AGAMA KEBUTUHAN MANUSIA tentang kebutuhan

Makalah ini disusun dalam rangka mencoba menyelesaikan tugas Mahasiswa IAIN Sumatera
Utara Fakultas Syariah khusunya PHM ( Perbandingan Hukum dan Mazhab) semester III (Tiga).
Agar mengetahui kekurangan maupun kelebihan para mahasiswa dan pembuat makalah
tentunya.
Makalah ini isinya mengenai Pengertian Agama, Latar Belakang, Peranan Manusia Terhadap
Agama. Bahwa manusia itu memerlukan pondasi untuk hidup dikalangan masyarakat terdapat
kesan bahwa agama bersifat sempit. Kesan ini timbul dari syarah pengertian tentang hakekat
agama. Kekeliruan paham ini bukan hanya dikalangan umat bukan islam tapi juga dikalangan
umat islam sendiri.
Kekeliruan masalah itu terjadi karena kurikulum pendidikan agama islam yang banyak di pakai
di masyarakat ditekankan kepada pengajaran fiqh, bahasan Arab dan Ibadat. Hal ini memberi
pengetahuan yang sempit tentang agama islam.
Dalam dasar agama sebenarnya terdapat aspek-aspek selain yang tersebut diatas, seperti aspek
teologi, aspek ajaran spisikual dan moral. Aspek ilmu pengetahuan, Aspek Tarekat, Aspek
Falsafah dan Aspek Pemikiran serta usaha-usaha pembaharuan dalam islam.
Dan karena itu pula yang perlu kita bicarakan dalam makalah ini hanyalah kesimpang siuran
pengertian agama itu saja. Tetapi, barang kali uraian akan memakan banyak tempaty, sebab
masalahnya cukup luas juga, dan sungguhpun makalah ini disusun terutama untuk
menyelesaikan tugas Metedologi Studi Islam sebagai bahan pelajaran semester III (Tiga) Jursan
PHM (Perbandingan Hukum dan Mazhab). Mungkin juga ada faedahnya bagi pembaca-pembaca
diluar lingkungan semester III (Tiga) yang ingin memperluas pengetahuannya tentang agama.


A. KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA
1. Pengertian
Dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama dikenal pula kata din ( ) dari bahasa Arab
dan dari kata religi dari bahasa Eropa satu pendapat menyatakan bahwa agama itu tersusun dari
dua kata, tidak dang am = pergi, jadi tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun-temurun. Agama
memang mempunyai sifat yang demikian, adalagi pendapat yang menyatakan bahwa agama
berarti teks atau kitab suci. Dan agama-agam memang mempunyai kitab-kitab suci, selanjutnya
dikatakan lagi bahwa gam berarti tuntutan. Memang agama mengandung ajaran-ajaran yang
menjadi tuntunan hidup bagi penganutnya.
Din dalam bahasa semik berarti undang-undang atau hukum, dalam bahasa Arab kata ini
mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Agama lebih
lanjut lagi membawa kewajiban-kewajiban yang kalau tidak dijalankan oleh seseorang menjadi
hutang baginya. Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula kepada paham batasan baik
dari Tuhan yang tidak menjalankan kewajiban dan tidak patuh akan mendapat balasan yang tidak
baik.
Adapun kata religi berasa dari bahasa latin menurut satu pendapat demikian Harun Nasution
mengatakan, bahwa asal kata religi adalah relegre yang mengandung arti mengumpulkan dan
membaca. Pengertian demikian itu juga sejarah dengan isi agama yang mengandung kumpulan
cara-cara mengabdi kepada Tuhan yang berkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Tetapi


