PROPOSAL SRKIPSI Metode Mind Mapping seb

PROPOSAL SRKIPSI

Metode Mind Mapping sebagai Upaya Pengembangan Daya Pikir
Kreatif dalam Pemecahan Masalah Matematika

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Metode Penelitian”

Oleh
LILIK MAZRO’ATUS SHOLIHAH
201310060311156

Pendidikan Matematika dan Komputasi

Fakultas Ilmu Keguran dan Pendidikan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2015/2016

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu yang menekankan pada tata cara
berfikir dan mengolah logika, baik secara kuantitatif maupun kualitatif
(Erman Suherman, 2003: 253). Kegunaan matematika bukan hanya
memberikan kemampuan dalam perhitungan- perhitungan kuantitatif, tetapi
juga dalam penataan cara berfikir terutama dalam pembentukan kemampuan
menganalisis, membuat sisntesis, melakukan evaluasi, hingga kemampuan
memecahkan masalah serta menerapkannya dalam kehidupan sehaari- hari.
Ada

dua

visi

pambelajaran

matematika,

yaitu:


(1)

mengarahkan

pembelajaran matematika untuk pemahaman konsep- konsep yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah dan ilmu lainnya, dan (2)
mengarahkan ke masa depan yang lebih luas yaitu matematika memberikan
kemampuan pemecahan masalah, sistematik, kritis, cermat, bersifat objektif
dan terbuka. Kemampan tersebut sangat diperlukan dalam menghadapi masa
depan yang selalu berubah (Sumarmo, 2001).
Kemampuan pemahaman matematik adalah salah satu tujuan penting
dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi- materi yang
diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu.
Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi
pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematik juga merupakan salah satu
tujuan dari dari setiap materi yang disampaikan oleh guru.
Pemahaman yang baik akan mengahasilkan penalaran yang baik
pula. Pada aspek penalaran, bahwa materi matematika dan penalaran
matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Siswa dapat
berfikir dan menalar suatu persoalan matematika apabila telah dan dapat

memahami persoalan matematika. Suatu cara pandang siswa tentang
persoalan matematika ikut memengaruhi pola fikir tentang penyelesaian
yang akan dilakukan.

2

Untuk mempelajari, mengembangkan, dan juga menyelesaikan
permaslahan matematika dibutuhkan sebuah pemikiran yang terampil.
Menurut Salfina (2015: 2) keterampilan berfikir adalah keterampilan
kognitif untuk memunculkan dan mengembangkan gagasan baru, ide baru
sebagai pengembangan dari ide yang telah lahir sebelumnya dan
keterampilan untuk memecahkan masalah divergen. Rata- rata kemampuan
siswa dalam menjawab soal matematika hanya dinilai dari jawaban benar
salah, bukan tentang proses bagaimana siswa menjawab dan menalar soal
tersebut dengan menggunakan pemikiran- pemikirannya yang logis dan
kreatif.
Kemampuan
permasalahan

dari


berpikir

divergen

segala

perspektif,

penting
dan

untuk

mencermati

mengkonstruksi

segala


kemungkinan pemecahannya yang reasonable dan viabel (I Gst. Putu
Sudiarta, 2005: 529). Dalam hal ini, sebuah perspektif baru berkaitan
dengan prinsip kemampuan berpikir divergen perlu dijadikan pegangan
dalam pembelajaran, yaitu bukan belajar menemukan satu jawaban benar
yang menjadi tujuan setiap

pemecahan masalah, tetapi bagaimana

mengkonstruksi segala kemungkinan jawaban yang reasonable, beserta
segala kemungkinan prosedur dan argumentasinya kenapa jawaban tersebut
masuk akal sehingga dapat diaplikasikan dalam pemecahan masalah dunia
nyata lainnya, yang biasanya jauh lebih kompleks dan tak terduga.
Pemikiran kritis sangat penting dalam menganalisis, mensintesis dan
mengevaluasi

segala argumen untuk mampu membuat keputusan yang

rasional dan bertanggung jawab.
Berpikir divergen lebih tertuju pada pengembangan kemampuan
dalam menghasilkan elaborasi kreativitas dari ide-ide yang dihasilkan dari

stimulus. Keterampilan berpikir kreatif sangat diperlukan dalam menunjang
kemampuan berpikir divergen dan juga kritis.
Oleh karena itu, untuk mengembangkan keterampilan berfikir kreatif
dalam

