Diktat Menulis dalam Bahasa Arab (1)

Diktat

Menulis dalam Bahasa Arab

Oleh

Sukamta

Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Bab 1 Huruf Arab

Berbeda dengan huruf Latin, huruf Arab semua hurufnya mati. Untuk menghidupkannya diperlukan harakat: fathah untuk a, kasrah untuk i, dan dlammah untuk u, sementara untuk mematikannya digunakan suku> n, dan untuk huruf dobel digunakan tasydi> d . untuk huruf panjang digunakan huruf huruf alif, setelah harakat fathah. Huruf ya sukun setelah kasrah, dan huruf wawu sukun setelah harakat dlammah. Semuanya penulisannya dimulai dari kanan ke kiri. Contoh:

ُأ I ِإ A َأ Alif ا

Tsa> Tsa> ث ث ث ث

Dza> ذ l ذ ذ

Dla> d Dla> ض d ض ض

Dli

Thu

Tha> Tha> ط ط ط

Thi

Dhu

Dha> Dha> ظ ظ ظ

Dhi

‘U

ع ‘Ain ع ع

‘i

‘Ain

Ghu

غ Ghain غ غ

Ghi

Ghain

Fu

Fa> Fa> ف ف ف

Fi Fi

ء Hamzah ء ء ء

I Hamzah

Latihan bacaan

Qara’a أﺮﻗ َﻞِﻤَﻋ

Su’ila

Raja’ a

zu> qu> رّﺮﻛ اْﻮُـﻗْوُذ

Yastaqi> mu

Istaq a> ﻢﻴﻘﺘﺴﻳ ma

Latihan mandiri:

Istaghfara

Ihmar-ra

ﺮﻔﻐﺘﺳا a Sa> ’ad ّﺮﲪا ﺪﻋﺎﺳ

Yastaghfiru ﺮﻔﻐﺘﺴﻳ Ibyadl-dla

Sa> fara ﺮﻓﺎﺳ ّﺾﻴﺑا

Iqsya’ar-ra

ﻊﻤﺘﺟا Anzala لﺰﻧأ ّﺮﻌﺸﻗا Yaqsya’ir-ru ﺮﻌﺸﻘﻳ Iktasaba ﺐﺴﺘﻛا Akrama مﺮﻛأ

Ijtama’a

Istahwadza

ذﻮﺤﺘﺳا Inhath-tha ّﻂﳓا Sal-lama ﻢّﻠﺳ

Yastahwidzu

Imtad-da

ذﻮﺤﺘﺴﻳ Rak-kaza ّﺪﺘﻣا ﺰّﻛر Istighfa> run رﺎﻔﻐﺘﺳا Yanqadi> ﻲﻀﻘﻨﻳ Hauqala ﻞﻗﻮﺣ Istiqa> matun ﺔﻣﺎﻘﺘﺳا Yanbaghi> ﻲﻐﺒﻨﻳ Saithara ﺮﻄﻴﺳ

Isti’a> dztaun ةذﺎﻌﺘﺳا Jalbaba ﺐﺒﻠﺟ Yusaithiru ﺮﻄﻴﺴﻳ

Yusa> ’idu

ﺪﻋﺎﺴﻳ Yujalbibu ﺐﺒﻠﳚ Hai,mana ﻦﻤﻴﻫ

Yusa> firu

ﺮﻓﺎﺴﻳ Basmala ﻞﻤﺴﺑ Yuhaimainu ﻦﻤﻴﻬﻳ

yanzilu

لﺰﻨﻳ hamdala لﺪﲪ Muhaiminun ﻦﻤﻴﻬﻣ

Penulisan Huruf Arab Prinsip-prinsip:

1.Huruf Arab secara umum Secara umum huruf Arab terbagi menjadi 3: A.Huruf Arab yang dapat menggandeng dan digandeng, misalnya:

– م – ل -ك – ق – ف -غ-ع -ظ – ط -ض -ص -ش -س خ – ح – ج -ث -ت – ب ـﻫ – ن

1.Dalam keadaan menggandeng saja, disebut huruf posisi awal, menjadi demikian:

- ـﻣ - ـﻟ - ـﻛ - ـﻗ - ـﻓ - ـﻏ - ـﻋ -ـﻇ - ـﻃ - ـﺿ - ـﺻ - ـﺷ - ـﺳ -ـﺧ - ـﺣ - ـﺟ - ـﺛ - ـﺗ - ـﺑ ـﻫ - ـﻧ

2. Dalam hal menggandeng dan sekaligus digandeng, disebut huruf posisi tengan, menjadi demikian:

ـﻀـ - ـﺼـ - ـﺸـ - ـﺴـ - ـﺨـ - ـﺤـ - ـﺠــ - ـﺜـ - ـﺒـ ـﻬـ - ـﻨـ - ـﻤـ - ـﻠـ - ـﻜـ - ـﻘـ - ـﻔـ - ـﻐـ - ـﻌـ - ـﻈـ - ـﻄـ

B.Huruf Arab yang hanya dapat digandeng saja tetapi tidak dapat menggandeng

huruf sesudahnya, misalnya: و – ز – ر – ذ – د – ا

Dalam hal digandeng saja, disebut huruf posisi akhir, menjadi demikian:

ﻆـ - ﻂـ - ﺾـ - ﺺـ - ﺶـ - ﺲـ - ﺰـ - ﺮـ - ﺬـ - ﺪـ - ﺦـ - ﺢـ - ﺞـ - ﺚـ - ﺖـ - ﺐـ - ﺎـ ﺄـ - ﺆـ - ﻼـ - ﻪـ - ﻮـ - ﻦـ - ﻢـ - ﻞـ - ﻚـ - ﻖـ - ﻒـ - ﻎـ - ﻊـ -

C.Huruf Arab yang tidak dapat menggandeng atau digandeng secara mandiri. Dengan kata lain, dapat menggandeng atau digandeng tetapi menempati huruf jenis

yang pertama atau yang kedua di atas, atau mandiri sama sekali, yakni ء , misalnya: ءﺎﺷ - ﻞﺌﺳ – لﺄﺳ

Pada prinsipnya, setiap kata ( kalimah) ditulis tersendiri. Meskipun huruf-huruf Arab tersebut masih bisa menggandeng kata sesudahnya. Setiap kata ditulis tersendiri, beda kata beda tulisan. Tetapi meskipun masih satu kata, jika huruf tidak dapat menggandeng huruf berikutnya, maka tidak bisa dipaksakan untuk digandengkan,

seperti kata اذإ meskipun satu kata, maka antara huruf tersebut dipisahkan karena

watak huruf-hurufnya memang tidak dapat menggandeng.

Contoh menggandengkan huruf-huruf Arab :

Huruf Gandeng

Huruf Pisah

ﺪﻳﺪﺟ / بﺎﺘﻛ د -ي -د – ج/ ب – ا – ت – ك

ﺔﻐﻠﻟا / نﻵا / سردأ

ة – غ – ل – ل-ا / ن-آ – ل-ا / س-ر-د-أ ءﺎﻳﻮﻗأ / نﻮﻤﻠﺴﻣ / ﻦﳓ ء-ا-ي-و-ق-أ /ن-و-م-ل-س-م /ن-ح-ن

ةﲑﺒﻛ / ﺔﻟود / ﺎﻨﻟ ة-ر-ي-ب-ك /ة-ل-و-د / ا-ن-ل ﻞﻤﻌﻟا / ﻦﻣ / ﺎﻨﻟ / ﺪﺑ ﻻ ل-م-ع-ل-ا /ن-م /-ا-ن-ل / د-ب-ا-ل لوﺆﺴﻣ /نإ / ﻞﻛأ ل – و – ؤ – س – م/نإ/ل – ك – أ

1.Gandengkan huruf-huruf berikut ini, secara kata perkata, sehingga menjadi kata atau kalimat yang sempurna!

- ا-ب /ت-ا-س-ا-ر-د-ل-ا /ي-ف /ا-د-ج /م-ه-م / ب-و-سا-ح- ل-ا - 1 ة -ع-م-ا -ج-ل

ت-ك-ل ) /ة-ب-ا-ت-ك-ل-ل /ب-و-س-ا-ح-ل-ا /م-د-خ-ت-س-ن - 2

( ث-ح-ب-ل-ا /ة-ب-ا /

ل-ك /ي-ف/ن-ي-ت-ر-م /ب-و-س-ا-ح-ل-ا /ض-ر-ع-م /د-ق-ع-ي - 3 / ل-ق-أ-ل-ا /ى-ل-ع /ة-ن-س -

ل-ا-ط-ل-ا-و /ب-ا-ل-ط-ل-ا /ه-ر-ض-ح /ض-ر-ع-م-ل-ا /ا-ذ-ه - 4

/ ا-ت-ر-ك-ا-ج-ك-و-ج /ي-ف /ت-ا-ع-م-ا-ج-ل-ا /ن-م /ت-ا-ب

ﺔﻌﻣﺎﳉﺎﺑ تﺎﺳارﺪﻟا ﰲ اﺪﺟ ﻢﻬﻣ بﻮﺳﺎﳊا - 1 ( ﺚﺤﺒﻟا ﺔﺑﺎﺘﻜﻟ ) ﺔﺑﺎﺘﻜﻠﻟ بﻮﺳﺎﳊا مﺪﺨﺘﺴﻧ- 2

muttasil ) dipandang sebagai bagian tak terpisahkan dari kata yang ditempati. Maka ﻪﺘﻴﺑ tidak boleh dutulis ه – ﺖﻴﺑ

Bab 2 Jumlah Ismiyyah, Khabar Syibhu Jumlah

Hafalkan kosa kata berikut ini

buku = بﺎﺘﻛ

surat kabar = ةﺪﻳﺮﺟ

papan tulis = ةرﻮﺒﺳ

di depan = مﺎﻣأ

dari = ﻦﻣ

pada / di atas = ﻰﻠﻋ

dalam = ﰲ َْﲔِﻌﻤﺘﺴﳌا ِْﲔَـﺗﺮﺠﺸﻟا

Contoh-contoh kalimat di atas merupakan kalimat sederhana yang terdiri dari mubtada’ (pokok kalimat) dan khabar (predikat) berupa syibh al-jumalah, yakni frasa

yang diawali dengan harf jar seperti ﰲ ، ﻰﻠﻋ ، ﻦﻣ atau zarf seperti ءارو ، مﺎﻣأ . Kata yang terletak setelah harf jar atau zarf dibaca jar, yang ditandai dengan harakat

kasrah, fathah (untuk kata-kata tertentu) atau ya untuk mutsanna atau jamak

muzakkar salim. Misalnya: ِﺐﺘﻜﳌا ﻰﻠﻋ بﺎﺘﻜﻟا

Tugas (1) Buatlah kalimat sederhana menggunakan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa syibh jumlah menggambarkan kehidupan sehari-hari !

Tambahan 1. Susunan kata pada jumlah ismiyyah yang khabarnya syibhu jumlah dapat

dibalik, dalam arti bahwa khabar dapat disebutkan lebih dahulu, mubtada’ disebutkan setelah khabar , misalnya yang awalnya seperti ini:

. راﺪﳉا ﻰﻠﻋ ةرﻮﺼﻟا .ﺔﻈﻔﶈا ﰲ حﺎﺘﻔﳌا .راﺪﳉا ﻰﻠﻋ ةرﻮﺒﺴﻟا . ﺐﺘﻜﳌا ﻰﻠﻋ بﺎﺘﻜﻟا Dapat menjadi:

. بﺎﺘﻜﻟا ﺐﺘﻜﳌا ﻰﻠﻋ Di atas meja ada kitab (itu), atau menjadi : . بﺎﺘﻛ ﺐﺘﻜﳌا ﻰﻠﻋ

Di atas meja ada (sebuah) kitab. Keterangan: Perbedaan antara dua kalimat di atas adalah yang pertama menggunakan isim

ma’rifah yang menunjuk kepada sesuatu yang sudah diketahui oleh pembicara ataupun lawan bicara, sementara yang kedua menggunakan isim nakirah yang menunjuk kepada sesuatu yang umum yang belum diketahui secara pasti, baik oleh pembicara maupun lawan bicara, yang pasti adalah kitab. Soal bagaimana bentuknya, isinya dan sebagainya belum diketahui. Adapun perbedaan antara struktur Mubtada’ – Khabar dan Khabar – Mubtada’ adalah dari sisi tata bahasa: pada struktur yang pertama ( Mubtada’ – Khabar) mubtada’ harus isim ma’rifah, tidak boleh menggunakan isim nakirah, kecuali dengan cara-cara tertentu misalnya disifati, baik disifati oleh kata, jumlah atau syibhu jumlah sebagaimana contoh berikut ini:

U ﺐﺘﻜﳌا ﻰﻠﻋ U ﺪﻳﺪﺟ بﺎﺘﻛ Buku baru di atas meja

ﻞﻴﲨ ﺲﻣأ ﻪﺘﻳﱰﺷا بﺎﺘﻛ Buku yang saya beli kemarin bagus.

