Makalah Bahasa Indonesia produk. docx (2)
Makalah Bahasa Indonesia
Nama : KHAIRIN NIKMAH
NPM : 15.63.0544
Kelas : Reguler 1B FTI
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN ( UNISKA )
MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARY
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
DAFTAR ISI
Daftar isi......................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.
Bahasa Resmi dan Tidak Resmi.......................................................................................................1
1.1 Contohh Bahasa Resmi dan Tidak Resmi.....................................................................................1
2.
Bahasa Lisan dan Bahasa Tulis........................................................................................................2
2.1 Contoh Bahasa Lisan dan Bahasa Tulis........................................................................................3
3.
Kata Denotasi dan Konotasi.............................................................................................................4
3.1 Contoh Kalimat Konotasi dan Denotasi........................................................................................4
4.
Diksi................................................................................................................................................4
4.1 Syarat- Syarat Diksi......................................................................................................................5
4.2 Fungsi Diksi..................................................................................................................................6
4.3 Contoh Kalimat Diksi...................................................................................................................6
5.
Kalimat Langsung dan Tidak Langsung...........................................................................................7
5.1 Contoh Kalimat Langsung dan Tidak Langsung...........................................................................7
6.
Kalimat Efektif................................................................................................................................7
6.1 Prinsip Kalimat Efektif.................................................................................................................7
6.2 Contoh-Contoh Kalimat Efektif....................................................................................................9
BAB II PENUTUP....................................................................................................................................10
A.
KESIMPULAN.............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................11
2
BAB I
PEMBAHASAN
1. Bahasa Resmi dan Tidak Resmi
Bahasa resmi atau formal adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi,
seperti urusan surat-menyurat, bertutur dengan orang yang tidak kita kenal dekat
atau lebih tinggi status dan pangkatnya. Adapun ciri-ciri bahasa formal adalah :
1. Mengguna kan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten;
2. Menggunakan imbukan secara lengkap;
3. Menggunakan kata ganti resmi;
4. Menggunakan kata baku;
5. Menggunakan EYD;
6. Menggunakan unsur kedaerahan.
Ragam bahasa tidak formal atau nonformal adalah bahasa yang digunakan pada
situasi santai dan kepada orang yang sudah dikenal akrab. Situasi tidak resmi akan
memunculkan suasana penggunaan bahasa tidak resmi juga. Kuantitas pemakaian
bahasa tidak resmi banyak tergantung pada tingkat keakraban pelaku yang terlibat
dalam komunikasi. Dalam situasi tidak resmi, penutur bahasa mengesampingkan
pemakaian bahasa baku. Kaidah dan aturan dalam bahasa baku tidak lagi menjadi
perhatian. Prinsif yang dipakai adalah asal orang yang diajak bicara bisa mengerti.
Situasi semacam ini dapat terjadi pada situasi komunkasi remaja di mal, interaksi
antara penjual dan pembeli, dan lain-lain. Bahasa tidak resmi mempunyai sifat yang
khas, yaitu :
kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak menggunakan
kata penghubung.
Menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari. Contoh:
bilang, bikin, pergi, biarin.
Pada perkembangannya bahasa tidak resmi menciptakan ragam bahasa yang
bervariatif berdasarkan pemakaiannya, seperti bahasa gaul pada remaja yang saat
ini sedang digemari. Bahasa gaul remaja merupakan bentuk bahasa tidak resmi.
Bahasa gaul remaja berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Bahasa
gaul dari masa ke masa berbeda. Tidak mengherankan apabila bahasa gaul remaja
digunakan dalam lingkungan dan kelompok sosial terbatas, yaitu kelompok remaja.
Hal ini berarti bahwa bahasa gaul hanya digunakan pada kelompok sosial yang
menciptakannya. Anggota di luar kelompok sosial tersebut sulit untuk memahami
makna bahasa gaul tersebut.
1.1
Contoh Bahasa Resmi dan Tidak Resmi
Adapun contoh bahasa resmi, sebagai berikut :
1. Saya sudah menyelesaikan pekerjaan rumah tersebut.
2. Perilakunya benar-benar mengecewakan orang yang mengundang.
3. Beni pergi ke Bandung bersama keluarga
Contoh Bahasa Tidak Resmi
1. Pr itu sudah aku selesaikan
1
2. Setiap
diundang
rapat
ia
Benar-benar mengecewakan !
3. Beni pergi ke Bandung sama keluarga
tidak
pernah
hadir.
2. Bahasa Lisan dan Bahasa Tulis
Bahasa Lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan,
terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu
pemahaman. Ciri-ciri ragam bahasa lisan diantaranya :
1. Memerlukan kehadiran orang lain,
2. Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap,
3. Terikat ruang dan waktu dan
4. Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
Ragam bahasa lisan memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Adapun kelebihan bahasa lisan diantaranya sebagai berikut:
Dapat disesuaikan dengan situasi.
Faktor efisiensi.
Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsur lain berupa tekan
dan gerak anggota badan agar pendengar mengerti apa yang dikatakan
seperti situasi, mimik dan gerak-gerak pembicara.
Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa
yang dibicarakannya.
Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian
bahasa yang dituturkan oleh penutur.
Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran
dari informasi audit, visual dan kognitif.
Sedangkan kelemahan bahasa lisan diantaranya sebagai berikut:
Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat
frase-frase sederhana.
Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan secara baik.
Aturan-aturan bahasa yang dilakukan seringkali menggunakan ragam tidak
formal.
Bahasa tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak
terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada
sasaran secara visual atau bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan
dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan
tata cara penulisan dan kosakata. Ciri-ciri ragam bahasa tulis adalah sebagai
berikut:
a. Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
b. Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.
c. Tidak terikat ruang dan waktu
d. Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
Sama halnya dengan ragam bahasa lisan, ragam bahasa tulis juga memiliki
kelemmahan dan kelebihan. Adapun kelebihan dari ragam bahasa tulis diantaranya:
Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi
yang menarik dan menyenangkan.
Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
Sebagai sarana memperkaya kosakata.
2
Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi
atau mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan
wawasan pembaca.
Sedangkan kelemahan dari ragam bahasa tulis diantaranya sebagai berikut:
Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak
ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus
mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat
dan nilai jual.
Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh
karena itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Berdasarkan beberapa ciri serta kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh
Bahasa lisan maupun tulis, berikut ini dapat kita tarik beberapa perbedaan diantara
kedua ragam bahasa tersebut.
Bahasa lisan didukung isyarat paralinguistik.
Bahasa tulis dapat menyimpan informasi tanpa bergantung pada ruang dan
waktu.
Bahasa tulis dapat memindahkan bahasa dari bentuk oral ke bentuk visual,
memungkinkan kata-kata lepas dari konteks aslinya.
Sintaksis bahasa lisan kurang terstruktur dibandingkan dengan sintaksis
bahasa tulis.
Bahasa
tulis
banyak
mengandung
penanda
metalingual
yang
menghubungkan antara frasa-klausa.
Struktur bahasa tulis umumnya subjek-predikat, bahasa lisan memiliki struktur
‘topik-sebutan’ (topic-comment) (Givon).
Bahasa lisan jarang menggunakan konstruksi pasif.
Bahasa lisan sering mengulangi bentuk sintaksis.
Bahasa lisan dapat diperhalus sambil terus berbicara.
2.1
Contoh Bahasa Lisan dan Bahasa Tulis
Contoh Bahasa Lisan
1. Enggak sengaja Ardi nginjak pecahan gelas,hingga kakinya luka.
2. Semalam ada berita tentang kecelakaan mobil nabrak motor.
3. Adik lagi ngegambar pemandangan alam di desa.
4. Pak Guru pagi ini menyuruh kami mengumpulkan tugas yang kemarin.
5. Dalam sepekan ini, terjadi banyak kecelakaan di ruas jalan ini disebabkan
oleh rusaknya jalan.
6. Wanita itu melepaskan cincinnya dan membuangnya ke dalam sungai.
Contoh Bahasa Tulis
1. Ardi tidak sengaja menginjak pecahan gelas sehingga kakinya terluka.
2. Kemarin malam, ada berita tentang kecelakaan mobil yang menabrak
motor.
3. Adik sedang menggambar pemandangan alam di desa.
4. Pagi ini pak guru menyuruh kami untuk mengumpulkan tugas yang
diberikan kemarin.
5. Sepekan ini, terjadi banyak kecelakaan diruas jalan ini disebabkan
rusaknya jalan.
3
6. Wanita itu melepaskan cincinnya dan membuangnya ke sungai.
3. Kata Denotasi dan Konotasi
Kata denotasi merupakan makna yang sesuai dengan makna yang sebenarnya
(denotatif) atau sesuai makna kamus (harfiah), biasanya disebut makna konseptual
yakni makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, perabaan,
penciuman, pendengaran, perasaan atau pengalaman yang berkaitan dengan
informasi faktual dan objektif. Makna denotasi seringkali dijumpai dalam penulisan
karya ilmiah agar apa yang disampaikan tidak menimbulkan penafsiran ganda bagi
pembaca dan dapat dengan mudah menangkap gagasan yang disampaikan penulis.
Kata konotasi merupakan makna kiasan yang terbentuk dalam suatu kalimat atau
yang mengandung makna yang bukan sebenarnya (konotatif) dengan mengandung
nilai-nilai emosi tertentu. Makna konotasi sering kali membingungkan para pembaca
dalam menemukan makna dari suatu tulisan sehingga sangat jarang dipergunakan
dalam penulisan karya ilmiah. Sebaliknya, makna konotasi sangat sering dijumpai
dalam karya sastra, misalnya puisi, cerpen, dan lain sebagainya. Makna konotasi
dalam karya sastra membuat alur lebih hidup dan meningkatkan rasa ingin tahu
pembaca.
3.1
Contoh Kalimat Konotasi dan Denotasi
Contoh Kalimat Konotasi
1. Anisa menjadi buah bibir semenjak sukses mendirikan toko kue ( buah
bibir: pembicaraan orang banyak ).
2. Deni tidak terima kalau ia dijadikan kambing hitam atas masalah itu.
( kambing hitam : orang yang dipersalahkan ).
3. Caca naik pitam mendengar kata-kata yang diucapkan adiknya. ( naik
pitam : marah ).
4. Johan banting tulang untuk membantu kedua orang tuanya. ( banting
tulang : bekerja keras ).
5. Seorang kuli tinta sedang melakukan peliputan berita. ( kuli tinta :
wartawan ).
Contoh Kalimat Dinotasi
1. Diana menanam bunga dihalaman depan rumahnya.
2. Rizki mengerjakan pekerjaan rumahnya dalam waktu setengah jam.
3. Ibu sedang memasak sarapan pagi.
4. Sudah beberapa hari Maya tidak masuk sekolah karena sakit.
5. Aku dan Reno pergi berlibur ke Bali.
4. Diksi
Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk
menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam
dunia katang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata
yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari
kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaian katakata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan. Kata yang tepat akan
membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin
4
disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus
pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata itu.
4.1
Syarat-Syarat Kesesuaian Diksi
Syarat-syarat kesesuaian diksi adalah sebagai berikut:
1. Hindarilah sejauh mungkin bahasa aatau unsur substandard dalam situasi
yang formal.
2. Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi
yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata
popular.
3. Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
4. Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata
slang.
5. Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
6. Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).
7. Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artfisial.
Hal-hal tersebut akan diuraikan lebih lanjut dalam bagian-bagian di bawah ini :
1. Bahasa Standar dan Sub Standar
Bahasa standar adalah semacam bahasa yang dapat dibatasi sebagai tutur
dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status sosial
yang cukup dalam suatu masyarakat. Kelas ini meliputi pejabat-pejabat pemerintah,
ahli bahasa, ahli hukum, dokter, pedagang, guru, penulis, penerbit, seniman,
insinyur, dan lain sebagainya. Bahasa non stsndar adalah bahasa dari mereka yang
tidak memperoleh pendidikan yang tinggi. Pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk
pergaulan biasa, tidak di pakai dalam tulisan. Kadang unsur ini digunakan juga oleh
para kaum pelajar dalam bersenda gurau, dan berhumor. Bahasa non stadar juga
berlaku untuk suatu wilayah yang luas dalam wilayah bahasa standar. Bahasa
standar lebih efektif dari pada bahasa non standar. Bahasa non standar biasanya
cukup untuk digunakan dalam kebutuhan-kebutuhan umum.
