Akuisisi PT PINS Indonesia

AKUISISI PT. PINS INDONESIA TERHADAP
PT. TIPHONE MOBILE INDONESIA TBK

Disusun Oleh:
Michelle Paramitha R.
142130004
Hanif Adi N.
142130011
Indah S. Ayu N.
142130017
Larasati Karina W.
142130022

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
2015/2016

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) melalui anak perusahaanya

PT Premises Integration Service (Pins Indonesia) siap mengambil alih
hingga 30 persen saham PT TiPhone Mobile Indonesia Tbk, untuk
memperkuat posisi pada bisnis ekosistem digital yaitu "device, network
dan application (DNA)". Sebelumnya, Telkom dikabarkan siap menyerap
aksi right issue atau penerbitan saham tanpa Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu (Non-HMETD) sebanyaknya-banyaknya 638,05 juta lembar saham
atau 10 persen saham TiPhone dari modal ditempatkan dan disetor pada
harga Rp812,2 per saham. PINS Indonesia menjadi salah satu pembeli
siaga dari aksi korporasi ini.“Aksi korporasi itu kami lak ukan tahun lalu
demi mengamankan value chain.
Saat dilakukan transaksi, Telesindo (anak usaha TiPhone) merupakan
distributor channel terbesar yang berkontribusi atas 12% total penjualan
Telkomsel,” ungkap Direktu rUtama Telkom Alex J Sinaga kala Rapat
Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR. Ditambahkannya, setelah
Telkom masuk memperkuat saham TiPhone, TiPhone melakukan akuisisi
terhadap Simpatindo yang juga menjadi distributor produk Telkomsel.
Alhasil, kontribusi TiPhone terhadap jalur distribusi Telkomsel naik
menjadi 20%.

1.2. Ruang Lingkup

1. Teori-teori yang terkait dengan penggabungan atau akuisisi PT PINS
dengan PT Tiphone.
2. Profil dasar perusahaan sebelum penggabungan atau akuisisi
terjadi.
3. Proses Penggabungan atau akusisi PT PINS dengan PT Tiphone.

2. TEORI DAN PEMBAHASAN
2.1.

Tinjauan Teori

2.1.1. Pengertian Akuisisi
Akuisisi berasal dari kata acquisitio (Latin) dan acquisition (Inggris), secara
harfiah akuisisi mempunyai makna membeli atau mendapatkan sesuatu/obyek untuk
ditambahkan pada sesuatu/obyek yang telah dimiliki sebelumnya. Dalam teminologi
bisnis, akuisisi dapat diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan atau
pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusaahaan lain
(Muhammad Aji, 2010). Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.27 tahun
1998 tentang penggabungan, peleburan dan pengambilalihan Perseroan Terbatas
mendefinisikan akuisisi sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum

atau perseorangan untuk mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar saham
perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan
tersebut.
Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No.22 menyatakan bahwa
akuisisi adalah bentuk pengambilalihan kepemilikan perusahaan oleh pihak
pengakuisisi (acquirer), sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas
perusahaan yang diambil alih (acquiree) tersebut. Kendali perusahaan yang dimaksud
adalah kekuatan untuk:
a) Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan.
b) Mengangkat dan memberhentikan manajemen.
c) Mendapat hak suara mayoritas dalam rapat redaksi.
Pengendalian ini yang memberikan manfaat kepada perusahaan pengakuisisi.
Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam akuisisi secara yuridis masih tetap berdiri

dan beroperasi secara independen tetapi telah terjadi pengalihan oleh pihak
pengakuisisi.
Beralihnya kendali berarti pengakuisisi memiliki mayoritas saham-saham
berhak suara (voting stock) yang biasanya ditunjukan atas kepemilikan lebih dari dari
50 persen saham berhak suara tersebut. Dimungkinkan bahwa walaupun memiliki
saham kurang dari jumlah itu pengakuisisi juga dapat dinyatakan sebagai pemilik

suara mayoritas jika anggaran dasar perusahaan yang diakuisisi menyebutkan hal
yang demikian. Namun dapat juga pemilik dari 51 persen tidak tau belum dinyatakan
sebagai pemilik suara mayoritas jika dalam anggaran dasar perusahaan menyebutkan
lain. Akuisisi memunculkan hubungan antara perusahaan induk (pengakuisisi) dan
perusahaan anak (terakuisisi) dan selanjutnya kedua memiliki hubungan afiliasi.
Skema dari penjelasan di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Sebelum Akuisisi

