Kinerja Sumber Daya Manusia pada Birokra
TUGAS KELOMPOK MAKALAH MATA KULIAH ORGANISASI DAN
MANAJEMEN
“Kinerja Sumber Daya Manusia pada Birokrasi”
Disusun Oleh :
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA
PURWOKETO
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mencapai tujuannya tentu birokrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti misalnya faktor lingkungan, teknologi, sumberdaya manusia, struktur, dll.
Faktor sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kinerja birokrasi dalam memberikan pelayanan kepada publik karena manusia itu
sendiri adalah sebagai pelaksana tujuan birokrasi. Sebagai inti dari pelaksana tujuan
organisasi maka sumberdaya manusia perlu mendapatkan perhatian dan controlling
yang tepat.
Pada umumnya, SDM pada birokrasi Indonesia masih belum menunjukan
kualitas yang baik, hal tersebut ditunjukan dengan banyaknya masyarakat yang
merasa bahwa pelayanan pada birokrasi kurang cepat tanggap, dan kurang ramah.
Hasil jajak pendapat kompas menunjukkan bahwa masyarakat yang disurvey
sebagian besar tidak puas dengan kerja birokrasidi Indonesia. Hal ini dapat dilihat
dari hasil bahwa 62,9% responden merasa memerlukan waktu yang lama dalam
berurusan dengan birokrasi, 58% responden menyatakan bahwa aparat birokrasi
gampang disuap, 65,3% responden menyatakan ketidakpuasan akan efektivitas
kerja birokrasi, dan sebagian masyarakat masih kecewa dengan kedisiplinan, dan
kesigapan kerja birokrasi.
Dan juga banyaknya kasus-kasus human eror yang melibatkan para pegawai
birokrasi di Indonesia. Misalkan seperti yang terjadi di kabupaten Banyumas pada
perhitungan suara pemilu legislatif 9 mei 2014, KPU Banyumas telah diduga
melakukan pelanggaran dalam
proses perhitungan ulang rekapitulasi hasil
perolehan suara di PPS teluk (Radar Banyumas, Senin 19/5/14). Dengan demikian
telah memperlihatkan adanya human eror pada birokrasi kita yang telah mengurangi
hasil kinerja birokrasi.
Oleh karena itu SDM menjadi faktor yang vital dalam menentukan hasil
kinerja birokrasi terhadap publik. Semakin buruk kualitasnya maka semakin buruk
juga kualitas kinerja birokrasi di negara tersebut. Maka perlu adanya pembahasan
mengenai penyebab kualitas sumberdaya manusia di birokrasi kita.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan faktor kepuasan kerja dengan kinerja sumberdaya
manusia pada birokrasi?
2. Bagaimana upaya peningkatan kinerja para pegawai birokrasi?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menempuh tugas yang diberikan pihak lembaga Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto, khususnya dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jenderal Soedirman
Purwoketo pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara.
Dalam membuat makalah ini agar lebih memahaminya penulis membuat beberapa
tujuan penulisan diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Untuk Mengetahui bagaimana kualitas SDM pada birokrasi di Indonesia
2.
Untuk Mengetahui pengaruh ketidakpuasan kerja terhadap kinerja birokrasi.
3.
Untuk mengetahui bagaimana upaya peningkatan SDM pada birokrasi.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Meningkatkan tentang pemahaman pengembangan kinerja sumberdaya
manusia bagi penulis.
2.
Menjadi wacana bagi praktisi dalam menerapkan pengembangan kinerja
pegawai birokrasi.
3.
Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai permasalahan ini.
E. Kajian Pustaka
1. Teori Dua Faktor (Two Factors Theory) dari Frederick Herzberg.
Menurut Herzberg ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku manusia dalam
organisasi. Menurut Herzberg terdapat faktor yang menyebabkan kepuasan dan
faktor yang menyebabkan ketidak puasan manusia bekerja.
Faktor pertama disebut motivator atau pembawa kepuasan
Faktor kedua disebut hygiene atau pembawa ketidakpuasan,
Teori ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Motivator (Kepuasan / + )
1.Prestasi yang dicapai
2.Pengakuan atau rekognisi
3.Dunia kerja itu sendiri
4. Tanggung jawab
5. Kemajuan atau Peningkatan
Hygiene (Ketidakpuasan / - )
(mencegah ketidak puasan tetapi bukan
penyebab terjadinya kepuasan)
1. gaji, upah dan tunjangan lainnya
2. kebijakan perusahaan dan
administrasi
3. Hubungan baik antar-pribadi
4. Kualitas pengawasan
5. Keamanan pekerjaan
6. Kondisi kerja
7. keseimbangan kerja dan hidup
Sumber : Danim, 2004.
