Etika Birokrasi Dalam Administrasi Publi
Etika Birokrasi Dalam Administrasi Publik
I.
Latar belakang
Dilihat dari sejarahnya birokrasi telah diterapkan oleh masyarakat
romawi Kuno dan Mesir kuno sejak berabad-abad lamanya, yang muncul
saat mereka sibuk mengatur jaringan irigasi, yang membagi secara adil
dan membuat dam-dam(bak penampungan air) dengan menerapkan
prinsip-prinisp demokrasi dan birokrasi. Namun, tataran ini belum menjadi
suatu acuan ilmiah sehungga belum adanya wacana empiric di tengah
kehidupan perguruan tinggi dan masyarakat pada umumnya. Kondisi ini
yang menyebabkan para ilmuan dari Indonesia memberikan sebuah
kontribusi dalam pengembangan teori administrasi dan birokrasi yang saat
itu kehilangan ruhnya.
Istilah birokrasi sendiri muncul pertama kali dala studi sosiologi, yang
berkembang luas di dalam disiplin ilmu social lainnya, seperti ilmu politik,
administrasi public da lain-lainnya. Secara etimologis, birokrasi berasala
dari kata biro(meja) dan kratein(pemerintah), yang bearti pemerintahan
meja. Maksudnya birokrasi hanya akan dapat berjalan apabila ada
kebijkan pemerintah atau keputusan-keputusan politik yang tentunya
memisahkan birokrasi dari system politik.
Karakteristik birokrasi yang umum dipakai adalah yang di ajukan oleh
Max Weber. Menurut Weber, ada 8 karateristik birokrasi yang umum,
yaitu:
1. Organisasi yang disusun secara hirarkis
2. Setiap bagian memiliki wilayah kerja khusus
3. Pelayana public yang terdiri atas orang-orang yang diangkat,
buakn
dipilih
dengan
berdasarkan
pada
kemampuan, jenjang pendidikan atau pengujian
kualifikasi
4. Seorang pelayan public menerima gaji pokok berdasarkan
posisi
5. Pekerjaansekaligus merupakan jenjang karir
6. Para pejabat/pekerja tidak memiliki kantor sendiri
7. Setiap pekerja dikontrol dan harus disiplin
8. Promosi didasarkan atas penilaian atasan
II.
Etika Birokrasi Dalam Administrasi Publik
1. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani, Ethos yang artinya kebiasaan atau
watak. Secara luas etika merupakan dunianya filsafat, nilai dan moral
yang bersifat abstrak dan
berkenaan dengan persoalan baik atau
buruk. Menurut, Drs. Haryanto, MA, etika merupakan instrument penting
dalam masyarakat untuk menuntun tindakan(perilaku) agar mampu
menjalankan fungsi dengan baik dan dapat lebih bermoral.
Etika merujuk pada dua hal, pertama berkenaan dengan disiplin ilmu
yang
mempelajari
nilai-nilia
yang
dianut
oleh
manusia
beserta
pembenarannya. Kedua, etika merupakan pokok permasalahan dalam
disiplin ilmu itu sendiri yang berupa nilai-nilai kehidupan dan hukumhukum yang mengatur tingkah laku manusia. Etika memiliki beberapa
landasan, antara lain keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan,
kebebasan,
dan
kebenaran.
Dan
apabila
semua
landasan
itu
terlaksanakan maka etika akan mampu menjadi sebuah pedoman hidup.
Etika dalam administrasi sendiri adalah bagaimana membuat
keterkaitan antara keduanya. Bagaimana gagasan administrasi seperti
efisiensi, ketertiban, kemanfaatan, produktifitas dapat menjawab etika
dalam prakteknya. Serta bagaimana gagasana dasar etika dapat
mewujudkan yang baik dan menghindari hal yang buruk. Diperlukannya
etika dalam administrasi untuk memberikan sebuah contoh yang baik,
sebab terkadang masing-masing orang tidak pernah menerapkan
kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pengertian Birokrasi
Secara
etimologis
birokrasi
berasal
dari
bahasa
Yunani,
yaitu Bureau yang artinya meja tulis atau tempat bekerja para pejabat.
Birokrasi disebut juga sebagai badan yang menyelenggarakan pelayanan
public/ birokrasi terdiri atas orang-orang yang diangkat olej eksekutif.
Birokrasi memiliki 4 fungsi dalam menjalankan sebuah pemerintahan yang
modern , yaitu ;
a.)
