Nabi Muhammad Sebagai Pemimpin Agama Dan

Nabi M uhammad Sebagai Pemimpin Agama Dan Negara
Nasrah
Program Studi Bahasa A rab
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara

A. Nabi Muhammad Sebagai Pemimpin Agama di Makkah
1. Biografi Ringkas Nabi Muhammad Saw. Sampai Wahyu Pertama
Menurut Ahmad Syalaby sebagaimana yang ia kutip dari Ibnu Qayyim bahwa Nabi
Muhammad dilahirkan pada tanggal 12 Rabi’ul Awal bertepatan pada tanggal 20 April 571 di
suatu tempat yang tidak begitu jauh dari Ka’bah.1 Semenjak lahir, Beliau tidak pernah melihat
ayahnya dan oleh karena itu kakeknya Abdul Muthalib yang mengasuh dan membesarkannya.
Muhammad kecil disusukan oleh Halimat al-Sa’diyah dan masa remajanya dipergunakan seharihari untuk mengembala kambing. Ketika kakeknya meninggal maka Nabi Muhammad diasuh
oleh Abu Thalib dan ketika itu Nabi Muhammad baru berusia 8 tahun. Abu Thalib memberikan
pendidikan kepadanya dan mengarahkannya terjun ke dunia bisnis sehingga Nabi Muhammad
bepergian bersama Abu Thalib berniaga ke negeri Syam.
Kepergian Nabi Muhammad ke negeri Syam adalah membawa barang-barang dagangan
Siti Khadijah dan berkat kelihaian cara berdagang beliau mendapat untung yang sangat besar
yang belum pernah diterima Khadijah sebelumnya, dan ini menambah eratnya hubungan antara
Siti Khadijah dengan Nabi Muhammad. Hubungan erat ini berakhir ketika Nabi Muhammad
mengawini Khadijah yang kala itu usia beliau 25 tahun dan Siti Khadijah berusia 40 tahun dan ia

sudah menikah dua kali sebelumnya.2
Setelah mengawini Khadijah Nabi Muhammad sering sekali menjauhkan diri dari
pergaulan masyarakatnya yang dikenal dengan kerendahan moral mereka. Tempat yang beliau
pilih untuk menyendiri itu adalah Gua Hira. Kepergiannya ke tempat ini untuk mengikis keraguraguan yang ada dalam dirinya dan juga lantaran kerinduan untuk mencari kebenaran.3 Pada saat
inilah Nabi Muhammad Saw. menerima wahyu pertama sebagai legitimasi diangkatnya beliau
menjadi Rasul.

{4} ‫ﻋﱠﻠ َﻢ ﺑِﺎ ْﻟ َﻘَﻠ ِﻢ‬
َ ‫{ اﱠﻟﺬِي‬3}‫ﻚ ا ْﻟَﺄ ْآ َﺮ ُم‬
َ ‫{ ا ْﻗ َﺮ ْأ َو َر ﱡﺑ‬2} ‫ﻖ‬
ٍ ‫ﻋَﻠ‬
َ ‫ﻦ‬
ْ ‫ن ِﻣ‬
َ ‫ﻖ ا ْﻟﺈِﻧﺴَﺎ‬
َ ‫ﺧَﻠ‬
َ {1}‫ﻖ‬
َ ‫ﺧَﻠ‬
َ ‫ﻚ اﱠﻟﺬِي‬
َ ‫ﺳ ِﻢ َر ﱢﺑ‬
ْ ‫ا ْﻗ َﺮ ْأ ﺑِﺎ‬

{5} ‫ن ﻣَﺎ َﻟ ْﻢ َﻳ ْﻌَﻠ ْﻢ‬
َ ‫ﻋﱠﻠ َﻢ ا ْﻟﺈِﻧﺴَﺎ‬
َ
[Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (1) Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan Tuhanmu yang
paling pemurah (3) Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam (4) Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5)].4 (Q.S.AlAlaq/96: 1-5).
Abi Muhammad Abu Malik bin Hasyim, Siratunnaby , Jld.I, (Kairo: Maktabah
Darruttutos, t.t.), h.171.
2 Abdul Wahid Assyaibani, Muhammad bin Abdul Karim, A l-Kamil Fittarikh, Jld.I,
(Beirut Libanon: Darul Kutub Alamiyah, 1987-1407), h.569.
3 Philip K.Hitti, The A rabs A Short Story, diterjemahkan oleh Ushuluddin Hutagalung
dan ODP Sihombing, t.t.p., t.t.), h.35.
4 Departemen Agama Republik Indonesia, A lquran dan Terjemahnya, (Jakarta: Gema
Risalah Press Bandung, 1992), h.1079.
1