Setelah Akuisisi

Perusahaan A

Perusahaan A

Perusahaan B

Perusahaan B

Sumber: Muhammad Aji (2010)
2.1.2. Jenis-jenis Akuisisi

1) Akuisisi Horisontal
Akuisisi horisontal adalah akuisisi antara dua atau lebih perusahaan yang
bergerak dalam industri yang sama. Sebelum terjadi akuisisi perusahaanperusahaan ini bersaing satu sama lain dalam pasar/industri yang sama. Salah satu
tujuan utama akuisisi horisontal adalah untuk mengurangi persaingan atau untuk
meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi, pemasaran dan
distribusi, riset dan pengembangan dan fasilitas administrasi. Efek dari merger
horisontal ini adalah semakin terkonsentrasinya struktur pasar pada industri
tersebut. Apabila hanya terdapat sedikit pelaku usaha, maka struktur pasar dapat
mengarah pada bentuk oligopoli, bahkan akan mengarah pada monopoli.

2) Akuisisi Vertikal
Akuisisi vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan
yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi. Akuisisi tipe
ini dilakukan jika perusahaan yang berada pada industri hulu memasuki industri
hilir atau sebaliknya. Akuisisi vertikal dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
yang bermaksud untuk mengintegrasikan usahanya terhadap pemasok dan/atau
pengguna produk dalam rangka stabilisasi pasokan dan pengguna. Tidak semua
perusahaan memiliki bidang usaha yang lengkap mulai dari penyediaan input
sampai pemasaran. Untuk menjamin bahwa pasokan input berjalan dengan lancar
maka perusahaan tersebut dapat mengakuisisi dengan pemasok. Akuisisi vertikal

ini dibagi dalam dua bentuk yaitu integrasi ke belakang atau ke bawah
(backward/downward integration) dan integrasi ke depan atau ke atas
(forward/upward integration).
3) Akuisisi Konglomerat
Akuisisi konglomerat adalah akuisisi dua atau lebih perusahaan yang
masing-masing bergerak dalam industri yang tidak terkait. Akuisisi konglomerat
terjadi apabila sebuah perusahaan berusaha mendiversifikasi bidang bisnisnya
dengan memasuki bidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bisnis semula.
Apabila akuisisi konglomerat ini dilakukan secara terus menerus oleh perusahaan,
maka terbentuklah sebuah konglomerasi. Sebuah konglomerasi memiliki bidang
bisnis yang sangat beragam dalam industri yang berbeda.
4) Akuisisi Ekstensi Pasar
Akuisisi ekstensi pasar adalah akuisisi yang dilakukan oleh dua atau lebih
perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area pasar. Tujuan akuisisi
ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing-masing
perusahaan. Akuisisi ekstensi pasar sering dilakukan oleh perusahan-perusahan
lintas Negara dalam rangka ekspansi dan penetrasi pasar. Strategi ini dilakukan
untuk mengakses pasar luar negeri dengan cepat tanpa harus membangun fasilitas
produksi dari awal di negara yang akan dimasuki. Akuisisi ekstensi pasar
dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ekspor karena kurang memberikan

fleksibilitas penyediaan produk terhadap konsumen luar negeri.

5) Akuisisi Ekstensi Produk
Akuisisi ekstensi produk adalah akuisisi yang dilakukan oleh dua atau
lebih perusahaan untuk memperluas lini produk masingmasing perusahaan.
Setelah akuisisi perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis dan lini produk
sehingga akan menjangkau konsumen yang lebih luas. Akuisisi dan akuisisi ini
dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan departemen riset dan pengembangan
masing-masing untuk mendapatkan sinergi melalui efektivitas riset sehingga lebih
produktif dalam inovasi.
Selain itu juga terdapat beberapa dasar klasifikasi untuk merger dan
akuisisi:
1) Klasifikasi berdasarkan pola
Pola adalah sistem bisnis yang diimplementasikan oleh sebuah perusahaan
dan dalam hal ini pola merger adalah sistem bisnis yang aka diadopsi atau yang
akan dijadikan acuan oleh perusahaan hasil merger. Klasifikasi berdasarkan pola
merger terbagi dalam dua kategori yaitu:
a. Mothership Merger
Mothership merger adalah pengadopsian satu pola atau sistem untuk
dijadikan pola atau sistem pada perusahaan hasil merger. Biasanya perusahaan

