dan mereka yang menyimpang ke bawah, yaitu mereka yang menderita

34 Miftakhul Jannah & Ira Darmawanti, Tumbuh Kembang Anak Usia Dini & Deteksi Dini pada Anak Berkebutuhan Khusus, (Surabaya: Insight Indonesia, 2004) hlm.15


(43)

kelainan atau ketunaan dan kekurangan yang tidak diderita oleh orang normal pada umumnya.35

Anak berkebutuhan khusus (dulu disebut anak luar biasa) didefinisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan yang sempurna. Anak Luar Biasa juga dapat didefinisikan sebagai Anak Berkebutuhan Khusus. Anak Luar biasa disebut Anak Berkebutuhan Khusus, karana dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan pendidikan, layanan social, layanan bimbingan dan konseling dan berbagai layanan jenis lainnya yang bersifat khusus.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya.36 Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik.37 Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual. Anak Penyandang cacat adalah setiap anak yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk

35 Abdul Hadits, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik , (Bandung: Alfabeta, 2006) hlm.5

36 Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), Hal. 33 37 Geniofam, Mengasuhal & Mensukseskan Anak Berkebutuhaln Khalusus, (Yogyakarta: Gara Ilmu, 2010), Hal.11


(44)

33

melakukan kegiatan secara selayaknya yang terdiri dari penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental dan penyandang cacat fisik dan mental.38

Sedangkan menurut pendapat H. Koestoer Parto Wisastro, S.Psy. dalam bukunya “Dinamika dalam Psikologi Pendadikan” menjelaskan bahwa anak-anak luar biasa atau anak-anak khusus ialah anak seorang anak yang mempunyai kelainan dalam bidang intelektual, fisik, social, atau emosional demikian jelasnya dari pada perkembangan serta pertumbuhan yang dianggab normal, sehingga ia tidak dapat menerima penddikan dari sekolah-sekolah biasa.39

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa, anak berkebutuhan khusus merupakan kondisi di mana anak memiliki perbedaan dengan kondisi anak pada umumnya, baik dalam faktor fisik, kognitif maupun psikologis, dan memerlukan penanganan semestinya sesuai dengan kebutuhan anak tersebut.

2. Faktor penyebab

Anak berkebutuhan khusus selain sudah menjadi takdir juga karena adanya faktor-faktor tertentu yang menjadi penyebabnya. Faktor-faktor penyebab itu menurut kejadiannya dapat dibedakan menjadi tiga peristiwa, yaitu:40

a. Kejadian sebelum lahir (Prenatal)

38 Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Di Sekolah Luar Biasa (SLB), 2010

39 Abdul Hadis. Pendidikan Anak Berkebutuhan Autistic, (Bandung: Alfabeta, 2006) Hal,5 40 Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat, (Yogyakarta: Katahati, 2010), Hal 38


(45)

Faktor penyebab ketunaan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan. Ketunaan yang terjadi pada ABK yang terjadi sebelum masa keahiran dapat disebabkan antara lain oleh hal-hal sebagai berikut:

1) Virus liptospirosis (air kencing tikus), yang menyerang ibu yang sedang hamil. Jika virus ini merembet ke janin yang sedang dikandungnya melalui placenta, maka ada kemungkinan anak mengalami kelainan.

2) Virus maternal rubella (campak jerman, retrolanta fibroplasia (RLF), yang menyerang pada ibu hamil dan janin yang dikandungnya terdapat kemungkinan akan timbil kecacatan bagi bayi yang lahir.

3) Keracunan darah (toxaenia) pada ibu-ibu yang sedaang hamil sehingga janin tidak memperoleh oksigen secara maksimal, sehingga saraf-saraf di oak mengalami gangguan.

4) Faktor rhesus (Rh) anoxia praatal, kekurangan oksigen pada calon bayi dikandungan yang terjadi karena ada gangguan/ infeksi pada placenta.

5) Gangguan obat-obatan kontrasepsi yang salah pemakaiannya sehingga jiwanya menjadi goncang tertekan yang secara langsung dapat berimbas pada bayi dalam perut.


