KONFLIK MASYARAKAT DENGAN PELAKU HOME INDUSTRY DI DESA TAMBAR KECAMATAN JOGOROTO KABUPATEN JOMBANG.

(1)

KONFLIK MASYARAKAT DENGAN PELAKU HOME INDUSTRY

di Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Sosial (S.Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

RIDWAN FARID NIM. B75211093

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Ridwan Farid, 2015. Konflik Masyarakat Dengan Pelaku Home Industry di Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang. Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci: Konflik Masyarakat Dan Home Industry

Konflik adalah perselisihan atau persengketaan antara dua atau lebih kekuatan baik itu individu atau kelompok yang kedua belah pihak mempunyai atau memiliki keinginan untuk saling menjatuhkan. Home Industry (atau ditulis/dieja dengan

“Home Industri”) adalah rumah usaha produk barang atau juga perusahaan kecil.

Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah.

Bagaimana bentuk serta faktor apa yang melatarbelakangi terjadinya konflik yang terjadi antara masyarakat dengan pelaku Home Industry alat-alat dapur di Dusun Tambar Utara Desa Tambar Kacamatan Jogoroto Kabupaten Jombang?

Guna menjawab permasalahan tersebut, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif ini agar memperoleh data penelitian yang bersifat mendalam. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data juga diperoleh dari data primer dan skunder. Data primer adalah Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian menggunakan alat pengukur atau pengukuran data langsung pada obyek sebagai informasi yang akan dicari. Sedangkan data skunder adalah data skunder adalah data-data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh dari subyek penelitian. Data yang diperoleh kemudian disajikan secara deskriptif dan dianalisis dengan teori konfik sosial Ralf Dahrendorf

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Konflik Masyarakat Dengan Pelaku Home Industry Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang Dengan adanya fokus penelitian tersebut, diperoleh hasil mengenai konflik masyarakat dan pelaku Home Industry sosial yaitu: bahwa ada beberapa faktor pemicu yang menjadikan konflik itu terjadi seperti: bau yang ditimbulkan, udara yang tercemari serta kebisingan proses produksi. Konflik antara masyarakat dengan pelaku Home Industry juga tidak hanya berdampak positif akan tetapi adapula dampak negative ketika konflik itu terjadi. Terdapat beberapa langkah yang dilakukan pemerintah desa serta aparat penegak hukum untuk meminimalkan konflik itu tidak terjadi kembali.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I: PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Konseptual ... 6

F. Telaah Pustaka ... 12

G. Metode Penelitian... 13

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 13

2. Lokasi dan waktu Penelitian ... 15

3. Pemilihan subjek penelitian ... 16

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 19

5. Teknik Pengumpulan Data ... 21

6. Teknik Analisis Data ... 24

7. Teknik Keabsahan Pemeriksaan Data ... 26


(7)

BAB II: KONFLIK DALAM PERSPEKTIF RALF

DAHRENDORF... 31

A. Teori Konflik ... 26

BAB III: KONFLIK MASYARAKAT DENGAN PELAK HOME INDUSTRY ... 41

A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian ... 41

1. Keadaan Umum Desa Tambar ... 41

a. Luas Desa Tambar... 42

b. Orbitasi Desa Tambar ... 42

c. Batas Wilayah Desa Tambar ... 43

2. Sarana dan Prasarana Desa Tambar ... 44

a. Bidang Pendidikan ... 44

b. Sarana Peribadatan ... 46

c. Sarana Kesehatan ... 47

d. Sarana Perekonomian ... 47

3. Jumlah Penduduk ... 49

a. Kondisi Demografi ... 49

4. Pertanian dan Peternakan ... 52

B. Hasil Deskripsi Penelitian ... 53

1. Sejarah adanya Home Industry di Desa Tambar ... 54

2. Latar Belakang Konflik Masyarakat dengan Pelaku Home Industry ... 58

3. Bentuk-bentuk Konflik yang terjadi antara Masyarakat dengan Pelaku Home Industry ... 68

a. Konflik berupa fisik ... 68

b. Konflik yang berupa non-fisik ... 71

4. Usaha-usaha yang dilakukan guna menanggulangi terjadinya konflik ... 72

C. Konflik masyarakat dengan pelaku Home Industry dilihat dari Teori Konflik Ralf Dahrendorf ... 76

BAB IV: PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83


(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Industrialisasi merupakan suatu proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan antarnegara. Hal itu sejalan dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat dan mendorong struktur pertumbuhan ekonomi.1 Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan kemampuan memanfaatkan secara optimal sumber daya alam dan sumber daya lainnya.

Namun disini yang akan peneliti bahas ataupun fokuskan adalah Home Industry yang berproduksi ditengah-tengah masyarakat, kita mengetahui bahwa kegiatan produksi suatu usaha pasti akan mempunyai dampak yang beragam dimasyarakat apabila dalam sistem produksinya kurang memperhatikan lingkungan sekitar. Ini juga yang sekarang dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Desa Tambar Kacamatan Jogoroto Kabupaten Jombang, bagaimana mereka merasakan lingkungan mereka tercemari karena adanya kegiatan produksi Home Industry alat-alat dapur. Home Industry yang sejatinya perusahaan rumahan dan bisa membaur dengan masyarakat karena produksi mereka yang diyakini tidak akan

1 Tulus T.H. Tumbunan, Industrialisasi di Negara Berkembang Kasus Indonesia, (Jakarta:


(9)

2

membuat persinggungan, namun semua itu berubah dengan berjalannya waktu dan melihat realitas yang ada dimasyrakat.

Home Industry di Desa Tambar Kacamatan Jogoroto Kabupaten Jombang sudah berjalan lama yakni berumur sekitar 20 tahun yang lalu, dimulai dari tahun 1995 silam dusun ini berubah dari sebagian besar pematang sawah namun sekarang sudah menjadi kawasan Home Industry alat-alat dapur. Pemerintah Kabupaten Jombang sendiri sudah membuat kawasan ini menjadi kawasan Home Isdustry. Home Industry disini berbentuk seperti Wajan, Serok, Sutil dan juga Panggangan. Jaringan dari produk rumahan inipun tidak main-main karena memang sudah banyak produk Home Industry mereka yang terjual sampai diluar lingkup kabupaten Jombang.

Dengan berkembangnya produk rumahan ini pasti menambah gairah untuk bisa memproduksi skala besar dalam diri para pengusaha, inipun benar dilakukan namun mereka para pelaku usaha ini kurang memperhatikan lingkungan sekitar. Karena dengan jumlah produksi yang semakin bertambah maka kesibukan atau limbah produksi juga semakin meningkat, dan masyarakatlah yang mengalami dampaknya. Seperti lingkungan udara yang tercemari karena memang Home Industry ini lokasi produksinya berada ditengah-tengah pemukiman masyarakat masyarakat serta suara kebisingan yang terjadi selama proses produksi.

Seperti contoh pabrik Home Industry UD. LOGAM JAYA milik bapak H. Imam Nawawi dan Hj. Mud ini merupakan Home Industry yang


(10)

3

menurut peneliti masuk dalam skala besar dan memproduksi alat dapur

“Wajan” disini masyarakat menjadi korban dari kegiatan produksi Home Industry UD. LOGAM JAYA. Didaerah ini mereka harus merasakan pencemaran udara karena produksinya, lalu ada juga bau menyengat dari hasil limbah produksi serta kebisingan yang ditimbulkan dari alat-alat produksi tersebut. Ada juga Home Industry yang dimiliki oleh bapak Bagio dan Ibu Liana, menurut banyak masyarakat masih banyak tempat yang sudah melakukan pencemaran lingkungan dengan cara yang sudah disebutkan diatas.2

Namun selama ini masyarakat belum ada yang berani untuk unjuk rasa atau demo di kedua Home Industry tersebut yang sudah mencemari lingkungan mereka, semua ini terjadi karena ketika masyarakat sudah mulai ramai dilapisan bawah atau masyarakat menggerutu disebabkan produksi Home Industry, seketika itu juga pengusaha bertindak dermawan dengan membagikan sejumlah kompensasi kepada masyarakat. Menurut peneliti sikap para pelaku Home Industry tersebut adalah sebagai usaha untuk membungkam kritik-kritik dari masyarakat masyarakat terhadap sistem produksi Home Industry mereka.

Konflik disini terjadi adalah karena para pelaku Home Industry kurang peka membaca gejala sosial yang terjadi di masyarakat. Hal ini terlihat bagaimana ketika masyarakat sudah mulai terganggu dengan produksi Home Industry mereka dan seketika itu pelaku Home Industry


(11)

4

bersikap baik kepada masyarakat sekitar. Disini konflik yang berkembang dimasyarakat adalah karena bau menyengat limbah produksi, udara sekitar yang tercemari dan suara kebisingan dari hasil produksi yang menggangu masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana bentuk konflik yang terjadi antara masyarakat dengan pelaku Home Industry alat-alat dapur di Desa Tambar Kacamatan Jogoroto Kabupaten Jombang?

2. Faktor apa yang melatarbelakangi terjadinya konflik yang terjadi antara masyarakat dengan pelaku Home Industry alat-alat dapur di Desa Tambar Kacamatan Jogoroto Kabupaten Jombang?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang ada diatas tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk konflik yang terjadi antara masyarakat dengan pelaku Home Industry alat-alat dapur di Desa Tambar Kacamatan Jogoroto Kabupaten Jombang.

2. Untuk mengetahui faktor apa yang melatarbelakangi terjadinya konflik yang terjadi antara masyarakat dengan pelaku Home Industry alat-alat dapur di Desa Tambar Kacamatan Jogoroto Kabupaten Jombang.


(12)

5

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian yang berjudul “Konflik Masyarakat dengan Pelaku Home Industry di Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang”. Peneliti juga memiliki manfaat dari penelitian yang telah dilakukan. Sebagaimana peneliti berharap bahwa hasil dari penelitian tersebut dapat menjadikan masukan dan dapat memberikan manfaat.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis pengkajian penelitian konflik masyarakat dengan pelaku Home Industry alat-alat dapur di Desa Tambar Kacamatan Jogoroto Kabupaten Jombang ini dapat bermanfaat dan berkontribusi bagi penulis atau peneliti berikutnya. Serta bisa menambah wawasan khazanah ilmu pengetahuan secara spesifik dalam bidang ilmu sosial, baik secara kritis maupun empiris. Dan juga diharapkan dapat menemukan suatu solusi dalam mengatasi konflik yang terjadi di masyarakat.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Memberikan manfaat bagi peneliti untuk dapat mengetahui konflik yang terjadi antara masyarakat dengan pelaku Home Industry dan juga guna menerapkan disiplin ilmu yang diperoleh selama ini dibangku perkuliahan.


