PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBANTUAN LKS DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPA DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA SD

  

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBANTUAN LKS DALAM UPAYA

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPA DAN AKTIVITAS BELAJAR

SISWA SD

  Dek Ngurah Laba Laksana Katarina Rabu Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

  STKIP Citra Bakti Ngada-NTT

  

  

Abstrak

  Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran IPA dengan menerapkan pembelajaran kontekstual berbantuan LKS. Secara operasional tujuan penelitian tindakan ini untuk meningkatkan aktivitas belajar dan pemahaman konsep siswa kelas IV SD dengan menerapkan pembelajaran kontekstual berbantuan LKS.

  Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di Kelas IV SDI Bobou Kabupaten Ngada dengan jumlah siswa adalah 37 orang. Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah observasi dan tes pemahaman konsep IPA. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada Pebruari 2013 sampai April 2013. Data kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan aktivitas belajar dan pemahaman konsep IPA siswa.

  Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut. (1) Rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I dengan materi energi panas dan energi bunyi yaitu 18,92 dengan kategori cukup aktif dan standar deviasi 2,15 sedangkan rata-rata aktivitas belajar siklus II dengan materi energi alternatif dan perubahan energi gerak adalah 21,95 dengan kategori tinggi dan standar deviasi 1,25. 2) Rata-rata pemahaman konsep IPA pada siklus I yaitu 48,89 dengan kategori sangat rendah dan standar deviasi 14,93 serta ketuntasan 38% sedangkan pada siklus II pemahaman konsep siswa yaitu 76,29 dengan kategori sangat tinggi dan standar deviasi 7,77 serta ketuntasan 100%.

  Kesimpulan umum yang diperoleh dari penelitian ini adalah penerapan pembelajaran kontekstual berbantuan LKS berhasil meningkatkan aktivitas belajar dan pemahaman konsep IPA pada siswa kelas IV SD. Pada akhir siklus aktivitas siswa ada pada kategori aktif dan pemahaman konsep ada pada kategori tinggi.

  Kata-kata kunci : pembelajaran kontekstual, LKS, aktivitas belajar, pemahaman konsep IPA

  

CONTEXTUAL LEARNING HELPED BY STUDENTS WORKSHEET TO IMPROVE

THE COMPREHENSION TOWARD THE CONCEPT OF SCIENCE AND

STUDENTS’ LEARNING ACTIVITY OF ELEMENTARY SCHOOLS STUDENTS

  

Abstract

  This study aims at revising the science learning by implementing contextual learning helped by students’ worksheet. Operationally, the aim of this research is to improve the learning activity and the comprehension toward the science concept of the fourth grade students of elementary schools by implementing contextual learning helped by students’ worksheet.

  This study belonged to an action-based research which was conducted in the fourth grade students at SD I Bobou, Ngada regency as much as 37 students. The methods of data collection used were observation, and comprehension test of science. The research was conducted from February 2013 to April 2013. Then, the data was analyzed descriptively to draw the learning activity and student s’ comprehension toward science concept.

  The results show that (1) the mean score of students’ learning activity on cycle I about solar energy and sound energy is 18.92 where it is categorized as active enough and the standard deviation is 2.15. Meanwhile, the mean score on cycle II about alternative energy and the change of move energy is 21.95 by high category and the standard deviation is 1.25, (2) the meanscore on cycle I about the comprehension toward the science concept on cycle I is 48.89 where the category is poor and standard deviation is 14.93 and the students’ achievement is 38%. However, on cycle II the students’ comprehension is 76.29 where it is categorized as excellent and standard deviation is 7.77 and the students achievement is 100%.

  The major conclusion can be drawn from the above results is the implementation of contextual learning helped by students’ worksheet is success to improve the students’ learning activity and comprehension toward science concept on the fourth grade students of e lementary schools. At the end of the cycle, the students’ activity is in active category and students’ comprehension is in excellent category.

  Keywords: contextual learning, worksheet, learning activity, comprehension toward science concept.

  PENDAHULUAN

  Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia pendidikan juga mengalami perkembangan yang cukup pesat. Banyak upaya yang telah ditempuh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk meningkatkan SDM melalui peningkatan mutu pendidikan, diantaranya meningkatkan kualitas tenaga pendidikan melalui pendidikan dan pelatihan (PLPG), pembentukan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan membuka kesempatan untuk penyetaraan jenjang pendidikan guru serta uji kompetensi guru yang baru saja dilaksanakan.