Administrasi, sebagai pelaksana kebijakan umum suatu negara,
yang dimna kebijakan umum tersebut sudah dirancang sedemikian rupa
guna mencapai suatu tujuan negara secara keseluruhan.
b.)
Pelayanan, sebagai birokrasi yang memberikan pelayanan
masyarakat atau kelompok-kelompok dengan menjalankan fungsinya
sebagai public service (pelayan public)
c.)
Pengaturan, sebagai pengatur suatu kesejahteraan masyarakat
yang sudah dirancang oleh pemerintah, guna memenuhin kepentingan
masyarakat banyak.
d.)
Pengumpul informasi
Max Weber, selaku pencetus tentang konsep dasar dalam organisasi
pemerintah modern menganggap bahwa birokrasi adalah sebagai
lembaga netral yang berfungsi untuk sekedar menjalankan keputusankeputusan yang telah diterapkan para poitisi saja. Sedangkan kelompok
politisi yang politis dan moral merupakan representasi dari kepentingan
umum dan di paksa tunduk kepada rakyat. Dan birokrasi di Indonesia
dapat dikatakan sangat jauh dari kata ideal, karena dalam praktek politik
yang terjadi malah birokrasi-lah yang mempunyai kekuatan untuk
mengontrol terhadap politisi, dan sebaliknya politisi tidak memiliki
kekuatan yang memadai untuk mengontrol birokrasi.
3. Etika birokrasi
Jika kita mendengan konsep birokrasi pada umumnya langsung
membayangkan sebuah proses yang berbeli-belit, butuh waktu lama,
biaya yang digunakan banyak dan menimbulkan kesan bahwa birokrasi itu
tidak efisien dan tidak adil. Sehingga tidak heran banyak perbedaan
pendapat tentang birokrasi yang berkepanjangan. Secara objektif birokrasi
memiliki sebuah praktek kerja yang ciri-cirinya ideal. Namun dalam
prakteknya cirri-ciri ideal itu meleset dan berlawanan arah dari
kenyataanya.
Ketika kenyataan ini tidak sesuia dengan keinginan yang di harapkan,
maka akan timbul suatu kekecewaan, dan begitulah yang terjadi ketika
yang diharapkan agar para aparatur birokrasi bekerja dengan penuh rasa
tanggungjawab,
kejujuran,
dan
keadilan,
sementara
kenyataannya
berlawanan yang terjadi malah sama sekali tidak bermoral atau beretika.
Yang menimbulkan suatu pandangan tentang harus adanya suatu aturan
yang dapat dijadikan suatu norma rambu-rambu dalam menegakkan
tugasnya. Sesuatu yang diinginkan itulah yang dimaksud dengan etika
yang perlu diperhatikan oleh aparat birokrasi.
Terbentuknya suatu etika birokrasi tidak terlepas dari kondisi yang ada
di dalam masyaratak yang bersangkutan yang sesuai dengan norma, nilai,
aturan, dan kebiasaan berbudaya di tengan masyarakat. Nilai yang ada ini
akan berkembang di dalam masyarakat dan mewarnai sikap perilaku
tentang pandangan etis atau tidak etisnya penyelenggaraan fungsi-fungsi
aparat birokrasi. Dalam pelaksanaanya sangat rumit, karena etika
birokrasi cenderung diseragamkan melalui peraturan kepegawaian yang
telah di atur di dalam birokrasi.
4. Etika birokrasi dalam Administrasi publik
Pembicaraan mengenai etika dalam administrasi adalah bagaimana
mengaitkan antara keduanya, yang maksudnya adanya keterkaitan antar
gagasan-gagasan administrasi seperti ketertiban, efiseinsi, kemanfaatan,
produktivitas dapat menjalankan praktek dari gagasan etika agar
mewujudkan sesuatu yang baik dan menghidari yang buruk. Peran etika
birokrasi dalam administrasi baru belakangan ini relative terjadi.
Masalah etika yang biasanya terjadi berupa kekuasaan yang ada di
tangan para penguasa politik (political masters). Dimana administrasi juga
memiliki wewenang yang secara umum disebut discretionary power.