1
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara


Sebuah hadis yang dilaporkan datang dari Ibnu Ishaq namun tidak terdapat dalam
penuturan. Ibnu Hisyam menyebutkan bahwasanya Muhammad menerima saran dan dukungan
dari seorang Hanif – pengikut Monotheisme Arabian yang percaya pada Tuhan Yang Esa namun
bukan sebagai pengikut Yahudi dan bukan juga Kristen yang mengajarkan kepada Muhammad
mengenai kesia-siaan penyembahan berhala. Jadi sebelum turun wahyu Alquran, Muhammad
telah berusaha mencari keyakinan agama yang lurus (Hanif).5
2. Fokus Ajaran, Dakwah Sir dan Jahr
Adapun fokus ajaran yang disebarkan oleh Nabi Muhammad tidak berbeda sama sekali
dengan ajaran-ajaran nabi-nabi Ibrani dan Injil Perjanjian Lama, yang isinya antara lain hanya
ada satu Tuhan Yang Maha Kuasa, pencipta seluruh alam, ada satu hari pengadilan di akhirat,
berbahagia orang-orang yang di dalam surga jika tawakkal kepada perintah-perintah Tuhan dan
memperoleh siksa di neraka jika ingkar kepada suruhan Tuhan.6
Setelah wahyu yang pertama turun, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama,
sementara itu Nabi Muhammad menantikannya dan dia selalu datang ke Gua Hira. Dalam
keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya untuk berdakwah
secara sembunyi-sembunyi sebagai berikut :

‫{ َوﻟَﺎ َﺗ ْﻤﻨُﻦ‬5} ‫ﺠ ْﺮ‬
ُ ‫ﺟ َﺰ ﻓَﺎ ْه‬
ْ ‫{ وَاﻟ ﱡﺮ‬4} ‫ﻄ ﱢﻬ ْﺮ‬

َ ‫ﻚ َﻓ‬
َ ‫{ َو ِﺛﻴَﺎ َﺑ‬3} ‫ﻚ َﻓ َﻜ ﱢﺒ ْﺮ‬
َ ‫{ َو َر ﱠﺑ‬2} ‫{ ُﻗ ْﻢ َﻓﺄَﻧ ِﺬ ْر‬1} ‫ﻳَﺎ َأ ﱡﻳﻬَﺎ ا ْﻟ ُﻤﺪﱠﺛﱢ ُﺮ‬
{7} ‫ﺻ ِﺒ ْﺮ‬
ْ ‫ﻚ ﻓَﺎ‬
َ ‫{ َوِﻟ َﺮ ﱢﺑ‬6} ‫ﺴ َﺘ ْﻜ ِﺜ ُﺮ‬
ْ ‫َﺗ‬
[Hai orang yang berselimut (1) bagunlah dan berilah peringatan (2) hendaklah
engkau besarkan Tuhanmu (3) dan bersihkanlah pakaianmu (4) tinggalkanlah
perbuatan dosa (5) dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh
(balasan) yang lebih banyak (6) dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu
bersabarlah (7).] (Q.S.Al-Muddatsir/74: 1-7).7
Dengan turunya perintah itu, mulailah Rasulullah berdakwah dan pertama kali beliau
melakukannya secara diam-diam di lingkungannya sendiri dan dikalangan rekan-rekannya.
Karena itulah, orang yang pertama kali menerima dakwah dari beliau dari kalangan keluarga
adalah istrinya Khadijah dan kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang baru
berumur 10 tahun.8
Sedangkan dari kelompok sahabatnya yang pertama kali menerima dakwahnya adalah
Abu Bakar yang merupakan sahabat karibnya sejak kanak-kanak, lalu menyusul Zaid bekas
budak yang menjadi anak angkatnya, kemudian Ummu Aiman pengasuh Nabi Muhammad

ketika ibunya Aminah masih hidup, juga termasuk orang-orang yang pertama masuk Islam.
Melalui dakwah secara diam-diam dilaksanakan selama 3 (Tiga) tahun maka turunlah perintah
Allah agar Nabi Muhammad berdakwah secara terbuka.

{94} ‫ﻦ‬
َ ‫ﺸ ِﺮآِﻴ‬
ْ ‫ﻦ ا ْﻟ ُﻤ‬
ِ‫ﻋ‬
َ ‫ض‬
ْ ‫ﻋ ِﺮ‬
ْ ‫ع ِﺑﻤَﺎ ُﺗ ْﺆ َﻣ ُﺮ َوَأ‬
ْ ‫ﺻ َﺪ‬
ْ ‫ﻓَﺎ‬

5

IRA.M.Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada), h.32.

Philip K.Hitti, Loc.Cit.
Departemen Agama RI, Op.Cit., h.992.

8 Ibnu Hisyam, A ssirotunnabawiyah, Jld.I, Cet.II, (t.t.p., 1993-1412), h.244.
6

7

2
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

[Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.]9
(Q.S.Al-Hijr/15: 94).
Mula-mula ia mengundang dan menyeru kerabat karibnya dari Bani Abd al-Muthalib,
kemudian menyeru masyarakat umum dari segenap lapisan masyarakat secara terang-terangan.
Demikianlah sampai akhir hayatnya beliau berusaha dengan gigih menjalankan tugasnya
sebagai Rasulullah.
3. Respon Quraisy dan Hijrah ke Habsyah
Ketika Rasulullah melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi hampir tidak
tergambarnya dalam persepsi orang-orang Quraisy bahwa dakwah yang dilakukan ini akan
berhasil dan diikuti banyak orang. Akan tetapi setelah Rasulullah menyampaikan dakwahnya
secara terang-terangan, respon-respon negatif mulai bermunculan dari orang-orang Quraisy dan