  Seiring dengan perbaikan mutu pendidikan, masih dirasakan guru sebagai nakhoda yang mengarahkan mutu pendidikan belum maksimal menjadi garda utama membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Lemahnya kualitas pendidikan tidak serta merta kita justifikasi karena kegagalan guru semata. Namun, kurang optimalnya proses pembelajaran mungkin menjadi salah satu problema yang dihadapi oleh dunia pendidikan saat ini.

  Menurut Sanjaya (2006) proses pembelajaran di dalam kelas hanya mendorong anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk menghubungkannya dengan kehidupan mereka sehari-hari. Proses seperti ini menyebabkan anak kurang termotivasi untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Akibatnya ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi miskin aplikasi.

  Realita ini berlaku untuk semua mata pelajaran tidak terkecuali pada mata pelajaran

  IPA. Pembelajaran IPA kurang mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir kritis dan sistematis karena stategi pembelajaran tidak digunakan secara baik dalam setiap pembelajaran di kelas. Gejala-gejala semacam ini merupakan hasil umum dari proses pembelajaran yang terjadi. Pendidikan di sekolah terlalu menjejali otak siswa dengan bahan ajar yang harus dihafal, pendidikan tidak dikembangkan untuk mengembangkan karakter serta potensi yang dimiliki. Dengan kata lain, proses pendidikan belum mengarahkan untuk pembentukan manusia yang cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta belum mengarahkan pembelajaran untuk membentuk manusia yang kreatif dan inovatif.

  Indikasi umum bahwa pembelajaran belum berjalan maksimal dapat dilihat dari hasil pemetaan pendidikan baik melalui ujian nasial maupun uji kompetensi guru. Indonesia timur khususnya wilayah nusa tenggara timur masih menduduki peringkat terakhir terkait hasil UN (www.dpr.go.id). Pendukung dalam proses pembelajaran juga belum tersebar secara merata, bahkan sekolah yang mempunyai lab dan perpus hanya 10% saja. Selain itu kualifikasi guru yang 52% adalah bukan sarjana memperkuat bahwa pendidikan secara nasional di wilayah timur belum maksimal (www.poskupang.com).

  Potret di SDI Bobou juga terjadi permasalahan yang sama pada mata pelajaran IPA terutama di kelas IV. Hasil observasi yang penulis lakukan bersama dengan guru kelas di SD tersebut memperlihatkan bahwa proses pembelajaran di kelas masih dilakukan secara konvensional, dimana pembelajaran masih didominasi oleh guru.

  Selama ini siswa belajar IPA hanya berdasarkan materi yang ada dibuku paket saja dan sangat jauh dari kehidupan nyata peserta didik. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang merupakan bahan ajar wajib seorang guru belum dapat dibuat dengan baik. Pemahaman siswa terkait materi IPA masih rendah. Ini tampak ketika dilontarkan pertanyaan-pertanyaan pemahaman konsep yang berkaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan peserta didik, mereka sangat kebingungan. Hal ini didukung oleh prestasi belajar siswa pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 sebagian besar mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil tes menunjukkan nilai rata-rata ulangan akhir semester (UAS) murni yaitu 70. Sedangkan nilai Ulangan Tengah Semester siswa rata-rata 69.

  Selain itu, proses pembelajaran yang selama ini sudah dilakukan di kelas IV ternyata kurang membuat siswa bergairah mengikuti pembelajaran. Realita ini dapat dilihat dari kekurangaktifan siswa dalam pembelajaran. Guru berulang-ulang kali mencoba untuk membuat suasana kelas menjadi aktif dengan melempari sebuah pertanyaan kepada siswa, namun siswa lebih banyak diam, kalaupun menjawab, jawaban mereka masih menyimpang dari apa yang diharapkan.

  Tentunya penulis dan guru di kelas tersebut tidak bisa berdiam diri melihat pembelajaran yang seperti ini. Usaha yang akan penulis coba lakukan yaitu dengan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar serta dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Dengan karakteristik seperti itu penulis akan menggunakan pembelajaran induktif kontekstual (berbasis lingkungan) sehingga memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan yang diperoleh agar lebih memaknai dan menguasai konsep-konsep IPA khususnya pada materi bahan kimia dalam kehidupan.