2. Teori X dan Teori Y oleh Douglas McGregor
Menurutnya ada dua pandangan tentang manusia, yang pertama pada dasarnya
manusia punya sifat negatif yaitu Teori X dan lainya, manusia punya sifat positif
yaitu Teori Y. McGregor berkesimpulan bahwa pandangan seorang manajer
tentang sifat manusia didasarkan pada pengelompokan asumsi tertentu dan bahwa
manusia cenderung untuk menyesuaikan perilakunya terhadap bawahannya
sesuai dengan asumsi-asumsi tersebut.
Ada 5 asumsi Teori X yang dianut para manajer :
1. Para pegawai pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan berusaha
menghindarinya.
2. Sebagian besar orang tidak ambisius, mempunyai keinginan sedikit untuk
bertanggung jawab, dan lebih senang untuk diarahkan.
3. Sebagian besar orang memiliki kemampuan daya cipta yang kecil dalam
memecahkan masalah-masalah organisasi.
4. Motivasi terjadi hanya pada tingkat fisik dan keselamatan.
5. Sebagian besar orang harus dikontrol secara ketat dan sering dipaksa untuk
mencapai tujuan organisasi.
Kebalikan dari pandangan yang negatif terhadap manusia, McGregor
menempatkan 5 asumsi lain yang disebut Teori Y :
1. Pekerjaan secara alami merupakan permainan, apabila kondisinya baik.
2. Kontrol diri sendiri sering sangat diperlukan dalam mencapai tujuan
organisasi.
3. Kemampuan daya cipta dalam memecahkan masalah-masalah organisasi
tersebar luas dalam masyarakat.
4. Motivasi terjadi pada tingkat berkelompok, penghormatan, dan pemuasan
diri, sama baiknya dengan tingkat fisik dan keamanan.
5. Orang dapat dikontrol diri sendiri dan memiliki daya cipta dalam bekerja
apabila dimotivasi sebagaimana mestinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hubunngan Ketidakpuasan Kerja Dengan Kinerja SDM pada
Birokrasi.
Birokrasi merupakan jajaran pemerintahan eksekutif dari tingkat atas
(Kepresidenan) sampai tingkat paling bawah, yang mengimplementasikan
atau menjadi pelaksana dari kebijakan publik yang sekaligus sebagai pelayan
publik. Dalam birokrasi, sumber daya manusia menjadi pelaksana dari
kebijakan dan program yang dibuat untuk melayani kepentingan publik.
Masyarakat telah menilai bahwa kualitas pelayanan dari birokrasi masih
sangat dibawah standar. Maka pemerintah perlu melakukan pembenahan pada
system pelayanan terhadap masyarakat, khususnya dari sisi sumber daya
manusia.
Ketidakpuasan kerja karyawan dalam birokrasi menjadi hal yang
penting dalam menentukan bagaimana kinerja mereka dalam melakukan
pelayanan. Menurut Teori Dua Faktor (Two Factors Theory) dari Frederick
Hezberg ada faktor yang mempengaruhi ketidak puasan kerja, yaitu faktor
Hygiene yang berhubungan langsung dengan kepuasan suatu pekerjaan, tetapi
berhubungan langsung dengan timbulnya suatu ketidakpuasan kerja. Sehingga
faktor hygiene tidak dapat digunakan sebagai alat motivasi. Oleh karena itu
hygiene perlu mendapat perhatian agar kita dapat menganalisa faktor
ketidakpuasan dalam bekerja yang menjadi penyebab menurunnya kinerja
para
pegawai
birokrasi.
Berikut ini adalah implikasi faktor hygiene dalam birokrasi :
1.
Gaji, upah dan tunjangan
Insentif dan gaji yang memadai memang dapat menimbulkan kepuasan kerja
akan tetapi pada kenyataannya di birokrasi kita insentif yang tinggi belum
memperbaiki kinerja para pegawai karena insentif tersebut belum memiliki
standarisasi yang ketat untuk menuntut prestasi. Namun insentif yang rendah
justru akan mengurangi semangat pegawai dalam melaksanakan tugas..