(13)

6

b. Bagi Civitas Akademik

Secara umum hasil penelitian ini bisa berguna sebagai rujukan referensi bagi para pendidik fakultas ilmu sosial ilmu politik dalam proses belajar ilmu sosial, serta bisa memberikan gambaran tentang konflik sosial yang terjadi dimasyarakat. Sehingga dalam kehidupan sosial nantinya apabila menjadi seorang sosiolog maka mereka dapat menjadi penengah yang bijaksana dalam menghadapi setiap gejala sosial yang ada dimasyarakat.

E. DEFINISI KONSEPTUAL

Definisi konseptual merupakan penjelasan dari setiap kata dalam judul penelitian yang membutuhkan sebuah penjelasan yang lebih lanjut. Tujuan definisi konseptual yaitu untuk menghindari kesalahfahaman dalam mengartikan maksud dari judul penelitian tersebut dan agar mengetahui makna dari judul tersebut. Maka dari itu peneliti akan memberikan definisi yang ada di dalam setiap kata yang digunakan dalam judul yaitu “Konflik Masyarakat dengan Pelaku Home Industry di Desa Tambar Kecamatan

Jogoroto Kabupaten Jombang”

Adapun definisi konseptualnya adalah sebagai berikut:

1. Konflik

Konflik merupakan perselisihan mengenai nilai-nilai atau tuntutan berkenaan dengan status, kekuasaan, dan sumber-sumber kekayaan yang persediaanya terbatas. Tidak ada


(14)

7

masyarakat yang tidak pernah melakukan konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik akan hilang dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.3 Konflik adalah suatu bentuk pertentangan alamiah yang dihasilkan oleh individu atau kelompok yang berbeda (etnik, suku bangsa, ras dan juga agama) karena diantara mereka pasti memiliki perbedaan dalam sikap, kepercayaan, nilai dan kebutuhan.

Konflik biasanya dimulai dengan hubungan pertentangan antara dua atau lebih etnik (individu atau kelompok) yang memiliki atau merasa memiliki sasaran-sasaran tertentu namun diliputi pemikiran, perasaan atau perbuatan yang tidak sejalan.4

Konflik dalam judul penelitian “Konflik Masyarakat dengan Pelaku Home Industry di Desa Tambar Kecamatan Jogoroto

Kabupaten Jombang” merupakan gejala sosial yang berujung

anarkisme yang dialami oleh pelaku Home Industry ini semua terjadi karena akibat produksi Home Industry mereka. Masyarakat yang dirugikan dengan adanya produksi Home Industry itu mengeluhkan dengan adanya limbah pabrik yang dihasilkan.

3 Wirawan I.B, Teori-Teori sosial Dalam Tiga Paradigma, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2012), Hlm.91.

4 Alo Liliweri, Prasangka dan Konflik, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2005),


(15)

8

2. Masyarakat

Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah dirumuskan dengan jelas, serta masyarakat manusia yang hidup bersama bercampur aduk dalam waktu yang lama. Mereka sadar bahwa mereka satu kesatuan disisi lain mereka juga merupakan suatu sistem kehidupan bersama, menimbulkan kebudayaan oleh karenanya setiap anggota kelompok merasa dirinya tertarik satu sama lain.5

Masyarakat disini adalah bagian dari penduduk Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang yang tidak menyukai dengan beroperasinya Home Industry di lingkungan tempat tinggal mereka. Ini terjadi karena Home Industry tersebut sudah mencemari lingkungan tempat tinggal mereka, sehingga banyak masyarakat yang merasa terganggu dengan beroperasinya Home Industry tersebut.

Penelitian ini membahas tentang konflik antara masyarakat dengan pelaku Home Industry alat-alat dapur, dimana prilaku pengusaha Home Industry ini sudah merugikan masyarakat sekitar dalam produksinya karena sudah mencemari lingkungan


(16)

9

dalam artian seperti pencemaran udara, serta bau menyengat hasil dari limbah produksi dan pengoprasian yang sudah mengganggu ketertiban bersama karena sangat menimbulkan bunyi kebisingan, sehingga banyak diantara masyarakat yang mengeluhkan adanya Home Industry tersebut.

3. Home Industry

Secara bahasa, home berarti rumah, tempat tinggal ataupun kampung halaman. Sedangkan industry dalam kamus ilmiah popular dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha produk barang maupun perusahaan kecil. Atau secara singkatnya, Home Industry adalah rumah usaha produk barang atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis ekonomi ini dipusatkan dirumah. Pengertian usaha kecil secara jelas tercantum dalam UU No. 9 Tahun 1995, yang menyebutkan usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dengan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000 Kriteria lainnya dalam UU No. 1995 adalah: milik WNI, berdiri sendiri, berafiliasi langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau besar dan


(17)

10

berbentuk badan usaha perorangan, baik berbadan hukum maupun tidak.6

Dalam penelitian ini yang dimaksudkan adalah semua pabrik Home Industry alat-alat dapur, seperti Wajan, Serok, Sutil dan juga Panggangan yang ada dalam peta wilayah Desa Tambar Kacamatan Jogoroto Kabupaten Jombang. Karena memang desa tambar ini adalah kawasan atau desa yang sudah dijadikan kawasan Home Industry oelh pemerintah kabupaten Jombang yang dimana memproduksi alat-alat dapur.

Namun dengan berjalannya waktu, banyak terjadi gejala sosial yang mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat disekitar Home Industry tersebut. Dalam kenyataan sosial pabrik Home Industry sudah melanggar kesepakatan bersama dengan masyarakat bahwasanya pelaku Home Industry akan mengolah limbah sehingga tidak tidak berdampak buruk bagi masyarakat sekitar, tapi sekarang sudah berubah karena mereka atau pelaku Home Industry tidak lagi memikirkan dampak yang ditimbulkan oleh beroperasinya Home Industry tersebut sehingga mencemari lingkungan sekitar.

6http://www.missane.blog.friendster.com/2007/08,Suzan Dwi Selawati, Home Industri dan


(18)

11

F. TELAAH PUSTAKA

Berdasarkan observasi yang dilakukan selama proses penelitian, peneliti menemukan beberapa penelitian yang relevan dan memiliki kajian obyek yang sama dengan kajian obyek yang diteliti oleh peneliti. Dalam hal ini ada beberapa penelitian yang dianggap peneliti relevan.

1. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Umar Fuadul Anis (2012) yang berjudul Konflik Antar Masyarakat Dua Dusun: ”Studi Kasus Di Desa

Bangeran Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik”. Dalam penelitian tersebut saudara Umar Fuadul Anis lebih memfokuskan upaya apa yang dilakukan oleh perangkat desa serta penegak hukum dalam mengatasi konflik antar masyarakat. Disini upaya yang dilakukan oleh perangkat desa dan penegak hukum adalah dengan cara, pembinaan dan penyuluhan tentang kesadaran hukum terhadap semua lapisan masyarakat sehingga konflik antar desa ini tidak akan terjadi lagi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif dengan berbasis studi kasus.

2. Penelitian yang dilakukan oleh saudari Siti Sa’diyah (2013) dengan

judul penelitian Konflik Antar Pedagang Stand dengan Pedagang Kaki

Lima di Pasar Baru Gresik. Dalam penelitian ini saudari Siti Sa’diyah

memfokuskan penelitiannya dengan apa yang meletarbelakangi konflik antar pedagang stand dengan pedagang kaki lima di pasar baru Gresik. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa konflik terjadi karena pedagang


(19)

12

kaki lima berjualan di depan pintu masuk pasar baru Gresik, sehingga akses jalan untuk konsumen masuk ke pasar baru Gresik tersumbat sehingga konsumen lebih memilih membeli di pedagang kaki lima di bandingkan dengan membeli di pedagang stand dalam pasar. Disini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan berbasis studi kasus.

3. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Rizalul Farikhin (2014) dengan judul penelitian Konflik Masyarakat Dengan Pengusaha Penggalian Sirtu Di Dusun Watuumpak Desa Kepuhpandak Kecamatan Kutorejo Kabupaten Mojokerto. Disini peneliti memfokuskan penelitiannya dengan apa yang melatarbelakangi terjadinya konflik masyarakat dengan pengusaha penggalian sirtu Dusun Watuumpak Desa Kepuhpandak Kecamatan Kutorejo Kabupaten Mojokerto. Konflik ini terjadi karena masyarakat merasa dengan adanya penggalian sirtu ini, mengakibatkan kerusakan tanah didesa mereka dan juga karena pengusaha ini tidak menepati kesepakatan awal waktu perizinan pembuatan penggalian sirtu.

Dengan melihat fokus penelitian yang diteliti oleh saudara Umar Fuadul Anis, Siti Sa’diyah dan Rizalul Farikhin jelas berbeda dengan penelitian peneliti yang mana judul saja sudah berbeda. Kemudian juga mengenai tempat penelitian, subyek penelitian yang ada pada penelitian saudara Umar Fuadul Anis, Siti Sa’diyah dan Rizalul Farikhin jelas sudah berbeda dengan penelitian peneliti. Adapun perbedaan lain dari penelitian


(20)

13

peneliti adalah berfokus terhadap bagaimana bentuk konflik masyarakat dengan pelaku Home Industry serta apa yang melatarbelakangi konflik itu terjadi. Sehingga bisa dipastikan bahwasanya penelitian ini memang berbeda dengan penelitian sebelumnya.

G. METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada dasarnya adalah merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut memiliki empat kata kunci yang perlu kita perhatikan, yaitu cara ilmiah, data, tujuan serta kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian tersebut didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yakni rasional, empiris serta sitematis. Rasional berarti kegiatan penelitian tersebut dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal.7

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Metode kualitatif disebut juga sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretative karena data hasil dari penelitian ini lebih dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan dilapangan. Metode kualitatif sering juga disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan dalam kondisi yang alamiah (natural setting).8

7 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2013),

Hlm.2.