  Dengan melihat permasalahan yang seperti itu pembelajaran kontekstual berbantuan LKS mungkin menjadi solusinya. Pembelajaran ini dapat menciptakan lingkungan alamiah, yaitu anak melakukan dan mengalami langsung apa yang dipelajarinya, sehingga mendapatkan bekal kemampuan dalam memecahkan suatu persoalan. Dalam pelaksanaan pembelajaran, materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dapat mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sehingga hasil belajar siswa berupa pengalaman yang bermakna, bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berpikir kritis dan dalam kehidupan jangka panjangnya.

  Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Apakah pembelajaran kontekstual berbantuan LKS dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa di kelas IV SDI Bobou semester genap tahun ajaran 2012/2013? 2) Apakah pembelajaran kontekstual berbantuan LKS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas IV SDI Bobou semester genap tahun ajaran 2012/2013?

METODE PENELITIAN

  Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki aktivitas belajar dan pemahaman konsep IPA siswa pada kelas yang mempunyai permasalahan dalam pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus di mana setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi.

  Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDI Bobou, di mana siswa kelas IV dipilih untuk menjadi subjeknya sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. Bentuk keterlibatan peneliti dalam penelitian ini adalah bentuk kolaborasi antara peneliti dengan guru kelas yang mengajar mata pelajaran IPA kelas IV. Objek dalam penelitian ini adalah, 1) objek tindakan yaitu implementasi pembelajaran kontekstual berbantuan LKS, 2) objek dampak yaitu pemahaman konsep IPA dan aktivitas belajar siswa kelas IV SDI Bobou.

  Pelaksanaan penelitian dirancang dalam bentuk siklus dan masing-masing siklus terdiri atas empat tahapan: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan evaluasi, serta (4) refleksi. Pada tahap Pelaksanaan Tindakan guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun dan disepakati pada tahap perencanaan. Kemudian peneliti melakukan observasi yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai aktivitas belajar selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan memberikan tes pemahaman konsep IPA. Langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan komponen atau sintaks dari Pembelajaran Kontekstual berbantuan LKS yaitu sebagai berikut. a) Penerapan komponen Bertanya dilaksanakan dalam kegiatan apersepsi, yaitu degan cara guru menga-jukan pertanyaan untuk menggali pengetahuan awal siswa. b) Penerapan komponen Pemodelan dilaksanakan dengan cara guru menggunakan media LKS tentang energi dan perubahannya, siswa mengajukan contoh yang ada di lingkungannya. c) Penerapan komponen Bertanya dilaksanakan melalui tanya jawab tentang energi dan perubahannya. d) Penerapan komponen Konstruktivisme dilaksanakan dengan siswa menjelaskan konsep energi dan perubahannya. e) Penerapan komponen Masyarakat Belajar dilaksanakan dengan mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok. f) Penerapan komponen Masyarakat Belajar dan Menemukan dilaksanakan dengan cara siswa melakukan kegiatan diskusi untuk membuat pertanyaan yang akan diajukan kepada masyarakat sekitar. g) Penerapan komponen Masyarakat Belajar (Learning Community) dan Konstruktivisme () dilaksanakan dengan cara guru menugaskan siswa untuk melakukan diskusi kelompok. h) Penerapan komponen Pemodelan dilaksanakan dengan masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja Lembar Kerja Siswa (LKS). i) Penerapan komponen Refleksi dilaksanakan dengan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksi hasil belajarnya. j) Penerapan komponen Bertanya dilaksanakan dengan cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal yang belum dipahaminya tentang materi pelajaran yang telah dibahas. k) Penerapan komponen Konstrukstivisme dilaksanakan dengan cara guru bersama dengan siswa merangkum materi pelajaran yang telah dibahas. l) Penerapan komponen Penilaian yang Sebenarnya dilaksanakan dengan cara guru mengadakan penilaian pemahaman konsep dan aktivitas dengan menggunakan LKS pemahaman konsep. m) Penerapan komponen Penilaian yang Sebenarnya dilaksanakan dengan cara guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah yang tercantum dalam LKS.