Berupa persoalan yang mengarahkan apa jaminan dan bagaimana
menjamin kewenangan itu secara benar dan tidak secara salah. Masalah
etika birokrasi dalam administrasi adalah masalah yang menjadi
kepedulian dan keprihatinan semua orang. Ini juga menjadi masalah bagi
negara maju sekalipun, yang memiliki suatu konstitusi dan gagasangagasan yang ideal dan administrasinya menjadi rujukan administrasi di
negara lain. Masalah yang sama-sama di alamin adalah persoalan dalam
etika birokrasi. Pandangan itu di dukung dengan sebuah observasi yang
umum
dilakukan
dalam
kondisi
administrasi
di
negara-negara
berkembang, antara lain :
Pertama, belum terciptanya tradisi administrasi yang baik, yang
seminimal mungkin menjaga agar masalah etika birokrasi tidak terjadi.
Dengan mengembangkan administrasinya, yang sesuai dengan keadaan
kebudayaannya dengan mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku secara
umum.
Kedua, adanya keterbatasan dalam penyadian sumbaer daya, yang
menyebabkan tidak berjalan dengan baik dan cepat pengembangan
administrasinya. Keterbatasan itu baik dalam hal sumber daya dana
maupun sumber daya manusia. Dalam hal sumber daya manusia yang
menjadi
keterbatasan
profesionalismenya,
dan
adalah
diperberat
kualitas,
kompetensi
dan
dengan
keterbatasan
dana
pemerintah dalam pemberi imbalan.
Ketiga, administrasi itu hidup didalam sutu system politik, dan
berkembang di dalam system politik itu sendiri. Namun belakangan ini
sudah banyak negara yang sudah menerapkan prinsip-prinsip demokrasi
ke dalam sistem politik. Walaupun itu masih banyak masalah yang timbul.
Keadaan yang demikian itu menyebabkan administrasi secara politis
berperan besra dalam membangun system demokrasi yang lebih maju.
Masalah etika birokrasi dalam administrasi public yang sedang di
bangun jauh lebih sulit dibandingkan dengan masalah etika negara yang
sudah maju. Dengan upaya yang dilakukan menanamkan etika sebagai
nilai utama dalam administrasi, yang tercermin baik di dalam etika
perorangan maupun etika birokrasi. Etika birokrasi merupakan suatu hal
yang penting dalam pengembangan administrasi public yang nantinya
efisien, tanggap dan akunable.
Namun,
pada
kenyataanya
pelaksaan
etika
birokrasi
dalam
administrasi public di indonsia sangat kompleks yang menyebabkan
banyak aparat birokrasi yang tergelincir dan terjerumus pada perilaku
yang menyimpang, disebabkan oleh tuntutan kebutuhan hidupnya sendiri.
Maka dari itu harus adanya penegakan hukum atau norma aturan yang
tegas dan memiliki sangsi yang jelas dalam menegakan kecurangan
tersebut tanpa pandang bulu siapa orang yang melakukannya. Ada 5
tindakan yang hendaknya di hindari oleh seorang pejabat birokrasi[5],
yaitu ;
1. Ikut serta dalam transaksi bisnis pribadi atau perusahaan
swasta untuk kentungan pribadai namun mengatas namanya
jabatan kedinasan
2. Menerima segala bentuk hadiah dari pihak swasta saat
melaksanankan transaksi
3. Membicarakan masa depan puluang kerja diluar instansi
dalam tugas sebagai pejabat birokrasi
4. Membocorkan informasi komersial dan ekonomis yang
bersifat rahasia kepada pihak yang tidak berhak
5. Terlalu erat berurusan dengan orang-orang diluar instansi
birokrasi.
Daftar Pustaka
Ati,
Ayuning
Mustika.
2010. Etika
Birokrasi
dalam
Administrasi
Publik. (online), http://www.scribd.com/feeds/rss. diakses 23 Maret 2012.
Haryanto. 2002. Kuliah Birokrasi Indonesia. Politik Lokal Otonomi Daerah.
Jogjakarta : Program Pascasarjana UGM.
Indrawanto. 2004. Teori Administrasi Piublik dan Birokrasi. Malang :
Taroda
Kartasasmita,
Pembangunan
Ginandjar.
1996. Etika
Birokrasi
Tantangan
Globalisasi. Yogyakarta. www.ginandjar.com
dalam
Administrasi
Menghadapi
Era
Ujian Akhir Semester
ETIKA BIROKRASI
DOSEN : SUKO SUSILO, M.Si
NAMA
: BUDI PRASETYO, S. STP
NIM
: 14710321
Program Pascasarjana
UNIVERSITAS KADIRI
2015
I.