U ﻂﻴﺸﻧ U ﱯﻧﺎﲜ ﺐﻟﺎﻃ Mahasiswa yang di sampingku giat.

sementara pada struktur yang kedua Khabar – Mubtada’), mubtada’ boleh menggunakan isim nakirah. Dari sisi makna fokus informasi atau pesan yang hendak disampaikan oleh pembicara atau penulis adalah yang disebut terlebih dahulu. Jika yang disebut terlebih dahulu adalah mubtada’ maka berarti fokus pesan yang hendak disampaikan pada mubtada’, begitu pula halnya jika khabar yang

disebutkan terlebih dahulu. . ةرﻮﺒﺳ راﺪﳉا ﻰﻠﻋ atau . ةرﻮﺒﺴﻟا راﺪﳉا ﻰﻠﻋ

. حﺎﺘﻔﻣ ﺔﻈﻔﶈا ﰲ atau . حﺎﺘﻔﳌا ﺔﻈﻔﶈا ﰲ ةرﻮﺻ راﺪﳉا ﻰﻠﻋ atau . ةرﻮﺼﻟا راﺪﳉا ﻰﻠﻋ

2. Syibhu jumlah sebagai khabar tidak hanya terbatas pada hal-hal yang kongkrit

seperti pada contoh-contoh di atas, seperti: ﺔﻤﻃﺎﻔﻟ ؛راﺪﳉا ﻰﻠﻋ ؛ﺐﺘﻜﳌا ﻰﻠﻋ tetapi juga mencakup hal yang abstrak seperti contoh-contoh berikut ini:

ﺢﺟﺎﻧ ﻪﻧأ ﲔﻘﻳ ﻰﻠﻋ ﺪﲪأ Ahmad yakin bahwa ia lulus ﺔﺒﺳار ﺎ�أ ﻲﻋو ﻰﻠﻋ ﺔﻤﻃﺎﻓ Fatimah menyadari bahwa ia gagal ﺔﻴﻟﺎﻣ ةﺪﻋﺎﺴﻣ ﱃإ ﺔﺟﺎﺣ ب /ﰲ نﺎﺴﺟ Hasan memerlukan bantuan uang ﺐﺳار ﻪﻧأ ﻚﺷ ﰲ ﺪﻳﺮﻓ Faris ragu bahwa ia gagal لﻮﺒﻘﻣ ﻪﻋوﺮﺸﻣ نأ ﺔﻘﺛ ﻰﻠﻋ دﻮﻤﳏ Mahmud percaya diri bahwa proyeknya diterima

Jumlah Ismiyyah, Khabar Jumlah Fi’liyyah ﺔﻠﻟا أﺮﻘﻳ ﺪﲪأ

Hafalkan terlebih dahulu kosakata-kosakata berikut ini

menutup = ﻖﻠﻐﻳ naik (kendaraan) = ﺐﻛﺮﻳ

masuk = ﻞﺧﺪﻳ mandi = ﻞﺴﺘﻐﻳ

salat = ﻲﻠﺼﻳ

بﺎﺑ ﺢﺘﻔﻳ ﰒ ﺔﺳرﺪﳌا مﺎﻣأ مﻮﻘﻳ ذﺎﺘﺳﻷا .ﻲﺳﺮﻜﻟا ﻰﻠﻋ ﺲﻠﳚ ﻮﻫ . ﻞﺼﻔﻟا ﰲ ﺔﻠﻟا أﺮﻘﻳ ﺪﲪأ نأ ﻞﺒﻗ ةرﻮﺒﺴﻟا ﺢﺴﳝ ﺐﻟﺎﻄﻟا.ةرﻮﺒﺴﻟا ﻰﻠﻋ سرﺪﻟا ﺐﺘﻜﻳ ﰒ ﻞﺼﻔﻟا ﰲ ﻞﺧﺪﻳ ﻮﻫ .ﺎﻬﻘﻠﻐﻳو ﺔﺳرﺪﳌا . سرﺪﻟا ذﺎﺘﺳﻷا ﺐﺘﻜﻳ ﻲﻠﺼﻳو ﻞﺴﺘﻐﻳ ﰒ مﻮﻨﻟا ﻦﻣ ﻆﻘﻴﺘﺴﻳ ﺔﻌﺑاﺮﻟا ﺔﻋﺎﺴﻟا ﰲو .مﺎﻨﻳ نأ ﻞﺒﻗ ﻰﺤﻀﻟا ةرﻮﺳ ﻆﻔﳛ ﺪﻳﺮﻓ ﻰﻠﻋ ﻲﺸﳝ ﻮﻫ ﺎﺣﺎﺒﺻ ﺔﺳرﺪﳌا ﱃإ ﺐﻫﺬﻳ ﻮﻫ . ﺐﻴﻠﳊا بﺮﺸﻳ ﰒ ةﻼﺼﻟا ﺪﻌﺑ رﻮﻄﻔﻟا ﻞﻛﺄﻳ ﻮﻫ .ﺢﺒﺼﻟا

Contoh –contoh kalimat di atas merupakan kalimat sederhana yang terdiri dari mubtada (subyek) dan khabar (predikat) yang terdiri dari fi’il mudlari’, kata kerja yang menunjuk waktu sekarang atau yang akan datang. Jika sebelum kata kerja

ada kata ﻞﺒﻗ atau ﺪﻌﺑ maka kata kerja tersebut diawali dengan نأ atau diganti

dengan bentuk masdarnya, seperti contoh berikut:

مﻮﻨﻟا ﻦﻣ مﺎﻴﻘﻟا ﺪﻌﺑو مﺎﻨﻳ نأ ﻞﺒﻗ ﻮﻋﺪﻳ ﻢﻠﺴﳌا atau

مﻮﻨﻟا ﻞﺒﻗ ------------ / مﺎﻨﻳ نأ ﻞﺒﻗ / ﺪﻌﺑ رﺪﺼﻣ + ﻞﺒﻗ = / ﻞﻌﻓ + نأ ﻞﺒﻗ

Buatlah kalimat-kalimat menggunakan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa fi’il mudlari’, atau fi’il madli paling sedikit satu halaman. Hafalkan kata kerja berikut ini, kemudian gunakan untuk menyusun kalimat yang lengkap !

Berjalan (kaki)

Mengantuk ﻞﺟﺮﻟا ﻰﻠﻋ) ﻲﺸﻤﻳ

Naik (kendaraan) Tidur

Pulang Bangun

ﻊﺟﺮﻳ ﻆﻘﻴﺘﺴﻳ Istirahat ﺢﻳﺮﺘﺴﻳ Bangun tidur مﻮﻨﻟا ﻦﻣ مﻮﻘﻳ

(kembali) Menelaah (kembali)

ﻰﻠﺼﻳ Membahas (bersama)

Melakukan salat

Menulis Makan

ﺐﺘﻜﻳ ﻞﻛﺄﻳ Mempersiapkan

Makan pagi (yuiddu ) ّﺪﻌُﻳ

Menghambat نود لﻮﺤﻳ Duduk ﺲﻠﺠﻳ Lulus ﺢﺠﻨﻳ Berdiri مﻮﻘﻳ

Gagal ﻞﺸﻔﻳ Pergi ﺐﻫﺬﻳ

Bab 4

Pada Jumlah Ismiyyah

kamu (lk) = َﺖﻧأ belajar = سرﺪﻳ kamu (pr)= ِﺖﻧأ

gagal = ﻞﺸﻔﻳ laki-laki (mufrad) = ﻮﻫ

kita = ﻦﳓ

mengadakan = ﺪﻘﻌﻳ dia (pr /mufrad) = ﻲﻫ

lancar / fasih = ﺪﻴﳚ mereka = ﻢﻫ

hendak/ingin = ﺪﻳﺮﻳ universitas = تﺎﻌﻣﺎﺟ ج ﺔﻌﻣﺎﺟ

melanjutkan = ﻞﺻاﻮﻳ fakultas = تﺎﻴﻠﻛ ج ﺔﻴﻠﻛ

berkumpul = ﻊﻤﺘﳚ perpustakaan = تﺎﺒﺘﻜﻣ ج ﺔﺒﺘﻜﻣ

mengulang kembali = ﺮﻛاﺬﻳ cerdas = ءﺎﻴﻛذأ ج ﻲﻛذ

membantu = ﺪﻋﺎﺴﻳ aula /ruang = تﺎﻋﺎﻗ ج ﺔﻋﺎﻗ

bertanya / meminta = لﺄﺴﻳ pasca sarjana = ﺎﻴﻠﻌﻟا تﺎﺳارﺪﻟا

menjawab = ﺐﻴﳚ sulit = ﺔﺒﻌﺼﻟا/ ﺐﻌﺼﻟا

membagi = عّزﻮﻳ teman = ءﺎﻗﺪﺻأ ج ﻖﻳﺪﺻ

berupaya / berusaha = لوﺎﳛ pekrjaan rmh = ﺔﻴﻟﺰﻨﳌا لﺎﻤﻋﻷا

sebaik-baik jwban= ﺔﺑﺎﺟﻹا ﻦﺴﺣأ

jerman = ﺎﻴﻧﺎﳌأ

berkaitan = ﺔﻘﻠﻌﺘﳌا berkaitan = ﺔﻘﻠﻌﺘﳌا

. ِﻚﻠﺜﻣ نﻮﻛأ نأ ﺪﻳرأ ----

Dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa dalam jumlah ismiyah, kata kerja sebagai predikat harus harus disesuaikan dengan mubtada’ (subyek)nya, dari sisi muannats, muzakkar, mufrad, tatsniah atau jamak. Hal itu berbeda dengan

fi’liyyah seperti dalam contoh berikut :

Tugas (3): Buatlah kalimat-kalimat dalam jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa

fi’il , sementara mubtada’nya campuran antara muzakkar dan muannats, paling sedikit satu halaman.

Bab 5 Tashih al-akhta> ’ Bab 5 Tashih al-akhta> ’

Berikut ini contoh kesalahan nyata bersumber dari mahasiswa dalam pekerjaannya. Maka, perhatikan kesalahan tersebut, agar kesalahan yang sama tidak terulang!

No Salah

Yang benar ﺔﻌﻣﺎﳉا ﱃإ ﺐﻫﺬﺗ ﺔﺒﻟﺎﻃ Mubtada mestinya

Sebab

ma’rifah

ﺔﻟﺎﺳﺮﻟا ﻞﺳرأ ﺔﺸﺋﺎﻋ Khabar harus disesuaikan ﺔﻟﺎﺳﺮﻟا ﺖﻠﺳرأ ﺔﺸﺋﺎﻋ

dengan mubtada’ dari sisi muannats maupun muzakkar

ﺎﻬﺒﻴﺒﳊا ﱃإ Isim yang bertemu domir ﺎﻬﺒﻴﺒﺣ ﱃإ

tidak boleh diberi al

ﺔﻧاﺰﳋا ﰲ سﺎﺒﻟا Isim yang berawalan huruf ﺔﻧاﺰﳋا ﰲ سﺎﺒﻠﻟا

lam, maka lamnya ditulis dobel.

ﺪﻨﻫ ﺖﺋﺎﺟ ﻼﻴﻠﻗ ﺪﻌﺑ Setelah kata ba’da ﺪﻨﻫ تءﺎﺟ ِﻞﻴﻠﻗ ﺪﻌﺑ

mestinya majrur, juga

penulisan hamzah

ﻞﺴﺘﻐﺗ لاز ﺎﻣ ﺔﺸﺋﺎﻋ Khabar harus disesuaikan ﻞﺴﺘﻐﺗ ﺖﻟاز ﺎﻣ ﺔﺸﺋﺎﻋ

dengan mubtada’ dari sisi muannats maupun muzakkar

ﺮﺸﻋ ﺔﻴﻧﺎﺜﻟا ﺔﻋﺎﺴﻟا ﰲ Untuk bilangan tingkatan, ةﺮﺸﻋ ﺔﻴﻧﺎﺜﻟا ﺔﻋﺎﺴﻟا ﰲ

11 sd 19, yang pertama dan yang kedua harus sama dalam hal menggunakan ta marbuthoh

ﺖﻴﺒﻟا بﺎﺒﻟا Mudlaf harus dilepas dari ﺖﻴﺒﻟا بﺎﺑ

al

بﺮﻐﻣ ﻲﻠﺼﻳ Kata magrib mestinya بﺮﻐﳌا ﻲﻠﺼﻳ

menggunakan isim ma’rifat karena sesuatu yang sudah dimaklumi.