menurut pendapat lain, kata itu berasal dari kata religere yang berarti mengikat ajaran-ajaran
agama memang mengikat manusia dengan Tuhan.
Dari beberapa defenisi tersebut, akhirnya Harun Nasution mengumpulkan bahwa inti sari yang
terkandung dalam istilah-istilah diatas ialah ikatan agama memang mengandung arti ikatan yang
harus dipegang dan dipatuhi manusia manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh besar sekali
terhadap kehidupannya sehari-hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari
manusia, ikatan ghaib yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra.
Adapun pengertian agaa segi istilah dikemukakan sebagai berikut Elizabet K. Nottinghan dalam
bukunya agama dan masyarakat berpendapat bahwa agama adalah gesjala yang begitu sering
terdapat dimana-mana sehingga sedikit membantu usaha-usaha kita untuk menjual abstraksi
ilmiah. Lebih lanjut Noktingham mengatakan bahwa agama berkaitan dengan usaha-usaha
manusia untuk mengukur dalamnya makna ari keberadaannya sendiri dan keberadaan alam
semesta. Agama kerah menimbulkan khayalan yang paling luas dan juga digunakan untuk
membenarkan kekejaman orang yang luar biasa terhadap orang lain. Agama dapat
membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna dan juga merasakan takut dan ngeri.
Sementara itu Durkheim mengatakan bahwa agama adalah patulan dari solidaritas sosial.
Sementara itu Elizabet K. Nottingham yang pendapatnya tersebut tampak menunjukkan pada
realitas bahwa dia melihat pada dasarnya agama itu bertujuan untuk mengangkat harkat dan
martabat manusia dengan cara memberikan suasana batin yang nyaman dan menyejukkan, tapi

juga agama terkadang disalah gunakan oleh penganutnya untuk tujuan-tujuan yang merugikan
orang lain. Misalnya, dengan cara memutar balikkan interpretasi agama secara keliru dan
berujung pada tercapainya tujuan yang bersangkutan.
Selanjutnya karena demikian banyaknya defenisi sekarang agama yang demikian para ahli.
Harun Nasution mengatakan dapat diberi defenisi sebagai berikut :
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus dipatruhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia.
3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber
yang berada diluar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
5. Suatu system tingkah laku (code of conduct) yang berasal di kekuatan ghaib.
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu
kekuatan ghaib.
7. Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dan perasaan lemah dan perasaan takut
terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
8. Ajaran yang dianutnya Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.
Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa agama adalah ajaran
yang berasal dan Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang
turun temurun diwariskan oleh suatu generasi kegenerasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan
dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, yang

didalamnya mencakup unsur emosional dan kenyataan bahwa kebahagiaan hidup tersebut
bergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan ghaib tersebut.
B. LATAR BELAKANG PERLUNYA MANUSIA TERHADAP AGAMA
Sekurang-kurangnya ada alasan yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap agama.
Alasan tersebut secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Latar Belakang Fitrah Manusia
Dalam bukunya berjudul prospektif manusia dan agama, Murthada Muthahhari mengatakan
bahwa disaat berbicara tentang para Nabi Imam Ali as. Menyebutkan bahwa mereka diutus untuk
mengingat manusia kepada manusia yang telah diikat oleh fitrah manusia, yang kelak mereka
akan dituntut untuk memenuhinya. Perjanjian itu tidak dicatat diatas kertas melainkan dengan
pena ciptaan Allah dipermukaan terbesar dan lubuk fitrah manusia, dan diatas permukaan hati
nurani serta dikedalaman perasaan batiniah.
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buat pertama kali ditegaskan
kepada agama islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia, sebelumnya, manusia
belum mengenal kenyataan ini. Baru dimasa akhir-akhir ini muncul beberapa orang yang
menyerukan dan mempopulerkannya. Fitri keagamaan yang ada pada diri manusia inilah yang
melatar belakangi perlunya manusia kepada agama, oleh karenanya ketika datang wahyu Tuhan
yang menyeru manusia agar beragama, maka seruan tersebut memang amat sejalan dengan
fitrahnya hal tersebut.