(46)

35

6) Percobaan abortus yang gagal, sehingga janin yang dikandungnya tidak dapat berkembang secara wajar.

b. Kejadian pada saat kelahiran

Ketunaan yang terjadi saatkelahiran dapat disebabkan oleh beberapa faktor berikut:

1) Proses kelahiran yang menggunakan tang verlossing (dengan bantuan tang) cara ini dapat menyebabkan brain injury (luka pada otak) sehingga perteumbuhan otak kurang dapat berkembang secara optimal.

2) Proses kelahiran bayi yang terlalu lama sehingga mengakibatkan bayi kekurangan zat asam/ oksigen. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan sel-sel di otak. Keadaan bayi yang lahir dalam keadaan tercekik oleh ari-ari ibunya seingga bayi tidak dapat secara leluasa untuk bernafas yang pada akhirnya bisa menyebabkan gangguan pada otak.

3) Kelahiran pada bayi sungsang, sehingga bayi tidak memperoleh oksigen cukup yang akhirnya dapat menganggu perkembangan sel otak.

c. Kejadian setelah kelahiran

Ketunaan pada ABK dapat diperoleh setelah kelahiran pula, karena faktor-faktor penyebab seperti berikut:


(47)

1) Penyakit radang selaput otak (meningitis) dan radag otak

(enchepalitis) sehingga menyebabkan perkembangan dan

pertumbuhan sel-sel otak menjadi terganggu.

2) Terjadi incedent (kecelakaan) yang melukai kepala dan menekan otak bagian dalam.

3) Stres berat dan gangguan kejiwaan lainnya.

4) Penyakit panas tinggi dan kejang-kejang, radang telinga, malaria tropicana yang dapat berpengaruh terhadap kondisi badan.

3. Macam-macam anak berkebutuhan khusus

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata “Anak Luar Biasa” (ALB) yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik berbeda antara satu dan lainnya.

a. Kelompok ABK dilihat dari aspek kecerdasan (intelegensi) Dari aspek kecerdasan, anak ini terdiri dari kelompok ABK berintelegensi diatas rata-rata (subnormal).

1) Anak berbakat (super normal)

Menurut milgram R.M, anak berbakat adalah mereka mempunyai skor IQ 140 atau lebih di ukur dengan instrument Stanford Binet, mempunyai kreatifitas tinggi, kemampuan


(48)

37

memimpin dan kemampua dalam seni drama, seni tari dan seni rupa.41

Anak berbakat mempunyai empat kategori, sebagai berikut: a) Mempunyai kemampuan intelektual atau intelegensi yang

menyeluruh, mengacu pada kemampuan berfikir secara abstrak dan mampu memecahkan masalah secara sistematis dan masuk akal.

b) Kemampuan intelektual khusus, mengacu pada kemampuan yang berbeda dalam matematika, bahasa asing, music atau ilmu pengetahuan alam.

c) Berfikir kreatif atau berfikir murni menyeluruh. Pada umumnya mampu berfikir untuk menyelesaikan masalah yang tidak umum dan memerlukan pemikiran tinggi.

d) Mempunyai bakat kreatif khusus, bersifat orisinil dan berbeda dengan yang lain.

2) Tunagrahita (subnormal)

Anak tunagrahita secara umum mempunyai tingkat kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Dalam bahasa indonesia, istilah yang digunakan, misalnya lemah otak, lemah fikiran, lemah ingatan,dan tunagrahita. Oleh karena itu pemahaman yang jelas tentang siapa dan bagaimanakah anak tunagrahita itu, merupakan hal penting untuk

41 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Tunagrahita Suatu Pengantar Dalam Pendidikan Inklusi (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), Hal. 139


(49)

menyelenggarakan layanan pendidikan dan pengajaran yang tepat bagi mereka.42

Anak tunagrahita secara umum mempunyai tingkat kemampuan intlektual dibawah rata-rata. Selain itu juga mengalami hambatan terhadap perilaku adaptif selama masa perkembangan hidupnya dari 0 tahun sampai 18 tahun. Definisi AAMD mengisyaratkan adanya kemampua intelektual jika diukur dengan WISC-RIII, mempunyai skor IQ 70, dan mempunyai hambatan pada komponen yang tidak bersifat intelektual, yakni perilaku adaptif. Semula perilaku adaptif hanya bersifat komponen pelengkap yang dianggap kurang penting bandingkan dengan kemampuan intelektual. Namun saat ini perilaku adaptif dianggap sama pentingnya dengan kemampuan intelektual dalam menentukan seseorang termasuk sebagai tunagrahita atau bukan.

