PERBUP PENGAJUAN KEBERATAN.docx

  

PERATURAN BUPATI SELUMA

NOMOR TAHUN 2012

TENTANG

PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN ATAS PENETAPAN

RETRIBUSI DAERAH YANG TERUTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SELUMA,

  Menimbang : a. bahwa ketentuan Pasal 162, Pasal 163, dan Pasal 164 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, perlu dijabarkan lebih lanjut untuk memberikan kemudahan bagi pejabat/petugas dibidang retribusi daerah untuk memproses pengajuan keberatan retribusi daerah yang terutang; b. bahwa berdasarkan pertimbangan Pasal 57, Pasal 58, Pasal 59

  Peraturan Daerah Kabupaten Seluma Nomor 6 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum, perlu ditetapkan dengan Peraturan Bupati Seluma,

  c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu ditetapkan Peraturan Bupati tentang Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan Atas Penetapan Retribusi Daerah Yang Terutang;

  Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3236) sebagaimana telah diubah untuk ketiga kalinya dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4740);

  2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3674);

  3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 368) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 1298, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3987);

  4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002

  5. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Seluma dan Kabupaten Kaur di Provinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4266);

  

6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

  Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

  

7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

  Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

  

8. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

  Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

  

9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

  Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

  

10. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

  Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

  

11. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

  Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

  

12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

  Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

  

13. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

  (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);

  

14. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

  Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5049 )

  MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI SELUMA TENTANG PENGAJUAN DAN

PENYELESAIAN KEBERATAN ATAS PENETAPAN RETRIBUSI DAERAH YANG TERUTANG.

  BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati Seluma ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Seluma.

  2. Pemerintah Daerah Kabupaten yang selanjutnya disebut Pemerintah Kabupaten adalah unsur penyelenggara Pemerintah Kabupaten Seluma yang terdiri atas Bupati dan Perangkat Daerah Kabupaten Seluma.

  3. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang selanjutnya disebut Dinas adalah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Seluma.

  4. Kepala Daerah yang selanjutnya disebut Bupati adalah Bupati Seluma.

  5. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang perpajakan daerah berdasarkan peraturan perUndang- Undangan.

  6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Perangkat Daerah pada Pemerintah Kabupaten selaku pengguna anggaran/barang.

  7. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Kabupaten untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

  8. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perUndang-Undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

  9. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.

  10.Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

  11.Surat Ketetapan Retribusi Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKRDN adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah pokok retribusi sama besarnya dengan jumlah kredit retribusi atau retribusi tidak terutang dan tidak ada kredit retribusi.

  12.Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau

  13.Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perUndang-Undangan perpajakan daerah.

  

BAB II

PENGAJUAN KEBERATAN

Pasal 2

Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan atas penetapan Retribusi yang Terutang apabila terdapat perbedaan antara jumlah

  retribusi terutang yang ditetapkan oleh pejabat dengan hasil perhitungan sendiri Wajib Retribusi.

  

Pasal 3

Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diajukan setelah Wajib Retribusi melakukan pembayaran sesuai jumlah Retribusi yang Terutang yang ditetapkan oleh pejabat.

Pasal 4

  (1) Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal penetapan kepada Pejabat yang menetapkan Retribusi yang Terutang. (2) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut: a. penjelasan dan alasan pengajuan keberatan;

  b. rincian perhitungan jumlah Retribusi yang Terutang yang dibuat oleh Wajib Retribusi; c. surat tanda bukti pembayaran yang sah; dan

  d. dokumen pendukung terkait lainnya; (3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan melampaui batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengajuan keberatan Wajib Retribusi ditolak oleh pejabat dengan menerbitkan surat penolakan.

  (1) Dalam hal pengajuan keberatan yang disampaikan oleh Wajib Retribusi yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), Pejabat harus menyampaikan surat pemberitahuan kepada Wajib Retribusi untuk melengkapi dokumen pendukung.

  (2) Apabila Wajib Retribusi telah melengkapi kekurangan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), Pejabat memproses pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. (3) Apabila Wajib Retribusi tidak melengkapi dokumen pendukung dalam waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, pengajuan keberatan ditolak.

