SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN KEBERATAN ATAS HASIL PEMERIKSAAN PPh WAJIB PAJAK BADAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA METRO

(1)

ABSTRAK

SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN KEBERATAN ATAS HASIL PEMERIKSAAN PPh WAJIB PAJAK BADAN PADA KANTOR

PELAYANAN PAJAK PRATAMA METRO OLEH

YOPI SYAHPUTRA

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimanakah Sistem dan Prosedur pengajuan keberatan atas hasil pemeriksaan PPh Wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Metro, Serta untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanaan pengajuan keberatan, Metode yang digunakan dalam penelitian ini deskriptif dengan menggunakan data kuantitatif, teknik pengambilan data dengan observasi dengan menggunakan sumber data yang ada, Sedangkan sumber data adalah data primer yang diperoleh dari seksi - seksi pada kantor pelayanan pajak pratama metro, Pengajuan keberatan tersebut dilakukan oleh pengusaha kena pajak dengan mengisi formulir permohonan keberatan setelah dilakukan pemeriksaan atas kelengkapan memenuhi persyaratan formal selanjutnya berkas permohonan keberatan melalui petugas pajak menyampaikannya ke Kantor Wilayah atau Direktorat Keberatan dan Banding melalaui Subbagian Umum dan jangka waktu penyelesaiannya paling lama 5 hari kerja sejak tanggal diterima permohonan lengkap dan di kabulkan.

Berdasarkan hasil pembahasan dapat diketahui bahwa sistem dan prosedur pengajuan keberatan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Metro telah sesuai ketentuan, hal ini menunjukan bahwa sistem dan prosedur pengajuan keberatan telah menerapkan prosedur berdasarkan Standar Operating Procedures (SOP) yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.


(2)

SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN KEBERATAN ATAS HASIL PEMERIKSAAN PPh WAJIB PAJAK BADAN PADA KANTOR

PELAYANAN PAJAK PRATAMA METRO

Oleh Yopi Syahputra

Laporan Akhir

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar AHLI MADYA

Pada

Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(3)

SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN KEBERATAN ATAS HASIL PEMERIKSAAN PPh WAJIB PAJAK BADAN PADA KANTOR

PELAYANAN PAJAK PRATAMA METRO (Laporan Akhir)

Oleh

YOPI SYAHPUTRA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTO ... vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 4

1.3. Batasan Masalah ... 4

1.4.Ruang Lingkup Penelitian... 4

1.5.Tujuan Penelitian ... 5

1.6.Manfaat Penelitian ... 5

1.7.Metode Penelitian ... 6


(5)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Pajak Penghasilan ... 9

2.1.1. Pajak Penghasilan Badan ... 9

2.1.2. Subjek Pajak Badan ... 9

2.1.3. Objek Pajak Badan ... 10

2.1.4. Hak Wajib Pajak Badan dalam Perpajakan ... 10

2.2. Pengertian Keberatan ... 11

2.2.1. Dasar Hukum Keberatan ... 11

2.2.2. Hal-hal yang Dapat Diajukan Keberatan ... 11

2.2.3. Ketentuan Pengajuan Keberatan ... 12

2.2.4. Jangka Waktu Pengajuan Keberatan ... 12

2.3. Pengertian Periksaan Pajak ... 13

2.3.1. Jenis Pemeriksaan Pajak ... 13

2.3.2. Kriteria Wajib Pajak Yang Diperiksa ... 14

2.3.3. Tujuan Pemeriksaan Pajak... 14

2.3.4. Kewajiban dan Hak Wajib Pajak Yang Diperiksa... 15

2.3.5. Metode Pemeriksaan Pajak ... 16


(6)

3.1. Sumber Data... 19

3.2. Metode Pengumpulan Data ... 19

3.3. Gambaran Umum KPP Pratama Metro... 20

3.3.1. Sejarah Singkat Pendirian KPP Pratama Metro ... 20

3.3.2. Tugas Dan Susunan Organisasi KPP Pratama Metro ... 22

3.3.3. Visi Dan Misi KPP Pratama Metro ... 24

3.3.4. Fungsi KPP Pratama Metro ... 24

3.3.5. Tugas Dan Tanggung Jawab ... 25

3.3.6. Sarana Dan Prasarana ... 25

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Tata Cara Pengajuan Dan Penyelesaian Keberatan Di KPP ... 28

4.1.1. Tata Cara Penerimaan Permohonan Keberatan Di KPP ... 28

4.1.2. Tata Cara Penelitian Persyaratan Di KPP... 29

4.1.3. Tindak Lanjut Surat Keberatan Memenuhi Syarat ... 31

4.2. Standard Operatng Procedures Penyelesaian Keberatan ... 33

4.2.2. Pengkajian Standard Operatng Procedures ... 36

BAB V KESIMPULAN 5.1. Simpulan ... 38 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

1.Struktur Organisasi KPP Pratama Metro 2. Format Surat Keberatan dan Kelengkapannya

3. Standard Operating Procedures Penyelesaian Keberatan Di KPP 4. Jurnal aktivitas peserta Praktik Kerja Lapangan


(8)

(9)

(10)

(11)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

“Alhamdulillahirabbil’alamin , Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, atas rahmat, hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Akhir yang berjudul “SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN KEBERATAN ATAS HASIL PEMERIKSAAN PPh WAJIB PAJAK BADAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA METRO” Adapun tujuan penulisan Laporan Akhir ini bagi penulis merupakan syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Perpajakan pada program studi Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Dalam penulisan Laporan ini penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan Terima Kasih kepada:

1. Bapak. Prof. Ir. Sugeng P. Harianto, M. S. selaku Rektor UNILA 2. Bapak. Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E.,M.Si., selaku Dekan FEB

UNILA

3. Bapak . Dr. Einde Evana, S.E.,M.Si.,Akt, selaku Ketua Jurusan Akuntasi 4. Bapak. R. Weddie Andriyanto, S.E.,M.Si.,CA.,C.P.A. selaku Ketua

Program Studi D3 Perpajakan.

5. Ibu Ninuk Dewi K, S.E., M.Sc., Akt selaku sekretaris Program Studi D3 Perpajakan.


(12)

7. Bapak dan Ibu Dosen, atas ilmu-ilmu yang bermanfaat dan pembelajaran yang berharga selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

8. Seluruh staf Admin Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 9. Pimpinan beserta staf karyawan KPP Pratama Metro.

10.Kedua orang tua ku Ayah Tonowadi dan Ibunda Kasdiana, atas kasih sayang, doa dan nasehatnya setiap waktu, setiap langkah dalam perjalanan hidupku.

