tugas makalah menyimak sebagai suatu ket (1)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah

Dalam bahasa Karo terdapat suatu pameo yang berbunyi “Tuhu nge ibegina, tapi
labo idengkehkenna” yang bermakna “memang didengarnya, tetapi tidak disimaknya”.
Antara suami dan istri dalam rumah tangga atau antara muda-mudi pada masa berpacaran
sering terdengar main-main akan seloro, tetapi sebenarnya bermaknna dalam, yang
berbunyi: “Abang sih, main-main saja. Kalau abang cinta sama adik, jangan hanya sekadar
isi hati adik, tetapi harus juga menyimaknya!”. Para orang tua pun sering memberi nasihat
kepada anaknya bahwa kalau orang tuanya sedang berbicara, jangan hanya sekadar
mendengar saja, masuk dari telinga kiri keluar telinga kanan, tetapi simaklah, dengarkanlah
baik-baik, masukkan ke dalam hati.
Memang tidak dapat disangkal bahwa diatas bumi ini terdapat banyak telinga yang
kegiatannya hanya sampai tingkat mendengar saja, tetapi belum sampai pada taraf
menyimak. Yeremia dalam Tarigan (2008 : 29) “mengeluh karena jemaatnya banyak yang
mempunyai mata tetapi tidak melihat, yang mempunyai telinga tetapi tidak mendengar”.
Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa mendengar dan menyimak itu berbeda.
Adapun kaitannya karena dalam malakukan kegiatan meyimak kita harus mendengar

dengan baik supaya hal yang kita dengar akan tersimak dengan baik pula, dan pemahaman
yang dalam terhadap hal yang kita simak.
Maka dari itu, kami menyusun makalah ini bersumber pada satu buku yaitu buku
Menyimak karya Tarigan yang menjelaskan tentang menyimak lebih dalam.

1.2. Rumusan Masalah
Dalam pembuatan makalah “Meyimak Sebagai Keterampilan Berbahasa” terdapat
masalah-masalah yang akan kita selesaikan. Masalah-masalah tersebut diantaranya:
1. apakah yang dimaksud dengan keterampilan berbahasa?
2. bagaimanakah hubungan antara keterampilan menyimak dengan keterampilan
berbahasa yang lain?
3. bagaimanakah langkah-langkah belajar dengan menyimak?
4. apa sajakah yang membedakan antara seorang linguis dan guru bahasa?
5. apa sajakah prinsip dasar bahasa?
6. apakah yang dimaksud dengan dasa guna bahasa?
Untuk lebih jelasnya masalah-masalah di atas akan kita bahas dalam bab
pembahasan.

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah, sebagai berikut:

1. memahami keterampilan berbahasa;
2. mengetahui hubungan antara keterampilan menyimak dengan
keterampilan berbahasa yang lain;
3. mengetahui langkah-langkah belajar dengan menyimak;
4. dapat membedakan perhatian seorang linguis dan guru bahasa;
5. mengetahui prinsip dasar bahasa, dan
6. memahami dasa guna bahasa.
1

Itulah tujuan yang kami harapkan dari penyusunan makalah ini. Semoga
tujuan ini bisa terrealisasikan.
1.4.

Manfaat

Setelah penyususan makalah ini kami banyak mendapatkan manfaat. Manfaat yang
kami dapat salah satunya menjadi terampil dalam menyimak dan berbahasa, menambah
wawasan dan pengetahuan tentang pembelajaran menyimak dan lain sebagainya. Selain
itu, kami berharap manfaat yang kami dapatkan bisa bermanfaat juga bagi semua.


2

BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN PEMBAHASAN
2.1.

Kajian Teoretis

Berikut adalah kajian teoretis mengenai menyimak sebagai keterampilan berbahasa.
Dalam bab ini kita akan menjelaskan berbagai macam materi yang berhubungan dalam hal
menyimak.
2.1.1. Keterampilan Berbahasa
Berikut ini akan dibicarakan sepintas kilas hubungan antara keempat
keterampilan berbahasa.
A.

Menyimak dan berbicara

Brooks dalam Tarigan (2008 : 3) mengemukakan bahwa “Menyimak
dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi 2 arah secara langsung,

merupakan komunikasi tatap muka atau face to face communication.”
Menyimak dan berbicara mempunyai hubungan komunikasi yang saling
berkaitan, karena saat ada seseorang berbicara maka secara tidak langsung
kita menyimak topik pembicaraan tersebut.
Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai
serta persamaan dan perbedaan antara menyimak dan
perhatikanlah Gambar berikut ini.
Langsung

hubungan
berbicara,

Langsung
Tatap Muka

Apresiasif

Berbicara

Produktif


Menyimak
Reseptif
Dua Arah

Ekspresif

Fungsional
Gambar : Hubungan antara menyimak dan berbicara.
B.

Menyimak dan Membaca

Brooks dalam Tarigan (2008 : 4) mengemukakan bahwa “Menyimak
dan membaca mempunyai persamaan, kedua-duanya bersifat receptif,
bersifat menerima”. Tarigan mengatakan (2008 : 4 ) bahwa “Perbedaannya,
menyimak menerima informasi dari sumber lisan, sedangkan membaca
menerima informasi dari sumber tertulis. Dengan perkataan lain, menyimak
menerima informasi dari kegiatan berbicara, sedangkan membaca menerima
informasi dari kegiatan menulis.”


3

Agar mendapat gambaran yang lebih jelas, perhatikan Gambar berikut
ini.
Menyimak

Lisan (hasil kegiatan berbicara)

Reseptif (menerima
Tulisan (hasil kegiatan menulis)
informasi dari sumber)
Gambar Persamaan dan perbedaan antara menyimak dan membaca.

Membaca

C.

