PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI UPAYA MEMBEN
PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK
KARAKTER BANGSA
Lingga Nico Pradana, Nunung Juwariah, Pradipta Annurwanda
Abstrak
Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan
watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta
didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara
apa yang baik, mewujudkan, dan menebar kebaikan itu dalam
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Komponen
didalamnya adalah olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah
karsa yang memberikan pendidikan pada aspek afektif,
kognitif dan psikomotorik. Tujuan dari pendidikan karakter
adalah adanya perubahan kualitas siswa ditinjau dari aspek
afektif, kognitif, dan psikomotorik. Adanya peningkatan
wawasan, perilaku, dan keterampilan sehingga dapat menjadi
siswa yang berilmu dan berkarakter. Pendidikan formal
adalah suatu wadah yang baik untuk membentuk karakter
bangsa melalui pendidikan karakter. Aplikasinya adalah
dengan mengitegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam seluruh
kegiatan di sekolah. Nilai-nilai karakter yang dapat
ditanamkan antara lain religius, rajin, toleran, disiplin, kerja
keras, dan sebagainya.
Kata kunci: pendidikan karakter, nilai, komponen
A. Pendahuluan
Globalisasi memberikan dampak yang cukup signifikan dewasa ini.
Dampak tersebut terjadi di seluruh belahan bumi tak terkecuali di negara
Indonesia. Globalisasi memberi dampak positif antara lain berkembangnya
teknologi diberbagai bidang, meningkatnya sarana dan prasarana dan lain
sebagainya. Hal tersebut dapat memberikan kemudahan dalam melakukan
segala hal. Disisi lain, globalisasi juga akan memberikan efek negatif jika
terjadi penyalahgunaan. Contohnya adalah penyalahgunaan obat-obatan
terlarang, seks bebas, kriminalitas, dan lain sebagainya. Selain itu, persaingan
antar bangsa juga memberikan dampak yang cukup besar. Cara-cara yang
dilakukan untuk memperoleh kemakmuran sudah menyimpang ke arah
negatif. Adanya perdagangan bebas atau pasar bebas merusak perekonomian
masyarakat. Persaingan yang berlangsung secara tidak sehat dapat
menimbulkan sifat licik, serakah, dan egois. Oleh karena itu diperlukan suatu
hal untuk mengatasi hal tersebut.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi dewasa ini sebenarnya
disebabkan oleh masyarakat yang tidak memiliki karakter yang baik. Hal itu
menyebabkan tidak adanya kontrol diri sehingga masyarakat hanya
mementingkan diri mereka sendiri. Oleh sebab itu, penting adanya
penanaman karakter yang kuat sehingga dapat menjadi bangsa yang
berkarakter.
Pembentukan
karakter
bangsa
dapat
dilakukan
dengan
cara
mengimplementasikan pendidikan karakter. Pendidikan karakter dapat
membentuk karakter bangsa yang baik dan berakhlak. Selain itu pendidikan
karakter juga mengajarkan hakikat karakter dalam cipta, rasa dan karsa.
Tujuannya adalah untuk membentuk pribadi yang berilmu dan berkarakter.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dalam Bab 2 Pasal 3, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam
rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Dari fungsi dan tujuan tersebut, ada dua hal penting yang
harus diwujudkan oleh lembaga pendidikan. Pertama, mengembangan
kemampuan yang berkaitan dengan otak yang merujuk pada kualitas
akademik. Kedua, membentuk watak yang berkaitan dengan hati yang
merujuk pada lulusan yang berakhlak mulia.
Mengacu pada uraian tersebut, menarik untuk dipertanyakan, apakah
pendidikan karakter itu? Karakter bangsa apa saja yang saat ini dibutuhkan?
Bagaimana pula upaya untuk membentuk karakter bangsa melalui pendidikan
karakter?
B. Hakikat dan Tujuan Pendidikan Karakter
Karakter adalah perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai berdasarkan
norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat, dan estetika.
Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta
didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta
didik berperilaku sebagai insan kamil. Karakter tersebut dinilai menurut
hubungan manusia dengan Tuhan, diri sendiri, sesama dan lingkungan, dan
bangsa dan negara. Hubungan manusia dengan Tuhannya dinilai menurut
derajat taqwa dan sikap religius. Hubungan manusia dengan diri sendiri
dinilai berdasarkan sikap jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat,
disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, kreatif, inovatif,
mandiri, dan mempunyai rasa ingin tahu. Hubungan manusia dengan sesama
dan lingkungannya dinilai berdasarkan sikap sadar hak dan kewajiban, patuh
pada aturan sosial, menghargai karya orang lain, santun dan demokratis, dan
peduli lingkungan sosial dan lingkungan hidup. Sedangkan hubungan
manusia dengan bangsa dan negaranya dinilai berdasarkan sikap nasionalisme
dan menghargai keberagaman dan pemahaman terhadap budaya dan ekonomi.
Sumber-sumber nilai karakter berasal dari agama, Pancasila, UUD
1945, NKRI, dan kearifan lokal. Sumber-sumber nilai karakter tersebut
diinternalisasikan pada para siswa melalui berbagai kegiatan di sekolah, di
antaranya MOS, OSIS, tata krama dan tata tertib, kepramukaan, upacara
bendera, pendidikan berwawasan kebangsaan, kewirausahaan, UKS, PMR,
serta upaya-upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba/Miras, rokok, dan
penyimpangan seksual. Hasil yang diharapkan adalah agar para generasi
muda ini dapat berkarakter innovatif, kreatif, sidiq, amanah, fathonah, tabligh,
disiplin, percaya diri, kompetitif, kooperatif, leadership, imaginatif, bersih,
sehat, peduli, adaptif, toleransi, dan suka menolong. Berikut bagan
pembangunan karakter bangsa melalui bidang pendidikan
Menurut Dirjen Dikti (dalam Barnawi dan M. Arifin, 2012:24),
pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi
pekerti,
pendidikan
moral,
pendidikan
watak,
yang
bertujuan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan
baik-buruk, memelihara apa yang baik, mewujudkan, dan menebar kebaikan
itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Selain itu, Pendidikan
karakter
adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik
mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik
berperilaku sebagai insan kamil. Hal ini sesuai dengan pendapat Ellen (dalam
Zainal Aqib, 2011: 41) yaitu pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa
dari sistem pendidikan yang benar. Jadi pendidikan bukan merupakan sarana
transfer ilmu pengetahuan saja, melainkan sebagai sarana pembudayaan dan
penyaluran nilai.
Menurut Syaiful Anam (dalam Barnawi dan M. Arifin, 2012: 24), siswa
harus mendapatkan pendidikan yang mencakup tiga aspek yaitu:
1.
Afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia,
termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi
estetis.
2.
Kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas
untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi.
3.
Psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan
keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.
Dengan memberikan ketiga aspek tersebut, karakter siswa akan terbentuk
sehingga menjadi seseorang yang memiliki pribadi yang berkarakter.
Tujuan dari pendidikan karakter juga sangat terkait dengan ketiga aspek
tersebut. Tujuannya adalah adanya perubahan kualitas siswa ditinjau dari
aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Adanya peningkatan wawasan,
perilaku, dan keterampilan sehingga dapat menjadi siswa yang berilmu dan
berkarakter. Karakter yang diharapkan tidak melenceng dari budaya asli
Indonesia sebagai perwujudan nasionalisme dan sarat muatan agama
(Barnawi dan M. Arifin, 2012: 28-29).
C. Komponen Pendidikan Karakter
Menurut Kemdiknas (2011: 14), komponen dari pendidikan karakter
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 1. Komponen Pendidikan Karakter
Dari gambar tersebut, menerangkang bahwa pendidikan karakter
memadukan aspek olah pikir, olah hati, olah raga, dan olah rasa/karsa. Olah
pikir menciptakan karakter cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir
terbuka, produktif, berorientasi IPTEK, dan reflektif. Oleh karena itu pada
aspek olah pikir, siswa memperoleh pendidikan kognitif.
Olah hati menciptakan karakter beriman dan bertakwa, jujur, amanah,
adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang
menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik. Oleh sebab itu, pada aspek
olah hati dapat memberikan siswa pendidikan afektif.
Olah raga menciptakan karakter bersih dan sehat, disiplin, sportif,
tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif,
kompetitif, ceria, dan gigih. Dengan aspek olah raga ini, siswa diberikan
pendidikan psikomotorik.