8 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010),


(21)

14

Disini, peneliti melakukan penelitian di desa tambar dengan tanpa mempengaruhi dan memanipulasi obyek penelitian atau kondisi masyarakat. Serta dinamika masyarakat dusun tambar utara dan kondisi masyarakatnya masih tetap seperti adanya tanpa ada campur tangan dari peneliti.

Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling, dan snowball sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Misalnya orang yang dianggap paling tahu apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sempel sumber data akan semakin besar.9

Pendekatan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan pendekatan paradigma kualitatif, penelitian kualitatif merupakan suatu langkah yang ditempuh untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk wawancara atau

9 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010),


(22)

15

mengajukan beberapa pertanyaan kepada informan dalam bentuk saling berkomunikasi, serta ucapan dan perilaku yang dapat diamati oleh orang-orang itu sendiri.10

Latar belakang peneliti memilih metode penelitian kualitatif deskriptif yaitu karena peneliti melihat bahwa metode penelitian kualitatif deskriptif sangat sesuai dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti dan sesuai dengan tema yang diambil oleh peneliti. Metode penelitian kualitatif deskriptif dalam prosedur penulisannya berbentuk kata-kata, gambar, dan datanya meliputi transkip wawancara, catatan data lapangan, foto-foto, dokumentasi pribadi serta deskripsi mengenai data situasi. Peneliti beranggapan bahwa jenis penelitian deskriptif ini dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Sebagaimana dalam hasilnya nanti berbentuk deskripsi atau narasi tertulis.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Tambar Kacamatan Jogoroto Kabupaten Jombang. Dengan sasaran penelitian adalah masyarakat yang ada disekitaran Home Industry alat-alat dapur dengan harapan serta pertimbangan bahwa ditempat tersebut memiliki kondisi yang diharapkan peneliti dan untuk bisa menjawab permasalahan penelitian tersebut.

10 Ida Bagoes Mantra, Filsafat Penelitian & Metode Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Pustaka


(23)

16

Penelitian ini membutuhkan waktu kurang lebih sekitar lamanya adalah lima bulan lamanya, untuk bisa mendapatkan informasi dilapangan yang benar-benar akurat serta valid serta mendapatkan jawaban dari rumasan masalah yang peneliti paparkan tadi. Peneliti juga memanfaatkan jaringan pertemanan yang memang itu adalah awal mendapatkan informasi dari penelitian tersebut.

Tabel 1.1 Proses Penelitian

No Tahap Penelitian Waktu Penelitian

1 Pra-Studi Lapangan Maret-April

2 Studi Lapangan Mei-Juni

3 Pembuatan Laporan Juli-Selesai

Sumber Data: Penentuan Jadwal Penelitian

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Untuk menghimpun informasi, guna mendapatkan data yang akurat maka dibutuhkan informan. Informan merupakan orang yang mengerti dengan permasalahan yang diteliti sehingga mampu memberikan keterangan dan data yeng signifikan sesuai dengan penelitian terkait. Dalam penelitian ini informannya meliputi pelaku Home Industry serta beberapa elemen masyarakat Desa Tambar Kacamatan Jogoroto Kabupaten Jombang seperti tokoh masyarakat dan juga masyarakat yang terlibat dalam konflik tersebut. Serta ada juga perangkat desa selaku pemangku kebijakan atau pemberi izin beroprasinya Home Industry didaerah tersebut.


(24)

17

Melalui metode pemilihan subyek penelitian ini, peneliti bermaksud bisa mengungkapkan data yang bersifat snowball sampling yang merupakan teknik penentuan sampel yang awal mulanya jumlah informan kecil namun selanjutnya membesar. Dalam penentuan sampel, peneliti pertama-tama adalah memilih satu ataupun dua orang informan, tetapi karena dua orang informan tersebut belum memenuhi kelengkapan data yang diperoleh dari informan sehingga peneliti mencari informan lainnya untuk melengkapi data yang diperoleh sebelumnya. Menurut sumber data ini dibedakan menjadi dua, yakni data primer dan data sekunder.11

Sumber data merupakan bagian yang sangat berpengaruh terhadap hasil dari penelitian yang akan diperoleh, ketepatan dalam mengambil sumber data akan menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sebaliknya apabila terjadi kesalahan dalam menggunakan juga memahami serta memilih sumber data, maka data yang diperoleh bisa dipastikan akan meleset dari apa yang kita harapkan. Sehingga dalam penelitian, peneliti haruslah benar-benar mampu memahami sumber data mana yang harus dipakai. Burhan bungin membagi sumber data menjadi dua jenis, yaitu sumber data primer dan sekunder:12

a. Sumber Data Primer

11 Suyanto Sutinah, Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, (Yogyakarta:

Kencana Perdana Media Group, 2007), Hlm.55.

12 Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif,


(25)

18

Adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian menggunakan alat pengukur atau pengukuran data secara langsung pada obyek sebagai informasi yang akan dicari.13 Data primer yang dimaksud ini adalah sumber data yang digali langsung dari data-data yang diambil berhubungan dengan permasalahan yang mendukung obyek penelitian, dilakukan dengan mencari mengkaji sumber-sumber yang tertulis abik dari buku maupun artikel-artikel, surat kabar serta majalah dan juga catatan dari berbagai instansi.

Tabel 1.2 Data Informan

NO Nama Keterangan Usia

1 Jawahirul Fuad Kepala Desa 48 Tahun

2 Rudin Pengusaha Serok 43 Tahun

3 Khusein Pengusaha Panggangan Ikan 51 Tahun

4 Bagio Pengusaha Wajan 55 Tahun

5 Luluk Pengusaha Sutil 52 Tahun

6 Rustamaji Masyarakat Sekitar 61 Tahun

7 Khusnan Masyarakat Sekitar (Buruh) 45 Tahun

8 Wakiah Masyarakat Sekitar (Buruh) 39 Tahun

9 Solikhah Masyarakat Sekitar (Buruh) 55 Tahun

10 Isnaini Masyarakat Sekitar (Buruh) 42 Tahun

11 Sulthon Masyarakat Sekitar 46 Tahun

Sumber: Hasil wawancara dengan Informan

b. Sumber Data Sekunder

Data Sekunder dalah data-data yang tidak langsung yang diperoleh dari pihak lain, atau tidak langsung diperoleh dari dari


(26)

19

subyek penelitian. Data tersebut diperoleh dari dokumentasi berupa gambar dan surat kabar yang ada dan diperoleh peneliti.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Untuk melakukan sebuah penelitian kualitatif, perlu mengetahui tahap-tahap yang akan dilalui dalam proses penelitian. Untuk itu peneliti harus menyusun tahap-tahap penelitian yang lebih sistematis agar dapat diperoleh hasil penelitian yang sistematis pula.14

a. Tahapan Pra-Lapangan

Tahap pra-lapangan merupakan tahap penjajakan penelitian lapangan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti yaitu:

1. Menyusun rancangan penelitian

Dalam menyusun rancangan penelitian, peneliti berangkat dari permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian.

2. Memilih lapangan penelitian

Dalam memilih lapangan penelitian, peneliti berpijak dari rumusan masalah yang telah diangkat sehingga peneliti bisa memilih lokasi penelitian yang sesuai.

3. Mengurus surat perijinan

14 Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitaif, (Bandung: Remaja Rosda Karya. 2001),


(27)

20

Dalam melakukan penelitian, peneliti harus mempunyai surat perijinan meneliti sehingga dapat memudahkan peneliti dalam proses penelitian.

4. Penilaian lokasi penelitian

Di dalam penilaian lokasi penelitian, peneliti harus melihat lokasi penelitian yang berhubungan dengan situasi, kondisi, latar beserta konteksnya yang sesuai dengan permasalahan yang telah diangkat oleh peneliti.

5. Memilih dan memanfaatkan informan

Sehubungan dengan informan yang akan digunakan didalam pengumpulan data dalam penelitian, maka informan yang dipilih oleh peneliti harus benar-benar mengetahui dan memahami akan kondisi yang berada di lokasi penelitian. Di dalam pemilihan informan tidak hanya satu sumber saja yang diambil melainkan harus ada sumber lain guna mencapai kevaliditasan data.

6. Menyiapkan perlengkapan penelitian seperti alat tulis, kamera, recorder, dan sebagainya.

b. Tahapan Pekerjaan Lapangan

Tahap ini mempersoalkan tentang segala macam pekerjaan lapangan antara lain yaitu:


(28)

21

Dalam tahap ini peneliti memegang peranan sangat penting karena pada penelitian ini peran aktif dan juga kemampuan peneliti dalam mengumpulkan data sangat diperlukan. Tahap ini lakukan dengan:

a. Observasi terlibat

b. Interview atau wawancara mendalam c. Dokumentasi

2. Tahap analisis data

Merupakan proses untuk bisa mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu: wawancara, pengamatan, catatan lapangan, dokumen dan data lain yang mendukung dikumpulkan, diklasifikasi dan dianalisa dengan domain.

3. Tahap Penulisan Laporan

Merupakan hasil akhir dari suatu penelitian, sehingga dalam tahap ini peneliti mempunyai pengaruh terhadap hasil penulisan laporan. Penulisan laporan yang sesuai dengan prosedur penulisan yang baik akan menghasilkan kualitas yang baik pula terhadap hasil penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan hal yang penting dalam teknik pelitian, sebab dengan data tersebut sebuah penelitian akan lebih mudah


(29)

22

lebih akurat dan lebih mendetail. Pengumpulan data merupakan upaya sistematik untuk memperoleh subyek informasi tentang obyek penelitian tersebut (manusia, obyek, gejala dan sebagainya) dan setting terjadinya.15

Sedangkan teknik-teknik yang dipakai untuk pengumpulan data adalah:

a. Observasi

Adalah proses dengan pengamatan langsung serta cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standart lain untuk pertolongan tersebut. Observasi juga sama halnya dengan pengamatan atau pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.16

Dalam penelitian observasi ini yang paling penting mengandalkan pengamatan dan ingatan peneliti dengan tujuan agar memahami langsung bagaimana konflik yang terjadi pada Masyarakat Dusun Tambar Utara dengan pelaku Home Industry alat-alat dapur di Dusun Tambar Utara Desa Tambar Kacamatan Jogoroto Kabupaten Jombang.

Data yang diperoleh dari hasil observasi adalah:

 Mengetahui letak secara geografis dari lapangan yang akan diteliti.