pemecahan

masalah

matematika

dibutuhkan

suatu

metode

pembelajaran yang dapat membentuk kreatifitas dalam cakupan empat
3


aspek, (1) fluency (berpikir lancar), (2) flexibility (berpikir luwes), (3)
originality (orisinalitas berpikir), (4) eleboration (penguraian) (Munandar
dalam Salfina, 2013: 2), yaitu dengan menggunakan metode mind mapping.
Mind mapping merupakan suatu metode pembelajaran yang
mengembangkan

kemampuan

otak

kiri

dan

otak

kanan

dengan


menggambarkan hal- hal yang bersifat umum kemudian ke hal- hal yang
bersifat khusus dalam sebuah peta. Mind mapping memberikan kebebasan
pada setiap siswa untuk mengkonstruksi ide atau konsep siswa sendiri
sehingga mudah untuk dipahami.
Menurut Tony Buzan (2009: 3) dalam bukunya “Buku Pintar Mind
Map”, mind mapping adalah suatu cara mencatat yang keatif, efektif, dan
secara harfiah akan memetakan pikiran- pikiran. Peta pikiran dapat
dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam memahami suatu konsep dan
mengembangkan suatu ide, karena peta pikiran dapat menghubungkan
antara satu ide dengan ide lainnya dengan memahami konteksnya. Sehingga
dapat memudahkan otak untuk memahami dan menyerap suatu informasi
(De Porter dan Hernacki: 2013: 596). Dari definisi diatas, maka dengan
menggunakan metode mind mapping siswa dapat mencatat pokok-pokok
materi yang kemudian akan dikembangkan dengan sendirinya. Penalaran
yang dihasilkan siswa akan membentuk kreatifitas dalam berfikir sehingga
siswa akan menemukan sendiri pemikiran- pemikiran dari konsep yang ada.
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas permasalahan yang diajukan dalam
penelitian ini adalah
1. Bagaimana mengembangkan daya pikir kreatif dalam memecahkan

masalah matematika dengan menggunakan metode mind mapping?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengetahui

bagaimana

mengembangkan daya pikir kreatif dalam memecahkan masalah matematika
dengan menggunakan metode mind mapping
1.4. Manfaat Penelitian

4


Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Siswa
Penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran mind
mapping diharapkan dapat meningkatkan daya pikir kreatif siswa dalam
memecahkan masalah matematika.
2. Bagi Guru
Memberikan rekomendasi tentang metode pembelajaran yang
dapat meningkatkan keterampilan berfikir kreatif siswa yaitu mind
mapping. Sehingga metode mind mapping

dapat digunakan guru

sebagai solusi alternatif dalam menggunakan metode pembelajaran
matematika.
3. Bagi Peneliti
Memberikan rujukan pengetahuan untuk menambah wawasan
terkait upaya peningkatan daya pikir kreatif siswa dalam memecahkan
masalah matematika.
1.5. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan pada penelitian ini,

maka dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada penggunaan metode
mind mapping sebagai upaya pengembangan daya pikir kreatif dalam
pemecahan masalah matematika pada siswa tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP) kelas VII.

BAB II

5

KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Pembelajaran Matematika
Menurut Utari Sumarmo (2004:5) pembelajaran matematika
diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir matematis,
yang

meliputi

pemahaman,

pemecahan

masalah,

penalaran,

komunikasi, dan koreksi matematis, kritis serta sikap yang terbuka
dan objektif. Dalam pembelajaran matematika, siswa dibiasakan
untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifatsifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek
(abstraksi). Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh dan bukan
contoh diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu
konsep (Erman Suherman, 2001: 55).
Sudiarta

(2004)

merumuskan

bahwa

maskot

pembelajaran matematika bercirikan 7 hal sebagai berikut:

baru
(1)

menggunakan permasalahan kontekstual, yaitu permasalahan yang
nyata atau dekat dengan lingkungan

dan kehidupan siswa atau

minimal dapat dibayangkan oleh siswa,
kemampuan

memecahkan

masalah

(2) mengembangkan

(problem

solving),

serta

kemampuan berargumentasi dan berkomunikasi secara matematis
(mathematical reasoning and communication),

(3)

memberikan

kesempatan yang luas untuk penemuan kembali (reinvention) dan
untuk membangun (construction) konsep, definisi, prosedur dan
rumus-rumus matematika secara mandiri, (4) melatih cara berpikir
dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan
penyelidikan, explorasi, experimen, dll.,

(5) mengembangkan

kreativitas berpikir divergen dan kritis yang melibatkan imajinasi,
dan intuisi, dan serta trial- and-error, (6)
(modelling), dan

(7)

menggunakan model

memperhatikan dan mengakomodasikan

perbedaan-perbedaan karakteristik individual siswa.