menunjukkan gelagat bahwa mereka merasa “alergi” terhadap dakwah Rasul, yaitu :
a. Persaingan Berebut Kekuasaan
Kaum Quraisy tak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan atau antara
kenabian dan kerajaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada agama Muhammad
adalah berarti tunduk kepada kekuasaan Bani Abdul Muthalib. Sedang suku-suku
bangsa Arab selalu bersaing untuk merebut kekuasaan dan pengaruh. Oleh sebab itu
bukanlah hal yang mudah bagi kaum Quraisy untuk menyerahkan pimpinan kepada
Muhammad.
b. Penyamaan Hak Antara Kasta Bangsawan dan Kasta Hamba Sahaya
Bangsa Arab hidup berkasta-kasta. Tiap-tiap manusia digolongkan kepada kasta yang
tidak boleh dilampauinya. Tetapi- seruan Muhammad memberikan hak sama kepada
manusia. Hak sama inilah suatu dasar yang penting dalam agama Islam, karena itu kasta
bangsawan dari kaum Quraisy enggan menganut agama Islam karena mereka anggap
akan meruntuhkan tradisi dan dasar kehidupan mereka.
c. Takut Dibangkit
Agama Islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat manusia akan dibangkitkan dari
kuburnya, dan bahwa perbuatan manusia akan dihisab. Orang yang berbuat baik,
kebaikannya itu akan dibalas, sebagaimana orang-orang berdosa akan disiksa karena
kejahatan-kejahatan dan dosa-dosanya. Kaum Quraisy tak dapat menerima agama Islam
yang mengajarkan bahwa manusia akan hidup kembali setelah mati.

d. Taklid Kepada Nenek Moyang
Taklid kepada nenek moyang secara membabi buta dan mengikuti langkah-langkah
mereka dalam soal-soal peribadatan dan pergaulan adalah suatu kebiasaan yang berurat
akar pada bangsa Arab. Karena itu amat beratlah terasa oleh mereka meninggalkan
agama nenek moyang dan mengikuti agama baru.
e. Memperniagakan Patung
Ini adalah satu sebab materi. Salah satu dari usaha orang Arab zaman dahulu adalah
memahat patung yang menggambarkan al-Latta, al-Uzza, Manah dan Hubbal. Patung itu
mereka jual kepada jemaah-jemaah haji. Mereka membelinya untuk mengharapkan
9

Departemen Agama RI, Op.Cit., h.399.

3
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

sempurna dan berkat, atau kenang-kenangan. Tetapi agama Islam melarang menyembah,
memahat dan menjual patung. Karena itu saudagar-saudagar patung memandang agama
Islam sebagai penghalang rezeki dan akan menyebabkan perniagaan mereka mati dan
lenyap. Karena itu mereka menentang agama Islam.10

Berdasarkan 5 (Lima) faktor inilah orang-orang Quraisy kurang merespon ajaran yang
dibawa oleh Nabi Muhammad dan bahkan terkesan melalui manuver-manuver mereka ingin
membumi-hanguskan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad.
Melihat manuver-manuver yang dilancarkan oleh orang-orang Quraisy dan misi dakwah
yang dibawa oleh Nabi Muhammad kurang mendapat respon, akhirnya Nabi Muhammad
memerintahkan para sahabat untuk hijrah ke negeri Habsyah untuk menghindari siksaan-siksaan
yang mereka lakukan. Hijrah pada periode ini tidak diikuti oleh semua orang Islam. Adapun
orang-orang Islam yang kuat tetap saja berdomisili di Makkah untuk melindungi Rasul, seperti
Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah dan lain-lain. Nampaknya dalam ulasan Syalaby ini
bahwa Nabi Muhammad tidak ikut hijrah, akan tetapi beliau hanya mengutus orang-orang
muslim yang lemah agar terhindar dari gangguan orang-orang Quraisy.
Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-5 hijrah, rombongan pertama berangkat terdiri dari 10
orang laki-laki dan 4 orang perempuan, akan tetapi jumlah tersebut semakin bertambah hingga
hampir seratus orang termasuk diantaranya Usman bin Affan beserta istri beliau Rukayah putri
Nabi.11
4 Al-Sabiqun Al-Awwalun, Peran Abu Thalib dan Khadijah
Adapun yang dimaksud dengan Al-Sabiqun Al-Awwalun adalah orang-orang yang
pertama sekali masuk Islam, baik dari golongan orang tua, anak-anak, pria dan wanita, yaitu :
Usman bin Affan, Zuber ibnu Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf, Thalhah
bin Ubaidillah, Abu Ubaid ibnu Jarrah dan Arqam bin Abil Arqam.12