15 B. Sandjaja & Alberus Heriyanto, Panduan Penelitian, (Jakarta: Prestasi Pustaka. 2011),

Hlm.47.


(30)

23

 Mengetahui karakter informan, sehingga sebisa mungkin informan merespon dengan baik serta tidak tersinggung dari pertanyaan yang diajukan peneliti.

b. Wawancara

Adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden, alat yang dinamakan adalah pedoman wawancara.17 Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara langsung dengan informan yang terkait dengan berbagai pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kepada masyarakat, Pelaku Home Industry serta semua pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman wawancara terstuktur dan tidak terstruktur sebagai berikut:

Wawancara Terstruktur

Ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti atau pengumpul data sudah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan intrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya telah disediakan.

Wawancara tidak terstruktur


(31)

24

Adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan adalah hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan dipertanyakan. Wawancara tidak terstruktur atau terbuka, sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau malah untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden.18

c. Dokumentasi

Adalah laporan dari kejadian-kejadian yan berisi pandangan serta pemikiran manusia dari masa lalu. Dokumen tersebut, secara langsung ditulis untuk tujuan komunikasi dan tranmisi keterangan. Sedangkan data-data yang dikumpulkan dengan teknik observasi dan wawancara cenderung merupakan data primer atau data langsung yang dapat dari pihak pertama. Semua teknik pengumpulan data ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif hanya untuk menggambarkan dan menjawab apa yang dicantumkan dalam rumusan masalah.

6. Teknik Analisis Data

Dengan penelitian seperti ini setelah semua data terkumpul maka data tersebut dianalisis dengan data sistemik dan data non-sitemik,

18 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta,


(32)

25

dengan menggunakan analisa deskriptif komperatif yaitu untuk mengetahui proses pelaksanaan penelitian yang sudah pernah diteliti sebelumnya.

Analisis data adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan, serta menyingkat data sehingga mudah untuk dibaca. Serta proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.

Data dan hasil yang dikumpulkan dan diorganisasikan atau diolah melalui beberapa beberapa langkah.19

a. Langkah reduksi data

Langkah ini dimulai dengan proses pemetaan untuk mencari persamaan dan perbedaan sesuai dengan tipologi data dan membuat analisis yang kesimpulannya dapat ditarik dan dikembangkan.

b. Langkah penyajian data

Dalam langkah ini dihubungkan hasil-hasil klasifikasi tersebut dengan referensi atau dengan teori yang berlaku dan mencari hubungan diantar sifat -sifat kategori.

c. Langkah menarik kesimpulan

19 Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitaif, (Bandung: Remaja Rosda Karya. 2001),


(33)

26

Dalam langkah ini peneliti menarik kesimpulan yang lebih kongkrit dengan cara membandingkan kesimpulan yang telah peneliti lakukan sebelum melakukan penelitian.

d. Langkah kebijakan

Langkah ini dilakukan untuk menganalisa serta memberi solusi terhadap masalah-masalah yang diteliti.

7. Teknik Keabsahan Pemeriksaan Data

Di dalam penelitian kualitatif selalu dibutuhkan pengecekan ulang terhadap data yang diteliti. Agar supaya penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan, adapun keabsahan data yang dipergunakan adalah.

a. Memperpanjang keikutsertaan

Peneliti harus sedemikian rupa untuk melakukan penggalian data dilapangan. Agar keaslian data yang diperoleh dapat membangun tingkat kepercayaan yang tinggi pada hasil penelitian. Peneliti juga akan mendapat bahan untuk mempelajari keadaan lapangan yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.

b. Keikutsertaan pengamat

Teknik ini dilakukan untuk memahami pola prilaku, interaksi, kondisi dan proses tertentu sebagai pokok penelitian. Hal tersebut berarti peneliti secara mendalam serta tekun dalam mengamati berbagai faktor dan aktifitas tertentu.


(34)

27

c. Trianggulasi

Trianggulasi data juga dimaksudkan sebagai suatu langkah untuk melakukan pengecekan dari data yang diperoleh oleh peneliti dengan membandingkan temuan yang ada dilapangan. Adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data. Trianggulasi juga termasuk cara yang terbaik menghilangkan perbedaan-perbadaan konstruksi sebuah kenyataan yang ada dalam konteks suatu respons masyarakat desa dengan pelaku usaha Home Industry dalam berbagai pandangan. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan sebagai berikut:

 Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

 Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

 Membandingkan apa yang dikatakn orang-orang mengenai situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

 Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti masyarakat biasa, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada atau orang pemerintahan.


(35)

28

 Membandingkan hasil wawancara isi dokumen yang berkaitan.20

Denzim juga telah menengarai empat tipe dasar trianggulasi: 1. Trianggulasi Data: Penggunaan beragam sumber data dalam suatu kajian, sebagai contoh mewawancarai orang pada posisi status yang berbeda atau dengan titik pandang yang berbeda.

2. Trianggulasi Investigator: Penggunaan beberapa evulator atau ilmuan sosial yang berbeda.

3. Trianggulasi Teori: Penggunaan sudut pandang ganda dalam menafsirkan seperangkat tunggal data.

4. Trianggulasi Metodologi: Penggunaan metode ganda untuk mengkaji masalah atau program tunggal, seperti wawancara, pengamatan, daftar pertanyaan terstruktur dan dokumen.21

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Dalam pembahasan atau penelitian diperlukan sistematika pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan penelitian, langkah-langkah pembahasan sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

20 Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitaif, (Bandung: Remaja Rosda Karya. 2001),

Hlm.330.

21 Michael Quinn Patton, Metode Evaluasi Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009),


(36)

29

Pada Bab I ini merupakan gambaran yang berhubungan dengan penelitian yang mana menjelaskan tentang obyek yang diteliti. Memuat gambaran tentang latar belakang yang menjelaskan tentang alasan atau sebab dan akibat peneliti menggangkat permasalahan tersebut, menentukan rumusan masalah yang mana memuat permasalahan yang akan dijawab didalam penelitian. Telaah pustaka sebagaimana berhubungan dengan gambaran secara umum tema penelitian yang diangkat oleh peneliti dan penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pedoman akan perbedaan kajian penelitian yang diangkat oleh peneliti. Tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, metode penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai tahapan didalam melakukan penelitian, yang mana meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan waktu didalam penelitian, tahap penelitian, tahap pengumpulan data, tahap analisis data serta pemeriksaan keabsahan data.

BAB II: KONFLIK DALAM PERSPEKTIF RALF DAHRENDORF

Pada Bab II kali ini peneliti mengkaji tentang teori yang digunakan di dalam penelitian tersebut. Sebagaimana teori yang sesuai dengan tema yang diangkat oleh peneliti. Teori yang sudah ada direlavansikan dengan permasalahan yang sudah diangkat oleh peneliti.

BAB III: ANALISIS DATA

Di dalam Bab III ini peneliti mengkaji tentang penyajian dan Analisis Data. Sebagaimana didalam analisis data tersebut peneliti


(37)

30

menjelaskan tentang data yang telah diperoleh di lapangan sebagaimana dapat menjawab permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Hasil data yang sudah ditemukan oleh peneliti dibentuk dengan analisis deskriptif, dengan mendeskripsikan hasil penelitian. Kemudian setelah itu dianalisis dikorelasikan dengan teori yang relavan atau sesuai. Penyajian data tersebut meliputi data yang diperoleh dilapangan baik berhubungan dengan profil lokasi penelitian, gambaran peristiwa yang mana mendukung konteks penelitian.

BAB IV: PENUTUP

Pada Bab IV ini berisi penutup, yang mana berisi kesimpulan dari hasil penelitian. Kesimpulan pada Bab ini menjadi sangat penting karena berisi intisari dari hasil akhir penelitian di dalam penelitian. Saran bisa ditujukan kepada subyek penelitian atau pihak terkait dan berisikan informasi dari peneliti tentang penelitian yang sudah dilakukan.


(38)

31

BAB II

KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF

A. TEORI KONFLIK

Ralf Dahrendorf melihat proses konflik dari segi intensitas dan sarana yang digunakan dalam konflik. Intensitas merupakan sebagai tingkat keterlibatan konflik yang di dalamnya terdapat waktu, tenaga, dana, dan pikiran. Istilah “konflik” secara etimologis berasal dari bahasa latin ”con” yang artinya bersama dan “fligere” yang memiliki arti benturan atau tabrakan. Dengan demikian, konflik dalam kehidupan sosial sama dengan benturan kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih. Atau secara sederhananya adalah konflik merupakan perselisihan atau persengketaan antara dua atau lebih kekuatan baik itu individu atau kelompok yang kedua belah pihak mempunyai atau memiliki keinginan untuk saling menjatuhkan atau menyingkirkan atau mengalahkan atau bahkan menyisihkan.22

Kehidupan sosial dan konflik merupakan gejala yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya, konflik merupakan gejala yang selalu melekat dalam setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya konflik yaitu dari adanya perdedaan dan persamaan kepentingan sosial. Dalam setiap kehidupan sosial tidak ada satu pun manusia yang memiliki

22 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Kencan Prenada Media


(39)

32

kesamaan yang persis, baik dari unsur etnis, kepentingan, kemauan, kehendak, tujuan, dan sebagainya.23 Dalam hal ini peneliti melihat adanya kepentingan yang berbeda dalam tajuk bingkai dinamika bermasyarakat antara masyarakat dengan pelaku Home Industry bagaimana kepentingan itu berbenturan sehingga menimbulkan konflik yang berkepanjangan sampai saat ini. Ini terjadi karena keduanya saling menjaga keegoisan masing-masing sehingga belum terwujud nota kesepakatan atau kesepahaman diantar keduanya.

Makna dari konflik itu sendiri cenderung menimbulkan konotasi yang bernada ketakutan atau malah kebencian, padahal konflik merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam proses pengembangan dan perbuatan. Konflik memang bisa berakibat buruk bahkan bisa merusak kehidupan individu seseorang, kelompok atau bahkan juga masyarakat. Namun dengan adanya konflik, juga bisa menimbulkan solidaritas kekuatan yang konstruktif dalam hubungan kelompok. Konflik merupakan satu unsur penting dalam proses kelompok, yang terjadi melalui cara-cara yang digunakan orang untuk berkomunikasi satu sama lain.24

Peneliti menggunakan teori konflik sebuah konsep teoretik dari Ralf Dahrendorf. Konsep sentral teori konflik adalah wewenang dan posisi. Distribusi kekuasaan dan wewenang secara tidak merata menjadi faktor yang menentukan konflik sosial secara sistematis. Perbedaan wewenang

23 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2011), Hlm. 348.