11.Semua keluargaku yang selalu berdoa untuk kelancaran kuliah ku kakek dan nenek semuanya.

12.Resti Alfina yang selalu mendukung, berdoa,dan menemani hariku. 13.Sahabat seperjuangan Diploma III Perpajakan 2011 khusunya kelas P2

semoga kita semua sukses.

14.Sahabat-sahabatku sukma, salim, shendy, tantra, trendy, ajam, ikhsan,radika,wawan,waji,radno dan isyraf.

15.Semua pihak yang tidak mungkin di sebutkan satu-persatu yang telah membantu memberi dorongan semangat dan do’anya terimakasih semuanya semoga Allah SWT membalas amal kebaikan kalian semua.


(13)

16.Almamater tercinta

Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan Laporan Akhir ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang sehat dan membanngun dari pembaca guna menyempurnakan isi dan mutu Laporan Akhir ini. Walaupun demikian tidak kurang harapan penulis semoga laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Semoga semua bantuan yang telah di berikan serta kerja sama yang baik mendapat berkah dan ridho dari Allah SWT, Amiin.

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis


(14)

MOTO

Dz

Setetes keringat

perjuangan orang tua

berarti seribu langkah


(15)

PERSEMBAHAN

Dengan menghanturkan rasa syukur kepada Allah SWT Kupersembahkan karya sederhana ini

kepada :

Ayah Tonowadi dan Ibu Kasdiana tercinta yang selama ini tak henti-hentinya mendo’akan dan memberikan suport dalam penyelesaian laporan akhir ini.

Adikku tersayang Yodi Anggra yang selalu menjadi motivasi semangatku. Sepupuku Apyudi Prawira S.E. Delly Septasari A.md dan Hazi Kurnia, yang

selalu membantu dan memberikan semangat kuliahku.

Yang tersayang Resti Alfina yang selalu memberi semangat studiku. Sahabat seperjuangan Diploma III Perpajakan angkatan 2011 khususnya kelas P2

yang telah bersama berjuang dalam dunia pendidikan.

Almamater tercinta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung Program Studi Diploma III Perpajakan.


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Alai pada tanggal 07 Mei 1993, merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putra dari pasangan bapak Tonowadi dan Ibu Kasdiana.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah:

1. Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Alai Kec. Lembak Kab. Muara Enim dan selesai pada tahun 2005.

2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Prabumulih dan selesai pada tahun 2008.

3. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Lembak dan selasai pada tahun 2011.

Dengan ridho Allah SWT pada tahun 2011, penulis di beri kesempatan untuk melanjutkan jenjang pendidikan di perguruan tinggi, dan tercatat sebagai mahasiswa di Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, dan pada tahun 2014 penulis melaksanakan Pratek Kerja Lapangan (PKL) sebagai Tugas Akhir selama dua bulan 04 Februari 2014 – 03 April 2014 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Metro.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pajak merupakan sumber penerimaan yang utama bagi negara disamping sumber-sumber lainnya, Akan tetapi pemungutan pajak pada saat ini dirasakan oleh masyarakat sebagai beban yang berat, sebab dari penetapan jumlah pajak, jenis pajak maupun tata cara pemungutannya dilaksanakan di luar rasa keadilan tanpa menghiraukan kemampuan serta menambah beban penderitaan.

Menurut masyarakat pajak hanyalah sebuah kewajiban yang semata-mata harus dilaksanakan masyarakat secara patuh kepada negara.

Banyak masyarakat yang belum menyadari akan pentingnya pajak dan pada kenyataannya masih banyak Wajib Pajak yang tidak melunasi utang pajaknya sampai pada jatuh tempo pembayaran, Peningkatan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak sebagai kewajiban warga negara perlu diimbangi dengan peningkatan pelayanan aparatur negara pada pembayar pajak, disertai penerapan sanksi sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, Untuk menghindari hal tersebut Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan dan banding berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.


(18)

Dalam pelaksanaan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan perpajakan kemungkinan terjadi bahwa Wajib Pajak merasa kurang / tidak puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atas pemotongan / pemungutan oleh pihak ketiga, Ketidak puasan Wajib Pajak atas ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya tersebut ada yang disebabkan karena kesalahan hitung oleh fiskus atau Wajib Pajak sendiri.

Direktorat Jenderal Pajak berwenang menetapkan pajak secara jabatan jika dari hasil pemeriksaan terbukti bahwa pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) adalah tidak benar atau tidak lengkap. Pada umumnya penetapan pajak secara jabatan adalah jauh lebih besar jumlah perkiraan Wajib Pajak pada waktu mengajukan Surat Pemberitahuan (SPT). Oleh karena itu Wajib Pajak merasa keberatan atas pajak yang dikenakan padanya. Dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak

memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak untuk mengajukan keberatannya berdasarkan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Apabila Wajib Pajak berpendapat bahwa jumlah pajak dan pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya maka Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktorat Jenderal Pajak. Dalam pengajuan tersebut Wajib Pajak hanya boleh mengajukan satu keberatan untuk setiap satu jenis pajak dan satu tahun pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diterimanya Surat

Pemberitahuan Terutang dan Surat Ketetapan Pajak oleh Wajib Pajak, kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.


(19)

3

Apabila surat tersebut memenuhi syarat sebagai Surat Keberatan Wajib Pajak akan menerima tanda penerimaan surat oleh Pejabat Direktorat Jenderal Pajak atau Kantor Pos, apabila Surat Keberatan Wajib Pajak tidak memenuhi syarat, maka Wajib Pajak diberi waktu untuk memperbaikinya dihitung sejak diterimanya surat berikutnya yang memenuhi syarat sebagai Surat Keberatan.

Dalam hal Wajib Pajak merasa kurang puas terhadap keputusan keberatan yang diberikan Direktorat Jenderal Pajak, maka Wajib Pajak diberi kesempatan untuk mengajukan banding ke Pengadilan Pajak dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal keputusan keberatan diterima, dan pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan penagihan pajak.

Dari uraian di atas penulis mengetahui Sistem dan Prosedur Pengajuan Keberatan Wajib Pajak Badan, Sebagai salah satu syarat dalam rangka penyusunan tugas akhir, Praktik Kerja Lapangan adalah suatu metode untuk mempraktikkan teori yang selama ini diperoleh di bangku perkuliahan pada kondisi dilapangan yang sebenarnya. Diharapkan PKL ini dapat memberikan pengetahuan yang praktis mengenai lingkungan kerja beserta aspek-aspek perpajakan yang terdapat di dalamnya khususnya tentang pengajuan keberatan maka penulis tertarik menulis laporan Tugas Akhir dengan judul:

“SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN KEBERATAN ATAS HASIL PEMERIKSAAN PPh WAJIB PAJAK BADAN PADA KANTOR


(20)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian Latar Belakang diatas maka permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah Sistem dan Prosedur Pengajuan Keberatan Atas Hasil

Pemeriksaan PPh Wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Metro?

