LAPORAN Praktek Kerja Lapangan.docx (2)

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tumbuhan merupakan gudang berbagai jenis senyawa kimia
serta

beragam

jenis

sifat

atau

ciri-ciri

yang

dimilikinya


yang

dimanfaatkan sebagai suatu tumbuhan obat. Hal semacam ini
mempunyai hubungan yang baik dengan objek yang dituju. Dalam hal
ini, manusia yang kemudian dimanfaatkan untuk dikembangbiakkan
atau dibudidayakan sebagai suatu usaha atau bisnis tumbuhan obat
yang dapat mendatangkan banyak keuntungan serta memberikan
manfaat yang besar bagi masyarakat khususnya sebagai konsumen.
Beragam upaya dilakukan dalam pencarian tumbuhan berkhasiat
obat dimulai dari mengidentifikasi kandungan kimia yang terkandung di
dalamnya serta bentuk morfologi dari tumbuhan tersebut yang
memberikan ciri khas. Namun, tidak semua tumbuhan berkhasiat yang
memberikan ciri khas itu dapat dikategorikan sebagai tumbuhan
berkhasiat obat. Penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik di
dalam maupun di luar negeri berkembang pesat. Penelitian yang
berkembang, terutama dari segi farmakologi maupun fitokimianya
penelitian dilakukan berdasarkan indikasi tumbuhan obat yang telah

1


LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
digunakan oleh sebagian masyarakat dengan khasiat yang teruji
empiris.
Penggunaan

obat-obatan

walaupun

dalam

bentuk

yang

sederhana tidak diragukan lagi sudah berlangsung sejak jauh sebelum
adanya sejarah yang ditulis karena naluri orang-orang primitif untuk
menghilangkan rasa sakit pada luka dengan merendamnya dalam air
dingin atau menempelkan daun segar pada luka tesebut atau

menutupinya dengan lumpur, hanya berdasarkan pada kepercayaan.
Orang-orang primitif belajar dari pengalaman dan mendapatkan cara
pengobatan yang satu lebih efektif dari yang lain, dari dasar permulaan
ini pekerjaan terapi dengan obat dimulai. Namun seiring dengan
berkembangnya

zaman

penggunaan

obat-obatan

sudah

mulai

memasuki tahap modern misalnya dengan menggunakan alat-alat
canggih akan tetapi penggunaan obat secara primitif tidak boleh
dilupakan karena dari sinilah awal semuanya.
Dalam pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini,

bertujuan

mencari

tanaman

obat

yang

berkhasiat.

Keampuhan

pengobatan herba banyak dibuktikan melalui berbagai pengalaman.
Berbagai macam penyakit yang sudah tidak dapat disembuhkan melalu
pengobatan alopati (kedokteran), ternyata masih bisa diatasi dengan
pengobatan herba, contohnya penyakit kanker dan kelumpuhan.
Adapula pengalaman yang membuktikan bahwa untuk beberapa
2


LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
penyakit, ternyata pengobatan herba lebih efektif memberikan solusi
penyembuhan dibandingkan dengan pengobatan menggunakan bahan
kimia. Beberapa penyakit tersebut diantaranya penyakit-penyakit
cardiovascular (penyakit yang berhubungan dengan darah dan jantung)
serta penyakit saraf. Keunggulan pengobatan herba terletak pada bahan
dasarnya yang bersifat alami sehingga efek sampingnya dapat ditekan
seminimal mungkin, meskipun dalam beberapa kasus dijumpai orangorang yang alergi terhadap herba. Namun, alergi tersebut dapat juga
terjadi pada pengobatan medis.
.2

Rumusan Masalah
Bagaimana cara pemeriksaan farmakognosi yang meliputi
pemeriksaan

morfologi,

anatomi,


organoleptik,

dan

Identifikasi

kandungan kimia tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.).
1.3

Tujuan Penelitian
a. Mendeskripsikan kandungan kimia tumbuhan Bandotan (Ageratum
conyzoides L.)
b. Mendeskripsikan khasiat tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides
L.)
c. Mendeskripsikan

cara

memanfaatkan


tumbuhan

Bandotan

(Ageratum conyzoides L.) sebagai obat

3

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
d. Mendeskripsikan

efek

samping

dari

penggunaan

tumbuhan


Bandotan (Ageratum conyzoides L.)

1.4

Manfaat Penelitian
Bagi mahasiswa penelitian ini dapat menambahkan wawasan dan
ilmu pengetahuan tentang Farmakognosi yang kelak dapat berguna di
masa yang akan datang.
Bagi masyarakat penelitian ini dapat menjadi pelajaran tentang
khasiat-khasiat tanaman yang nantinya dapat dijadikan sebagai obat di
kehidupan sehari-hari.

4

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Tumbuhan

2.2.1 Sistematika Tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.)
(www.plantamor.com)
Kingdom

: Plantae

Super divisi : Spermatophyta
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Sub Kelas

: Asteridae

5


LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

.1.2

Ordo

: Asterales

Famili

: Asteraceae

Genus

: Ageratum

Spesies

: Ageratum conyzoides L.


Nama Daerah Tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.)
Adapun nama daerah dari tanaman Bandotan yaitu
Sumatera: Bandotan, daun tombak, siangit, tombak jantan,
siangik kahwa, rumput tahi ayam. Jawa: babadotan, Bandotan
leutik, Bandotan beureum, Bandotan hejo, jukut bau, kibau,
Bandotan, berokan, wedusan, dus wedusan, dusbedusan,
tempuyak. Sulawesi: dawet, lawet, serri jepang, rukut manoe,
rukut weru, sopi (http://www.iptek.net.id).