Berbicara dan Membaca


Tarigan menjelaskan (2008 : 8 ) ”Beberapa proyek penelitian telah
memperlihatkan adanya hubungan yang erat antara perkembangan
kecakapan berbahasa lisan dan kesiapan membaca. Telaah-telaah tersebut
memperlihatkan bahwa kemampuan-kemampuan umum berbahasa lisan
turut melengkapi suatu latar belakang pengalaman yang menguntungkan
serta keterampilan bagi pengajaran membaca. Kemampuan tersebut
mencakup ujaran yang jelas dan lancar, kosa kata yang luas dan beraneka
ragam, penggunaan kalimat-kalimat lengkap dan sempurna bila diperlukan,
pembedaan-pembedaan pendengaran yang tepat, dan kemampuan
mengikuti serta menelusuri perkembangan urutan suatu cerita. Selain itu
juga, menghubungkan aneka kejadian dalam urutan yang wajar.”
Hubungan antara berbicara dan membaca saat ada seseorang yang
berbicara kita pasti menyimak dan tidak semua yang kita simak dapat
dipahami maka kita pasti mencari sumber lain dengan cara membaca buku
untuk memperkuat hasil dari menyimak yang kita lakukan.

D.

Ekspresi lisan dan tulis


Kita harus selalu mengingat dan menyadari “Learning is an integrated
thing” (Dawson [et all], 1963: 30-2; Tarigan, 1985 :5-6).
Belajar adalah suatu hal yang kompleks, berhubungan satu sama lain
dan tidak dapat berdiri sendiri. Maksudnya adalah tidak dapat belajar itu
hanya mempelajari satu hal saja, tetapi belajar itu adalah yang yang
berkesinambungan dan berkaitan satu sama lain, karena dalam satu materi
pembelajaran pasti terdapat materi pembelajaran sebelumnya dan juga
pembelajaran yang menunjang materi selanjutnya.
Langsung
Apresiatif
Reseptif
Fungsiona
l
Langsung
Produktif
Ekspresif

Komunikasi
Menyimak


Berbicara
Tatap muka
Keterampilan
berbahasa
Komunikasi

Menulis

Tidak tatap
muka

Membaca

Langsung
Produktif
Ekspresif

Tak langsung
Apresiatif
Reseptif

Fungsional

Gambar Empat jenis keterampilan berbahasa dan hubungannya satu sama lain

4

2.1.2. Pengajaran Menyimak
Meningkatnya kepentingan menyimak sebagai suatu objek telaah dan
penelitian dicerminkan oleh kenyataan bahwa “menyimak” telah memperoleh wadah
satu bab khusus untuk pertama kalinya pada tahun 1955 dalam keterampilan
berbahasa dalam “Review of educational Research”. Di situ John G. Caffrey
menunjuk dan menarik perhatian kita pada 10 jam pelajaran menyimak pada tingkat
perguruan tinggi dan pada beberapa laporan pengajaran pada tingkat sekolah
menengah. Akan tetapi, Arthur Heilman menemukan bahwa, sedikit sekali perhatian
yang diberikan pada keterampilan menyimak dalam buku-buku pegangan psikologi
pendidikan. Donald E Birf dan Sam Duker menyajikan aneka bibliografi yang
ekstensif mengenai bahan-bahan yang perlu dalam pengajaran menyimak.
Salah satu dari sekian telaah permulaan yang menunjukan betapa
pentingnya menyimak adalah telaah yang dilakukan oleh Paul T. Rankin pada tahun
1926 yang melaporkan bahwa 42 % waktu penggunaan bahasa tertuju pada

menyimak. Pada tahun 1950 Miriam E. Wilt melaporkan bahwa jumlah waktu yang
dipergunakan oleh anak-anak untuk menyimak di kelas sekolah dasar kira-kira 1 ½
sampai 2 jam sehari. Walau telah menuntut untuk menyimak secara ekstensif,
pengajaran menyimak tetap saja terlupakan dan diabaikan berdasarkan asumsi
bahwa hal itu merupakan kemampuan “alamiah” belaka. Dalam penelitian yang
serupa, Beery mealporkan bahwa korelasi-korelasi intelegensi dan kemampuan
menyimak agak besar (berkisar antara 27-56). Caffrey menemui sedikit hubungan
yang ada antara usia kronologis dan kemampuan menyimak di antara para siswa
SMP. Jelas adanya beberapa kenyataan bahwa pria merupakan penyimak yang
lebih baik daripada wanita.
Walaupun korelasi-korelasi antara membaca pemahaman dan menyimak
pemahaman agak tinggi, hendaknya jangan pula dilupakan faktor-faktor umum
intelegensi, daya, dan kecepatan yang dimiliki oleh para siswa. Jika hal ini diabaikan,
tidak akan dapat dianggap bahwa pengembangan serta peningkatan pada membaca
akan mengakibatkan pula pengembangan serta peningkatan pada menyimak.
Implikasi yang terlihat adalah bahwa pengajaran langsung menyimak sangat penting.
2.1.3. Belajar Dengan Menyimak
Mepelajari suatu bahasa dapat dilakukan dengan jalan:
1. Menyimaknya;
2. menirunya, dan
3. mempraktikannya.
Menyimak – yaitu tahap pertama – haruslah dihubungkan dengan makna.
Walaupun seseorang mungkin saja mendengar atau menyimak suatu pola intonasi
atau suatu urutan bunyi, bahkan dengan mudah dapat menirunya, haruslah kita
sadari benar bahwa tidak akan ada belajar yang sesungguhnya terlaksana apabila
semua itu tidak dihubungkan dengan sebuah kata ide, atau tindakan yang
mengandung makna baginya. Maka, langkah-langkah yang seyogianya ditempuh
sebagai berikut:

5

Gambar : Langkah-langkah belajar dengan menyimak
Sebagai seorang misionaris dan seorang linguistik, Eugene A. Nida
menjelaskan serta mengembangkan beberapa pentingnya menyimak ini dalam
belajar berbahasa, terlebih-lebih belajar bahasa asing. Beliau pernah bertanya
kepada kepada seorang warga Afrika (yang tunaaksara, tetapi menguasai dua atau
tiga bahasa asing lainnya) bagaimana caranya dia mempelajari bahasa asing . orang
Afrika ini menjawab: “Kami pergi ke daerah itu, tinggal di sana dan menyimak
mereka; dan sebelum kami mengetahuinya, kami dapat mendengar apa yang
mereka katakan. Kemudian kami pun dapatlah berbicara.” Mereka tidak peduli jenis
kelamin (gender), deklinasi, dan konjugasi. Mereka menyimak, meniru, mengulang
dan menyusun kata-kata yang mereka dengar itu (kadang-kadang salah, tetapi ini
diperbaiki lagi pada kegiatan menyimak berikutnya). Demikianlah, ternyata bahwa
menyimak merupakan dasar bagi proses belajar bahasa. Nida membagi menyimak
dua, yaitu:
a. menyimak pasif (passive listening), dan
b. menyimak selektif (selective listening) Nida, 1957: 30).
2.1.4. LINGUISTIK DAN GURU BAHASA
Telaah bahasa dalam kebudayaan suatu bangsa merupakan aspek
antroplogi. Nah, timbul pertanyaan: Apa sajakah yang seyogianya perlu diketahui
oleh para guru bahasa mengenai linguistik? Untuk menjawab pertanyaan ini, terlebih
dahulu kita harus mengenal serta mengetahui pekerjaan dan karya seorang linguis.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa linguis adalah ilmuwan. Pokok
bahasannya adalah bahasa. Dia berhubungan dengan masalah-masalah berikut ini:
1.
2.
3.
4.

apakah bahasa?
bagaimana cara bahasa bekerja?
apa bagian-bagian bahasa? Bagaimana cara bagian-bagian itu bekerja sama
dengan baik?
bagaimana cara bahasa-bahasa berbeda, dan apa pula persamaannya?

Tugas para linguislah mencari penyelesaian masalah-masalah tersebut.
Secara khusus lagi, lingus murni (pure linguist):
1.

menggarap dengan tekun teori-teori bahasa, berusaha menemukan cara yang
terbaik untuk menelaah, memerikan, dan menjelaskan cara berpikir bahasa;

6

2.

pergi ke lapangan mengumpulkan bahan; yang dikumpulkan, direkam,
diawetkan, diklarifikasikan, dan diterbitkan; memanfaatkan bahan-bahan yang
telah dikumpulkan oleh orang lain, dan

3.

mensistensikan konsep-konsep, ide-ide, hubungan-hubungan, berdasarkan
bahan-bahan tadi; mengajarkan linguistik kepada para calon linguis
mendatang, termasuk para guru bahasa.

Di samping linguistik murni terdapat pula linguistik terapan (applied
linguistics). Dalam bidang ini sang linguis terapan membawa ilmu pengetahuan
linguistik untuk menyinggung serta memecahkan masalah-masalah, seperti:
pengajaran bahasa atau bagaimana cara membuatnya lebih efisien dengan berbagai
upaya, di antaranya:
1.

merencanakan sistem-sistem menulis bagi bahasa-bahasa yang sampai kini
belum mempunyai aksara atau belum menganal tulisan;

2.

membantu para teknisi lainnya membuat mesin penerjemah atau pengalihan
bahasa;

3.

bekerja sama dengan para ahli psikolog, para pakar spesialis dalam membaca,
dan lain-lainya, memecahkan aneka masalah belajar bahasa, problematik
pengajar, dan belajar membaca;

4.

menyiapkan kamus-kamus, tata bahasa, bahan bacaan bagi khalayak ramai,
siswa, dan guru.

Memang sering kali terlihat bahwa pusat perhatian sang linguis dan sang
guru tidak sama. Sang linguis terutama sekali berhubungan dengan teori-teori
mengenai bahasa. Sang guru terutama sekali memusatkan perhatian pada
kemampuan sang anak berbicara dan menulis secara efektif khususnya, dan pada
keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) pada
umumnya. Akan tetapi, satu hal yang tidak dapat kita lupakan ialah sang linguis dan
sang guru saling menunjang dan saling mengisi. Banyak informasi linguistik yang
dapat menjelaskan serta memecahkan kesulitan-kesulitan dan masalah-masalah
belajar bahasa tanpa mengubah serta mempengaruhi prosedur-prosedur kelas.
Sudah barang tentu masih banyak bukti yang dapat kita tambahkan pada 1
atau 2 di atas. Sepintas lalu terlihat perbedaan pusat perhatian sang linguis dan sang
guru, namun dalam perbedaan itu terdapat kebutuhan timbal balik antara keduanya;
dengan kata lain, keduanya dapat saling membantu, dan saling melengkapi.
Agar kita memperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh terhadap
pusat perhatian serta tugas sang linguis (pakar bahasa) dan sang guru bahasa,
perhatikanlah Gambar berikut ini.

7

Gambar : Aneka garapan pakar bahasa dan guru berbahasa.
Untuk menjalankan tugasnya dengan baik, apabila seorang guru bahasa
ingin merumuskan falsafah serta latihan-latihan yang akan diterapkan di dalam kelas
kepada para anak didiknya, seyogianyalah dia mengetahui, memahami serta
menguasai delapan prinsip dasar bahasa yang merupakan hakikat bahasa itu.
Adapun kedelapan prinsip itu:
Pertama

: Bahasa adalah suatu sistem.

Kedua

: Bahasa adalah vokal.

Ketiga

: Bahasa tersusun dari lambang-lambang arbitrer.

Keempat

: Setiap bahasa bersifat unik, mempunyai ciri khas.

Kelima

: Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan.

Keenam

: Bahasa adalah sarana komunikasi.

Ketujuh

: Bahasa berhubungan dengan budaya setempat.

Kedelapan

: Bahasa itu berubah dan dinamis.

8

Gambar : Delapan Prinsip Dasar Bahasa
Kita harus menguasi fungsi bahasa, paling sedikit 10 fungsi bahasa.
Kesepuluh fungsi bahasa tersebut, yaitu :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
2.2.

fungsi instrumental;
fungsi regulasi bahasa;
fungsi representational;
fungsi Interaksional ;
funsi personal;
fungsi heuristik;
fungsi imajinatif;
fungsi pragmatic;
fungsi matetik, dan
fungsi ideasional.