  Instrumen penelitian yang digunakan untuk menperolah data aktivitas belajar dan pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  Tabel 1 Instrumen Penelitian Waktu

  No Data yang diteliti Bentuk Instrumen Pelaksanaan

  1. Aktivitas belajar Lembar observasi Setiap pertemuan Tes pemahaman Akhir siklus

  2. Pemahaman konsep IPA konsep Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Kemudian data aktivitas dan pemahaman konsep yang didapat dianalisis secara deskriptif. Penerapan pembelajaran kontekstual berbantuan LKS dikatakan berhasil apabila pemahaman konsep IPA siswa minimal dalam kategori sedang dan berada di atas nilai KKM yaitu 65, daya serap siswa 70% dan ketuntasan klasikal 85%.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Pelaksnaan Tindakan Hasil penelitian ini meliputi deskripsi proses pembelajaran, hasil belajar siswa yang

  meliputi aspek pemahaman konsep siswa dan aktivitas belajar siswa terhadap penerapan pembelajaran kontekstual berbantuan LKS pada siswa kelas IV SDI Bobou.

  Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SDI Bobou pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Jumlah siswa kelas IV adalah sebanyak 37 orang yang terdiri dari 21 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa perempuan . Penelitian ini dilaksanakan dengan materi energi panas dan energi bunyi serta energi alternatif yang dikemas dalam dua siklus tindakan. Siklus pertama mencakup materi energi panas dan energi bunyi yang dikemas dalam tiga rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan, di mana 3 kali pertemuan untuk kegiatan pembelajaran, 1 kali tes pemahaman konsep. Siklus kedua meliputi materi energi alternatif yang dikemas dalam tiga RPP yang dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan, di mana 3 kali pertemuan untuk kegiatan pembelajaran dan 1 kali untuk tes pemahaman konsep. Sesuai dengan kurikulum yang berlaku di SDI Bobou, mata pelajaran IPA dilaksanakan sebanyak dua kali dalam seminggu yaitu selama 2 jam pelajaran yaitu 80 menit.

  Pelaksanaan Siklus I

  Kegiatan pembelajaran di setiap pertemuan pada siklus I diawali dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdoa. Setelah itu menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi pokok pada pertemuan tersebut. Guru juga mempertegas agar siswa selalu termotivasi dalam pembelajaran karena akan dilakukan penilaian terhadap aktivitas mereka.

  Pada awal kegiatan, peneliti yang bertindak sebagai observer dibantu oleh guru kelas

  IV menyampaikan kepada siswa bahwa kegiatan pembelajaran IPA untuk pokok bahasan Energi akan dilaksanakan dengan menerapkan pembelajaran kontekstual berbantuan LKS. Pada kesempatan ini, peneliti juga menyampaikan bahwa dalam setiap pembelajaran akan diberikan tugas mandiri, LKS, maupun tes pemahaman konsep di akhir pembelajaran serta pengamatan aktivitas belajar pada setiap pertemuan. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang dan ada salah dua kelompok terdiri 5 orang.

  Selain itu, peneliti juga menjelaskan tentang teknik penilaian yang akan digunakan. Penilaian akan dilakukan dengan tiga cara yaitu 1) observasi yang mengacu pada rubrik penilaian aktivitas belajar siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran, misalnya saat melakukan diskusi, presentasi, dan keaktifan siswa, 2) tes akhir siklus berupa tes uraian, dan 3) menggunakan tugas mandiri dan LKS. Peneliti juga menyampaikan dan membahas rubrik yang akan digunakan dalam setiap proses penskoran. Berdasarkan ketiga cara penilaian yang dilakukan tersebut akan diperoleh hasil berupa nilai aktivitas belajar, nilai tugas, nilai LKS, dan nilai tes akhir siklus untuk masing-masing siswa. Nilai-nilai tersebut kemudian digolongkan menjadi nilai aktivitas siswa dan nilai aspek pemahaman konsep IPA.

  Hasil pembelajaran siklus I meliputi pemahaman konsep dan aspek aktivitas belajar siswa, yaitu dapat dipaparkan sebagi berikut. Analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada siklus pertama menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas siswa mencapai 18,92 dengan kategori cukup aktif. Dengan rincian: 9 siswa ada pada kategori kurang aktif, 19 siswa mencapai kategori cukup aktif, dan 12 siswa dengan kategori aktif. Standar deviasi skor aktivitas menunjukkan 2,15.