  

BAB III

PENYELESAIAN KEBERATAN

Pasal 6

  (1) Pejabat melakukan penelitian atas dokumen pendukung yang diterima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2). (2) Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat

  (1), Pejabat mengeluarkan penetapan atas keberatan yang diajukan oleh Wajib Retribusi. (3) Penetapan atas keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat

  (2) diterbitkan paling lambat 12 (dua belas) bulan terhitung sejak tanggal surat pengajuan keberatan diterima oleh Pejabat secara lengkap. (4) Apabila terdapat bukti baru yang diajukan oleh Wajib Retribusi sebelum dikeluarkannya penetapan atas keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pejabat dapat meminta SKPD yang berwenang melakukan pemeriksaan untuk melakukan penelaahan dan penghitungan kembali. (5) Hasil penelaahan dan penghitungan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan oleh yang berwenang melakukan pemeriksaan kepada Pejabat untuk dijadikan dasar menerbitkan penetapan atas keberatan yang diajukan oleh Wajib Retribusi. (6) Penetapan atas keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat

  (5) diterbitkan paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal penelaahan dan penghitungan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diterima oleh Pejabat. (7) Penetapan atas keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (6) merupakan penetapan yang bersifat final.

  

Pasal 7

Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

  ayat (3) Pejabat tidak mengeluarkan penetapan atas keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), keberatan yang diajukan oleh Wajib Retribusi dianggap dikabulkan.

  (1) Terhadap penyelesaian keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pejabat menerbitkan surat ketetapan atas keberatan. (2) Surat ketetapan atas keberatan tersebut dapat berupa:

  a. SKRDKB;

  b. SKRDKBT;

  c. SKRDLB; dan d. SKRDN.

  (1) Dalam hal Pejabat menerbitkan SKRDKB atau SKRDKBT, atas kekurangan pembayaran Retribusi yang Terutang tersebut, Wajib Retribusi wajib melunasi paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal SKRDKB atau SKRDKBT diterima. (2) Dalam hal Wajib Retribusi tidak melunasi Retribusi yang

  Terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penagihan atas Retribusi yang Terutang tersebut diserahkan kepada SKPD yang bertanggung jawab dibidang piutang daerah.

  

Pasal 10

  (1) Dalam hal Pejabat menerbitkan SKRDLB, atas kelebihan pembayaran Retribusi tersebut diperhitungkan sebagai pembayaran di muka Wajib Retribusi yang bersangkutan atas jumlah Retribusi yang Terutang periode berikutnya. (2) Apabila terjadi pengakhiran kegiatan usaha untuk Wajib

  Retribusi Badan, kelebihan pembayaran Retribusi Terutang tersebut dikembalikan secara tunai kepada Wajib Retribusi paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal dikeluarkan SKRDLB. (3) Dalam hal pengembalian kelebihan pembayaran dilakukan melampaui batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kelebihan pembayaran tersebut dikembalikan kepada Wajib Retribusi ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan. (4) Pengembalian secara tunai sebagaimana dimaksud pada ayat

  (2) dan ayat (3) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang retribusi.

  

Pasal 11

Jumlah kekurangan pembayaran yang tercantum dalam surat

  ketetapan kurang bayar tidak dapat dikompensasikan dengan jumlah kelebihan pembayaran yang tercantum dalam surat ketetapan lebih bayar.

  Pasal 12 Ketentuan mengenai tata cara pengembalian atas kelebihan pembayaran retribusi yang terutang akan diatur lebih lanjut. BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Seluma. DITETAPKAN DI TAIS PADA TANGGAL 2012 Plt. BUPATI SELUMA WAKIL BUPATI H. BUNDRA JAYA Diundangkan di Seluma pada tanggal 2012 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SELUMA Drs. H. MULKAN TAJUDIN, MM

  Pembina Utama Madya NIP.19570724 197802 1 002 BERITA DAERAH KABUPATEN SELUMA TAHUN 2012 NOMOR……..