Dalam konteks ini kita misalnya membaca ayat yang berbunyi :

Artinya ; “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah itu (QS.Al-rum : 30)
Setiap ciptaan Allah mempunyai fitrahnya sendiri-sendiri jangankan Allah sedang manusia saya
membuat sesuatu itu dengan fitrahnya sendiri-sendiri .
Kesimpulannya bahwa latar belakang perlunya manusia pada agama adalah karena dalam diri
manusia sudah terdapat potensi untuk beragama. Potensi yang beragama ini memerlukan
pembinasaan, pengarahan, pengambangan dan seterusnya dengan cara mengenalkan agama
kepadanya.
2. Kelemahan dan Kekurangan Manusia.
Faktor lainnya yang melatar belakangi manusia memerlukan agama adalah karena disamping
manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan .
Walaupun manusia itu dianggap sebagai makhluk yang terhebat dan tertinggi dari segala
makhluk yang ada di ala mini, akan tetapi mereka mempunyai kelemahan dan kekurangan karena
terbatasnya kemampuan M. abdul alim Shaddiqi dalam bukunya “Quesk For True Happines”
menyatakan bahwa keterbatasan manusia itu terletak pada pengetahuannya hanyalah tentang apa
yang terjadi sekarang dan sedikit tentang apa yang telah izin. Adapun tentang masa depan yang
sama sekali tidak tahu, oleh sebab itu kata beliau selanjutnya hukum apa sajapun yang dapat
dibuat oleh manusia tentang kehidupan insani adalah berdasarkan pengalaman masa lalu.

Selanjutnya dikatakan disamping itu manusia menjadi lemah karena di dalam dirinya ada hawa
nafsu yang selain mengajak kepada kejahatan, sesudah itu ada lagi iblis yang selain berusaha
menyesatkan manusia dari kebenaran dan kebaikan. Manusia hanya dapat melawan musuhmusuh ini ialah dengan senjata agama.
Allah menciptakan manusia dan berfirman “bahwa manusia itu telah diciptakan-nya dengan
batas-batas tertenu dan dalam keadaan lemah.

Artinya :
“Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu (terasuk manusia) telah kami ciptakan dengan ukuran (batas)
tertentu (qS. Al-Qomar : 49)
Untuk mengatasi kelemahan-kelemana dirinya itu dan keluar dari kegagalan-kegagalan tersebut
tidak ada jalan lain kecuali dengan wahyu akan agama .
3. Tantangan Manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia adalah
karena manusia adalah dalam kehidupan senantiasa menghadapi berbagai tantangan baik dari
dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan dari hawa nafsu dan
bisikan syetan sedangkan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang
dilakukan manusia yang secara sengaja berupa ingin memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka
dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga, dan pikiran yang dimanipestasikan dalam berbagai
bentuk kebudayaan yang didalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari keluhan.
Orang-orang kafir itu sengaja mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mereka gunakan agar

orang mengikuti keininannya, berbagai bentuk budaya, hiburan, obat-obatan terlarang dan
sebagainya dibuat dengan sengaja. Untuk itu upaya untuk mengatasinya dan membentengi
manusia adalah dengan mengejar mereka agar taat menjalankan agama. Godaan dan tantangan
hidup demikian itu saat ini semakin meningkat sehingga upaya mengamankan masyarakat
menjadi penting . - See more at: http://dinulislami.blogspot.com/2009/10/kebutuhan-manusiaterhadap-agama.html#sthash.WMdbkCfm.dpuf

Berita Politik Humaniora Ekonomi Hiburan Olahraga Lifestyle Wisata Kesehatan Tekno Media
Muda Green Jakarta Fiksiana Freez
Home
Humaniora
Filsafat
Artikel

Filsafat
Wajiran
Jadikan Teman | Kirim Pesan

Wajiran, S.S., M.A. adalah dosen Ilmu Budaya di Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta. Saat ini sebagai kepala Pusat Pengembangan Bahasa. Mantan pengurus DPD IMM
DIY ini dilahirkan di Lampung, 18 Desember 1979. Pendidikan Pasca Sarjana diperoleh di

Universitas Gadjah Mada. Pengalaman organisasi: Sekretaris Pusat Pengembangan Bahasa (dua
periode), Wakil sekretaris MTDK PWM DIY dan Sekjen KAMADA tahun 2008-2010. Aktivis

alumnus Pondok Pesantren Ar-Ruhamaa’ ini mempunyai minat bidang kebijakan politik Amerika
Serikat, ideologi dan agama. Aktif di beberapa perkumpulan dan juga latihan ...
0inShare