(40)

33

adalah suatu tanda adanya berbagai posisi dalam masyarakat, Ralf Dahrendorf menganalisis konflik dengan mengidentifikasi berbagai peranan dan kekuasaan dalam masyarakat. Dalam masyarakat terdapat dua golongan yang bertentangan yaitu antara penguasa dan yang dikuasai. Pertentangan terjadi karena golongan yang berkuasa berusaha mempertahankan status quo, sedangkan yang dikuasai berusaha untuk mengadakan perubahan-perubahan. Pertentangan kepentingan selalu ada disetiap waktu dan setiap struktur.25 Dalam hal ini masyarakat di Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang merupakan kelompok yang dikuasai oleh adanya Home Industry karena sejatinya mereka atau pelaku Home Industry ingin mempertahankan status quo dalam masyarakat, sehingga masyarakat selaku kelompok yang dikuasai ingin mengadakan perubahan-perubahan yang signifikan. Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh masyarakat yakni dengan mengadakan demo kepada pelaku Home Industry, sehingga itu adalah awal dari terjadinya konflik.

Ralf Dahrendorf melihat yang terlibat konflik adalah kelompok semu (quasi group) yaitu para pemegang kekuasaan atau jabatan dengan kepentingan yang sama yang terbentuk karena munculnya kelompok kepentingan, adapun kelompok kedua adalah kelompok kepentingan yang terdiri dari kelompok semu yang lebih luas. Kelompok kepentingan ini mempunyai struktur, organisasi, program, tujuan serta anggota yang jelas. Kelompok kepentingan inilah yang menjadi sumber nyata timbulnya


(41)

34

konflik dalam masyarakat.26 Dalam kasus ini bisa peneliti lihat bahwa adanya kelompok yang melakukan demo adalah kelompok semu yang menjadikan terjadinya konflik karena disitu sudah terjadi pengelompokan seperti tugas dan fungsi, serta disitu juga sudah terjadi pembagian tugas siapa yang menjadi kordinator lapangan atau orator dalam demo yang akan dilakukan, serta masyarakat yang menjadi bagian dalam demo tersebut merupakan bagian dari kelompok semu yang nyata.

Teori konflik Ralf Dahrendorf sendiri adalah sebuah mata rantai antara konflik dan perubahan sosial.27 Konflik memimpin kearah perubahan dan pembangunan. Karena dalam situasi konflik golongan yang terlibat konflik melakukan tindakan perubahan dalam struktur sosial. Kalau sampai terjadi konflik hebat, maka yang terjadi adalah perubahan yang secara radikal. Bila konflik tersebut disertai kekerasan, maka perubahan struktur akan efektif. Ralf Dahrendorf melihat masyarakat selalu dalam kondisi konflik dengan mengabaikan norma-norma dan nilai yang berlaku umum yang menjamin terciptanya keseimbangan dalam masyarakat. Konflik yang dilakukan oleh masyarakat ini mendorong adanya perubahan yakni terciptanya kondisi lingkungan yang bebas dari pencemaran yang diakibatkan oleh adanya pengoperasian Home Industry. Sehingga masyarakat mengabaikan norma-norma yang telah disepakati bersama yakni terciptanya kawasan Home Industry yang ramah lingkungan. Namun

26 George Ritzer, Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan

Mutakhir Teori Sosial PostModern. (Bantul: Kreasi Kencana, 2013), Hlm.285.


(42)

35

dalam kenyataannya adalah Home Industry tersebut melanggar kesepakatan yang terjalin bersama, karena mereka atau pelaku Home Indutry tidak memenejemen limbah hasil proses Home Industry sehingga sekarang ini yang terjadi adalah pencemaran lingkungan seperti bau yang tidak sedap akibat limbah produksi, asap atau udara yang selalu tercemari dan juga kebisingan yang terjadi selama proses produksi Home Industry tersebut.

Konflik sosial tidak dapat dimusnahkan namun dapat diatur sehingga setiap konflik tidak berlangsung dalam bentuk kekerasan maka dapat dikatakan bahwa konflik tidak dapat diselesaikan artinya konflik akan menjadi petentangan antara tesis dan anitesis yang akan menghasilkan sintesis, namun pada gilirannya sintesis ini akan menjadi tesis kembali yang menghadapi antitesis sehingga melalui mekanisme pengaturan konflik baru yang berupa konsiliasi akan muncul sintesis baru.28 Yang dimaksud dengan konsiliasi adalah pengaturan konflik melalui lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan proses pengambilan keputusan diantara pihak-pihak yang terlibat dalam perselisihan tentang persoalan-persoalan yang dipertentangkan. Dalam hal ini peneliti melihat bahwasanya pihak pemerintahan atau kelurahan merupakan pihak yang mempunyai wewenang untuk bisa mendamaikan konflik yang terjadi antara masyarakat dengan pelaku Home Industry, karena kelurahan sebagai pihak ketiga. Namun dalam kenyataan konflik ini belum terselasaikan karena

28 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi. (Jakarta: Kencana, 2011),


(43)

36

kedua belah pihak saling mempertahankan keegoisan masing-masing. Pengaturan konflik konsiliasi akan berjalan efektif ketika kedua belah pihak menanggalkan keegoisan mereka, karena dengan menanggalkan keegoisan tersebut akan memunculkan kesepakatan bersama dan selanjutnya tidak akan terjadi konflik lagi.

Pengaturan konflik akan lebih efektif jika saja memenuhi tiga aspek yaitu:29

1. Kedua belah pihak menyadari akan adanya situasi konflik diantara mereka dan menyadari pula perlunya melaksanakan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran antar pihak yang tertikai. 2. Yang terlibat konflik adalah organisasi kelompok kepentingan,

artinya jika konflik sosial tersebut terorganisasi secara jelas maka pengaturannya akan efektif, dan jika konflik sosial tersebut tak terorganisasi maka pengaturannya tidak akan efektif.

3. Adanya suatu permainan yang disepakati dan ditaati bersama, sebab aturan permainan itu akan menjamin kelangsungan hidup kelompok-kelompok yang berkonflik.

Membiarkan konflik berkembang itu sama dengan mengakibatkan sifat konflik yang konstruktif atau (bersifat membangun) lalu akan berubah menjadi destruktif (bersifat merusak), akan tetapi menekan konflik justru menimbulkan bahaya laten yang pada akhirnya ledakan konflik yang

29 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi. (Jakarta: Kencana, 2011),


(44)

37

tertekan tersebut berdampak lebih menggerikan. Ini terbukti ketika masyarakat masyarakat yang sudah melakukan berbagai cara untuk bisa memperingatkan pelaku Home Industry tentang limbah yang diakibatkan oleh proses produksi mereka, namun tidak ditanggapi dengan serius sehingga masyarakat mendemo dan sampailah terjadi pengrusakan fasilitas Home Industry oleh para masyarakat yang demo atau dengan kata lain itu adalah ledakan yang diakibatkan adanya pembiaran konflik yang berkembang dimasyarakat.

Penyelesaian konflik yang terbaik adalah mencari akar permasalahan dari konflik tersebut sehingga dapat dicari titik penyelesaiannya. Gejala konflik sosial akan selesai jika akar penyebab konflik ditiadakan tanpa menyisakan kondisi yang memendam antagonisme.

Dari teori konflik sosial tersebut dapat diambil beberapa garis besar tentang pokok-pokok dasar dari teori, yaitu:30

1. Setiap kehidupan sosial selalu terdapat konflik di dalam dirinya sendiri, oleh sebab itu konflik merupakan gejala yang permanen yang mengisi setiap kehidupan sosial. Gejala konflik akan berjalan seiring dengan kehidupan sosial itu sendiri, sehingga lenyapnya konflik juga akan bersamaan dengan lenyapnya kehidupan sosial.

30 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi. (Jakarta: Kencana, 2011),


(45)

38

2. Setiap kehidupan sosial, masyarakat akan terintegrasi diatas penguasaan atau dominasi sejumlah kekuatan-kekuatan lain. Dominasi kekuatan secara sepihak akan menimbulkan konsiliasi, akan tetapi mengandung simpanan benih-benih konflik yang bersifat laten, yang sewaktu-waktu akan meledak menjadi konflik manifes (terbuka).

3. Setiap elemen dalam kehidupan sosial memberikan andil bagi perubahan dan konflik sosial, sehingga antara konflik dan perubahan merupakan dua variabel yang saling berpengaruh. Elemen-elemen tersebut akan selalu dihadapkan pada persamaan dan perbedaan, sehingga persamaan akan mengantarkan pada akomodasi sedangkan perbedaan akan mengantarkan timbulnya situasi konflik.

4. Setiap kehidupan sosial selalu berada dalam proses perubahan, sehingga perubahan merupakan gejala yang bersifat permanen yang mengisi setiap perubahan kehidupan sosial. Gejala perubahan kebanyakan sering diikuti oleh konflik baik secara personal maupun secara interpersonal.

Ada banyak akibat konflik akan tetapi para sosiolog sepakat menyimpulkan akibat dari konflik sebai berikut:31


(46)

39

1. Bertambah kuatnya rasa solidaritas.

Solidaritas kelompok ini akan mucul ketika konflik tersebut memunculkan pihak-pihak yang memicu timbulnya sifat antagonisme. Dalam artian solidaritas antar masyarakat ini muncul karena banyak diantara anggota masyarakat ini yang menjadi korban dari limbah produksi Home Industry oleh pengusaha. Sehingga ini juga yang memunculkan gejala in-group serta out-in-group diantara mereka.

2. Hancurnya kesatuan kelompok.

Jika konflik ini terus berkembang dan tidak menemui jalan keluar, tidak menutup kemungkinan akan menjadi hancur setiap kelompok didalamnya. Karena dengan konflik itu menimbulkan rasa keegoisan masing-masing.

3. Adanya perubahan kepribadian individu.

Didalam kelompok yang sedang terjadi konflik, maka seseorang atau sekelompok yang semula mempunyai kepribadian pendiam, serta penyabar akan berubah menjadi agresif dan juga mudah marah. Ini semua merupakan imbas dari adanya konflik yang mana merubah karakter pribadi individu.