yang dipertahankan hidup adalah perusahaan yang dominan dan sistem pola
bisnis perusahaan yang dominan inilah yang diadopsi.
b. Platform Merger
Jika dalam mothership merger hanya satu sistem yang diadopsi, maka
dalam platform merger hardware dan software yang menjadi kekuatan
masing-masing perusahaan tetap dipertahankan dan dioptimalkan. Artinya
adalah semua sistem atau pola bisnis, sepanjang itu baik, akan diadopsi oleh
perusahaan hasil merger.
2) Klasifikasi Berdasarkan Metode Pembiayaan
Metode pembiayaan adalah cara pembayaran transaksi merger dan akuisisi
antara pengakuisisi dengan yang diakuisisi. Klasifikasi dalam metode ini terdiri
dari kas, hutang, saham atau kombinasi ketiganya.
3) Klasifikasi Berdasarkan Objek Pajak

Klasifikasi merger dan akuisisi atas dikenakan atau tidaknya pajak
didasarkan pada media transaksi yang dipakai. Jika pembayaran dilakukan dengan
kas berarti transaksi tersebut merupakan objek pajak. Sebaliknya jika transaksi
dilakukan dengan 100% saham maka transaksi tersebut tidak kena pajak. Terdapat
tiga bentuk merger yang terkena pajak dan enam bentuk merger yang tidak kena
pajak, yaitu:

a) Terkena pajak
1. Merger kedepan (forward merger)
Merger kedepan merupakan merger yang melibatkan uang kas
sebagai media pembayaran sehingga merger tipe ini merupakan transaksi
yang kena pajak.
2. Merger kebalikan (reverse merger)
Merger kebalikan adalah merger dimana pemilik saham hasil
merger adalah pemilik saham yang dimerger, sehingga pada merger ini
terdapat perubahan kepemilikan perusahaan hasil merger.
3. Merger melalui perusahaan anak (subsidiary merger)
Merger melalui perusahaan anak atau merger segitiga (triangular
merger) adalah merger yang dilakukan oleh perusahaan induk dengan
melibatkan perusahaan anak.
4. Merger segitiga berbalikan (triangular reverse merger)
Merger segitiga kebalikan adalah merger yang (1) dilakukan antara
perusahaan target dengan perusahaan induk melalui perusahaan anak, (2)
setelah merger, perusahaan anak dibubarkan dan perusahaan target
dipertahankan hidup serta menjadi anak perusahaan induk.
b) Bebas pajak
1. Reorganisasi Tipe A/ Merger berdasarkan Statuta (statutory merger);

2. Reorganisasi hibrid segitiga (hybrid triangular merger);
3. Reorganisasi tipe B (acquisition of stock for voting stock);
4. Reorganisasi tipe B segitiga (triangular acquisition of stock for voting
stock);
5. Reorganisasi tipe C (acquisition property for voting stock);

6. Reorganisasi tipe C (special-case acquisition property for voting stock).
4) Klasifikasi Berdasarkan Objek yang Diakuisisi
a) Akuisisi Saham
Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan suatu transaksi jual
beli perusahaan, dan transaksi tersebut mengakibatkan beralihnya kepemilikan
perusahaan dari penjual kepada pembeli. Karena perusahaan didirikan atas
saham-saham, maka akuisisi terjadi ketika pemilik saham menjual sahamsaham mereka kepada pembeli/pengakuisisi.
Akuisisi saham merupakan salah satu bentuk akuisisi yang paling
umum ditemui dalam hampir setiap kegiatan akuisisi. Akuisisi tersebut dapat
dilakukan dengan cara membeli seluruh atau sebagian saham-saham yang
telah dikeluarkan oleh perseroan maupun dengan atau tanpa melakukan
penyetoran atas sebagian maupun seluruh saham yang belum dan akan
dikeluarkan perseroan yang mengakibatkan penguasaan mayoritas atas saham
perseroan oleh perusahaan yang melakukan akuisisi tersebut, yang akan