بﺎﺘﻜﻟا أﺮﻘﻧ بﻼﻄﻟا Khabar harus disesuaikan بﺎﺘﻜﻟا نوأﺮﻘﻳ بﻼﻄﻟا

dengan mubtada’

بﺮﻐﳌا ﺖﻗﻮﻟا لﻮﺧﺪﻟا ﱃإ Mudlaf harus dilepas dari بﺮﻐﳌا ﺖﻗو لﻮﺧد ﱃإ

al

ﺢﺒﺼﻟا ةﻼﺼﻟا Mudlaf harus dilepas dari ﺢﺒﺼﻟا ةﻼﺻ

al

مﻮﻴﻟا تاذ Artinya: pada suatu hari. مﻮﻳ تاذ

Maka mestinya dibuat nakirah

ﺔﻐﻠﻟا ﻢﺴﻘﺑ رﺎﺘﲣ ﻲﻫ Fi’il muta’addi langsung, ﺔﻐﻠﻟا ﻢﺴﻗ رﺎﺘﲣ ﻲﻫ

tanpa huruf jar ba’

ةﺮﺸﻋ ىﺪﺣإ ﺔﻋﺎﺴﻟا Bilangan tingkatan, ةﺮﺸﻋ ﺔﻳدﺎﳊا ﺔﻋﺎﺴﻟا

berwazan fa’il atau fa’ilah

Harus sama-sama ﺔﻌﺑاﺮﻟا ﺔﻋﺎﺳ ﰲ ma’rifah ﺔﻌﺑاﺮﻟا ﺔﻋﺎﺴﻟا ﰲ

karena bukan idlafah

salah tulis kata ﺔﻨﺳ ﺖﺘﺳ sittah, تاﻮﻨﺳ ﺖﺳ

bilangan 3 sd 10 ma’dudnya harus jamak

Kurang titik, ﻪﺳرﺪﻣ ،ﺐﻳﺮﻗ ﻪﻘﻳﺪﺣ na’at dan ﺔﺳرﺪﻣ ،ﺔﺒﻳﺮﻗ ﺔﻘﻳﺪﺣ

man’ut harus sama muzakkar atau muannats.

Salah penempatan tulisan ءاﺮﻘﺗ ﺔﳚﺪﺧ أﺮﻘﺗ ﺔﳚﺪﺧ

hamzah

Bab 6

Pada Jumlah Fi’liyyah

untuk mendengarkan = ﱃإ عﺎﻤﺘﺳﻼﻟ timur tengah = ﻂﺳوﻷا قﺮﺸﻟا

berkaitan = ﺔﻘﻠﻌﺘﳌا seyogyanya = نأ ﻲﻐﺒﻨﻳ

ceramah agama = ﺔﻴﻨﻳﺪﻟا ةﺮﺿﺎﶈا

yang asli bhs Arab = ﻞﺻﻷا ﺔﻴﺑﺮﻌﻟا senantiasa / selalu = لاﺰﻳ ﻻ

ujian akhir = ﻲﺋﺎﻬﻨﻟا نﺎﺤﺘﻣﻻا ttg pelajaran yg sulit ﺐﻌﺼﻟا سرﺪﻟا ﻦﻋ orang yang malas = نﻼﺴﻜﻟا

kamu (lk) =

َﺖﻧأ pameran buku = ﺐﺘﻜﻟا ضﺮﻌﻣ

kamu (pr)= ِﺖﻧأ

bahasa Perancis = ﺔﻴﺴﻧﺮﻔﻟا ﺔﻐﻠﻟا

saya = ﺎﻧأ

ke luar negeri = جرﺎﳋا ﱃإ

lapangan = ناﺪﻴﳌا laki-laki (mufrad) = ﻮﻫ

kita = ﻦﳓ

mereka = ﻢﻫ dia (pr /mufrad) = ﻲﻫ

panitia zakat fitrah = ﺮﻄﻔﻟا ةﺎﻛز ﺔﻨﳉ

Pelajari kalimat-kalimat berikut ini !

ﻂﺳوﻷا قﺮﺸﻟا ﰲ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟا ﺔﻐﻠﻟا ﺪﲪأ سرﺪﻳ - 1

ﺔﻴﻣﻼﺳﻹا ﺎﻛﺎﺠﻴﻟﺎﻛ نﺎﻧﻮﺳ ﺔﻌﻣﺎﺟ ﰲ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟا ﺔﻐﻠﻟا سردأ ﺎﻧأ - 2 ﺔﻴﺴﻴﻧوﺪﻧﻹا ﺔﻐﻠﻟا ﰲ ﻞﺻﻷا ﺔﻴﺑﺮﻌﻟا تﺎﻤﻠﻜﻟا ﻦﻋ نﺎﺴﺣ ﺚﺤﺒﻳ - 3

ﻲﺋﺎﻬﻨﻟا نﺎﺤﺘﻣﻻا ﰲ ﻲﻘﻳﺪﺻ ﺢﺠﻨﻳ - 4 ﻲﺋﺎﻬﻨﻟا نﺎﺤﺘﻣﻻا ﰲ اﻮﺤﺠﻨﻳ نأ نﻮﻟوﺎﳛ ﻢﻫ. ﻢﻬﺳورد بﻼﻄﻟا ﺮﻛاﺬﻳ - 5

." ﻚﺗﺎﻴﺣ ﰲ ﻞﺸﻔﺗ ﻻ ﱴﺣ ﻞﺴﻜﺗ ﻻ ﲏﺑ ﺎﻳ " : ﻩﺪﻟﻮﻟ بﻷا لﺎﻗ - 7 ﺮﻬﺸﻟا اﺬﻫ ﰲ ﺔﻴﻤﻠﻌﻟا ﺐﺘﻜﻟا ضﺮﻌﻣ بﻼﻄﻟا ﺪﻘﻌﻳ - 8

ﺮﻬﺸﻟا اﺬﻫ ﰲ ﺔﻴﺋﺎﺴﻨﻟا ﺲﺑﻼﳌا ضﺮﻌﻣ تﺎﺒﻟﺎﻄﻟا ﺪﻘﻌﺗ - 9 ؟ﺔﻴﺑﺮﻌﻟا ﺔﻐﻠﻟا ﻦﻳﺪﻴﲡ ِﺖﻧأ ﻞﻫ ﺔﻤﻃﺎﻓ ﺎﻳ ِﺖﻧأو ﺔﻴﻧﺎﳌﻻاو ﺔﻴﺴﻧﺮﻔﻟا ﺔﻐﻠﻟا ﻲﻤﻋ ﺪﺒﳚ - 10

ﺔﺒﺘﻜﳌا ﰲ مﻮﻳ ﻞﻛ ﺎﻤﻬﺳورد نﺎﺒﻟﺎﻄﻟا ﺮﻛاﺬﻳ - 15 ﺔﺒﺘﻜﳌا ﰲ مﻮﻳ ﻞﻛ ﺎﻤﻬﺳورد نﺎﺘﺒﻟﺎﻄﻟا ﺮﻛاﺬﺗ - 16 ﻒﻴﻌﻀﻟا يﻮﻘﻟا ﺪﻋﺎﺴﻳ نأ ﻲﻐﺒﻨﻳ - 17

ءاﺮﻘﻔﻟا ءﺎﻴﻨﻏﻷا ﺪﻋﺎﺴﻳ نأ ﻲﻐﺒﻨﻳ - 18 ﺔﺒﺘﻜﳌا ﰲ مﻮﻳ ﻞﻛ ﻦﻬﺳورد نﺮﻛاﺬﻳ نأ تﺎﺒﻟﺎﻄﻟا لاﺰﺗ ﻻ

ﺔﻐﻠﻟا ﺪﻋاﻮﻘﺑ ﺔﻘﻠﻌﺘﳌا ﺔﺒﻌﺼﻟا سورﺪﻟا ﻦﻋ ﻩذﺎﺘﺳأ ﺬﻴﻤﻠﺘﻟا لﺄﺴﻳ - 20 ﺔﻴﻓﺎﺷ ﺔﺑﺎﺟإ ﻩﺬﻴﻤﻠﺗ لاﺆﺳ ذﺎﺘﺳﻻا ﺐﻴﳚ - 21

- ﺔﻴﻠﻜﻟا ﺔﻋﺎﻗ ﰲ نﺎﺤﺘﻣﻻا ﺔﻠﺌﺳأ ﻦﺤﺘﻤﳌا عّزﻮﻳ 22 - نﺎﻀﻣر ﺮﻬﺷ ﺔﻳﺎ� ﰲ ﺔﻨﻳﺪﳌا ءاﺮﻘﻔﻟ زﺮﻟا ﺮﻄﻔﻟا ةﺎﻛز ﺔﻨﳉ عّزﻮﺗ 23 تﺎﻧﺎﺤﺘﻣﻻا ﰲ اﻮﺤﺠﻨﻳ نأ ﺎﻴﻠﻌﻟا تﺎﺳارﺪﻟا ﰲ بﻼﻄﻟا لوﺎﳛ - 24 ةزﺎﺘﳑ ﺔﺟرﺪﺑ ﻩارﻮﺘﻛﺪﻟا ﺔﺟرد ﻰﻠﻋ لﻮﺼﳊا تﺎﺒﻟﺎﻄﻟا لوﺎﲢ - 25

Dalam bahasa Arab ada dua pola kalmat, yakni kalimat nominal ( jumlah ismiyah) dan kalimat verbal ( jumalh fi’liyah ). Dalam jumlah fi’liyah, sebagaimana contoh di atas, kata kerja (predikat) selalu mendahului subyeknya. Penyesuaian antara keduanya berbeda dengan penyesuaian dalam pola jumalah ismiyah, yakni hanya dari sisi muzakkar atau muannats saja.

Tugas (4): a.Buatlah kalimat dalam jumlah fi’liyyah yang fa> ’ilnya bervariasi antara

muannats dan muzakkar, paling sedikit satu halaman (dikerjakan oleh mahasiswa) b.Buatlah tashih al-akhta> ’ dengan format sebagaimana telah dijelaskan di muka. Dilakukan bersama,oleh dosen dan para mahasiswa.

Bab 7 Perbandingan antara jumlah ismiyyah dan jumlah fi’liyyah

: ﺔﻴﻠﻌﻔﻟا ﺔﻠﻤﺠﻟا

ﺔﻴﻤﺳﻹا ﺔﻠﻤﺠﻟا

ﺔﺳرﺪﻤﻟا بﺎﺑ ﺐﻟﺎﻄﻟا ﺢﺘﻔﻳ

ﺔﺳرﺪﻤﻟا بﺎﺑ ﺢﺘﻔﻳ ﺐﻟﺎﻄﻟا

ﺔﺳرﺪﻤﻟا بﺎﺑ ﺔﺒﻟﺎﻄﻟا ﺢﺘﻔﺗ

ﺔﺳرﺪﻤﻟا بﺎﺑ ﺢﺘﻔﺗ ﺔﺒﻟﺎﻄﻟا

بﻮﺳﺎﺤﻟا ﻰﻠﻋ سرﺪﻟا ذﺎﺘﺳﻷا ﺐﺘﻜﻳ بﻮﺳﺎﺤﻟا ﻰﻠﻋ سرﺪﻟا ﺐﺘﻜﻳ ذﺎﺘﺳﻷا ءﺎﺴﻣ ةﺬﻓﺎﻨﻟا ﺪﻤﺣأ ﻖﻠﻐﻳ

ءﺎﺴﻣ ةﺬﻓﺎﻨﻟا ﻖِﻠْﻐُـﻳ ﺪﻤﺣأ بﺮﻐﻤﻟا ةﻼﺼﻟ ﺪﺠﺴﻤﻟا ﻰﻟإ ﺐﻨﻳز ﻲﺸﻤﺗ

بﺮﻐﻤﻟا ةﻼﺼﻟ ﺪﺠﺴﻤﻟا ﻰﻟإ ﻲﺸﻤﺗ ﺐﻨﻳز ءﺎﺴﻣ ﺖﻴﺒﻟا ﻲﻓ يﺎﺸﻟا ﻲﺘﻘﻳﺪﺻ بﺮﺸﺗ

ءﺎﺴﻣ ﺖﻴﺒﻟا ﻲﻓ يﺎﺸﻟا بﺮﺸﺗ ﻲﺘﻘﻳﺪﺻ

Tugas: 1.Perhatikan perbedaan kalimat-kalimat ( jumlah ismiyah dan fi’liyyah) di atas, dan jelaskan apa perbedaannya? 2.Buatlah jumlah ismiyyah denan variasi mufrad, mus\anna, dan jamak, serta muannas\, muzakkar.

Bab 8 Variasi pola-pola jumlah ismiyyah

Pelajari pola-pola jumlah ismiyyah berikut ini:

ﺔﻌﻣﺎﺠﻟا ﻒﻇﻮﻣ دﻮﻤﺤﻣ ﺐﻟﺎﻃ نﺎﺴﺣ ﺔﺒﺘﻜﻤﻟا ﺔﻔﻇﻮﻣ ةدﻮﻤﺤﻣ ﺔﺒﻟﺎﻃ ةﺪﻳﺮﻓ ﺔﺒﺘﻜﻤﻟا ﺔﻔﻇﻮﻣ دﻮﻤﺤﻣ ﺖﺧأ ﺐﻟﺎﻃ نﺎﺴﺣ ﻦﺑا

ﺐﻟﺎﻃ ةدﻮﻤﺤﻣ ﻮﺧأ

ﺔﺒﻟﺎﻃ نﺎﺴﺣ ﺖﻨﺑ

Perhatikan perubahan-perubahan yang terjadi pada kalimat di atas, terutama hal-hal berikut ini:

ﺔﺒﻟﺎﻃ ةﺪﻳﺮﻓ ﺖﺧأ = Saudari Faridah adalah mahasiswi. ﺐﻟﺎﻃ ةدﻮﻤﺤﻣ ﻮﺧأ = Saudara Mahmudah adalah mahasiswa.