Berdasarkan definisi tersebut, maka karekteristik anak dengan hendaya perkembangan (tunagrahita), meliputi hal-hal berikut:43

a) Mempunyai dasar secara fisiologis, sosial dan emosional sama seperti anak-anak yang tidak menyandang tunagrahita.

b) Selalu bersifat eksternal locus of control sehingga mudah sekali melakukan kesalahan (expectancy for filure).

42 IG.A.K. Wardani, pengantar pendidikan luar biasa, (jakarta: universitas terbuka, 2010), hal 65

43 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak berkebutuhan Khusus Suatu Pengantar Dalam


(50)

39

c) Suka meniru perilaku yang benar dari orang lain dalam upaya mengatasi kesalahan-kesalahan yang mungkin ia lakukan (outerdirectedness).

d) Mempunyai perilaku yang tidak dapat mengatur diri sendiri.

e) Mempunyai permasalahan berkaitan dengan perilaku sosial (social behavioral).

f) Mempunyai masalah berkaitan dengan karakteristik belajar.

g) Mempunyai masalah dalam bahasa dan pengucapan. h) Mempunyai masalah dalam kesehatan fisik.

i) Kurang mampu untuk berkomunikasi.

j) Mempunyai kelainan pada sensori dan gerak.

k) Mempunyai masalah berkaitan dengan psikiatrik, adanya gejala-gejala depresif.

b. Kelompok ABK dilihat dari aspek fisik/ jasmani

Dilihat dari fisik atau jasmani, kelompok anak ini dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu:

1) Tunanetra

Anak Tunanetra adalah anak yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan (kaufman & hallahan)44 Individu yang indera penglihatannya tidak berfungsi

sebagai saluran informasi dalam kegiatan sehari-hari.

Karakteristik anak tunanetra antara lain: mempunyai kemampuan berhitung, menerima informasi dan kosakata hampir menyamai anak normal tetapi mengalami kesulitan dalam hal pemahaman yang berhubungan dengan penglihatan; kesulitan penguasaan keterampilan sosial yang ditandai dengan sikap tubuh

44 Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Di Sekolah Luar Biasa (SLB), 2010


(51)

tidak menentu, agak kaku, serta antara ucapan dan tindakan kurang sesuai karena tidak dapat mengetahui situasi yang ada di lingkungan sekitarnya. Umumnya mereka menunjukkan kepekaan indera pendengaran dan perabaan yang lebih baik dibandingkan dengan anak normal, serta sering melakukan perilaku stereotip seperti menggosok-gosokkan mata dan meraba-raba sekelilingnya.

2) Tunarungu

Tunarungu dapat di artikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan teruttama melalui indera pendengarannya. Anak Tunarungu/ tunawicara adalah anak yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen dan biasanya memiliki hambatandalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.

Anak Tunarungu/ Tunawicara mengalami gangguan komunikasi secara verbal karena kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya, sehingga mereka menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi, oleh karena itu pergaulan dengan orang normal mengalami hambatan. Selain itu mereka memiliki sifat ego-sentris yang melebihi anak normal, cepat marah dan mudah tersinggung. Kesehatan fisik pada umumnya sama dengan anak normal lainnya.


(52)

41

Heward dan Orlansky memberikan batasan batasan ketunarunguan sebagai berikut: tuli (deal) diartikan sebagai kerusakan yang menghambat seseorang yang menerima rangsangan semua jenis bunyi dan sebagai suatu kondisi dimana suara-suara yang dapat dipahami, termasuk suara suara pembicaraan tidak mempunyai arti dan maksud-maksud dalam kehidupan sehari-hari. Orang tuli tidak dapat menggunakan pendengaranya untuk dapat mengartikan pembicaraan, walaupun sebagian pembicaraan dapat diterima, baik tanpa alat bantu alat dengar. Kurang dengar, (hear of hearning) adalah seorang kehilangan pendengarannya secara nyata, yang memerlukan penyesuaian khusus, baik itu tuli maupun kurang mendengar dikatakan sebagai gangguan pendengaran (hearing impaired).45

Dapat disimpulkan dari batasan ketunaan diatas, bahwa ketunarunguan adalah suatu keadaan atau derajat kehilangan yang meliputi seluruh gradasi ringan, sedang, dan sangat berat. Yang dalam hal ini dikeompokkan kedalam dua golongan besar, yaitu tuli (lebih besar dari 90dB) dan kurang dengar (kurang dari 90 dB), yang walaupun telah diberikan alat bantu dengar tetapi memerlukan pelayanan khusus.