2. Kata Ilmiah dan Kata Populer
Pilihan kata dalam hubungan dengan kesempatan yang dihadapi seseorang
dapat dibagi atas beberapa macam kategori salah satunya adalah kata-kata ilmiah
melawan kata-kata populer. Bagian terbesar dari kosa kata sebuah bahasa terdiri
dari kata-kata yang umum yang dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik yang
terpelajar maupun orang atau rakyat jelata. Maka kata ini dinamakan kata-kata
populer. Kata-kata ini juga dipakai dalam pertemuan-pertemuan resmi, dalam
diskusi-diskusi
yang
khusus,
dan
dalam
diskusi-diskusi
ilmiah.
Contoh:
Kata populer kata ilmiah
Sesuai Harmonis
Pecahan Fraksi
Aneh Eksentrik
Bukti Argumen
Kesimpulan konklusi
3. Jargon
Kata jargon mengandung beberapa pengertian. Jargon adalah suatu
bahasa,dialek, atau struktur yang dianggap kurang sopan atau aneh tetapi istilah itu
dipakai juga untuk mengacu semacam bahasa atau dialek hybrid yang timbul dari
percampuran bahasa-bahasa, dan sekaligus dianggap sebagai bahasa
5
perhubungan atau lingua franca. Jargon diartikan sebagai kata-kata teknis atau
rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan,
kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya. Oleh karena jargon
merupakan bahasa yang khusus sekali, maka tidak akan banyak artinya bila dipakai
untuk suatu sasaran yang umum. Sebab itu, hendaknya dihindari sejauh mungkin
unsur jargon dalam sebuah tulisan umum.
4. Kata Percakapan
kata percakapan adalah kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan atau
pergaulan orang-orang yang terdidik. Pengertian percakapan ini disini sama sekali
tidak boleh disejajarkan dengan bahasa yang tidak benar, tidak terpelehara atau
tidak
disenangi.
Bahasa percakapan yang dimaksud disini lebih luas dari pengertian kat-kat populer,
kata-kata percakapan mencakup pula sebagian kata-kata ilmiah yang biasa dipakai
oleh golongan terpelajar.
5. Kata Slang
Kata slang adalah kata-kata non standar yang disusun secara khas;
bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan. Kadang kala kata slang yang
dihasilkan dari salah ucap yang disengaja. Kata-kata slang sebenarnya bukan hanya
terdapat pada golongan terpelajar, tetapi juga pada semua lapisan masyarakat.
6. Idiom
Idiom adalah pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa
yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan
secara logis, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya,
misalnya: seorang asing yang sudah mengetahui makna kata makan dan tangan,
tidak akan memahami makna perasa makan tangan. Siapa yang berfikir bahwa
makan tangan sama artinya dengan kena tinju atau beruntung besar ? dan
selanjutnya idiom-idiom yang menggunakan kata makan seperti: makan garam,
makan hati, dan senagainya.
7. Bahasa Artifisial
Yang dimaksud dengan artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni.
Fakta dan pernyataan-pernyataan yang sederhana dapat diungkapkan dengan
sederhana dan langsung tak perlu disembunyikan. Contoh bahasa artifisial :
Ia mendengar kepak sayap kalelawar dan guyuran sisa hujan dari dedaunan,
karena angin kepada kemuning.
Ia mendengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali
menampakkan bima sakti yang jauh.
Biasa :
Ia mendengar bunyi sayap kelelawar dan sisa hujan yang ditiup angin di daun.
Ia mendengar derap kuda dan pedati ketika langit mulai terang.
4.2
4.3
Fungsi Diksi
Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah
paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak
resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
Contoh Kalimat Diksi
6
1. Nenekku
mampus
tadi
Nenekku meninggal dunia tadi pagi (tepat)
pagi
(tidak
tepat)
5. Kalimat Langsung dan Tidak Langsung
Kalimat Langsung yaitu kalimat yang mempergunakan tanda petik atau kalimat
yang langsung diucapkan oleh yang mengucapkan, berseru atau bertanya atau
mengucapkan sesuatu.
Sedangkan, kalimat tidak langsung adalah kalimat yang tidak menggunakan
tanda petik dan bukan diucapkan secara langsung oleh yang mengucapkan atau
yang mengatakan kalimat tersebut.
5.1
Contoh Kalimat Langsung dan Tidak Langsung
Contoh Kalimat Langsung
1. Ayah berkata : “Besok saya akan pergi”.
2. “Berapa harga buku itu ?” Tanya Tini kepada Tono
3. Pak lurah berkata. “Besok pada hari minggu pagi semua warga harus
kerja bakti”.
4. “Dimana kamu tinggal ?” Tanya Budi.
Contoh Kalimat Tidak Langsung
1. Ayahku berkata bahwa aku haru rajin belajar.
2. Kemarin ibu berjanji akan membelikan baju baru.
3. Ali mengatakan kepada ibunya bahwa ia kemarin memenangkan
pertandingan di sekolah.
6.
Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan
maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau
pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu menimbulkan kembali
gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti apa yang
dimaksudkan oleh penulis.Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika
memiliki beberapa syarat sebagai berikut:
1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis.
3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya
dengan tepat.
4. Sistematis dan tidak bertele-tele.
6.1
Prinsip Kalimat Efektif
Kalimat efektif memiliki prinsip-prinsip yang harus dipenuhi yaitu kesepadanan,
kepararelan, kehematan kata, kecermatan, ketegasan, kepaduan dan kelogisan
kalimat. Prinsip-prinsip kalimat efektif tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
A. Kesepadanan Struktur
Kespadanan adalah keseimbangan antara gagasan atau pemikiran dengan
struktur bahasa yang dipakai dalam kalimat. Kesepadanan dalam kalimat ini
7
diperlihatkan dengan adanya kesatuan gagasan dan kesatuan pikiran. Ciri-ciri
kalimat yang memiliki kesepadanan struktur, yaitu:
1. Memiliki subjek dan predikat yang jelas
Contoh:
Bagi semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study tour. (Tidakefektif)
Semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegaiatan study tour. (Efektif)
Untuk menghindari ketidak jelasan subjek, hindarilah pemakaian kata depan
(Preposisi) di depan Subjek.