Pembahasan
Pembahasan adalah teori penunjang untuk menyelesaikan rumusan masalah.
2.2.1. apakah yang dimaksud dengan keterampilan berbahasa?
Keterampilan berbahasa dalam Bahasa Inggris disebut “language arts and
skills”. Istilah art “seni”, kita pergunakan untuk melukiskan sesuatu yang bersifat
personal, kreatif, dan orisinal. Sebaliknya, kata skills “keterampilan” dipakai untuk
menyatakan sesuatu yang bersifat mekanis, eksak, dan impersonal. Menyimak dan
membaca berhubungan erat sebagai alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan
menulis berhubungan erat dalam hal mengekspresikan makna. Dalam percakapan,
jelas terlihat bahwa berbicara dan menyimak hampir-hampir merupakan proses yang
sama (Anderson, 1972:3).
Keterampilan berbahasa (language arts, language skills) dalam kurikulum
disekolah biasanya mencangkup empat segi, yaitu:
a.
b.
c.
d.

Keterampilan menyimak (listening skills)
Keterampilan berbicara (speaking skills)
Keterampilan membaca (reading skills)
Keterampilan menulis (writing skills)

9

Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu
hubungan yang dimulai dengan belajar menyimak Bahasa kemudian berbicara,
sesudah itu kita membaca dan menulis. Menyimak, Berbicara, membaca dan
menulis merupakan satu kesatuan yang disebut caturtunggal.

2.2.2. bagaimanakah hubungan keterampilan menyimak dengan keterampilan
bahasa yang lain?
Berikut adalah pembahasan
keterampialan bahasa yang lainnya :
A.

hubungan

antara

menyimak

dengan

menyimak dan berbicara

Antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan yang erat,
hubungan ini terdapat pada hal-hal berikut :
a)

b)

c)

d)
e)
f)

g)

B.

ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru
(imitasi). Oleh karena itu,model atau contoh yang disimak serta
direkam oleh sang anak sangat penting dalam penguasaan serta
kecakapan berbicara;
kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak ditentukan
oleh perangsang (stimuli) yang ditemuinya (misalnya, kehidupan desa
dan kota) dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau
pelayanan dalam penyampaian gagasan-gagasannya;
ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa dirumah dan
dalam masyarakat tempatnya hidup. Hal ini terlihat nyata dalam
ucapan, intonasi, kosakata, penggunaan kata-kata, dan pola-pola
kalimatnya;
anak yang masih kecil lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang
jauh lebih panjang dan rumit ketimbang kalimat-kalimat yang dapat
diucapkannya;
meningkatkan keterampilan menyimak berarti pula membantu
meningkatkan kualitas berbicara seseorang;
bunyi suara merupakan suatu factor penting dalam peningkatan cara
pemakaian kata-kata sang anak. Oleh karena itu, sang anak akan
tertolong kalau dia mendengar serta menyimak ujaran-ujaran yang baik
dan benar dari ada guru, rekaman-rekaman yang bermutu, cerita-cerita
yang bernilai tinggi, dan lain-lain, serta;
berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids) akan
menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik dalam pihak
penyimak. Umumnya sang anak mempergunakan bahasa yang
didengar serta disimaknya (Dawson [et all], 1963: 29; Tarigan,
1985b:2).
menyimak dan membaca

Keterampilan menyimak juga merupakan faktor penting bagi
keberhasilan seseorang dalam belajar membaca secara efektif. Penelitian
para pakar atau ahli telah memperlihatkan beberapa hubungan antara
membaca dan menyimak, sebagai berikut.
a)
b)

pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca disampaikan oleh
sang guru melalui bahasa lisan, dan kemampuan sang anak untuk
menyimak dengan pemahaman ternyata penting sekali;
menyimak merupakan cara model utama bagi pelajaran lisan
(verbalized learning) ;

10

c)

d)
e)
f)
g)

h)

Selama tahun-tahun permulaan di sekolah. Perlu dicatat misalnya
bahwa anak yang cacat dalam membaca haruslah meneruskan
pembelajarannya dikelas yang lebih tinggi dengan lebih banyak
menyimak daripada membaca;
walaupun menyimak pemahaman (listening comprehension) lebih
unggul dari pada membaca pemahaman (reading comprehension),
anak-anak sering gagal untuk memahaminya, dan tetap menyimpan,
memakai, menguasai sejumlah fakta yang mereka dengar atau simak;
oleh karena itu, para siswa membutuhkan bimbingan dalam belajar
menyimak lebih efektif dan lebih tertutup lagi agar, hasil pengajaran itu
lebih baik;
kosa kata simak (listening vocabulary) yang sangat terbatas
mempunyai kaitan dengan kesukaran-kesukaran dalam membaca
secara baik;
bagi para siswa yang lebih besar atau yang lebih kelasnya, korelasi
antara kosa kata baca dan kosa kata simak (reading vocabulary dan
listening vocabulary) memang sangat tinggi, mungkin 80% atau lebih;
pembeda-bedaan atau diskriminasi pendengaran yang jelek sekali
dihubungkan dengan membaca yang tidak efektif dan mungkin
merupakan suatu faktor pendukung atau faktor tambahan dalam
ketidakmampuan membaca (poor reading), dan;
menyimak turut membantu sang anak untuk menangkap ide pokok
atau gagasan utama yang diajukan oleh sang pembicara.
Akan tetapi, bagi siswa yang lebih tinggi kelasnya ternyata membaca
lebih unggul daripada menyimak sesuatu yang mendadak dan
memahami informasi yang teperinci.