  Pada siklus pertama, materi IPA yang dibahas adalah energi panas dan energi bunyi. Penilaian hasil belajar siswa berupa tes pemahaman konsep dengan menggunakan tes uraian. Pada siklus pertama, rata-rata nilai tes pemahaman konsep adalah 49,89 dengan kategori sangat rendah. Dengan rincian, 23 siswa kategori sangat rendah, 13 siswa kategori sedang, dan 1 siswa kategori sangat tinggi. Terdapat lima siswa yang belum memenuhi KKM yang telah ditentukan di kelas IV SDI Bobou yakni lebih dari atau sama dengan (≥) 65. Daya serap siswa 55,44% dan ketuntasan siswa secara klasikal mencapai 38% dari 100% yang ditetapkan. Standar deviasi nilai pemahaman konsep menunjukkan 14,93. Dengan demikian, ketuntasan klasikal belum terpenuhi.

  Berdasarkan temuan dari kegiatan observasi yang dilakukan selama pelaksanaan tindakan I, maka diadakan upaya untuk memperbaiki proses tindakan pada siklus berikutnya sehingga diharapkan kendala-kendala yang ditemukan selama proses pelaksanaan tindakan I dapat diatasi. Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Sebelum melaksanakan tindakan siklus II, peneliti memberikan penekanan terhadap siswa mengenai pembelajaran yang digunakan dan penilaian yang akan dilakukan.

  Peneliti menyampaikan bahwa selain dilakukan penilaian terhadap pemahaman konsep, juga akan diadakan penilaian aktivitas belajar siswa yang salah satunya meliputi sikap dan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran. Makin aktif siswa di kelas maka makin besar nilai yang akan diperoleh. Selain itu, peneliti memberikan kesempatan lebih banyak pada siswa untuk bertanya dan mengajukan pendapat mengenai materi yang dibahas selama proses pembelajaran berlangsung.

  2) Menunjuk siswa-siswa yang kurang aktif dalam berpendapat untuk mencoba mengajukan pendapat sesuai dengan pengetahuannya. Tujuannya, agar siswa tersebut menjadi lebih berani dalam mengungkapkan pendapatnya selama proses pembelajaran berlangsung. 3) Membimbing dan memantau siswa secara lebih intensif, agar kegiatan diskusi kelas tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. 4) Pada kegiatan diskusi maupun penilaian aktivitas belajar siswa, peneliti meminta bantuan kepada rekan peneliti yang lain untuk membantu memberikan penilaian aktivitas belajar pada siswa sehingga proses pembelajaran berjalan lancar dan tidak membutuhkan waktu yang cukup banyak. 5) Sebelum kegiatan diskusi berlangsung, peneliti terlebih dahulu menjelaskan tentang cara menggunakan alat dan bahan, melakukan pengamatan, membuat hasil pengamatan secara tertulis, melakukan diskusi, dan presentasi. Hal ini dilakukan agar siswa tidak bingung dan lebih memahaminya sehingga siswa lebih mudah dalam kegiatan diskusi. 6) Sebelum melakukan kegiatan percobaan, siswa diminta untuk mencermati kembali LKS yang dibagikan sehingga kegiatan percobaan tidak memerlukan waktu yang lama. 7) Memberikan latihan soal-soal yang lebih banyak dan bervariasi melalui LKS kepada siswa agar kemampuan penerapan konsep yang dimiliki lebih baik dan mendalam daripada sebelumnya.

  Pelaksanaan Siklus II

  Pelaksanaan tindakan siklus II disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I, dengan melakukan beberapa tindakan perbaikan seperti yang telah diuraikan pada hasil refleksi siklus I di atas. Proses pembelajaran pada siklus II berlangsung dalam 4 kali pertemuan, yang terdiri atas 3 kali pertemuan untuk kegiatan pembelajaran, dan 1 kali pertemuan untuk tes akhir siklus (tes pemahaman konsep IPA). Materi yang dibahas pada siklus II adalah perubahan energi.

  Hasil pembelajaran siklus II meliputi pemahaman konsep dan aspek aktivitas belajar siswa, yaitu dapat dipaparkan sebagi berikut. Analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada siklus pertama menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas siswa mencapai 21,95 dengan kategori aktif. Dengan rincian: 24 siswa mencapai kategori aktif, dan 13 siswa dengan kategori sangat aktif. Standar deviasi skor aktivitas menunjukkan 1,25.