6

Terkait dengan butir ke- 2, ke- 4, dan ke-5 di atas dijelaskan
bahwa dalam pembelajaran matematika diperlukan cara untuk
melatih daya pikir terutama dalam kreativitas berfikir untuk
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah sehingga
pembelajaran yang dilakukan dapat membentuk kompetensi yang
diharapkan.
2.1.2. Masalah Matematika
Terdapat berbagai macam teori tentang definisi dari masalah.
Suherman (2003:92) menjelaskan bahwa suatu masalah biasanya
memuat

suatu

situasi

yang

mendorong

seseorang

untuk

menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang
harus dikerjakan untuk menyelesaikannya.
Johnson dan Rising (1972) berpendapat bahwa matematika
adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang
logis, matematika itu bahasa yang menggunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya
dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide
dari pada mengenai bunyi. Kemudian Kline (1973) mengemukakan
bahwa matematika itu bukan lah pengetahuan yang dapat sempurna
karena dirinya sendiri akan tetapi adanya matematika itu terutama
untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai
permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Jadi masalah matematika adalah suatu soal atau pertanyaan
ataupun fenomena yang memiliki tantangan yang dapat berupa
bidang aljabar, analisis, geometri, logika, permasalahan sosial
ataupun gabungan satu dengan lainnya yang membutuhkan
pemecahan bagi yang menghadapinya.
2.1.3. Daya Pikir

7

Daya Pikir adalah suatu kemampuan dari seorang anak dalam
proses berpikir yang diperoleh dari lingkungan alam sekitarnya.
Untuk memperoleh pengetahuan baru atau terhadap situasi yang
belum dikenalnya dan sekaligus mencari pemecahan masalah yang
dihadapinya. Daya pikir disebut juga sebagai kemampuan kognitif
sering diartikan sebagai daya atau kemampuan seorang anak untuk
berfikir dan mengamati, melihat hubungan- hubungan, kegiatan yang
mengakibatkan seorang anak memperoleh pengetahuan baru.
M.Solehuddin dalam jurnal ilmu pendidikan menyebutkan
bahwa daya pikir atau perkembangan kognitif adalah kemampuan
anak untuk memahami suatu konsep, hubungan, operasi, dan
sejenisnya untuk menyelesaikan masalah atau persoalan yang
dihadapi.
Sedangkan menurut Witherington, mengemukakan bahwa
daya pikir atau kognitif adalah pikiran, melalui pikiran dapat
digunakan denaggn cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi
untuk memcahkan masalah. Adapun perkembangan kognitif adalah
perkembangan pikiran. Pikiran adalah bagian dari proses berfikir
dari otak, pikiran yang digunakan untuk mengenali, mengetahui dan
memahami.
2.1.4. Kreatif
Kreativitas adalah suatu proses yang menuntut keseimbangan
dan aplikasi dari ketiga aspek esensial kecerdasan analitis, kreatif
dan praktis, beberapa aspek yang ketika digunakan secara kombinatif
dan seimbang akan melahirkan kecerdasan kesuksesan. Menurut
Guilford, kreativitas atau berpikir kreatif yaitu sebagai kemampuan
untuk melihat bemacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap
suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini
masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal.

8

Kemudian James J.Gallagher mengatakan bahwa “Creativity
is a mental process by which an individual creates new ideas or
products, or recombines existing ideas and product, in fashion that is
novel to him or her” (kreativitas merupakan suatu proses mental
yang dilakukan individu berupa gagasan ataupun produk baru, atau
mengkombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan
melekat pada dirinya).
Sedangkan Supriadi mengutarakan bahwa kreativitas adalah
kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik
berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa
yang telah ada. Adapun Semiawan mengemukakan bahwa kreativitas
merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah.
Dari definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan ide
atau gagasan baru yang berbeda dengan pemikiran orang lain,
sehingga dapat diwujudkan dalam menyelesaikan suatu masalah dan
dapat pula hasil pemikiran tersebut tertuang dalam bentuk suatu
produk atau tindakan nyata.
2.1.5. Kemampuan Berfikir Kreatif dalam Pemecahan Masalah
Matematika
2.1.5.1. Pengertian Berfikir Kreatif
Menurut Elaine B. Johnson berpikir kreatif adalah
sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan
memerhatikan