2.
Kebijakan perusahaan dan administrasi
Yang menjadi sorotan disini adalah kebijaksaan personalia.
Pelaksanaan
kebijakasanaan dilakukan masing masing birokrat yang bersangkutan. Dalam hal
ini supaya mereka berbuat seadil-adilnya sehingga dapat membuat pegawai
merasa nyaman dalam mengimplementasikan kebijakan.
3.
Hubungan baik antar-pribadi
Dukungan rekan sekerja atau kelompok kerja dapat menimbulkan kepuasan kerja
bagi pegawai.
Hubungan antar pribadi atau rekan kerja dapat menentukan
kepuasan kerja ditinjau dari: (1) adanya kompetisi yang sehat dilingkungan kerja,
(2) sejauh mana pegawai yang bekerja sama akan memberikan dukungan yang
cukup, (3) pekerja dapat bekerja sama dengan orang yang bertanggungjawab
(tidak memandang senioritas).
4.
Kualitas pengawasan
Apabila pengawasan yang dilakukan oleh para pengawas masih rendah, maka
dapat menyebabkan kinerja pegawai menjadi kurang maksimal dan dapat juga
menimbulkan munculnya berbagai macam penyimpangan yang dilakukan oleh
para pekerja di birokrasi.
5.
Keamanan pekerjaan
Keamanan pekerjaan itu mencakup kesehatan dan keselamatan para pekerja.
Keselamatan dan kesehatan para pekerja juga perlu terus dipantau, agar
kualitas kinerja para pekerja semakin meningkat. Agar proses penjagaan
keamanan dapat berjalan dengan baik, maka dapat dilakukan usaha-usaha
sebagai berikut:
a. Memberi contoh tentang perilaku kerja yang aman pada karyawan.
b. Memberikan jaminan keselamatan kerja seperti asuransi jiwa dan asuransi
kesehatan.
c. Tegakkan standar keselamatan kerja secara tegas.
6.
Kondisi Kerja
Masing-masing birokrat dapat berperan dalam berbagai hal agar keadaan
masing-masing bawahannya menjadi lebih sesuai. Misalnya ruangan khusus
bagi unitnya, penerangan, fasilitas-fasilitas, dan kondisi lingkungan yang
nyaman. Apabila kondisi kerja dirasakan kurang nyaman maka juga akan
menurunkan kerja pegawai.
7.
Keseimbangan Kerja dan Hidup
Keseimbangan Antara kerja dan hidup merupakan pembagian antara waktu
pekerja untuk berja dengan waktu bebas kerja, dengan adanya pembagian yang
kurang tepat Antara waktu bekerja dan waktu bebas kerja maka akan
memberikan rasa jenuh kepada pegawai terhadap pekerjaan. Namun jika
waktu bebas kerja itu juga berlebihan maka akan mengurangi semangat kerja
dari pegawai.
Dengan demikian faktor hygiene perlu mendapat perhatian agar
pemerintah dapat memahami apakah pegawai merasa puas atau tidak terhadap
pekerjaannya. Karena apabila kinerja pegawai birokrasi menurun maka akan
buruk pula kualitas pelayanan publik kita.
B. Peningkatan Kinerja SDM pada Birokrasi di Indonesia.
Masyarakat Indonesia melihat bahwa pelayanan dalam birokrasi masih
belum baik. Masyarakat beranggapan bahwa para pelayan public tersebut
belum memiliki komitmen dan konsistensi dalam memberikan pelayanan. Hal
tersebut karena setiap sumber daya manusia dalam birokrasi belum
menjalankan standar-standar kompentensi dengan baik dalam memberikan
pelayanan. Oleh karena itu banyak masyarakat yang merasakan bahwa
pelayanan dari para birokrat kita belum cepat tanggap.
Jika kita mengacu pada teori X dan Y dari McGregor, maka kita dapat
melihat bahwa perilaku dari para pekerja birokrasi kita berbeda-beda. Misal
pada karyawan X yang memiliki sikap kurang cepat tanggap, kurang memiliki
kesadaran dan komitmen, tidak suka bekerja dan tidak bertanggungjawab.
Lalu pada karyawan Y yang memiliki kesadaran tinggi akan pekerjaannya,
suka bekerja, memiliki komitmen dan bertanggungjawab. Demikianlah seperti
halnya yang terjadi di Indonesia saat ini, banyak para pegawai birokrat yang
memiliki karakter X tetapi juga ada yang memiliki karakter Y.