45 IG.A.K. Wardani, pengantar pendidikan luar biasa, (jakarta: universitas terbuka, 2010), hal 73


(53)

3) Tunadaksa

Anak dengan hendaya kondisi fisik atau motorik (tunadaksa). Secara medis dinyatakan bahwa mereka mengalami kelainan pada tulang, persendian, dan saraf penggerak otot-otot tubuhnya, sehingga digolongkan sebgai anak yang memebutuhkan layanan khusus pada gerak anggota tubuhnya46 Anak Tunadaksa adalah anak yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskuler dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk cere, polio dan lumpuh. Karakterisitik anak tunadaksa adalah: anggota gerak tubuh tidak lengkap, bentuk anggota tubuh dan tulang belakang tidak normal, kemampuan gerak sendi terbatas, ada hambatan dalam melaksanakan aktifitas kehidupan sehari hari.47

Tunadaksa dibagi menjadi dua kategori, yaitu:48

a) Tunadaksa orthopedic yaitu mereka yang mengalami kelaianan tertentu sehingga menyebabkan terganggunya fungsi tubuh.

b) Tunadaksa syaraf yaitu kelaianan yang terjadi pada anggota tubuh yang disebabkan gangguan pada urat syaraf.

46 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Tunagrahita Suatu Pengantar Dalam Pendidikan Inklusi (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), Hal 2

47 Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Di Sekolah Luar Biasa (SLB), 2010


(54)

43

c. Kelompok ABK dengan gangguan emosi (tunalaras)

Anak tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkahlaku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya. Dalam buku pelayanan kesehatan bagi sekolah luar biasa, Anak Tunalaras diarkan sebagai anak yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial, dan biasanya menunjukkan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Dan Karakteristik anak tunalaras adalah melakukan tindak kekerasan bukan karena mempertahankan diri, misalnya: pemukulan, penganiayaan dan pencurian, serta sering melakukan pelanggaran berbagai aturan.49

Bower menyatakan bahwa anak dengan hambatan emosional atau kelainan perilaku, apabila ia menunjukkan adaya satu atau lebih dari komponen berikut ini:50

1) Tidak mampu belajar bukan disebabkan karena faktor intelektual, sensory atau kesehatan.

2) Tidak mampu untuk melakukan hubungan baik dengan temanteman dan guru-guru.

3) Bertingkah laku atau berperasaan tidak pada tempatnya. 4) Secara umum, mereka selalu dalam keadaan pervasive dan

tidak menggembirakan atau depresi.

5) Bertendensi ke arah symptoms fisik seperti: merasa sakit, atau ketakuatan berkaitan dengan orang atau permasalah di sekolah.

49 Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Di Sekolah Luar Biasa (SLB), 2010

50 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Tunagrahita Suatu Pengantar Dalam Pendidikan Inklusi (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), Hal 78


(55)

Para ahli psikoanalisis mempercayai bahwa interaksi negatif yang terjadi sejak usia dini antara orang tua dan anak, khususnya ibu dan anak merupakan penyebab utama dari permasalahan-permasalahan berkaitan dengan kelainan perilaku yang serius. Para orang tua yang menerapkan disiplin rendah terhadap anak-anaknya tetapi selalu memberikan reaksi terhadap perilaku yang kurang baik, tidak sopan, suka menolak sepertinya dapat menjadi sebab seorang anak menjadi agresif, nakal atau jahat.