Selagi
keterampilan-keterampilan
menyimak
dan
membaca
berhubungan erat, peningkatan pada yang satu turut pula menimbulkan
peningkatan pada yang lain. Kedua-duanya merupakan proses saling
mengisi. Membaca hendaklah disertai oleh diskusi(sebelum,selama, dan
sesudah membaca) kalau kita ingin meningkatkan serta memperkaya kosa
kata, pemahaman umum,serta pemilikan ide-ide para siswa yang kita
asuh( Daswon [et all],1963: 29-30).
Selanjutnya, seorang pakar lain mengemukakan pendapat, sebagai
berikut :
a) baik membaca ataupun menyimak menuntut dari pada siswa memiliki
suatu kesiapan kecakapan. Hal ini mencakup kedewasaan mental, kosa
kata, kemampuan mengikuti urutan ide-ide, dan minat terhadap bahasa;
b) pada umumnya, maksud dan tujuan membaca dan menyimak bersifat
fungsional dan apresiatif. Dalam membaca dan menyimak fungsional,
anak-anak berhubungan dengan atau diarahkan pada penemuan faktafakta, penangkapan suatu ide umum. Mengikuti petunjuk-petunjuk, atau
mengikuti bahan itu bekerja dengan cara lain. Dalam membaca serta
menyimak apresiatif, anak-anak telah siap menikmati suatu cukilan
dengan maksud tertentu;suatu cerita demi humornya, suatu puisi demi
ekspresinya. Atau, mereka dapat pula mengombinasikan fungsi dan
apresiasi dalam membaca atau menyimak dengan suatu pandangan
bagi penciptaan suatu dramatisasi;
c) baik dalam membaca maupun menyimak, biasanya kata bukanlah
merupakan kesatuan pemahaman terhadap frase, kalimat, dan
paragraf. Anak-anak harus dapat mendengar dan menyimak dengan
baik kalau mereka ingin memahami bagian yang disampaikan secara
lisan; dan harus dapat melihat dengan jelas kalau mereka membacanya

11

secara tepat. Akan tetapi, sejalan dengan persepsi yang tepat dalam
kedua kegiatan tersebut, harus pula diiringi oleh pemahaman akan
makna kata. Pemahaman serta interprestasi terhadap paragraf-paragraf
lisan maupun tertulis bergantung pula pada pemahaman makna atakata individual dalam konteksnya dan hubungannya yang beraneka
ragam;
d) baik dalam membaca maupun menyimak, kesatuan pemahaman lebih
tertuju pada frase, kalimat, atau paragraf ketimbang pada kata tunggal
itu sendiri. Pemahaman akan tertunjang pada kata tunggal itu sendir.
Juga, kalau pembicara atau penulis menghindarkan kesalahankesalahan umum dalam ucapan, ejaan, dan pemakaian kata-kata. Baik
membaca maupun menyimak memanfaatkan “tanda-tanda” dalam
bentuk tulisan maupun lisan;
e) sebagai tambahan terhadap pemahaman suatu kalimat atau bagian
secara tepat dan alamiah, baik membaca ataupun menyimak dapat
melibatkan interprestasi kritis dan kreatif terhadap bahan. Dalam kedua
situasi itu si penerima dapat saja secara kritis mempertanyakan
kepercayaan, keterandalan, atau realibitas sumber relevansi argumen,
atau daya rasa bahasa yang digunakan. Dalam kedua kasus itu si
penerima dapat memanfaatkan pengalaman-pengalamannya terdahulu
untuk mengombinasikan bahan-bahan tersebut kedalam beberapa
interprestasi yang segar, original, dan personal; dengan kata lain:
interprestasi yang cerah, asli, dan berpribadi;
f) membaca dan menyimak dapat berlangsung dalam situasi-situasi
individual atau sosial. Kegiatan-kegiatan yang kritis dan analitis kerap
kali tumbuh dengan subur dan baik dalam situasi individual; reaksireaksi yang kreatif dan apresiatif dengan adanya rangsangan dari
situasi kelompok. Analisis bagian-bagian propaganda dalam suatu
pidato politik lebih mudah membacanya dalam kamar yang sepi dan
tenang daripada menyimaknya di ruangan yang penuh sesak serta hirupikuk. Sebaiknya, apresiasi pembacaan (bersama)suatu puisi dapat
diperkuat serta dipertinggi oleh suatu responsi atau sambutan suatu
kelompok yang antunsias, dan;
g) untuk
meningkatkan
hasil
yang
hendak
dicapai
dalam
membaca,seyogianyalah setiap keterampilan menyimak diikuti oleh
kegiatan membaca yang sesuai dengan tujuan menyimak tersebut.
Dengan kata lain: setiap listening goal harus diikuti oleh reading activity,
seperti terlihat pada Gambar.

i.

ii.

iii.

iv.

Tujuan menyimak
Untuk membedakan dan
menemukan unsur-unsur
fonetik dan struktur kata
lisan.
Untuk menemukan dan
memperkenalkan bunyibunyi, kata-kata, atau ideidebaru kepada penyimak.
Menyimak secara terperinci
agar dapat
menginterprestasikan ide
pokok dan menanggapinya
secara tepat.
Menyimak ide utama yang

Kegiatan membaca
a. Mempergunakan cuplikancuplikan yang
mengandung kata-kata
bersajak.
b. Membaca nyaring,
langsung, atau buatan.
Dalam hal ini rekaman
dapat digunakan.
c. Sesudah menyimak,
menunjukan ide pokok
beserta detail-detail yang
terpancar darinya.
d. Memahami kalimat

12

dinyatakan dalam kalimat
penunjuk itu terjadi dalam
topik atau kalimat topik atau
posisi yang beraneka
kalimat penunjuk.
ragam.
Gambar : Hubungan Antar tujuan menyimak dan kegiatan membaca.
(Anderson,1072:76-7).

C.

berbicara dan membaca

Aneka hubungan antara bidang kegiatan lisan dan membaca telah
dapat kita ketahui dalam beberapa telaah penelitian,antara lain:
a)
b)
c)

d)

D.

pemforma atau penampilan membaca berbeda sekali dengan
kecakapan berbahasa lisan;
pola-pola ujaran orang tunaaksara atau buta huruf mungkin sekali
mengganggu pelajaran membaca bagi anak-anak;
kalau pada tahun-tahun permulaan sekolah, ujaran membentuk suatu
dasar bagi pelajaran membaca, membaca bagi anak-anak yang lebih
tinggi kelasnya turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka,
misalnya: kesadaran linguistik mereka terhadap kata-kata baru istilahistilah baru, struktur kalimat yang baik dan efektif, serta penggunaan
kata-kata yang tepat, dan
kosa kata khusus mengenai bacaan haruslah diajarkan secara
langsung. Andai kata muncul kata-kata baru dalam buku bacaan siswa,
hendaklah siang guru mendiskusikannya dengan siswa agar mereka
memahami maknanya sebelum mereka mulai membacanya
(Dawson[et all], 1963: 30; Tarigan, 1985b :4).
ekspresi lisan dan ekspresi tulis