2.1.3 Morfologi Tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.)
(http://farmakoseumi.blogspot.com)
Bandotan tergolong ke dalam tumbuhan terna semusim,
tumbuh tegak atau bagian bawahnya berbaring, tingginya sekitar
30-90 cm, dan bercabang.
Batangnya bulat berambut panjang, jika menyentuh tanah
akan mengeluarkan akar. Daunnya bertangkai, letaknya saling
berhadapan dan bersilang (compositae), helaian daun bulat telur
dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi,
panjang 1-10 cm, lebar 0,5-6 cm, kedua permukaan daun

6

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di permukaan
bawah daun, warnanya hijau.
Akar tumbuhan Bandotan ini adalah berakar tunggang dan
tumbuhan Bandotan ini merupakan tumbuhan dikotil. Bunganya
bermajemuk berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang
keluar dari ujung tangkai, warnanya putih. Panjang bonggol
bunga 6-8 mm, dengan tangkai yang berambut.
Buahnya berwarna hitam dan bentuknya kecil. Habitat dan
budidaya Bandotan dapat diperbanyak dengan biji. Bandotan
berasal dari Amerika tropis. Jika daunnya telah layu dan
membusuk, tumbuhan ini akan mengeluarkan bau tidak enak.

.1.4

Anatomi Tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.)
(http://farmakoseumi.blogspot.com)
Tumbuhan Bandotan ini merupakan tumbuhan dikotil
dengan xylem primer terletak di pusat akar dan berbentuk seperti
bintang, sedangkan floem primer terletak di sebelah luar xylem
primer. Mempunyai tipe kolateral terbuka (antara xylem dan floem
terdapat kambium).
Batang tumbuhan Bandotan ini mempunyai xylem dan
floem yang terdapat di stele, tersusun seperti cincin dengan floem
terletak di sebelah luar xylem.

7

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak
epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel berbentuk segi empat,
kutikula tebal berbintik-bintik, stomata sedikit, rambut penutup
terdiri dari 2 sel sampai 5 sel. Epidermis bawah terdiri dari satu
lapis sel berbentuk segi empat, kutikula tebal berbintik-bintik,
stomata lebih banyak daripada epidermis atas, rambut penutup
terdiri dari 2 sel sampai 5 sel, lebih banyak dari epidermis atas.
Mesofil meliputi jaringan palisade terdiri dari 1 lapis sel, jaringan
bunga karang terdiri dari 3 tau 4 lapis sel, terdapat sel sekresi
dan sel yang berisi tetes minyak. Berkas pembuluh tipe kolateral.
Pada sayatan paradermal tampak epidermis atas dan epidermis
bawah berbentuk tidak beraturan, dinding bergelombang, stomata
tipe anomositik.
.1.5

Kandungan

Kimia

Tumbuhan

Bandotan

(Ageratum

conyzoides L.)
Herba Bandotan mengandung asam amino organacid,
pectic substance, minyak atsiri, kumarin, ageratochromene,
friedelin, β-sitosterol, stigmasterol, tanin, sulfur, dan potasium
klorida. Akar mengandung minyak atsiri, alkaloid, dan kumarin
(http://www.iptek.net.id).
.1.6

Kegunaan Tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.)
Khasiat Bandotan adalah sebagai stimulan, tonik, pereda
demam (antipiretik), antitoksik, menghilangkan pembengkakan,
8

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
menghentikan

perdarahan

(hemostatis),

peluruh

haid

(emenagog), peluruh kencing (diuretik), dan peluruh kentut
(kaiminatit), mengobati malaria, sakit tenggorokan, radang paru
(pneumonia), radang telinga tengah, diare, disentri, mulas,
muntah, perut kembung, keseleo, pegal linu. Daun Bandotan
dapat digunakan pula sebagai insektisida nabati. Akarnya
berkhasiat untuk mengatasi demam. Herba Bandotan ini berasa
sedikit pahit, pedas, dan bersifat netral (http://www.iptek.net.id).
Setelah melakukan penelitian didapatkan fakta bahwa di
daerah Sulawesi khususnya di daerah Parepare tumbuhan
Bandotan ini digunakan sebagai obat luka dan di daerah lainpun
yaitu di Bogor memanfaatkan tumbuhan ini sebagai obat luka
pula.
.1.7

Bioaktifitas Tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.)
(http://farmakoseumi.blogspot.com)
Berdasarkan penelitian terhadap tumbuhan Bandotan ini,
terdapat kandungan kimia yang utama yakni minyak atsiri dan
tanin. Dimana ekstrak daun Bandotan (5% dan 10%) dapat
memperpanjang siklus birahi dan memperlambat perkembangan
folikel mencit betina. Namun tidak berefek pada uterus, vagina
dan

liver.

Setelah

masa

pemulihan,

siklus

birahi

dan

perkembangan folikel kembali normal. Tidak ada perbedaan efek
antara mencit virgin dan non virgin selama perlakuan.
9

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Ekstrak daun Bandotan dalam minyak kelapa dosis 20 %
tidak memberikan efek penyembuhan luka. Namun pada dosis
40% dan 80% dapat menyembuhkan luka secara nyata sesuai
dengan peningkatan dosis. Bahkan efek penyembuhan luka pada
dosis 80% tidak berbeda nyata dengan yodium povidon 10%.
.2

Tinjauan Tentang Pemeriksaan Farmakognostik
.2.1

Pengertian dan Sejarah Farmakognosi
Istilah Farmakognosi pertama kali dicetuskan oleh C.A.
Seydler (1815), seorang peneliti kedokteran di Haalle Jerman,
dalam

disertasinya

berjudul

Anelecta

Pharmacognostica.

Farmakognosi berasal dari bahasa Yunani, pharmacon yang
artinya "obat" (ditulis dalam tanda petik karena obat disini
maksudnya adalah obat alam bukan obat sintetis) dan agnosis
yang

artinya

pengetahuan.