intuisi,

mengungkapkan
membuka

menghidupkan

imajinasi,

kemungkinan-kemungkinan

sudut

pandang

yang

menakjubkan,

baru,
dan

membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Hal ini berarti
untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa,
diperlukan latihan secara terus-menerus dan ketekunan.
Utami Munandar menjelaskan bahwa berpikir kreatif atau
9

berpikir divergen adalah kemampuan menemukan banyak
kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana
penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan
keragam jawaban.
Dari kesimpulan di atas, maka kemampuan berfikir
kreatif adalah keterampilan kognitif untuk memunculkan
dan mengembangkan gagasan baru, ide baru sebagai
pengembangan dari ide yang telah lahir sebelumnya dan
keterampilan untuk memecahkan masalah secara divergen.
2.1.5.2. Indikator Berfikir Kreatif dalam Pemecahan Masalah
Matematika
Menurut Munandar, kemampuan berfikir kreatif
mencakup empat aspek, yaitu: (1) fluency (berpikir lancar),
(2) flexibility (berpikir luwes), (3) originality (orisinalitas
berpikir), (4) elaboration (penguraian).
Aspek dan indikator keterampilan berpikir kreatif
dalam pemecahan masalah matematika yang diukur dalam
penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 1.
NO.
1

Aspek
fluency (berpikir

Indikator
Mencetuskan banyak gagasan, jawaban,

lancar)

penyelesaian masalah, atau pertanyaan;
memberikan banyak cara atau saran untuk
melakukan berbagai hal; selalu memikirkan

2

flexibility (berpikir

lebih dari satu jawaban
Menghasilkan gagasan,

luwes)

pertanyaan yang bervariasi; dapat melihat

jawaban,

atau

suatu masalah dari sudut pandang yang
berbeda-beda; mencari banyak alternatif
atau arah yang berbeda-beda; mampu
mengubah

10

cara

pendekatan

atau

cara

3

pemikiran.
Mampu melahirkan ungkapan yang baru

originality

(orisinalitas berpikir) dan unik. Setelah membaca atau mendengar
gagasan-gagasan,
4

bekerja

untuk

elaboration

menyelesaikan yang baru
Mampu memperkaya dan mengembangkan

(penguraian)

suatu gagasan atau produk; menambahkan
atau memperinci detil-detil dari suatu
obyek, gagasan, atau situasi sehingga
menjadi lebih menarik

2.1.6. Metode Mind Mapping
2.1.6.1. Pengertian Mind Mapping
Menurut Tony Buzan (2009:3) dalam bukunya
“Buku Pintar Mind Map”, mind mapping adalah suatu cara
mencatat yang keatif, efektif, dan secara harfiah akan
memetakan pikiran- pikiran.
Lebih lanjut, Buzan menjelaskan bahwa Mind Map
juga merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan,
memungkinkan kita menyusun fakta dan pemikiran
sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan
sejak awal. ini berarti mengingat sekaligus memproduksi
kembali informasi akan lebih mudah dan lebih bisa
diandalkan dari pada menggunakan teknik pencatatan
konvensional.
Mind Map memiliki struktur alami yang memancar
dari pusat dan menggunakan warna. Selain itu Mind Map
juga menggunakan garis lengkung, simbol, kata, dan
gambar yang sesuai dengan satu rangkaian aturan yang
sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja
otak.

11

Dengan Mind Map daftar informasi yang panjang
bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur,
dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja
alami otak dalam melakukan berbagai hal.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Mind
Map adalah teknik meringkas bahan atau materi yang akan
dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke
dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah
memahaminya.

Dengan

menggunakan

Mind

Map

kemampuan otak menyimpan dan mengembangkan konsep
materi atau informasi tertentu dapat ditingkatkan dengan
sangat baik. Di dalam Mind Map terdapat kata kunci, garis
lengkung, gambar, dan warna yang bervariasi yang
semuanya ini mempermudah otak mengingat sesuatu
dengan lebih baik.
Karena Mind Map ini menggabungkan cara kerja
otak bagian kanan dan kiri. Wilayah otak bagian kanan
melibatkan gambar, warna, imajinasi, sedangkan wilayah
otak bagian kiri melibatkan kata, angka, dan logika,
sehingga siswa dapat menggunakan potensi otaknya secara
optimum. Dengan demikian Mind Map bukan hanya dapat
dikatakan sebagai teknik mencatat yang akan meningkatkan
daya ingat siswa, tetapi Mind Map juga dapat meningkatkan
kreativitas siswa.