membawa ke arah penguasaan manajemen dan jalannya perseroan.
b) Akuisisi Aset
Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lain maka
ia dapat membeli sebagian atau seluruh aktiva atau aset perusahaan lain
tersebut. Jika pembelian tersebut hanya sebagian dari aktiva perusahaan maka
hal ini dinamakan akuisisi parsial.
Akuisisi aset secara sederhana dapat dikatakan merupakan:
1. Jual beli (aset) antara pihak yang melakukan akuisisi aset (sebagai pihak
pembeli) dengan pihak yang diakuisisi asetnya (sebagai pihak penjual),
jika akuisisi dilakukan dengan pembayaran uang tunai. Dalam hal ini
segala formalitas yang harus dipenuhi untuk suatu jual beli harus
diberlakukan, termasuk jual beli atas hak atas tanah yang harus dilakukan
dihadapan Pejabat Pembuatan Akta Tanah.
2. Perjanjian tukar menukar antara aset yang diakuisisi dengan suatu
kebendaan lain milik dan pihak yang melakukan akuisisi, jika akuisisi
tidak dilakukan dengan cara tunai. Dan jika kebendaan yang dipertukarkan

dengan aset merupakan sahamsaham, maka akuisisi tersebut dikenal
dengan nama assets for share exchange, dengan akibat hukum bahwa
perseroan yang diakuisisi tersebut menjadi pemegang saham dan
perseroan yang diakuisisi.

5) Klasifikasi Berdasarkan Perlakuan Akuntansi
1. Metode Pembelian
Metode pembelian terjadi jika dalam kegiatan penggabungan usaha
melibatkan transaksi pembelian mayoritas saham perusahaan target secara
tunai, yang berakibat beralihnya pengendalian terhadap manajemen
perusahaan. Metode pembelian mengakui dan mencatat aset dan kewajiban
nerdasarkan nilai pasar, sedangkan laba ditahan dan agio saham tidak diakui
dalam laporan keuangan konsolidasi.
2. Metode Penyatuan
Metode penyatuan terjadi ketika pemegang saham perusahaan yang
bergabung tetap melanjutkan kepemilikannya terhadap perusahaan hasil
penggabungan. Dalam metode penyatuan ini tidak ditemukan proses jual
beli antara satu pihak dengan pihal lainnya, tidak ada pihak yang dianggap
sebagai pengambilalih dan tidak ada pihak yang dominan timbul dari
kegiatan merger dan akuisisi tersebut.
2.1.3. Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi
Perusahaan mengambil kebijakan untuk merger atau mengakuisisi perusahaan
lain didasarkan pada berbagai alasan atau motif. Motif utama di balik merger
perseroan menurut Eugene F. Brigham (2006) yaitu:
1) Sinergi (synergy)
Kondisi dimana nilai keseluruhan lebih besar daripada hasil penjumlahan
bagian-bagiannya. Merger yang bersifat sinergistik, nilai perusahaan setelah
merger lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan
sebelum merger.

2) Pertimbangan pajak
Pertimbangan pajak dapat mendorong dilakukannya sejumlah merger.
Misalnya, perusahaan yang menguntungkan dan termasuk dalam kelompok tarif
pajak tertinggi dapat mengambilalih perusahaan yang memiliki akumulasi
kerugian yang besar. Kerugian tersebut dapat mengurangi laba kena pajak dan
tidak ditahan untuk diguanakan dimasa depan. Merger juga dapat dipilih sebagai
cara untuk meminimalkan pajak dan menggunakan kas yang berlebih.
3) Pembelian aktiva di bawah biaya pengganti
Kadang-kadang