Dengan memahami sifat dan karakter dari para pegawai birokrat kita
maka kita dapat menentukan cara untuk meningkatkan kualitas para pegawai
birokrasi. Berikut adalah berbagai cara penanganganan masalah sumber daya
manusia yang kami paparkan berdasarkan karakter pegawai itu sendiri :
1. Pegawai memiliki kemampuan daya cipta yang kecil dalam memecahkan
masalah-masalah organisasi, maka perlu diadakannya pelatihan kepada para
pegawai agar mereka mampu meningkatkan kemampuan mereka.
2. Pegawai kurang ambisius, kurang bertanggung jawab dan hanya senang di
arahkan. Maka perlu adanya motivasi kepada pegawai seperti halnya berupa
imbalan atas prestasi dan hukuman atas pelanggaran.
3. Pegawai kurang menyukai pekerjaan, maka perlu adanya penempatan posisi
kerja atau divisi yang sesuai dengan kemampuan pegawai tersebut.
4.
Pegawai suka melakukan pelanggaran dalam bekerja, maka diperlukan fungsi
controlling yang tegas agar pegawai tidak melakukan penyelewengan dalam
pencapaian tujuan organisasi.
5. Pegawai menunjukan prestasi yang baik dalam bekerja, maka pegawai patut
mendapatkan imbalan atau balas jasa (remunerasi) yang diberikan kepada tenaga
kerja sebagai akibat dari prestasi yang telah diberikannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketidakpuasan
pegawai
mempengaruhi
kinerja
mereka
dalam
menjalankan tugas-tugas birokrasi. Semakin tidak terpenuhinya faktor hygiene
dalam birokrasi maka akan semakin menurunkan motivasi bagi para pegawai.
Namun untuk mengatasi hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan
pengembangan kinerja pegawai birokrasi dengan melakukan pelatihan, motivasi,
controlling, remunerasi, dsb.
B. Saran
Pemerintah perlu melakukan evaluasi dan pengembangan untuk
meningkatkan kinerja pegawai birokrasi dengan memperhatikan kemampuan,
karakter pegawai dan memenuhi faktor kepuasan kerja.
MANAJEMEN
“Kinerja Sumber Daya Manusia pada Birokrasi”
Disusun Oleh :
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA
PURWOKETO
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mencapai tujuannya tentu birokrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti misalnya faktor lingkungan, teknologi, sumberdaya manusia, struktur, dll.
Faktor sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kinerja birokrasi dalam memberikan pelayanan kepada publik karena manusia itu
sendiri adalah sebagai pelaksana tujuan birokrasi. Sebagai inti dari pelaksana tujuan
organisasi maka sumberdaya manusia perlu mendapatkan perhatian dan controlling
yang tepat.
Pada umumnya, SDM pada birokrasi Indonesia masih belum menunjukan
kualitas yang baik, hal tersebut ditunjukan dengan banyaknya masyarakat yang
merasa bahwa pelayanan pada birokrasi kurang cepat tanggap, dan kurang ramah.
Hasil jajak pendapat kompas menunjukkan bahwa masyarakat yang disurvey
sebagian besar tidak puas dengan kerja birokrasidi Indonesia. Hal ini dapat dilihat
dari hasil bahwa 62,9% responden merasa memerlukan waktu yang lama dalam
berurusan dengan birokrasi, 58% responden menyatakan bahwa aparat birokrasi
gampang disuap, 65,3% responden menyatakan ketidakpuasan akan efektivitas
kerja birokrasi, dan sebagian masyarakat masih kecewa dengan kedisiplinan, dan
kesigapan kerja birokrasi.
Dan juga banyaknya kasus-kasus human eror yang melibatkan para pegawai
birokrasi di Indonesia. Misalkan seperti yang terjadi di kabupaten Banyumas pada
perhitungan suara pemilu legislatif 9 mei 2014, KPU Banyumas telah diduga
melakukan pelanggaran dalam
proses perhitungan ulang rekapitulasi hasil
perolehan suara di PPS teluk (Radar Banyumas, Senin 19/5/14). Dengan demikian
telah memperlihatkan adanya human eror pada birokrasi kita yang telah mengurangi
hasil kinerja birokrasi.