Anak yang mempunyai kelainan perilaku umumnya tidak mampu untuk berteman karena yang bersangkutan selalu menemui kegagalan saat melakukan hubungan dengan orang lain. Dan kegaggalan tersebut disebabkan oleh adanya ketidakpuasan dirinya terhadap elemen-elemen lingkungan sosialnya. Oleh karenanya perilaku guru dan teman sekelasnya harus dapat dikondisikan agar sirtuasi interaksi didalam kelas dapat memberikan kesempatan bagi anak-anak dengan hendaya perilaku menyimpang untuk melakukan interaksi dengan kompetensi sosial dan peragai yang memadai. d. Kelompok ABK dilihat dari aspek atau jenis tertentu

1) Anak Dengan Kesulitan Belajar (Learning Disability)

Anak yang berpestasi rendah (underachievers) umumnya kita temui disekolah, karena mereka pada umumnya tidak


(56)

45

mampu menguasai bidang studi tertentu yang diprogramkan oleh guru berdasarkan kurikulum yang berlaku. Ada sebagian besar dari mereka mempunyai nilai pelajaran sangat rendah ditandai pula dengan tes IQ berada dibawah rerata normal. Untuk golongan ini disebut slow learners. Pencapaian prestasi rendah umumnya disebabkan oleh Faktor minimal brain dysfunction, dyslexia, atau perceptualdisability.51

Istilah Specific learning disability ditujukan pada siswa yang mempunyai prestasi rendah dalam bidang akademik tertentu, seperti membaca, menulis, dan kemampuan matematika. Dalam bidang kognitif umumnya mereka kurang mampu mengadopsi proses informasi yang dating pada dirinya melalui penglihatan, pendengaran, maupun persepsi tubuh. Perkembangan emosi dan sosial sangat memerlukan perhatian, antara lain konsep diri, daya berpikir, kemamapuan sosial, kepercayaan diri, kurang menaruh perhatian, sulit bergaul, dan sulit memperoleh teman. Peserta didik yang tergolong dalam specifik learning disability mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a) Kelainan yang terjadi berkaitan dengan faktor psikologis sehingga mengganggu kelancaran bebahasa, saat berbicara dan menulis.

b) Pada umumnya mereka tidak mampu untuk menjadi pendengar yang baik, untuk berfikir, untuk berbicara,

51 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Tunagrahita Suatu Pengantar Dalam Pendidikan Inklusi (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), Hal. 24-25


(57)

membaca, menulis, mengeja huruf, bahkan perhitungan yang bersifat matematika.

c) Kemampuan mereka yang rendah dapat dicirikan melalui hasil tes IQ atau tesprestasi belajar khususnya kemampuan-kemampuan berkaitan dengan kegiatan-kegiatan disekolah.

d) Kondisi kelainan dapat disebabkan oleh perceptual handicapes, brain injury, minimal brain dysfunction, dyslexia dan developmental aphasia.

e) Mereka tidak tergolong ke dalam penyandang tunarahita, tunalaras, atau mereka yang mendapatkan hambatan dari faktor lingkungan, budaya atau faktor ekonomi.

f) Mempunyai karakteristik khusus berupa kesulitan dibidang akademik (acadenic difficulties), masalah-masalah kognitif (cognitive problems), dan masalah-masalah emosi sosial (sosial emotional problems).

2) Karakteristik anak hiperaktif

Hyperactive bukan merupakan suatu penyakit tetapi suatu gejala atau symptoms. Symptoms terjadi disebabkan oleh faktor-faktor brain damage, an emotional disturbance, a hearing deficit, or mental retardation. Hal ini dimungkinkan terjadi bahwa seorang anak mempunyai kelainan in-atensi disorder dengan hiperktif (Attention Deficit With Hyperactivity) atau in-atensi disorder tanpa hiperaktif (Attention Deficit Disorder).

Ciri yang paling mudah dikenal bagi anak hiperaktif adalah anak akan selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain, selain itu yang bersangkutan sangat jarang untuk berdiam selama kurang lebih 15 hingga 10 menit guna melakukan suatu tugas kegiatan yang diberikan gurunya. Oleh karenanya, disekolah anak hiperaktif mendapatkan kesulitan untuk berkonsentrasi dalam tugas-tugas kerjanya. Ia selalu mudah bingung atau kacau


(58)

47

pikirannya, tidak suka memperhatiakan perintah atau penjelasan dari gurunya, dan selalu tidak berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas pekerjaan sekolah, sangat sedikit kemampuan mengeja huruf, tidak mampu untuk meniru huruf-huruf.