ﻒﻇﻮﻣ دﻮﻤﺤﻣ ﺖﺧأ ﻖﻳﺪﺻ = Teman saudari Mahmud adalah seorang

pegawai

ﺔﻔﻇﻮﻣ ةدﻮﻤﺤﻣ ﻲﺧأ ﺔﻘﻳﺪﺻ = Teman saudara Mahmudah adalah

seorang pegawai بﺎﺘﻛ ﻪﻟ ﺐﻟﺎﻄﻟا = Mahasiswa itu memiliki sebuah buku

بﺎﺘﻛ ﺎﻬﻟ ﺔﺒﻟﺎﻄﻟا = Mahasiswi itu memiliki sebuah buku

Perhatikan: Kata yang digaris bawah di atas sama muzakkar atau muannatsnya.

1. Mubtada dan khabar disesuaikan dari sisi muzakkar atau muannatsnya, tetapi ketika khabar berupa jar majrur maka tidak diperlukan lagi pembedaan antara muzakkar dan muannats.

ﺢﺟﺎﻧ ﻪﻧأ ﻦﻴﻘﻳ ﻰﻠﻋ نﺎﺴﺣ = Hasan yakin bahwa ia lulus ﺔﺤﺟﺎﻧ ﺎﻬﻧأ ﻚﺷ ﻲﻓ ﺔﻤﻃﺎﻓ = Fatimah ragu bahwa ia lulus

2.Mubtada’ yang posisinya pada permulaan kalimat harus berupa isim ma’rifat yang salah satu tandanya adalah menggunakan al. Isim nakirah, jika akan dibuat menjadi mubtada’ maka syaratnya harus disifati. Jika posisi mubtada’ berada di belakang ( muakhkhar), tidak persyaratan untuk harus berupa isim ma’rifat. Contoh mubtada’ di awal:

ﺪﺠﺴﻤﻟا مﺎﻣأ ﺖﻴﺒﻟا = Rumah itu di depan masjid

Contoh mubtada’ di akhir: ﺖﻴﺑ ﺪﺠﺴﻨﻤﻟا مﺎﻣأ = Di depan masjid ada sebuah rumah

Contoh mubtada’ disifati:

ﺪﻳﺪﺠﻟا ﺐﻴﺒﻄﻠﻟ ﺪﻳﺪﺟ ﺖﻴﺑ ﻊﺳاو ﻩؤﺎﻨﻓ ﺪﺠﺴﻤﻟا مﺎﻣأ ﺖﻴﺑ

Perhatikan perubahan-perubahan yang terjadi pada kalimat-kalimat berikut ini !

Fi’il di sebelah kanan (jumlah fi’liyyah) disesuaikan dengan fa’ilnya dari sisi muannats atau muzakkar saja, yakni ta’ di awal untuk fi’il mudlari’ dan ta’ mati di akhir untuk fi’il madli. Sementara fi’il di sebelah kiri (jumlah ismiyyah) disesuaikan dengan mubtada’nya dari sisi muannats atau muzakkar , juga dari sisi mufrad, mutsanna ata jamaknya. Hanya saja, untuk jamak selain makhluk berakal biasanya dipadang sebagai isim mufrad muannats, bukan jamak. Tugas (5) Buatlah tabel perbandingan antara jumlah ismiyyah dan jumlah fi’liyyah yang

mubtada’ atau fa’ilnya terdiri dari muannats, muzakkar, mutsanna, dan jamak, paling sedikt satu halaman.

Bab 10 Variasi Komponen Pokok ( murakkab isna> di)

` Struktur kalimat dalam bahasa Arab dalam bahasa Arab dapat dibagi menjadi dua komponen: komponen pokok ( ma’mul ‘umdah ) dan dan komponen pelengkap ( ma’mul fudlah atau mukammila> t). Komponen yang terakhir akan dibicarakan tersendiri nanti. Komponen pokok yang dimaksud di sini adalah jumlah ismiyyah dan jumlah fi’liyyah. Sesuatu kalimat akan dapat dipahami jika ada komponen pokok. Komponen pokok ini akan semakin memberi informasi lengkap manakala disertai komponen pelengkap. Semakin lengkap komponen pelengkap ini disebutkan, semakin lengkap informasi yang disampaikan oleh sebuah kalimat.

Adapun pola-pola komponen pokok dapat dijelaskan dengan rumus-rumus

sebagai berikut:

ﺪﻳﺮﻓ بﺎﺠﺘﺴﻳ - 12 ﺖﻴﺒﻟا ﰲ مﺎﻨﻳ ﺪﻳﺮﻓ -7

ﺲﻟﺎﺟ /ﻞﻴﲨ ﺪﻳﺮﻓ -2

ﺲﻠﳚ ﺪﻳﺮﻓ نﺎﻛ - 13 ﺖﻴﺒﻟا ﰲ ﻪﻨﺑا مﺎﻨﻳ ﺪﻳﺮﻓ -8

ﺪﺠﺴﳌا مﺎﻣأ /ﺪﺠﺴﳌا ﰲ ﺪﻳﺮﻓ -3

ﺪﻳﺮﻓ ﻢﻠﻜﺘﻳ ﺬﺧأ - 14 ﺪﻳﺮﻓ ﺎﻫأﺮﻗ ﺔﻠﻟا -9

1. Mubtada’ dan khabar di mana khabarnya berupa isim zat, contoh yang lain:

2. Mubtada’ dan khabar di mana khabarnya berupa isim sifah, contoh yang lain:

3. Mubtada’ dan khabar di mana khabarnya berupa jar majrur atau zarf, contoh

4. Mubtada’ dan khabar di mana khabarnya berupa jumlah ismiyyah, yang

mubtada’ nya di awal contoh yang lain: ؛ ﺔﻔﻴﻈﻧ ﻪﺗﺎﻌﻣﺎﺟ ﺔﻨﻳﺪﳌا ؛ ﲑﺒﻛ ﻪﺘﻴﺑ ﺪﲪأ ؛ ةﺪﻳﺪﺟ ﻢﻬﺒﺘﻛ بﻼﻄﻟا ؛ ﺔﻠﻴﲨ ﻪﺗرﺎﻴﺳ ذﺎﺘﺳﻷا

5. Mubtada’ dan khabar di mana khabarnya berupa jumlah ismiyyah, yang mubtada’ nya di akhir (muakhkhor), contoh yang lain:

6. Mubtada’ dan khabar di mana khabarnya berupa jar majrur atau zaraf , yang diletakkan di awal kalimat, sementara posisi mubtada’ di belakang (muakhkhor), contoh yang lain:

7. Mubtada’ dan khabar di mana khabarnya berupa jumlah fi’liyyah dan fa’ilnya dlamir mustatir, contoh yang lain:

8. Mubtada’ dan khabar di mana khabarnya berupa jumlah fi’liyyah dan fa’il atau naib failnya isim zahir, contoh yang lain:

9. Mubtada’ dan khabar di mana khabarnya berupa jumlah fi’liyyah yang fi’ilnya diikuti maf’ul bih berupa dlamir, baru kemudian disebutkan fa’ilnya. Contoh lain:

10. Mubtada’ dan khabar di mana khabarnya berupa isim maf’ul. Contoh yang lain:

11. Fi’il dan fa’il, contoh yang lain:

12. Fi’il dan na’ib fa’il, contoh yang lain:

13. Jumlah fi’liyyah menggunakan fi’il naqis (nawasikh ), contoh yang lain:

14. Jumlah fi’liyyah menggunakan kata kerja (fi’il ) khusus, contoh yang lain:

Bab 11 Pengembangan Variasi Murakkab Isna> di

Pelajari contoh-contoh berikut ini:

ﰲ ﺔﻴﻟﺪﻴﺻ ﺐﻨﻳز ؛ﺔﻴﺟرﺎﳋا نوﺆﺸﻟا ﺮﻳزو ﺪﻳﺮﻓ ؛ﻰﻔﺸﺘﺴﳌا ﰲ ﺐﻴﺒﻃ ﺪﲪأ ؛ ﺔﻌﻣﺎﳉا ﰲ ذﺎﺘﺳأ نﺎﺴﺣ- 1 . ﺔﻟﺪﻴﺼﻟا

؛ﺔﻓﺮﻐﻟا ﰲ ﺲﻟﺎﺟ ﻲﻤﻋ ؛ﺔﻴﻛذﺔﻤﻃﺎﻓ ؛ةﺮﺑﺎﺻ ةﺪﻳﺮﻓ ؛ﻦﻳﺪﺘﻣ ﲔﺴﺣ ؛ئرﺎﻗ ﺪﲪأ ؛ ﱂﺎﻋ نﺎﺴﺣ- 2 ﰲ ﺎﻧأ .ﺔﳌﻮﻌﻟا ﺮﺼﻋ ﰲ ﺶﻴﻌﻳ ﻪﻧأ ﻲﻋو ﻰﻠﻋ نﺎﺴﺣ .ﰐﻵا نﺎﺤﺘﻣﻻا ﰲ ﺢﺟﺎﻧ ﻪﻧأ ﲔﻘﻳ ﻰﻠﻋ ﺪﲪأ- 3

. ﻞﺒﻘﳌا نﺎﺤﺘﻣﻻا ﰲ ﺢﳒأ نأ ﻊﻴﻄﺘﺳأ ﻞﻫ ﻚﺷ ﺔﻨﻳﺪﳌا ؛ ﺔﺣﻮﺘﻔﻣ ﻪﺑاﻮﺑأ ﺪﺠﺴﳌا اﺬﻫ ؛ةﲑﺜﻛ ﻪﺑرﺎﻗأ ﺪﻳﺮﻓ ؛ﺪﻳﺪﺟ ﻪﺑﺎﺘﻛ ﺪﲪأ ؛ ﲑﺒﻛ ﻪﺘﻴﺑ نﺎﺴﺣ- 4

ﺐﺘﻜﻳ سرﺪﳌا ؛ﺎﺗﺮﻛﺎﺟ ﱃإ ﺮﻓﺎﺴﻳ ﰊأ ؛ﺔﻴﻤﻠﻌﻟا تﻻﺎﻘﳌا ﺐﺘﻜﻳ نﺎﺴﺣ ؛ﺔﻴﻬﻘﻔﻟا ﺐﺘﻜﻟا أﺮﻘﻳ ﺪﲪأ - 5 . ةرﻮﺒﺴﻟا ﻰﻠﻋ سرﺪﻟا . نﻮﺴﻟﺎﺟ بﻼﻃ رﺎﺠﺷﻷا ﺖﲢ ؛رﺎﺠﺷأ ﺔﺒﺘﻜﳌا مﺎﻣأ ؛ةﲑﺜﻛ ﺐﺘﻛ كﺎﻨﻫ و ﺔﻴﺑﺮﻋ تﻼﳎ فﻮﻓﺮﻟا ﰲ - 6 ؛ﻼﻴﻟ ﺔﻌﺳﺎﺘﻟا ﺔﻋﺎﺴﻟا ﰲ ﺪﻟﻮﻟا مﺎﻨﻳ ؛ ﺲﻣأ ةﺪﻳﺪﳉا ةرﺎﻴﺴﻟا ﺪﲪأ ىﱰﺷا و تارﺎﻴﺴﻟا ﺮﺟﺎﺘﻟا ﻊﻴﺒﻳ - 7 . ﺮﺠﻔﻟا ﻞﻴﺒﻗ سﺎﻨﻟا ﻆﻘﻴﺘﺴﻳ ﻦﻣ ﺔﻠﻟا ﺬﺧﺆﺗ ؛ﺔﺒﺘﻜﳌا ﰲ ﺐﺘﻜﻟا عﺎﺒﺗ ؛فﺮﻟا ﰲ ﻒﺤﺼﳌا ﻊﺿﻮﻳ ؛ﻪﻌﻤﺴﻳ ﻦﻣ ﺮﺟﺆﻳ ،

Tugas: Buatlah pengembangan pola-pola murakkab isna> di dalam bentuk kalimat (jumlah), dan kaitkan antara kalimat yang satu dengan lainnya

Bab 11 Pola-pola Struktur Kalimat dan Frasa

Hal yang perlu diketahui terlebih dahulu oleh siapa pun yang akan menulis dalam bahasa Arab adalah berbagai macam pola struktur dasar bahasa Arab, sebab menulis dalam bahasa Arab akan menyusun kata-kata sedemikian rupa sehingga mampu membawa pesan sebagaimana yang dikehendaki oleh si penulis. Kata-demi kata disusun menjadi kalimat. Kalimat demi kalimat disusun menjadi alinea dan Hal yang perlu diketahui terlebih dahulu oleh siapa pun yang akan menulis dalam bahasa Arab adalah berbagai macam pola struktur dasar bahasa Arab, sebab menulis dalam bahasa Arab akan menyusun kata-kata sedemikian rupa sehingga mampu membawa pesan sebagaimana yang dikehendaki oleh si penulis. Kata-demi kata disusun menjadi kalimat. Kalimat demi kalimat disusun menjadi alinea dan

Dalam kenyataannya murakkab selalu berkait antara yang satu dengan yang lainnya, meskipun prosentase dan frekuensi penggunaannya bisa beda antara satu dengan yang lain. Macam-macam murakkab di atas akan dijelaskan satu persatu secara lebih rinci sebagai berikut:

1. Murakkab isna> di, Murakkab isna> di, yakni struktur kalimat yang didasarkan penyandaran satu unsur pada unsur yang lain. Struktur ini ada dua macam, yaiti jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah .

a. Jumlah Ismiyyah : Jumlah Ismiyyah adalah kalimat yang diawali dengan isim, jar majrur, atau zaraf. Dalam jumlah ismiyyah dimungkinkan adanya penggabungan antara jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah, yakni mubtada’ dan fa’il yang berfungsi sebagai khabar.

b. Jumlah Fi’liyyah : Jumlah Fi’liyyah adalah kalimat yang diawali dengan fi’il (kata kerja). Jika fi’il tersebut muta’addi (transitif) maka diperlukan adanya maf’ul bih (obyek /pelengkap penderita), jika fi’il tersebut lazim (intransitif), cukup diperlukan fa’il (pelaku) saja. Jika fi’il tersebut mabni ma’lum maka kata setelahnya adalah fa’il, tetapi jika. Jika fi’il mabni majhul maka kata setelahnya adalah na’ib fa’il. Bentuk isim fa’il ataupun isim maf’ul dapat digunakan layaknya fi’il dengan persyaratan tertentu seperti dalam contoh di atas.