Mereka inilah yang banyak tertekan dengan ancaman orang-orang Quraisy. Adapun
peran Abu Thalib dapat ditangkap ketika beberapa pemimpin Quraisy mendatanginya sebagai
utusan kaumnya. Mereka berkata : “ Wahai Abu Thalib, keponakanmu telah menghujat tuhantuhan kami seraya menyatakan bahwa tuhan-tuhan kami adalah palsu. Maka kami minta
kepadamu untuk menghentikan apa yang dia lakukan atau kami tangkap dia. Sebab kami dan
engkau berada dalam posisi yang sama, yaitu sama-sama berposisi terhadap ajaran yang
dibawanya, maka jika dia kami tangkap kami akan menyerahkannya kepadamu”.
Bertubi-tubi hujatan orang-orang Quraisy tersebut tidak membuat Nabi Muhammad
gentar, bahkan pada awalnya Abu Thalib juga memberikan nasehat agar Nabi Muhammad
meninggalkan pesan dakwahnya.
Melihat gelagat Abu Thalib ini Nabi Muhammad dengan tegar berkata : “Demi Allah,
andaikan mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku
meninggalkan risalah ini aku tidak akan berhenti kecuali aku hancur karenanya”. Ketika Nabi
Muhammad mau beranjak, Abu Thalib sempat berkata : “Pergilah dan katakan apa yang kamu
suka, sekali-kali aku takkan pernah menarik dukunganku untukmu”.13

Prof.Dr.A.Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Jld.I, (Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru,
1424 H/ 2003), h.77-80.
11 Ibnu Qayyim Zadul Ma’ad Al-Jauzi, Jld.I, Cet.XXV, (Beirut Libanon, t.t.p, t.t.), h.97.
12 Prof.Dr.A.Syalabi, Op.Cit, h.75.
13 Afzal Iqbal, Diplomacy in Early Islam, diterjemahkan oleh Samson Rahman, (Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar), h.67.
10

4
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

Bila Abu Thalib menjaga Nabi Muhammad dari serangan orang-orang Quraisy maka
Khadijah memberi pembelaan yang lain pula, yaitu : Khadijah seolah-olah ikut merasakan
penderitaan yang dirasakan oleh Nabi Muhammad. Khadijah sebagai “setawar sedingin” bagi
Nabi Muhammad dan berfungsi sebagai ibu rumah tangga yang baik yang senantiasa
memberikan wejangan-wejangan segar untuk membangkitkan “stamina” dakwah Nabi
Muhammad. Khadijah akan menghentikan segala aktivitasnya di rumah guna memberikan
kenyamanan dalam misi dakwah Nabi Muhammad.14
Pada tahun kesepuluh dari dakwah Nabi Muhammad, kedua penopang yang agung ini
(Abu Thalib dan Khadijah) kembali dipanggil Yang Maha Kuasa. Setelah meninggalnya kedua
“tulang punggung” Nabi Muhammad ini semakin gencarlah serangan orang-orang Quraisy
terhadap Nabi Muhammad dan pengikutnya. Dari sini Nabi Muhammad menyadari bahwa
pembelaan dan dukungan yang diberikan Abu Thalib sangatlah berarti.
5. Dakwah ke Luar Makkah
setelah wafatnya Abu Thalib dan Khadijah maka Nabi Muhammad mencoba
menyebarkan dakwahnya ke luar kota Makkah. Adapun sasaran tempat yang dituju adalah Thaif.
Awal pertama kali yang dilakukan Nabi Muhamamad ketika di Thaif adalah mengadakan
negoisasi kepada pembesar-pembesar suku yang ada di Thaif. Akan tetapi misi dakwah Nabi
Muhammad ke Thaif ini tidak membuahkan hasil yang baik. Bahkan orang-orang Thaif sendiri
dengan kasar menolak dakwah yang diprakarsai Nabi Muhamamad. Namun Nabi Muhammad
tidak putus asa, biarpun dalam kesulitan yang berat, Nabi hanya berseru :
“Ya Tuhanku, Aku tidak akan memperdulikan kesulitan semacam ini selama Engkau tidak
marah kepadaku”.15
Sesudah peristiwa tersebut, Nabi Saw. mengarahkan dakwahnya kepada orang-orang
yang mengerjakan haji yang berdatangan dari penjuru tanah Arab. Propoganda terus dilancarkan
oleh orang-orang kafir Quraisy, agar jangan mendengar apa yang disampaikan Muhammad yang
gila dan tukang sihir. Nabi Muhammad tetap sabar sambil menyampaikan dan membacakan ayat
Alquran. Maka mulailah perasaan cinta dan hormat kepada beliau mulai bersemi dalam dada
mereka. Dengan ini dakwah Muhammad mulai pada frase baru yaitu fase tersiar dan
berkembang.
Setahun sebelum Nabi Muhammad Saw. hijrah ke Madinah yaitu 27 Rajab tahun 621 M
ia diisrak-mi’rajkan dan mendapat perintah shalat lima kali sehari semalm.
Keberadaan Nabi Muhamamad Saw. di Makkah selama lebih kurang 13 tahun sebagai
seorang Rasul dan seorang pemimpin agama banyak mengadakan reformasi terhadap masyarakat
Makkah, terutama meluruskan kepercayaan mereka dari menyembah berhala kepada penyembah
Allah Swt Tuhan semesta alam. Di sadari dengan sepenuhnya bahwa uraian tentang Nabi
Muhammad Saw amat panjang yang dapat digali dari Alquran dan Sunnah serta pendapat para
pakar sejarah serta tidak mungkin seseorang dapat menjangkau seluruhnya.
Tepat sekali apa yang pernah dikemukakan oleh seorang penyair yang bernama AlBushiri dalam syairnya, yaitu :