Ciri-ciri sangat nyata bagi anak hiperaktif adalah sebagai berikut:52

a) Selalu berjalan-jalan memutari ruang kelas dan tidak mau diam.

b) Sering mengganggu teman dikelasnya.

c) Suka berpindah-pindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya dan sangat jarang untuk tinggal diam menyelesaikan tugas sekolah, paling lama bisa tinggal diam ditempat duduknya sekitar 5 sampai 10 menit. d) Mempunyai kesuliatan untuk berkonsentrasi dalm

tugas-tugas disekolah.

e) Sangat mudah berperilaku mengacau atau mengganggu. f) Kurang memberi perhatian untuk mendengarkan orang

lain berbicara.

g) Selalu mengalami kegagalan dalam melaksanakan tugas-tugas disekolah.

h) Sulit mengikuti perintah atau suruhan lebih dari satu pada saat yang bersamaan.

i) Mempunyai masalah belajar hampir diseluruh bidang studi.

j) Tidak mampu menulis surat, mengeja huruf dan berkesulitan dalam surat-menyurat.

k) Sering gagal di sekolah disebabkan oleh adanya in-atensi dan masalah belajar karena persepsi visual dan auditory yang lemah.Karena sering menurutkan kata hati (impulsivensess), mereka sering mendapat kecelakaan dan luka.

3) Karakteristik anak autis

Kata autis berasal dari bahasa Yunani auto berarti sendiri yang ditujukan pada seseorang yang menunjukkan gejala hidup

52 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Tunagrahita Suatu Pengantar Dalam Pendidikan Inklusi (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), Hal. 74


(59)

dalam dunianya sendiri. Anak autis memiliki gangguan perkembangan pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.

Baron dan cohen menjelaskan dalam buku pedoman pelayanan kesehatan sekolah luar biasa Karakteritik anak autisme adalah memiliki respon abnormal terhadap stimuli sensori, perkembangan kemampuan kognitif terlambat, tidak mampu mengembangkan sosialisasi yang normal, gangguan dalam berbicara, bahasa dan komunikasi, serta senang meniru atau mengulangi kata-kata orang lain.53

Menurut delay deinaker, marholin dan philips. Gejala penyandang autism adalah sebagai berikut:54

a) Senang tidur bermalas-malasan atau duduk menyendiri dengan tampang acuh, muka pucat, mata sayu dan selalu memandang ke bawah.

b) Selalu diam sepanjang waktu.

c) Jika ada pertanyaan terhadapnya, jawabannya sangat pelan dengan nada monoton, kemudian dengan suara aneh dia akan mengucapkan atau menceritakan dirinya dengan bebebrapa kata, kemudian diam menyendiri lagi. d) Tidak pernah bertanya, tidak menujukkan rasa takut,

tidak punya keinginan yang bermacam-macam, serta tidak menyenangi sekelilingnya.

e) Tidak tampak ceria.

f) Tidak perduli dengan lingkungannyan.

53 Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Di Sekolah Luar Biasa (SLB), 2010

54 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Tunagrahita Suatu Pengantar Dalam Pendidikan Inklusi (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), Hal. 145-146


(1)

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, penulis menyimpulkan hasil tentang layanan bimbingan karir anak berkebutuhan khusus di SMK Negri 8 Surabaya, bahwa:

1. Peran guru bimbingan dan konseling (konselor) bagi anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya ialah di bantu oleh Guru Pendamping Khusus (GPK). Setelah di tetapkanya anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah formal bersama anak reguler oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, melalui Dinas Pendidikan Kota Surabaya, maka sekolah yang di amanahi untuk menerima dan mendidik anak berkebutuhan khusus dinas memfasilitasi guru pendamping untuk bertugas mendampingi anak berkebutuhan khusus. Akan tetapi antara guru bimbingan konseling dengan guru pendamping khusus masih saling berkoordinasi, dengan kata lain guru bimbingan konseling tidak lepas tangan untuk menangani anak berkebutuhan husus, karena guru pendamping khusus hanya sebatas mendampingi dan memberi motivasi kepada anak berkebutuhan khusus.