1.3. Batasan Masalah

Untuk memfokuskan masalah dalam penulisan ini maka dilakukan batasan masalah yaitu:

a. Penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Metro dengan menggunakan SOP Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan.

b. Sampel penelitian dibatasi hanya untuk Wajib Pajak yang melaporkan Keberatan pajak.

c. Penelitian ini lebih di fokuskan pada Pajak Penghasilan Pasal 23.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam laporan Praktik Kerja Lapangan ini, yang menjadi ruang lingkup penulisan adalah dalam hal pembahasan untuk lebih mengatahui tentang:

1. Tata cara pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak. 2. Syarat-syarat dalam pengajuan keberatan. 3. Hak Wajib Pajak dalam pengajuan keberatan. 4. Keputusan atas surat keberatan.


(21)

5

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Metro ini dilakukan dengan tujuan agar penelitian ini memberikan berbagai manfaat yang sesuai dengan apa yang dikehendaki, Adapun tujuannya adalah:

1. Untuk mengetahui apa itu keberatan pajak.

2. Untuk mengetahui atas hal apa Wajib Pajak mengajuakan keberatan. 3. Untuk mengetahui tata cara pengajuan keberatan dan penyelesaiannya.

1.6. Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis

1. Menambah pengetahuan penulis di bidang perpajakan khususnya masalah prosedur pengajuan keberatan.

2. Mengaplikasikan teori dan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan melalui Praktik Kerja Lapangan.

b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak.

1. Membina hubungan baik dengan Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. 2. Mendapat masukan berupa saran, dan gagasan dari Perguruan Tinggi

menyangkut penanganan masalah perpajakan. c. Bagi Peneliti Lain

Dapat menanbah kepustakaan terutama di bidang perpajakan dan menjadi bahan referensi untuk penelitian dalam topik yang sama.


(22)

1.7. Metode Penelitian

Untuk memperoleh dan mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan dimulai pengajuan judul, penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan, mencari bahan untuk pembuatan proposal, serta melakukan konsultasi dengan pihak dosen.

2. Studi Literatur

Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka, seperti Undang-Undang Perpajakan, buku-buku pajak, dan peraturan yang membahas tentang perpajakan.

3. Observasi Lapangan

Pada tahap ini penulis melakukan observasi langsung di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Metro.

4. Pengumpulan Data

Pada tahap ini penulis menggunakan dua metode pengumpulan data yaitu metode pengumpulan data primer dan data sekunder.

a. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber yang berkompeten memahami permasalahan.

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari buku-buku yang berhubungan dengan keberatan dan banding di bidang perpajakan. 5. Analisis dan Evaluasi

Setelah data yang diperlukan telah terkumpul secara lengkap, penulis melakukan analisa dan evaluasi sehingga mencapai suatu tujuan.


(23)

7

1.8. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan gambaran secara garis besar dan memudahkan pembaca memahami isi mengenai tugas akhir ini, maka akan diuraikan secara singkat sistematika penulisan tugas akhir ini. Dimana sistematika pembahasan ini memuat urutan-urutan penjelasan mengenai bab-bab yang ada dalam penulisan tugas akhir ini, yang mencakup:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan tentang Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Ruang Lingkup Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisikan tentang landasan teori atau konsepsi yang digunakan untuk pembahasan serta deskripsi mengenai data dan fakta yang dijumpai selama PKL yang berkaitan dengan judul dan pokok pembahasan dalam laporan.

BAB III METODE PENULISAN

Bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum perusahaan, yaitu mengenai sejarah singkat berdirinya perusahaan,

perkembangan perusahaan, struktur organisasi dan uraian tugas, serta kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan yang berhubungan dengan kebijaksanaan perusahaan.


(24)

BAB IV PEMBAHASAN

Di dalam bab ini Berisikan mengenai Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan, Penelitian persyaratan keberatan, Tindak lanjut surat keberatan yang memenuhi persyaratan dan Standard Operatng Procedures Penyelesaian Keberatan dan juga Pengkajian Standard Operatng Procedures.

BAB V SIMPULAN

Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan tugas akhir ini, dimana dalam bab ini akan diberikan beberapa kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penulisan pada bab-bab sebelumnya..

DAFTAR PUSTAKA


(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Pajak Penghasilan 2.1.1. Pajak Penghasilan Badan

Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan adalah Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.

Pajak Penghasilan Badan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Badan.

2.1.2. Subjek Pajak Badan

Pada Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

1. Wajib Pajak Badan luar negeri yaitu badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia, dan atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia.


(26)

2. Wajib Pajak Badan dalam negeri yaitu badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.

2.1.3. Objek Pajak Badan

Pada Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Yang menjadi objek pajak PPh Badan adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak badan baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak badan yang

bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

2.1.4. Hak Wajib Pajak Badan dalam Perpajakan Adapun hak dari Wajib Pajak dalam perpajakan, yaitu:

1. Hak untuk mendapat pembinaan dan pengarahan dari fiskus.

2. Hak untuk membetulkan, memperpanjang waktu penyampaian SPT. 3. Hak untuk mengajukan keberatan, banding dan gugatan serta peninjauan

kembali ke Mahkamah Agung.

4. Hak untuk memperoleh kelebihan pembayaran pajak. 5. Hak dalam hal Wajib Pajak dilakukan pemeriksaan.

6. Hak mengajukan permohonan untuk mengangsur pembayaran pajak, menunda penagihan pajak, dan memperoleh imbalan bunga dari

keterlambatan pembayaran kelebihan pajak oleh Direktur Jenderal Pajak. 7. Hak untuk melakukan pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran.


(27)

11

2.2. Pengertian Keberatan

Pada Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Apabila Wajib Pajak berpendapat bahwa jumlah rugi, jumlah pajak, dan pemotongan atau pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya, Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan, keberatan merupakan suatu cara yang dilakukan oleh Wajib Pajak kepada Direktorat Jenderal Pajak apabila merasa kuarang / tidak puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas pemotongan / pemungutan oleh pihak ketiga.

2.2.1. Dasar Hukum Keberatan

a. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

b. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9 / PMK.03 / 2013 tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan.

2.2.2. Hal-Hal yang Dapat Diajukan Keberatan a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB).

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT). c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB).

d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).

e. Pemotongan atau Pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.