perusahaan

diambilalih

karena

nilai

pengganti

(replacement value) aktivanya jauh lebih tinggi daripada nilai pasar perusahaan
itu sendiri. Nilai sebenarnya dari setiap perusahaan adalah fungsi daya
menghasilkan laba masa depannya, bukan biaya untuk mengganti aktivanya. Jadi
akuisisi harus berdasarkan nilai ekonomi dari aktiva yang diakuisisi bukan atas
biaya penggantinya.
4) Diversifikasi
Manajer berpendapat bahwa diversifikasi menstabilkan laba perusahaan
sehingga bermanfaat bagi pemiliknya. Akan tetapi pada perusahaan milik
keluarga biasanya pemilik tidak mau menjual sebagian saham yang dimilikinya
untuk melakukan diversifikasi karena akan memperkecil kepemilikan dan
mengakibatkan kewajiban pajak yang besar atas keuntungan modal. Jadi merger
dapat menjadi jalan terbaik untuk mengadakan diversifikasi perorangan.
5) Insentif pribadi manajer
Beberapa keputusan bisnis banyak didasarkan pada motivasi pribadi
daripada analisis ekonomi. Tidak ada eksekutif yang akan mengakui bahwa
egonya merupakan alasan utama dibalik suatu merger, akan tetapi ego memegang
peranan penting dalam banyak merger.
6) Nilai pecahan
Para analis mengestimasi nilai pemecahan suatu perusahaan, yang
merupakan nilai masing-masing bagian dari perusahaan itu jika dijual terpisah.
Jika nilai ini lebih tinggi dari nilai pasar berjalan perusahaan, maka seorang
spesialis pengambil alihan dapat mengakuisisi perusahaan itu pada atau bahkan

diatas nilai pasar berjalannya, dijual secara sepotong-sepotong dan menghasilkan
laba yang besar.
I Putu Gede Ary Suta (Yeni, 2006) berpendapat bahwa sebenarnya ada empat
alasan ekonomis dalam melakukan merger dan akuisisi, yaitu:
1) Keuntungan dari segi operasional (operation advantage)
Tindakan untuk melakukan takeover maupun merger karena alasan skala
ekonomis yang kemungkinan dapat tercapai. Alasan yang paling sering
diungkapkan sebagai pembenaran. Skala ekonomis (economic of scale) adalah
situasi dimana perusahaan dapat melakukan penurunan dalam beban rata-rata
untuk memproduksi dan menjual suatu jenis produk dengan semakin
meningkatnya volume produksi.
2) Keuntungan dari segi finansial (financial advantage).
Perusahaan hasil merger dapat memeroleh manfaat dipasar uang maupun
pasar modal karena meningkatnya ukuran (size), termasuk efisiensi. Melalui
takeover atau merger perusahaan akan lebih besar sehingga dapat meningkatkan
kapasitas untuk memeroleh pinjaman. Hal itu dapat menurunkan biaya modal
perusahaan yang selanjutnya dapat meningkatkan perolehan dana lebih tinggi
melalui penerbitan surat berharga melalui pasar modal dengan biaya emisi rendah
karena perusahaan yang lebih besar floating cost-nya jauh lebih rendah.
3) Tingkat pertumbuhan
Melalui merger dan akuisisi perusahaan dapat mengakselerasi tingkat
pertumbuhan dibandingkan melalui ekspansi eksternal. Disamping itu usaha
untuk melakukan ekspansi pada jenis pasaran produk baru atau membeli fasilitas
produksi dalam rangka meningkatkan produk yang sudah ada, dapat dilakukan
lebih cepat dan biaya serta risiko yang lebih rendah.
4) Diversifikasi
Melalui merger dan akuisisi dapat dilakukan diversifikasi atas kegiatan
usaha perusahaan. Dengan demikian dapat dijaga perolehan tingkat keuntungan
agar tidak berfluktuatif.

2.2.