2. Tidak memiliki subjek yang ganda di dalam kalimat tunggal.
Contoh:
Pembangunan Jalan itu kami dibantu oleh semua warga desa. (Tidak Efektif)
Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh semua warga desa.
(Efektif)
B. Kepararelan Bentuk
Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan di dalam
kalimat. Yang dimaksud dengan kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama
berbentuk verba, maka kata selanjutnya berbentuk verba. Namun, jika kata pertama
berbentuk nomina, maka kata selanjutnya berbentuk nomina. Contoh:
Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami
mengetahui, dan pengaplikasian definisi kaliamt efektif. (Tidak efektif)
Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami,
mengetahui, dan mengaplikasikan definisi kalimat efektif. (Efektif)
C. Kehematan Kata
Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu
digunakan. Untuk menghindari pemborosan kata di dalam kalimat, hal yang harus
diperhatikan adalah:
1. Menghindari unsur yang sama pada kalimat majemuk
Contoh:
Saya tidak suka buah apel dan saya tidak suka duren.
(Tidak efektif)
Saya tidak suka buah apel dan duren.
(Efektif)
2. Menghindari kesinoniman dalam kalimat
Contoh:
Saya hanya memiliki 3 buah buku saja.
Saya hanya memiliki 3 buah buku.
(Tidak efektif)
(Efektif)
3. Menghindari penjamakan kata pada kata jamak
Contoh :
Para mahasiswa-mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. (Tidak
efektif)
Para mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat.
(Efektif)
D. Kecermatan
Yang dimaksud kecermatan adalah cermat dan tepat dalam memilih kata
sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan makna ganda. Contoh:
Guru baru pergi ke ruang guru.
(Tidak efektif)
Guru yang baru pergi ke ruang guru. (Efektif)
E. Ketegasan
8
Kalimat efektif memberikan penegasan kepada ide pokonya sehingga ide
pokonya menonjol di dalam kalimat tersebut. Berikut cara memberikan penegasan
pada kalimat efektif.
1. Meletakan kata kunci di awal kalimat
Contoh:
Sudah saya baca buku itu.
(Tidak efektif)
Buku itu sudah saya baca.
(Efektif)
Mengurutkan kata secara bertahap.
Contoh:
Pertemuan itu dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan presiden.
(Tidak efektif)
Pertemuan itu dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan gubernur.
(Efektif)
F. Kepaduan
Kalimat efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga informasi yang
disampaikan tidak terpecah-pecah. Contoh:
Budi membicaran tentang pengalaman liburannya. (Tidak efektif)
Budi membicarak pengalaman liburannya.
(Efektif)
G. Kelogisan
Ide kalimat dalam kaliamat efektif dapat diterima atau dimengerti oleh akal
dan sesuai dengan kaidah EYD. Contoh:
Waktu dan tempat kami persilahkan! (Tidak efektif)
Bapak kepala sekolah kami persilahkan! (Efekti)
Demikianlah prinsip-prinsip dalam kalimat efektif yang harus ada atau dipenuhi
dalam pembuatan kalimat efektif agar tujuan komunikatif kalimat tersebut dapat
tersampaikan dengan jelas kepada pendengar atau pembacanya.
6.2
Contoh-Contoh Kalimat Efektif:
1. Karena tidak tidur semalaman, dia terlambat datang ke sekolah.
2. Dia memakai baju merah.
3. Sesudah dipahami dan dihayati pancasila harus diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Tugas itu bagi saya sangat mudah.
5. Semua mahasiswa diwajibkan membayar uang kuliah sebelum tanggal 26
Februari 2015.
6. Saya sedang membuat nasi goreng.
7. Selanjutnya, saya akan menjelaskan pentingnya air bagi kehidupan.
9
BAB II
PENUTUP
KESIMPULAN
Bahasa resmi atau formal adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi
dan bahasa tidak formal atau nonformal adalah bahasa yang digunakan pada situasi
santai dan kepada orang yang sudah dikenal akrab. Bahasa Lisan adalah ragam
bahasa yang diungkapkan melalui media lisan dan bahasa tulis adalah ragam
bahasa yang digunakan melalui media tulis. Kata denotasi merupakan makna yang
sesuai dengan makna yang sebenarnya (denotatif) dan Kata konotasi merupakan
makna kiasan yang terbentuk dalam suatu kalimat atau yang mengandung makna
yang bukan sebenarnya (konotatif). Diksi adalah pilihan kata. Kalimat Langsung
yaitu kalimat yang mempergunakan tanda petik atau kalimat yang langsung
diucapkan oleh yang mengucapkan sedangkan, kalimat tidak langsung adalah
kalimat yang tidak menggunakan tanda petik dan bukan diucapkan secara langsung.
Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan
maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau
pendengarnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://bl103.ilearning.me/materi-pembelajaran/pertemuan-3/
http://amifidi.blogspot.co.id/2010/05/bahasa-indonesia-baku-bahasaindonesia.html (Kamis 27 mei 2010)
http://www.slideshare.net/HIMTI/ragam-bahasa-25365773
2013 )
(18 AGUSTUS
Syamsuddin AR. 1992. Studi Wacana. 1992. Bandung: Mimbar Bahasa dan
Seni.
http://aryani89.blogspot.co.id/2009/11/contoh-kalimat-dalam-ragam-lisandan.html ( Selasa, 17 November 2009 )
http://www.e-sbmptn.com/2014/11/30-contoh-kalimat-konotasidenotasi.html
http://www.smansax1-edu.com/2014/09/cara-mudah-memahami-maknadenotasi-dan.html
http://darmawanaditya-softskill.blogspot.co.id/2013/10/pengertian-diksi-dancontohnya.html (Kamis, 10 Oktober 2013 )
http://jaddung.blogspot.co.id/2015/06/pengertian-dan-contoh-diksi.html
Pamungkas.1994. Inti Sari Kata Bahasa Indonesia. Surabaya : APOLLO
http://www.kelasindonesia.com/2015/02/pengertian-kalimat-efektif-adalahbeserta-contoh-lengkap.html
11
Nama : KHAIRIN NIKMAH
NPM : 15.63.0544
Kelas : Reguler 1B FTI
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN ( UNISKA )
MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARY
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
DAFTAR ISI
Daftar isi......................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.