(28)

2.2.3. Ketentuan Pengajuan Keberatan

Keberatan disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak di tempat Wajib Pajak terdaftar, dengan syarat:

a. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia.

b. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dan disertai alasan-alasan yang jelas.

c. Satu keberatan harus diajukan untuk satu jenis dan satu tahun / masa pajak, Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak dan keberatan yang tidak memenuhi syarat, dianggap bukan Surat Keberatan, sehingga tidak di proses.

d. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak, Wajib Pajak wajib melunasi pajak yang harus dibayar paling sedikit sejumlah yang disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaiakan.

2.2.4. Jangka Waktu Pengajuan Keberatan

Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak Surat Ketetapan Pajak diterima oleh Wajib Pajak:

a. Untuk surat keberatan yang disampaikan langsung ke KPP, maka jangka waktu 3 (tiga) bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak dilakukan pemotongan / pemungutan oleh pihak ketiga sampai saat keberatan diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak.


(29)

13

b. Untuk surat keberatan yang disampaikan melalui pos ( harus dengan pos tercatat ), jangka waktu 3 (tiga) bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak dilakukan pemotongan / pemungutan oleh pihak ketiga sampai dengan tanggal tanda bukti pengiriman melalui Kantor Pos dan Giro.

2.3. Pengertian Pemeriksaan Pajak

Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17 / PMK.03 / 2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan, Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.3.1. Jenis Pemeriksaan Pajak

A.Jenis pemeriksaan pajak menurut ruang lingkupnya adalah:

1. Pemeriksaan pajak sederhana merupakan pemeriksaan yang mencakup suatu jenis pajak tertentu baik tahun berjalan dan tahun-tahun

sebelumnya.

2. Pemeriksaan pajak lengkap merupakan pemeriksaan yang mencakup seluruh jenis pajak.


(30)

B. Jenis pemeriksaan pajak menurut lokasinya adalah:

1. Pemeriksaan lapangan merupakan pemeriksaan pajak yang dilakukan di tempat Wajib Pajak.

2. Pemeriksaan kantor merupakan pemeriksaan pajak yang dilakukan di Kantor Direktorat Jenderal Pajak atau Kantor Pelayanan Pajak.

2.3.2. Kriteria Wajib Pajak yang Diperiksa Kriteria Wajib Pajak yang diperiksa adalah:

a. Wajib Pajak pindah Kantor Pelayanan Pajak.

b. SPT Tahunan Pasal 21 dan SPT Masa PPN terjadi lebih bayar sehingga Wajib Pajak mengajukan restitusi atau kompensasi.

c. SPT Tahunan tidak dilaporkan dalam 2 (dua) tahun berturut-turut. d. SPT Masa PPN dalam tahun berjalan tidak dilaporkan selama 3 (tiga)

bulan berturut-turut.

2.3.3. Tujuan Pemeriksaan Pajak

1. Menetapkan besarnya jumlah pajak yang terhutang berdasarkan SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN, Surat Keberatan, Surat Banding, Surat Teguran dalam hal:

a. SPT tidak disampaikan tepat pada waktunya meskipun sudah mendapat teguran secara tertulis dan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak. b. Penentuan besarnya jumlah angsuran pajak dalam suatu masa pajak bagi

Wajib Pajak baru.


(31)

15

2. Tujuan pemeriksaan lainnya adalah mengumpulkan bahan-bahan yang nantinya akan dijadikan dasar untuk:

a. Menyusun norma perhitungan.

b. Mencocokan Data dan alat keterangan.

c. Mengetahui secara pasti keadaan usaha atau pekerjaan Wajib Pajak dari pihak ketiga, dimana Wajib Pajak tersebut ada hubungannya dengan pihak ketiga itu.

d. Hal-hal lain yang berhubungan dengan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.3.4. Kewajiban dan Hak Wajib Pajak yang Diperiksa 1. Kewajiban Wajib Pajak yang Diperiksa.

a. Memperlihatkan atau meminjamkan buku atau catatan maupun dokumen yang menjadi dasar dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, dari kegiatan usaha maupun pekerjaan bebas Wajib Pajak atau objek terutang Wajib Pajak. b. Memberikan kesempatan untuk memasuki ruang atau tempat yang

dipandang perlu dan memberi bantuan untuk kelancaran pemeriksaan. c. Memberikan keterangan yang diperlukan baik secara tertulis maupun

secara lisan.

2. Hak Wajib Pajak yang Diperiksa.

a. Meminta kepada pemeriksa untuk memperlihatkan tanda pengenal dan surat perintah pemeriksaan.


(32)

b. Meminta penjelasan maksud dari tujuan pemeriksaan.

c. Meminta perincian berkenaan dengan hal-hal yang berbeda antara hasil pemeriksaan dengan yang dilaporkan oleh Wajib Pajak dalam SPT.

2.3.5. Metode Pemeriksaan Pajak Beberapa jenis metode pemeriksaan yaitu:

1. Metode Langsung adalah teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan pengujian atas kebenaran angka-angka dalam SPT, yang langsung dilakukan terhadap laporan keuangan dan buku, catatan serta dokumen pendukung.

2. Merode Tidak Langsung adalah teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan pengujian atas kebenaran angka-angka dalam SPT, dilakukan secara tidak langsung melalui suatu pendekatan penghitungan tertentu mengenai penghasilan dan biaya.

3. Metode Vertikal adalah dengan membandingkan komponen biaya atau harga pokok untuk dibandingkan dengan penjualan, hal ini untuk melihat sejauh mana pengaruh atau dampak biaya yang ada terkait dengan harga jual, metode ini juga dibandingkan dari tahun sebelumnya.

4. Metode Horisontal adalah dengan melihat sejauh mana kenaikan aktiva atau penurunan aktiva dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hal ini berguna untuk memastikan adanya pembelian aktiva dan penjualan aktiva.


(33)

17

2.3.6. Teknik Pemeriksaan Pajak 1. Melakukan evaluasi.

a. Menilai kebenaran SPT. b. Menilai kelengkapan SPT.

c. Menilai sistem pengendalian intern perusahaan. 2. Melakukan analisa angka.

a. Perbandingan analisa ratio dengan standar yang berlaku. b. Perbandingan analisa beberapa tahun pajak terakhir.

c. Kaitan antara analisa rencana biaya, rencana penjualan, rencana produksi, rencana pembelian.

3. Melacak angka-angka dan memeriksa dokumen, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

a. Nama orang atau badan yang mengeluarkan dokumen yang bersangkutan.

b. Tanggal pembuatan dokumen dan keaslian dari dokumen tersebut. 4. Pengujian arus uang, barang, piutang dan hutang.