Profil Perusahaan

2.2.1. PT. PINS INDONESIA
PT. PINS Indonesia adalah perusahaan yang aktif dalam integrasi perangkat dan
jaringan dengan kemampuan sumber daya manusia dan kapabilitas sistem yang terbaik.
Sebagai sebuah tim, kami senantiasa fokus pada pengembangan inovasi untuk memenuhi
kebutuhan customer yang dihadapkan pada situasi industri yang selalu berubah. Kami
juga fokus penuh pada transformasi perusahaan agar tetap mampu memenangkan
persaingan untuk mencapai nilai tambah bagi customer, karyawan dan shareholer kami.
PINS berdiri sejak tanggal 17 Oktober 1995 dengan nama PT. Pramindo Ikat
Nusantara. Pada awalnya fokus bisnis Perseroan adalah untuk menyelenggarakan Kerja
Sama Operasi (KSO) telekomunikasi di wilayah Sumatera.
Pada tahun 2002, saham Perseroan seluruhnya diambil alih oleh PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk (TELKOM), sebuah perusahaan telekomunikasi terbesar
di Indonesia, dan mengacu pada CSS TELKOM maka mulai Oktober 2010 Perseroan
memfokuskan diri pada portofolio Premise Integration Service. Perubahan nama
perusahaan dari PT. Pramindo Ikat Nusantara menjadi PT. PINS INDONESIA ini
dikukuhkan tanggal 20 Desember 2012.
Pengalaman di bidang telekomunikasi selama lebih dari 18 tahun telah
memposisikan Perseroan sebagai perusahaan penyedia sarana dan prasarana layanan
telekomunikasi terlengkap dan terpercaya di seluruh Nusantara. Hal ini turut membangun
kepercayaan diri Perseroan untuk melangkah lebih jauh melalui ekspansi bisnis
telekomunikasi dan informatika multinasional. Didukung oleh sumber daya dan
kapabilitas yang dimiliki, Perseroan siap bersaing untuk memberikan layanan yang lebih
unggul, berkualitas, dan terjangkau di seluruh Indonesia.
Visi


Menjadi perusahaan terkuat dalam Premisess Integration Services, yang mencakup :
Total solution, Integration system & Managed services di indonesia.
Misi



Memberikan Total Solusi dalam bisnis Premisess Integration System.



Menyediakan Integration System dan Managing Services untuk semua perusahaan dan
customer secara langsung.



Memberikan dan mendukung semua kebutuhan Telkom Group melalui System Distribusi
yang meng-cover seluruh area layanan dengan baik.

Identitas Perusahaan

Logo PINS secara unik merepresentasikan komitmen, profesionalisme dalam bekerja,
sikap rendah hati dalam melayani pelanggan, dan mendorong pertumbuhan perusahaan secara
berkelanjutan. Titik pada bagian pada puncak ‘i’ - huruf awal dari kata “Integritas” - mewakili
komitmen

PINS

yang

melengkapi

Telkom

Indonesia

dalam

menyediakan

layanan

telekomunikasi terpadu.
Warna hitam solid pada lingkaran secara grafis menggambarkan kemauan dan tekad yang
kuat dari setiap individu di PINS untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan dan
konsumen. Warna abu-abu melambangkan teknologi, komunikasi, dan modernisasi. Sedangkan
warna merah melambangkan keberanian, kegigihan, dan energi yang menjadi semangat
perusahaan untuk selalu optimis dan berani dalam menghadapi tantangan dan perubahan.
Simbol unik yang terbentuk dari bagian simetris pada huruf ‘p’ dan ‘n‘ melambangkan
komunikasi dua arah dan sikap saling menghormati. Posisi huruf ‘i’ - huruf awal dari kata
“integritas” - yang berada diantaranya melambangkan kesungguhan upaya untuk mencapai
manfaat bersama bagi seluruh pemangku kepentingan. Warna abu-abu yang bermakna
komunikasi dan teknologi pada simbol tersebut mempertegas posisi PINS sebagai penyedia
layanan telekomunikasi terpadu bagi Telkom Indonesia.
2.2.2.

PT. TiPhone Mobile Indonesia Tbk
PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (selanjutnya disebut Perseroan) berdiri pada 25

Juni 2008 dengan nama Tiphone Mobile Indonesia. Kegiatan utama Perseroan adalah
menjalankan usaha-usaha di bidang perdagangan perangkat telekomunikasi berupa

telepon selular berikut suku cadang, aksesoris, pulsa serta jasa perbaikan dan penyediaan
konten melalui anak perusahaan.
Pada awalnya Perseroan memperjualbelikan telepon selular bermerek lokal
Tiphone dengan desain terbaru dan fitur terlengkap dengan harga yang kompetitif
dibandingkan produk-produk sejenis lainnya. Bidang usaha Perseroan makin diperluas
dengan didirikannya anak perusahaan yang bergerak dibidang jasa reparasi telepon
selular yaitu PT Setia Utama Service (SUS) serta anak perusahaan yang bergerak di
bidang jasa pengadaan konten telepon selular (content provider) yaitu PT Setia Utama
Media Aplikasi (SUMA) pada bulan Juli 2008.
Selanjutnya untuk memperkuat jalur distribusi dan pertumbuhan kinerja
keuangan, Perseroan telah mengakuisisi PT Telesindo Shop (TS) dan PT Excel
Utama Indonesia (EUI) sejak awal tahun 2011. Sinergi positif antara Perseroan dan Anak
Perusahaan diharapkan dapat meningkatkan kinerja Perseroan.
Selain menghadirkan berbagai pilihan produk komunikasi merek Tiphone berikut
aksesorisnya serta telepon selular merek-merek internasional lainnya, Perseroan
juga menawarkan produk-produk operator seperti paket kartu perdana prabayar dan
voucher (pulsa isi ulang) dari berbagai operator selular di Indonesia seperti PT
Telekomunikasi Selular (Telkomsel) dan Telkom Flexi yang merupakan grup PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk serta PT XL Axiata Tbk (dahulu PT Excelcomindo
Pratama Tbk). Perseroan juga memberikan layanan konten dan layanan purna jual yang
menawarkan jasa perbaikan perangkat keras maupun lunak kepada konsumen, penjualan
suku cadang dan galeri produk.
Kegiatan usaha Perseroan dilakukan melalui jalur distribusi dan ritel. Di samping
itu Perseroan juga mendistribusikan produk melalui katalog bank nasional dan
internasional di Indonesia kepada nasabah kartu kredit dan perbankan bank-bank
tersebut. Dengan jaringan distribusi yang luas yang meliputi seluruh wilayah Indonesia,
Perseroan menyediakan layanan distribusi dengan infrastruktur yang terus berkembang
bagi para produsen perangkat telekomunikasi selular dan operator jaringan selular.
Visi

Menjadi Penyedia jasa, produk, konten dan multimedia telekomunikasi selular yang
terkemuka dan terutama di Indonesia.
Misi
Menyukseskan peran kemitraan yang terpercaya dan berperan aktif dalam pembangunan
masyarakat teknologi informasi di Indonesia
Budaya Perseroan
Saling Percaya

TRUST

Saling Percaya merupakan kunci utama dalam membina kerjasama
Inovasi tiada henti

INNOVATIVE

Inovasi secara berkesinambungan mutlak dilakukan demi kemajuan
perseroan di masa depan.
Kebanggaan sebagai karyawan

PROUD

Mempertebal loyalitas terhadap perseroan
Serasi, rukun dan damai

HARMONY

Merupakan landasan bagi terciptanya keharmonisan antar karyawan dan
lingkungan

OPTIMISTIC

Optimis dalam bekerja
Optimisme merupakan modal paling awal dalam menggapai prestasi

NICE

Baik hati dan menyenangkan

ENERGETIC

Bekerja penuh semangat

2.3.

Menciptakan suasana kerja yang kondusif
Karakter yang dapat menciptakan produktifitas dalam bekerja

Proses Penggabungan Usaha

Pada tahun 2014 PT Telekomunikasi Indonesia melalui PINS menuntaskan akuisisi 25%
saham PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) dengan total nilai transaksi mencapai Rp
1,39 triliun. Pembelian saham tersebut dilakukan melalui dua tahap. Pertama, pada 11
September 2014, PINS mengakuisisi 1,11 miliar saham (15 persen) Tiphone senilai Rp 876,7
miliar dari Boquete Group SA, Interventures Capital Ltd, PT Sinarmas Asset Management,
dan Top Dollar Investment Ltd.
Selanjutnya, PINS membeli 10 persen saham Tiphone melalui penambahan modal tanpa
hak memesan efek terlebih dahulu (non-HMETD). Uang yang digelontorkan untuk membeli
besaran saham tersebut adalah Rp 518,23 miliar. Dana yang didapat oleh PINS berasal dari
kas internal Telkom dan PINS Indonesia.
PINS (Premises Integration Service) adalah anak usaha Telkom yang selama ini bermain
di perangkat konsumen yang banyak memasok kebutuhan Telkom Grup termasuk di segmen
manajemen desktop, mobilitas dan keamanan komputer. Korporasi PT PINS dan PT Tiphone
merupakan langkah strategis perseroan dalam memperbesar bisnis lainnya dan untuk
memperkuat posisi pada bisnis ekosistem digital, yaitu device, network, dan application,
seperti layanan Operator Telekomunikasi, Informasi, Media & Edutaintment dan Services
(TIMES).
Hasil dari penggabungan usaha dari PT PINS dengan PT Tiphone berupa paket kartu
perdana prabayar dan voucher (pulsa isi ulang), suku cadang ponsel, aksesoris, penyedia
konten, dan jasa perbaikan.