Komunikasi lisan dan tulis sangat erat kaitannya karena keduanya
mempunyai banyak kesamaan, diantaranya:
a)
b)

c)

anak belajar berbicara jauh sebelum dia dapat menulis. Sedangkan
kosa kata, pola-pola kalimat, serta organisasi ide-ide yang memberi ciri
kepada ujarannya merupakan dasar bagi ekspresi tulis berikutnya;
anak yang telah dapat menulis dengan lancar, biasanya dapat pula
menuliskan pengalaman pertama secara tepat tanpa diskusi lisan.
Tetapi dia masih perlu membicarakan ide rumit yang diperoleh dari
tangan kedua. Apabila anak harus menulis suatu uraian, menjelaskan
suatu proses atau melaporkan suatu kejadian sejarah (yang secara
pribadi belum pernah dialami), maka dia mengambil pelajaran dari
suatu diskusi pendahuluan. Dengan demikian, dia dapat mempercerah
pikirannya, mengisi kekosongan, memperbaiki kesan yang keliru, serta
mengatur ide-idenya sebelum dia menulis sesuatu;
aneka perbedaan pun terdapat antara komunikasi lisan dan tulis.
Ekspresi lisan cenderung ke arah kurang berstruktur, lebih sering
berubah-ubah, tidak tetap, tetapi biasanya lebih kacau serta
membingungkan ketimbang ekspresi tulis. Kebanyakan pidato atau
pembicaraan yang bersifat informal, seringkali kalimat orang yang
berpidato itu tidak ada hubungannyasatu dan lainnya. Karena
pembicara memikirkan idenya sambil berbicara dan kerap kali lupa
bagaimana
terjadinya
suatu
kalimat,
lama
sebelum
dia
menyelesaikannya. Karena itu pembelajaran berbicara dan menyimak

13

d)

perlu mendapat perhatian. Pengalaman menunjukkan bahwa
meningkatkan ekspresi lisan para individu berarti turut pula
meningkatkan daya pikir mereka. Membasmi kebiasaan ceroboh, tidak
teratur dalam ujaran, kalimat yang tidak menentu ujung pangkalnya
serta diulang-ulang dalam ekspresi lisan, memang sangat perlu dan
selalu harus dilakukan. Hal itu agar kita dapat membimbing para
individu ke arah kebiasaan berpikir secara tepat dan logis. Sebaliknya
komunikasi tulis cenderung lebih unggul dalam isi pikiran atau struktur
kalimat, lebih formal dalam gaya bahasa, dan jauh lebih teratur.
Karena penulis telah memikirkan sebelum dia menulis naskah. Artinya,
dia sering memeriksa serta memperbaiki kalimatnya sebelum dia
menyelesaikan tulisannya, serta
Membuat catatan atau bagan kerangka ide-ide yang akan disampaikan
akan menolong para siswa untuk mengutarakan ide tersebut kapada
pendengar. Bagan atau catatan yang dibuat itu sudah memadai untuk
dapat berbicara kecuali dalam laporan formal yang memerlukan
penulisan naskah yang lengkap sebelumnya.

Langsung
Apresiatif
Reseptif
Fungsional

Komunikasi
Menyimak

Langsung
Produktif
Ekspresif

Berbicara
Tatap muka

Langsung
Produktif
Ekspresif

Keterampilan
berbahasa
Komunikasi

Tak langsung
Apresiatif
Menulis
Membaca
Tidak tatap
Reseptif
muka
Fungsional
Gambar Empat jenis keterampilan berbahasa dan hubungannya satu sama lain

2.2.3. bagaimanakah langkah-langkah belajar dengan menyimak?
Langkah pertama

:Menentukan makna. Penting sang guru menjelaskan
makna setiap ekspresi atau kalimat baru yang hendak
diajarkan kepada para siswa. Untuk menjelaskan
makna ini tentu terdapat berbagai cara yang dapat
dipilih oleh sang guru sesuai dengan maksud serta
tujuan yang hendak dicapai.

Langkah kedua

:Memperagakan
ekspresi.
Setelah
sang
guru
menetapkan makna, dia mengucapkan pokok dan hal
yang baru itu beberapa kali. Guru berdiri di mika kelas
untuk ucapan pertama kali, kemudia bergerak dalam
kelas dalam ucapan kedua dan selanjutnya, semua
siwa kelas dapat melihat dan menyaksikan dengan
baik.

Langkah ketiga

:Menyuruh mengulangi. Dalam hal ini, para siswa
hendaknya meniru serta mengulangi ucapan yang
disebutkan atau dilisankan oleh sang guru sementara
mereka melakukan suatu gerak, laku, atau menunjuk
pada suatu gambar atau objek.

Langkah keempat

:Memberikan latihan ekstensif. Sang guru tentu saja
dapat menggunakan berbagai cara, misalnya dengan
drill (mengulangi kata atau ekspresi yang telah

14

diajarkan dalam situasi yang terbatas, dan dengan
kosa kata serta struktur yang terbatas), dan latihan
yang lebih luas atau aplikasi (kombinasi antara bahan
baru dan bahan yang telah diajarkan sebelumnya
dalam komunikasi yang normal). Dalam kedua tipe
latihan ini haruslah dibuat perencanaan yang baik serta
pengawasan yang cermat dan teliti (Finocchiaro, 1964:
67-70).

2.2.4. apa sajakah yang membedakan antara seorang linguis dan guru
bahasa?
Demikianlah, secara garis besar kita dapat rangkuman bahwa:
1.

Perhatian ahli atau pakar bahasa tertuju pada:
a. teori bahasa;
b. unsur-unsur bahasa;
c. sejarah bahasa;
d. telaah bahasa;
e. deskripsi bahasa;
f.

universalia (kesemestaan) bahasa;

g. cara kerja bahasa
h. dan lain-lain.
2. Perhatian guru atau pengajar bahasa tertuju pada:
a. pengajaran bahasa;

15

b. pelajaran bahasa;
c. keterampilan bahasa;
d. evaluasi;
e. tujuan;
f.

pelatihan;

g. problematik;
h. remedi.