Bahasa Resmi dan Tidak Resmi.......................................................................................................1
1.1 Contohh Bahasa Resmi dan Tidak Resmi.....................................................................................1
2.
Bahasa Lisan dan Bahasa Tulis........................................................................................................2
2.1 Contoh Bahasa Lisan dan Bahasa Tulis........................................................................................3
3.
Kata Denotasi dan Konotasi.............................................................................................................4
3.1 Contoh Kalimat Konotasi dan Denotasi........................................................................................4
4.
Diksi................................................................................................................................................4
4.1 Syarat- Syarat Diksi......................................................................................................................5
4.2 Fungsi Diksi..................................................................................................................................6
4.3 Contoh Kalimat Diksi...................................................................................................................6
5.
Kalimat Langsung dan Tidak Langsung...........................................................................................7
5.1 Contoh Kalimat Langsung dan Tidak Langsung...........................................................................7
6.
Kalimat Efektif................................................................................................................................7
6.1 Prinsip Kalimat Efektif.................................................................................................................7
6.2 Contoh-Contoh Kalimat Efektif....................................................................................................9
BAB II PENUTUP....................................................................................................................................10
A.
KESIMPULAN.............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................11
2
BAB I
PEMBAHASAN
1. Bahasa Resmi dan Tidak Resmi
Bahasa resmi atau formal adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi,
seperti urusan surat-menyurat, bertutur dengan orang yang tidak kita kenal dekat
atau lebih tinggi status dan pangkatnya. Adapun ciri-ciri bahasa formal adalah :
1. Mengguna kan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten;
2. Menggunakan imbukan secara lengkap;
3. Menggunakan kata ganti resmi;
4. Menggunakan kata baku;
5. Menggunakan EYD;
6. Menggunakan unsur kedaerahan.
Ragam bahasa tidak formal atau nonformal adalah bahasa yang digunakan pada
situasi santai dan kepada orang yang sudah dikenal akrab. Situasi tidak resmi akan
memunculkan suasana penggunaan bahasa tidak resmi juga. Kuantitas pemakaian
bahasa tidak resmi banyak tergantung pada tingkat keakraban pelaku yang terlibat
dalam komunikasi. Dalam situasi tidak resmi, penutur bahasa mengesampingkan
pemakaian bahasa baku. Kaidah dan aturan dalam bahasa baku tidak lagi menjadi
perhatian. Prinsif yang dipakai adalah asal orang yang diajak bicara bisa mengerti.
Situasi semacam ini dapat terjadi pada situasi komunkasi remaja di mal, interaksi
antara penjual dan pembeli, dan lain-lain. Bahasa tidak resmi mempunyai sifat yang
khas, yaitu :
kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak menggunakan
kata penghubung.
Menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari. Contoh:
bilang, bikin, pergi, biarin.
Pada perkembangannya bahasa tidak resmi menciptakan ragam bahasa yang
bervariatif berdasarkan pemakaiannya, seperti bahasa gaul pada remaja yang saat
ini sedang digemari. Bahasa gaul remaja merupakan bentuk bahasa tidak resmi.
Bahasa gaul remaja berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Bahasa
gaul dari masa ke masa berbeda. Tidak mengherankan apabila bahasa gaul remaja
digunakan dalam lingkungan dan kelompok sosial terbatas, yaitu kelompok remaja.
Hal ini berarti bahwa bahasa gaul hanya digunakan pada kelompok sosial yang
menciptakannya. Anggota di luar kelompok sosial tersebut sulit untuk memahami
makna bahasa gaul tersebut.
1.1
Contoh Bahasa Resmi dan Tidak Resmi
Adapun contoh bahasa resmi, sebagai berikut :
1. Saya sudah menyelesaikan pekerjaan rumah tersebut.
2. Perilakunya benar-benar mengecewakan orang yang mengundang.
3. Beni pergi ke Bandung bersama keluarga
Contoh Bahasa Tidak Resmi
1. Pr itu sudah aku selesaikan
1
2. Setiap
diundang
rapat
ia
Benar-benar mengecewakan !
3. Beni pergi ke Bandung sama keluarga
tidak
pernah
hadir.
2. Bahasa Lisan dan Bahasa Tulis
Bahasa Lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan,
terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu
pemahaman. Ciri-ciri ragam bahasa lisan diantaranya :
1. Memerlukan kehadiran orang lain,
2. Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap,
3. Terikat ruang dan waktu dan
4. Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
Ragam bahasa lisan memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Adapun kelebihan bahasa lisan diantaranya sebagai berikut:
Dapat disesuaikan dengan situasi.
Faktor efisiensi.
Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsur lain berupa tekan
dan gerak anggota badan agar pendengar mengerti apa yang dikatakan
seperti situasi, mimik dan gerak-gerak pembicara.
Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa
yang dibicarakannya.
Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian
bahasa yang dituturkan oleh penutur.
Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran
dari informasi audit, visual dan kognitif.
Sedangkan kelemahan bahasa lisan diantaranya sebagai berikut:
Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat
frase-frase sederhana.
Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan secara baik.
Aturan-aturan bahasa yang dilakukan seringkali menggunakan ragam tidak
formal.
Bahasa tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak
terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada
sasaran secara visual atau bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan
dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan
tata cara penulisan dan kosakata. Ciri-ciri ragam bahasa tulis adalah sebagai
berikut:
a. Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
b. Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.
c. Tidak terikat ruang dan waktu
d. Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
Sama halnya dengan ragam bahasa lisan, ragam bahasa tulis juga memiliki
kelemmahan dan kelebihan. Adapun kelebihan dari ragam bahasa tulis diantaranya:
Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi
yang menarik dan menyenangkan.
Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
Sebagai sarana memperkaya kosakata.
2
Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi
atau mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan
wawasan pembaca.
Sedangkan kelemahan dari ragam bahasa tulis diantaranya sebagai berikut:
Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak
ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus
mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat
dan nilai jual.
Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh
karena itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Berdasarkan beberapa ciri serta kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh
Bahasa lisan maupun tulis, berikut ini dapat kita tarik beberapa perbedaan diantara
kedua ragam bahasa tersebut.
Bahasa lisan didukung isyarat paralinguistik.
Bahasa tulis dapat menyimpan informasi tanpa bergantung pada ruang dan
waktu.
Bahasa tulis dapat memindahkan bahasa dari bentuk oral ke bentuk visual,
memungkinkan kata-kata lepas dari konteks aslinya.
Sintaksis bahasa lisan kurang terstruktur dibandingkan dengan sintaksis
bahasa tulis.
Bahasa
tulis
banyak
mengandung
penanda
metalingual
yang
menghubungkan antara frasa-klausa.
Struktur bahasa tulis umumnya subjek-predikat, bahasa lisan memiliki struktur
‘topik-sebutan’ (topic-comment) (Givon).
Bahasa lisan jarang menggunakan konstruksi pasif.
Bahasa lisan sering mengulangi bentuk sintaksis.
Bahasa lisan dapat diperhalus sambil terus berbicara.
2.1
Contoh Bahasa Lisan dan Bahasa Tulis
Contoh Bahasa Lisan
1. Enggak sengaja Ardi nginjak pecahan gelas,hingga kakinya luka.
2. Semalam ada berita tentang kecelakaan mobil nabrak motor.
3. Adik lagi ngegambar pemandangan alam di desa.
4. Pak Guru pagi ini menyuruh kami mengumpulkan tugas yang kemarin.
5. Dalam sepekan ini, terjadi banyak kecelakaan di ruas jalan ini disebabkan
oleh rusaknya jalan.
6. Wanita itu melepaskan cincinnya dan membuangnya ke dalam sungai.
Contoh Bahasa Tulis
1. Ardi tidak sengaja menginjak pecahan gelas sehingga kakinya terluka.
2. Kemarin malam, ada berita tentang kecelakaan mobil yang menabrak
motor.
3. Adik sedang menggambar pemandangan alam di desa.
4. Pagi ini pak guru menyuruh kami untuk mengumpulkan tugas yang
diberikan kemarin.
5. Sepekan ini, terjadi banyak kecelakaan diruas jalan ini disebabkan
rusaknya jalan.
3
6. Wanita itu melepaskan cincinnya dan membuangnya ke sungai.
3. Kata Denotasi dan Konotasi
Kata denotasi merupakan makna yang sesuai dengan makna yang sebenarnya
(denotatif) atau sesuai makna kamus (harfiah), biasanya disebut makna konseptual
yakni makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, perabaan,
penciuman, pendengaran, perasaan atau pengalaman yang berkaitan dengan
informasi faktual dan objektif. Makna denotasi seringkali dijumpai dalam penulisan
karya ilmiah agar apa yang disampaikan tidak menimbulkan penafsiran ganda bagi
pembaca dan dapat dengan mudah menangkap gagasan yang disampaikan penulis.
Kata konotasi merupakan makna kiasan yang terbentuk dalam suatu kalimat atau
yang mengandung makna yang bukan sebenarnya (konotatif) dengan mengandung
nilai-nilai emosi tertentu. Makna konotasi sering kali membingungkan para pembaca
dalam menemukan makna dari suatu tulisan sehingga sangat jarang dipergunakan
dalam penulisan karya ilmiah. Sebaliknya, makna konotasi sangat sering dijumpai
dalam karya sastra, misalnya puisi, cerpen, dan lain sebagainya. Makna konotasi
dalam karya sastra membuat alur lebih hidup dan meningkatkan rasa ingin tahu
pembaca.
3.1
Contoh Kalimat Konotasi dan Denotasi
Contoh Kalimat Konotasi
1. Anisa menjadi buah bibir semenjak sukses mendirikan toko kue ( buah
bibir: pembicaraan orang banyak ).
2. Deni tidak terima kalau ia dijadikan kambing hitam atas masalah itu.
( kambing hitam : orang yang dipersalahkan ).
3. Caca naik pitam mendengar kata-kata yang diucapkan adiknya. ( naik
pitam : marah ).
4. Johan banting tulang untuk membantu kedua orang tuanya. ( banting
tulang : bekerja keras ).
5. Seorang kuli tinta sedang melakukan peliputan berita. ( kuli tinta :
wartawan ).
Contoh Kalimat Dinotasi
1. Diana menanam bunga dihalaman depan rumahnya.
2. Rizki mengerjakan pekerjaan rumahnya dalam waktu setengah jam.
3. Ibu sedang memasak sarapan pagi.
4. Sudah beberapa hari Maya tidak masuk sekolah karena sakit.
5. Aku dan Reno pergi berlibur ke Bali.
4. Diksi
Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk
menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam
dunia katang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata
yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari
kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaian katakata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan. Kata yang tepat akan
membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin
4
disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus
pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata itu.
4.1
Syarat-Syarat Kesesuaian Diksi
Syarat-syarat kesesuaian diksi adalah sebagai berikut:
1. Hindarilah sejauh mungkin bahasa aatau unsur substandard dalam situasi
yang formal.
2. Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi
yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata
popular.
3. Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
4. Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata
slang.
5. Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
6. Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).
7. Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artfisial.
Hal-hal tersebut akan diuraikan lebih lanjut dalam bagian-bagian di bawah ini :
1. Bahasa Standar dan Sub Standar
Bahasa standar adalah semacam bahasa yang dapat dibatasi sebagai tutur
dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status sosial
yang cukup dalam suatu masyarakat. Kelas ini meliputi pejabat-pejabat pemerintah,
ahli bahasa, ahli hukum, dokter, pedagang, guru, penulis, penerbit, seniman,
insinyur, dan lain sebagainya. Bahasa non stsndar adalah bahasa dari mereka yang
tidak memperoleh pendidikan yang tinggi. Pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk
pergaulan biasa, tidak di pakai dalam tulisan. Kadang unsur ini digunakan juga oleh
para kaum pelajar dalam bersenda gurau, dan berhumor. Bahasa non stadar juga
berlaku untuk suatu wilayah yang luas dalam wilayah bahasa standar. Bahasa
standar lebih efektif dari pada bahasa non standar. Bahasa non standar biasanya
cukup untuk digunakan dalam kebutuhan-kebutuhan umum.