Masihkah Kita Butuh Agama?
OPINI | 09 July 2012 | 15:23

Dibaca: 921

Komentar: 17

1

Masihkah Kita Butuh Agama?
Oleh
Wajiran, S.S., M.A.
(Dosen Fakultas Sastra Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta)

Rumitnya persoalan hidup yang kita hadapi terkadang menimbulkan sebuah pertanyaan
akan peranan agama di dalam mengendalikan kehidupan manusia. Saat begitu banyak orang
yang menganut agama, tetapi ternyata agama seolah tidak bisa memberikan solusi bagi persoalan
hidup manusia. Keculasan, kebohongan dan kerakusan yang sebenarnya dilarang dalam agama,
justru menjamur di semua kalangan. Dengan demikian apakah agama masih dibutuhkan?
Pertanyaan itu mungkin saja muncul karena kebingungan kita terhadap peran dan fungsi
agama bagi manusia. Negara yang dihuni oleh mayoritas orang-orang beragama ini, ternyata
tidak mengurangi kejahatan kemanusiaan yang terjadi di berbagai bidang. Korupsi, manipulasi,
pencurian dan perampokan ada di berbagai lapisan negeri ini.
Manusia adalah makhluk yang penuh dengan kekurangan dan keterbatasan. Maka dari itu
kita tidak bisa menyalahkan begitu saja terhadap agama, ketika orang-orang beragama
melakukan kejahatan yang dilarang agama. Manusia itu sendiri yang melanggar ketentuan
agama. Karena itulah seolah agama tidak bisa mengendalikan sifat buruk manusia.
Secara alamiah atau dalam bahasa agama secara fitrah, sangat membutuhkan agama.
Agama yang dimaksud adalah keyakinan atas sesuatu Yang Maha Kuasa. Itu sebabnya dari sejak
jaman Nabi Adam, Musa, Ibrahim dan Muhammad, manusia ditakdirkan untuk merindukan akan
adanya yang Maha Kuasa itu. Hal ini pun terjadi pada mereka-mereka yang belum beragama
Islam. Oleh karena itu wajarlah jika lahir aliran-aliran kepercayaan, kepercayaan akan adanya
hal-hal ghaib atau pun dewa-dewa dan lain sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa manusia tidak
bisa hidup tanpa agama. Itu sebabnya agama tidak akan pernah mati, meminjam istilah

Komaruddin Hidayat(2012) Agama Punya seribu Nyawa. Jadi sampai kapan pun manusia akan
tetap membutuhkan sesuatu yang diyakini menguasai segala sesuatu di dunia ini.
Agama adalah satu-satunya media yang menghubungkan kita dengan Sang Pencipta.
Agama mampu memberikan hiburan dengan harapan-harapan masa depan. Agama bisa

memotivasi kehidupan manusia untuk menjalani kehidupan ini dengan penuh optimisme.
Dengan keyakinan akan agama, manusia akan mencapai sesuatu yang lebih baik dalam hidup ini.
Manusia juga tidak akan mudah menyerah dengan segala kesulitan hidup yang dihadapi. Karena
dengan selalu bertahan dan menyelesaikan tugas hidup di dunia, manusia beragama akan
memiliki keyakinan akan balasan dan pahala setelah kematiannya nanti.
Agama Islam adalah agama rahmatal lil ‘alamin. Ajaran yang ada di dalam Al-Qur’an
dan Sunnah itu bersifat universal. Manusia yang menyakini agama (Islam khususnya) harus
memberikan pengorbanan dan berjuang bukan hanya untuk kaum muslim saja, tetapi untuk
semua orang di muka bumi ini. Oleh karena itu, hukum agama juga harusnya berlaku universal
untuk siapapun. Disinilah fungsi agama sebagai pengatur dan pengendali kehidupan manusia.
Jika manusia telah dengan kaffah (menyeluruh) mengamalkan ajaran agama, maka agama (AlQur’an) akan menjadi sumber peradaban. Sebagai sumber peradaban, agama (Al-Qur’an)
mampu memberikan solusi atas segala persoalan hidup manusia.
Keyakinan atas agama yang diamalkan secara kaffah akan memberikan dampak yang
menyeluruh pula. Dengan ajaran moral dan nilai-nilai yang ada di dalam agama akan
memberikan ciri tertentu kepada pengikutnya. Oleh karena itu, agama bukan hanya sebuah