  Pada siklus pertama, materi IPA yang dibahas adalah energi panas dan energi bunyi. Penilaian hasil belajar siswa berupa tes pemahaman konsep dengan menggunakan tes uraian. Pada siklus kedua, rata-rata nilai tes pemahaman konsep adalah 76,29 dengan kategori tinggi. Dengan rincian, 15 siswa kategori sedang, 19 siswa dalam kategori tinggi dan 4 siswa kategori sangat tinggi. Seluruh siswa sudah memenuhi KKM yang telah ditentukan di kelas IV SDI Bobou yakni lebih dari atau sama dengan (≥) 65. Daya serap siswa 84,76% dan ketuntasan siswa secara klasikal mencapai 100%. Standar deviasi nilai pemahaman konsep menunjukkan 7,77.

  Melalui perbaikan proses pembelajaran pada pelaksanakan siklus I, maka pelaksanakan proses pembelajaran pada siklus II telah nampak adanya suatu peningkatan proses pembelajaran pemahaman konsep dan kinerja ilmiah siswa. Berdasarkan hasil kegiatan observasi dan evaluasi tindakan siklus II dapat dipaparkan hasil refleksi secara keseluruhan sebagai berikut.

  Pertama, kondisi dan situasi belajar siswa pada setiap pertemuan menunjukkan

  situasi belajar yang lebih kondusif, jika dibandingkan dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya pada siklus pertama. Siswa sudah mulai terbiasa dengan penerapan model pembelajaran yang menuntut aktivitas tinggi seperti mau mencoba untuk mengajukan pendapat. Kedua, siswa-siswa yang kurang aktif dan percaya diri dalam berpendapat perlu diberikan lebih banyak kesempatan. Hal tersebut dapat memacu siswa menjadi lebih berani untuk mengajukan pendapatnya sehingga guru dapat mengetahui miskonsepsi yang masih melekat pada diri siswa. Ketiga, penilaian terhadap aktivitas belajar siswa sudah berjalan dengan optimal dengan melakukan penilaian aktivitas secara bergantian pada setiap kelompok dalam setiap pertemuan agar semua komponen aktivitas siswa dapat dinilai.

  

Keempat, dilakukannya pemberitahuan mengenai hasil tugas dan LKS yang diperoleh siswa

  di depan kelas dapat meningkatkan kegairahan siswa dalam beraktivitas. Hal ini karena setiap nilai yang diperoleh siswa yang bersumber dari LKS maupun tugas mandiri dipertimbangkan untuk menentukan nilai siswa. Kelima, terjadinya peningkatan pemahaman konsep dan aktivitas pada siklus II. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai pemahaman konsep dan kinerja ilmiah pada siklus I dan siklus II. Selain itu juga dapat dilihat dari banyaknya siswa yang tuntas. Keenam, adanya tanggapan positif dari siswa terkait dengan penerapan pembelajaran kontekstual berbantuan LKS. Hal ini terlihat dari keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II yang merupakan perbaikan

dari tindakan pada siklus I, pemahaman konsep IPA siswa ada pada kategori tinggi dengan

ketuntasan mencapai 100%. Jika dibandingkan dengan Nilai KKM maka nilai yang diperoleh

pada siklus II sudah memenuhi ketentuan. Peningkatan peningkatan pemahaman konsep

siswa seiring dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran kontekstual

berbantuan LKS. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II ada pada kategori aktif.

  Secara umum, dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak lagi muncul kendala-

kendala seperti halnya yang terjadi dalam pelaknaan tindakan pada siklus I. Dalam

pelaksanaan tindakan pada siklus II, siswa telah terbiasa dan terlatih belajar mengikuti

proses pembelajaran kontekstual berbantuan LKS. Hal ini terlihat dari aktivitas yang

dilaksanakan oleh siswa telah menunjukkan keantusiasan. Aktivitas siswa yang muncul

  

antara lain: 1) Sebagian besar siswa sudah berani mengajukan pertanyaan, mengemukakan

pendapatnya dan menanggapi pertanyaan dari guru atau temannya. 2) Siswa terlihat lebih

aktif dan saling membantu dalam kegiatan diskusi kelompok, saling bertukar informasi dan

  membentuk kelompok belajar yang heterogen. 3) Siswa sudah mampu untuk mengaitkan pengalamannya dengan permasalahan yang berhubungan dengan lingkungannya. 4) Siswa antusias dalam memperagakan hasil kerja dan hasil diskusi kelompok serta dalam mendemonstrasikan soal yang diujicobakan.