Olah rasa/karsa menciptakan karakter ramah, saling menghargai
toleran, peduli, gotong royong, nasionalis, kosmopolit, mengutamakan
kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia,
dinamis, kerja keras, dan beretos kerja. Maka dari itu, olah rasa dapat
memberikan siswa pendidikan afektif dan pendidikan psikomotorik.
D. Nilai-Nilai Karakter Bangsa
Nilai-nilai karakter yang dapat digali dan ditanamkan antara lain
sebagai berikut:
Tabel 1. Nilai-Nilai Karakter
No
1
Nilai Karakter
Religius
Deskripsi
Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan
ajaran
dianutnya,
toleran
agama
yang
terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama
2
Jujur
lain.
Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.
No
3
Nilai Karakter
Toleransi
Deskripsi
Sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan
agama,
suku,
etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang
4
Disiplin
lain yang berbeda dari dirinya.
Tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib
5
Kerja keras
dan
patuh
pada
berbagai
ketentuan dan peraturan.
Perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh
dalam
mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas,
serta
6
Kreatif
menyelesaikan
tugas
dengan
sebaik-baiknya.
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari
7
Mandiri
sesuatu yang telah dimiliki.
Sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam
8
Demokratis
menyelesaikan tugas.
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak
yang menilai sama hak dan kewajiban
9
Rasa ingin tahu
dirinya dan orang lain.
Sikap dan tindakan
berupaya
untuk
yang
mengetahui
selalu
lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu
yang
10
Semangat kebangsaan
dipelajarinya,
didengar.
Cara
berpikir,
berwawasan
dilihat,
dan
bertindak,
dan
yang
menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas
11
Cinta tanah air
kepentingan diri dan kelompoknya.
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat
yang
menunjukkan
kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang
No
Nilai Karakter
Deskripsi
tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
12
Menghargai prestasi
politik bangsa.
Sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui,
13
serta
menghormati
keberhasilan orang lain.
Bersahabat/komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa
senang berbicara, bergaul, dan bekerja
14
Cinta damai
sama dengan orang lain.
Sikap , perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain
senang
15
Gemar membaca
dan
Peduli lingkungan
atas
kehadiran
dirinya.
Kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca
16
aman
merasa
berbagai
bacaan
yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang
17
Peduli sosial
sudah terjadi.
Sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan pada orang lain dan
18
Tanggung-jawab
masyarakat yang membutuhkan.
Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dia lakukan, terhadap
diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara dan
No
Nilai Karakter
Deskripsi
Tuhan Yang Maha Esa.
E. Pendidikan Karakter di Sekolah
Upaya untuk membentuk karakter bangsa dapat dilakukan melalui
pendidikan formal. Dalam hal ini pendidikan formal yang dimaksud adalah
sekolah. Sekolah dapat mengaplikasikan pendidikan karakter untuk
membentuk karakter-karakter siswa sehingga akan terwujud suatu karakter
bangsa yang baik. Pendidikan karakter dapat diaplikasikan mulai dari PAUD,
TK, SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/MA.
Menurut Kemdiknas (2011: 12), hasil informasi dari berbagai Sarasehan
Nasional Pendidikan Karakter yang diselenggarakan dibanyak wilayah
menyatakan
bahwa
sudah
cukup
banyak
sekolah
yang
berhasil
mengembangkan pendidikan karakter dengan berbagai cara. Masing-masing
sekolah memang punya ciri penekanan yang berbeda, namun semua sekolah
punya kemiripan cara yaitu pendidikan karakter melalui pembiasaan
kehidupan keseharian di sekolah dengan keteladanan guru dan disertai
penanaman nilai-nilai kemuliaan hidup.
Pendidikan karakter harus masuk pada setiap aspek kegiatan di sekolah.
Hal ini dapat dilihat dari bagan berikut ini:
Gambar 2. Cakupan Pendidikan Karakter
Berdasarkan bagan pada gambar 2, pendidikan karakter diintegrasikan
ke dalam kegiatan belajar mengajar pada setiap mata pelajaran. Kemudian
perlu dilakukan pembiasaan dalam kehidupan keseharian di satuan
pendidikan. Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam kegiatan
ekstrakurikuler misalnya pramuka, PMR, olahraga dan sebagainya. Penerapan
pada kehidupan keseharian di rumah harus selaras dengan penerapan
pendidikan karakter di satuan pendidikan.