2.2.5 apa sajakah prinsip dasar bahasa?
Pertama

: Bahasa adalah suatu sistem. Suatu sistem pola-pola yang
kompleks dan suatu struktur dasar. Di dalamnya terdapat
ketentuan-ketentuan individual yang bekerja bersama-sama
dengan kesatuan-kesatuan lainnya. Demikianlah, secara
linguistik kita melihat kepada tata bahasa bukan untuk
memperkenalkan atau mengenal bagian-bagian ujaran, tetapi
justru untuk mempelajari bentuk-bentuk dan pola-pola di dalam
sistem tersebut. Anak-anak mempelajari suatu bahasa dengan
belajar mempergunakan pola-pola yang berstruktur itu, bukan
dengan cara menganalisisnya.

Kedua

: Bahas adalah vokal. Hanya ujaran sajalah yang mengandung
segala tanda utama suatu bahasa. Bagian-bagian kesatuan itu
merupakan bunyi-bunyi yang membuat suatu perbedaan dalam
makna; bunyi-bunyi tersebut kita namai fonem-fonem. Dengan
perkataan lain, fonem adalah kesatuan terkecil yang
membedakan makna. Huruf-huruf merupakan saran dan upaya
untuk mewakili bunyi-bunyi suatu bahasa. Membaca pertama
kali merupakan suatu perekaman cetakan menjadi bunyi,
kemudian, membaca merupakan suatu pembacaan sandi
bahasa menjadi makna. Inilah sebabnya mengapa suatu
program membaca harus didasarkan pada pengetahuan
bahasa yang ada pada sang anak.

Ketiga

: Bahasa tersusun dari lambang-lambang arbitrer. Ini berarti
bahwa hubungan antara lambang dan makna juga bersifat
arbitrer atau bersifat mana suka. Hal yang keliru bila kita
memperdebatkan mengapa seseorang memekai atau
mengatakan:
Kuali sebagai pengganti belanga, atau
Ibu sebagai penggani emak, ataupun
Ayah sebagai pengganti bapak, dan sebagainya.
Hanya ada satu ucapan yang benar bagi suatu kata.
Pengakuan bahwa lambang-lambang kita selalu bertindak
arbitrer dalam hal itu.

16

Keempat

: Setiap bahasa bersifat unik, mempunyai ciri khas. Tidak ada
dua bahasa mempunyai perangkat pola yang sama, bunyibunyi yang sama, dan kata-kata atau tata kalimat yang sama
baik bahasa Indonesia, bahasa Jawa, maupun bahasa Sunda.
Bahasa Inggris buka bahasa Jerman atau bahasa Belanda.
Bahkan, bahasa Karo bukan bahasa Simalungun atau bahasa
Toba, walaupun ketiganya termasuk rumpun bahasa Batak.
Selama bertahun-tahun tata bahasa sekolah telah menyesatan
para mahasiswa dengan jalan menetapkan pernyataanpernyataan bahwa tata bahasa Latin itu seolah-olah benar dan
cocok dengan bahasa Inggris. Sama kelirunya apabila para
mahasiswa beranggapan apalagi percaya bahwa bahasa Latin
itu sesuai pula dengan/untuk bahasa Jerman atau bahasa
Indonesia.

Kelima

: Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan. Penggunaan
sistem itu sendiri sebenarnya berada pada tingkatan kebiasaan.
Cara-cara kia mengucapkan suatu bunyi atau menyusun katakata menjadi kalimat kita lakukan secara otomatis, yaitu
seotomatis kita berjalan. Para guru tidak akan dapat
mengharapkan seseorang berbicara bahas Inggris atau bahasa
Indonesia dengan cara menceritakan kepadanya hal-hal
mengenai bahasa tersebut atau menyuruh orang itu mengingat
bentuk-bentuk kedua bahas itu. Belajar suatu bahasa
dipengaruhi oleh situasi-situasi uyang menuntut penggunaan
bahasa. Situasi-situasi tersebut justru mengawasi, dan
mengontrol kosa kata dan tata kalimat tersebut.

Keenam

: Bahasa adalah sarana komunikasi. Petama-tama bahasa itu
tidak hanya dipahami atau dimengerti oleh pemakai, tetapi juga
harus dipahami oleh orang lain. Kalau ucapan salah dimengerti,
tidak dapat dipahami, atau bentuk-bentuk menyatakan suatu
makna yang lain dari yang dimaksud oleh seseorang, gagallah
bahasa mengomunikasikan mereka. Hal ini menuntut suatu
analisis pendengar dan penyimak. Pada tingkat ilmiah
diperlukan suatu ketegasan atau kepastian agar tidak terjadi
salah paham. Mencari suatu pekerjaan, berpartisipasi dalam
diskusi \-diskusi kelompok, serta menulis agar dimengeti oleh
pembaca, menuntut kita memahami suatu kualitas nahasa yang
tinggi. Selama ini, sedikit sekali terju pada cara dan gaya
berbicara dan menulis yang baik, selama itu pula selalu
terdapat sedikit perhatian terhadap keserasian ketatabahasaan
untuk menjamin pertukaran makna.

Ketujuh

: Bahasa berhubungan dengan budaya setempat. Hampir setiap
pedagang mempunyai kata-kata serta ekspresi-ekspresi yang
hanya dimengerti oleh anggota kelompoknya, dan ini disebut
jargon, logat khusus, sejenis slang, dan logat yang
berhubungan dengan suatu jabatan atau pekerjaan tertentu.
Kedelapan : Bahasa itu berubah dan dinamis. Perubahan ini – yang
mencangkup perubahan kosa kata, bunyi-bunyi bahasa ,
bentuk kata, bentuk kalimat, ejaan, dan lain-lain - akan jelas
terlihat misalnya bila kita membandingkan bahasa Indonesia
pada tahun 1945, pada tahun 1975, pada tahun 1985, serta

17

pada tahun 2000. Bahasa Indonesia selalu berubah sesuai
dengan tuntutan masa.