2.1.6.2. Penerapan Mind Mapping

12

Menurut Buzan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam membuat Mind Map, yaitu sebagai
berikut :
a. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi
panjangnya diletakkan mendatar
b. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral
c. Gunakan warna
d. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat.
Dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tingkat
tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya.
e. Buatlah garis hubungan yang melengkung, bukan garis
lurus
f. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis
g. Gunakan gambar
2.1.6.3. Fungsi Mind Mapping
Menurut Michael Michalko dalam buku terlarisnya
Cracking Creativity, Mind Map berfungsi :
a. Mengaktifkan seluruh otak
b. Membereskan akal dari kekusutan mental
c. Memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan
d. Membantu menunjukkan hubungan antara bagianbagian informasi yang saling terpisah
e. Memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan
perincian
f. Memungkinkan

kita

mengelompokkan

konsep,

membantu kita membandingkannya
2.2. Hasil Penelitian yang Relevan
Sebagai bahan penguat penelitian tentang metode mind mapping
sebagai upaya pengembangan daya pikir kreatif terhadap pemecahan
masalah matematika, penulis menguntip beberapa penelitian yang relevan,
yaitu:
1. Salfina, Amiruddin Hatibe dan Marungkil Pasaribu, dalam jurnal
penelitian yang berjudul “Pengaruh Metode Mind Mapping Terhadap
Ketrampilan Berfikir Kreatif dan Kemampuan Berkomunikasi tentang
Fisika Kelas VII SMP Negeri Biromaru. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hasil uji rerata ketrampilan berfikir kreatif antara siswa yang
diajar dengan menggunakan metode mind map dan rerata siswa yang
13

diajar menggunakan metode konvensional nilai signifikannya lebih
kecil dari taraf signifikan (α). Hal ini menyatakan terdapat perbedaan
antara siswa yang diajar menggunakan metode mind map dan siswa
yang diajar dengan mind map dan siswa yang diajar dengan metode
konvensional.
2. Neily El’Izzah, dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh strategi
Mind Mapping terhadap hasil belajar matematika siswa berdasarkan
Taksonomi SOLO (The Structure of The Observed Learning
Outcome).” Hasil penelitian mengungkapkan bahwa rata-rata hasil
belajar matematika siswa berdasarkan Taksonomi SOLO yang diajar
strategi Mind Mapping lebih tinggi dari pada yang diajar strategi
ekspositori.
3. Rahma Faelasofi, Yini Arnidha, dan Ana Istiani dalam jurnal penellitian
yang

berjudul

“Metode

Pembelajaran

Mind

Mapping

untuk

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Dalam
Pemecahan Masalah Matematika”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa

terdapat

peningkatan

rata-rata

kemampuan

komunikasi

matematika siswa dan komunikasi matematika siswa dalam pemecahan
masalah matematika di kelas eksperiemen lebih tinggi dibandingkan
kelas kontrol yang ditunjukkan dengan besaran prosentase yang
diperoleh yang ditunjukkan secara deskriptif.
4. Jarnawi Afgani D dan Ayu Anzela Sari, dalam jurnal penelitian yang
berjudul “Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map setelah
Pembelajaran

Terhadap

Kemampuan

Kreativitas

dan

Koneksi

Matematik Siswa”. Hasil penelitian ini menemukan bahwa ada
peningkatan kreativitas dan koneksi siswa dalam pembelajaran
matematika setelah diberi tugas mind map.
2.3. Kerangka Konseptual
Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berisi
konsepkonsep abstrak yang dapat membuat pola berpikir terstruktur yang
sistematis, logis, cermat, dan konsisten, oleh sebab itu sering ditemui bahwa
banyak siswa yang tidak menyukai mata pelajaran matematika karena
sulitnya memahami konsep-konsep tersebut.