Jadi,

farmakognosi

adalah

pengetahuan tentang obat-obat alamiah (Ahmad, 2008).
Farmakognosi
pengobatan

dari

mencakup

alam

yang

seni
meliputi

dan

pengetahuan

tanaman,

hewan,

mikroorganisme dan mineral. Keberadaan farmakognosi dimulai
sejak manusia pertama kali mulai mengenal penyakit, seperti
menjaga kesehatan, menyembuhkan penyakit, meringankan
penderitaan, menanggulangi gejala penyakit dan rasa sakit, serta
semua yang berhubungan dengan minuman dan makanan
kesehatan (Gunawan, 2004).
10

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
.2.2

Ruang lingkup Pemeriksaan Farmakognostik
.2.2.1

Identifikasi dan Determinasi Tanaman (Steenis, 1972)
Dalam melakukan suatu determinasi tanaman itu
membutuhkan

alat-alat

khusus

dalam

mengolah

tanaman Bandotan tersebut. Disamping itu bahan-bahan
tumbuhan tidak lupa pula untuk turut disertakan dalam
penentuan determinasi ini yang meliputi beberapa
eksemplar yang kalau dikumpulkan memberi gambaran
yang lebih lengkap.
Menentukan kunci determinasi tanaman dilakukan
berdasarkan bentuk morfologi tanaman melalui uraian
tanaman atau ciri-ciri umum tanaman secara lengkap
serta tak lupa pula dari segi pengelompokan atau
klasifikasi

tanaman

yang

mempermudah

dalam

menentukan kunci determinasi tanaman tersebut.
Dalam

praktikum

ini

pula

bertujuan

untuk

membuat herbarium baik itu herbarium basah maupun
herbarium kering. Adapun pengertian dari herbarium
adalah penyimpanan dan pengawetan tumbuhan. Untuk
herbarium kering perlakuannya disimpan dalam keadaan
kering sedangkan herbarium basah disimpan dalam
keadaan basah dengan cairan tertentu.

11

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Pembuatan herbarium tanaman dilakukan dengan
mengumpulkan seluruh bagian tanaman yang utuh (akar,
batang, daun) termasuk bagian-bagian khusus tanaman
seperti bunga, buah dan biji, bila tidak dikumpulkan
secara lengkap akan susah untuk mengidentifikasinya
serta jangan sekali-kali mengambil tanaman pada waktu
yang berbeda kemudian dikumpulkan menjadi satu, itu
akan membuat herbarium memberikan hasil yang tidak
baik.
Herbarium kering adalah tumbuhan yang diambil
akarnya dan dibersihkan dengan air, setelah kering kita
masukkan ke dalam lipatan karton kemudian tumbuhan
diatur sedemikian rupa, jangan sampai ada yang rusak
pada bagian tumbuhan, daun diatur agar terlihat
permukaan daun atas dan bawah kemudian dipress
herbarium di atas kertas koran dengan kemudian
dikeringkan pada sinar matahari atau dipanaskan dalam
oven listrik pada suhu 60-70

o

C sampai materi kering

dan siap untuk ditempel pada karton herbarium.
Herbarium basah umumnya jenis Bryophyta dan
larutan yang anatomi tanaman digunakan adalah alkohol
70%, formalin 4% atau FAA (Formalin, Alkohol 70% dan
Asetat perbandingan 50 : 500 : 900 ml).
12

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
.2.2.2 Morfologi Tanaman (Tjirisoepomo, 1979)
Ilmu tumbuhan saat ini telah mengalami kemajuan
yang demikian pesat, dari berbagai cabang ilmu
tumbuhan yang sekarang telah berdiri sendiri adalah
morfologi tumbuhan mempelajari tentang morfologi luar
atau morfologi dalam arti yang sempit, yang selain
memuat tentang istilah-istilah yang lazim dipakai dalam
ilmu tumbuhan, khususnya dalam taksonomi tumbuhan,
sekaligus juga berisi tuntunan bagaimana caranya
mencandra

(mendeskripsi)

tumbuhan.

Morfologi

tumbuhan disini lebih menjelaskan tentang bagaimana
bentuk batang, daun, akar, ataupun buah dari suatu
tumbuhan. Jadi, hanya akan menyangkut dua golongan
tumbuhan yaitu: Pteridophyta (tumbuhan paku) dan
Spermatophyta (tumbuhan biji). Rupanya morfologi
tumbuhan tidak hanya menguraikan bentuk dan susunan
tubuh tumbuhan saja, tetapi juga bertugas untuk
menentukan apakah fungsi masing-masing bagian itu
dalam kehidupan tumbuhan, dan selanjutnya juga
berusaha

mengetahui

darimana

asal

bentuk

dan

susunan tubuh yang demikian tadi. Selain itu morfologi
harus pula dapat memberikan jawaban atas pertanyaan

13

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
mengapa bagian-bagian tubuh tumbuhan mempunyai
bentuk dan susunan yang beraneka ragam tersebut.
.2.2.3

Anatomi Tanaman (Tjirisoepomo, 1979)
Pemeriksaan

ciri

anatomi

menggunakan

mikroskop dilakukan terhadap irisan melintang atau
membujur dari jaringan tumbuhan atau pemeriksaan
serbuk/bagian tumbuhan yang telah dikeringkan. Cara
pemeriksaan ini dilakukan untuk mengamati bentuk sel
dan jaringan meristem, epidermis gabus, parenkim,
klorenkim, sklerenkim, floem dan xylem), sel batu,
trikomata, kristal kalsium oksalat, dan sebagainya.
Tumbuhan pada umumnya mempunyai ciri morfologi dan
anatomi yang spesifik dan dapat digunakan sebagai
penciri bagi tumbuhan tersebut.