‫وﻣﺒﻠﻎ اﻟﻌﻠﻢ ﻓﻴﻪ أﻧﻪ ﺑﺸﺮ‬
‫و إﻧﻪ ﺧﻴﺮ ﺧﻠﻖ اﷲ آﻠﻬﻢ‬

[Batas pengetahuan tentang beliau hanya bahwa beliau adalah seorang manusia
dan bahwa beliau adalah sebaik-baik makhluk Allah seluruhnya.]16

Prof.Dr.A.Syalabi, Op.Cit, h.83.
Prof.Dr.A.Syalabi, Ibid, h.87.
16 Dr.M.Quraish Shihab, W awasan A lquran, Cet.VI, (t.t.p.: Mizan, 1997).
14

15

5
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

B. Nabi Muhammad Sebagai Pemimpin Negara di Madinah
Kajian sejarah adalah kajian yang sangat penting untuk dipelajari agar mengetahui
peristiwa-peristiwa pada masa lampau yang pernah terjadi untuk dapat dijadikan I’tibar.
Peristiwa-peristiwa yang dimaksud adalah peristiwa yang pernah terjadi pada masa
sejarah Islam khususnya pada masa Nabi Muhammad ketika beliau di Madinah dalam
menjalankan dakwah Islam di tengah-tengah masyarakat yang belum memeluk agama dan
setelah memeluk agama Islam.
Beberapa abad yang silam Nur Islam menerangi hidup dan kehidupan manusia dengan
penuh aman sentausa dan damai lahiriyah serta bathiniyah. Namun setahap demi setahap situasi
yang demikian itu kian lama kian menurun ditimpa bencana kehancuran.
Salah satu sebabnya adakah karena umat Islam itu sendiri telah melalaikan dan
melupakan sumber ajarannya yang positif serta meninggalkan ajaran pokok yang telah disuri
tauladani oleh Nabi Muhammad Saw.
Tulisan ini mengetengahkan tentang Nabi Muhammad di Madinah sebagai Pemimpin
Negara dengan harapan semoga dapat di tauladani kepemimpinannya dalam memimpin negara
dan bangsa.
Mudah-mudahan dengan ditelaahnya tulisan ini disertai taufik dan hidayah dari Tuham
Yang Maha Pengasih akan lebih baik dan sempurna pada penulisan selanjutnya.
1. Nabi Muhammad Sebagai Pembawa Risalah
Nabi Muhammad Saw. menerima wahyu yang pertama ketika beliau berusia 40 tahun,
suatu beliau berada di Gua Hira’. Bertepatan pada tanggal 17 Ramadhan, pada malam itu beliau
melihat satu bayangan di langit, bayangan ini kelihatan turun ke bawah dan mendekati beliau
hingga akhirnya jarak antara bayangan dengan beliau sekitar kurang lebih satu meter. Dalam
keadaan seperti itu Nabi Muhammad Saw. tidak mampu menguasai diri karena merasa takut
yang sangat mencekam.
Tidak lama kemudian terdengar perintah kepada Nabi Muhammad Saw. sebagaimana
tertera dalam firman Allah surat Al-Alaq ayat 1 sampai dengan 5 yang artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah.
Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya”.
Kemudian bayangan itu melepaskan Nabi Muhammad. Untuk selanjutnya ayat Alquran
ayatnya diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad Saw. selama 22 tahun 2
bulan 22 hari. Masa turunnya Alquran ketika Nabi Muhammad berada di kota Makkah selama
12 tahun 5 bulan 13 hari, sedangkan pada masa beliau di Madinah selama 9 tahun 9 bulan 9
hari.
2. Penyampaian Dakwah
Pertama sekali Nabi Muhammad Saw. menyiarkan agama Islam dengan metode
sembunyi-sembunyi terutama ditujukan kepada kerabat-kerabat yang terdekat, terutama adalah
keluarganya sendiri. Dakwah tersebut diterima istri beliau Siti Khadijah, Ali bin Abi Thalib dan
Zaid bin Haritsah. Semakin hari semakin bertambah banyak jumlah pengikutnya hingga
mencapai 40 orang. Selanjutnya turunlah perintah kepada Nabi Muhammad agar
menyampaikan dakwah dengan cara berterus terang tidak lagi melalui metode sembunyisembunyi sebagaimana dijelaskan di dalam kitab suci Alquran surat Al-Muddatsir ayat 1
sampai dengan 7 yang artinya :