2. Layanan bimbingan karir anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 surabaya ialah kerjasama dengan industry/ atau perusahaan. Seperti hotel berbintang, salon kecantikan, restoran dan pizza hut. Disesuaikan


(2)

118

dengan program yang ada di SMK Negeri 8 Surabaya yaitu magang atau praktek lapangan, Kerja sama dengan perusahaan atau industry menjadi salah satu cara dari SMK Negeri 8 Surabaya untuk bisa memberikan pelatihan dan pengalaman bagi siswa SMK Negeri 8 surabaya baik siswa yang regular dan siswa inklusi atau anak berkebutuhan khusus. Dan jika dikira kurang mampu untuk praktek di lapangan, maka dari sekolah memfasilitasi dengan praktek di sekolah dengan waktu yang sama sesuai dengan jurusannya.

3. Faktor kendala atau penghambat ialah 1) ketika praktek mendampingi 2-3 anak dengan keterbatasan yang berbeda. 2) ada sebagian guru mata pelajaran atau guru kelas belum bisa menerima kehadiran anak berkebuthuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya. 3) komunikasi.

Faktor pendukung atau penyemangat ialah 1) semangat orang tua menjadi penyemangat guru pendamping. 2) dukungan dari sekolah. 4. Hasil layanan bimbingan karir untuk anak berkebutuhan khusus adalah

banyak alumni dari SMK Negeri 8 Surabaya yang langsung bekerja dan melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu ke perguruan tinggi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian mengenai Layanan Bimbingan Karir Anak Berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya, penulis memiliki beberapa saran sebagai berikut:


(3)

119

1. Kepala sekolah

Kepala sekolah hendaknya terus mengevaluasi dan mengembangkan pelaksanaan bimbingan karir anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya, sehingga dapat menjadi contoh bagaimana layanan bimbingan karir anak berkebutuhan khusus untuk instansi yang lain.

Selalu mencermati dan meneliti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang di buat guru, apakah nilai-nilai karakter sudah diintegrasikan, metode, media pembelajan, serta evaluasi yang digunakan sudah tepat, tidak hanya tanda tangan.

2. Guru kelas dan guru pendamping

Guru hendaknya mampu menjalankan pendidikan pembelajaran dengan lebih seefektif mungkin dan menggunakan seluruh kompetensi (kemampuan) yang dimiliki untuk melaksanakan tugasnya sebagai pendidik serta bisa menjadi teladan dan panutan bagi siswa dalam bertutur kata dan berperilaku.

Guru hendaknya lebih kreatif dalam praktek dan menkaitkan ke materi umum lainnya seperti halnya memberikan contoh dalam bentukcerita yang menarik, karena pada dasarnya banyak materi umum yang dapat disisipi dengan pendidikan karkter/ akhlak.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang, SISDIKNAS (sistem pendidikan nasional) nomor 20 tahun 2003 Redaksi Sinar Grafika, UU Perlindungan Anak (UU RI No. 13 Tahun 2003), Jakarta: Sinar Grafika, 2003

Gunawan Yusuf, Pengantar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992

Gunarsa Singgih D. Psikologi Untuk Membimbing, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia,2002

Walgito Bimo, Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir) Yogyakarta: Andi Offset, 2010

Stubbs Sue, pendidikan inklusif ketika hanya sedikit sumber, Bandung: UPI jurusan pendidikan luar biasa, 2002

Manrihu Thayeb, Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier, Jakarta: Bumi Aksara, 1992

Smart Aqila, Anak Cacat Bukan Kiamat, Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2010

Geniofam, Mengasuh & Mensukseskan Anak Berkebutuhan Khusus, Yogyakarta: Garailmu, 2010

Ramana Hibana S, Bimbingan Dan Konseling Pola 17 Yogyakarta: UCY Press Yogyakarta, 2003

Surya Moh, Dasar-Dasar Konseling Pendidikan (Teori Dan Konsep), Yogyakarta: Kota Kembang, 1988

Prof. Dr. Priyatno Dan Drs. Erman Anti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, Jakarta: Renika Cipta, 1999