Murakkab isna> di merupakan struktur dasar dalam setiap kalimat dalam bahasa Arab, terdiri dari musnad ilaih dan musnad. Musnad ilaih adalah pokok kalimat, termasuk di dalamnya: mubtada’, fa> ’il, na> ’ib al-fa> ’il, isim ka> na, isim inna

dan maf’ul awwal z{anna. 0F 1

Setiap kalimat tentu mengandung struktur pokok yang disebut murakkab isna> di ini, terdiri dari musnad ilaih (boleh jadi berupa mubtada’ atau berupa fa> ’il ) Setiap kalimat tentu mengandung struktur pokok yang disebut murakkab isna> di ini, terdiri dari musnad ilaih (boleh jadi berupa mubtada’ atau berupa fa> ’il )

Pelajari terlebih dahulu arti kata-kata berikut ini

بﻷا = bapak

ﺪﻘﻌﻳ = mengadakan

خﻷا = mengatur, = saudara (lk)

ﻢّﻈﻨﻳ menyelenggarakan

ﺖﺧﻷا = saudara (pr) ﻢﻴﻘﻳ = mengadakan, mendirikan

ﻢﻌﻟا = paman (sdr bapak)

ﻞﻤﻌﻳ = bekerja

لﺎﳋا = paman (sdr ibu)

ضﺮﻌﳌا = pameran = memecahkan (masalah) ّﻞﳛ

ﺐﻴﺒﻃ = dokter

مﺪﺨﺘﺴﻳ = menggunakan

سﺪﻨﻬﻣ = insinyur (sarjana teknik)

أﺮﻘﻳ = membaca

ﺔﻤﻠﻌﻣ = guru (pr)

بّﻮﺼﻳ = membetulkan

بﻼﻄﻟا = mahasiswa (jmk)

مﺪﻘﻳ = mengajukan

نﻮﻔﻇﻮﳌا = pegawai (jmk)

ﺖﻨﺒﻟا = anak (pr)

ﺪﻴﳚ = fasih, lancar

ةرﺎﻴﺴﻟا = mobil

ﺶﻴﻌﻳ = hidup

ﺔﻴﻠﻜﻟا = fakultas

ﻞﺻاﻮﻳ = melanjutkan ﻞﺻاﻮﻳ = melanjutkan

ﻰﻔﺸﺘﺴﳌا ﰲ ﻞﻤﻌﻳ ﺐﻴﺒﻃ بﻷا Bapak itu seorang dokter, bekerja di rumahsakit

Saudara laki-laki itu seorang sarjana teknik, ﻊﻨﺼﳌا ﰲ ﻞﻤﻌﻳ سﺪﻨﻬﻣ خﻷا bekerja di pabrik

Saudara perempuan itu seorang guru, bekerja di

sekolah بﻮﺳﺎﳊا ﻦﻋ ﺚﺤﺒﻳ ﻢﻌﻟا Paman (sedang) mencari komputer

ﺔﺒﺘﻜﳌا ﰲ بﺎﺘﻜﻟا أﺮﻘﻳ ﺐﻟﺎﻃ ﻮﻫ Dia seorang mahasiswa (sedang) membaca buku di perpustakaan

ﻪﻴﺧأ ﺔﻠﻜﺸﻣ ﻞﳛ ﻖﻳﺪﺼﻟا Teman itu memecahkan masalah saudaranya

b.Jumlah fi’liyyah ﺔﻴﻣﻼﺳﻹا ﺐﺘﻜﻟا ضﺮﻌﻣ بﻼﻄﻟا ﺪﻘﻌﻳ Para mahasiswa mengadakan pameran buku

Para pegawai menyelenggarakan resepsi dies Perguruan Tinggi

ﺚﺤﺒﻟا ﺔﺑﺎﺘﻜﻟ بﻮﺳﺎﳊا ﺐﻟﺎﻄﻟا مﺪﺨﺘﺴﻳ Mahaiswa itu menggunakan computer untuk menulis skripsi

Penulis itu meralat disertasi

ﻲﺋﺎﻬﻨﻟا نﺎﺤﺘﻣﻼﻟ ﺐﻟﺎﻄﻟا مﺪﻘﺘﻳ Mahasiswa itu maju untuk ujian akhir

2. Murakkab id{a> fi

Murakkab id{a> fi , terdiri dari mud}a> f dan mud}a> f ilaih. Murakkab idla> fi yang sering juga disebut dengan idla> fah selalu terdiri dari dua kata atau lebih. Kata yang pertama disebut mudla> f, sedangkan kata yang kedua disebut mudla> f ilaih. Jika lebih dari dua kata, maka yang kedua di samping sebagai mudlaf ilaih, juga berfungsi sebagai mudlaf, artinya berlaku padanya aturan mudlaf.

Macam-macam idla> fah: Idlafah ada dua macam yaitu:

a) idlafah ma’nawiyyah dan b) idlafah lafziyyah.

Adapun Idlafah ma’nawiyyah adalah merupakan penyatuan dua kata atau

lebih yang menimbulkan makna salah satu dari tiga berikut : pertama, makna ﻦﻣ (dari), misalnya : ﺐﻫذ ﰎﺎﺧ ( cincin dari emas); kedua, makna ﰲ (dalam) misalnya ﺮﺼﻌﻟا ةﻼﺻ (salat dalam waktu ashar) dan ketiga, makna ل (milik atau

ﺪﲪأ لﺰﻨﻣ (rumah milik Ahmad). Idlafah terdiri dari mudlaf

untuk), misalnya

dan mudlaf ilaih. Struktur ini bisa terdiri dari dua kata sebagaimana contoh di

atas, bisa juga lebih dari dua, misalnya : ءﺎﻨﻓ ﺪﲪأ لﺰﻨﻣ (halaman rumah Ahmad) atau seperti ﺔﺳرﺪﳌا ﺲﻴﺋر لﺰﻨﻣ ءﺎﻧ ف (halaman rumah Kepala Sekolah).

Idlafah lafziyyah adalah idlafah yang tidak menimbulkan salah satu dari tiga makna huruf jar di atas, yakni ﰲ ؛ ل ؛ ﻦﻣ . Disebut lafziyyah karena hanya

lafalnya saja yang tampak dalam struktur idlafah, sementara maknanya bukan idlafah, misalnya: لﺎﳌا ﲑﺜﻛ ( banyak uangnya); atau مﻼﻜﻟا ﻞﻴﻠﻗ (sedikit bicaranya).

Oleh karena itu, berbeda dengan idlafah ma’nawiyyah, yang mudlaf nya tidak boleh diberi tambahan لا , dalam idlafah lafziyyah , mudlaf nya bisa diberi لا misalnya : Oleh karena itu, berbeda dengan idlafah ma’nawiyyah, yang mudlaf nya tidak boleh diberi tambahan لا , dalam idlafah lafziyyah , mudlaf nya bisa diberi لا misalnya :

Yang membedakan antara idla> fah ma’nawiyah (mahdlah) dengan idla> fah ghairu mahdlah (lafziyyah) adalah bahwa mudla> f pada yang pertama tidak dapat diberi لا

, sementara pada idlafah ghairu mahdlah dapat diberi لا , jika memang keadaan

menuntutnya. Berikut ini adalah contoh-contoh idla> fah mahdlah :

buku (milik) murid itu = ِﺬﻴﻤﻠﺘﻟا ُبﺎﺘﻛ buku (khusus) siswa = ٍﺬﻴﻤﻠﺗ ُبﺎﺘﻛ mobil (milik) sekolah itu =

ِﺔﺳرﺪﳌا ُةرﺎﻴﺳ mobil (khusus) sekolah= ٍﺔﺳرﺪﻣ ُةرﺎﻴﺳ dua mobil (milik) sekolah itu = ﺔﺳرﺪﳌا ﺎﺗرﺎﻴﺳ

dua mobil (khusus) sekolah= ﺔﺳرﺪﻣ ﺎﺗرﺎﻴﺳ

Rumpun sebelah kanan idlafah isim nakirah kepada isim nakirah juga, mengandung arti “khusus” sementara rumpun sebelah kiri idlafah nakirah kepada ma’rifat mengandung arti “ memiliki”. Idlafah bisa berlapis, bisa dua kata, tiga kata bahkan empat kata menjadi satu. Prinsipnya, mudlaf tidak boleh ditanwin atau diberi nun tatsniyah atau jamak. Juga tidak boleh diberi al, kecuali pada idla> fah ghairu mahdlah, yakni kalau mudlaf tersebut berupa isim sifat, seperti sifah musyabbihah isim fa’il, isim maf’ul, , dan shighah mubalaghah. Contoh-contoh idha> fah ghairu mahdlah :

. دﻮﻤﳏ قﻼﺧﻷا ﱘﺮﻜﻟا ﻞﺟﺮﻟا ؛ قﻼﺧﻷا ﱘﺮﻛ ﻞﺟر ﻮﻫ Ia seorang yang mulia pekertinya; orang yang mulia pekertinya itu terpuji.

Ia seorang perempuan yang cerdas akalnya; Perempuan yang cerdas akalnya itu

terpuji. ؛نادﻮﻤﳏ قﻼﺧﻷا ﺎﳝﺮﻜﻟا نﻼﺟﺮﻟا ؛ قﻼﺧﻷا ﺎﳝﺮﻛ ﺎﳘ

Mereka itu para oposan pemerintah; Para oposan pemerintah itu mengritiknya.

؛ﻲﻛذ بﺎﺘﻜﻟا ئرﺎﻘﻟا ﺪﻳﺮﻓ ؛ بﺎﺘﻜﻟا ئرﺎﻗ ﺪﻳﺮﻓ Farid pembaca buku; Farid pembaca buku itu cerdas.

؛فﻮﻴﻀﻟا ﲑﺜﻛ بﺎﺒﻟا حﻮﺘﻔﳌا ﺖﻴﺒﻟا ؛ بﺎﺒﻟا حﻮﺘﻔﻣ ﺖﻴﺒﻟا Rumah itu terbuka pintunya; Rumah yang terbuka pintunya itu banyak tamunya.

Ahmad sangat sabar hatinya; Ahmad yang sangat sabar hatinyan itu kuat imannya.

Bab 12

Murakkab Id}a> fi dan Macam-macamnya

Pelajari contoh-contoh ini:

ِﺐﻟﺎﻄﻟا بﺎﺘﻛ- 6 ٍﺐﻟﺎﻃ بﺎﺘﻛ- 1 ِذﺎﺘﺳﻷا ﺖﻴﺑ- 7 ٍذﺎﺘﺳأ ﺖﻴﺑ- 2 ﺢﺒﺼﻟا ةﻼﺻ 8 ٍسرﺪﻣ ﺐﺘﻜﻣ- 3 ﺐﻫﺬﻟا ﰎﺎﺧ 9 ٍﺔﺳرﺪﻣ ﺔﻋﺎﺳ- 4 ِﻞﺼﻔﻟا ةرﻮﺒﺳ- 10 ٍﻞﺼﻓ ةرﻮﺒﺳ- 5

Perhatikan kelompok pertama:

Nomer 1 sampai 5 Isim nakirah mud}af kepada isim nakirah, dua kata yang sama-sama nakirah dijadikan satu. Sementara nomer 6 sampai 10 isim nakirah mud}af kepada isim ma’rifah.

