Studi Tokoh dalam Penelitian Kualitatif

STUDI TOKOH DALAM PENELITIAN KUALITATIF
Latar Belakang
Studi tokoh atau sering disebut juga dengan penelitian tokoh atau penelitian
riwayat hidup individu (individual life history) merupakan salah satu jenis
penelitian kualitatif yang sering digunakan untuk menyelesaikan salah satu tugas
akhir studi dalam bentuk skripsi, tesis atau disertasi.1 Studi tokoh sudah cukup
lama diperkenalkan oleh ilmuwan barat, namun demikian, model penelitian ini di
Indonesia baru diperkenalkan pada tahun 90-an. Ini pun hanya populer untuk
kalangan IAIN dan kurang populer di kalangan perguruan tinggi umum. Namun,
dalam pelaksanaanya terdapat kendala metodologis, karena tidak

ada suatu

rujukan yang dapat dijadikan suatu pegangan dalam pelaksanaan studi di
lapangan. Akibatnya, penelitian dilakukan apa adanya, tanpa merujuk pada bukubuku penelitian yang ada, tanpa mempertimbangkan karakteristik studi dan
relevansinya, sehingga sering terjadi kerancuan dalam membangun kerangka
metodologisnya.2
Namun terkadang masing sering terjadi kesalahan dalam pelaksanaanya,
kesalahan umum yang sering terjadi, khususnya bagi peneliti pemula adalah
mencari tokohnya dahulu. Padahal yang seharusnya dilakukan lebih dahulu oleh
peneliti adalah menentukan bidang keilmuan lebih dulu bukan menentukan

tokohnya terlebih dahulu.

A. Pengertian Penelitian Studi Tokoh
1 Arief Furchan dan Agus Maimun, Study Tokoh: Metode Penelitian Mengenai Tokoh (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005),P. 1.
2 Ibid.

1

Secara historis, studi model ini sudah lama digunakan orang. Pada zaman
dahulu, metode ini pernah dipergunakan oleh sejarawan Yunani kuno, dan juga
sejarawan Islam seperti Ibnu Khaldun.
Pada mulanya karya-karya mengenai tokoh ini lebih banyak bersifat karya
sastra dan lebih menekankan pada segi keindahan bahasa dalam penulisannya
sehingga

lebih

enak


dibaca

dan

lebik

komunikatif.

Namun,

dalam

perkembangannya, studi tokoh ini kemudian diadopsi oleh lembaga pendidikan
tinggi dan diwujudkan dalam karya ilmiah untuk tugas akhir mahasiswa. Karena
merupakan karya ilmiah, studi tokoh ini kemudian dibingkai dengan nilai-nilai
ilmiah

berupa

kajian


metodologis

dan

akademis

yang

bisa

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Dilihat dari segi relevansinya dengan masyarakat, studi tokoh ini
mempunyai pengaruh yang signifikan dalam aktivitas kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu, studi tokoh ini kemudian dikembangkan secara lebih luas di
perguruan tinggi.3
Riset atau penelitian secara etimolologi,

berasal dari bahasa Inggris,


research, yaitu re yang berarti kembali atau berulang-ulang dan search berarti
mencari, menjelajahi, menemukan makna.4 Menurut Kerlinger (1986) Penelitian
adalah proses penemuan yang mempunyai karakteristik sistematis, terkontrol,
empiris, dan mendasarkan pada teori dan hipotesis atau jawaban sementara.
Sedangkan menurut Tuckman penelitian adalah suatu usaha yang sistematis
untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap suatu masalah, sistematis artinya
mengikuti prosedur atau langkah-langkah tertentu. Selain itu penelitian
didefinisikan sebagai: “Suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan, dan usaha-usaha itu dilakukan dengan
metode ilmiah”.5
3 Arief Furchan dan Agus Maimun, Op. Cit. P. 6
4Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi
Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-Ilmu Sosial, Pendidikan, dan
Humaniora (Bandung: Pustaka Setia, 2002), P. 25.
5 Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach. (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psycologi Universitas
Gajah Mada, 1996),

2

Sedangkan pengertian tokoh adalah seseorang yang terkemuka atau

kenamaan dibidangnya, atau seseorang yang memegang peranan penting dalam
suatu bidang atau aspek kehidupan tertentu dalam masyarakat.Seseorang tersebut
berasal, dibesarkan, dan hidup dalam lingkungan masyarakat tertentu.6
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian studi tokoh
adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan, mengumpulkan data-data dan
informasi tentang seorang tokoh secara sistematik guna untuk meningkatkan atau
menghasilkan informasi dan pengetahuan.
Studi tokoh yang ada selama ini dilakukan dalam dua bentuk.Pertama,
sebagai bagian dari pendekatan sejarah (historical approach).yang bersangkutan.
Kedua, studi ini sering kali dikelompokkan pada bidang yang dibicarakan oleh
tokoh yang bersangkutan.Misalnya, jika seorang tokoh membicarakan tasawuf,
maka studi ini dimasukkan pada pendekatan tasawuf.7 Pengelompokan ini,
ternyata mengalami kesulitan dalam penanganannya, sebab suatu studi tokoh
memerlukan suatu analisis tersendiri yang tidak tercover dalam bidang ilmu yang
digunakannya.
B. Tujuan Penelitian Studi Tokoh
Tujuan studi tokoh ini pada umumnya adalah untuk mencapai suatu
pemahaman tentang ketokohan seorang individu dalam suatu komunitas tertentu,
melalui pandangan-pandangannya yang mencerminkan pandangan warga dalam
komunitas yang bersangkutan. Tujuan lain dari studi model ini adalah untuk