4. Hancurnya nilai-nilai dan norma sosial yang ada.

Antara nilai-nilai dan norma sosial dengan konflik terdapat suatu hubungan yang korelasional, yakni bisa jadi konflik berdampak pada hancurnya nilai-nilai dan norma sosial akibat dari tidak


(47)

40

patuhnya angota masyarakat akibat konflik atau juga bisa sebaliknya. Dalam kasus ini adalah nilai-nilai dan norma sosial itu hancur karena terjadi konflik, bagaimana masyarakat melakukan demo terhadap pelaku Home Industry berujung anarkis, itu merupakan contoh dari hancurnya nilai dan norma sosial akibat konflik.

Ralf Dahrendorf memusatkan perhatiannya pada posisi dalam masyarakat dan konflik masyarakat. Bagi Ralf Dahrendorf, tugas pertama analisis konflik adalah mengidentifikasi beragam peran otoritas dalam masyarakat. Otoritas yang melekat pada posisi adalah elemen kunci dalam analisi Ralf Dahrendorf. Otoritas selalu berarti subordinasi dan superordinasi. Mereka yang menduduki posisi otoritas tersebut diharapkan akan mengendalikan subordinasi, jadi mereka mendominasi seperti halnya otoritas, harapan-harapan ini melekat pada posisi bukan orangnya. Otoritas bukanlah fenomena sosial yang dapat digeneralisasi, mereka yang dikendalikan, maupun ranah kontrol yang diijinkan, ditentukan ditengah-tengah masyarakat. Pada akhirnya, karena otoritas bersifat legitim, maka sanksi dapat diberikan pada mereka yang tidak memenuhinya.


(48)

41

BAB III

KONFLIK MASYARAKAT DENGAN PELAKU HOME INDUSTRY

A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian

Ini menerangkan tetang gambaran umum tentang Desa Tambar bagaimana letak lokasinya, keadaan geografisnya serta kehidupan masyarakatnya. Ini dilakukan supaya mempermudah peneliti dalam mencari dan menganalisis tentang masalah yang terjadi di Desa Tambar Kecamatan Jogoroto kabupaten Jombang.

1. Keadaan umum Desa Tambar

Dalam menjelaskan lokasi dan peta wilayah penyebaran penduduk, maka perlu dipastikan ciri-ciri geografisnya yang meliputi: sifat daerah, yaitu kondisi geografisnya, demografi dan sebagainya. Desa Tambar merupakan desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur. Desa ini merupakan Desa Home Industry spesialis alat-alat dapur atau pembuat alat-alat dapur karena memang sebagian besar penduduk desa ini adalah pelaku Home Industry, baik itu pengrajinnya ataupun pekerjaannya.

Produk Home Industry desa ini adalah peralatan dapur yang sebagian besar berbahan alumunium, seperti Wajan, Serok, Sutil maupun Panggangan.


(49)

42

Masyarakat Desa Tambar juga memiliki corak mata pencaharian yang sangat beragam, ini bisa dibuktikan dengan banyaknya profesi yang dimiliki penduduknya yakni seperti petani, buruh tani, wiraswasta, wirausaha, PNS, dan juga TNI/POLRI. Namun secara garis besarnya mata pencaharian masyarakat Desa Tambar adalah dibidang wirausaha atau dalam Home Industry alat-alat dapur. Karena memang desa ini sudah menjadi pusatnya atau kawasan Home Industry alat-alat dapur didaerah kabupaten Jombang.

a. Luas Desa Tambar

Jumlah luas tanah dari Desa Tambar mencapai 143.797 Ha. Yang terdiri dari permukiman dan perumahan atau sebagai tempat Home Industry seluas 73.597 Ha, untuk jalan umum 4.162 Ha, sawah seluas 64.910 Ha, untuk perkuburan seluas 0.750 Ha, Pekarangan 73.597 Ha, dan untuk lain-lain seluas 64.910 Ha.

b. Orbitrasi Desa Tambar

Tabel 3.1

No Keterangan Jarak

1. Jarak dari Polsek (kepolisian) 3 Km 2. Jarak dari Pemerintahan

kecamatan

4 Km 3. Jarak dari Pemerintahan

Kabupaten

6 Km 4. Jarak dari Pemerintahan Provinsi 74 Km


(50)

43

Orbitrasi Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang adalah memiliki jarak tempuh yang cukup dekat dengan berbagai instansi pemerintahan, sehingga untuk berkordinasi dengan pihak-pihak terkait mudah untuk berkordinasi.

c. Batas Wilayah Desa Tambar

Desa Tambar mempunyai batasan wilayah yang meliputi, sebelah utara adalah berbatasan langsung dengan Desa/Kelurahan Peterongan dan Yanti yang itu merupakan Kecamatan Peterongan dan Jogoroto, sedangkan untuk yang sebelah timur adalah berbatasan dengan Desa/Kelurahan yanti masuk dalam Kecamatan Jogoroto, dan untuk batasan sebelah selatan adalah dengan Desa/Kelurahan Sawiji yang mana itu merupakan cakupan dari Kecamatan Jogoroto dan untuk wilayah sebelah barat adalah berbatasan langsung dengan Desa/Kelurahan Ngumpul Kecamatan Jogoroto.32

Tabel 3.2

Batas Wilayah Desa Tambar

No Letak Berbatasan Dengan

1. Sebelah Utara Desa/Kelurahan Peterongan dan Yanti Kecamatan Peterongan dan Jogoroto 2. Sebelah Timur Desa/kelurahan Yanti Kecamatan

Jogoroto

3. Sebelah Barat Desa/Kelurahan Sawiji Kecamatan Jogoroto

4. Sebelah Selatan Desa/Kelurahan Ngumpul Kecamatan Jogoroto

(Sumber: Profil Desa Tambar 2014)


(51)

44

2. Sarana dan Prasarana Desa Tambar

Untuk bisa melayani kehidupan masyarakatnya, Desa Tambar memiliki beberapa fasilitas yang lumayan cukup memadai, antara lain adalah sarana dan prasarana pendidikan baik formal maupun non-formal, lalu ada juga prasarana kesehatan, selanjutnya adalah prasarana peribadatan yang merupakan aspek terpenting untuk masyrakatnya. Berikut ini adalah bebrapa sarana dan prasarana yang terdapat di wilayah Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang:

a. Bidang Pendidikan

Untuk bisa mewujudkan peningkatan SDM atau sumber daya manusia dilingkungan masyarakat Desa Tambar, pemerintah desa mempunyai beberapa prasarana pendidikan baik itu yang pendidikan formal maupun pendidikan non-formal. Berikut adalah perinciannya:

Tabel 3.3

Prasarana Pendidikan Formal

No Tingkat Pendidikan Keterangan

1. Taman Kanak-Kanak (TK/RA) 1 Unit

2. Sekolah Dasar (SD/MI) 1 Unit

3. Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) 1 Unit

Jumlah 3 Unit


(52)

45

Jika kita lihat tabel diatas bisa kita lihat bahwasanya masyarakat Desa Tambar merupakan masyarakat yang sadar akan pentingnya pendidikan, sekalipun yang dimiliki oleh pemerintah desa Tambar hanya sampai tingkatan Sekolah Menengah Pertama. Oleh karenanya itu disamping ada pendidikan formal, perlunya dimasyarakat juga ada pendidikan non-formal yang merupakan pelengkap untuk bekal kehidupan beragama. Sebagai berikut tabel pendidikan non-formal.

Tabel 3.4

Prasarana Pendidikan non-Formal

No Tingkat Pendidikan Keterangan

1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD/KB)

1 Unit 2. Tempat Pendidikan Al-Qur’an

(TPA/TPQ)

4 Unit

Jumlah 5 Unit

(Sumber: Profil Desa Tambar 2014)

Pendidikan non-formal merupakan pendidikan penunjang yang itu merupakan sangat baik atau bahkan penting untuk bisa sebagai penunjang dari pendidikan formal maupun pendidikan agama. Jika kita lihat dari tabel di atas bisa kita ketahui bahwa adanya kesadaran yang kuat masyarakat Desa Tambar tentang pentingnya pendidikan agama, dan itu dibuktikan dengan banyaknya TPA/TPQ


(53)

46

yang beroperasi di Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang.

b. Bidang Peribadatan

Sebagai masyarakat yang patuh terhadap perintah agama dan juga masyarakat yang religius oleh karenanya Desa Tambar juga mempunyai atau memiliki sarana peribadatan yang sangat memadai untuk semua masyarakatnya, antara lain Masjid dan Musholla. Disini memang semua masyarakatnya adalah pemeluk agama Islam sehingga yang ada hanya tempat peribadatan berbentuk Musholla dan Masjid.

Tabel 3.5

Sarana dan Prasarana Peribadatan

No Sarana Peribadatan Keterangan

1 Musholla 22 Unit

2 Masjid 2 Unit

Jumlah 24 Unit

(Sumber: Profil Desa Tambar 2014)

Tempat ibadah adalah merupakan salah satu bentuk indikator ataupun tolak ukur apakah masyarakat disebuah desa tersebut bisa dikatakan sebagai masyarakat yang religius ataupun tidak. Namun bisa kita lihat dari tabel diatas sudah mencerminkan bahwasanya masyarakat Desa Tambar adalah merupakan tipe masyarakat yang religius, hal ini


(54)

47

dapat dilihat dengan adanya jumlah yang relative banyak mengenai tempat peribadatan di Desa tersebut.

c. Sarana Kesehatan

Untuk sarana kesehatan di desa Tambar menurut alisis peneliti kurang begitu memadai karena memang alasan utamanya adalah Desa Tamabar ini jaraknya terlalu dekat dengan berdirinya Rumah Sakit Universitas Pondok Pesantren Daarul Ulum (UNIPDU), sehingga ketika ada salah seorang anggota keluarga yang sakit mereka lebih memilih untuk mengunjungi atau langsung ke rumah sakit besar dibandingkan untuk membawanya di Puskesmas Desa, apalagi di Desa Tambar ini hanya ada sebuah Puskesmas pembantu atau bukanlah Puskesmas sentral yang menjadi pusat rujukan ketika ada anggota keluarga yang sakit.