Oleh karena itu SDM menjadi faktor yang vital dalam menentukan hasil
kinerja birokrasi terhadap publik. Semakin buruk kualitasnya maka semakin buruk
juga kualitas kinerja birokrasi di negara tersebut. Maka perlu adanya pembahasan
mengenai penyebab kualitas sumberdaya manusia di birokrasi kita.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan faktor kepuasan kerja dengan kinerja sumberdaya
manusia pada birokrasi?
2. Bagaimana upaya peningkatan kinerja para pegawai birokrasi?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menempuh tugas yang diberikan pihak lembaga Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto, khususnya dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jenderal Soedirman
Purwoketo pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara.
Dalam membuat makalah ini agar lebih memahaminya penulis membuat beberapa
tujuan penulisan diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Untuk Mengetahui bagaimana kualitas SDM pada birokrasi di Indonesia
2.
Untuk Mengetahui pengaruh ketidakpuasan kerja terhadap kinerja birokrasi.
3.
Untuk mengetahui bagaimana upaya peningkatan SDM pada birokrasi.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Meningkatkan tentang pemahaman pengembangan kinerja sumberdaya
manusia bagi penulis.
2.
Menjadi wacana bagi praktisi dalam menerapkan pengembangan kinerja
pegawai birokrasi.
3.
Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai permasalahan ini.
E. Kajian Pustaka
1. Teori Dua Faktor (Two Factors Theory) dari Frederick Herzberg.
Menurut Herzberg ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku manusia dalam
organisasi. Menurut Herzberg terdapat faktor yang menyebabkan kepuasan dan
faktor yang menyebabkan ketidak puasan manusia bekerja.
Faktor pertama disebut motivator atau pembawa kepuasan
Faktor kedua disebut hygiene atau pembawa ketidakpuasan,
Teori ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Motivator (Kepuasan / + )
1.Prestasi yang dicapai
2.Pengakuan atau rekognisi
3.Dunia kerja itu sendiri
4. Tanggung jawab
5. Kemajuan atau Peningkatan
Hygiene (Ketidakpuasan / - )
(mencegah ketidak puasan tetapi bukan
penyebab terjadinya kepuasan)
1. gaji, upah dan tunjangan lainnya
2. kebijakan perusahaan dan
administrasi
3. Hubungan baik antar-pribadi
4. Kualitas pengawasan
5. Keamanan pekerjaan
6. Kondisi kerja
7. keseimbangan kerja dan hidup
Sumber : Danim, 2004.
2. Teori X dan Teori Y oleh Douglas McGregor
Menurutnya ada dua pandangan tentang manusia, yang pertama pada dasarnya
manusia punya sifat negatif yaitu Teori X dan lainya, manusia punya sifat positif
yaitu Teori Y. McGregor berkesimpulan bahwa pandangan seorang manajer
tentang sifat manusia didasarkan pada pengelompokan asumsi tertentu dan bahwa
manusia cenderung untuk menyesuaikan perilakunya terhadap bawahannya
sesuai dengan asumsi-asumsi tersebut.
Ada 5 asumsi Teori X yang dianut para manajer :
1. Para pegawai pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan berusaha
menghindarinya.
2. Sebagian besar orang tidak ambisius, mempunyai keinginan sedikit untuk
bertanggung jawab, dan lebih senang untuk diarahkan.
3. Sebagian besar orang memiliki kemampuan daya cipta yang kecil dalam
memecahkan masalah-masalah organisasi.
4. Motivasi terjadi hanya pada tingkat fisik dan keselamatan.
5. Sebagian besar orang harus dikontrol secara ketat dan sering dipaksa untuk
mencapai tujuan organisasi.
Kebalikan dari pandangan yang negatif terhadap manusia, McGregor
menempatkan 5 asumsi lain yang disebut Teori Y :
1. Pekerjaan secara alami merupakan permainan, apabila kondisinya baik.
2. Kontrol diri sendiri sering sangat diperlukan dalam mencapai tujuan
organisasi.
3. Kemampuan daya cipta dalam memecahkan masalah-masalah organisasi
tersebar luas dalam masyarakat.
4. Motivasi terjadi pada tingkat berkelompok, penghormatan, dan pemuasan
diri, sama baiknya dengan tingkat fisik dan keamanan.
5. Orang dapat dikontrol diri sendiri dan memiliki daya cipta dalam bekerja
apabila dimotivasi sebagaimana mestinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hubunngan Ketidakpuasan Kerja Dengan Kinerja SDM pada
Birokrasi.