.2.2.4

Identifikasi Kandungan Kimia Tanaman (Asni, 2009)
a. Uji dengan reaksi warna dilakukan terhadap hasil
penyaringan

zat

berkhasiat

baik

sebagai

hasil

mikrosublimasi atau langsung terhadap irisan serbuk
simplisia (uji histokimia) dan ekstrak, meliputi uji
lignin, seberin, kutin, minyak lemak, minyak atsiri,
getah dan resin, pati dan aleuron, lender dan pectin,
selulosa, zat zamak atau tanin dan katekol, dioksian,
14

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
trakinon bebas, fenol, saponin, flavanoid, karbohidrat,
glikosida,

glikosida,

antrakinon,

dan

steroid

contohnya: asam sinamat dipisahkan dalam bentuk
kristal dari tolu balsam setelah didihkan dengan air
kapur + HCl + kalium permanganat terbentuk
benzaldehid.
b. Uji reaksi pengendapan dilakukan dengan melihat
warna endapan yang terjadi contohnya uji alkaloid.
c. Mikrosubmasi untuk konstituen mudah menyublin
dalam bentuk Kristal dilakukan uji KLT dan reaksi
warna.
.2.2.5

Pemeriksaan Mutu dan Standarisasi
Pemeriksaan

mutu

simplisia

terdiri

atas

pemeriksaan (MMI Edisi V, 1995):
1. Organoleptik yaitu pemeriksan warna, bau, dan rasa
bahan/simplisia.
2. Makroskopik
mengenai

yaitu

bentuk

memuat
ukuran,

uraian
warna,

makroskopik
dan

bidang

patahan/irisan.
3. Mikroskopik

yaitu

membuat

paparan

anatomis, penampang melintang simplisia, fragmen
pengenal serbuk simplisia, meliputi uraian mengenai:
a. Jaringan pada batang, akar, dan daun, terdiri dari:
15

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
 Jaringan

primer

(epidermis,

corteks,

endodermis, caspari, perisikel, silinder pusat
dan empulur).
 Jaringan sekunder (periderm, felogen, dan
ritidom).
 Perubahan susunan silinder pusat
b. Jaringan pada daun terdiri dari:
 Tipe stomata
 Jenis rambut (rambut penutup dan rambut
kelenjar).
c. Jaringan pada daun, batang, dan akar terdiri dari:
 Tipe idioblas
 Tipe sel sklerenkim
.3

Tinjauan Tentang Simplisia
.3.1

Pengertian Simplisia (Ditjen POM, 1979)
Pengertian simplisia menurut Farmakope Indonesia Edisi
III adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain
berupa bahan yang telah dikeringkan.

.3.2

Penggolongan Simplisia (Ditjen POM, 1979)
Simplisia terbagi 3 golongan yaitu:

16

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,
bagian tanaman dan eksudat tanaman. Eksudat tanaman
ialah isi yang spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang
dikeluarkan dari selnya, dengan cara tertentu atau zat yang
dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu yang masih
belum berupa zat kimia murni.
2. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian
hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan
belum berupa zat kimia murni.
3. Simplisia mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelican
(mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Selain ketiga jenis simplisia di atas juga terdapat hal lain,
yaitu benda organik asing yang disingkat benda asing adalah
satu atau keseluruhan dari apa-apa yang disebut dibawah ini:
1. Fragmen merupakan bagian tanaman asal simplisia selain
bagian tanaman yang disebut dalam paparan makroskopik
atau bagian sedemikian nilai batasnya disebut monografi.
2. Hewan asing merupakan zat yang dikeluarkan oleh hewan,
kotoran hewan, batu tanah atau pengotor lainnya.
Kecuali yang dinyatakan lain, yang dimaksudkan dengan
benda asing pada simplisia nabati adalah benda asing yang
berasal dari tanaman. Simplisia nabati harus bebas serangga,
17

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
fragmen hewan, atau kotoran hewan tidak boleh menyimpang
bau dan warnanya, tidak boleh mengandung lendir, atau
cendawan, atau menunjukkan adanya zat pengotor lainnya; pada
perhitungan penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam,
kadar abu yang larut dalam air, sari yang larut dalam air, atau sari
yang larut dalam etanol didasarkan pada simplisia yang belum
ditetapkan susut pengeringannya.
Sedangkan susut pengering sendiri adalah banyaknya
bagian zat yang mudah menguap termasuk air, tetapkan dengan
cara pengeringan, kecuali dinyatakan lain, dilakukan pada suhu
105o hingga bobot tetap.
Agar simplisia yang kita butuhkan bermutu baik, maka
dilakukan pemeriksaan mutu simplisia yang bertujuan agar
diperoleh simplisia yang memenuhi persyaratan umum yang
ditetapkan oleh Depkes RI dalam buku resmi seperti materi
medika Indonesia, Farmakope Indonesia, dan ekstra Farmakope
Indonesia.
.3.3

Cara Pembuatan Simplisia (Ditjen POM, 1985)
Pembuatan simplisia merupakan proses memperoleh
simplisia dari alam yang baik dan memenuhi syarat-syarat mutu
yang dikehendaki.
1. Teknik pengumpulan

18

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan
tangan atau menggunakan alat (mesin). Apabila pengambilan
dilakukan

secara

langsung

(pemetikan)

maka

harus

memperhatikan keterampilan si pemetik, agar diperoleh
tanaman/bagian

tanaman

yang

dikehendaki,

misalnya

dikehendaki daun yang muda, maka daun yang tua jangan
dipetik dan jangan merusak bagian tanaman lainnya, misalnya
jangan menggunakan alat yang terbuat dari logam untuk
simplisia yang mengandung senyawa fenol dan glikosida.
1. Waktu pengumpulan atau panen
Kadar kandungan zat aktif suatu simplisia ditentukan oleh
waktu panen, umur tanaman, bagian tanaman yang
diambil dan lingkungan tempat tumbuhnya.
Pada umumnya waktu pengumpulan sebagai berikut:
a. Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan
sebelum

buah

menjadi

masak,

contohnya

daun

Athropa belladonna mencapai kadar alkaloid tertinggi
pada pucuk tanaman saat mulai berbunga. Tanaman
yang berfotosintesis diambil daunnya saat reaksi
fotosintesis sempurna yaitu pukul 09.00-12.00.
b. Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah
mekar.