14

Dalam pembelajaran matematika dikelas, guru harus mencari cara
dalam kegiatan pembelajaran dikelas dengan menggunakan metode serta
teknik pembelajaran yang bervariasi dalam kegiatan belajar mengajar,
sehingga siswa tidak merasa bosan dan dapat lebih mudah memahami
materi yang terdapat konsep-konsep abstrak didalamnya. Salah satu teknik
pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran matematika adalah
dengan teknik Mind Mapping atau yang biasa dikenal dengan peta pikiran.
Mind Mapping adalah cara mencatat yang menggabungkan kinerja
otak kanan dan kiri pada manusia. Karena cara kerja Mind Maping yaitu
dengan mencabangkan materi dari satu tema, sehingga materi yang
dijabarkan dalam bentuk Mind Mapping lebih spesifik dan lebih rinci.
Mind Mapping juga dapat meningkatkan kemampuan cara berpikir
siswa, yaitu siswa dapat lebih mengoptimalisasikan ide-ide baru yang lebih
kreatif sehingga berbeda dengan yang lainnya. Kemudian dari terbiasanya
siswa dilatih berpikir kreatif dalam proses pembelajaran, maka pada saat
diberi soal yang memungkinkan pemahaman lebih dari siswa, siswa tersebut
sudah terbiasa dan dapat menjawab soal tersebut dengan jawaban-jawaban
yang berbeda tetapi memiliki maksud yang sama.
Oleh karena itu upaya untuk mengembangkan daya pikir kreatif
dalam pemecahan masalah matematika siswa dapat dilakukan dengan
menerapkan metode Mind Mapping.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Denzin dan Lincoln mengatakan bahwa penelitian kualitatif
melibatkan pengumpulan dan penggunaan berbagai data empirik melalui
studi kasus, pengalaman pribadi, introspeksi, riwayat hidup, wawancara,
pengamatan, teks sejarah, interaksional dan visual. Penelitian kualitatif
15

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa (Moleong, 2007).
Adapun pendekatan penelitian dalam penelitian kualitatif ini
menggunakan pendekatan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan
menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Penelitian deskriptif pada
umumnya dilakukan dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta
dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat (Sukardi, 2012:
157).
Dengan

digunakan

metode

penelitian

kualitatif

deskriptif,

diharapkan dapat diperoleh data yang mendalam dan bermakna sehingga
tujuan penelitian dapat tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengembangan daya pikir kreatif dalam memecahkan masalah matematika
melalui metode mind mapping yang meliputi fluency, flexibility, originality,
dan elaboration.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Maduran.
Berlokasi di Desa Maduran, Kecamatan Maduran, Kabupaten
Lamongan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun
pelajaran 2013/2014. Pada tanggal 1 - 15 November 2016.
3.3. Prosedur Penelitian
Prosedur

penelitian

yang

dilakukan

meliputi

(perencanaan), tahap pelaksanaan, tahap akhir (refleksi).

16

tahap

awal

1. Tahap Awal (Persiapan)
a. Melakukan perijinan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri
25 Malang
b. Pembuatan proposal penelitian
c. Pembuatan instrumen tes
d. Observasi awal untuk mengidentifikasi masalah
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan observasi tentang kemampuan daya pikir kreatif siswa
b. Melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode mind
mapping
c. Memberikan tes kepada siswa untuk mengetahui tingkat berfikir
kreatif dalam menyelesaikan soal setelah melakukan pembelajaran
dengan menggunakan metode mind mapping
d. Melakukan wawancara kepada beberapa subjek yang telah
ditentukan
e. Mengumpulkan dokumentasi atau data dari lapangan yang sudah
diperoleh dari pengamatan langsung pada waktu proses penelitian
f. Memvalidasi data yang diperoleh
3. Tahap Akhir (Refleksi)
Setelah diperoleh data yang valid, maka dilakukan tahap akhir yang
meliputi 3 kegiatan yaitu:
a. Reduksi data
b. Penyajian data
c. Penarikan Kesimpulan
3.4. Subyek Penelitian
Subyek dari penelitian ini adalah siswa dari kelas VII SMP Negeri 1
Maduran.
3.5. Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
1. Hasil pekerjaan siswa saat melakukan tes tulis
2. Pernyataan verbal siswa yang diperoleh dari hasil wawancara
3. Hasil observasi terhadap suasana dan aktivitas siswa saat pembelajaran
berlangsung
4. Hasil dokumentasi
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Maduran.
3.6. Teknik Pengumpulan Data