Penerapan nilai-nilai karakter di sekolah haruslah diintegrasikan pada
seluruh kegiatan sekolah terutama pada saat KBM. Nilai-nilai karakter ini
dapat diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran dengan cara
mencantumkan nilai karakter ke dalam silabus sehingga guru harus dapat
memastikan bahwa pembelajaran di kelas telah memberikan dampak pada
pembentukan karakter siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat McKay (dalam
Barnawi & M. Arifin, 2012: 70) yaitu silabus silabus memberikan fokus
mengenai apa yang harus dipelajari serta penjelasan mengenai bagaimana
konten harus dipilih dan disusun.
Selain diintegrasikan pada silabus, nilai-nilai karakter perlu juga
diintegrasikan pada RPP. Karena RPP-lah yang menggambarkan bagaimana
proses belajar siswa berlangsung.
F.
Kesimpulan
Berdasar pada uraian-uraian tersebut, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
a.
Pendidikan karakter adalah pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,
memelihara apa yang baik, mewujudkan, dan menebar kebaikan itu
dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Tujuannya adalah agar
terjadi perubahan kualitas siswa ditinjau dari aspek afektif, kognitif dan
psikomotorik. Pendidikan karakter memiliki komponen-komponen untuk
melatih ketiga aspek tersebut yaitu olah hati, olah pikir, olah hati, olah
raga, dan olah rasa atau karsa.
b.
Nilai-nilai karakter yang dibutuhkan untuk membentuk karakter bangsa
adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tau, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai
prestasi,
bersahabat/komuniktif,
cinta
damai,
gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggungjawab.
c.
Upaya untuk membentuk karakter bangsa melalui pendidikan karakter
dengan menerapkan pendidikan karakter di sekolah mulai dari PAUD,
TK, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA. Aplikasinya adalah dengan
mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam semua kegiatan di
sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Barnawi dan M. Arifin. 2012. Strategi & kebijakan Pembelajaran Pendidikan
Karakter. Ar-Ruzz Media: Jogjakarta.
Kemdiknas. 2011. Pendidikan Karakter Untuk Membangun Karakter Bangsa,
(Online), (http://dikdas.kemdiknas.go.id , diakses 24 April 2013).
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Th. 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Depdiknas.
Zainal Aqib. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak
Bangsa. Yrama Widya: Bandung.
KARAKTER BANGSA
Lingga Nico Pradana, Nunung Juwariah, Pradipta Annurwanda
Abstrak
Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan
watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta
didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara
apa yang baik, mewujudkan, dan menebar kebaikan itu dalam
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Komponen
didalamnya adalah olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah
karsa yang memberikan pendidikan pada aspek afektif,
kognitif dan psikomotorik. Tujuan dari pendidikan karakter
adalah adanya perubahan kualitas siswa ditinjau dari aspek
afektif, kognitif, dan psikomotorik. Adanya peningkatan
wawasan, perilaku, dan keterampilan sehingga dapat menjadi
siswa yang berilmu dan berkarakter. Pendidikan formal
adalah suatu wadah yang baik untuk membentuk karakter
bangsa melalui pendidikan karakter. Aplikasinya adalah
dengan mengitegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam seluruh
kegiatan di sekolah. Nilai-nilai karakter yang dapat
ditanamkan antara lain religius, rajin, toleran, disiplin, kerja
keras, dan sebagainya.
Kata kunci: pendidikan karakter, nilai, komponen
A. Pendahuluan
Globalisasi memberikan dampak yang cukup signifikan dewasa ini.
Dampak tersebut terjadi di seluruh belahan bumi tak terkecuali di negara
Indonesia. Globalisasi memberi dampak positif antara lain berkembangnya
teknologi diberbagai bidang, meningkatnya sarana dan prasarana dan lain
sebagainya. Hal tersebut dapat memberikan kemudahan dalam melakukan
segala hal. Disisi lain, globalisasi juga akan memberikan efek negatif jika
terjadi penyalahgunaan. Contohnya adalah penyalahgunaan obat-obatan
terlarang, seks bebas, kriminalitas, dan lain sebagainya. Selain itu, persaingan
antar bangsa juga memberikan dampak yang cukup besar. Cara-cara yang
dilakukan untuk memperoleh kemakmuran sudah menyimpang ke arah
negatif. Adanya perdagangan bebas atau pasar bebas merusak perekonomian
masyarakat. Persaingan yang berlangsung secara tidak sehat dapat
menimbulkan sifat licik, serakah, dan egois. Oleh karena itu diperlukan suatu
hal untuk mengatasi hal tersebut.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi dewasa ini sebenarnya
disebabkan oleh masyarakat yang tidak memiliki karakter yang baik. Hal itu
menyebabkan tidak adanya kontrol diri sehingga masyarakat hanya
mementingkan diri mereka sendiri. Oleh sebab itu, penting adanya
penanaman karakter yang kuat sehingga dapat menjadi bangsa yang
berkarakter.