19

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
c. Buah dipetik dalam keadaan tua, kecuali buah
mengkudu dipetik sebelum buah masak.
d. Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna.
e. Akar, rimpang (rhizoma), umbi (tuber), dan umbi lapis
(bulbus),

dikumpulkan

sewaktu

proses

pertumbuhannya terhenti.
2. Bagian Tanaman
a. Klika batang/klika/korteks
Klika diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas
dengan ukuran panjang dan lebar tertentu, sebaliknya
dengan cara berselang-seling dan sebelum jaringan
kambiumnya, untuk klika yang mengandung minyak
atsiri atau senyawa fenol gunakan alat pengelupas
yang bukan terbuat dari logam.
b. Batang (caulis)
Batang diambil dari cabang utama sampai leher akar,
dipotong-potong

dengan

panjang

dan

diameter

tertentu.
b. Kayu (Lignum)
Kayu diambil dari batang atau cabang, kelupas kulitnya
dan potong-potong kecil.
c. Daun (Folium)

20

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Daun tua atau muda (daun kelima dari pucuk) dipetik
satu persatu secara manual.
d. Bunga (Flos)
Tergantung yang dimaksud, dapat berupa kuncup atau
bunga mekar atau mahkota bunga atau daun bunga,
dapat dipetik langsung dengan tangan.
e. Akar (Radix)
Bagian yang digunakan adalah bagian yang berada di
bawah permukaan tanah, dipotong-potong dengan
ukuran tertentu.
f. Rimpang (Rhizoma)
Tanaman dicabut, rimpang diambil dan dibersihkan dari
akar, dipotong melintang dengan ketebalan tertentu.
g. Buah (Fructus)
Dapat berupa buah yang masak, matang atau buah
muda, dipetik dengan tangan.
h. Biji (Semen)
Buah yang dikupas kulit buahnya menggunakan tangan
atau alat, biji dikumpulkan, dan dicuci.
i. Bulbus
Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun dan
akar dengan memotongnya.
2. Pencucian dan Sortasi Basah
21

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Pencucian dan sortasi basah dimaksudkan untuk
membersihkan simplisia dari benda-benda asing dari luar
(tanah, batu, dan sebagainya), dan memisahkan bagian
tanaman yang tidak dikehendaki. Pencucian dilakukan
bagi simplisia utamanya bagian tanaman yang berada di
bawah tanah (akar dan rimpang) untuk membersihkan
simplisia dari sisa-sisa tanah yang melekat.
3. Pengeringan
Tujuan pengeringan pada tanaman atau bagian
tanaman adalah:
a. Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak
dan dapat digunakan dalam jangka relatif lama.
b. Mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya
pembusukan

oleh

jamur

atau

bakteri

karena

terhentinya proses enzimatik dalam jaringan tumbuhan
yang selnya telah mati. Agar reaksi enzimatik tidak
dapat berlangsung, kadar air yang dianjurkan adalah
kurang dari 10 %.
c. Mudah dalam penyimpanan dan mudah dihaluskan bila
ingin dibuat serbuk.
a. Pengeringan alamiah

22

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Tergantung dari kandungan zat aktif simplisia,
pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
1. Sinar matahari langsung, terutama pada bagian
tanaman yang keras (kayu, kulit biji, biji dan
sebagainya) dan mengandung zat aktif yang
relatif stabil oleh panas)
2. Diangin-anginkan

dan

tidak

terkena

sinar

matahari secara langsung, umumnya untuk
simplisia bertekstur lunak (bunga, daun dan lainlain) dan zat aktif yang dikandungnya tidak stabil
oleh panas (minyak atsiri).
b. Pengeringan buatan
Cara pengeringan dengan menggunakan alat
yang dapat diatur suhu, kelembaban, tekanan atau
sirkulasi udaranya.
.3.4

Pemeriksaan Mutu Simplisia
Pemeriksaan mutu simplisia terdiri atas (Amin, 2009):
1. Identifikasi meliputi pemeriksaan
a.

Organoleptik yaitu pemeriksaan warna, bau, dan rasa
dari bahan simplisia. Dalam buku resmi dinyatakan
pemerian yaitu memuat paparan mengenai bentuk dan

23

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
rasa

yang

dimaksudkan

untuk

dijadikan

petunjuk

mengenal simplisia nabati sebagai syarat baku.
b.

Mikroskopik yaitu membuat uraian mikroskopik paparan
mengenai bentuk ukuran, warna, dan bidang patahan atau
irisan.

c.

Mikroskopoik

yaitu

membuat

paparan

anatomi

penampang melintang simplisia fragmen pengenal serbuk
simplisia.
d.

Tetapan fisika, meliputi pemeriksaan indeks bias, bobot
jenis,

titik

lebur,

rotasi

optik,

mikrosublimasi,

dan

rekristalisasi.
e.

Kimiawai

meliputi

reaksi

warna,

pengendapan,

penggaraman, logam, dan kompleks.
f.

Biologi

meliputi

pemeriksaan

mikrobiologi

seperti

penetapan angka kuman, pencemaran, dan percobaan
terhadap hewan.
2. Analisis bahan meliputi penetapan jenis konstituen (zat
kandungan), kadar konstituen (kadar abu, kadar sari, kadar
air, kadar logam), dan standarisasi simplisia.
3. Kemurnian, meliputi kromatografi: kinerja tinggi, lapis tipis,
kolom, kertas, dan gas untuk menentukan senyawa atau
komponen kimia tunggal dalam simplisia hasil metabolit
primer dan sekunder tanaman.
24

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
.4

Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia Secara Kemotaksonomi
.4.1

Penggolongan Tanaman Berdasarkan Kemotaksonomi
Pengolongan tumbuhan Bandotan ini merupakan suku
atau family compositae atau asteraceae atau tumbuhan yang
mempunyai daun bersilang dan berhadapan. Bandotan ini
merupakan herba terna semusim, tegak atau berbaring dan dari
bagian ini keluar akarnya. khususnya di Indonesia tumbuhan ini
merupakan

tumbuhan

pengganggu

yang

terkenal

(http://farmakoseumi.blogspot.com).
.4.2

Kegunaan Umum Tanaman Berdasarkan Kemotaksonomi
Kegunaan Umum dari tanaman Bandotan ini adalah
mengobati luka luar dengan cara daun-daunnya digulung kecil
lalu ditempelkan pada luka (http://www.iptek.net.id).