3. SIMPULAN DAN SARAN
3.1. Simpulan
Penggabungan usaha merupakan usaha pengembangan atau perluasan perusahaan dengan
cara menyatukan perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain menjadi satu kesatuan
ekonomi. PINS mengakuisisi 25% saham PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) dengan

total nilai transaksi mencapai Rp 1,39 triliun. Pembelian saham tersebut dilakukan melalui
dua tahap. Akuisisi yang dilakukan oleh PINS dan PT Tiphone adalah akuisisi horizontal,
Karena kedua perusahaan tersebut sama-sama bergerak dalam bidang telekomunikasi. Salah
satu tujuan utama akuisisi horisontal adalah untuk mengurangi persaingan atau untuk
meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi, pemasaran dan distribusi,
riset dan pengembangan dan fasilitas administrasi. Efek dari akusisi horisontal ini adalah
semakin terkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut.

3.2. Saran
Menurut kelompok kami akuisisi yang dilakukan PT. PINS dengan PT Tiphone
memperhatikan hal berikut ini :
1. Sebelum melakukan penggabungan usaha, kedua perusahaan harus
memperhatikan budaya yang ada di perusahaan masing-masing. Karena dengan
budaya yang berbeda akan menimbulkan permasalahan baru bagi perusahaan
2. Selain itu penggabungan usaha hendaknya dilakukan pada perusahaan yang
memiliki bidang yang sama, karena dengan bidang usaha yang sama tersebut
kegiatan penggabungan usaha kemungkinan dapat berjalan seperti yang
diharapkan kedua perusahaan

Daftar Pustaka

Dewa, Wangsit. 2015. Teori Akuisisi Perusahaan . Diunduh tanggal 4
Oktober 2015, http://wangsitdewa.blogspot.co.id/2015/11/teori-akuisisiperusahaan.html
HarianTI. 2014. Telkom Akuisisi Produsen Ponsel TiPhone Perkuat Lini
Bisnisnya. Diunduh tanggal 4 Oktober 2015, http://harianti.com/telkomakuisisi-produsen-ponsel-tiphone-perkuat-lini-bisnisnya
Indepth. 2015. Telkom Puas dengan Akuisisi TiPhone. Diunduh tanggal 4
Oktober 2015, http://www.indotelko.com/kanal?c=id&it=Telkom-PuasAkuisisi-TiPhone
PINS. 2012. Identitas Perusahaan. Diunduh tanggal 4 Oktober 2015,
http://www.pins.co.id/id/corporate-identity
Suara, Pembaruan. 2014. Telkom Perkuat Bisnis DNA Melalui Akuisisi Tiphone.
Diunduh tanggal 4 Oktober 2015,
http://sp.beritasatu.com/ekonomidanbisnis/telkom-perkuat-bisnis-dnamelalui-akuisisi-tiphone/64219
Tiphone. 2012. Profil Perusahaan. Diunduh tanggal 4 Oktober 2015,
http://www.tiphone.co.id/index.php/about-us

Wikipedia. 2015.PINS . Diunduh tanggal 4 Oktober 2015, https://id.wikipedia.org/wiki/PINS
Samsudin, Muhamad. 2015. Merger Konsolidasi dan Akuisis. Diunduh tanggal 4 Desember
2015, https://muhamadsamsudin.wordpress.com/2014/04/25/merger-konsolidasi-dan-akuisisi/

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

DISKRIMINATOR KELAYAKAN KREDIT MODAL KERJA BAGI UKM PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. CABANG LUMAJANG

5 61 16

HE APPLICATION OF PROFESSION ETHICS FOR SUPPORTING THE WORKING PERFORMANCE OF CUSTOMER SERVICE STAFF IN PT BRI RAMBIPUJI JEMBER

2 94 12

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5