Pelajari contoh-contoh berikut ini:

(Dua buku mahasiswa ) ﺐﻟﺎﻄﻟا ﺎﺑﺎﺘﻛ = ﺐﻟﺎﻄﻟا – نﺎﺑﺎﺘﻛ (Dua mobil pedagang) ﺮﺟﺎﺘﻟا ﺎﺗرﺎﻴﺳ = ﺮﺟﺎﺘﻟا – نﺎﺗرﺎﻴﺳ

(Dalam dua buku mahasiswa) ﺐﻟﺎﻄﻟا ﰊﺎﺘﻛ ﰲ = ﺐﻟﺎﻄﻟا – ﲔﺑﺎﺘﻛ ﰲ (dalam dua mobil pedagang) ﺮﺟﺎﺘﻟا ﰐرﺎﻴﺳ ﰲ = ﺮﺟﺎﺘﻟا – ﲔﺗرﺎﻴﺳ ﰲ (Orang-orang muslim kota) ﺔﻨﻳﺪﳌا ﻮﻤﻠﺴﻣ = ﺔﻨﻳﺪﳌا – نﻮﻤﻠﺴﻣ (Dari orang-orang muslim kota ) ﺔﻨﻳﺪﳌا ﻲﻤﻠﺴﻣ ﻦﻣ = ﺔﻨﻳﺪﳌا – ﲔﻤﻠﺴﻣ ﻦﻣ (Dua orang tua saya ) = ياﺪﻟاو = (ي) ﺎﻧأ – ناﺪﻟاو (Dari dua orang tua saya ) = – ّيﺪﻟاو ﻦﻣ = ي يﺪﻟاو ﻦﻣ = (ي) ﺎﻧأ ﻦﻳﺪﻟاو ﻦﻣ (Para pendukung pemerintah) ﺔﻣﻮﻜﳊا وﺪﻳﺆﻣ = ﺔﻣﻮﻜﳊا – نوﺪﻳﺆﻣ (Bagi para pendukung pemerintah) ﺔﻣﻮﻜﳊا يﺪﻳﺆﳌ = ﺔﻣﻮﻜﳊا – ﻦﻳﺪﻳﺆﳌ

Idla> fah Masdar

Kaidah:

1. Mud}af tidak boleh diberi لا kecuali jika berupa isim sifah, sedangkan mud}af ilaih selalu majrur

( ada tiga tanda majru> r: Kasrah, fathah, dan ya’). Perhatikan contoh berikut:

Catatan penting: Pengetahuan tentang masdar sangat penting dalam penulisan dengan bahasa

Arab, karena bentuk ini sangat sering digunakan. Yang menjadi persoalan adalah beragamnya wazan masdar ini, terutama untuk tsulatsi mujarrad. Bentuk masdar digunakan, antara lain,

1- Ketika penulis harus melepaskan waktu dari kata kerja. Dengan kata lain, masdar adalah juga kata kerja yang telah dibendakan, misalnya:

2- Ketika kata kerja diawali dengan harf jar

3- Ketika kata kerja ini akan dijadikan subyek atau obyek

Yang mempunyai wazan beragam adalah masdar dari kata kerja ( fi’il ) tsulatsi mujarrad, yakni yang asalnya terdiri dari tiga huruf dan tidak ada tambahan, sedangkan yang asalnya tiga huruf tetapi sudah ditambah dengan huruf yang lain Yang mempunyai wazan beragam adalah masdar dari kata kerja ( fi’il ) tsulatsi mujarrad, yakni yang asalnya terdiri dari tiga huruf dan tidak ada tambahan, sedangkan yang asalnya tiga huruf tetapi sudah ditambah dengan huruf yang lain

Pelajari teks berikut ini dan kenali bentuk-bentuk masdar beserta wazannya pada teks berikut ini !

. ﻪﻌﻤﺘﳎ ﺪﻳﺪﻌﻟا ﻪﻴﻘﻳو ،ﺔﻣﺎﻌﻟا ﻪﺘﺤﺻ ﻰﻠﻋ ﺔﻈﻓﺎﶈا ﻰﻠﻋ ﻢﻠﺴﳌا ﺪﻋﺎﺴﻳ - مﻼﺳﻹا ﻪﻋﺮﺷ ﺎﻣ ﻖﻓو - مﻮﺼﻟا مﺎﻈﻧو

Bab 13 Murakkab Bayani Murakkab baya> ni adalah struktur kalimat yang terdiri dari unsur yang dijelaskan dan unsur yang menjelaskan. Murakkab ini mencakup na’at yang terdiri dari man’u> t dan na’at, tauki> d yang diri dari mu’akkad dan mu’akkid sertra badal yang terdiri dari mubdal minhu dan badal. Kecuali na’at, murakkab bayani ini umumnya hanya terkait keharusan dalam hal i’rab.(Musthafa al-Ghulayaini, Ja> mi’

ad- durus> s al-Arabiyyah. Beirut: alMaktabah al-Misriyyah, 1984,hlm. 12)

Ahmad adalah seorang mahasiswa yang

ﻲﻛذ ﺐﻟﺎﻃ ﺪﲪأ- 1

cerdas Fatimah adalah seorang mahasiswi yang

ﺔﻴﻛذ ﺔﺒﻟﺎﻃ ﺔﻤﻃﺎﻓ- 2

cerdas Ahmad pengalamannya luas

ﺔﻌﺳاو ﻪﺑرﺎﲡ ﺪﲪأ - 3

Hasan sendiri (yang) datang ke acara itu

ﺔﻠﻔﳊا ﱃإ ﻪﺴﻔﻧ نﺎﺴﺣ ﺮﻀﺣ- 4

Ustaz Ahmad adalah seorang yan pandai

ﱂﺎﻋ ﻞﺟر ﺪﲪأ ذﺎﺘﺳﻷا - 5

Rumah ini pintunya bagus

ﻞﻴﲨ ﻪﺑﺎﺑ ﺖﻴﺒﻟا اﺬﻫ- 6

Penjelasan:

ﻲﻛذ ﺐﻟﺎﻃ ﺪﲪأ murakkab yang digaris bawah ini adalah na’at. Yang pertama

man’ut yang kedua na’at. Na’at akan selalu mengikuti man’ut, dari sisi mufrad, mutsanna, jamak, muannatas maupun muzakkar. Perhatikan contoh-contoh berikut ini:

Jika man’ut berupa kata benda tak berakal (ghairu ‘aqil ) dan jamak maka disamakan dengan muannatsah mufradah, misalnya:

Kecuali jika na’at tersebut adalah na’at sababi yang cirinya adalah bahwa na’at tersebut mempunyai fa’il, seperti:

Dalam contoh di atas adalah kata akhlaquhum, mengandung dlamir (kata

ganti) yang kembali kepada man’ut yakni kata al-asdiqa.. Na’at sababi tersebut akan selalu dalam bentuk mufrad sebagaimana hubungan antara fi’il dengan fa’ilnya. Tetapi harus mengikuti kata yang sesudahnya, yakni fa’ilnya dalam hal muannats dan muzakkarnya, meskipun harus berbeda dengan man’utnya, mislanya:

Dengan kata lain, na’at sababi merupakan kata sifat yang mempunyai fa’il.dan kata tersebut menjadi na’at atau sifat bagi kata sebelumnya. Perlu

diketahui bahwa kata sifat seperti isim fa’il , isim maf’ul atau sifah musyabbahah, bisa berfungsi seperti fungsi kata kerjanya, yaitu mempunyai fa’il bagi isim fa’il dan sifah musyabbahah dan mempunyai na’ib fa’il bagi isim maf’ul. Maka jika kata tersebut mempunyai fa’il yang ada kata ganti ( dlamir )nya, kemudian kata tersebut menjadi na’at atau sifat bagi kata sebelumnya,

dalam keadaan seperti itulah disebut na’at sababi.

Dalam membuat kalimat, percampuran antara berbagai macam murakkab ini tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, hal yang penting dalam membuat kalimat adalah bagaimana agar aturan-atauran atau ciri-ciri masing-masing murakkab ini dapat dikuasai dengan baik melalui latihan yang terus menerus dengan membuat kalimat atau frasa yang keduanya dalam bahasa Arab disebut murakkaba> t. Berikut ini adalah contoh murakkab mukhtalath (campuran): isna> di baya> ni id{la> fi dengan na’at haqiqi dalam satu kalimat:

بﺎﺘﻛ - 2

ﻪﺗرﺎﻴﺳ - ُﺪﻳﺪﺠﻟا 5 ُذﺎﺘﺳﻷا

ُةرﺎﻴﺳ - 8 ﻞﻴﻤﺟ ُﺪﻳﺪﺠﻟا - ِذﺎﺘﺳﻷا ﺖﻴﺑ 9

Kalimat di atas terdiri dari kata-kata yang diterangkan dan yang menerangkan. Maka untuk memahami maksud dari kalimat-kalimat tersebut perlu dipelajari mana kata yang menerangkan dan mana yang diterangkan, atau mana na’at dan mana man’ut. Caranya adalah melihat kesamaan i’rab, muannats atau muzakkar, mufrad, mutsanna, atau jamaknya.

Bab 14 Murakkab ‘adadi

Yang dimaksud dengan murakkab ‘adadi di sini adalah setiap dua bilangan yang antara satu dengan lainnya dipisah dengan huruf ‘atf muqaddar. Maka yang termasuk kategori ini adalah bilangan 11 (sebelas) sampai dengan 19 (sembilan belas). Adapun bilangan yang menggunakan huruf wawu seperti 21 ke atas, dimasukkan ke dalam murakkab ‘athfi, karena memang wawunya adalah wawu ‘ataf. Meskipun demikian, oleh karena masalah ´ adad mempunyai aturan-aturan yang khas maka ada baiknya dibahas secara keseluruhan saja.

Perhatikan dan bandingkan kata-kata yang menyebut bilangan berikut ini!

ﺚﻧﺆﳌا ﺚﻧﺆﳌا ﺮﻛﺬﳌا ﺮﻛﺬﳌا ﱃوﻷا ةﺮﳌا

ةﺪﺣاو ةﺮﻄﺴﻣ لوﻷا بﺎﺘﻜﻟا ﺪﺣاو بﺎﺘﻛ ﺔﻴﻧﺎﺜﻟا ةﺮﳌا

نﺎﺘﻨﺛا نﺎﺗﺮﻄﺴﻣ ﱐﺎﺜﻟا بﺎﺘﻜﻟا ( نﺎﻨﺛا) نﺎﺑﺎﺘﻛ ﺔﺜﻟﺎﺜﻟا ةﺮﳌا

ٍتاﺮﻄﺴﻣ ثﻼﺛ ﺚﻟﺎﺜﻟا بﺎﺘﻜﻟا ٍﺐﺘﻛ ﺔﺛﻼﺛ ﺔﻌﺑاﺮﻟا ةﺮﳌا

ٍتاﺮﻄﺴﻣ ﻊﺑرأ ﻊﺑاﺮﻟا بﺎﺘﻜﻟا ٍﺐﺘﻛ ﺔﻌﺑرأ ﺔﺴﻣﺎﳋا ةﺮﳌا

ﺲﻣﺎﳋا بﺎﺘﻜﻟا ٍﺐﺘﻛ ﺔﺴﲬ ﺔﺳدﺎﺴﻟا ةﺮﳌا

ٍتاﺮﻄﺴﻣ ﺲﲬ

سدﺎﺴﻟا بﺎﺘﻜﻟا ٍﺐﺘﻛ ﺔﺘﺳ ﺔﻌﺑﺎﺴﻟا ةﺮﳌا

ٍتاﺮﻄﺴﻣ ﺖﺳ

ﻊﺑﺎﺴﻟا بﺎﺘﻜﻟا ٍﺐﺘﻛ ﺔﻌﺒﺳ ﺔﻨﻣﺎﺜﻟا ةﺮﳌا

ٍتاﺮﻄﺴﻣ ﻊﺒﺳ

ﻦﻣﺎﺜﻟا بﺎﺘﻜﻟا ٍﺐﺘﻛ ﺔﻴﻧﺎﲦ ﺔﻌﺳﺎﺘﻟا ةﺮﳌا

ٍتاﺮﻄﺴﻣ نﺎﲦ

ﻊﺳﺎﺘﻟا بﺎﺘﻜﻟا ٍﺐﺘﻛ ﺔﻌﺴﺗ ةﺮﺷﺎﻌﻟا ةﺮﳌا

ٍتاﺮﻄﺴﻣ ﻊﺴﺗ

ٍتاﺮﻄﺴﻣ ﺮﺸﻋ

ﺮﺷﺎﻌﻟا بﺎﺘﻜﻟا ٍﺐﺘﻛ ةﺮﺸﻋ

Tugas:

99 - 11 روﺮﳎ دﺮﻔﻣ - 100

Bilangan (‘ adad) tiga sampai dengan sepuluh, bendanya (ma’du> d )nya : jamak dan

majru> r, contohnya seperti: تاﻮﻠﺻ ﺲﲬ ؛ﺮﻬﺷأ ﺔﺛﻼﺛ

Bilangan (‘ adad) sebelas sampai dengan sembilan puluh sembilan, bendanya

( ma’du> d )nya :mufrad mansu> b contohnya seperti: ؛ﺎﺒﻛﻮﻛ ﺮﺸﻋ ﺪﺣأ ؛ﺎﲰا نﻮﻌﺴﺗو ﺔﻌﺴﺗ ةرﻮﺻ ةﺮﺸﻋ ىﺪﺣإ

Bilangan (‘ adad) seratus atau seribu, bendanya (ma’du> d )nya : mufrad majru> r contohnya seperti:

ﻞﺟر ﻒﻟأ ؛ ﺔﺒﺣ ﺔﺋﺎﻣ Misalnya:

120 tahun = ﺔﻨﺳ ﺔﺋﺎﻣو نوﺮﺸﻋ / ﺔﻨﺳ نوﺮﺸﻋو ﺔﺋﺎﻣ 111 hari = مﻮﻳ ﺔﺋﺎﻣ وﺮﺸﻋ ﺪﺣأ / ﺎﻣﻮﻳ ﺮﺸﻋ ﺪﺣأو ﺔﺋﺎﻣ 205 jam = ﺔﻋﺎﺳ ﺎﺘﺋﺎﻣ و ﺲﲬ

Bandingkan dan kaitkan dengan kaidah yang sebelumnya, berikut ini !