.4.3

Cara mengidentifikasi Kandungan Kimia Simplisia (Amin,
2012)
a. Reaksi warna
1. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat
P, terjadi warna coklat kehijauan.
2. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat
10 N, terjadi warna hijau tua.

25

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
3. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan
natrium hidroksida P 5% b/v dalam etanol, terjadi warna
hijau.
4. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes amonia
(25%) P, terjadi warna coklat kehijauan.
5. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan besi
(III) klorida P 5% b/v, terjadi warna hijau kecoklatan.
b. Reaksi pengendapan
Alkaloid

Merupakan

senyawa

organik

yang

mengandung unsur nitrogen dan bersifat basa. Senyawa ini
dijumpai pada golongan tanaman leguminosae, rubiaceae,
ladoceae, dan liliaceae. Untuk menentukan adanya alkaloid
maka ditimbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 1 ml
asam klorida 2 N dan 9 ml air, panaskan di atas penangas
air selama 2 menit, dinginkan dan saring, pindahkan
masing-masing 3 tetes filtrat pada dua kaca arloji:
1. Tambahkan 2 tetes mayer LP pada kaca arloji pertama,
terbentuk endapan menggumpal berwarna putih
2. Tambahkan 2 tetes bouchardat LP pada kaca arloji
kedua, terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam
c. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis adalah salah satu teknik
pemisahan komponen kimia dengan prinsip adsorpsi dan
26

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
partisi menggunakan lempeng berukuran 7 x 3 cm, yang
dilapisi oleh silica gel sebagai fase adsorben atau disebut
fase diam dan eluen berupa campuran beberapa pelarut
atau fase gerak yang dapat memisahkan senyawa kimia
yang dapat memisahkan senyawa kimia dengan baik.

BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS, DAN SKEMA KERJA

1.1 Kerangka Konseptual
Obat tradisional
Indonesia

Bandotan

Pemeriksaan
Farmakognosi

aktivitas farmakologi
mengobati luka

Bioaktivitas Praklinik
Invitro dan invivo

Kandungan Kimia
dan Identifikasi
Kemotaksonomi

Pengembangan
Obat tradisional
dan Fitofarmako

Gambar. 3.1 Skema kerangka konseptual Bandotan

27

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

.2

Hipotesis
Berdasarkan

hasil

pemeriksaan

farmakognostik

Bandotan

(Ageratum conyzoides L.) diduga mengandung asam amino, organacid,
pectic substance, minyak atsiri, kumarin, ageratochromene, friedelin, βsitosterol, stigmasterol, tanin, sulfur, dan potassium klorida. Akar
mengandung minyak atsiri, alkaloid, dan kumarin. Dari pemeriksaan
morfologi tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.) tergolong
dalam kelas dikotil, berakar tunggang, berbatang monopodial, berdaun
tunggal dan secara anatomi Bandotan (Ageratum conyzoides L.)
memiliki epidermis dengan tipe stomata anisositik dan berkas pembuluh
pada batang kolateral terbuka.

28

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
3.3 Skema Kerja

Panen /
pengumpulan
Herbarium
basah

Bahan
segar

Anatomi

Pembuatan simplisia
a. Sortasi basah
b. Pencucian
c. Perajangan
d. Pengeringan
e. Pewadahan

Morfologi
Organoleptik

Simplisia

Organoleptik

Makroskopik
Mikroskopik

Identifikasi kandungan
kimia
a. Pati
b. Minyak atsiri
c. Resin
d. Alkaloida
e. Glikosida
f. Flavanoid
g. Alkaloid

Hasil
Pembahasan
Kesimpulan

29

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

BAB 4
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
4.1 Bahan, Alat dan Instrumen Praktikum
4.1.1 Bahan Tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L)
 Ageratum Folium
4.1.2 Bahan Kimia
a. Aquadest
b. Ekstrak Metanol
c. FeCl3
d. HCl
e. Iod
4.1.3 Alat
1. Cawan porselin

30

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
2. Cutter
3. Deg gelas
4. Mikroskop
5. Objek gelas
6. Pipet tetes
7. Pipet volume
8. Silet
9. Toples
4.2 Lokasi Praktikum
Desa Lemoe Kecamatan Bacukiki Kabupaten Parepare Provinsi
Sulawesi Selatan.
4.3 Prosedur Praktikum
4.3.1 Pemeriksaan Farmakognostik
4.3.1.1 Identifikasi dan Determinasi Tanaman
Menentukan kunci determinasi tanaman dilakukan
berdasarkan

bentuk

morfologi

melalui

pendekatan

hubungan kekerabatan tanaman (suku dan genus), kunci
determinasi tanaman sebagai mana yang dicantumkan
dalam buku resmi.
4.3.1.1.1 Morfologi Tanaman
Mengamati

dan

menggambar

bentuk

morfologi dari tanaman, yaitu berupa bentuk
batang, daun, akar.
31

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
4.3.1.1.2 Anatomi Tanaman
Pemeriksaan anatomi di Laboratorium,
yaitu anatomi akar, batang, dan daun serta
mencari

bentuk

stomata

dengan

membuat

preparat setipis mungkin di atas objek gelas yang
ditutupi deg gelas dengan ditetesi air atau
kloralhidrat,

dan

diamati

serta

digambar

anatominya di bawah mikroskop.
4.3.1.2 Pemeriksaan Simplisia
4.3.1.2.1 Pengambilan simplisia
Pengumpulan simplisia dilakukan dengan
menggunakan

tangan

karena

tumbuhan

Bandotan sangat mudah untuk dipetik dan
pengambilannya juga harus saat daunnya tidak
terlalu mudah atau terlalu tua. Dipetik sampel
yang berada di darat tepatnya di desa Lemoe
Kecamatan Bacukiki Kota Parepare dengan
mengambil secara utuh dari akar, batang, dan
daun. Kemudian diawetkan dan dimasukkan ke
dalam toples untuk dilakukan uji praktikum
laboratorium