Tabel 3.6

Sarana dan Prasaran Kesehatan

No Sarana Kesehatan Keterangan

1. Puskesmas Pembantu 1 Unit

Jumlah 1 Unit

(Sumber: Profil Desa Tambar 2014)

d. Sarana Perekonomian

Perekonomian masyarakat Desa Tambar juga cukup baik dalam skala kacamata penduduk pedesaan karena semua masyarakat bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan


(55)

48

pokok mereka. Itu semuanya juga bisa kita lihat dari jumlah sarana perekonomian yang ada. Karena memang Desa ini termasuk dalam skala menengah keatas untuk bidang perekonomiannya.

Tabel 3.7 Sarana Perekonomian

No Sarana Perekonomian Keterangan

1. Koperasi 1 Unit

2. Home Industry Serok 14 Unit

3. Home Industry Sutil 28 Unit

4. Home Industry Panggangan 10 Unit

5. Home Industry Wajan 11 Unit

6. Toko Kelontong 25 Unit

7. Toko Bangunan 7 Unit

8. Lain-lain 41 Unit

Jumlah 137 Unit

(Sumber: Profil Desa Tambar 2014)

Dengan adanya sumber atau sarana perekonomian yang memadai seperti diatas ini, bisa dikatakan bahwasanya masyarakat Desa Tambar merupakan masyarakat yang ada dalam posisi menengah dalam segi perekonomiannya. Karena memang banyak masyarakatnya yang menjadi wirausaha alat-alat dapur dan juga mempekerjakan masyarakat sekitar sehingga ada interaksi timbal balik antar masyarakat masyarakat Desa tambar. Namun dalam proses ini juga ada sebagian masyarakat yang tidak setuju dengan banyaknya Home Industry didesa mereka, karena dengan adanya Home Industry ini masyarakat mengalami kebisingan


(56)

49

yang diakibatkan proses produksi, udara yang tercemari asap produksi, serta bau yang tidak sedap karena pembakaran yang dilakukan pabrik ketika pembakaran tembaga untuk bisa diolah menjadi alat-alat dapur tersebut.

3. Jumlah Punduduk

Jumlah penduduk Desa Tambar sampai saat ini sudah mencapai 4.791 orang, yang terdiri dari laki-laki 2.395 jiwa dan perempuan 2.396 jiwa.

Tabel 3.8

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Keterangan

1. Laki-Laki 2.395 Orang

2. Perempuan 2.396 Orang

Jumlah 4.791 Orang

(Sumber: Profil Desa Tambar 2014)

a. Kondisi Demografi

Keadaan Demografis diatas, menjelaskan keadaan masyarakat Desa Tambar yang menyangkut perkerjaan, agama dan sebagainya. Jumlah penduduk Desa Tambar dibandingkan dengan desa lainnya lebih padat terutama pada pemudanya. Hal ini bisa kita lihat dari data monografis berdasarkan data Administrasi Pemerintahan Desa pada Tahun 2011, dengan jumlah penduduk Desa Tambar adalah terdiri dari 2.841 KK, dengan jumlah total 3.593 jiwa.


(57)

50

Jumlah penduduk dengan tingkat kelulusan kependidikan juga sangat mempengaruhi dalam suatu kemajuan dimasyarakat. Seperti grafik tingkat kelulusan Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang ini misalnya, sudah menunjukkan golongan cukup maju dalam tataran pendidikan seperti yang yang bisa kita lihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.9

Penduduk Desa Tambar Menurut Tingkat Pendidikannya

No Pendidikan Jumlah

1. Pendidikan Prasekolah PG/TK/RA 432 Orang

2. Pendidikan Dasar SD/MI 981 Orang

3. Pendidikan Pertama SMP/MTs 992 Orang 4. Pendidikan Lanjutan SMA/MA 1.105 Orang 5. Pendidikan Perguruan Tinggi 209 Orang

6. Tidak sekolah 1.072 Orang

Jumlah 4791Orang

(Sumber: Profil Desa Tambar 2014)

Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau untuk perekonomian keluarga, banyak diantara masyarakat Desa Tambar Kecamatan Jogoroto kabupaten Jombang menggantungkan kepada sektor wirausaha atau wiraswasta, ini terjadi karena memang rata-rata masyarakat Desa Tambar sudah mempunyai kemampuan dalam bidang pembuatan kerajinan alat-alat dapur. Ini juga bisa dibuktikan dengan jumlah masyarakatnya yang berprofesi sebagai


(58)

51

wirausaha dalam bidang Home Industry yang sangat mendominan, seperti tabel dibawah ini:

Tabel 3.10

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Keterangan

1 Petani 199 orang

2 Buruh Tani 259 orang

3 Wiraswasta 736 orang

4 Wirausaha 115 orang

5 Buruh Home Industry 1184 orang

6 PNS 73 orang

7 TNI/POLRI 37 orang

8 Pensiunan 31 orang

9 Lain-lain 276 orang

Jumlah 2.910 orang

(Sumber: Profil Desa Tambar 2014)

Mata pencaharian masyarakat Desa Tambar sendiri sangatlah beranekaragam, itu bisa kita dan dibuktikan dari tabel diatas. Mulai dari petani yang lumayan banyak jumlahnya karena memang desa Tambar ini masih cakupan sawahnya masih melimpah, lalu pada sektor wiraswasta juga memberi sumbangsih yang cukup banyak pula karena banyak dari masyarakat desa yang berkerja dalam sektor informal seperti buruh bangunan dan sebagainya.


(59)

52

Dan para pelaku Home Industry juga mempunyai jumlah yang cukup banyak, karena memang selain Home Industry dalam skala besar di desa tersebut juga banyak berdiri produksi Home Industry dalam skala kecil. Sedangkan sumbangsih yang utama dalam mata pencaharian desa Tambar adalah buruh pabrik Home Industry, karena memang disana pabrik dalam skala besar seperti milik bapak H. Imam Nawawi dan bapak Bagio yang dalam skala besar bisa mempekerjakan buruh sekitar 150-200 karyawan.

Namun bisa kita lihat bahwa memang secara garis besarnya adalah masyarakat Desa Tambar kebanyakan mata pencahariannya dalam bidang Home Industry alat-alat dapur seperti wajan, serok, sutil dan juga panggangan, entah itu sebagai pelaku Home Industry maupun karyawannya.

4. Pertanian dan Peternakan

Desa Tambar termasuk Desa yang agraris, karena wilayahnya yang berada di daerah dataran rendah membuat tanah di Desa Tambar lumayan cukup subur. Sehingga bisa ditanami berbagai jenis tumbuhan yaitu meliputi padi, jagung, tebu dan polowijo, serta sayur-sayuran.

Tabel 3.11 Hasil Pertanian

No Jenis Tanaman Keterangan

1 Padi 73 Ha


(60)

53

3 Polowijo 15 Ha

4 Tebu 20 Ha

5 Sayur-sayuran 8 ha

(Sumber: Profil Desa Tambar 2014)

Sedangkan dalam bentuk atau hasil dari peternakan Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang tidak terlalu dominan, ini semua dikarenakan masyarakatnya yang sudah terlalu sibuk untuk berwirausaha dan menjadi karyawan pabrik Home Industry sehingga mereka semua tidak mempunyai cukup banyak waktu untuk bisa berwirausaha dalam bentuk peternakan. Karena memang masyarakat Desa Tambar lebih menyukai berwirausaha dalam kerajinan tangan. Ini bisa dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.12 Hasil Peternakan

Banyaknya Jenis Peternakan Keterangan

2 Lele 190.000 ekor

4 Ayam Potong 14.000 ekor

5 Kambing 300 ekor

2 Sapi 54 ekor

(Sumber: Profil Desa Tambar 2014)

B. HASIL DESKRIPSI PENELITIAN

Dalam pembahasan ini, peneliti akan memberikan pemaparan atau penjelasan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti mengenai Konflik Masyarakat dengan Pelaku Home Industry alat-alat dapur di Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang, sehingga terkumpulah data-data sebagai berikut:


(61)

54

1. Sejarah adanya Home Industry di Desa Tambar

Awal berdirinya Home Industry di Desa Tambar adalah dimulai pada sekitar tahun 1990 an oleh Bapak Sulkhan.33 Dengan mendirikan dua tempat produksi ayak’an (sejenis tempat yang berfungsi memisahkan antara bahan kasar dengan bahan halus). Dahulunya pabrik seperti itu jarang ditemukan, karena memang jaman dahulu semua serba tradisional jadinya belum terfikirkan untuk membuat alat seperti ini.

Bapak Sulkhan merupakan masyarakat pendatang sehingga beliau pastilah memerlukan masyarakat sekitar untuk ini berinteraksi baik dengan waraga desa Tambar, di sini pabrik milik Bapak Sulkhan merupakan pertama yang ada di Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang. Karenanya memang yang memulai adalah Bapak Sulkhan ini, sehingga lama-kelamaan Home Industry ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan, karena memang masih belum ada saingan.

Selanjutnya dengan permintaan pangsa pasar yang cukup banyak dan bervariatif sehingga mengakibatkan kewalahan dalam sistem produksi, selanjutnya Bapak Sulkhan ini banyak merekrut


(62)

55

karyawan untuk proses produksinya. Dan sebagian besar karyawan yang diambil adalah masyarakat sekitaran pabrik Home Industry tersebut, atau bisa dikatakan masyarakat Desa Tambar karena memang ini merupakan cara yang efektif untuk bisa mendapatkan simpati masyarakat, dan juga memberdayakan tetangga sekitar.

Gambar 3.1 Seorang warga membuat ayak’an

Namun karena sifat dasar manusia yang tidak ingin ditekan, dalam artian ingin mendirikan usaha sendiri karena sudah memiliki ilmu yang diperoleh selama menjadi karyawan di pabrik Home Industry. Kemudian banyak diantara masyarakat Desa Tambar memberanikan diri untuk memproduksi sendiri. Sehingga setelah masyarakat sudah mulai bisa untuk memproduksi sendiri, banyak diantara karyawan Bapak Sulkhan itu memutuskan untuk mengembangkan kreatifitas dengan modal yang lumayan sedikit. Namun lambat laun banyak diantar mereka semua sudah bisa untuk


(63)

56

menyaingi kesuksesan dengan Bapak Sulkhan dan meramaikan Home Industry di Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang.