memperdalam pengertian kita terhadap komunitas tertentu di mana tokoh-tokoh
atau individu itu hidup. Yang lebih penting lagi, malalui pengakuan yang berupa
riwayat hidup ini, seorang individu akan banyak motivasi, aspirasi, dan
ambisinya tentang kehidupan dalam masyarakatnya.
6 Muhtar Syafa’at,PenelitianTokoh (online).http://pengembara9ilmu. blogspot. Com /
2012/09/penelitian-tokoh.html
7 Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam (Jakarta: Prenada Media Group, 2011),P.
4.

3

Wawancara, dalam bentuk meminta seseorang untuk menceritakan riwayat
hidupnya adalah metode yang paling mudah diperoleh. Hal ini karena orang pada
umumnya senang sekali menceritakan kisah mengenai dirinya sendiri. Sudah
barang tentu, ada juga individu yang menolak untuk mengungkapkan riwayat
hidupnya. Biasanya ia mengalami hambatan psikologis untuk mengungkapkan
kisah hidupnya. Misalnya, karena masa lalunya dianggapnya kurang baik atau
karena ia tidak melihat keluarbiasaan dalam jalan hidupnya. Namun biasanya,
setelah melalui pendekatan-pendekatan sehingga timbul hubungan pribadi yang
baik dan dekat.8

Adanya gejala kejiwaan tersebut membuat tujuan studi tokoh bukan lagi
terbatas pada pengertian terhadap masyarakat atau komunitas di mana informan
atau tokoh itu hidup, melainkan sudah bertambah dengan masalah pengaruh
lingkungan sosial-budaya dan agama terhadap seseorang.
Tema-tema yang menjadi pusat perhatian dari penelitian seperti ini
biasanya berkisar pada hal-hal berikut:
1. Masalah individu yang berperilaku menyimpang dari perilaku yang dominan
dalam masyarakatnya (the deviant individual),
2. Sebagai lanjutan dari itu, masalah pengaruh yang menyebabkan orang-orang
menyimpang mencapai sukses untuk menjadi sumber gagasan-gagasan baru
dalam masyarakatnya,
3. Juga erat bersangkutan dengan masalah tersebut, masalah para individu
menyimpang yang terjepit dalam masyarakat dan masalah penyakit jiwa yang
merupakan akibat dari keadaan-keadaan seperti itu, dan akibatnya, suatu tema
yang agak berbeda adalah
4. Masalah pngaruh kemiskinan terhadap kehidupan dalam masyarakat.9
Secara spesifik, tujuan studi tokoh adalah untuk: (1) memperoleh gambaran
tentang persepsi, motivasi, aspirasi, dan ambisi sang tokoh tentang bidang yang
8 Danandjaja, Antropologi Psikologis: Teori, Metode, dan Sejarah Perkembangannya. (Jakarta:
Rajawali Press. 1988) P. 114

9 Ibid P. 115

4

digelutinya, (2) memperoleh gambaran tentang teknik dan strategi yang
digunakannya dalam melaksanakan bidang yang digelutinya, (3) memperoleh
gambaran tentang bentuk-bentuk keberhasilan sang tokoh terkait dengan bidang
yang digelutinya, dan (4) dapat mengambil hikmah dari keberhasilan sang tokoh.
Disamping itu, studi tokoh juga sangat berguna bagi penelitian sosialkeagamaan karena mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
a. Data riwayat hidup seorang tokoh adalah penting untuk memperoleh
pandangan orang dalam (insider’s view) mengenai gejala-gejala sosial
keagamaan dalam suatu masyarakat melalui pandangan para warga sebagai
partisipan dari masyarakat yang bersangkutan,
b. Data riwayat hidup seorang tokoh adalah penting untuk mencapai pemahaman
tentang

individu-individu

warga


masyarakat

yang

berperilaku

lain

(menyimpang dari kebiasaan warga lainnya) sebagai pendorong munculnya
gagasan baru dan perubahan dalam masyarakat dan kebudayaan,
c. Data riwayat hidup seorang tokoh adalah penting untuk memperoleh
pengertian mendalam tentang masalah-masalah psikologis yang tidak mudah
diamati dari luar, atau diperoleh dengan metode wawancara berdasarkan
pertanyaan langsung. Hal ini biasanya sudah menyangkut pengaruh
lingkungan kebudayaan terhadap jiwa sang tokoh dan data serupa itu, secara
praktis, adalah penting dalam penelitian psikologis agama.
Data riwayat hidup seorang tokoh adalah penting untuk mendapatkan
gambaran lebih mendalam tentang rincian hal-hal yang tidak mudah diceritakan
orang melalui metode wawancara berdasarkan pertnyaan langsung. Hal ini
biasanya dilakukan dalam penelitian tentang cara hidup orang oleh masyarakat

dianggap berperilaku kurang baik seperti orang yang tidak peduli dengan ajaran
agama, wanita tuna susila, penjahat, homo, lesbi dan sebagainya.10
C. Kriteria Tokoh yang Diteliti
10 Arief Furchan dan Agus Maimun, Op. Cit. P. 10

5

Studi tokoh memungkinkan peneliti memandang sang tokoh dalam konteks
seluruh kehidupannya, mulai dari lahir sampa saat sekarang. Subyek studi
dipandang sebagai orang yang mengalami keberhasilan dan kegagalan, dan yang
memandang ke masa depan dengan harapan dan ketakutan. Dokumen semacan
ini membantu peneliti mengembangkan pemahaman lebih lengkap tentang tahaptahap dan masa-masa kritis dalam proses perkembangan diri sang tokoh.
Studi tokoh memungkinkan peneliti memandang seseorang (tokoh) dalam
hubungannya dengan sejarah zamannya dan menyelidiki bagaimana arus sosial,
budaya, keagamaan, politik, dan ekonomi mempengaruhi dirinya.
Ketokohan seseorang paling tidak dapat dilihat dari tiga indikator.
Pertama, integritas tokoh tersebut.Hal ini dapat dilihat dari kedalaman ilmunya,
kepemimpinannya, keberhasilan dalam bidang yang digeluti hingga mempunyai
kekhasan atau kelebihan dibanding orang-orang segenerasinya, dan juga dapat
dilihat dari integritas moralnya.Kedua, karya monumentalnya, baik karya tulis,

karya nyata dalam bentuk fisik maupun nonfisik yang bermanfaat

bagi

masyarakat atau pemberdayaan manusia, baik sezaman maupun sesudahnya.
Ketiga, kontribusinya dalam masyarakat yang dapat dirasakan oleh masyarakat,
baik dalam bentuk pemikiran maupun aksinya.11
Tokoh adalah orang yang berhasil di bidangnya yang ditunjukkan dengan
karya-karya monumental dan mempunyai pengaruh pada masyarakat sekitarnya
serta ketokohannya diakui secara “mutawatir”. Dari batasan ini, seorang tokoh
harus mencerminkan empat indikator, yaitu:
a. Berhasil di bidangnya.
Istilah berhasil menunjuk pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu. Orang yang
berhasil adalah orang yang mencapai tujuan-tujuan tertentu (baik tujuan
jangka pendek maupun jangka panjang) berdasarkan potensi yang dimiliki dan
aktivitas yang dilakukan sesuai dengan bidang yang digelutinya.
b. Mempunyai karya-karya monumental.
11 Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam (Jakarta: Prenada Media Group, 2011),
P 7.

6

Sebagai seorang tokoh, ia harus mempunyai karya-karya yang dapat
diwariskan kepada generasi berikutnya, baik berupa karya tulis maupun nonfisik yang dapat dilacak jejaknya. Artinya, karya itu masih dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah bahwa karya itu merupak karya sang
tokoh.
c. Mempunyai pengaruh pada masyarakat.
Artinya, segala pikiran dan aktivitas sang tokoh betul-betul dapat dijadikan
rujukan dan panutan oleh masyarakat dalam melaksanakan aktivitas sesuai
dengan bidangnya.
d. Ketokohannya diakui secara “mutawatir”.
Artinya, dengan segala kekurangan dan kelebihan sang tokoh, sebagian besar
masyarakat

warga

masyarakat

memberikan

apresiasi

positif

dan

mengidolakannya sebagai orang yang pantas menjadi tokoh atau ditokohkan
untuk menyelaisakan berbagai persoalan sesuai dengan bidangnya.12

D. Studi Tokoh dalam Kerangka Penelitian Kualitatif
Dalam studi tokoh, metode yang digunakan untuk meneliti subyek
penelitian akan mempengaruhi cara meneliti memandang subyek tersebut. Jika
subyek dipandang oleh peneliti berdasarkan angka atau kriteria tertentu, maka
peneliti akan kehilangan sifat subyektif perilaku manusiawi sang tokoh. Melalui
metode kualitatif, peneliti dapat mengenal lebih jauh dan mendalam mengenai
sang tokoh secara pribadi dan melihat dia mengembangkan definisinya sendiri
tentang dunia dengan berbagai pemikiran, karya dan perilaku yang dijalaninya.
Peneliti dapat merasakan apa yang dirasakan, dipikirkan, dan diucapkan sang
tokoh dalam pergulatan dengan komunitasnya. Peneliti dapat mempelajari
kelompok-kelompok atau komunitas tertentu yang mungkin menjadi pengikut
atau “fans berat” sang tokoh yang sebelumnya tidak diketahui dan dipikirkan
oleh peneliti.
12 Arief Furchan dan Agus Maimun, Op. Cit. P. 13.

7

Sebagai bagian dari penelitian kualitatif, maka paradigma yang dibangun
dalam studi tokoh mengikuti kaidah kualitatif. 13
E. Pendekatan Studi Tokoh
Dalam batas-batas tertentu, studi tokoh memiliki kesamaan dengan studi
kasus. Bahkan, dalam anropologi, pendekatan studi kasus yang digunakan
umumnya berupa studi tokoh, terutama apabila peneliti berhadapan dengan
seorang informan yang kebetulan tidak punya karya yang berbentuk dokumen
sehingga data yang diperoleh lebih banyak berasal dari hasil wawancara. Studi
kasus yang dilakukan dengan cara wawancara dengan seseorang ini sebenarnay
identik dengan studi tokoh. Bedanya adalah, dalam studi tokoh, penggalian
informasi kepada seseorang bersifat lebih mendalam dan terfokus pada persoalan
yang berkaitan dengan bidang keilmuan tertentu.14
Sehubungan dengan kedekatan studi tokoh dengan studi kasus, dengan
mengadopsi pemikiran Vredenbeegt yang dikutip oleh Bungin,15 terdapat 4
pendekatan studi tokoh, yaitu:
1. Pendekatan Tematis
Aktivitas seseorang dideskripsikan berdasarkan sejumlah tema (topik)
yang menggunakan konsep-konsep yang biasanya dipakai untuk mempelajari
suatu bidang keilmuan tertentu, misalnya studi tokoh mengenai pemikiran
pendidikan Islam di Indonesia, studi tokoh mengenai pemikiran hukum Islam
di Indonesia, dan sebagainya. Pendekatan ini bersifat analitis sehingga dapat
membedakan antara pemikiran sang tokoh dari pemikiran tokoh lain dalam
suatu bidang keilmuan tertentu.
2. Pendekatan Otobiografi
Pendekatan ini sangat luas dan intensif dari masing-masing tokoh.
Teknik ini digunakan untuk memahami sang tokoh berdasarkan pendapat
13 Arief Furchan dan Agus Maimun, Op. Cit. P. 15
14 Ibid. P. 34
15 Bungin, B. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke arah
Penguasaan Model Aplikasi. (Jakarta: Raja Afindo. 2003). P. 115

8

tokoh lain yang mempunyai disiplin keilmuan yang sama atau berbeda.
Prinsipnya adalah, baik yang menilai maupun yang dinilai harus sama-sama
tokoh. Pandangan bebas dari masing-masing tokoh terhadap sang tokoh yang
menjadi fokus studi dapat membantu kesahihan dan keandalan data yang
diperoleh dari teknik ini. Misalnya dalam pendidikan Islam, studi tokoh
terhadap Prof. Zakiyah Daradjat. Dalam studi tokoh ini diharapkan adanya
penilaian dari tokoh pendidikan Islam lainnya, seperti Prof. Mastuhu, Prof.
Azyumardi Azra, dan sebagainya mengenai pemikiran pendidikan Islam Prof.
Zakiyah Daradjat.
3. Pendekatan Masalah Khusus
Pendekatan ini bertujuan untuk mempelajari secara intensif atau
masalah khusus atau kejadian luar biasa atau kejadian gawat yang
menyangkut sang tokoh. Bagaimana sang tokoh menghadapi persoalan baru
yang sangat khusus dan bahkan luar biasa itu? Pengetahuan tentang hal ini
akan mengungkapkan aspek-aspek yang laten dari psikodinamika kehidupan
sang tokoh. Misalnya, studi tokoh terhadap Gus Dur dalam politik
kenegaraan. Dari studi ini diharapkan akan dapat diungkap berbagai
persoalan psikologis yang sangat rumit di saat pelengseran Gus Dur dari kursi
kepresidenan, dan sebagainya.
4. Pendekatan construction of days
Pendekatan ini tidak terbatas pada cerita mengenai apa yang dialami
sang tokoh pada hari kemarin tetapi dapat pula dipilih hari-hari tertentu
secara acak, misalnya hari-hari yang biasa saja tanpa kejadian luar biasa.
Namun dapat juga dipilih suatu hari yang berbeda dari hari-hari biasa, seperti
100 hari pelantika sang tokoh dalam jabatan tertentu, atau 100 hari pertama
dari pengangkatan dia menduduki jabatan tertentu, atau hari-hari disaat
mengalami masa sulit dalam perjalan hidupnya, atau hari-hari di saat masa
keemasan dalam perjalanan hidupnya, dan seterusnya. Dengan kata lain,
pendekatan ini lebih memfokuskan pada hari-hari tertentu yang mempunyai
nilai historis bagi sang tokoh selama karirnya atau selama hidupnya.

9

F. Cara Melaksanakan Studi Tokoh
1. Persyaratan Studi Tokoh
Paling tidak ada tiga persyaratan penting dalam melakukan studi tokoh,
yaitu: sistematis, berencana, dan mengikuti kaidah-kaidah ilmiah. Ketiga syarat
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sistematis, artinya dilaksanakan menurut urutan tertentu. Misalnya, dari yang
paling sederhana sampai kepada yang paling kompleks, dari yang khusus ke
yang umum, atau sebaliknya. Dengan demikian, data yang diperoleh dapat
dijamin kesahihan dan keandalannya. Sistematis ini juga mengacu pada
kegiatan yang bersifat prosedural. Artinya, kegiatan studi tokoh harus
dilakukan dari tahap ke tahap, yang masing-masing tahapnya mempunyai
konsekuensi dan implikasi sendiri-sendiri.
2. Terencana, artinya dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan dan
melalui pemikiran yang serius sehingga, dari awal sudah dipikirkan sebagai
peluang dan tantangan, serta faktor pendukung dan penghambat yang
mungkin terjadi. Untuk itu, segala perangkat pendukung kegiatan studi, baik
bersifar material maupun non material, harus sudah disiapkan secara matang
terlebih dahulu. Termasuk dalam penyiapan ini adalah penyusunan proposal
harus menggambarkan secara menyeluruh proses atau prosedur studi, mulai
dari konteks studi, fokus studi, tujuan dan manfaat studi, metode studi, dan
sistematika laporan.
3. Mengikuti kaidah-kaidah ilmiah, artinya, mulai awal sampai akhir kegiatan,
studi harus mengikuti cara-cara ilmiah yang sudah ditemukan. Cara-cara
ilmiah ini sering dilukiskan sebagai proses di mana studi tokoh bertolak dari
pengkajian bidang keilmuan tertentu menuju pada sang tokoh yang
mempunyai bidang keilmuan dimaksud. Kemudian, secara selektif, peneliti
bergerak dari penentuan sang tokoh ke implikasi logis pengembangan
keilmuan tersebut. Peneliti menarik kesimpulan mengenai kelebihan dan

10

kekurangan sang tokoh berdasarkan data yang dikumpulkan berkaitan dengan
bidang keilmuan tersebut.16
2. Prosedur Studi Tokoh
Secara umum, prosedur studi tokoh meliputi langkah-langkah berikut:
1. Menentukan persoalan bidang keilmuan yang dianggap penting.
Kecencerungan (yang sebenarnya keliru) studi tokoh selama ini adalah
menentukan tokohnya terlebih dahulu. Padahal yang seharusnya dilakukan
adalah menentukan bidang keilmuan terlebih dahulu. Dengan menentukan
bidang keilmuan terlebih dahulu, kita akan hanyu pada tokoh tertentu,
melainkan bisa mengambil beberapa tokoh yang relevan dengan studi
tersebut. Kalau kita menentuka tokohnya terlebih dahulu dan ketika kita tidak
menemukan bidang keahlian sang tokoh yang signifikan, maka sering terjadi
adalah adanya manipulasi bidang keilmuan, di mana keilmuan sang tokoh
dicari-cari sekedar untuk mengukuhkan ketokohan sang tokoh yang telah
terlanjur dipilih tersebut. Dengan menentukan persoalan bidang keilmuan
terlebih dahulu, maka kecenderungan untuk memanipulasi studi seperti itu
dapat dihindari.
2. Memilih tokoh
Setelah menentukan bidang kelimuan, barulah kemudian kita memilih
tokoh dengan kriteria sebagaimana di atas. Dalam hal ini, kita dapat memilih
lebih dari satu tokoh. Dengan demikian diharapkan pemilihan tokoh tersebut
betul-betul didasarkan pada seleksi ilmiah, bukan pada hubungan primordial
atau emosional semata.
3. Identifikasi kelebihan, keberhasilan dan kehebatan sang tokoh.
Maksudnya, peneliti menghimpun berbagai informasi mengeni sang
tokoh sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber dan karya yang telah

16 Arief Furchan dan Agus Maimun, Op. Cit. P. 41

11

dihasilkannya untuk menentukan keistimewaan dan kelebihan tokoh tersebut
dari tokoh lain.
4. Menentukan fokus studi.
Maksudnya, peneliti memilah dan memilih keistimewaan sang tokoh
di bidang keilmuan tertentu yang sangat signfikan untuk dikembangkan dan
mampu memberikan pengaruh pada pengembangan keilmuan, berdasarkan
pertimbangan keilmuan yang menjadi perhatian peneliti.
5. Menentukan instrumen studi
Maksudnya,

menentukan

instrumen

apa

yang

cocok

untuk

menghimpun data lebih lanjut mengenai keistimewaan sang tokoh
berdasarkan fokus studi yang telah ditentukan. Misalnya dengan panduan
observasi, pedoman wawancara dan catatan dokumen.
6. Melaksanakan studi
Maksudnya, menghimpun berbagai data dan fakta mengenai
keistimewaan sang tokoh secara mendalam dan komprehensif berdasarkan
fokus studi yang telah ditentukan. Dalam pengumpulan data ini, sekaligus
dilakukan pula analisis data untuk membangun kerangka konseptual dalam
bentuk proposisi-proposisi sebagai simplikasi dari data yang diperoleh.
7. Pengecekan keabsahan data
Maksudnya, untuk membangun keyakinan bahwa data yang diperoleh
betul-betul dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka diperlukan
pengecekan keabsahan (validitas) data dengan berbagai cara yang
memungkinkan data dijamin keasliannya, tanpa rekayasa dan distorsi dari
peneliti atau sumber data.
8. Menarik kesimpulan
Maksunya, berdasarkan data dan fakta yang diperoleh, peneliti
kemudian mengambil suatu kesimpulan yang mencerminkan keistimewaan
sang tokoh di bidang keilmuan tertentu yang menjadi instrumen atas
ketokohannya, sesuai dengan fokus studi yang telah ditetapkan.

12

Berkaitan dengan prosedur tersebut, ada satu prosedur yang tidak boleh
dilupakan oleh peneliti, meskipun tidak tercantum dalam prosedur tersebut, yaitu
suatu kronologis dinamika pengalaman hidup dang tokoh. Dalam hal ini, peneliti
dapat dibimbing oleh saat-saat penting yang membawa perubahan dalam
kehidupan sang tokoh. Misalnya, pada saat studi dilakukan, tiba-tiba sang tokoh
sang tokoh diangkat menjadi pejabat publik yang cukup bergengsi. Kondisi ini
jelas akan berpegaruh pada pola perilaku sang tokoh, yang secara langsung akan
berubah pula pandangan-pandangannya mengenai berbagai persoalan. Demikian
juga sebaliknya, bila pada saat studi dilakukan, tiba-tiba sang tokoh mendapat
musibah berupa mosi tidak percaya dari komunitasnya. Kondisi ini akan
berpengaruh pada pola pikir dan tingkat emosi sang tokoh secara langsung akan
berubah pula pandangan-pandangannya mengenai berbagai persoalan.17
Terkait sistematika laporan studi tokoh memang tidak ada pola yang baku.
Tetapi setidaknya model berikut (diadopsi dari Furchan dan Maimun, 2005: 9091) bisa dipakai sebagai panduan:
1. Pendahuluan
a. Konteks Studi
b. Fokus Studi
c. Tujuan Studi
d. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Studi
e. Manfaat Studi, yang meliputi:
a) Manfaat teoretik
b) Manfaat Praktik
c) Manfaat Institusional
f. Metode Studi, meliputi :
a) Metode Perolehan Data
b) Metode Keabsahan Data
c) Metode Analisis Data
2. Riwayat Hidup Tokoh
17 Arief Furchan dan Agus Maimun, Op. Cit. P. 46

13

a. Identitas diri
b. Riwayat Pendidikan
c. Sejarah Sosial
d. Aktivitas Terkait Bidang yang Dikaji
e. Peran Sosial dan Akademik
f. Karya yang Pernah Dihasilkan
3. Paparan Data Studi
a. Paparan Berdasarkan Fokus Studi Pertama
b. Paparan Berdasarkan Fokus Studi Kedua, dan seterusnya
4. Pembahasan Studi
a. Pembahasan Fokus Studi Pertama
b. Pembahasan Fokus Studi Kedua, dan seterusnya
5. Simpulan dan Saran
a. Jawaban atas Fokus Studi, yang meliputi:
1) Jawaban

Substantif,

yakni

jawaban

atas

fokus

masalah

berdasarkan data
2) Jawaban

Formal,

yakni

jawaban

substantif

yang

sudah

diabstraksikan sehingga menjadi konsep.
b. Saran (kepada sang tokoh dan peneliti lebih lanjut).18

G. Metode Pengumpulan Data Dalam Penelitian Studi Tokoh
Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif tentang studi tokoh
meliputi data pengamatan, wawancara, dokumentasi dan catatan perjalanan hidup
sang tokoh.19
1. Observasi
18 Arief Furchan dan Agus Maimun, Op. Cit. P. 91
19 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Rineke Cipta, 2008), 188.

14

Observasi atau pengamatan merupakan salah satu tekhnik pengumpulan
data atau fakta yang cukup efektif untuk mempelajari suatu sistem. Observasi
membantu menegaskan atau menolak sera melihat kembali tentang apa yang
telah ditemukan lewat wawancara maupun kuisioner.20
Petunjuk- petunjuk yang dapat dipertimbangkan untuk melakukan
observasi yang efektif adalah sebagai berikut :
Yang harus dilakukan untuk melakukan observasi:
a. Rencanakan terlebih dahulu observasi yang harus dilakukan, meliputi :
 Apa yang akan diobservasi.
 Dimana letak lokasi observasi.
 Kapan observasi akan dilakukan.
 Siapa yang akan melakukan observasi tersebut.
 Siapa yang diobservasi.
 Bagaimana melakukan observasi tersebut.
b. Meminta izin kepada pihak yang terlibat dan berwenang.
c. Bertindaklah dengan rendah hati.
d. Lengkapilah dengan catatan selama observasi.
e. Kaji ulang observasi dengan individu- individu yang terlibat.
 Yang tidak boleh dilakukan
a. Mengganggu kerja individu yang diobservasi
b. Terlalu menekankan pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak penting.
c. Jangan membuat asumsi-asumsi.
2. Wawancara
Wawancara dalam istilah lain dikenal dengan interview. Wawancara
merupakan suatu metode pengumpulan berita, data, atau fakta dilapangan.
Prosesnya bisa dilakukan secara langsung dengan bertatap muka langsung

20 http: //ilhamkans.files.wordpress.com.

15

( face to face ) dengan narasumber. Namun, bisa juga dilakukan dengan tidak
langsung seperti melalui telepon, internet, atau surat ( wawancara tertulis).21
Dalam melakukan wawancara dapat dilakukan tiga macam pendekatan,
yakni :
a. Dalam bentuk percakapan informal, yang mengandung unsur spontanitas,
kesantaian, tanpa pola atau arah yang ditentukan sebelumnya.
b. Menggunakan lembar berisi garis besar pokok- pokok, topik atau masalah
yang dijadikan pegangan dalam pembicaraan.
c. Menggunakan daftar pertanyaan yang lebih rinci, namun bersifat terbuka
yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dan akan diajukan menurut urutan
dan rumusan yang tercantum.22
Secara umum, prosedur pengumpulan data dilakukan melalui beberapa
tahap sebagai berikut :
a. Menyusun alat pengumpul data atau instrument pengumpul data, yang
berisi beberapa butir pertanyaan yang bersifat umum. Daftar pertanyaan itu,
tersusun dalam sebuah panduan wawancara, yang menjadi pegangan
peneliti untuk dikembangkan dalam pelaksanaan wawancara.
b. Menghubungi informan atau responden

untuk menentukan kesediaan

wawancara, terutama berkenaan dengan substansi wawancara, tempat dan
waktu wawancara.
c. Peneliti mempunyai kemampuan untuk menciptakan situasi dalam
mengembangkan isi wawancara : menimbulkan kepercayaan kepada
informan atau responden bahwa wawancara yang dilakukan itu bermanfaat
sehingga dapat dilakukan tanpa kecurigaan, dan memelihara hubungan baik
antara peneliti dengan informan atau responden, dengan mengembangkan
kemampuan empati, diantaranya kemampuan menempatkan diri sebagai
bagian dari komunitas yang bersangkutan.

21 http://mcdougelas.blogspot.com/pengertian-wawancara.html
22 Aji, Metodologi, Op. Cit. P 82.

16

d. Mencatat isi wawancara. Pencatatan isi wawancara cukup dibatasi pada halhal yang dipandang penting, sedangkan isi wawancara secara lengkap,
direkam dengan menggunakan alat perekam.
e. Melakukan pengecekan pada hasil wawancara, yang dapat ditempuh
melalui dua cara: pertama, wawancara ulang apabila hasil wawancara belum
memadai dan ditemukan hal- hal yang kurang jelas. Kedua, dilakukan
melalui responden berikutnya apabila kesamaan pandangan antar responden
tampak dengan nyata.
f. Menyalin hasil wawancara dari ragam bahasa lisan menjadi bahasa tulisan,
sesuai dengan ungkapan responden, atau hasil pengamatan.
g. Menyarikan isi catatan yang telahdisalin ke dalam bahasa tulisan menurut
kosa kata dan gaya bahasa yang digunakan oleh peneliti. Disamping itu, hal
yang juga penting menghindarkan diri untuk berkomentar apalagi, penilaian
terhadap hasil wawancara.
h. Melakukan konfirmasi dengan informan atau responden terutama tentang
sari hasil wawancara.
i. Mengklasifikasikan data sesuai dengan unsur dan pertanyaan penelitian
yang diajukan.
j. Berdasarkan hasil klasifikasi data itu, dilakukan klasifikasi yang lebih
spesifik, yakni subkelas data sebagaimana hasil pengumpulan data
kepustakaan.23
 Isi wawancara
Yang dapat ditanyakan dalam wawancara ialah antara lain:
a. Pengalaman dan perbuatan responden, yakni apa yang telah dikerjakannya,
atau yang lazim dikerjakannya.
b. Pendapat, pandangan, tanggapan, tafsiran atau pikirannya tentang sesuatu.
c. Perasaan, respon emosional, yakni apakah ia merasa cemas, takut, senang,
gembira, curuga, jengkel dan sebagainya tentang sesuatu.
d. Pengetahuan, fakta- fakta, apa yang diketahuinya tentang sesuatu.
23 Hasan Bisri, Model Penelitian Fiqh (Jakarta:Prenada Media, 2003), 181.

17

e. Penginderaan, apa yang dilihat, didengar, diraba, dikecap atau diciumnya,
diuraikan secara deskriptif.
f. Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat tinggal, keluarga
dan sebagainya.
3. Dokumentasi
Data dalam suatu penelitian kebanyakan diperoleh dari sumber manusia
atau human resources, melalui observasi dan wawancara.Akan tetapi ada pula
sumber bukan manusia, non human resources, diantaranya dokumen dan foto.
 Dokumen
Dokumen terdiri atas tulisan pribadi seperti buku harian, surat- surat dan
dokumen resmi. Keuntungan bahan tulisan ini antara lain ialah bahwa bahan
itu telah ada, telah tersedia dan siap pakai. Menggunakan bahan ini tidak
meminta biaya, hanya memerlukan waktu untuk mempelajarinya.banyak yang
dapat ditimba pengetahuan dari bahan itu, bila dianalisis dengan cermat yang
berguna bagi penelitian yang dijalankan.
Buku harian, member keterangan terinci mengenai pengalaman pribadi,
hal- hal yang terkandung dalam pikiran, dan hati sanubari seseorang mengenai
dirinya sendiri serta dunia sekitar, renungan tentang nilai- nilai, hubungan
dengan Tuhan dan manusia, harapan dan kekecewaan dan lain sebagainya.
Demikian pula surat- surat pribadi kepada keluarga dekat memberikan data
banyak mengenai pandangan pandangan seseorang tentang berbagai hal.
Dokumen resmi, banyak terkumpul di tiap kantor dan lembaga.
Diantaranya ada yang mudah diperoleh dan terbuka untuk umum untuk dibaca,
akan tetapi ada pula yang bersifat intern bahkan ada yang sangat dirahasiakaan.
Oleh sebab bahan dokumen besar manfaatnya dalampenelitian
hendaknya diselidiki apakah bahan ini tersedia di lembaga yang dijadikan
lapanga penelitian.Dokumen berguna karena dapat memberikan latar belakang
yang lebih luas mengenai pokok penelitian, dapat dijadikan bahan triangulasi
untuk mengecek kesesuaian data, dan merupakan bahan utama dalam
penelitian historis.

18

 Foto
Foto mempunyai keuntungan tersendiri, foto dapat menangkap,
“membekukan” suatu situasi pada detik tertentu dan dengan demikian
memberikan bahan deskriptif yang berlaku pada saat itu.
Foto bukan sekedar gambar. Banyak hal yang dapat dikorek dari foto itu
bila kita berusaha untuk memperhatikannya dengan cermat dalam usaha untuk
memahaminya lebih mendalam.24
4. Catatan- catatan perjalanan hidup sang tokoh/ riwayat
Riwayat hidup adalah catatan singkat tentang gambaran diri
seseorang.Selain berisi data pribadi, gambaran diri itu paling tidak harus diisi
keterangan tentang pendidikan atau keahlian dan pengalaman. Dengan data itu
riwayat hidup akan memberikan gambaran atau kualifikasi seseorang. Dari
segi penampilannya riwayat hidup tidak mempunyai bentuk standard. Riwayat
hidup ditulis seperti karangan singkat, diawali oleh judul dan ditutup oleh
rangkaian tanggal, tanda tangan dan nama. Sebenarnya riwayat hidup termasuk
surat keterangan, dalam hal ini keterangan pribadi.25

24 Nasution, Metode, Op. Cit. P. 85
25 http//zidev.net/teknis-dan-conto-penulisan-riwayat-hidup/

19

DAFTAR PUSTAKA
Arief Furchan dan Agus Maimun. 2005. Study Tokoh: Metode Penelitian Mengenai
Tokoh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Raja Afindo.
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif . Jakarta: PT. Rineke
Cipta.
Danandjaja.

1988.

Antropologi

Psikologis:

Teori,

Metode,

dan

Sejarah

Perkembangannya. Jakarta: Rajawali Press.
Hasan Bisri. 2003. Model Penelitian Fiqh. Jakarta:Prenada Media
Muhtar Syafa’at,PenelitianTokoh (online).http://pengembara9ilmu. blogspot. Com /
penelitian-tokoh.html
Sudarwan Danim. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi,
Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti
Pemula Bidang Ilmu-Ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora (Bandung:
Pustaka Setia,
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach. 1996. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas
Psycologi Universitas Gajah Mada.
Syahrin Harahap, 2011. Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam. Jakarta: Prenada
Media Group.
http: //ilhamkans.files.wordpress.com.
http://mcdougelas.blogspot.com/pengertian-wawancara.html
http//zidev.net/teknis-dan-conto-penulisan-riwayat-hidup/

20

Dokumen yang terkait

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA MENIKAHKAN ANAK PEREMPUANYA PADA USIA DINI ( Studi Deskriptif di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember)

12 105 72