keyakinan dan pemahaman tanpa tindakan, tetapi beragama harus menyeluruh. Yaitu antara
keyakinan dengan tindakan harus lah saling menunjang. Untuk itu kita dituntut untuk memiliki
watak dan karakteristik yang berbeda dengan orang yang tidak meyakini agama. Itulah yang
disebut dengan akhlaq. Akhlaq inilah yang akan memberi nilai plus bagi setiap muslim untuk
melakukan kontribusi di dalam kehidupan ini.
Karena agama adalah penuntun atau pengendali arah hidup manusia, maka agama harus
menjadi sumber segala sumber. Untuk itu apapun yang kita lakukan harus dilandasi atas nilainilai yang ada di dalam agama itu. Oleh karena itu, segala perbuatan baik itu yang berkaitan
dengan pemenuhan diri sendiri maupun sosial kita namakan dengan ibadah. Bagi kita yang
bekerja mencari nafkah, usaha dan aktivitas kita adalah ibadah. Kemampuan
mengimplementasikan nilai-nilai islam inilah yang disebut oleh Komarudin sebagai internalisasi
nilai-nilai Ilahi (Hidayat:2012: 107). Di dalam internalisasi nilai-nilai Ilahi ini, segala aktivitas
duniawi diniatkan untuk mencari ridho Ilahi, bukan kepentingan duniawi belaka.
Kepasrahan yang total terhadap Tuhan adalah sebuah keharusan bagi umat Islam. Di
dalam kepasrahan ini akan kita temukan sebuah kedamaian. Kedamaian yang dimaksudkan
adalah optimisme menjalani kehidupan dengan sungguh-sungguh. Karena kehidupan adalah
amanah Allah yang harus dijalani, manusia akan merasa tenang, tentram dan damai di dalam
mengemban amanah kehidupan ini.
Fanatisme atau ketaatan yang berlebihan terhadap agama adalah sebuah kewajiban.
Namun demikian, Islam tidak mengajarkan kekerasan di dalam memerintahkan umatnya.
Fanatisme agama adalah sebuah keniscayaan, namun dalam hal muamalah manusia memiliki
berbagai interpreasi yang bisa didiskusikan dan dicari jalan keluarnya. Umat Islam harus
berkasih sayang dengan sesamanya, karena islam adalah rahmatal lil ‘alamin.

Menurut Komarudin Hidayat dinamika keislaman di Indonesia memang sangat
heterogen. Oleh karena itu perlu disikapi secara bijak agar tidak menimbulkan konflik antar
sesama muslim. Akulturasi agama dengan budaya lokal sering menimbulkan benturan-benturan
yang harusnya tidak perlu diperdebatkan. Karena hanya akan menimbulkan permusuhan bagi
sesama umat islam itu sendiri. Perbedaan pandangan dalam agama adalah sebuah keniscayaan,
karena Tuhan telah mentakdirkan kita hidup di dalam dinamika perbedaan. Keberagaman itu
haruslah tetap bisa saling bahu membahu untuk mencapai kejayaan bersama atas nama islam.
Sampai kapan pun agama tidak akan pernah mati. Karena agama telah menjadi bagian
penting dari kebudayaan manusia sepanjang jaman. Wa Allah A’lam.
Malaysia, 18 mei 20