untuk

diamati

morfologi

dan

anatominya pada mikroskop.
4.3.1.2.2 Pembuatan Simplisia
32

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Simplisia

yang

telah

dikumpulkan

kemudian dicuci untuk membersihkan simplisia
dari kotoran atau debu dan memisahkan tanaman
itu sendiri dari yang tidak dikehendaki saat
pencucian. Setelah dicuci dan dibersihkan dari
debu dan kotoran, sampel dipotong kecil-kecil
kemudian dikeringkan.
Pengeringan

yang

digunakan

pada

percobaan ini ialah pengeringan alamiah yakni
dengan bantuan sinar matahari atau dianginanginkan. Untuk bagian tanaman yang keras,
seperti batang dan akar pengeringan dilakukan di
bawah sinar matahari. Untuk bagian tanaman
yang lunak seperti daun cukup diangin-anginkan.
4.3.1.2.3 Pemeriksaan Mutu Simplisia
a. Organoleptis yaitu pemeriksaan warna, bau,
dan rasa dari bahan / simplisia. Dari simplisia
yang telah dibuat, diamati warnanya, baunya
apakah menyengat. Biasanya jika menyengat
berarti mengandung minyak atsiri. Kemudian
diamati rasanya, apakah sepat, manis, dan
lain sebagainya.

33

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
b. Makroskopik
mengenai

yaitu

bentuk

memuat

dari

paparan

simplisia,

ukuran,

warna serta bidang patahannya. Misalnya
untuk simplisia yang memiliki ukuran serbuk
yang

relatif

besar

dengan

warna

yang

berbeda-beda
c. Mikroskopik

yakni

memuat

paparan

anatomis mengenai fragmen pengenal serbuk
simplisia.

Pemeriksaan

fragmen

serbuk

menggunakan mikroskop dan pada serbuk
simplisia ditambahkan kloralhidrat di atas
objek gelas, kemudian ditutup dengan deg
gelas.
4.3.2 Identifikasi Kandungan Kimia
4.3.2.1 Minyak Atsiri
a. Diletakkan serbuk sampel di atas objek gelas
b. Ditetesi dengan air
c. Diamati di bawah mikroskop
4.3.2.2 Tanin
a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan dengan larutan (FeCl3) sebanyak 1-3 tetes
apabila berwarna hijau berarti mengandung tanin
4.3.2.4 Saponin
34

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan 10 ml

air panas, kemudian didinginkan

dan dikocok hingga timbul buih
c. Ditambahkan (HCl 2N) sebanyak 3 tetes, apabila buih
tetap ada berarti mengandung saponin
4.3.2.5 Karbohidrat
a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan dengan larutan (Iod 0,1 M) sebanyak 3
tetes apabila berwarna biru hitam berarti mengandung
amilosa, biru violet atau ungu menandakan adanya
amilopektin

BAB 5
HASIL

35

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
5.1 Identifikasi

dan

Determinasi

Tumbuhan

Bandotan

(Ageratum

conyzoides L)
Kunci

determinasi

tanaman

dilakukan

untuk

mengetahui

kebenaran identitas tanaman yang dipakai, menghindari kesalahan dan
kekeliruan dalam pengumpulan bahan sehingga tanaman yang diambil
benar-benar

tanaman

srigading.

Determinasi

dilakukan

dengan

berpedoman pada buku “Flora untuk Sekolah di Indonesia “ karangan
Van Stenis (1992). Adapun kunci determinasi dari tanaman Bandotan
adalah:

1b...2b…3b…4b…6b…7b…9b…10b…11b…12b…13b…14b…

15a…109b…119b…120b…128b…129b…135b…136b…39b…140b…
142b…143b…146b…154b…155b…156a…157b…161b…Asteraceae.
5.2 Morfologi Tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L)
Daunnya bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang
(compositae), helaian daun bulat telur dengan pangkal membulat dan
ujung runcing, tepi bergerigi, panjang 1-10 cm, lebar 0,5-6 cm, kedua
permukaan daun berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di
permukaan bawah daun, warnanya hijau. Batangnya bulat berambut
panjang dan akar tumbuhan Bandotan ini adalah berakar tunggang.
5.3 Anatomi Tumbuhan (Ageratum conyzoides L)
Pada

penampang

melintang

melalui

tulang

daun

tampak

epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel berbentuk segi empat, kutikula tebal
berbintik-bintik, stomata sedikit, rambut penutup terdiri dari 2 sel sampai
5 sel. Epidermis bawah terdiri dari satu lapis sel berbentuk segi empat,
36

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
kutikula tebal berbintik-bintik, stomata lebih banyak daripada epidermis
atas, rambut penutup terdiri dari 2 sel sampai 5 sel, lebih banyak dari
epidermis atas. Mesofil meliputi jaringan palisade terdiri dari 1 lapis sel,
jaringan bunga karang terdiri dari 3 tau 4 lapis sel, terdapat sel sekresi
dan sel yang berisi tetes minyak. Berkas pembuluh tipe kolateral. Pada
sayatan paradermal tampak epidermis atas dan epidermis bawah
berbentuk

tidak

beraturan,

dinding

bergelombang,

stomata

tipe

anomositik.
5.4 Pemeriksaan Mutu Simplisia
a. Organoleptik
1) Warna

: Hijau tua

2) Bau

: Aromatik, khas

3) Rasa

: Agak pahit

b. Makroskopik
Helaian daun umumnya utuh, warna hijau sampai hijau tua
atau hijau kelabu, berbentuk bundar telur, panjang 3 cm sampai 4 cm,
lebar 1 cm sampai 2,5 cm, ujung daun runcing, pangkal daun tumpul,
pinggir daun beringgit, tangkai daun 0,5 cm sampai 3 cm, tulang daun
pada permukaan atas dan bawah berambut, daun muda agak
berambut rapat, warna rambut keputih-putihan, tulang daun menyirip.
c. Mikroskopik
Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak
epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel berbentuk segi empat, kutikula
37

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
tebal berbintik-bintik, stomata lebih banyak dari pada epidermis atas,
rambut penutup terdiri 2 sel sampai 5 sel, lebih banyak dari epidermis
atas. Mesofil meliputi jaringan palisade terdiri dari 1 lapis sel; terdapat
sel sekresi dan sel yang berisi tetes minyak. Berkas pembuluh tipe
kolateral. Pada sayatan paradermal tampak epidermis atas dan
epidermis bawah berbentuk tidak beraturan, dinding bergelombang,
stomata tipe anomisitik.
5.5 Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia
N

PENGUJIA
PEREAKSI

O

N

1.