Birokrasi merupakan jajaran pemerintahan eksekutif dari tingkat atas
(Kepresidenan) sampai tingkat paling bawah, yang mengimplementasikan
atau menjadi pelaksana dari kebijakan publik yang sekaligus sebagai pelayan
publik. Dalam birokrasi, sumber daya manusia menjadi pelaksana dari
kebijakan dan program yang dibuat untuk melayani kepentingan publik.
Masyarakat telah menilai bahwa kualitas pelayanan dari birokrasi masih
sangat dibawah standar. Maka pemerintah perlu melakukan pembenahan pada
system pelayanan terhadap masyarakat, khususnya dari sisi sumber daya
manusia.
Ketidakpuasan kerja karyawan dalam birokrasi menjadi hal yang
penting dalam menentukan bagaimana kinerja mereka dalam melakukan
pelayanan. Menurut Teori Dua Faktor (Two Factors Theory) dari Frederick
Hezberg ada faktor yang mempengaruhi ketidak puasan kerja, yaitu faktor
Hygiene yang berhubungan langsung dengan kepuasan suatu pekerjaan, tetapi
berhubungan langsung dengan timbulnya suatu ketidakpuasan kerja. Sehingga
faktor hygiene tidak dapat digunakan sebagai alat motivasi. Oleh karena itu
hygiene perlu mendapat perhatian agar kita dapat menganalisa faktor
ketidakpuasan dalam bekerja yang menjadi penyebab menurunnya kinerja
para
pegawai
birokrasi.
Berikut ini adalah implikasi faktor hygiene dalam birokrasi :
1.
Gaji, upah dan tunjangan
Insentif dan gaji yang memadai memang dapat menimbulkan kepuasan kerja
akan tetapi pada kenyataannya di birokrasi kita insentif yang tinggi belum
memperbaiki kinerja para pegawai karena insentif tersebut belum memiliki
standarisasi yang ketat untuk menuntut prestasi. Namun insentif yang rendah
justru akan mengurangi semangat pegawai dalam melaksanakan tugas..
2.
Kebijakan perusahaan dan administrasi
Yang menjadi sorotan disini adalah kebijaksaan personalia.
Pelaksanaan
kebijakasanaan dilakukan masing masing birokrat yang bersangkutan. Dalam hal
ini supaya mereka berbuat seadil-adilnya sehingga dapat membuat pegawai
merasa nyaman dalam mengimplementasikan kebijakan.
3.
Hubungan baik antar-pribadi
Dukungan rekan sekerja atau kelompok kerja dapat menimbulkan kepuasan kerja
bagi pegawai.
Hubungan antar pribadi atau rekan kerja dapat menentukan
kepuasan kerja ditinjau dari: (1) adanya kompetisi yang sehat dilingkungan kerja,
(2) sejauh mana pegawai yang bekerja sama akan memberikan dukungan yang
cukup, (3) pekerja dapat bekerja sama dengan orang yang bertanggungjawab
(tidak memandang senioritas).
4.
Kualitas pengawasan
Apabila pengawasan yang dilakukan oleh para pengawas masih rendah, maka
dapat menyebabkan kinerja pegawai menjadi kurang maksimal dan dapat juga
menimbulkan munculnya berbagai macam penyimpangan yang dilakukan oleh
para pekerja di birokrasi.
5.
Keamanan pekerjaan
Keamanan pekerjaan itu mencakup kesehatan dan keselamatan para pekerja.
Keselamatan dan kesehatan para pekerja juga perlu terus dipantau, agar
kualitas kinerja para pekerja semakin meningkat. Agar proses penjagaan
keamanan dapat berjalan dengan baik, maka dapat dilakukan usaha-usaha
sebagai berikut:
a. Memberi contoh tentang perilaku kerja yang aman pada karyawan.
b. Memberikan jaminan keselamatan kerja seperti asuransi jiwa dan asuransi
kesehatan.
c. Tegakkan standar keselamatan kerja secara tegas.
6.
Kondisi Kerja
Masing-masing birokrat dapat berperan dalam berbagai hal agar keadaan
masing-masing bawahannya menjadi lebih sesuai. Misalnya ruangan khusus
bagi unitnya, penerangan, fasilitas-fasilitas, dan kondisi lingkungan yang
nyaman. Apabila kondisi kerja dirasakan kurang nyaman maka juga akan
menurunkan kerja pegawai.