2. Kata Ilmiah dan Kata Populer
Pilihan kata dalam hubungan dengan kesempatan yang dihadapi seseorang
dapat dibagi atas beberapa macam kategori salah satunya adalah kata-kata ilmiah
melawan kata-kata populer. Bagian terbesar dari kosa kata sebuah bahasa terdiri
dari kata-kata yang umum yang dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik yang
terpelajar maupun orang atau rakyat jelata. Maka kata ini dinamakan kata-kata
populer. Kata-kata ini juga dipakai dalam pertemuan-pertemuan resmi, dalam
diskusi-diskusi
yang
khusus,
dan
dalam
diskusi-diskusi
ilmiah.
Contoh:
Kata populer kata ilmiah
Sesuai Harmonis
Pecahan Fraksi
Aneh Eksentrik
Bukti Argumen
Kesimpulan konklusi
3. Jargon
Kata jargon mengandung beberapa pengertian. Jargon adalah suatu
bahasa,dialek, atau struktur yang dianggap kurang sopan atau aneh tetapi istilah itu
dipakai juga untuk mengacu semacam bahasa atau dialek hybrid yang timbul dari
percampuran bahasa-bahasa, dan sekaligus dianggap sebagai bahasa
5
perhubungan atau lingua franca. Jargon diartikan sebagai kata-kata teknis atau
rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan,
kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya. Oleh karena jargon
merupakan bahasa yang khusus sekali, maka tidak akan banyak artinya bila dipakai
untuk suatu sasaran yang umum. Sebab itu, hendaknya dihindari sejauh mungkin
unsur jargon dalam sebuah tulisan umum.
4. Kata Percakapan
kata percakapan adalah kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan atau
pergaulan orang-orang yang terdidik. Pengertian percakapan ini disini sama sekali
tidak boleh disejajarkan dengan bahasa yang tidak benar, tidak terpelehara atau
tidak
disenangi.
Bahasa percakapan yang dimaksud disini lebih luas dari pengertian kat-kat populer,
kata-kata percakapan mencakup pula sebagian kata-kata ilmiah yang biasa dipakai
oleh golongan terpelajar.
5. Kata Slang
Kata slang adalah kata-kata non standar yang disusun secara khas;
bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan. Kadang kala kata slang yang
dihasilkan dari salah ucap yang disengaja. Kata-kata slang sebenarnya bukan hanya
terdapat pada golongan terpelajar, tetapi juga pada semua lapisan masyarakat.
6. Idiom
Idiom adalah pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa
yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan
secara logis, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya,
misalnya: seorang asing yang sudah mengetahui makna kata makan dan tangan,
tidak akan memahami makna perasa makan tangan. Siapa yang berfikir bahwa
makan tangan sama artinya dengan kena tinju atau beruntung besar ? dan
selanjutnya idiom-idiom yang menggunakan kata makan seperti: makan garam,
makan hati, dan senagainya.
7. Bahasa Artifisial
Yang dimaksud dengan artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni.
Fakta dan pernyataan-pernyataan yang sederhana dapat diungkapkan dengan
sederhana dan langsung tak perlu disembunyikan. Contoh bahasa artifisial :
Ia mendengar kepak sayap kalelawar dan guyuran sisa hujan dari dedaunan,
karena angin kepada kemuning.
Ia mendengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali
menampakkan bima sakti yang jauh.
Biasa :
Ia mendengar bunyi sayap kelelawar dan sisa hujan yang ditiup angin di daun.
Ia mendengar derap kuda dan pedati ketika langit mulai terang.
4.2
4.3
Fungsi Diksi
Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah
paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak
resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
Contoh Kalimat Diksi
6
1. Nenekku
mampus
tadi
Nenekku meninggal dunia tadi pagi (tepat)
pagi
(tidak
tepat)
5. Kalimat Langsung dan Tidak Langsung
Kalimat Langsung yaitu kalimat yang mempergunakan tanda petik atau kalimat
yang langsung diucapkan oleh yang mengucapkan, berseru atau bertanya atau
mengucapkan sesuatu.
Sedangkan, kalimat tidak langsung adalah kalimat yang tidak menggunakan
tanda petik dan bukan diucapkan secara langsung oleh yang mengucapkan atau
yang mengatakan kalimat tersebut.
5.1
Contoh Kalimat Langsung dan Tidak Langsung
Contoh Kalimat Langsung
1. Ayah berkata : “Besok saya akan pergi”.
2. “Berapa harga buku itu ?” Tanya Tini kepada Tono
3. Pak lurah berkata. “Besok pada hari minggu pagi semua warga harus
kerja bakti”.
4. “Dimana kamu tinggal ?” Tanya Budi.
Contoh Kalimat Tidak Langsung
1. Ayahku berkata bahwa aku haru rajin belajar.
2. Kemarin ibu berjanji akan membelikan baju baru.
3. Ali mengatakan kepada ibunya bahwa ia kemarin memenangkan
pertandingan di sekolah.
6.
Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan
maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau
pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu menimbulkan kembali
gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti apa yang
dimaksudkan oleh penulis.Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika
memiliki beberapa syarat sebagai berikut:
1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis.
3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya
dengan tepat.
4. Sistematis dan tidak bertele-tele.
6.1
Prinsip Kalimat Efektif
Kalimat efektif memiliki prinsip-prinsip yang harus dipenuhi yaitu kesepadanan,
kepararelan, kehematan kata, kecermatan, ketegasan, kepaduan dan kelogisan
kalimat. Prinsip-prinsip kalimat efektif tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
A. Kesepadanan Struktur
Kespadanan adalah keseimbangan antara gagasan atau pemikiran dengan
struktur bahasa yang dipakai dalam kalimat. Kesepadanan dalam kalimat ini
7
diperlihatkan dengan adanya kesatuan gagasan dan kesatuan pikiran. Ciri-ciri
kalimat yang memiliki kesepadanan struktur, yaitu:
1. Memiliki subjek dan predikat yang jelas
Contoh:
Bagi semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study tour. (Tidakefektif)
Semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegaiatan study tour. (Efektif)
Untuk menghindari ketidak jelasan subjek, hindarilah pemakaian kata depan
(Preposisi) di depan Subjek.