MENGAPA MANUSIA BUTUH TUHAN ?
Dari semua kitab suci semua agama sudah dijelaskan mengapa manusia perlu Tuhan. Di dasari
oleh berbagai macam dalil-dalil yang sudah dibuktikan selama berabad-abad oleh para penganut
masing-masing agama. Itupun masih banyak yang menyangkal keberadaan Tuhan, hingga suatu
saat si atheis terpojok, dan terancam maut, barulah dia menyeru dan meminta pertolongan
kepada Tuhan.
SEBAGAIMANA FIRAUN MENYERU KEPADA TUHAN PADA WAKTU AKAN MATI
TENGGELAM DAN MAYATNYA SEKARANG MENJADI SAKSI BISU ATAS KEJADIAN
TERSEBUT.
Khususnya di negara-negara barat, saat ini faham atheis sedang berkembang pesat. Mereka
menolak keberadaan Tuhan bahkan ada beberapa yang malah mencaci maki Tuhan. Itulah
Firaun-Firaun jaman sekarang yang lebih suka bertindak sesuka hatinya, tidak ada larangan
apapun dan menolak kewajiban apapun.
Sesungguhnya dia menurutkan hawa nafsunya sendiri dan menjadikan kesenangan hawa nafsu
sebagai tujuan hidupnya. Hawa nafsunya dibiarkan mengatur perilakunya yang menghasilkan
pilihan hidup sesuka hatinya. Agamanya adalah agama yang mengajarkan sikap dan
tindakan sesuka hati. Tuhannya adalah hawa nafsunya.
Perilaku manusia seperti ini dijelaskan di dalam teorinya Sigmund Freud, yaitu ID, EGO &
SUPER EGO yang mendasari perilaku manusia. Secara sederhana pengertian ID mewakili
kebutuhan biologis dan alam bawah sadar, EGO mewakili rasio dan alam sadar, sedangkan
SUPEREGO adalah nilai-nilai yang dianut di suatu kelompok masyarakat tertentu.
Cttn:
Bagi pembaca, saya harapkan tidak menggunakan teori ini sebagai acuan utama di
dalam memahami perilaku manusia, karena teori ini dirumuskan berdasarkan observasi Sigmund
Freud terhadap pasien-pasien penderita gangguan jiwa disebuah rumah sakit jiwa. Namun, teori
ini dapat kita gunakan sebatas untuk memahami perilaku menyimpang / abnormal dari
sekelompok manusia saja. Kalau kita ingin mempelajari perilaku manusia yang normal atau

mungkin di atas normal (istimewa) anda perlu banyak teori perilaku manusia lainnya diluar teori
Psikoanalisa ini.
Pada saat belum ada agama, manusia menyeru kepada Sang Pencipta Alam Semesta dan
memohon petunjuk dan bimbingan mengenai suatu “metode” yang bisa diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari guna memperbaiki kondisi masyarakat di mana dia tinggal. Setelah
diturunkannya petunjuk, maka “metode dan prosedur” yang dijalankan berdasarkan petunjuk tadi
akhirnya disebut sebagai agama. “Metode dan prosedur” tadi mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia sehari-harinya sehingga agama dikenal pula sebagai suatu cara untuk menjalani
kehidupan (way of life).
Di dalam perkembangan selanjutnya, banyak pemuka agama yang memodifikasi dan merubah
ajaran asli agama tersebut dengan berbagai macam pertimbangan, alasan dan kepentingan.
Perubahan-perubahan tersebut ada yang merugikan dan menguntungkan bagi masyarakat
penganutnya.
Reaksi terhadap perubahan yang dirasakan merugikan adalah dengan memperbaiki
agama tersebut dan berjuang mengembalikan ajaran agama tersebut ke bentuk aslinya.
Ada juga yang bereaksi dengan pindah agama lain. Dan Ada juga yang malah
meninggalkan ajaran agama tersebut dan mengklaim dirinya tidak percaya Tuhan, sebagai
perwujudan pernyataan sikap bahwa dia tidak mau lagi menjalankan “metode dan
prosedur” sebagaimana diatur oleh suatu agama.
Prof Masaru Emoto
Prof Masaru Emoto adalah seorang profesor dari Jepang yang berhasil mendokumentasikan
kualitas air di seluruh kota di Jepang.
Dari hasil penelitiannya tersebut kita bisa memetik suatu pelajaran tentang kebutuhan
manusia terhadap Tuhan, suka tidak suka, sadar atau tidak sadar, mau atau tidak mau.
Artinya secara alamiah kita membutuhkan Tuhan, sebagaimana kita membutuhkan
oksigen untuk bernafas.
Secara biology, 80% tubuh manusia terdiri dari air, sehingga kualitas air di dalam diri kita akan
menentukan kualitas kesehatan seseorang. Bila “kualitas air” di dalam badan manusia buruk
tentunya orang tersebut akan menderita gejala gangguan kesehatan dan atau menderita penyakit
tertentu. Tidak ada orang di dunia ini yang mau sakit. Semuanya menginginkan hidup sehat
dan panjang umur.
Sebelum kita lebih jauh membahasnya, mari kita lihat fakta-fakta berikut sebagaimana dilansir di
berbagai macam website tentang hasil penelitian Prof Masaru Emoto dibawah ini:

Gambar sebelah kiri, mirip gambar air di selokan atau dilumpur sedangkan gambar disebelah
kanan merefleksikan kejernihan dan kebersihan.
Sangat jelas bahwa dengan berTuhan maka 80% bagian dari badan manusia dalam keadaan
bersih. Sesuatu yang bersih tentu membawa pada kesehatan dan kebaikan.
Hal tersebut dapat terwujud jika kita rajin berdoa, dan beribadah kepada Tuhan secara
terus menerus.
Mungkin yang sudah pernah mendengar atau membaca bukunya Prof Masaru Emoto akan
berdalih bahwa formasi kristal di dalam air dapat terbentuk tidak hanya dengan berdoa. Untuk itu
mari kita liht kembali hasil dokumentasi kristal air lainnya dibawah ini:

Perhatikan gambar di atas, dimana kristal air yang dibacakan doa-doa membentuk kristal paling
indah dan berkilau. Hal ini menunjukkan hasil yang maksimal. Setiap manusia pasti
menginginkan hasil maksimal untuk dirinya. Suatu kebohongan besar jika ada yang menyangkal
bahwa dirinya tidak menginginkan sesuatu yang maksimal.
Untuk memilih dan tidak memilih agama adalah Hak Asasi Manusia adalah suatu kebohongan
besar. Apakah kita akan menyakini pernyataan bahwa pilihan bernafas atau tidak bernafas tidak
ada kaitannya dengan masalah hidup atau mati ?
Jadi, dengan kata lain, untuk membuat air di dalam badan kita membentuk formasi yang
maksimal (indah dan berkilau) maka satu hal yang perlu kita lakukan BERDOA KEPADA
TUHAN.
Mari kita lihat gambar yang diperbesar di bawah ini supaya menjadi jelas manfaat ber Ketuhanan
Yang Maha Esa dari Pancasila:

Apakah gambar di atas tidak mirip dengan PERMATA / BERLIAN ? Apakah ada manusia yang
tidak menginginkan PERMATA / BERLIAN bagi dirinya ?

Dokumen yang terkait

ALOKASI WAKTU KYAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DI YAYASAN KYAI SYARIFUDDIN LUMAJANG (Working Hours of Moeslem Foundation Head In Improving The Quality Of Human Resources In Kyai Syarifuddin Foundation Lumajang)

1 46 7

Konstruksi Media tentang Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang (Analisis Framing pada Surat Kabar Radar Malang Periode 30 Juni – 3 Juli 2012)

0 72 56

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN PEMBENTUKAN CITRA POSITIF RUMAH SAKIT Studi pada Keluarga Pasien Rawat Jalan RSUD Dr. Saiful Anwar Malang tentang Pelayanan Poliklinik

2 56 65

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

INSTRUMEN UKUR KADAR KEBUTUHAN PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN METODE FUZZY LOGIC

13 68 149

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Makna Kekerasan Pada Film Jagal (The Act Of Killing) (Analisis Semiotika Roland Barthes pada Film Dokumenter "Jagal (The Act of Killing)" tentang Pembunuhan Anti-PKI pada Tahun 1965-1966, Karya Joshua Oppenheimer)

17 109 98

Rancangan media informasi tentang makanan tradisional Peyeum Bandung

5 77 1

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

Politik Hukum Pembaharuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Kajian Pasal 74 beserta Penjelasannya)

0 1 22