17

1. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes
digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya
kemampuan objek yang diteliti (Suharsimi, 2010: 266). Tes yang
dilakukan dalam penelitian ini berupa tes tertulis berbentuk uraian.
Dimana siswa diberikan soal untuk mengetahui tingkat berpikir kreatif
siswa terhadap pemecahan masalah.
2. Observasi
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara
sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena,
baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk
mencapai tujuan tertentu (Zainal, 2015: 153). Dilihat dari kerangka
kerjanya, observasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Obsevasi berstruktur, yaitu semua kegiatan observer telah
ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi
faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi
observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
b. Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan observer tidak
dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan observer
hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.
Observasi digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi
mengenai kemampuan berpikir kreatif siswa ketika pembelajaran di
kelas dengan menggunakan metode mind mapping. Dalam penelitian
ini jenis observasi yang digunakan adalah observasi berstruktur. Karena
peneliti berfokus pada pengembangan daya pikir kreatif dalam
memecahkan

masalah

matematika

mapping.
18

menggunakan

metode

mind

3. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu
(Moleong 2007). Percakapan wawancara dilakukan oleh dua pihak
yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Stainback
mengemukakan bahwa dengan wawancara, maka peneliti akan
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam
menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini
tidak bisa ditemukan melalui observasi.
Dalam penelitian ini wawancara dipergunakan untuk mengadakan
komunikasi dengan pihak-pihak terkait atau subjek penelitian, yaitu
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Maduran yang bertujuan memperoleh
penjelasan atau informasi tentang hal-hal yang belum tercantum dalam
observasi. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengetahui
pengembangan daya pikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah
matematika melalui metode pembelajaran mind maping.
4. Dokumentasi
Suharsimi (2010) menyatakan dibandingkan metode lain, metode
ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber
datanya masih tetap, belum berubah. Sugiyono (2015) menyatakan
dokumen

merupakan

catatan

peristiwa

yang

sudah

berlalu.

Dokumentasi digunakan sebagai rekap seluruh kegiatan peneliti, baik
berupa foto kegiatan observasi peneliti pada proses pembelajaran, hasil
tes dan juga wawancara.
3.7. Instrumen Penelitian

19

Suharsimi Arikunto dalam buku Manajemen Penelitian (2005:101)
mengartikan instrumen penelitian sebagai alat bantu merupakan saran yang
dapat diwujudkan dalam benda misalnya angket, daftar cek, pedoman
wawancara, lembaran pengamatan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Soal Tes
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal
tes kemampuan berpikir kreatif. Tes berpikir kreatif ini berdasarkan
TKV Torrence. Tes ini bersifat verbal (mengukur kemampuan berpikir
divergen) dan sudah baku, karena sudah diujikan ke beberapa negara
oleh Torennce. Dan Utami Munandar telah menggunakan tes ini
pertama kali di Indonesia (Utami Munandar : 2012).
TKV ini terdiri dari enam aspek berpikir kreatif antara lain:
kelancaran kata, kelancaran menyusun kata, kelancaran berekspresi,
kelancaran memberi ide, fleksibelitas dan orisinalitas serta kelancaran
memberi ide dan elaborasi.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan dalam penelitian ini adalah untuk
menyusun beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada beberapa
siswa dari kelas VII SMPN 1 Maduran.
3. Pedoman Observasi
Pedoman observasi yang digunakan peneliti yaitu memuat garis besar
tentang aktivitas siwa selama pembelajaran
3.8. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2007) menyatakan
bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah- milahnya menjadi
20

satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Pada analisis data menurut Miles dan Huberman dilakukan melalui
tiga tahap, yaitu:
1. Reduksi data adalah merangkum, memilah hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
2. Penyajian data, bentuk penyajian data yang akan digunakan adalah
bentuk teks-naratif. Penyajian data ini digunakan sebagai bahan untuk
menafsirkan dan mengambil simpulan atau dalam penelitian kualitatif
dikenal dengan istilah inferensi yang merupakan makna terhadap data
yang terkumpul dalam rangka menjawab permasalahan.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, simpulan tersebut merupakan

pemaknaan terhadap data yang telah dikumpulkan. Dalam penelitian
kualitatif, pengambilan simpulan dilakukan secara bertahap. Pertama,
menyusun simpulan sementara (tentatif), tetapi dengan bertambahnya
data maka perlu dilakukan verifikasi data. Kedua, menarik kesimpulan
akhir setelah kegiatan pertama selesai.

21