Latar belakang
Dilihat dari sejarahnya birokrasi telah diterapkan oleh masyarakat
romawi Kuno dan Mesir kuno sejak berabad-abad lamanya, yang muncul
saat mereka sibuk mengatur jaringan irigasi, yang membagi secara adil
dan membuat dam-dam(bak penampungan air) dengan menerapkan
prinsip-prinisp demokrasi dan birokrasi. Namun, tataran ini belum menjadi
suatu acuan ilmiah sehungga belum adanya wacana empiric di tengah
kehidupan perguruan tinggi dan masyarakat pada umumnya. Kondisi ini
yang menyebabkan para ilmuan dari Indonesia memberikan sebuah
kontribusi dalam pengembangan teori administrasi dan birokrasi yang saat
itu kehilangan ruhnya.
Istilah birokrasi sendiri muncul pertama kali dala studi sosiologi, yang
berkembang luas di dalam disiplin ilmu social lainnya, seperti ilmu politik,
administrasi public da lain-lainnya. Secara etimologis, birokrasi berasala
dari kata biro(meja) dan kratein(pemerintah), yang bearti pemerintahan
meja. Maksudnya birokrasi hanya akan dapat berjalan apabila ada
kebijkan pemerintah atau keputusan-keputusan politik yang tentunya
memisahkan birokrasi dari system politik.
Karakteristik birokrasi yang umum dipakai adalah yang di ajukan oleh
Max Weber. Menurut Weber, ada 8 karateristik birokrasi yang umum,
yaitu:
1. Organisasi yang disusun secara hirarkis
2. Setiap bagian memiliki wilayah kerja khusus
3. Pelayana public yang terdiri atas orang-orang yang diangkat,
buakn
dipilih
dengan
berdasarkan
pada
kemampuan, jenjang pendidikan atau pengujian
kualifikasi
4. Seorang pelayan public menerima gaji pokok berdasarkan
posisi
5. Pekerjaansekaligus merupakan jenjang karir
6. Para pejabat/pekerja tidak memiliki kantor sendiri
7. Setiap pekerja dikontrol dan harus disiplin
8. Promosi didasarkan atas penilaian atasan
II.
Etika Birokrasi Dalam Administrasi Publik
1. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani, Ethos yang artinya kebiasaan atau
watak. Secara luas etika merupakan dunianya filsafat, nilai dan moral
yang bersifat abstrak dan
berkenaan dengan persoalan baik atau
buruk. Menurut, Drs. Haryanto, MA, etika merupakan instrument penting
dalam masyarakat untuk menuntun tindakan(perilaku) agar mampu
menjalankan fungsi dengan baik dan dapat lebih bermoral.
Etika merujuk pada dua hal, pertama berkenaan dengan disiplin ilmu
yang
mempelajari
nilai-nilia
yang
dianut
oleh
manusia
beserta
pembenarannya. Kedua, etika merupakan pokok permasalahan dalam
disiplin ilmu itu sendiri yang berupa nilai-nilai kehidupan dan hukumhukum yang mengatur tingkah laku manusia. Etika memiliki beberapa
landasan, antara lain keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan,
kebebasan,
dan
kebenaran.
Dan
apabila
semua
landasan
itu
terlaksanakan maka etika akan mampu menjadi sebuah pedoman hidup.
Etika dalam administrasi sendiri adalah bagaimana membuat
keterkaitan antara keduanya. Bagaimana gagasan administrasi seperti
efisiensi, ketertiban, kemanfaatan, produktifitas dapat menjawab etika
dalam prakteknya. Serta bagaimana gagasana dasar etika dapat
mewujudkan yang baik dan menghindari hal yang buruk. Diperlukannya
etika dalam administrasi untuk memberikan sebuah contoh yang baik,
sebab terkadang masing-masing orang tidak pernah menerapkan
kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pengertian Birokrasi
Secara
etimologis
birokrasi
berasal
dari
bahasa
Yunani,
yaitu Bureau yang artinya meja tulis atau tempat bekerja para pejabat.
Birokrasi disebut juga sebagai badan yang menyelenggarakan pelayanan
public/ birokrasi terdiri atas orang-orang yang diangkat olej eksekutif.
Birokrasi memiliki 4 fungsi dalam menjalankan sebuah pemerintahan yang
modern , yaitu ;
a.)