Sampai pada akhirnya sekitar tahun 1995 an desa Tambar sudah berganti wajah menjadi kawasan Home Industry alat-dalat dapur, karena memang sebagian besar masyarakatnya merupakan pengrajin produksi Home Industry kecil-kecilan sejenis berbagai macam peralatan rumah tangga seperti Serok, Wajan, Sutil dan juga Panggangan yang lebih berfariatif. Sehingga yang dahulunya desa ini hanya cuma terkenal dengan produk ayak’an namun sudah

berganti menjadi kawasan Home Industry berbagai macam alat-alat dapur yang juga bertambah lebih banyak produksinya.


(64)

57

Gambar 3.2 Produksi Home Industry asli Desa Tambar Sehingga dua tahun kemudian setelah desa Tambar itu sudah banyak memproduksi berbagai macam jenis peralatan rumah tangga seperti Serok, Wajan, Sutil dan juga Panggangan. Maka pada tahun 1997 an Pemerintah Kabupaten Jombang meng-apresiasi Desa ini dengan menyematkan sebuah nama tambahan didepannya sebagai Desa Sentra Industri Usaha Kecil Menengah alat-alat dapur. Ini merupakan pencapaian membanggakan untuk semua masyarakat Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang.


(65)

58

Oleh karena itu pemerintah desa dengan bangganya membuat sebuah gapura yang menunjukkan identitas dea mereka, sehingga setiap orang yang akan masuk desa Tambar mengetahui bahwasanya desa Tambar mempunyai produk unggulan yakni Home Industry alat-alat dapur. Adapun gapura yang dimaksud untuk bisa masuk desa Tambar adalah sebagai berikut:

Gambar 3.3 Gapura Masuk Desa Tambar

Itu merupakan gapura masuk Desa Tambar namun berada pada sisi sebelah utara, yang merupakan akses bagi masyarakatnya menuju jalan raya arah kebarat adalah Kabupaten Jombang dan arah ketimur adalah jurusan menuju Surabaya. Karena memang untuk menuju desa ini aksesnya lumayan mudah dengan semua kendaraan, namun untuk angkutan desa yang melintasi daerah ini memang tidak ada. Karena memang rata-rata masyarakat desa Tambar sudah memiliki kendaraan pribadi, sehingga kalaupun ada angkutan desa yang melewati wilayah ini menurut peneliti akan sepi penumpang.


(1)

78

Jogoroto Kabupaten Jombang adalah dari proses produksi Home Industry. Karena dengan beroperasinya Home Industry tersebut, lingkungan Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang menjadi tercemar karena limbah dari hasil produksi membuat bau yang tidak sedap, udara yang tercemari sehingga menjadi pekat kehitam-hitaman serta kebisingan yang terjadi selama proses produksi.

Sebagaimana yang dikemukakan di dalam pemikiran Ralf Dahrendorf tentang teori konflik, yaitu perbedaan wewenang dan posisi dalam masyarakat. Sebagaimana yang terlihat pada konflik masyarakat dan Home Industry di desa Tambar, disini bisa kita lihat bahwa yang menjadi terjadinya konflik didesa ini salah satunya adalah adanya perbedaan kepentingan dan tujuan. Yakni antara masyarakat desa Tambar dengan pelaku Home Industry dimana masyarakat menginginkan agar lingkungan desanya tidak tercemari oleh limbah Home Industry, sedangkan Home Industry sendiri mempunyai kepentingan agar supaya produksi Home Industry masih bisa berjalan dan menghasilkan keuntungan bagi pengusaha. Sehingga penyebab terjadinya konflik bisa disebabkan oleh disfungsi sosial. Maksudnya adalah nilai-nilai dan norma-norma sosial yang ada dalam struktur sosial tidak lagi ditaati, dan sistem pengendaliannya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dalam hal ini masyarakat desa selaku pemberi kewenangan terhadap jalannya pengoperasian Home Industry, namun dalam berjalannya waktu mereka atau masyarakat desa melanggar nilai-nilai dan norma-norma yang disepakati karena masyarakat desa


(2)

79

melakukan demo yang berujung anarkis serta melakukan pengrusakan fasilitas Home Industry. Tapi semua itu dilakukan masyarakat desa bukan tanpa alasan, karena masyarakat ingin lingkungan mereka bersih, asri serta sehat dan juga terbebas dari adanya limbah Home Industry. Sedangkan setelah desa ini menjadi kawasan Home Industry yang terjadi adalah limbah proses produksi Home Industry sangat menggangu kehidupan sosial di Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang.

Dalam Teori konflik Ralf Ralf Dahrendorf bisa kita ketahui bahwasanya dalam teori ini Ralf Ralf Dahrendorf membedakan konflik dimasyarakat itu dikarenakan dua aspek, yakni kepentingan dan tujuan. Dimana sebagai kita lihat realitas di kehidupan sosial yakni pelaku Home Industry mempunyai kepentingan untuk bisa melakukan produksi sehingga

Teori Konflik Ralf Dahrendorf

Wewenang Posisi

Masyarakat Pelaku Home Industry Home Industry

Kesepakatan Bersama Memiliki izin

untuk poduksi

Perbedaan Kepentingan Konflik


(3)

80

lainnya adalah yang dimiliki masyarakat terciptanya lingkungan yang bersih, asri serta sehat dan juga terbebas dari limbah Home Industry.

Dengan perbedaan kepentingan antara masyarakat dengan pelaku Home Industry tersebut, dan juga karena saling mempertahan kepentingan masing-masing yaitu masyarakat yang menginginkan lingkungan desa terbebas dari limbah industry dan kepentingan pelaku Home Industry melakukan produksi sehingga menghasilkan keuntungan untuk pribadinya, sehingga hal tersebut menimbulkan perselisihan sehingga dan melahirkan konflik. Yang mana konflik tersebut sangat merugikan kedua belah pihak, karena memang setelah terjadinya konflik tersebut kehidupan masyarakat Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang menjadi tidak kondusif.


(4)

81

BAB IV

Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan

1. Berbagai macam bentuk konflik yang bermuara di masyarakat sangatlah membuat resah. Dalam pembahasan penelitian yang peneliti maksudkan adalah konflik yang terjadi antara warga masyarakat dengan pelaku Home Industry alat-alat dapur di Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang, yang mana konflik ini bercorakkan kepada kekerasan fisik maupun non-fisik. Kekerasan berbentuk fisik misalnya demo yang berujung anarkis yakni dengan pengerusakan fasilitas kerja milik pelaku Home Industry, sedangkan kekerasan yang berbentuk non-fisik adalah pengucilan keluarga pelaku Home Industry oleh warga sekitar. Karena awal terjadinya konflik ini adalah adanya Home Industry di Desa mereka yang sehingga mengakibatkan tercemarnya lingkungan Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang.

2. Faktor yang melatarbelakangi terjadinya konflik antara Masyarakat dengan pelaku Home Industry alat-alat dapur di Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang adalah dari proses produksi Home Industry. Karena dengan beroperasinya Home Industry tersebut, lingkungan Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang menjadi tercemar karena limbah dari hasil produksi membuat bau yang


(5)

82

Berbagai upaya telah dilakukan pihak terkait yakni seperti mediasi yang dilakukan oleh pemerintah desa serta bekerjasama dengan jajaran aparat keamanan yaitu polisi untuk memperoleh kesepakatan antara masyarakat dengan pelaku Home Industry di Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang, namun sampai sekarang belum juga terwujud karena keegoisan antar kedua belah pihak.

B. Saran

Dengan berbagai uraian yang telah dipaparkan oleh peneliti diatas mengenai konflik yang terjadi antara masyarakat dengan pelaku Home Industry alat-alat dapur di Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang, maka dari itu penulis memberikan saran sebagai bahan referensi yakni sebagai berikut:

1. Seperti kita ketahui dari kesimpulan diatas tadi bahwasanya masyarakat Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang mulai resah dengan beroperasinya atau berdirinya pabrik Home Industry alat-alat dapur, jadi seharusnya pelaku Home Industry beserta masyarakat harus meninimalkan untuk terjadinya gesekan yang mengakibatkan konflik. 2. Untuk bisa mendamaikan konflik antar keduanya, masyarakat beserta

pelaku Home Industry harus lebih bisa meningkatkan rasa saling persaudaraan antara satu individu dengan individu lainnya, atau antara masyarakat dengan pelaku Home Industry tersebut. Karena sejatinya


(6)

83

mereka semua adalah saudara yang harus saling menghargai dan menghormati antar sesamanya.


Dokumen yang terkait

Tradisi Masyarakat Desa Janji Mauli Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan (1900-1980)

3 83 104

Respon Masyarakat Desa Sitio Ii Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Oleh Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

2 59 107

Analisis efisiensi pemasaran komoditi cabai rawit di desa Jarakkulon kecamatan Jogoroto kabupaten Jombang

0 12 35

PROSPEK HOME INDUSTRY WAYANG HIASAN UD. SANGGAR WAYANG JAYA MOJOWARNO KABUPATEN JOMBANG (Studi kasus home industry UD. Sanggar Wayang Jaya Mojowarno di Desa Mojowangi Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang)

0 18 2

TAMBAR INCUK SEBAGAI ETNOMEDISIN DI DESA SUKA SIPILIHEN KECAMATAN TIGAPANAH KABUPATEN KARO.

3 45 22

PEMBINAAN PELAKU USAHA HOME INDUSTRY Pro

0 1 14

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “L” DENGAN KEHAMILAN NORMAL DI PBM SITI ZULAIKAH, SST DESA JOGOROTO KECAMATAN JOGOROTO KABUPATEN JOMBANG JOMBANG Indah RahayuNingtiyasLusianaMeinawatiYana Eka Mildiana ABSTRAK - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “

0 1 6

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “Z” G1P00000 KEHAMILAN NORMAL DENGAN KELUHAN PUSING DI PBM SITI ZULAIKAH, S.ST. DESA JOGOROTO KECAMATAN JOGOROTO KABUPATEN JOMBANG - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 4 7

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS HOME INDUSTRY TEMPE DI DESA PLIKEN KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS

0 0 15

PERBEDAAN ANTARA BALITA BGM YANG DIBERIKAN PMT MODISCO DENGAN BALITA BGM YANG TIDAK DIBERIKAN PMT MODISCO TERHADAP PERUBAHAN BERAT BADAN ( Studi Kasus di Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang ) - Unipdu Jombang

0 0 12