7.
Keseimbangan Kerja dan Hidup
Keseimbangan Antara kerja dan hidup merupakan pembagian antara waktu
pekerja untuk berja dengan waktu bebas kerja, dengan adanya pembagian yang
kurang tepat Antara waktu bekerja dan waktu bebas kerja maka akan
memberikan rasa jenuh kepada pegawai terhadap pekerjaan. Namun jika
waktu bebas kerja itu juga berlebihan maka akan mengurangi semangat kerja
dari pegawai.
Dengan demikian faktor hygiene perlu mendapat perhatian agar
pemerintah dapat memahami apakah pegawai merasa puas atau tidak terhadap
pekerjaannya. Karena apabila kinerja pegawai birokrasi menurun maka akan
buruk pula kualitas pelayanan publik kita.
B. Peningkatan Kinerja SDM pada Birokrasi di Indonesia.
Masyarakat Indonesia melihat bahwa pelayanan dalam birokrasi masih
belum baik. Masyarakat beranggapan bahwa para pelayan public tersebut
belum memiliki komitmen dan konsistensi dalam memberikan pelayanan. Hal
tersebut karena setiap sumber daya manusia dalam birokrasi belum
menjalankan standar-standar kompentensi dengan baik dalam memberikan
pelayanan. Oleh karena itu banyak masyarakat yang merasakan bahwa
pelayanan dari para birokrat kita belum cepat tanggap.
Jika kita mengacu pada teori X dan Y dari McGregor, maka kita dapat
melihat bahwa perilaku dari para pekerja birokrasi kita berbeda-beda. Misal
pada karyawan X yang memiliki sikap kurang cepat tanggap, kurang memiliki
kesadaran dan komitmen, tidak suka bekerja dan tidak bertanggungjawab.
Lalu pada karyawan Y yang memiliki kesadaran tinggi akan pekerjaannya,
suka bekerja, memiliki komitmen dan bertanggungjawab. Demikianlah seperti
halnya yang terjadi di Indonesia saat ini, banyak para pegawai birokrat yang
memiliki karakter X tetapi juga ada yang memiliki karakter Y.
Dengan memahami sifat dan karakter dari para pegawai birokrat kita
maka kita dapat menentukan cara untuk meningkatkan kualitas para pegawai
birokrasi. Berikut adalah berbagai cara penanganganan masalah sumber daya
manusia yang kami paparkan berdasarkan karakter pegawai itu sendiri :
1. Pegawai memiliki kemampuan daya cipta yang kecil dalam memecahkan
masalah-masalah organisasi, maka perlu diadakannya pelatihan kepada para
pegawai agar mereka mampu meningkatkan kemampuan mereka.
2. Pegawai kurang ambisius, kurang bertanggung jawab dan hanya senang di
arahkan. Maka perlu adanya motivasi kepada pegawai seperti halnya berupa
imbalan atas prestasi dan hukuman atas pelanggaran.
3. Pegawai kurang menyukai pekerjaan, maka perlu adanya penempatan posisi
kerja atau divisi yang sesuai dengan kemampuan pegawai tersebut.
4.
Pegawai suka melakukan pelanggaran dalam bekerja, maka diperlukan fungsi
controlling yang tegas agar pegawai tidak melakukan penyelewengan dalam
pencapaian tujuan organisasi.
5. Pegawai menunjukan prestasi yang baik dalam bekerja, maka pegawai patut
mendapatkan imbalan atau balas jasa (remunerasi) yang diberikan kepada tenaga
kerja sebagai akibat dari prestasi yang telah diberikannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketidakpuasan
pegawai
mempengaruhi
kinerja
mereka
dalam
menjalankan tugas-tugas birokrasi. Semakin tidak terpenuhinya faktor hygiene
dalam birokrasi maka akan semakin menurunkan motivasi bagi para pegawai.
Namun untuk mengatasi hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan
pengembangan kinerja pegawai birokrasi dengan melakukan pelatihan, motivasi,
controlling, remunerasi, dsb.
B. Saran
Pemerintah perlu melakukan evaluasi dan pengembangan untuk
meningkatkan kinerja pegawai birokrasi dengan memperhatikan kemampuan,
karakter pegawai dan memenuhi faktor kepuasan kerja.