5. Pengujian mutasi setelah tanggal neraca.

a. Membandingkan angka pada neraca dengan buku besar dan buku tambahannya.

b. Membandingkan saldo pada angka neraca tersebut dengan daftar utang / piutang, buku pembelian / penjualan pada bulan yang sama.

c. Mengecek mutasi yang terjadi dengan catatan pada buku harian kas / bank, buku pembelian / penjualan pada bulan yang sama.


(34)

6. Pemanfaatan informasi pihak ketiga.

a. Data dari pihak ketiga untuk diteliti, misalnya hutang dagang pihak ketiga untuk memastikan pembelian yang terjadi dengan pihak ketiga, jika material, buatkan datanya karena merupakan penjualan bagi pihak ketiga, mengumpulkan data dari pehak ketiga misalnya bea cukai, departemen kehutanan.

7. Melakukan pengujian fisik dengan melakukan penghitungan barang dagangan, kas, surat berharga dan aktiva tetap.

8. Melakukan inspeksi pada sifat dan proses produksi.

9. Melakukan rekonsiliasi yaitu mengaitkan PPN, PPh 21, PPh 23 dengan laporan laba rugi dan melakukan rekonsiliasi sistem pembukuan dengan laporan menurut SPT.

10.Melakukan footing yaitu menguji kebenaran penjumlahan atau pengurangan kebawah.

11.Melakukan cross foting yaitu menguji kebenaran penghitungan penjumlahan dan pengurangan kesamping.

12.Melakukan Vouching yaitu memeriksa dokumen dasar. 13.Melakukan pentafsiran pencatatan transaksi.

14.Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga.


(35)

BAB III

METODE PENULISAN

3.1. Sumber Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) metode pengumpulan data yaitu:

a. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber yang berkompeten memahami permasalahan.

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari buku-buku yang berhubungan dengan keberatan dan banding di bidang perpajakan.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Studi Pustaka

Studi Pustaka yang digunakan dengan membaca buku-buku yang ada hubungannya dengan judul dan masalah yang ada di dalam laporan akhir untuk memperoleh data yang berkaitan dengan landasan teori dan melengkapi isi laporan.


(36)

2. Observasi

Yaitu metode penelitian dengan pengamatan langsung terhadap kegiatan yang berhubungan dengan penelitian dengan maksud untuk mengetahui keadaan sesungguhnya dan memperoleh data yang lebih akurat dan jelas.

3.3. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Metro

Wilayah Propinsi Lampung sebelumnya hanya memiliki satu Kantor Pelayanan Pajak (KPP), yaitu KPP Bandar Lampung yang berlokasi di Bandar Lampung. Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia yang cukup pesat dengan tumbuhnya sentra-sentra perekonomian baru di Kabupaten Metro, maka pada pertengahan tahun 1992 di bangun KPP Metro setelah mengalami beberapa kali perubahan dan reorganisasi terakhir menempati di Jalan AR Prawiranegara No. 66 Metro, dengan berbagai wilayah kerja meliputi:

1. Kota Metro.

2. Kabupaten Lampung Tengah. 3. Kabupaten Lampung Timur.

3.3.1. Sejarah Singkat Pendirian Kantor Pelayanan Pajak Pratama Metro Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 94 / KMK.01 / 1994 tanggal 20 Maret 1994 serta persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dalam surat Nomor B / 443 / 1 / 1992, 1 Mei 1992, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Metro, mengingat:

1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Organisasi Departemen.


(37)

21

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 96 / M / Tahun 1993. 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1984, tentang

Susunan Organisasi Departemen sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 104 Tahun 1993.

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor Kep-104 / MK / 6 / 4 / 75, tentang Organisasi dan tata kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah atau ditambah terakhir dengan Keputusan Menteri Keungan Nomor 82 / KMK.01 / 94.

Dengan telah didirikan Kantor Pelayanan Pajak Metro maka diharapkan tujuan untuk menyediakan pembiayaan bagi usaha-usaha pelaksanaan pembangunan dan turut mengembangkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka menunjang Pembangunan Nasional dapat dipenuhi.

Sebelum berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Metro, wilayah kerja KPP Metro merupakan daerah wewenang Kantor Inspeksi Pajak Teluk Betung yang berkedudukan di Bandar Lampung, dan sekarang KPP Metro mempunyai daerah wewenang yang meliputi daerah Kabupaten Metro, Kabupaten Lampung

Tengah, Kabupaten Lampung Timur.

Pada tahun 1985 sampai tahun 1989 Kantor Pelayanan Pajak Metro bertempat di jalan Tongkol Nomor 28 Kota Metro dengan status gedung milik sendiri dan mampu menampung seluruh aktivitas kantor pada waktu itu.


(38)

Dalam perkembangan selanjutnya Kantor Pelayanan Pajak Metro di bagi dalam dua tempat karena tidak tertampung oleh adanya penambahan pegawai negeri, sebagian pegawainya menempati kantor di jalan Tongkol Nomor 28 Kota Metro (kantor sendiri) dan sebagian lagi menempati kantor dijalan hasanudin Nomor 191 dengan status menyewa, selanjutnya pada 1 April 1955 Kantor Pelayanan Pajak Metro menempati gedung sendiri yang bertempat di jalan Unyi Nomor 66 (Sekarang jalan AR. Prawiranegara No. 66) Kota Metro, serta di resmikan pada tanggal 26 Mei 1995 dengan status milik sendiri.

3.3.2. Tugas dan Susunan Organisasi KPP Metro.

Berikut ini adalah tugas masing-masing seksi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Metro.

a. Sub Bagian Umum

1. mengatur kegiatan tata usaha dan kepegawaian keuangan.

2. mengurus rumah tangga serta perlengkapan untuk menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 1. Pengumpulan dan Pengolahan Data 2. Penyajian informasi perpajakan 3. Perekaman dokumen perpajakan 4. Pelayanan dukungan teknis komputer

5. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filing serta penyiapan laporan kinerja. c. Seksi Pelayanan

1. Melaksanakan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan 2. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan


(39)

23

3. Penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

4. Penyuluhan perpajakan.

5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak dan kerjasama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

d. Seksi Penagihan

1. Penatausahaan piutang pajak

2. Penundaan dan angsuran tunggakan pajak 3. Penagihan aktif

4. Usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan sesuai ketentuan yang berlaku.

e. Seksi Pemeriksaan

1. Penyusunan rencana pemeriksaan

2. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan

3. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

f. Seksi Waskon

1. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. 2. Bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis

perpajakan.

3. Penyusunan Profil Wajib Pajak. 4. Analisis kinerja Wajib Pajak.

5. Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.