6
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan, dan
Tuhamnmu agungkanlah dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan
janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan
untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
Dengan turunnya ayat tersebut, adalah merupakan perintah maka Nabi Muhammad
mulai mendatangi tempat-tempat dimana orang berkumpul untuk menyampaikan ayat-ayat
Allah Swt. yang telah diterima beliau dan mengajak mereka untuk memeluk agama Islam.
Dengan demikian maka tersiarlah agama Islam dari kota Makkah sampai ke kota
Madinah. Dengan petunjuk Allah Swt. maka berdatanganlah orang-orang Madinah ke kota
Makkah untuk menerima ajaran Islam dari Nabi Muhammad Saw.
Kemudian dakwah Nabi Muhammad Saw. ke negara-negara dari bangsa lain, karena
beliau hanya berdakwah dikalangan bangsa Arab saja. Hal inilah yang menjadi perbedaan
antara Nabi Muhammad Saw. dengan Rasul terdahulu. Rasul-rasul terdahulu hanya untuk
bangsanya sendiri, sedangkan Nabi Muhammad diutus untuk semua bangsa di dunia ini dengan
cara universal. Hal ini sebagaimana dijelaskan firman Allah dalam surat Saba’ ayat 28 yang
artinya :
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”.
Nabi Muhammad Saw di dalam menjalankan dakwahnya dengan menggunakan prinsip
sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam Alquran surat An-Nahl ayat 125 yang artinya :
“Serulah mereka (manusia) pada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan mauizah khasanah
(pelajaran yang baik) dan bantahlah mereka dengan jalan yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Adapun yang dimaksud dengan cara yang hikmah adalah dengan metode yang jelas dan
tegas. Sehingga dapat membedakan antara yang hak dan yang bathil. Sedangkan
menyampaikan dakwah dengan cara hikmah harus didasari dengan ilmu yang tepat dan benar
yang juga sebagai ilmu amaliyah.
Orang yang melaksanakan dakwah tetapi ia sendiri tidak mengamalkannya maka
dakwah yang demikian tidak akan diikuti oleh orang lain, bahkan orang lain akan berbalik
mengkritik bahwa ia hanya memberikan nasihat tetapi tidak mampu mengamalkannya.
Nabi Muhammad Saw. sebagai pemimpin negara dan sebagai juru dakwah telah
membuktikan bahwa apa yang beliau sampaikan kepada umatnya terlebih dahulu beliau
mengamalkannya. Disinilah terletaknya uswah beliau sebagai seorang pemimpin.
Sedangkan yang dimaksud dengan mauizah khasanah atau nasihat yang baik adalah
menyenangkan tidak menyakitkan hati dan tidak memaksakan tetapi dengan cara persuasif
artinya memberikan kesempatan kepada orang lain yang diajak berfikir dan menentukan
sendiri. Di sini juga menunjukkan bahwa Nabi Muhammad sebagai seorang pemimpin tidak
memaksakan kehendak tetapi menyuruh orang untuk berfikir.
Adapun yang dimaksud dengan mujadalah atau diskusi adalah antara yang
menyampaikan dakwah dengan orang yang menerima dakwah saling tukar fikiran dan tukar
informasi. Dakwah dengan metode seperti ini dapat dilaksanakan kepada orang-orang yang
telah mempunyai potensi berfikir logis dan kritis. Dengan strategi dakwah yang dilakukan Nabi
Muhammad, maka keberhasilan dapat segera tercapai.
3. Nabi Muhammad di Madinah
Madinah adalah satu tempat di mana Nabi Muhammad untuk lebih mudah
menyebarkan dan mengembangkan ajaran yang dibawanya. Madinah merupakan bagian Jazirah
Arab dan terdiri dari sebuah Tanah Penanjung terletak di bagian Barat Daya Benua Asia.