Administrasi, sebagai pelaksana kebijakan umum suatu negara,
yang dimna kebijakan umum tersebut sudah dirancang sedemikian rupa
guna mencapai suatu tujuan negara secara keseluruhan.
b.)
Pelayanan, sebagai birokrasi yang memberikan pelayanan
masyarakat atau kelompok-kelompok dengan menjalankan fungsinya
sebagai public service (pelayan public)
c.)
Pengaturan, sebagai pengatur suatu kesejahteraan masyarakat
yang sudah dirancang oleh pemerintah, guna memenuhin kepentingan
masyarakat banyak.
d.)
Pengumpul informasi
Max Weber, selaku pencetus tentang konsep dasar dalam organisasi
pemerintah modern menganggap bahwa birokrasi adalah sebagai
lembaga netral yang berfungsi untuk sekedar menjalankan keputusankeputusan yang telah diterapkan para poitisi saja. Sedangkan kelompok
politisi yang politis dan moral merupakan representasi dari kepentingan
umum dan di paksa tunduk kepada rakyat. Dan birokrasi di Indonesia
dapat dikatakan sangat jauh dari kata ideal, karena dalam praktek politik
yang terjadi malah birokrasi-lah yang mempunyai kekuatan untuk
mengontrol terhadap politisi, dan sebaliknya politisi tidak memiliki
kekuatan yang memadai untuk mengontrol birokrasi.
3. Etika birokrasi
Jika kita mendengan konsep birokrasi pada umumnya langsung
membayangkan sebuah proses yang berbeli-belit, butuh waktu lama,
biaya yang digunakan banyak dan menimbulkan kesan bahwa birokrasi itu
tidak efisien dan tidak adil. Sehingga tidak heran banyak perbedaan
pendapat tentang birokrasi yang berkepanjangan. Secara objektif birokrasi
memiliki sebuah praktek kerja yang ciri-cirinya ideal. Namun dalam
prakteknya cirri-ciri ideal itu meleset dan berlawanan arah dari
kenyataanya.
Ketika kenyataan ini tidak sesuia dengan keinginan yang di harapkan,
maka akan timbul suatu kekecewaan, dan begitulah yang terjadi ketika
yang diharapkan agar para aparatur birokrasi bekerja dengan penuh rasa
tanggungjawab,
kejujuran,
dan
keadilan,
sementara
kenyataannya
berlawanan yang terjadi malah sama sekali tidak bermoral atau beretika.
Yang menimbulkan suatu pandangan tentang harus adanya suatu aturan
yang dapat dijadikan suatu norma rambu-rambu dalam menegakkan
tugasnya. Sesuatu yang diinginkan itulah yang dimaksud dengan etika
yang perlu diperhatikan oleh aparat birokrasi.
Terbentuknya suatu etika birokrasi tidak terlepas dari kondisi yang ada
di dalam masyaratak yang bersangkutan yang sesuai dengan norma, nilai,
aturan, dan kebiasaan berbudaya di tengan masyarakat. Nilai yang ada ini
akan berkembang di dalam masyarakat dan mewarnai sikap perilaku
tentang pandangan etis atau tidak etisnya penyelenggaraan fungsi-fungsi
aparat birokrasi. Dalam pelaksanaanya sangat rumit, karena etika
birokrasi cenderung diseragamkan melalui peraturan kepegawaian yang
telah di atur di dalam birokrasi.
4. Etika birokrasi dalam Administrasi publik
Pembicaraan mengenai etika dalam administrasi adalah bagaimana
mengaitkan antara keduanya, yang maksudnya adanya keterkaitan antar
gagasan-gagasan administrasi seperti ketertiban, efiseinsi, kemanfaatan,
produktivitas dapat menjalankan praktek dari gagasan etika agar
mewujudkan sesuatu yang baik dan menghidari yang buruk. Peran etika
birokrasi dalam administrasi baru belakangan ini relative terjadi.
Masalah etika yang biasanya terjadi berupa kekuasaan yang ada di
tangan para penguasa politik (political masters). Dimana administrasi juga
memiliki wewenang yang secara umum disebut discretionary power.