(40)

g. Seksi Ekstensifikasi

1. Pengamatan potensi perpajakan

2. Pencarian data dari pihak ketiga, pendataan objek dan subjek pajak 3. Penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi perpajakan sesuai

ketentuan yang berlaku.

3.3.3. Visi dan Misi KPP Pratama Metro Adapun Visi dan Misi KPP Pratama Metro yaitu:

a. Visi : Terwujudnya pelayanan prima dalam satu atap

b. Misi : Optimalisasi penerimaan pajak negara berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku melalui pemanfaatan sistem administrasi perpajakan dan sumber daya manusia yang handal.

3.3.4. Fungsi KPP Pratama Metro

Fungsi KPP Pratama Metro dalam menyelesaikan tugas yaitu:

a. Mengumpulkan dan mengelolah data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi.

b. Peneliti dan penata usahaan SPT, SPT Masa, serta berkas Wajib Pajak. c. Pembetulan Surat Ketatapan Pajak.

d. Pengawasan pembayaran masa PPh, PPN, PPnBM, PBB, dan BPHTB. e. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak.


(41)

25

3.3.5. Tugas dan Tanggung Jawab

Adapun Tugas pokok dan Tanggung Jawab KPP Pratama Metro: a. Melayani dengan senyum, sapa, sopan, santun, sigap dan selesai. b. Memberikan informasi layanan secara tepat, terbuka, transparan, tuntas,

terakses secara manual dan online.

c. Menciptakan suasana yang bersih, sejuk nyaman dan indah. d. Merespon keluhan, saran dan kritik.

e. Memberikan layanan dengan sepenuh hati, seikhlas nurani dan tanpa biaya.

3.3.6. Sarana dan Prasarana TPT di KPP Pratama Metro

KPP Pratama memiliki Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) yang merupakan wajah dari KPP Pratama tersebut. Peranan pelayanan di TPT sangat penting. Profesionalisme petugas dan pelayanan di KPP Pratama Metro senatiasa diingatkan, Selain itu juga perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan pemberian pelayanan prima kepada wajib Pajak. Pelayanan di TPT menggunakan sistem antrian dengan jumlah 7 loket Pelayanan.

Untuk menciptakan kenyamanan bagi Wajib Pajak, Tempat Pelayanan Terpadu dilengkapi dengan sarana dan prasarana sebagai berikut:

a. Ruang Tunggu Ber-AC

Sangat diperhatikan kenyamanan saat menunggu penyelesaian keperluan Wajib Pajak, selain itu juga disediakan Air Minum Mineral.


(42)

b. Mesin antrian dan Meja Brosur serta Formulir Perpajakan

Sistem antrian digunakan untuk memelihara ketertiban dan rasa keadilan dalam memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak. Pada Wajib Pajak masuk ke ruang TPT mereka mengambil nomor antrian di mesin antrian.

Selain itu terdapat juga meja brosur yang menyediakan brosur tentang

informasi perpajakan dan formulir perpajakan serta lampirannya untuk semua jenis pajak yang dapat diambil bebas oleh Wajib Pajak.

c. Meja Help Desk Monografi

Di tempat ini diberikan informasi perpajakan umum dan pemetaan Objek Pajak PBB yang diperlukan Wajib Pajak oleh petugas yang ditunjuk. d. Ruang Konsultasi

Di area Tempat Pelayanan Terpadu terdapat Ruang Konsultasi yang merupakan tempat Wajib Pajak mengkonsultasikan masalah-masalah perpajakan yang dihadapinya, pelayanan konsultasi dilakukan oleh seksi pengawasan dan konsultasi yang menjadi penanggung jawab Wajib Pajak yang bersangkutan.

e. Fasilitas Komputer Umum

Media komputer ini disediakan informasi tentang peraturan perpajakan juga informasi umum lainnya yang dapat diakses secara online oleh Wajib Pajak. f. Loket Bank Lampung

Bank Lampung merupakan sarana kemudahan yang diberikan kepada Wajib Pajak untuk melakukan penyetoran dan pelaporan pajak dalam satu atap sehingga menjadi praktis.


(43)

27

g. Rak Koran dan majalah perpajakan

Disediakan Koran dan Majalah Perpajakan diperuntukan menjadi bahan bacaan bagi Wajib Pajak yang sedang menunggu nomor antrian.

h. Televisi

Saat berada dalam antrian Wajib Pajak dapat menonton televisi yang menayangkan tayangan hiburan maupun himbauan dan berbagai informasi perpajakan, sesekali juga disampaikan kepada Wajib Pajak beberapa pengumuman maupun informasi melalui audio sistem.

i. Kotak Saran

Kotak Saran digunakan sebagai sarana bagi Wajib Pajak untuk memberikan saran dan masukan atas pelayanan, dengan adanya kotak saran bisa diketahui kekurangan maupun kelebihan pelayanan yang diberikan kepada Wajib Pajak, dengan demikian tingkat kepuasan Wajib Pajak atas pelayanan yang

diberikan dapat dipantau. j. Satuan Pengamanan

Petugas satpam akan menyambut Wajib Pajak yang datang dan memandu sesuai dengan keperluannya.

k. Toilet

Di area TPT untuk kenyamanan Wajib Pajak juga disediakan toilet khusus untuk Wajib Pajak.

l. Papan Informasi Layanan Unggulan

Di ruangan Tempat Pelayanan Terpadu dipajang papan informasi tentang layanan unggulan yang mudah dibaca Wajib Pajak.


(44)

BAB V SIMPULAN 5.1. Simpulan

Berdasarkan dari pembahasan mengenai Sistem dan Prosedur Pengajuan Keberatan Atas Hasil Pemeriksaan PPh Wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Metro, dapat disimpulkan sebagai berikut:

Sistem dan prosedur pengajuan keberatan atas hasil pemeriksaan PPh wajib pajak badan pada kantor pelayanan pajak pratama metro telah dilaksanakan sesuai ketentuan, hal ini menunjukan bahwa sistem dan prosedur pengajuan keberatan telah menerapkan prosedur berdasarkan Standar Operating Procedures (SOP) yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan pelayanan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Metro telah memperhatikan kepuasan Wajib Pajak, dimana dalam memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak sudah benar-benar melaksanakan pedoman standar kualitas dan pelayanan yang sudah ditetapkan dengan baik dan benar.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9 / PMK.03 / 2013 tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17 / PMK.03 / 2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan.

Republik Indonesia, Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KPP70-0005 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyelesaian Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah di KPP.

Republik Indonesia, Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 23 / PJ / 2013 tentang Standar Pemeriksaan.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

Universitas Lampung, 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung.