Pembentukan
karakter
bangsa
dapat
dilakukan
dengan
cara
mengimplementasikan pendidikan karakter. Pendidikan karakter dapat
membentuk karakter bangsa yang baik dan berakhlak. Selain itu pendidikan
karakter juga mengajarkan hakikat karakter dalam cipta, rasa dan karsa.
Tujuannya adalah untuk membentuk pribadi yang berilmu dan berkarakter.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dalam Bab 2 Pasal 3, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam
rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Dari fungsi dan tujuan tersebut, ada dua hal penting yang
harus diwujudkan oleh lembaga pendidikan. Pertama, mengembangan
kemampuan yang berkaitan dengan otak yang merujuk pada kualitas
akademik. Kedua, membentuk watak yang berkaitan dengan hati yang
merujuk pada lulusan yang berakhlak mulia.
Mengacu pada uraian tersebut, menarik untuk dipertanyakan, apakah
pendidikan karakter itu? Karakter bangsa apa saja yang saat ini dibutuhkan?
Bagaimana pula upaya untuk membentuk karakter bangsa melalui pendidikan
karakter?
B. Hakikat dan Tujuan Pendidikan Karakter
Karakter adalah perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai berdasarkan
norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat, dan estetika.
Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta
didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta
didik berperilaku sebagai insan kamil. Karakter tersebut dinilai menurut
hubungan manusia dengan Tuhan, diri sendiri, sesama dan lingkungan, dan
bangsa dan negara. Hubungan manusia dengan Tuhannya dinilai menurut
derajat taqwa dan sikap religius. Hubungan manusia dengan diri sendiri
dinilai berdasarkan sikap jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat,
disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, kreatif, inovatif,
mandiri, dan mempunyai rasa ingin tahu. Hubungan manusia dengan sesama
dan lingkungannya dinilai berdasarkan sikap sadar hak dan kewajiban, patuh
pada aturan sosial, menghargai karya orang lain, santun dan demokratis, dan
peduli lingkungan sosial dan lingkungan hidup. Sedangkan hubungan
manusia dengan bangsa dan negaranya dinilai berdasarkan sikap nasionalisme
dan menghargai keberagaman dan pemahaman terhadap budaya dan ekonomi.
Sumber-sumber nilai karakter berasal dari agama, Pancasila, UUD
1945, NKRI, dan kearifan lokal. Sumber-sumber nilai karakter tersebut
diinternalisasikan pada para siswa melalui berbagai kegiatan di sekolah, di
antaranya MOS, OSIS, tata krama dan tata tertib, kepramukaan, upacara
bendera, pendidikan berwawasan kebangsaan, kewirausahaan, UKS, PMR,
serta upaya-upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba/Miras, rokok, dan
penyimpangan seksual. Hasil yang diharapkan adalah agar para generasi
muda ini dapat berkarakter innovatif, kreatif, sidiq, amanah, fathonah, tabligh,
disiplin, percaya diri, kompetitif, kooperatif, leadership, imaginatif, bersih,
sehat, peduli, adaptif, toleransi, dan suka menolong. Berikut bagan
pembangunan karakter bangsa melalui bidang pendidikan
Menurut Dirjen Dikti (dalam Barnawi dan M. Arifin, 2012:24),
pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi
pekerti,
pendidikan
moral,
pendidikan
watak,
yang
bertujuan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan
baik-buruk, memelihara apa yang baik, mewujudkan, dan menebar kebaikan
itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Selain itu, Pendidikan
karakter
adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik
mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik
berperilaku sebagai insan kamil. Hal ini sesuai dengan pendapat Ellen (dalam
Zainal Aqib, 2011: 41) yaitu pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa
dari sistem pendidikan yang benar. Jadi pendidikan bukan merupakan sarana
transfer ilmu pengetahuan saja, melainkan sebagai sarana pembudayaan dan
penyaluran nilai.