Drs Daryanto Dan Drs Tasrial, M. Si, Pengembangan Karir, Jakarta: Gava Media 2013

Dariyo Agoes, Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor: PT Ghalia indonesia, 2010

Ketut Sukardi Dewa, Bimbingan Karir Di Sekolah-Sekolah, Jakarta: Proyek Buku Terpadu Jakarta, Pusat Perbukuan Depdikbud SPK No.890/3006 Dan Proyek Peningkatan Pendidikan Kejuruan Non.Teknik II, 1984


(5)

Sutirna, Bimbingan Konseling (Pendidikan Formal Dan Non Formal), Yogyakarta: Andi,2013

Helpia Kholis, model konsling kari terhadap seorang mantan penderita SKIZOFRENIA liponsos di keputih Surabaya (analisis pelayanan karir), skripsi jurusan bimbingan konseling islam fakultas dakwah dan komunkasi universitas islam negeri sunan ampel surabaya, digilib uin sunan ampel Surabaya.

Darul Faruqi, model pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) Di SMK Negeri 1 sidoarjo, skripsi jurusan PAI fakultas tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya, digilib UIN Sunan Ampel Surabaya.

Ahmadi Abu Dan Ahmad Rohani HM, Bimbingan Konseling Di Sekolah, Jakarta: PT. Aneka Cipta, 1991

Kartono Kartini , Menyiapkan Dan Membandu Karir, Surabaya: CV.Raja Wali,1985 Cet 1

Jannah Miftakhul & Ira Darmawanti, Tumbuh Kembang Anak Usia Dini & Deteksi Dini pada Anak Berkebutuhan Khusus, Surabaya: Insight Indonesia, 2004

Hadits Abdul, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik , Bandung: Alfabeta, 2006

Smart Aqila, Anak Cacat Bukan Kiamat, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010 Geniofam, Mengasuh & Mensukseskan Anak Berkebutuhaln Khalusus,

Yogyakarta: Gara Ilmu, 2010

Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Di Sekolah Luar Biasa (SLB)

Hadis Abdul. Pendidikan Anak Berkebutuhan Autistic, Bandung: Alfabeta, 2006 Delphie Bandi, Pembelajaran Anak Tunagrahita Suatu Pengantar Dalam

Pendidikan Inklusi Bandung: PT. Refika Aditama, 2006

Sarwono Jonatan, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006

Moleong L. J. Metodelogi Penelitian Kualitatif, rev. Ed. Bandung: Rosda Karya, 2008


(6)

Bungin. Metodelogi Penelitian sosial format-format kuantitatif dan kualitatif, surabaya: Airlangga Universitty, 2001

suryabrata Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1983

Mulyana Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006

Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997

Sudijono Anas, Pengatar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008

Sukma dinata Nana Syaodih, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009

Prof. Dr. Sugiyono, memahalami penelitian Kualitatif, CV ALFABETA Bandung, 2010

Wawancara guru dan orang tua

Ibu Nimas Yuniatul Ulfa, S. Pd. (guru pendamping khusus ABK di SMK Negeri 8 Surabaya), wawancara pribadi, surabaya pada 21 juli 2016

Ibu Dra. Sri Tjahyono watie, M. M (kepala sekolah SMK Negeri 8 Surabaya) , wawancara pribadi, surabaya pada tanggal 30 mei 2016.

Ibu Suparmi, S. Pd. (guru bimbingan konseling, koordinator ABK di SMK Negeri 8 Surabaya), wawancara pribadi, tanggal 26 juli 2016

Bapak Suharto, S. Pd. (Guru bimbingan konseling SMK N 8 surabaya) wawancara pribadi, tanggal 30 mei 2016.

Ibu Hasmilaeliyah, (Orang tua dari Atika salah satu anak berkebutuhan khusus alumni SMK Negeri 8 Surabaya) wawancara pribadi, pada tanggal 25 juli 2016

SUMBER INTERNET

http://totoyulianto.wordpress.com/2013/03/11/peraturan-tentang-sekolah-inklusi/. Diakses pada tanggal 25 juli 2016.

http://id.m.wikipedia.org/wiki/anak_berkebutuhan_khusus. Diakses pada tanggal 25 juli 2016.