(46)

STRUKTUR ORGANISASI

KANTOR PELAYAN PAJAK (KPP) PRATAMA METRO

Kepala Kantor Fungsional Penilai Fungsional Pemeriksaan Kepala Sub Bagian Umum Seksi Pelayanan Seksi PDI Seksi Waskon I Seksi Waskon II Seksi Penagihan Seksi Ekstensifikasi Perpajakan Seksi Pemeriksaan


(47)

(48)

(49)

(50)

(51)

(52)

(53)

(54)

(55)

(56)

(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

Standard Operating Procedures

TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN KEBERATAN PAJAK PENGHASILAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DI KPP

Revisi : Nomor : KPP70-0005

Tanggal : 13 Maret 2008 Halaman : 1 dari 6

A. Deskripsi :

Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan keberatan Wajib Pajak kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, Surat Ketetapan Pajak Nihil, pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

B. Dasar Hukum :

1. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-297/PJ/2002 tanggal 5 Juni 2002 tentang Pelimpahan Wewenang Direktur Jenderal Pajak kepada Para Pejabat di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak s.t.d.t.d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-68/PJ/2007 tanggal 9 April 2007

2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ.07/2007 tanggal 8 Oktober 2007 tentang Prosedur Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan Pembetulan Ketetapan Pajak, Keberatan, Pengurangan, atau Penghapusan Sanksi Administrasi, dan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang tidak Benar Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan NIlai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

C. Surat Edaran Terkait :

1. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-37/PJ/2007 tanggal 14 Agustus 2007 tentang Percepatan Jangka Waktu Penyelesaian Layanan Unggulan Direktorat Jenderal Pajak

2. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-02/PJ.07/2007 tanggal 8 Oktober 2007 tentang Prosedur Penanganan Pembetulan Ketetapan Pajak, Keberatan, Pengurangan, atau Penghapusan Sanksi Administrasi, dan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang tidak Benar Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

D. Pihak yang Terkait :

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak

2. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi 3. Kepala Seksi Pelayanan


(62)

Standard Operating Procedures

TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN KEBERATAN PAJAK PENGHASILAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DI KPP

Revisi : Nomor : KPP70-0005

Tanggal : 13 Maret 2008 Halaman : 2 dari 6

4. Account Representative

5. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu 6. Pelaksana Seksi Pelayanan

7. Bidang Pengurangan, Keberatan, dan Banding (Kantor Wilayah) 8. Direktorat Keberatan dan Banding KPDJP

9. Wajib Pajak

E. Formulir yang Digunakan :

1. Surat Permohonan Keberatan dan kelengkapannya. 2. Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD)

F. Dokumen yang Dihasilkan : 1. Bukti Penerimaan Surat (BPS) 2. Lembar Isian Surat Keberatan

3. Surat Pemberitahuan Surat Keberatan Tidak Memenuhi Persyaratan Formal 4. Surat Pemberitahuan Surat Keberatan Memenuhi Persyaratan Formal 5. Lembar Penelitian Kelengkapan Berkas

6. Lembar Pengawasan Penelitian Berkas Keberatan 7. Surat Pengantar

G. Prosedur Kerja :

1. Wajib Pajak mengajukan permohonan keberatan ke Kantor Pelayanan Pajak melalui Tempat Pelayanan Terpadu.

2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD). BPS diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Selain BPS, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu juga memberikan Lembar Isian Surat Keberatan. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu kemudian merekam surat permohonan dan


(63)

Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

Standard Operating Procedures

TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN KEBERATAN PAJAK PENGHASILAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DI KPP

Revisi : Nomor : KPP70-0005

Tanggal : 13 Maret 2008 Halaman : 3 dari 6

dilanjutkan dengan meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke Account Representative.

3. Account Representative meneliti persyaratan formal keberatan. Dalam hal berkas keberatan tidak memenuhi persyaratan, Account Representative membuat konsep Surat Pemberitahuan Surat Keberatan Tidak Memenuhi Persyaratan Formal dan meneruskannya kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

4. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan memaraf konsep Surat Pemberitahuan Surat Keberatan Tidak Memenuhi Persyaratan Formal kemudian meneruskannya ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani Surat Pemberitahuan Surat Keberatan Tidak Memenuhi Persyaratan Formal.

6. Surat Pemberitahuan Surat Keberatan Tidak Memenuhi Persyaratan Formal ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan kepada Wajib Pajak melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP).

7. Dalam hal permohonan dapat diproses lebih lanjut, Account Representative membuat konsep Surat Pemberitahuan Surat Keberatan Memenuhi Persyaratan Formal dan meneruskannya kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

8. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan memaraf konsep Surat Pemberitahuan Surat Keberatan Memenuhi Persyaratan Formal dan meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

9. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani Surat Pemberitahuan Surat Keberatan Memenuhi Persyaratan Formal.

10.Surat Pemberitahuan Surat Keberatan Memenuhi Persyaratan Formal ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan kepada Wajib Pajak melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP).

11.Atas permohonan keberatan yang memenuhi persyaratan formal, Account Representative meneruskan permohonan keberatan ke Seksi Pelayanan untuk dibuatkan Surat Pengantar ke Kantor Wilayah/KPDJP.

12.Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak Lembar Penelitian Kelengkapan Berkas, Lembar Pengawasan Penelitian Berkas Keberatan, membuat konsep Surat Pengantar dan


(64)

Standard Operating Procedures

TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN KEBERATAN PAJAK PENGHASILAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DI KPP

Revisi : Nomor : KPP70-0005

Tanggal : 13 Maret 2008 Halaman : 4 dari 6

meneruskannya kepada Kepala Seksi Pelayanan beserta berkas permohonan dari Wajib Pajak.

13.Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf konsep Surat Pengantar dan meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak beserta berkas permohonan dari Wajib Pajak.

14.Kepala Kantor Pelayanan Pajak menandatangani Surat Pengantar dan meneruskannya kepada Kepala Seksi Pelayanan.

15.Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk menatausahakan dan mengirim Surat Pengantar, Surat Keberatan Wajib Pajak, Lembar Pengawasan Arus Dokumen, Lembar Isian Surat Keberatan, Pemberitahuan Surat Keberatan Memenuhi Persyaratan Formal, Lembar Penelitian Kelengkapan Berkas, Lembar Pengawasan Penelitian Berkas Keberatan, Salinan Laporan Pemeriksaan Pajak Lengkap yang sudah dilegalisasi oleh Kepala Seksi Pelayanan.

16.Pelaksana Seksi Pelayanan menatausahakan Surat Pengantar beserta berkas permohonan, dan berkas terkait lainnya (SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan menyampaikannya ke Kantor Wilayah atau Direktorat Keberatan dan Banding melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP).