Tugas: Buatlah tulisan sederhana menggunakan berbagai variasi murakkab : isna> di, bayani, id}a> fi, dan ‘adadi

Bab 15 Mufrad, Mutsanna dan Jamak

Pembahasan tentang ‘adad berkaitan dengan masalah mufrad, mutsanna dan jamak. Berikut ini penjelasan tentang mufrad, tasniyah dan jamak. Isim mufrad adalah kata benda yang menunjukkan satu satuan, mutsanna atau tatsniyah adalah kata benda yang menunjukkan dua, dengan memberi tambahan huruf alif nu> n atau ya> nu> n, sedangkan jamak adalah kata benda yang menunjukkan satuan lebih dari dua. Dalam bahasa Arab, jamak ada tiga macam: 1.Jamak muzakkar salim, dengan menambah huruf wau dan nu> n atau ya dan nu> n pada akhir kata itu. Disebut salim karena huruf-hurufnya utuh, tidak ada yang hilang. Tidak semua jenis kata benda dapat dibuat jamak muzakkar salim. Pada umumnya, yang dibuat jamak muzakkar salim adalah kata sifat, seperti isim fa> ’il dan isim maf’u> l. 2.Jamak muannats salim adalah jamak yang ditandai dengan huruf alif dan ta’ pada akhir kata tersebut. Berbeda dengan jamak muzakkar salim, jamak muannats salim tidak hanya dapat berasal dari kata sifat, tetapi lebih umum. 3.Jamak taksir adalah jamak yang berbeda dengan dua jamak terdahulu. Jamak ini bisa lebih banyak hurufnya dari bentuk mufradnya, bisa sama, atau bahkan lebih sedikit jumlah hurufnya. Jamak ini mengikuti wazan yang beraneka ragam. Ada yang dapat dianalogkan ada juga yang tidak bisa. Dengan kata lain, ada kaidahnya tetapi tidak begitu pasti. Maka yang terpenting dalam setiap pengenalan terhadap bentuk isim mufrad, dalam waktu yang sama harus dikenali

juga bentuk jamaknya, terutama jamak taksir.

Perhatikan contoh-contoh berikut ini !

Jamak muzakkar salim

Isim Mufrad ﲔِﻤﻠﺴﻣ/ نﻮﻤﻠﺴﻣ

Isim Tatsniyah

Jamak Muannats Salim

Isim Mufrad تﺎﻤﻠﺴﻣ

Isim Tatsniyah

Jamak Taksir:

Perhatikan keajegan-keajegan wazan jamak taksir

Carilah jamak taksir yang lain yang berwazan berikut ini:

– ﺔﺻﻮﺼﻗأ ﺪﺟﺎﺴﻣ- ﺪﺠﺴﻣ ةﺪﺌﻓأ – داﺆﻓ رﻮﻬﺷ – ﺮﻬﺷ فاﺪﻫأ – فﺪﻫ

ﲑﻃﺎﺳأ - ةرﻮﻄﺳأ ﺪﻋﺎﻘﻣ – ﺪﻌﻘﻣ ﺔﻠﺌﺳأ - لاﺆﺳ

ﲔﻋأ – ﲔﻋ رﺎﺒﻛ – ﲑﺒﻛ ﺐﺘﻛ – بﺎﺘﻛ ﱭﻧاﻮﻗ - نﻮﻧﺎﻗ ﺐﻧاﻮﺟ – ﺐﻧﺎﺟ ﺮﻬﺷأ – ﺮﻬﺷ رﺎﻐﺻ – ﲑﻐﺻ ﺪﺳأ - ﺪﺳأ ﺲﻴﻣاﻮﻗ - سﻮﻣﺎﻗ ﻞﺣاﻮﺳ – ﻞﺣﺎﺳ ماﺮﻛ – ﱘﺮﻛ ﺲﺳأ – سﺎﺳأ ﺲﻴﻣاﻮﺟ - سﻮﻣﺎﺟ حاﻮﻧ – ﻞُﺟرأ - ﻞْﺟِر ﺔﻴﺣﺎﻧ

ةﺎﺸُﻣ - شﺎﻣ ءاّﺮُـﻗ ﻞﻴﻋﺎﻔﻣ – ئرﺎﻗ ﺢﻴﺗﺎﻔﻣ – ءاّﺮُـﻗ حﺎﺘﻔﻣ – حﺎﺒﺼﻣ ﺢﻴﺑﺎﺼﻣ ﲑﻳﺎﻌﻣ - رﺎﻴﻌﻣ

Bab 15 Murakkab ’Athfi

Murakkab ‘athfi adalah suatu susunan berupa dua kata atau lebih yang

antara satu dengan lainnya dihubungkan menggunakan salah satu huruf ‘athaf. 1F 2

Seperti: ،ﻞﺑ ،ف ، ﻦﻜﻟ ،ﰒ ،و (tanpa tasydid ). Hal yang perlu dicatat dalam hal ini

adalah bahwa terkadang satu kata memiliki lebih dari satu fungsi atau arti, misalnya

و ada yang berfungsi sebagai permulaan kalimat ( isti’na> f ), bukan sebagai ‘athaf.

Perhatikan contoh di bawah ini:

ﺔﺒﻠﻄﻟا نوﺆﺷ ﻦﻋ ﺚﺤﺒﻠﻟ عﺎﻤﺘﺟﻻا ﻲﻓ نﺎﺴﺣو ﺪﻤﺣأ ﺮﻀﺣ - 1 ﺔﺒﻠﻄﻟا نوﺆﺷ ﻦﻋ ﺚﺤﺒﻠﻟ عﺎﻤﺘﺟﻻا ﻲﻓ نﺎﺴﺤﻓ ﺪﻤﺣأ ﺮﻀﺣ - 2 ﺔﺒﻠﻄﻟا نوﺆﺷ ﻦﻋ ﺚﺤﺒﻠﻟ عﺎﻤﺘﺟﻻا ﻲﻓ نﺎﺴﺣ ﻢﺛ ﺪﻤﺣأ ﺮﻀﺣ - 3

Kalimat nomer satu, dua dan tiga memberi informasi bahwa Ahmad dan Hasan menghadiri rapat untuk membahas masalah kemahasiswaan, hanya saja antara ketiga kalimat itu ada perbedaan sedikit. Kalimat yang pertama tidak memberi informasi siapa yang datang terlebih dahulu, yang diinformasikan adalah bahwa keduanya hadir. Kalimat yang kedua dan ketiga menginformasikan bahwa Ahmad datang lebih dahulu. Jarak waktu kedatangan pada kalimat yang kedua diinformasikan lebih pendek daripada kalimat yang ketiga. Penjelasan: Murakkab ‘athfi adalah suatu struktur kalimat yang menghubungkan kata atau kalimat yang satu dengan yang sebelumnya menggunakan perangkat ‘athaf ( adat al’athfi), seperti:

ﺔﻴﺑﺮﻌﻟا ﺔﻓﺎﻘﺜﻟاو ﻲﻣﻼﺳﻹا ﺮﻜﻔﻟا اوﺮﺸﻧ ﺎﺑو ، ﻢﺗارﺎﻜﺘﺑاو ﻢﺗﺎﻋاﺪﺑإ بﺮﻌﻟا ﺖﺒﺛأ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟا ﺔﻐﻠﻟﺎﺑ- 1

ﻩﺮﻜﻓ ةآﺮﻣو ،يﺮﺸﺒﻟا ﻦﺋﺎﻜﻟا لﺰﻨﻣ" ﺔﻐﻠﻟا ّنأ ﻲﻠﻋ ﺪﻌﺳأ رﻮﺘﻛﺪﻟا ىﺮﻳ- 2 ﻩﺮﻜﻓ ةآﺮﻣو • ،يﺮﺸﺒﻟا ﻦﺋﺎﻜﻟا لﺰﻨﻣ" ﺔﻐﻠﻟا ّنأ : ﻞﻴﻠﲢ

. ﺎﻬﻴﻠﻋ ةرﻮﺼﳌا ﻩﻮﺟﻮﻟاو ،ﺎﻬﻴﻟإ ةﺮﻇﺎﻨﻟا نﻮﻴﻌﻟﺎﺑ ﻞﻤﲡو ﻮﻔﺼﺗ ﺎﻳاﺮﳌاو ،ﺎ�ﺎﻜﺴﺑ ﲎﻐﺗ لزﺎﻨﳌا ّﻦﻜﻟو- 3 ،ﺎﻬﻴﻠﻋ ةرﻮﺼﳌا ﻩﻮﺟﻮﻟاو ،ﺎﻬﻴﻟإ ةﺮﻇﺎﻨﻟا نﻮﻴﻌﻟﺎﺑ ﻞﻤﲡو ﻮﻔﺼﺗ

. ﺎﻬﻴﻠﻋ ةرﻮﺼﳌا ﻩﻮﺟﻮﻟﺎﺑ ﺎﻳاﺮﳌا لزﺎﻨﳌا ﺖﻠﺧ ، اﻮﺗﺎﻣ وأ ،نﺎﻜﺴﻟا ﺮﺟﺎﻫ اذﺈﻓ - 4

Bab 16

Murakkab mazji

Murakkab mazji adalah suatu kata yang berasal dari dua kata, atau dengan 2F kata lain, dua kata yang dijadikan menjadi satu kata 3 . Kata tersebut boleh jadi

merupakan nama, seperti ﻪﻳﻮﺒﻴﺳ – ﻢﳊ ﺖﻴﺑ – ﻚﺒﻠﻌﺑ – تﻮﻣ ﺮﻀﺣ . Boleh jadi bukan nama, seperti kata ﺖﻴﺑ ﺖﻴﺑ – رﺬﻣ رﺬﺷ – ءﺎﺴﻣ حﺎﺒﺻ dalam kalimat seperti:

Sibawaih mengunjungi Baitlahm, Balbek, dan Hadramaut

Anda tetangga gandeng rumah saya

ءﺎﺴﻣ حﺎﺒﺻ ﱐروﺰﺗ نأ ﻮﺟرأ Aku harap kamu mengunjungiku pagi dan sore

رﺬﻣ رﺬﺷ ﺔﻠﺒﻨﻘﻟا رﺎﺠﻔﻧا ثوﺪﺣ ﺪﻌﺑ سﺎﻨﻟا قﺮﻔﺗ Orang-orang berpencar setelah peristiwa ledakan bom ke segala penjuru

Bab 17 Ma’mu> l ‘umdah dan Ma’mu> l Fud}lah

Sebagaimana dijelaskan di muka bahwa dalam bahasa Arab ada dua pola kalimat dasar, yang dapat disebut pula sebagai ma’mu> l ‘umdah, yaitu : Pertama , jumlah ( kalimat) ismiyyah dan kedua jumlah fi’liyyah.

A. Jumlah Ismiyyah Jumlah Ismiyyah terdiri dari mubtada’ sebagai pokok kalimat yang umumnya

berupa kata benda ( isim ) dan khabar , bisa berupa isim, fi’il (jumlah fi’liyyah) 3F 4 ,

3 Musthafa Ghulayaini, Ibid 4 Tanda kurung ini menunjukkan antara keduanya sama, artinya setiap fi’il sudah pasti merupakan 3 Musthafa Ghulayaini, Ibid 4 Tanda kurung ini menunjukkan antara keduanya sama, artinya setiap fi’il sudah pasti merupakan

Contoh Jumlah Ismiyyah

ﱂﺎﻋ ﻮﻫ ؛ سرﺪﻣ نﺎﺴﺣ - 1 ﺔﻴﺑﺮﻌﻟا ﺔﻐﻠﻟا سرﺪﻳ نﺎﺴﺣ - 2 نﻮﻳﺰﻔﻠﺘﻟا مﺎﻣأ ﻮﻫ ؛ ﺖﻴﺒﻟا ﰲ نﺎﺴﺣ - 3

Struktur Jumlah Ismiyyah tidak selalu diawali oleh mubtada’ , bahkan jika mubtada’ tidak berupa isim ma’rifat maka jumlah tersebut pada umumnya diawali oleh khabar , yaitu jika mubtada’ nya berupa isim nakirah dan khabarnya berupa jar majrur atau zarf. Misalnya :

ﺐﻴﻄﺧ ﱪﻨﳌا ﻰﻠﻋ ؛ نﻮﻤﻠﺴﻣ ﺪﺠﺴﳌا ﰲ - 1 Di dalam masjid ada orang-orang Islam : di atas mimbar ada seorang khatib

دﻻوأ ﺔﻓﺮﻐﻟا ﰲ ؛ فﻮﻴﺿ ت ي ﺐﻟا ﰲ - 2 Di rumah ada tamu-tamu : Di dalam kamar ada anak-anak ﺔﻋرﺰﻣ ﺪﺠﺴﳌا ءارو : عرﺎﺷ ﺪﻳﱪﻟا ﺐﺘﻜﻣ مﺎﻣأ - 3 Di depan kantor pos ada jalan : Di belakang masjid ada sawah

ﻢﻨﻏ ةﺮﺠﺸﻟا ﺖﲢ : حﺎﺒﺼﻣ ﺐﺘﻜﳌا قﻮﻓ - 4 Di atas meja ada sebuah lampu : Di bawah pohon ada seekor kambing

Jika mubtada ‘ yang nakirah di atas dirubah menjadi ma’rifah maka sttrukturnya bisa dikembalikan ke struktur semula yakni mubtada’ – khabar,

tetapi boleh juga masih tetap khabar-mubtada’. Jadi boleh : ﺪﺠﺴﳌا ﰲ نﻮﻤﻠﺴﳌا atau نﻮﻤﻠﺴﳌا ﺪﺠﺴﳌا ﰲ .Perbedaan kalimat yang terakhir ini dengan kalimat ﰲ

نﻮﻤﻠﺴﻣ دﺪﺠﺴﳌا adalah perbedaan antara makna isim ma’rifah dan isim nakirah,

yakni pengertian yang sudah tertentu dan yang belum tertentu. Adapun perbedaan antara kalimat ﺪﺠﺴﳌا ﰲ نﻮﻤﻠﺴﳌا dengan kalimat نﻮﻤﻠﺴﳌا ﺪﺠﺴﳌا ﰲ

adalah pada gagasan yang ingin ditekankan. Yang pertama lebih menekankan sebuah gagasan yang berupa “orang-orang Islam”, yang kedua lebih menekankan gagasan yang berupa “di dalam masjid”.

B. Jumlah Fi’liyyah Jumlah fi’liyyah adalah kalimat yang diawali dengan kata kerja, baik berupa

fi’il madli mudlari’ maupun fi’il amar, misalnya :

ﺔﻌﻣﺎﳉا ﱃإ بﺎﻫﺬﻟا ﻞﺒﻗ بﺎﺘﻜﻟا ﺪﻳﺮﻓ أﺮﻗ - 1 Farid telah membaca buku sebelum berangkat ke kampus

عﻮﺒﺳأ ﻞﻛ ﰲ ﲔﺗﺮﻣ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟا نﺎﺴﺣ سرﺪﻳ - 2 Hassan mengajar bahasa Arab dua kali setiap minggu

ﻦﺴﺣ ﻖﻠﲞ سﺎﻨﻟا ِﻖﻟِﺎﺧ - 3 Bergaullah dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik

Di samping dua jumlah di atas sebagai unsur pokok dalam sebuah kalimat, ada satu bentuk lagi yang disebut dengan syibh jumlah terdiri dari : a) jar

majur yaitu setiap kata yang diawali dengan salah satu huruf jarmisalnya, misalnya : ﺔﺒﺘﻜﳌا ﻦﻣ ؛ ﺔﺳرﺪﳌا ﰲ dan b) zarf, yaitu setiap kata yang diawali

dengan zarf misalnya : ﺪﺠﺴﳌا ءارو ؛ ﺔﻌﻣﺎﳉا مﺎﻣأ .

Setiap kalimat pasti memiliki unsur pokok, yang bisa berupa jumlah ismiyyah atau jmlah fi’liyyah. Di samping unsur pokok yang sering juga disebut ma’mul ‘umdah, ada juga unsur-unsur penunjang , sering disebut ma’mul fudllah, yang dapat menambah informasi kalimat tersebut. Semakin banyak unsur penunjang, semakin jelas pula informasi yang diberikan oleh kalimat tersebut.

1- Maf’u> l bih, misalnya :

ﺔﻌﻣﺎﳉا ﰲ ﻪﺘﺳارد مﺎﲤإ ﻞﺟﻷ ﺚﺤﺒﻟا ﺐﺘﻜﻳ نأ ﺐﻟﺎﻄﻟا ﻞﻛ ﻰﻠﻋ ﺐﳚ- 1

Setiap mahasiswa harus menulis skripsi untuk menyelesaikan studinya di

Perguruan Tinggi. ﺪﺠﺴﳌا ﰲ ناذﻷ ا ﺖﻌﲰ- 2 Saya mendengar azan di masjid ﻲﺿﺎﳌا ﺮﻬﺸﻟا ﰲ ﻩا رﻮﺘﻛﺪﻟا ةدﺎﻬﺷ ﻰﻠﻋ ﺪﲪأ ﻞﺼﺣ- 3 Ahmad memperoleh ijazah Doktor bulan lalu.

Kata-kata yang digaris bawah dalam contoh-contoh di atas adalah maf’ul bih. Pada prinsipnya kata kerja yang mempunyai maf’ul bih adalah kata kerja yang muta’addi atau transitif. Kata kerja ini ada dua macam: ada yang muta’addi langsung, yakni tanpa huruf jar , dan ada yang muta’addi tidak langsung, yakni melalui huruf jar. Kata kerja dalam contoh nomor terakhir

adalah muta’addi tidak langsung dengan menggunakan huruf jar ﻰﻠﻋ . Kata kerja intransitif (lazim ) bisa dirubah menjadi transitif ( muta’addi ) dengan salah satu

dari tiga cara, yaitu: dengan mengikutkan pada wazan atau dengan

menambah huruf jar tertentu. Tetapi yang terakhir bersifat sama’i artinya kita hanya mengikuti yang sudah ada, dalam hal kombinasi kata kerja tertentu dan

huruf jar tertentu. 2- Maf’ul mutlaq, misalnya :

ءﺎﺟر ﻚﺗﺪﻋﺎﺴﻣ ﻮﺟرأ- 1 Saya sangat mengharap bantuanmu اﲑﺒﻛ ارﻮﻄﺗ لﻼﻘﺘﺳﻻا ﺪﻌﺑ ﺎﻧدﻼﺑ ترﻮﻄﺗ- 2 Negara kita berkembang setelah merdeka secara pesat .

تﺎﺑﺮﺿ ﺲﲬ وﺪﻌﻟا يﺪﻨﳉا بﺮﺿ - 2 Tentara itu memukul musuh lima pukulan

( ﺎﻌﻳﺮﺳ ارﻮﻄﺗ) ﺎﻌﻳﺮﺳ لﻼﻘﺘﺳﻻا ﺪﻌﺑ ﺎﻧ دﻼﺑ ترﻮﻄﺗ - 3 Negeri kita berkembang setelah merdeka secara cepat

ﺪﻴﻳﺄﺘﻟا ﻞﻛ دﻼﺒﻟا ﻩﺬﻫ ﰲ لﺪﻌﻟا ﺔﻣﺎﻗإ ﺪﻳﺆﻧ - 4 Kami mendukung penegakan keadilan di negeri ini secara penuh

ﺔﻓﺮﻌﳌا ﻖﺣ ﲏﻓﺮﻌﻳ ﻮﻫ - 5 Dia tahu betul tentang saya

اﺪﲪ ﷲا ﺪﻤﳓ) ﷲ اﺪﲪ - 6 Segala puji sungguh-sungguh bagi Allah

اﺮﻜﺷ كﺮﻜﺸﻧ) ا ﺮﻜﺷ - 7 Sungguh-sungguh terima kasih

Maf’ul mutlaq digunakan untuk maksud : • ta’kid (memperkuat pernyataan),

• bayan nau’ (penjelasan macam atau kualitas suatu perbuatan) dan • bayan ‘adad al-fi’li (penjelasan frekuensi perbuatan). • Terkadang yang disebutkan hanya sifat dari maf’ul mutlaqnya

saja, sementara maf’ul mutlanya sendiri tidak disebutkan, seperti pada contoh nomor 4, dan terkadang juga maf’ul mutlaq disebutkan secara tersendiri, tanpa ada fi’il maupun fa’ilnya, seperti dua contoh yang terakhir, nomor 7 dan 8.

3- Maf’ul liajlih, yakni kata yang menjelaskan sebab dilakukannya sebuah perbuatan, biasanya kata tersebut dalam bentuk mashdar dan berkaitan dengan hal-hal yang berkaitan dengan hati (af’al al-qulub ), yakni kata kerja yang berkaitan dengan hati, seperti yang bermakna takut, ingin, mengharap dan

Amerika Serikat menguasai Irak karena ingin menghegemoni negara-negara

Timur Tengah نﺎﺤﺘﻣﻻا ﰲ ﻞﺸﻔﻟا ﻦﻣ ﺎﻓو خ ﻞﻴﻠﻟا لﻮﻃ ﻪﺘﺳارد ﰲ ﺐﻟﺎﻄﻟا ﺪﻬﺘﺟا Mahaiswa itu giat belajar sepanjang malam karena takut gagal dalam ujian.

4- Maf’ul ma’ah, yakni kata yang terletak setelah wawu maiyyah yang maknanya “dengan” dan tidak bisa dimaknai sebagai wawu ‘ataf dalam kalimat ersebut, misalnya:

ﺲﻤﺸﻟا بوﺮﻏ و ﺔﻠﻓﺎﻘﻟا ﺖﻘﻠﻄﻧا- 1 Kafilah itu berangkat bersamaan dengan terbenamnya matahari مﻼﺳﻹا ﻢﻴﻟﺎﻌﺗ و ﰱﺎﻨﺘﺗ ﻻﺎﻤﻋأ ﻞﻤﻌﺗ ﻻ- 2

Jangan melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam

5- Maf’ul fih, yakni kata yang menjelaskan kapan atau di mana perbuatan itu dillakukan, misalnya:

ﻼﻴﻟ نآﺮﻘﻟا نﻮﻤﻠﺴﳌا أﺮﻗ Orang-orang muslim membaca al-Qur’an di waktu malam ﺔﺳرﺪﳌا مﺎﻣأ مﺪﻘﻟا ةﺮﻛ دﻻوﻷا ﺐﻌﻠﻳ

Anak-anak bermain sepak bola di depan sekolah 6- Ha> l, yaitu kata atau kalimat yang menjelaskan keadaan pelaku atau objek

ketika suatu perbuatan sebagaimana yang dinyatakan dalam kata kerja itu dilakukan, misalnya :.

ﺎﻴﺷﺎﻣ ﻞﻛﺄﺗ ﻻو ﺎﺴﻟﺎﺟ ﻞﻛ Makanlah sambil duduk jangan makan sambil berjalan ﺔﺤﺼﻟﺎﺑ ﻚﻴﻠﻋ ﻦﳝ نأ ﷲا لﺄﺳأ ﺎﻧأو ﻚﻴﻟإ ﺐﺘﻛأ

Saya menulis surat kepadamu seraya mohon kepada Allah mudah-mudahan

memberimu kesehatan ﻖﻳﺮﳊا ﻦﻣ نﻮﺑﺮﻬﻳ سﺎﻨﻟا تﺪﻫﺎﺷ Saya menyaksikan orang-orang lari dari kebakaran ﻪﻴﻨﻴﻋ ﰲ تاﱪﻌﻟا ﻖﻟﺄﺘﺗ ﺎﻨﻳﺰﺣ ﺎﻴﻛﺎﺑ بﺮﳊا ﰲ ﻩﻮﺑأ تﺎﻣ يﺬﻟا ﻞﺟﺮﻟا ﺲﻠﺟ

Orang yang ayahnya mati dalam peperangan itu duduk seraya menangis sedih

berlinangan air mata

7- Tamyi> z , yakni keterangan erhadap sesuatu masalah yang samar berkaitan

dengan benda. Bedanya dengan hal adalah bahwa yang terakhir ini berkaitan dengan keadaan, sementara tamyiz berkaitan dengan benda, baik benda kongkrit maupun abstrak, seperti:

ﺎﺷﺎﻤﻗ اﱰﻣ ﺖﻳﱰﺷا Saya membeli satu meter kain اﺮﻬﺷ ﺮﺸﻋ ﺎﻨﺛإ ﺔﻨﺴﻟا Satu tahun ada dua belas bulan ﺎﻣﻮﻳ نﻮﺛﻼﺛ ﺮﻬﺸﻟا Satu bulan ada tigapuluh hari ﺔﻋﺎﺳ نوﺮﺸﻋو ﻊﺑرأ مﻮﻴﻟا Satu hari ada duapuluh emp at jam

8- Tawa> bi’ yang terdiri dari : na’at, taukid, badal dan ‘ataf’. Tiga yang pertama sering pula disebut sebagai murakkab baya> ni karena fungsinya memang menjelaskan kata yang sebelumnya. Sebenarnya, tawa> bi’ ini tidak hanya bisa masuk pada ma’mu> l fudlah, melainkan juga masuk pada ma’mu> l ‘umdah. Dengan adanya unsur dari tawa> bi maka informasi suatu kalimat menjadi lebih lengkap, misalnya:

Ahmad membantu seorang laki-laki lemah yang minta bantuannya.

Para pendemo menuntut Presiden sendiri (bukan wakilnya) untuk menemui mereka.

Pamanku membeli rumah lama yang dulu pada tahun delapan puluhan saya

tinggal di situ. ﻢﻬﻗﻼﺧأ ﺔﺒﻴﻄﻟا ءﺎﻗﺪﺻﻷا رﺎﻴﺘﺧا ﻦﻣ ﻚﻟ ﺪﺑ ﻻ