Menurut Syaiful Anam (dalam Barnawi dan M. Arifin, 2012: 24), siswa
harus mendapatkan pendidikan yang mencakup tiga aspek yaitu:
1.
Afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia,
termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi
estetis.
2.
Kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas
untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi.
3.
Psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan
keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.
Dengan memberikan ketiga aspek tersebut, karakter siswa akan terbentuk
sehingga menjadi seseorang yang memiliki pribadi yang berkarakter.
Tujuan dari pendidikan karakter juga sangat terkait dengan ketiga aspek
tersebut. Tujuannya adalah adanya perubahan kualitas siswa ditinjau dari
aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Adanya peningkatan wawasan,
perilaku, dan keterampilan sehingga dapat menjadi siswa yang berilmu dan
berkarakter. Karakter yang diharapkan tidak melenceng dari budaya asli
Indonesia sebagai perwujudan nasionalisme dan sarat muatan agama
(Barnawi dan M. Arifin, 2012: 28-29).
C. Komponen Pendidikan Karakter
Menurut Kemdiknas (2011: 14), komponen dari pendidikan karakter
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 1. Komponen Pendidikan Karakter
Dari gambar tersebut, menerangkang bahwa pendidikan karakter
memadukan aspek olah pikir, olah hati, olah raga, dan olah rasa/karsa. Olah
pikir menciptakan karakter cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir
terbuka, produktif, berorientasi IPTEK, dan reflektif. Oleh karena itu pada
aspek olah pikir, siswa memperoleh pendidikan kognitif.
Olah hati menciptakan karakter beriman dan bertakwa, jujur, amanah,
adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang
menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik. Oleh sebab itu, pada aspek
olah hati dapat memberikan siswa pendidikan afektif.
Olah raga menciptakan karakter bersih dan sehat, disiplin, sportif,
tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif,
kompetitif, ceria, dan gigih. Dengan aspek olah raga ini, siswa diberikan
pendidikan psikomotorik.
Olah rasa/karsa menciptakan karakter ramah, saling menghargai
toleran, peduli, gotong royong, nasionalis, kosmopolit, mengutamakan
kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia,
dinamis, kerja keras, dan beretos kerja. Maka dari itu, olah rasa dapat
memberikan siswa pendidikan afektif dan pendidikan psikomotorik.
D. Nilai-Nilai Karakter Bangsa
Nilai-nilai karakter yang dapat digali dan ditanamkan antara lain
sebagai berikut:
Tabel 1. Nilai-Nilai Karakter
No
1
Nilai Karakter
Religius
Deskripsi
Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan
ajaran
dianutnya,
toleran
agama
yang
terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama
2
Jujur
lain.
Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.
No
3
Nilai Karakter
Toleransi
Deskripsi
Sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan
agama,
suku,
etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang
4
Disiplin
lain yang berbeda dari dirinya.
Tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib
5
Kerja keras
dan
patuh
pada
berbagai
ketentuan dan peraturan.
Perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh
dalam
mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas,
serta
6
Kreatif
menyelesaikan
tugas
dengan
sebaik-baiknya.
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari
7
Mandiri
sesuatu yang telah dimiliki.
Sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam
8
Demokratis
menyelesaikan tugas.
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak
yang menilai sama hak dan kewajiban
9
Rasa ingin tahu
dirinya dan orang lain.
Sikap dan tindakan
berupaya
untuk
yang
mengetahui
selalu
lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu
yang
10
Semangat kebangsaan
dipelajarinya,
didengar.
Cara
berpikir,
berwawasan
dilihat,
dan
bertindak,
dan
yang
menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas
11
Cinta tanah air
kepentingan diri dan kelompoknya.
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat
yang
menunjukkan
kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang
No
Nilai Karakter
Deskripsi
tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
12
Menghargai prestasi
politik bangsa.
Sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui,
13
serta
menghormati
keberhasilan orang lain.
Bersahabat/komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa
senang berbicara, bergaul, dan bekerja
14
Cinta damai
sama dengan orang lain.
Sikap , perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain
senang
15
Gemar membaca
dan
Peduli lingkungan
atas
kehadiran
dirinya.
Kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca
16
aman
merasa
berbagai
bacaan
yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang
17
Peduli sosial
sudah terjadi.
Sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan pada orang lain dan
18
Tanggung-jawab
masyarakat yang membutuhkan.
Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dia lakukan, terhadap
diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara dan
No
Nilai Karakter
Deskripsi
Tuhan Yang Maha Esa.
E. Pendidikan Karakter di Sekolah
Upaya untuk membentuk karakter bangsa dapat dilakukan melalui
pendidikan formal. Dalam hal ini pendidikan formal yang dimaksud adalah
sekolah. Sekolah dapat mengaplikasikan pendidikan karakter untuk
membentuk karakter-karakter siswa sehingga akan terwujud suatu karakter
bangsa yang baik. Pendidikan karakter dapat diaplikasikan mulai dari PAUD,
TK, SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/MA.
Menurut Kemdiknas (2011: 12), hasil informasi dari berbagai Sarasehan
Nasional Pendidikan Karakter yang diselenggarakan dibanyak wilayah
menyatakan
bahwa
sudah
cukup
banyak
sekolah
yang
berhasil
mengembangkan pendidikan karakter dengan berbagai cara. Masing-masing
sekolah memang punya ciri penekanan yang berbeda, namun semua sekolah
punya kemiripan cara yaitu pendidikan karakter melalui pembiasaan
kehidupan keseharian di sekolah dengan keteladanan guru dan disertai
penanaman nilai-nilai kemuliaan hidup.
Pendidikan karakter harus masuk pada setiap aspek kegiatan di sekolah.
Hal ini dapat dilihat dari bagan berikut ini:
Gambar 2. Cakupan Pendidikan Karakter
Berdasarkan bagan pada gambar 2, pendidikan karakter diintegrasikan
ke dalam kegiatan belajar mengajar pada setiap mata pelajaran. Kemudian
perlu dilakukan pembiasaan dalam kehidupan keseharian di satuan
pendidikan. Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam kegiatan
ekstrakurikuler misalnya pramuka, PMR, olahraga dan sebagainya. Penerapan
pada kehidupan keseharian di rumah harus selaras dengan penerapan
pendidikan karakter di satuan pendidikan.
Penerapan nilai-nilai karakter di sekolah haruslah diintegrasikan pada
seluruh kegiatan sekolah terutama pada saat KBM. Nilai-nilai karakter ini
dapat diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran dengan cara
mencantumkan nilai karakter ke dalam silabus sehingga guru harus dapat
memastikan bahwa pembelajaran di kelas telah memberikan dampak pada
pembentukan karakter siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat McKay (dalam
Barnawi & M. Arifin, 2012: 70) yaitu silabus silabus memberikan fokus
mengenai apa yang harus dipelajari serta penjelasan mengenai bagaimana
konten harus dipilih dan disusun.
Selain diintegrasikan pada silabus, nilai-nilai karakter perlu juga
diintegrasikan pada RPP. Karena RPP-lah yang menggambarkan bagaimana
proses belajar siswa berlangsung.
F.
Kesimpulan
Berdasar pada uraian-uraian tersebut, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
a.
Pendidikan karakter adalah pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,
memelihara apa yang baik, mewujudkan, dan menebar kebaikan itu
dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Tujuannya adalah agar
terjadi perubahan kualitas siswa ditinjau dari aspek afektif, kognitif dan
psikomotorik. Pendidikan karakter memiliki komponen-komponen untuk
melatih ketiga aspek tersebut yaitu olah hati, olah pikir, olah hati, olah
raga, dan olah rasa atau karsa.
b.
Nilai-nilai karakter yang dibutuhkan untuk membentuk karakter bangsa
adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tau, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai
prestasi,
bersahabat/komuniktif,
cinta
damai,
gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggungjawab.
c.
Upaya untuk membentuk karakter bangsa melalui pendidikan karakter
dengan menerapkan pendidikan karakter di sekolah mulai dari PAUD,
TK, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA. Aplikasinya adalah dengan
mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam semua kegiatan di
sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Barnawi dan M. Arifin. 2012. Strategi & kebijakan Pembelajaran Pendidikan
Karakter. Ar-Ruzz Media: Jogjakarta.
Kemdiknas. 2011. Pendidikan Karakter Untuk Membangun Karakter Bangsa,
(Online), (http://dikdas.kemdiknas.go.id , diakses 24 April 2013).
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Th. 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Depdiknas.
Zainal Aqib. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak
Bangsa. Yrama Widya: Bandung.