7
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

Menurut Nuldeke, seorang ahli ketimuran Jerman yang terkenal mengatakan : Bahwa
tanah itu dinamakan Arab adalah karena sebagian yang terbesar dari padanya terdiri dari gurun
pasir.17
Selanjutnya Syekh Muhammad Al-Khudry Bek mengatakan di dalam bukunya Tarikh
Al-Islamiyah mengatakan bahwa sesungguhnya negeri Arab itu disebut jazirah.18
Harun Nasution mengatakan bahwa : Tahun Islam dimulai dengan hijrah Nabi
Muhammad dari Makkah ke Madinah di tahun 622 M. di Makkah terdapat kekuasaan kaum
Quraisy yang kuat dan yang pada waktu itu belum dapat dipatahkan Islam. Di Madinah
sebaliknya tidak terdapat kekuasaan yang demikian, bahkan di sana akhirnya Nabi
Muhammadlah yang memegang tampuk kekuasaan. Dengan beradanya kekuasaan di tangan
beliau Islampun lebih mudahlah dapat disebarkan sehingga akhirnya Islam pernah menguasai
daerah-daerah yang dimulai dari Spanyol di sebelah Barat sampai ke Filipina di sebelah Timur,
dan dari Afrika Tengah di sebelah Selatan sampai ke Danau Aral di sebelah Utara.19
Kedatangan Nabi Muhammad ke Madinah disambut dengan suka cita oleh orang-orang
Anshar yang memang telah lama menanti-nanti kedatangannya. Para sahabat yang masih
tinggal di Makkah, dengan berangsur-angsur pindah ke Madinah.
Nabi Muhammad memulai fase ke-2, fase yang memerlukan pertempuran-pertempuran
dan pengorbanan-pengorbanan jiwa. Dengan berkat jihad para sahabat Anshar dan Muhajirin di
bawah kepemimpinan Nabi Muhammad, kokohlah fondasi-fondasi Islam dan membangun
Daulah Islamiyah.
Dalam fase dakwah yang ke-2 ini, Nabi Muhammad telah melakukan beberapa
peperangan. Dalam peperangan itu Nabi Muhammad bertindak sebagai pemimpin senantiasa
mendapat pertolongan Allah Swt. Dengan demikian semakin hari semakin bertambah kokoh
prinsip-prinsip dakwah dan kian berkembang. Pada tahun ke-8 Hijrah, Nabi Muhammad telah
dapat membebaskan Makkah dari pengaruh syirik dan kaum musyrikin, serta menuntun
penduduknya kepada iman dan hidayah.
Di Madinah Nabi Muhammad telah berperang sebanyak 27 kali dan telah mengirim
pasukan-pasukan kecil tanpa beliau turut serta sebanyak 38 kali. Semua ini beliau lakukan
adalah untuk membela diri dan kebenaran. Tiga belas tahun lamanya semenjak dakwah dimulai,
menyeru umat kepada jalan Allah dan dalam selama itu beliau terus-menerus, tidak hentihentinya menderita gangguan dan ancaman dari kaum musyrik. Demikian juga para sahabat.
Nabi Muhammad selama itu senantiasa menyuruh para sahabat bersabar, tidak
mengambil tindakan balasan, karena dalam selama itu Nabi Muhammad belum menerima
perintah untuk memerangi kaum Quraisy dan musyrikin itu. Maksud beliau dengan sikapnya
yang demikian, adalah melatih para sahabat untuk dapat tahan menderita dan berlaku lemahlembut, karena mereka adalah orang-orang yang memikul beban berat, yaitu mengembangkan
Islam hingga ke pelosok dunia. Tetapi, sesudah cukup lama beliau dan para sahabat bersabar
menghindarkan permusuhan dari tekanan-tekanan musuh yang angkara murka itu, Allah Swt.
membenarkan Nabi-Nya untuk membela diri dan para muslimin. Bila kita perhatikan
peperangan yang Nabi lakukan dan perangkatan-perangkatan yang dikerahkan Nabi untuk
menggempur musuh, nyatalah bahwa semua itu dilakukan adakalanya untuk mengintimidasi
musuh agar mereka tidak berani memerangi Nabi Muhammad.
Hamzah adalah pahlawan yang mula-mula disuruh memimpin suatu pasukan untuk
menanti kedatangan kafilah Quraisy yang dikepalai Abu Jahal dari Syam. Hal ini terjadi setelah
Nuldeke, Historians History of The W orld, Oxford, t.t.
Muhammad Al-Hudry Bek, Tarikh A l-Umam A l-Islamiyah, (Mesir: t.p, 1969).
19 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai A speknya, (Jakarta: UI Press, 1979).

17
18

8
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

tujuh bulan Nabi menetap di Madinah. Tindakan ini dilakukan ini dilakukan adalah untuk
memberikan peringatan kepada golongan Quraisy agar mereka tidak terus-menerus bertindak
kasar lagi.
4. Nabi Muhammad Sebagai Pemimpin Negara
Dalam bahasa Inggris kata “Pemimpin” disebut leader. Kamus besar berjudul English
Dictionary or Words dan Usage menerangkan bahwa leader itu adalah : The Person who
leads.20 Artinya orang yang menjalankan tugas kepemimpinan.
Selanjutnya dalam bahasa Arab “Pemimpin” itu disebut “Zaim, qaid”. Sebagai
pemimpin negara Nabi Muhammad menjalankan tugasnya sesuai dengan petunjuk Ilahi untuk
menciptakan hidup damai dan selamat.
Agama Islam adalah agama yang mengajarkan manusia untuk hidup damai dan
selamat. Setiap umat cinta akan kedamaian dan keselamatan, sebab kedamaian adalah tangga
untuk mencapai masyarakat yang sejahtera, aman dan makmur.
Dalam mewujudkan masyarakat yang aman dan damai, usaha-usaha pokok yang
terlebih dahulu dikerjakan Nabi Muhammad di Madinah sebagai pimpinan negara antara lain :
a. Mendirikan mesjid :
Beliau dahulukan mendirikan masjid, sebelum mengerjakan bangunan-bangunan
lainnya selain rumah tempat kediaman beliau sendiri, karena mesjid mempunyai
potensi yang sangat vital dalam menyatukan umat dan menyusun kekuatan mereka
lahir dan batin, untuk membina masyarakat Islam atau Daulah Islamiyah berlandaskan
semangat tauhid. Di dalam Masjid, Nabi Muhammad dapat mengadakan benteng
pertahanan yang bersifat moral dan spritual, yaitu semangat jihad di jalan Allah,
sehingga kaum Muslimin yang waktu itu jumlahnya belum seberapa banyak, rela
mengorbankan harta benda dan segenap kesenangan materi mereka. Di dalam mesjid
Nabi Muhammad senantiasa mengajarkan doktrin tauhid dan mengajarkan pokokpokok ajaran Islam kepada kaum Muhajirin dan Anshar. Di dalam masjid pula kaum
Muslimin melakukan ibadah berjemaah dan senantiasa bertemu, bermusyawarah untuk
merundingkan masalah-masalah yang bersama-sama mereka hadapi.
b. Mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan Anshar :
Kaum Muhajirin yang jauh dari sanak keluarga dan kampung halaman mereka dipererat
oleh Nabi Muhammad dengan mempersaudarakan mereka dengan kaum Anshar,
karena kaum Anshar telah menolong mereka dengan ikhlas dan tidak memperhitungkan
keuntungan-keuntungan yang bersifat materi, melainkan karena mencari ridha Allah
semata-mata.
c. Perjanjian Perdamaian dengan kaum Yahudi
Guna menciptakan suasana tenteram dan aman di kota Madinah, Nabi Muhammad
membuat perjanjian persahabatan dan perdamaian dengan kaum Yahudi yang berdiam
di dalam dan sekeliling kota Madinah. Dalam perjanjian ini ditetapkan dan diakui hak
kemerdekaan tiap-tiap golongan untuk memeluk dan menjalankan agamanya. Inilah
salah satu perjanjian politik yang memperlihatkan kebijaksanaan Nabi Muhammad
sebagai seorang ahli politik ulung. Tindakan seperti ini belum pernah dilakukan oleh
para Nabi dan Rasul terdahulu, baik oleh Nabi Isa maupun Nabi Musa atau Nabi-nabi
sebelum mereka.