2.2.6. apakah yang di maksud dengan dasa guna bahasa?
Kita harus menguasi fungsi bahasa, paling sedikt 10 fungsi bahasa.
Kesepuluh fungsi bahasa tersebut, yaitu :
1)

2)

3)

4)

5)

fungsi instrumental melayani pengelolaan lingkungan, menyebabkan aneka
peristiwa tertentu terjadi. Contoh kalimatnya adalah :
Guru kelas melihat dengan mata kepala sendiri bahwa kamu tidak ikut
memukul anak itu.
Atau
“Lekas, lari ke rumah!”
Ataupun
Jangan suka mencaci serta memfitnah orang lain.
fungsi regulasi bahasa adalah untuk mengawasi serta mengendalikan orang
lain. Fungsi regulasi atau fungsi pengaturan bahasa in bertindak untuk
mengatur serta mengendalikan orang lain. Demikianlah, pengaturan
pertemuan antara orang-orang – persetujuan, celaan, tidak setuju,
pengawasan, tingkah laku, penetapan peraturan dan hokum – merupakan ciri
fungsi regulasi bahasa. Kalau saya berkata: “Kamu mencuri, karena itu kamu
dihukum!” fungsi bahasa disini adalah fungsi instrumental. Akan tetapi,
kalimat “Kalau kamu mencuri, kamu pasti dihukum” mengandung kalimat
regulasi.
fungsi representational adalah penggunaan bahasa untuk membuat
pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan,
menjelaskan, melaporkan, atau “menggambarkan” realitas yang sebenarnya
seperti yang dilihat seseorang .
Contoh :
Matahari panas.
Anak itu tergilas sampai remuk kepalanya.
Berjalan kedesa itu memakan waktu satu hari dengan jalan setapak
Bapak Rektor menyampaikan pidato penarahan pada seminar itu.
fungsi Interaksional bertugas untuk menjamin serta memantapkan ketahanan
dan kelangsungan komunikasi sosial. Keberhasilan komunikasi interaksionala
ini menurut pengetahuan secukupnya mengenai logat (slang), logat khusus
(jargon), lelucon, cerita rakyat (folklore), adat istiadat atau budaya setempat,
tatakrama, dan sebagainya.
fungsi personal bahas kesempatan kepadaseorang pembicara untuk
mengekspresikan persaan emosi,pribadi,serta maksi-maksinya yang

18

6)

7)

8)

9)

10)

mendalam. Kepribadian seseorang biasanya ditandai oleh peggunaan fungsi
personal bahasanya dalam berkomunikasi. Dalam hakikat bahasa personal
ini jelas bahwa kesadaran,perasaan, dan budaya turut sama-sama
berinteraksi dengan cara-cara yag belum diteliti terperinci.
fungsi heuristik melibatkan penggunaan bahasa untuk memperdalam ilmu
pengetahuan dan mempelajari seluk-beluk lingkungan. Fungsi heuristik
sering kali disampaikan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan
yang
menuntut jawaban. Secara khusus anak-anak memanfaatkan funsi heuristic
ini dalam aneka pertanyaan
“mengappa” yang tidak putus-putusnya
mengenai dunia sekeliling ,alam sekitar mereka. Penyelidikan rasa ingin tahu
merupakan suatu bentuk metode heuristik untuk memeroleh representasirepresentasi dari orang lain.
fungsi imajinatif bahasa menlayani penciptaan system-sistem ataupun
gagasan-gagasan
yang
bersifat
imajinatif.
Mengisahkan
cerita
dongeng,membuat lelucon,ataupun menlis novel,meupakan praktik
pengunaan fungsi imajinatif bahasa. Melalui dimensi-dimensi imajinatif
bahasa,kita bebas bertualang ke seberang dunia nyata untuk menjelajahi
puncak-puncak keleluhuran serta keindahan bahasa itu sendiri; melalui
bahasa itu kita dapat menciptakan mimpi-mimpi yang mustahil kalau kita
inginkan seperti itu. Dengan perkataan lain, funsi imajinatif bahasa membawa
kita berkenalana ke dunia fantasi. ( Halliday,1975, Tarigan 1985a:18-19).
fungsi pragmatic bahasa dipergunakan untuk memancing tindakan atau
response dari orang lain.
Contoh:
“ Tangkap saya,ayo!”
“ Tolong saya,ikat dulu bungkusan ini!”
fungsi matetik pada dasarnya mempergunakkan bahasa untuk belajar pada
masa anak-anak.
Contoh:
“Itu bintatang.”
“Ini bonekaku”
fungsi ideasional muncul dari penggunaan bahasa untuk belajar lanjutan
pada masa anak-anak.
Contoh:
“Itu matahari,itu api.”
“Hantu tidak bisa menelan mobil,tidak bisa menelan rumah, dan tidak bisa
memakan buku.”(Wood,1981;Tarigan,1985a:23)

19

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 SIMPULAN

Penyimak yang baik adalah orang yang mampu menyimak
dengan memfokuskan seluruh perhatiannya terhadap bahan ujaran
yang disampaikan oleh pembicara. Dia mempunyai tujuan dalam
menyimak, tidak hanya mendengarkan ujaran yang disampaikan.
Tetapi menyimpan informasi-informasi yang penting di long term
memory. Penyimak yang baik juga mampu menerapkan tahaptahap menyimak yang benar, dia memiliki prilaku yang baik dalam
menyimak. Meskipun daya simak seseorang di pengaruhi oleh
faktor-faktor tertetu.

3.2 SARAN

Menyimak adalah suatu keterampilan komunikasi yang
terabaikan. Banyak orang yang kelihatannya menyimak, tetapi tidak
sesuai dengan defnisinya. Seseorang lebih sering berpura-pura
menyimak. Dan pikirannya melayang ke tempat lain, sehingga
informasi atau hal-hal penting tidak ia dapatkan. Maka dari itu, kita
harus menyimak dengan benar artinya menyimak dengan
memfokuskan perhatian. Kita harus menyimak dengan
menggunakan pemahaman, pengetahuan, penilaian serta mampu
merespon isi dari pembicaraan. Sehingga informasi-informasi
tersebut adalah hal-hal penting yang patut kita simpan di memori
ingatan kita.

20

DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menyimak. Bandung : Penerbit
Angkasa.

21