17.Proses selanjutnya dilaksanakan di Kantor Wilayah (SOP Tata Cara Penyelesaian Permohonan Keberatan di Kanwil) atau di Direktorat Keberatan dan Banding KPDJP (SOP Tata Cara Penyelesaian Permohonan Keberatan di KPDJP).


(65)

Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

Standard Operating Procedures

TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN KEBERATAN PAJAK PENGHASILAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DI KPP

Revisi : Nomor : KPP70-0005

Tanggal : 13 Maret 2008 Halaman : 5 dari 6

Jangka Waktu Penyelesaian :

Paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal diterima permohonan lengkap.

(Jangka waktu penyelesaian keberatan secara keseluruhan mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ.07/2007 tanggal 8 Oktober 2007 tentang Prosedur Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan Pembetulan Ketetapan Pajak, Keberatan, Pengurangan, atau Penghapusan Sanksi Administrasi, dan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang tidak Benar Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yaitu 12 (duabelas) bulan sejak tanggal diterimanya surat keberatan.

Catatan :

Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-37/PJ/2007 tanggal 14 Agustus 2007 tentang Percepatan Jangka Waktu Penyelesaian Layanan Unggulan Direktorat Jenderal Pajak, jangka waktu penyelesaian keberatan paling lama 9 bulan sejak tanggal diterima permohonan lengkap)


(66)

Standard Operating Procedures

TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN KEBERATAN PAJAK PENGHASILAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DI KPP

Revisi : Nomor : KPP70-0005

Tanggal : 13 Maret 2008 Halaman : 6 dari 6

H. Bagan Arus (Flow Chart) :

TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN KEBERATAN PAJAK PENGHASILAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DI KPP

Direktorat Keberatan dan Banding KPDJP Kantor Wilayah Kepala Kantor Pelayanan Pajak Kepala Seksi Pelayanan Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi Account Representative (AR)

Pelaksana Seksi Pelayanan Petugas TPT Wajib Pajak Tidak ya Meneliti persyaratan formal dan kelengkapan

berkas keberatan

Meneliti dan memaraf

Surat Pengantar dan Berkas Keberatan SOP Tata Cara

Penyampaian Dokumen di KPP SOP Tata Cara Penyelesaian Permohonan Keberatan di Kanwil

Surat Pengantar dan Berkas Keberatan Mulai Membuat Pemberitahuan Surat Keberatan Tidak Memenuhi Persyaratan Formal Membuat Pemberitahuan Surat Keberatan Memenuhi Persyaratan Formal Konsep Surat Pengantar dan Berkas Keberatan Pemberitahuan Surat Keberatan Pemberitahuan Surat Keberatan Tidak Memenuhi Persyaratan FormalMemenuhi Persyaratan Formal/

Membuat konsep Surat Pengantar ke Kantor

Wilayah

Selesai

Menugaskan untuk menatausahakan dan

mengirim SOP Tata Cara

Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak BPS dan Lembar

Isian Surat Keberatan

Menerima, meneliti, menerbitkan BPS/ LPAD, Lembar Isian

Surat Keberatan merekam, dan meneruskan surat permohonan Menyetujui dan Menandatangani SOP Tata Cara Penyelesaian Permohonan Keberatan di KPDJP Surat Permohonan

Meneliti dan memaraf Memenuhi persyaratan formal? Konsep Pemberitahuan Surat Keberatan Tidak Memenuhi Persyaratan Formal Konsep Pemberitahuan Surat Keberatan Memenuhi Persyaratan Formal Menatausahakan dan mengirimkan

Surat Pengantar dan Berkas Keberatan / Pemberitahuan Surat Keberatan Pemberitahuan Surat Keberatan Tidak Memenuhi Persyaratan FormalMemenuhi Persyaratan Formal/ Disahkan oleh :

a.n. Direktur Jenderal

Drirektur Transformasi Proses Bisnis

Robert Pakpahan NIP. 060060167


(67)

(68)

(69)

(70)

(71)

(1)

Departemen Keuangan Republik Indonesia

Direktorat Jenderal Pajak

Standard Operating Procedures

TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN KEBERATAN

PAJAK PENGHASILAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DI KPP

Revisi :

Nomor :

KPP70-0005

Tanggal

: 13 Maret 2008

Halaman

:

6 dari 6

H.

Bagan Arus (Flow Chart) :

TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN KEBERATAN PAJAK PENGHASILAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DI KPP

Direktorat Keberatan dan Banding KPDJP Kantor Wilayah Kepala Kantor Pelayanan Pajak Kepala Seksi Pelayanan Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi Account Representative (AR)

Pelaksana Seksi Pelayanan Petugas TPT Wajib Pajak Tidak ya Meneliti persyaratan formal dan kelengkapan

berkas keberatan

Meneliti dan memaraf

Surat Pengantar dan Berkas Keberatan SOP Tata Cara

Penyampaian Dokumen di KPP SOP Tata Cara Penyelesaian Permohonan Keberatan di Kanwil

Surat Pengantar dan Berkas Keberatan Mulai Membuat Pemberitahuan Surat Keberatan Tidak Memenuhi Persyaratan Formal Membuat Pemberitahuan Surat Keberatan Memenuhi Persyaratan Formal Konsep Surat Pengantar dan Berkas Keberatan Pemberitahuan Surat Keberatan Pemberitahuan Surat Keberatan Tidak Memenuhi Persyaratan FormalMemenuhi Persyaratan Formal/

Membuat konsep Surat Pengantar ke Kantor

Wilayah

Selesai

Menugaskan untuk menatausahakan dan

mengirim

SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak BPS dan Lembar

Isian Surat Keberatan

Menerima, meneliti, menerbitkan BPS/ LPAD, Lembar Isian

Surat Keberatan merekam, dan meneruskan surat permohonan Menyetujui dan Menandatangani SOP Tata Cara Penyelesaian Permohonan Keberatan di KPDJP Surat Permohonan

Meneliti dan memaraf Memenuhi persyaratan formal? Konsep Pemberitahuan Surat Keberatan Tidak Memenuhi Persyaratan Formal Konsep Pemberitahuan Surat Keberatan Memenuhi Persyaratan Formal Menatausahakan dan mengirimkan

Surat Pengantar dan Berkas Keberatan / Pemberitahuan Surat Keberatan Pemberitahuan Surat Keberatan Tidak Memenuhi Persyaratan FormalMemenuhi Persyaratan Formal/

Disahkan oleh :

a.n. Direktur Jenderal

Drirektur Transformasi Proses Bisnis

Robert Pakpahan

NIP. 060060167


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)