2. Tidak memiliki subjek yang ganda di dalam kalimat tunggal.
Contoh:
Pembangunan Jalan itu kami dibantu oleh semua warga desa. (Tidak Efektif)
Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh semua warga desa.
(Efektif)
B. Kepararelan Bentuk
Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan di dalam
kalimat. Yang dimaksud dengan kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama
berbentuk verba, maka kata selanjutnya berbentuk verba. Namun, jika kata pertama
berbentuk nomina, maka kata selanjutnya berbentuk nomina. Contoh:
Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami
mengetahui, dan pengaplikasian definisi kaliamt efektif. (Tidak efektif)
Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami,
mengetahui, dan mengaplikasikan definisi kalimat efektif. (Efektif)
C. Kehematan Kata
Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu
digunakan. Untuk menghindari pemborosan kata di dalam kalimat, hal yang harus
diperhatikan adalah:
1. Menghindari unsur yang sama pada kalimat majemuk
Contoh:
Saya tidak suka buah apel dan saya tidak suka duren.
(Tidak efektif)
Saya tidak suka buah apel dan duren.
(Efektif)
2. Menghindari kesinoniman dalam kalimat
Contoh:
Saya hanya memiliki 3 buah buku saja.
Saya hanya memiliki 3 buah buku.
(Tidak efektif)
(Efektif)
3. Menghindari penjamakan kata pada kata jamak
Contoh :
Para mahasiswa-mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. (Tidak
efektif)
Para mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat.
(Efektif)
D. Kecermatan
Yang dimaksud kecermatan adalah cermat dan tepat dalam memilih kata
sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan makna ganda. Contoh:
Guru baru pergi ke ruang guru.
(Tidak efektif)
Guru yang baru pergi ke ruang guru. (Efektif)
E. Ketegasan
8
Kalimat efektif memberikan penegasan kepada ide pokonya sehingga ide
pokonya menonjol di dalam kalimat tersebut. Berikut cara memberikan penegasan
pada kalimat efektif.
1. Meletakan kata kunci di awal kalimat
Contoh:
Sudah saya baca buku itu.
(Tidak efektif)
Buku itu sudah saya baca.
(Efektif)
Mengurutkan kata secara bertahap.
Contoh:
Pertemuan itu dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan presiden.
(Tidak efektif)
Pertemuan itu dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan gubernur.
(Efektif)
F. Kepaduan
Kalimat efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga informasi yang
disampaikan tidak terpecah-pecah. Contoh:
Budi membicaran tentang pengalaman liburannya. (Tidak efektif)
Budi membicarak pengalaman liburannya.
(Efektif)
G. Kelogisan
Ide kalimat dalam kaliamat efektif dapat diterima atau dimengerti oleh akal
dan sesuai dengan kaidah EYD. Contoh:
Waktu dan tempat kami persilahkan! (Tidak efektif)
Bapak kepala sekolah kami persilahkan! (Efekti)
Demikianlah prinsip-prinsip dalam kalimat efektif yang harus ada atau dipenuhi
dalam pembuatan kalimat efektif agar tujuan komunikatif kalimat tersebut dapat
tersampaikan dengan jelas kepada pendengar atau pembacanya.
6.2
Contoh-Contoh Kalimat Efektif:
1. Karena tidak tidur semalaman, dia terlambat datang ke sekolah.
2. Dia memakai baju merah.
3. Sesudah dipahami dan dihayati pancasila harus diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Tugas itu bagi saya sangat mudah.
5. Semua mahasiswa diwajibkan membayar uang kuliah sebelum tanggal 26
Februari 2015.
6. Saya sedang membuat nasi goreng.
7. Selanjutnya, saya akan menjelaskan pentingnya air bagi kehidupan.
9
BAB II
PENUTUP
KESIMPULAN
Bahasa resmi atau formal adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi
dan bahasa tidak formal atau nonformal adalah bahasa yang digunakan pada situasi
santai dan kepada orang yang sudah dikenal akrab. Bahasa Lisan adalah ragam
bahasa yang diungkapkan melalui media lisan dan bahasa tulis adalah ragam
bahasa yang digunakan melalui media tulis. Kata denotasi merupakan makna yang
sesuai dengan makna yang sebenarnya (denotatif) dan Kata konotasi merupakan
makna kiasan yang terbentuk dalam suatu kalimat atau yang mengandung makna
yang bukan sebenarnya (konotatif). Diksi adalah pilihan kata. Kalimat Langsung
yaitu kalimat yang mempergunakan tanda petik atau kalimat yang langsung
diucapkan oleh yang mengucapkan sedangkan, kalimat tidak langsung adalah
kalimat yang tidak menggunakan tanda petik dan bukan diucapkan secara langsung.
Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan
maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau
pendengarnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://bl103.ilearning.me/materi-pembelajaran/pertemuan-3/
http://amifidi.blogspot.co.id/2010/05/bahasa-indonesia-baku-bahasaindonesia.html (Kamis 27 mei 2010)
http://www.slideshare.net/HIMTI/ragam-bahasa-25365773
2013 )
(18 AGUSTUS
Syamsuddin AR. 1992. Studi Wacana. 1992. Bandung: Mimbar Bahasa dan
Seni.
http://aryani89.blogspot.co.id/2009/11/contoh-kalimat-dalam-ragam-lisandan.html ( Selasa, 17 November 2009 )
http://www.e-sbmptn.com/2014/11/30-contoh-kalimat-konotasidenotasi.html
http://www.smansax1-edu.com/2014/09/cara-mudah-memahami-maknadenotasi-dan.html
http://darmawanaditya-softskill.blogspot.co.id/2013/10/pengertian-diksi-dancontohnya.html (Kamis, 10 Oktober 2013 )
http://jaddung.blogspot.co.id/2015/06/pengertian-dan-contoh-diksi.html
Pamungkas.1994. Inti Sari Kata Bahasa Indonesia. Surabaya : APOLLO
http://www.kelasindonesia.com/2015/02/pengertian-kalimat-efektif-adalahbeserta-contoh-lengkap.html
11