  Pembelajaran kontekstual menuntut siswa agar tidak hanya menerima materi

pelajaran yang dipelajari tetapi agar siswa menemukan sendiri konsep dari materi tersebut.

  

Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa terbentuk berdasarkan pengalaman. Pembelajaran

  kontekstual menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan secara aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri makna dari materi pelajaran yang dipelajari, siswa belajar melalui kegiatan kelompok, seperti kerja kelompok, berdiskusi serta saling menerima dan memberi. Materi pembelajaran dikaitkan dengan situasi kehidupan nyata secara riil dan kemampuan didasarkan atas pengalaman.

  Tindakan atau prilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, pengetahuan yang dimiliki oleh setiap siswa selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya, siswa bertanggungjawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing serta pembelajaran dapat terjadi dimana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu hal yang dipelajari oleh siswa menjadi lebih bermakna bagi kehidupannya (Komalasari dalam Suarmajaya, 2010).

  Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa siswa dapat menjadi lebih aktif untuk menggali pengetahuannya sendiri, sehingga pemahaman konsep, kemampuan penalaran dan komunikasi serta kemampuan pemecahan masalah pada diri siswa dapat ditingkatkan dan nantinya berimbas pada peningkatan pemahaman konsep IPA siswa.

  Selama proses pembelajaran, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan dari hal- hal yang disampaikan guru. Siswa harus membangun pengetahuan sendiri dalam pikirannya. Dalam hal ini, guru hanya membantu agar informasi yang dimiliki siswa menjadi lebih bermakna bagi siswa. Dalam pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide yang dimiliki serta mendorong siswa untuk menggunakan strategi-strategi yang dimilikinya untuk belajar.

SIMPULAN DAN SARAN

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan maka dapat disajikan simpulan sebagai berikut.

1) Penerapan pembelajaran kontekstual berbantuan LKS berhasil meningkatkan aktivitas

  belajar IPA pada siswa kelas IV SDI Bobou tahun ajaran 2012/2013. Pada tindakan siklus pertama dengan materi energi panas dan energi bunyi, rerata aktivitas siswa adalah 18,92 dengan kategori cukup aktif. Pada tindakan siklus kedua dengan materi energi alternatif dan perubahan energui gerak, rerata aktivitas siswa adalah 21,95 dengan kategori aktif.

  2)

  Penerapan pembelajaran kontekstual berbantuan LKS berhasil meningkatkan pemahaman konsep IPA pada siswa kelas IV SDI Bobou tahun ajaran 2012/2013. Pada tindakan siklus pertama dengan materi energi panas dan energi bunyi, rerata pemahaman konsep siswa adalah 49,89 dengan kategori pemahaman sangat rendah; daya serap siswa 55,44%; dan ketuntasan klasikal 38%. Pada tindakan siklus kedua dengan materi energi alternatif dan perubahan energi gerak, rerata pemahaman konsep

  IPA siswa adalah 76,29 dengan kategori tinggi; daya serap siswa 84,76%, dan ketuntasan klasikal 100%.

  DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad H. 1993. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Bina Budaya.Depdiknas. 2003.

  

Pendekatan Kontextual (CTL). Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional.

  Anonim. 2012. Dunia Pendidikan di NTT Sangat Memprihatinkan, diunduh melalui www.dpr.go.id pada tanggal 20 januari 2013. Depdiknas. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah.

  Jakarta: BSNP. Iskandar, Srini. 1997. Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Depdikbud Nurhadi dan Garrard, S. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

  Puskur. 2007. Gagasan Kurikulum Masa Depan. Depdiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. Sardiman. 2001. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Siddiq, M. Djauhar. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Suastra, I W. 2009. Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).

  Susanto, P. 2002. Keterampilan Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme. Malang: Universitas Negeri Malang. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berbasis Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Yamin, M. 2008. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Bumi Aksara.