Berupa persoalan yang mengarahkan apa jaminan dan bagaimana
menjamin kewenangan itu secara benar dan tidak secara salah. Masalah
etika birokrasi dalam administrasi adalah masalah yang menjadi
kepedulian dan keprihatinan semua orang. Ini juga menjadi masalah bagi
negara maju sekalipun, yang memiliki suatu konstitusi dan gagasangagasan yang ideal dan administrasinya menjadi rujukan administrasi di
negara lain. Masalah yang sama-sama di alamin adalah persoalan dalam
etika birokrasi. Pandangan itu di dukung dengan sebuah observasi yang
umum
dilakukan
dalam
kondisi
administrasi
di
negara-negara
berkembang, antara lain :
Pertama, belum terciptanya tradisi administrasi yang baik, yang
seminimal mungkin menjaga agar masalah etika birokrasi tidak terjadi.
Dengan mengembangkan administrasinya, yang sesuai dengan keadaan
kebudayaannya dengan mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku secara
umum.
Kedua, adanya keterbatasan dalam penyadian sumbaer daya, yang
menyebabkan tidak berjalan dengan baik dan cepat pengembangan
administrasinya. Keterbatasan itu baik dalam hal sumber daya dana
maupun sumber daya manusia. Dalam hal sumber daya manusia yang
menjadi
keterbatasan
profesionalismenya,
dan
adalah
diperberat
kualitas,
kompetensi
dan
dengan
keterbatasan
dana
pemerintah dalam pemberi imbalan.
Ketiga, administrasi itu hidup didalam sutu system politik, dan
berkembang di dalam system politik itu sendiri. Namun belakangan ini
sudah banyak negara yang sudah menerapkan prinsip-prinsip demokrasi
ke dalam sistem politik. Walaupun itu masih banyak masalah yang timbul.
Keadaan yang demikian itu menyebabkan administrasi secara politis
berperan besra dalam membangun system demokrasi yang lebih maju.
Masalah etika birokrasi dalam administrasi public yang sedang di
bangun jauh lebih sulit dibandingkan dengan masalah etika negara yang
sudah maju. Dengan upaya yang dilakukan menanamkan etika sebagai
nilai utama dalam administrasi, yang tercermin baik di dalam etika
perorangan maupun etika birokrasi. Etika birokrasi merupakan suatu hal
yang penting dalam pengembangan administrasi public yang nantinya
efisien, tanggap dan akunable.
Namun,
pada
kenyataanya
pelaksaan
etika
birokrasi
dalam
administrasi public di indonsia sangat kompleks yang menyebabkan
banyak aparat birokrasi yang tergelincir dan terjerumus pada perilaku
yang menyimpang, disebabkan oleh tuntutan kebutuhan hidupnya sendiri.
Maka dari itu harus adanya penegakan hukum atau norma aturan yang
tegas dan memiliki sangsi yang jelas dalam menegakan kecurangan
tersebut tanpa pandang bulu siapa orang yang melakukannya. Ada 5
tindakan yang hendaknya di hindari oleh seorang pejabat birokrasi[5],
yaitu ;
1. Ikut serta dalam transaksi bisnis pribadi atau perusahaan
swasta untuk kentungan pribadai namun mengatas namanya
jabatan kedinasan
2. Menerima segala bentuk hadiah dari pihak swasta saat
melaksanankan transaksi
3. Membicarakan masa depan puluang kerja diluar instansi
dalam tugas sebagai pejabat birokrasi
4. Membocorkan informasi komersial dan ekonomis yang
bersifat rahasia kepada pihak yang tidak berhak
5. Terlalu erat berurusan dengan orang-orang diluar instansi
birokrasi.
Daftar Pustaka
Ati,
Ayuning
Mustika.
2010. Etika
Birokrasi
dalam
Administrasi
Publik. (online), http://www.scribd.com/feeds/rss. diakses 23 Maret 2012.
Haryanto. 2002. Kuliah Birokrasi Indonesia. Politik Lokal Otonomi Daerah.
Jogjakarta : Program Pascasarjana UGM.
Indrawanto. 2004. Teori Administrasi Piublik dan Birokrasi. Malang :
Taroda
Kartasasmita,
Pembangunan
Ginandjar.
1996. Etika
Birokrasi
Tantangan
Globalisasi. Yogyakarta. www.ginandjar.com
dalam
Administrasi
Menghadapi
Era
Ujian Akhir Semester
ETIKA BIROKRASI
DOSEN : SUKO SUSILO, M.Si
NAMA
: BUDI PRASETYO, S. STP
NIM
: 14710321
Program Pascasarjana
UNIVERSITAS KADIRI
2015