Minyak Atsiri

Air

2.

Tanin

FeCl3

HASIL
Sebelum
Sesudah
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hitam
kecoklatan

KET
+
_

Tidak
3.

Saponin

HCl 2 N

Berbuih

_
berbuih
Hijau tua

Hijau tua
4.

Karbohidrat

Iodine 0,1 M

kecoklata

_

kecoklatan
n
Hijau tua

Ekstrat
Glikosida
5.

Hijau tua
Metanol,

Umum

kecoklata

+

kecoklatan
FeCl3, HCl
BAB 6

n

PEMBAHASAN

38

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Dalam rangka pembangunan di bidang kesehatan yang luas dan
merata, obat tradisional perlu dikembangkan dan secara berangsur-angsur
agar dapat menunjang upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Obat yang
berasal dari bahan alam telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia
dan sampai sekarang ini masih digunakan dan dipercaya oleh masyarakat
karena keampuhannya dalam mengobati berbagai penyakit. Sehubungan
dengan hal tersebut muncul berbagai macam dalam mencari dan
menemukan bahan-bahan alam khususnya tumbuhan untuk dimanfaatkan
sebagai sumber bahan obat dan usaha meminimalisasi kekurangannya.
Pada

percobaan

ini,

dilakukan

pemeriksaan

mutu

simplisia

(Organoleptis, Makroskopik, Mikroskopik) dan Identifikasi kandungan kimia.
Untuk organoleptis, yaitu pemeriksaan warna, bau, dan rasa dari simplisia,
yang dimana tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.) memiliki warna
hijau tua kecoklatan, bau khas, dan rasa agak pahit.
Makroskopik, yakni memuat paparan mengenai bentuk dari simplisia,
ukuran, warna serta bidang patahannya. Bandotan (Ageratum conyzoides L.)
memiliki helaian daun berwarna hijau, berbentuk bundar telur, ujung daun
runcing, pangkal daun tumpul, pinggir daun beringgit, ulang daun pada
permukaan atas dan bawah berambut, daun muda agak berambut rapat,
warna rambut keputih-putihan, tulang daun menyirip.
Mikroskopik, yakni memuat paparan anatomis, penampang melintang
simplisia, fragmen pengenal bentuk simplisia. Pada penampang melintang
melalui tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel berbentuk
39

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
segi empat, kutikula tebal berbintik-bintik, stomata lebih banyak dari pada
epidermis atas, rambut penutup terdiri 2 sel sampai 5 sel, lebih banyak dari
epidermis atas. Mesofil meliputi jaringan palisade terdiri dari 1 lapis sel;
terdapat sel sekresi dan sel yang berisi tetes minyak. Berkas pembuluh tipe
kolateral. Pada sayatan paradermal tampak epidermis atas dan epidermis
bawah berbentuk tidak beraturan, dinding bergelombang, stomata tipe
anomisitik.
Dalam Identifikasi Kimia tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides
L.), dilakukan pengujian minyak atsiri, tanin, saponin, karbohidrat, dan
glikosida umum. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, daun Bandotan
positif mengandung minyak atsiri dan glikosida umum.

BAB 7
PENUTUP

40

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
7.1 Kesimpulan
Hasil pemeriksaan farmakognostik dan identifikasi kandungan
kimia tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L,) telah diperoleh
data dan dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Bandotan (Ageratum conyzoides L.) memiliki helaian daun berwarna
hijau, berbentuk bundar telur, ujung daun runcing, pangkal daun
tumpul, pinggir daun beringgit, tulang daun pada permukaan atas dan
bawah berambut, daun muda agak berambut rapat, warna rambut
keputih-putihan, tulang daun menyirip.
2. Pada pemeriksaan anatomi didapatkan bahwa bentuk stomata dari
tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.) adalah stomata tipe
anomisitik.
3. Pada Identifikasi kandungan kimia, tumbuhan Bandotan (Ageratum
conyzoides L.) mengandung minyak atsiri dan glikosida umum.
4. Setelah melakukan penelitian didapatkan fakta bahwa di daerah
Sulawesi khususnya di daerah Parepare tumbuhan Bandotan ini
digunakan sebagai obat luka.

7.2 Saran
Saran saya agar pengadaan PKL

yaitu pengambilan sampel

didarat agar selalu mendapat pantauan dari asisten agar sampel yang
didapat tidak mengalami kesamaan serta

diajarkan atau diberi
41

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
pengarahan dengan baik mengenai cara pengambilan, pencucian, dan
penyimpanan sampel agar sampel yang didapat tidak berjamur dan
dapat disimpan dalam waktu yang lama.

42

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
DAFTAR PUSTAKA
Amin, A.,dkk. 2012. Penuntun Praktikum Farmakognosi I. Universitas Muslim
Indonesia: Makassar
Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid IV. Depertemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: DepKes
Dodi, Ahmad Fauzi. 2008. Manfaat Tanaman Obat. EDSA Mahkota: Jakarta
Gunawan, Didik dkk. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. Penebar
Swadaya: Jakarta
http://www.iptek.net.id
http://farmakoseumi.blogspot.com
Steenis, Van dkk. 2006. Flora. Pradya Paramita: Jakarta
Tjitrosoepomo, Gembong. 1979. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
Tjirisoepomo, gembong. 1979.
Universitas Gadjah Mada

Taksonomi

Tumbuhan.

Yogyakarta:

www.plantamor.com

43