20

JB.Alter, English Dictionary of W ords & Usage (Hongkong: t.p., 1997).

9
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

Kedudukan Nabi Muhammad bukan saja hanya seorang Nabi dan Rasul, tetapi juga
dalam masyarakat Islam beliau sebagai ahli politik, diplomat yang ulung, di tengahtengah medan perang beliau sebagai pahlawan yang gagah berani, dan di dalam
memperlakukan musuh yang sudah kalah, beliau sebagai seorang ksatria yang tidak ada
taranya.
d. Meletakkan Dasar-dasar Politik, Ekonomi dan Sosial untuk Masyarakat Islam.
Karena masyarakat Islam telah terujud, sebagai tempat kaum Muslimin, maka sudah
tiba masanya bagi Nabi Muhammad untuk menentukan dasar-dasar yang kuat bagi
masyarakat Islam yang baru saja terwujud itu, baik di lapangan politik, ekonomi, sosial
maupun yang lain-lain. Hal itu disebabkan karena dalam periode perkembangan agama
Islam di Madinah inilah, telah turun wahyu Ilahi yang mengandung perintah berzakat,
berpuasa dan hukum-hukum yang bertalian dengan pelanggaran-pelanggaran atau
larangan, jinyat (pidana) dan lain-lain.
Dengan ditetapkannya dasar-dasar politik, ekonomi, sosial dan lain-lain, maka semakin
teguhlah bentuk masyarakat Islam di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad sebagai
pemimpin negara, sehingga dari hari-kehari pengaruh agama Islam di kota Madinah
semakin besar.

DAFTAR PUSTAKA
Abu Malik bin Hasyim, Abi Muhammad, Siratunnaby, Jld.I, (Kairo: Maktabah
Darruttutos, t.t.).
Abdul Wahid Assyaibani, Muhammad bin Abdul Karim, Al-Kamil Fittarikh,
Jld.I, (Beirut Libanon: Darul Kutub Alamiyah, 1987-1407).
A.Syalabi, Prof.Dr., Sejarah Kebudayaan Islam, Jld.I, (Jakarta: Pustaka Al-Husna
Baru, 1424 H/2003).
Alter, J.B., English Dictionary of Words & Usage (Hongkong: t.p., 1997).
Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemahnya, (Jakarta:
Gema Risalah Press Bandung, 1992).
Hisyam, Ibnu, Assirotunnabawiyah, Jld.I, Cet.II, (t.t.p., 1993 - 1412).
Ibnu Qayyim Zadul Ma’ad Al-Jauzi, Jld.I, Cet.XXV, (Beirut Libanon, t.t.p, t.t.).
Iqbal, Afzal, Diplomacy in Early Islam, diterjemahkan oleh Samson Rahman,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar).
Lapidus, IRA.M, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada).
M.Quraish Shihab, Dr., Wawasan Alquran, Cet.VI, (t.t.p.: Mizan, 1997).
Muhammad Al-Hudry Bek, Tarikh Al-Umam Al-Islamiyah, (Mesir: t.p, 1969).

10
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1979).
Nuldeke, Historians History of The World, Oxford, t.t.
Philip K. Hitti, The Arabs A Short Story, diterjemahkan oleh Ushuluddin
Hutagalung dan ODP Sihombing, t.t.p., t.t.).

11
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara