View of Analisis Deskriptif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembatalan Perkawinan di Pengadilan Agama Bekasi

75 Maslahah, Vol. 8, No. 2, Desember 2017 75 Maslahah, Vol. 8, No. 2, Desember 2017

Menurut Prof. Soediman Kartoha- Perkawinan merupakan salah satu

diprodjo, SH, perkawinan adalah sua- sunnatullah yang umum berlaku pada

tu hubungan antara orang wanita dan semua makhluk Tuhan, baik manusia,

pria yang bersifat abadi. 6 Menurut hewan maupun tumbuh-tumbuhan. 3 Paul Scholten mendefinisikan perka-

Hal ini mendasarkan pada firman winan suatu hubungan hukum antara Allah SWT dalam al- Qur’an Surat

seorang pria dengan seorang wanita Adz-Dzariat ayat 49 yang berbunyi

untuk hidup bersama dengan kekal, sebagi berikut: 7 yang diakui oleh Negara.

ْىُكَّهَؼَن ٍٍَِْج َْٔص اَُْقَهَخ ٍءًَْش ِّمُك ٍِْي َٔ Pernikahan bagi manusia adalah ٌَُٔشَّكَزَت

sesuatu yang sangat sakral dan tidak Artinya: ‚Dan segala sesuatu

terlepas dari ketentuan-ketentuan kami jadikan berjodoh-jodohan, agar

yang ditetapkan syari’at agama.Orang kamu sekalian mau berfikir.‛ yang

melangsungkan pernikahan Allah juga berfirman

bukan semata-mata ingin memuaskan dalam al- Qur’an Surat Yasiin ayat 36

nafsu birahi melainkan untuk meraih yang berbunyi sebagai berikut:

ketenangan, ketentraman dan sikap ُتِبُُت اًَِّي آََّهُك َجا َٔ ْصَ ْلْا َقَهَخ يِزَّنا ٌَاَحْبُس

saling mengayomi di antara suami ًٌََُٕهْؼٌَ َلَ اًَِّي َٔ ْىِِٓسُفََأ ٍِْي َٔ ُض ْسَ ْلْا

istri dilandasi cinta dan kasih sayang Artinya: ‚Mahasuci Tuhan yang

yang mendalam.Tujuan hakiki sebuah telah menciptakan segala sesuatu

pernikahan adalah mewujudkan mah- berjodoh-jodohan,

ligai rumah tangga yang sakinah yang tumbuhan maupun diri mereka sendiri

baik

tumbuh-

8 mawaddah dan dan lain-lain yang tidak mereka

selalu dihiasi dengan

rahmah . ketahui.‛ 4 Manusia adalah makhluk yang Untuk mengetahui definisi per-

mempunyai kecenderungan untuk hi- kawinan, penulis mengacu pada

dup bersama.Kemudian manusia yang beberapa ahli hukum yang mem-

ingin hidup bersama, melakukan berikan definisi mengenai perkawinan

kontak dengan manusia lainnya yang antara lain: Menurut Prof. Subekti, SH, mendefinisikan perkawinan se-

bagai pertalian yang sah antara se- Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, cet 26, (Jakarta: Intermasa, 1994), h. 23

orang laki-laki dan

seorang

6 Soediman Kartohadiprodjo, Pengantar Tata Hukum Di Indonesia , (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1984), h. 36 3 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah6, (Bandung:

7 R. Soetojo Prawirohamidjojo dan Asis

PT. Al-Maarif, 1980), h.7 Safioedin, Hukum Orang dan Keluarga, cet 5, 4 Abdul

(Bandung: Alumni, 1986), h.13 Perkawinan Islam Persepektif Fikih dan Hukum

Ghofur Anshori,

Hukum

8 M. Asmawi, Nikah (Dalam Perbincangan Positif , (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta,

dan Perdebatan) , (Yogyakarta: Darussalam, 2011), h.20

2004), h. 3

Maslahah , Vol.8, No. 2, Desember 2017 76 Maslahah , Vol.8, No. 2, Desember 2017 76

hidup bersama dalam suatu rumah sosial. Bertitik tolak dari berbagai

tangga dan keturunan yang dilang- keinginan untuk tetap selalu bersama,

sungkan menurut ketentuan-keten- tidak jarangterjadi suatu ikatan lahir

tuan syari’at Islam. 11 dan batin yang cukup kuat diantara

Pengertian perkawinan berdasar- manusia yaitu dengan cara suatu jalan

kan hukum agamaadalah perbuatan pernikahan. Karena suatu pernikahan

yang suci (sakramen, samskara), yaitu dimaksudkan untuk menciptakan

suatuperikatan antara dua pihak kehidupan pasanga suami istri yang

dalam memenuhi perintah dan an- harmonis dalam rangka membentuk

juranTuhan Yang Maha Esa, agar dan membina keluarga yang sejahtera

kehidupan berkeluarga danberumah dan bahagia sepanjang masa.

tangga serta berkerabat tetangga Diisyaratkan perkawinan dalam

berjalan dengan baiksesuai dengan Islam merupakan hikmah dan dicipta-

ajaran agama masing-masing. 12 kannya manusia sebagai khalifah

Pengertian nikah adalah suatu untuk membangun alam semesta dan

akad yang menyebabkan kebolehan menumbuhkan kebaikan didalamnya.

bergaul antara seorang laki-laki de- Sebagaimana telah menjadi perilaku

ngan seorang wanita dan saling manusia untuk cenderung mengada-

menolong di antara keduanya serta kan hubungan deangan manusia lain,

menentukan batas hak dan kewajiban perkawinan diisyaratkan oleh karena

di antara keduanya. Esensi yang didalamnya terdapat kekuatan yang

terkandung dalam syari’at perkawinan mampu menundukkan pandangan,

adalah mentaati perintah Allah serta menjaga kemaluan dan menjauhkan

sunnahrasul-Nya, yaitu menciptakan manusia dari perbuatan tercela. 9 suatu rumah tangga yang men-

Dalam al-Quran, yakni bahwa datangkan kemaslahatan, baik bagi hubungan seksual haruslah didasarkan

pelaku perkawinan itu sendiri, anak pada ikatan yang sah atau melalui

keturunan, kerabat, maupun masya- pernikahan. 10 Nikah artinya suatu akad

rakat. Oleh karena itu, perkawinan yang menghalalkan pergaulan antara

tidak hanya bersifat kebutuhan seorang laki-laki dan perempuan yang

internal yang bersangkutan, tetapi bukan muhrim dan menimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya. Dalam pengertian luas, pernikahan adalah suatu ikatan lahir antara dua

11 Moh. Rifa’I, Fiqih Islam, (Semarang: PT.

Karya Toha Putra, 1978), h. 453

9 Abdul Aziz, Perkawinan Yang Harmonis, 12 Hilman Hadikusuma.,.Hukum Perkawinan (Jakarta: CV. Firdaus, 1993), h. 1 10 Indonesia, Cet. 2, (Bandung: CV. Mandar Maju,

Abdul Ghofur, Loc. cit. h. 6

2003), h. 10

77 Maslahah, Vol. 8, No. 2, Desember 2017 77 Maslahah, Vol. 8, No. 2, Desember 2017

Berdasarkan Pasal 2 Undang- seorang wanita sebagai suami istri Undang Perkawinan lebih memper-

dengan tujuan membentuk keluarga tegas dimensi religiusitas ini, yakni

(rumah tangga) yang bahagia dan bahwa perkawinan adalah sah, apabila

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang dilakukan menurut hukum masing- 15 Maha Esa.

masing agamanya dan kepercyaannya Sementara itu, dalam Pasal 2 itu. Secara

a contrario dapat ditaf- Kompilasi Hukum Islam menentukan sirkan bahwa perkawinan tidak sah

bahwa perkawinan menurut hukum apabila dilakukan tidak men-dasarkan

Islam adalah pernikahan sebagai suatu pada hukum agama yang dianut.Bagi

akad yang sangat kuat atau miitsa- orang Islam mendasarkan pada

aqan ghaliidhan untuk mentaati Hukum Islam yang tertuang dalm al-

perintah Allah dan melaksanakannya Qur’an, Hadis Nabi, serta Ijtihad para

merupakan ibadah. 16 ulama.Kemudian bagi pemeluk agama

Kata miitsaaqon gholiidhan ini Kristen, Katholik, Hindu, dan Budha

diambil dari firman Allah SWT.Yang mendasarkan pada hukum agama

17 Nisa’ ayat masing-masing sebagaimana tertuang

terdapat pada Surat An-

dalam Injil, Weda, dan Tripitaka. 14 ُزُخْأَتْذَق َٕىَضْفَأًُْكُضْؼَبىَنِإ ٍضْؼَبََْزَخَأ ًَُْٕكُِْياًقاَثٍِي Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 bersifat umum ( lex Generalist )

sedangkan Kompilasi Hukum Islam Artinya: ‚Bagaimana kamu akan lebih bersifat khusus (lex Specialist )

mengambilnya kembali, Padahal yang diperuntukkan bagi masyarakat

kamu telah bergaul Indonesia yang beragama Islam.

sebagian

(bercampur) dengan yang lain sebagai Selain itu juga Kompilasi Hukum

suami-isteri. dan mereka (isteri- Islam sebagai pedoman bagi para

isterimu) telah mengambil dari kamu hakim pengadilan agama seluruh

Perjanjian yang kuat.‛ Indonesia dalam menjalankan tugas- nya menyelesaikan perkara baik

Tujuan dilaksanakannya perka- dalam hal perkawinan, kewarisan dan

winan menurut hukum nasional perwakafan. Berdasarkan ketentuan Pasal 1

Prodjohamidjojo, Undang-Undang Nomor 1 Tahun Hukum Perkawinan Indonesia 1974 tentang Perkawinan, Perkawinan , (Jakarta: CV. Karya

15 Martiman

Gemilang, 2011), h. 8 16 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam

Di Indonesia , (Jakarta: Akademika Pressindo,

13 Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan

2010), h. 114

Islam, 14 (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000), h.1 17 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Abdul Ghofur, Loc. cit. h.14

Terjemahnya , h. 81

Maslahah , Vol.8, No. 2, Desember 2017 78 Maslahah , Vol.8, No. 2, Desember 2017 78

Islam dijelaskan dalam ayat 1 bahwa bahagia dan kekal berdasarkan

perkawinan hanya dapat dibuktikan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sedang-

dengan Akta Nikah yang dibuat oleh kan apabila berdasarkan pada al-

Pegawai Pencatat Nikah. 20 Qur’an dan hadis dapat diperoleh

Jika disederhanakan, asas per- kesimpulan, bahwa tujuan perkawinan

kawinan itu menurut Undang-Undang dalam Islam adalah untuk memenuhi

PerkawinanNomor 1 Tahun 1974 ada tuntutan naluri hidup manusia,

enam : (1) Tujuan perkawinan adalah berhubungan antara laki-laki dan

membentuk keluarga yang bahagia perempuan dalam rangka mewujudkan

dan kekal. (b) Sahnya perkawinan kebahagiaan keluarga sesuai ajaran

sangat tergantung pada ketentuan Allah dan rasul-Nya. 18 hukum agama dan kepercayaan

Dalam Undang-Undang Perka- masing-masing. (c) Asas Monogami. winan tujuan dari perkawinan adalah

(d) Calon suami dan istri harus telah membentuk keluarga (rumah tangga)

dewasa jiwa dan raganya. (e) Mem- yang bahagia dan kekal berdasarkan

persulit terjadinya perceraian. (f) Hak Ketuhanan Yang Maha Esa dan dalam

dan kedudukan suami istri adalah Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam

seimbang.

disebutkan bahwa perkawinan bertu- Kata sah berarti menurut hukum juan untuk mewujudkan kehidupan

yang berlaku, kalau perkawinan itu rumah tangga yang sakinah, mawad-

tidak dilaksanakan tidak menurut dah, dan

rahmah 19 . tata-tertib hukum yang telah diten- Serta didukung dengan Pasal 5

tukan maka perkawinan itu tidak sah. Kompilasi Hukum Islam disebutkan

Jadi kalautidak menurut aturan bahwa agar terjamin ketertiban per-

Undang-Undang Nomor.1 tahun 1974, kawinan bagi masyarakat Islam setiap

berartitidak sah menurut peraturan perkawinan

perundangan.Begitu juga kalau tidak pencatatan perkawinan tersebut pada

harus dicatat,

dan

sah menurut aturan hukum agama ayat (1), dilakukan oleh Pegawai

berarti tidak sah menurutagama. 21 Pencatat Nikah sebagaimana yang

Dengan demikian perkawinan diatur dalam Undang-Undang Nomor

supaya sah hukumnya harus me-

22 Tahun 1946 jo Undang-Undang menuhi beberapa persyaratan tertentu Nomor. 32 Tahun 1954.

baik yang menyangkut kedua belah pihak

yang

hendak melakukan

18 Ahmad Azhar Basyir,

Hukum

20 Ibid , h. 114

Perkawinan Islam , (Yogyakarta: UII Press, 21 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan 2000), h. 14 19 Indonesia, Cet. 2, (Bandung: CV. Mandar Maju,

Abdurrahman, Op. cit. h.114

2003), h. 26

79 Maslahah, Vol. 8, No. 2, Desember 2017 79 Maslahah, Vol. 8, No. 2, Desember 2017

Perkawinan Islam.‛ 23 sendiri.

Suatu perkawinan dapat menjadi Rukun dari perkawinan ialah 24 rusak baik dengan cara talak

hakikat dari perkawinan itu sendiri. perceraian 25 ataupun dengan cara Jadi tanpa adanya salah satu rukun, 26 pembatalan perkawinan . Berdasar-

perkawinan itu tidak dapat dilak- sanakan. Adapun yang termasuk

23 Ibid rukun perkawinan menurut hukum , h. 176 dan 179 24 Talak diambil dari kata ithlaq artinya perkawinan Islam sebagaimana yang

melepaskan atau irsal memutuskan atau tarkun, tertuang dalam Pasal 14 Kompilasi

firaaqun, perpisahan.Yang Hukum Islam adalah adanya pihak-

meninggalkan,

dimksud dengan talak adalah melepaskan ikatan pihak yang melaksanakan perkawinan

dengan lafazh talak atau atau aqad nikah yaitu mempelai pria

perkawinan

sebangsanya.Sedangkan dalam Kompilasi dan wanita, wali, saksi (dua orang),

Hukum Islam, talak adalah ikrar suami di

22 dan akad nikah berupa ijab kabul. hadapan sidang pengadilan agama karena suatu Yang dimaksud dengan syarat- sebab tertentu. Lihat, Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, syarat perkawinan adalah sesuatu (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000), h.158 yang harus ada dalam perkawinan

25 Kata “cerai” menurut kamus besar Bahasa tetapi tidak termasuk hakikat dari

Indonesia berarti pisah, putus hubungan sebagai perkawinan. Kalau salah satu dari

suami istri, talak .Kemudian, kata “perceraian” syarat-syarat

mengandung arti perpisahan, perihal bercerai dipenuhi maka perkawinan itu tidak

perkawinan

tidak

antara suami istri, perpecahan.Adapun kata sah. Misalnya, syarat-syarat yang

berarti tidak bercampur harus dipenuhi oleh masing-masing

“bercerai”

(berhubungan, bersatu) lagi, berhenti sebagai rukun perkawinan. Jadi perkawinan status suami istri.Cerai yakni permohonan pisah dapat dilaksanakan dan sah hukumnya dari pihak istri kepada suami yang diajukan apabila rukun perkawinan itu harus kepegadilan agama biasa disebut dengan cerai ada dan memenuhi syarat-syarat gugat. Lihat, W.J.S Poerwadarminta, Kamus

Umum Bahasa Indonesia , (Jakarta: Balai tertentu.

Pustaka, Cet. 3,2006), h. 185 Sehubungan

hukum Islam, pembatalan ketentuan dalam Pasal 2 ayat (1)

perkawinan disebut juga fasakh.Fasakh berarti tersebut, ‚maka bagi warga negara

mencabut atau menghapus.Arti fasakh ialah Indonesia yang beragama Islam

merusakkan atau membatalkan.Ini berarti bahwa apabila hendak melaksanakan perka- perkawinan itu diputuskan atau dirusakkan atas winan supaya sah harus memenuhi permintaan salah satu pihak dari suami maupun ketentuan-ketentuan tentang perka- istri kepada hakim pengadilan agama. Lihat,

Soemiyati. Hukum Perkawinan Islam Dan Undang-Undang Perkawinan (Undang-Undang No.1 Tahun 1974), (Yogyakarta, Liberty, 2004),

Abdul Ghofur, Loc. cit. h. 176 dan 179

h.113

Maslahah , Vol.8, No. 2, Desember 2017 80 Maslahah , Vol.8, No. 2, Desember 2017 80

dipahami bahwa suatu perkawinan bahwa perkawinan dapat dibatalkan

Perkawinan

menyatakan

yang dilaksanakan oleh seseorang bisa apabila para pihak tidak memenuhi 31 batal demi hukum dan bisa dibatal-

syarat-syarat untuk melangsungkan kan 32 apabila cacat hukum dalam perkawinan. 27 Dalam penjelasan Pasal pelaksanaannya.pengadilanagama

22 disebutkan bahwa pengertian dapat dapat membatalkan pernikahan ter- pada pasal ini diartikan bisa batal sebut atas permohonan pihak-pihak

atau 33 bisa tidak batal , bilamana yang berkepentingan. menurut ketentuan hukum agamanya

Pengajuan pembatalan perka- masing-masing tidak menentukan

winan yang telah dikabulkan oleh lain. Dengan demikian, jenis seperti

pengadilan agama, maka saat mulai ini dapat bermakna batal demi hukum berlakunya pembatalan perkawinan

dan bisa dibatalkan 28 . itu dihitung sejak tanggal hari Perkawinan batal demi hukum

putusan pengadilan agama dijatuhkan apabila dilakukan sebagaimana ter-

dan putusan itu telah memiliki ke- sebut dalam Pasal 70 Undang-Undang

kuatan hukum tetap. 34 Artinya penge- Nomor 1 Tahun 1974 tentang

sahan yang dilakukan oleh pengadilan Perkawinan, 29 yaitu: Dalam

Pasal

agama memenuhi kedudukan sah

22 Undang-Undang Nomor 1 Tahun memisahkan dua orang yang tidak 1974 tentang Perkawinan dinyatakan

dipenuhi dengan persyaratan yang bahwa pernikahan dapat dibatalkan

lengkap sehingga perkawinan tersebut apabila para pihak tidak memenuhi

bersifat batal. 35 syarat-syarat untuk melangsungkan

Ibid , h. 78

Batal demi hukum yakni batal secara Perkawinan Indonesia , (Jakarta: CV. Karya

Martiman Prodjohamidjojo,

Hukum

otomatis tanpa adanya pengajuan permohonan Gemilang, 2011), h. 78

ke pengadilan agama dikarenakan adanya hal- 28 Abdul Ghofur, Loc. cit. h. 77-78

hal yang menyebabkan perkawinan itu batal 29 (1)

dengan sendirinya. Lihat Undang-Undang sedangkan ia telah memiliki empat istri, (2)

suami melakukan

perkawinan,

Perkawinan No. 1 tahun 1974 suami yang menikahi istrinya yang telah di- 32 Bisa batal yakni dengan mengajukan

li'an -nya, (3) suami menikahi bekas istrinya pembatalan perkawinan ke pengadilan agama yang pernah dijatuhi talak tiga kali, kecuali

dikarenakan adanya hal-hal yang melanggar bekas istrinya tersebut telah menikah dengan

prodesur perkawinan maupun melanggar materi pria lain kemudian bercerai dan habis

perkawinan. Lihat, Martiman, Op. cit, h. 23 masa iddah-nya, (4)mempunyai hubungan darah 33 Mannan,

Abdul, Pokok-pokok Hukum baik garis keturunan lurus keatas ataupun

Perdata: Wewenang Peradilan Agama , (Jakarta: kebawah,

Rajawali Pers, 2000) semenda (5) perkawinan dilakukan dengan 34 Abdurrahman, Op. cit. h. 162

garis keturunan

menyimpang,

saudara kandung dari istri atau sebagai bibi atau 35 Batal adalah rusaknya hukum yang kemenakan dari istri. Lihat, Martiman, Op.

ditetapkan terhadap suatu amalan seseorang, cit,h. 159-160

karena tidak memenuhi syarat dan rukunnya

81 Maslahah, Vol. 8, No. 2, Desember 2017

Sedangkan kata sah berasal dari Batalnya perkawinan atau putus- bahasa Arab ‚sahih‛ yang secara eti-

nya perkawinan disebut juga dengan mologi berarti sesuatu dalam kondisi

fasakh .Maksud dari fasakh nikah baik dan tidak bercacat. Menurut

adalah memutuskan atau membatal-

kan ikatan hubungan antara suami adalah lawan dari istilah sah, artinya

istilah Usul Fiqh kata sah. 36 Kata batal

istri. Fasakh bisa terjadi karena tidak bilamana suatu akad tidak dinilai sah,

terpenuhinya syarat ketika berlang- berarti batal. 37 sung akad nikah atau karena hal-hal

Menurut pendapat yang lain, yang datang kemudian dan membatal- batal adalah rusaknya hukum yang 40 kan kelangsungan perkawinan.

ditetapkan terhadap suatu amalan Dari sini kita dapat mengerti seseorang, karena tidak memenuhi

bahwa peristiwa pembatalan perka- syarat dan rukunnya yang telah

winan berarti adanya putusan pe- ditetapkan oleh syara’. Itu dilarang

ngadilan yang menyatakan bahwa atau diharamkan oleh agama. 38 perkawinan yang dilaksanakan adalah

Batalnya perkawin 41 an adalah ‚rusak tidak sah. atau tidak sahnya perkawinan karena

Dalam konteks ke Indonesiaan tidakmemenuhi salah satu syarat atau

pembatalan perkawinan dapat dilaku- diharamkan oleh agama.‛ 39 kan di pengadilan agama dengancara

mengajukan permohonan pembatalan ke pengadilan agama dimana suami

yang telah ditetapkan oleh syara’.Itu dilarang atau isteri bertempat tinggal atau di atau diharamkan oleh agama.”Lihat, Amiur

tempat perkawinan dilangsungkan. 42 Nuruddin & Azhari Akmal Tarigan, Hukum

Perdata Islam di Indonesia, Studi Kritis Dalam hal ini Pengadilan Agama

Perkembangan Hukum Islam dan Fikih, UU No. Bekasi sudah menangani perkara 1/1974 Sampai KHI , (Jakarta: Prenada Media,

mengenai pembatalan perkawinan, 2004), h. 38 36 Kata sah adalah suatu ibadah atau akad

terhitung tahun 2015 terdapat dua yang dilaksanakan dengan melengkapi syarat

putusan pembatalan perkawinan.Dari dan rukunnya. Sebagaimana makna asal dari

dua putusan tersebut, tentu terdapat kata sah, yaitu sesuatu dalam kondisi baik dan

beberapa faktor yang mendukung para tidak cacat. Lihat, Satria Effendi M. Zein,

pihak dalam pengajuan permohonan “Analisis Fiqh”, dalam Jurnal Mimbar Hukum;

AktualisasiHukumIslam, No. 31 tahun VIII, pembatalan perkawinan. Oleh karena

(Jakarta: Al Hikmah dan DITBINBAPERA itu, saya tertarik untuk menuangkan Islam, 1997), h.121-122 37 Ibid,

h. 20 38 Amiur Nurudin dan Azhari Akmal

40 M.A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Indonesia, (Jakarta: Prenada Kencana, 2004),h.

Tarigan, Hukum Perdata

Islam

di

Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, 105

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h. 39 Abdul

Munakahat , (Jakarta: Kencana Prenada Media

42 Ibid Group, Cet.3, 2008), h.141 , h. 77-78, 80 Abdul Ghofur Anshori, Loc. cit, h. 79-80

Maslahah , Vol.8, No. 2, Desember 2017 82 Maslahah , Vol.8, No. 2, Desember 2017 82

pemilik suatu barang menurut syara’ Tujuan peneltian ini sebagai

untuk bertindak secara bebas ber- berikut: (1) Untuk mengetahui apa

tujuan mengembil manfaatnya selama faktor yang menyebabkan pembatalan

tidak ada penghalang syar’I‛. 45 perkawinan ; (2) Untuk mengetahui

Dalam penjelasan mengenai hak apa manfaat atau akibat hukum dari

di atas, dikemukakan bahwa hak pembatalan perkawinan.

adalah suatu ikhtisas, yakni hubungan khusus dengan orang tertentu, seperti

Temuan Penelitian hak penjual untuk menerima harga

A. Perlindungan Hak

barang, yang khusus dimilikinya Pembatalan Perkawinan

dalam

penjual, atau hak pembeli untuk me- Diberlakukannya ketentuan ten-

nerima barang yang telah dibelinya, tang pembatalan perkawinan yang

yang khusus dimiliki olehnya dan diatur dalam Undang-Undang Perka-

tidak dimiliki oleh orang lain. Apabila winan Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 22

tidak ada hubungan khusus dengan sampai dengan Pasal 28 dan Kom-

seseorang, melainkan kebolehan seca- pilasi Hukum Islam Pasal 70 sampai

ra umum. 46

dengan Pasal 76, menunjuk-kan dalam Penjelasan di atas juga menye- ketentuan tersebut terdapat kepastian

butkan bahwa hak merupakan kekua- hukum mengenai perlin-dungan hak

saan atau beban. Kekuasaan adakala- individu. Hak dalam bahasa Arab

nya berupa kekuasaan terhadap orang, berasal dari kata اًقَح ـ ُقَحٌُ ـ َقَح yang seperti hak hadhanah dan hak per- berarti nyata, pasti dan tetap. 43 walian. Adakalanya kekuasaan atas

Menurut Mushtafa Az- 47 Zarqa’, hak sesuatu barang tertentu. Penjelasan ialah:

di atas juga menyatakan hak itu dite- اًفٍِْهْكَت َْٔأ ًةَطْهُس ُع ْشَّشنا ِِّب ُس ِّشَقٌُ ٌصاَصِتْخِا

tapkan oleh syara’ hal ini dikarenakan Artinya: ‚Suatu fasilitas yang

dalam pandangan Islam, hak adalah ditetapkan oleh syara’ sebagai

anugerah atau pemberian dari Allah kekuasaan atau beban hukum‛. 44 yang disandarkan kepada hukum

syara’. Dengan demikian, sumber hak Madjid, hak ialah:

Sedangkan menurut

Abdul

merupakan berasal dari Allah SWT. 48 َّذِبَتْسٌَ ٌَْأ اػ ْشَش َُّب ِحاَص ٍُِكًٌُْ ٌصاَصِتْخِا

Madjid, Pokok-pokok Fiqh Mu’amalah dan hukum kebendaan dalam Islam,

45 Abdul

h. 36

43 A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir 46 Wahbah Az-Zuhaili, Al- Fiqh Al-Islami Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka

wa Adillatuhu, juz 4 (Damaskus: Dar Al-Fikr), Progressif), h. 282

1986, h. 9

44 Ahmad Wardi, Fiqh Muamalat, (Jakarta:

47 Ibid, h. 11

AMZAH), h. 21

48 Ibid, 12

83 Maslahah, Vol. 8, No. 2, Desember 2017

Dalam perlindungan hak pembatalan 52 lain. Dan sebaliknya suatu hak dapat perkawinan penulis menggunakan hak

putus dikarenakan beberapa sebab syakhshi dan hak ‘aini sebagai pem-

yang ditetapkan oleh syara’. Contoh- bahasan.

nya hak nafkah atas seorang anak dari

1. Hak Syakhshi (perorangan) bapaknya berhenti karena ketidak- Hak syakhshi adalah suatu hak 53 mampuan bapaknya dalam usaha.

yang ditetapkan oleh syara’ bagi Menurut Wahbah Az-Zuhaili, hak ma- seseorang terhadap orang lain. 49 nusia adalah suatu yang dimaksudkan

Objek hak syakhshi yakni adakalanya untuk melindungi kemaslahatan sese- melakukan suatu pekerjaan seperti

orang, baik hak tersebut bersifat hak istri atau anak untuk menerima

umum, maupun bersifat khusus. 54 nafkah dari seorang suami.

Dalam hal ini, perlindungan hak

2. Hak ‘Aini (kebendaan) adalah mengenai perlindungan hak Hak ‘Aini adalah hak yang dite-

syakhshi. Hak syakhshi yang dimak- tapkan oleh syara’ kepada seseorang

sud adalah hak calon suami terhadap atas sesuatu yang ditentukan zatnya. 50 calon istri atau sebaliknya hak calon

Hubungan yang terdapat antara pemi- istri terhadap calon suami, serta hak lik hak dengan benda yang telah

wali calon suami terhadap calon istri ditentukan zatnya memberikan kekua-

atau sebaliknya calon istri terhadap saan langsung kepada si pemilik atas

calon suami.

benda tersebut.

B. Akibat Hukum dari adanya Dari setiap pemilik hak berhak

Pembatalan Perkawinan untuk memenuhi dan melaksanakan

Dalam perkara pembatalan perka- haknya dengan berbagai cara yang

winan yakni dikenal dengan istilah dibenarkan oleh syara’. 51 Suatu hak batal demi hukum yakni batal secara

dapat terpenuhi haknya dikarenakan otomatis tanpa adanya pengajuan adanya pendukung hak, pendukung

permohonan ke pengadilan agama hak adalah manusia yang memiliki

dikarenakan adanya hal-hal yang me- berbagai macam hak kodrati atas

nyebabkan perkawinan itu batal pemberiannya dan manusia juga

dengan sendirinya. 55 Tapi dikarenakan memiliki berbagai macam kewajiban.

di Negara Indonesia kita memiliki Namun yang menjadi masalah adalah

hukum yang harus diikuti dan mengenai kecakapan orang mendu-

dipatuhi bagi setiap warga negaranya kung haknya, dan kecakapan orang

untuk mendapatkan legalitas secara menggunakan haknya terhadap orang

52 Wahbah Az-Zuhaili, Op. cit, h 28

53 Ibid, h. 35

49 Wahbah Az-Zuhaili, Op. cit, h 18

54 Ibid, h. 14

51 Ibid, h. 19

Undang-Undang Perkawinan Hendi Suhendi, Loc. cit, h. 33

55 Lihat

Nomor 1 tahun 1974

Maslahah , Vol.8, No. 2, Desember 2017 84 Maslahah , Vol.8, No. 2, Desember 2017 84

mereka merasa adanya kemudharatan talan perkawinan melalui Pengadilan

terhadap salah satu pihak. Dalam Agama supaya mendapatkan bukti

Islam kemudharatan penting harus yang legal dari Pengadilan Agama.

dihilangkan mengacu pada kaidah Dengan demikian, pembatalan

fiqh ُلا َضٌُ ُس َشَضْنا maka, kemudharatan perkawinan dapat diartikan adalah

dalam bentuk penipuan pun harus tindakan pengadilan yang berupa

dihilangkan. Arti dari kaidah ‚Ad- keputusan yang menyatakan perka-

Dhararu Yuzalu‛ adalah kemudha- winan yang dilakukan itu dinyatakan

ratan atau kesulitan yang harus perkawinan yang dilakukan tidak sah

dihilangkan. Kaidah ini memberikan ( no

pengertian bahwa manusia harus di- void). Sesuatu yang dinyatakan ( no

legal force or

declared

jauhkan dari idhrar (tindakan me- legal force ) maka kedaan itu dianggap

nyakiti), baik oleh dirinya sendiri tidak pernah ada ( never existed ) oleh

maupun orang lain, dan tidak semes- karena itu si laki-laki dan si perem-

tinya ia menimbulkan bahaya (me- puan yang di batalkan perkawinannya

nyakiti) pada orang lain. dianggap tidak pernah kawin sebagai

Terdapat pada hadits Nabi SAW suami isteri. 56 yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad

C. Adanya Suatu Kemerdekaan dan Ibn Majah dari Ibnu Abbas, dalam Menghilangkan Kesulitan

yaitu: 57

atau Kemudharatan َساَش ِضَلَ َٔ َسَشَضَلَ Berdasarkan dari observasi pene-

Artinya: ‚Tidak diperbolehkan liti yang telah didapat dan sudah

membuat kemadharatan pada diri dibahas dibagian sebelumnya, penulis

sendiri dan kemadharatan pada orang menganalisis bahwa timbulnya suatu

lain‛.

tindakan pembatalan perkawinan di- Mengenai dengan masalah-masa- se-babkan karena tidak terpenuhinya

lah yang dapat menggunakan kaidah rukun dan syarat dalam pelaksanaan

ini diantaranya: fasakh dalam perka- perkawinan tersebut. Secara kasuisis

winan disebabkan adanya suatu cacat hal ini dikarankan adanya suatu peni-

dalam prerkawinan, aib, penipuan dan puan identitas dari salah satu pihak

lain sebagainya, khiyar, syuf’ah, hu- yang mengakibatkan terjadinya salah

dud, 58 dan kafarat. sangka, dan wali yang tidak berhak

menikahkan, menyebabkan adanya pihak yang merasa haknya tidak ter-

57 Ali bin Muhammad al Amadi, Al-Ahkam

Fi Ushulil Ahkam juz 4, (Beirut: Almaktabah al-

56 M. Yahya Harahap SH, Pembahasan

Islami), h. 5

Hukum Perkawinan Nasional, (Medan: CV. 58 Abdul Hamid Hakim, As-Sullam, juz II, Zahir Trading Co. 1975), h. 71

(Jakarta: Maktabah as- sa’diyah putra), h. 59

85 Maslahah, Vol. 8, No. 2, Desember 2017

Dalam kaidah Ad-Dhararu Yuza- Para ulama fiqih membuat lu menunjukkan bahwa kemadharatan

kaidah-kaidah umum (prinsip-prinsip itu telah terjadi atau akan terjadi,

syari’ah) yang bersumber dari al- dengan demikian setiap kemadharatan

Qur’an dan hadits untuk memudahkan memang harus dihilangkan. Berda-

manusia dalam menjalankan hukum sarkan permasalahan yang terjadi

yang dibebankan oleh Allah, secara dalam pembahasan penulis yakni

garis besar dapat dikelompokkan dengan cara penipuan atau pemalsuan

kepada dua bagian yaitu: (1). menolak dari salah satu pihak menimbulkan

kerusakan ) ِسُشَّضنا ُغْفَد) (2). Menghi- kemadharatan terhadap pihak lain,

langkan kesulitan )ِجَشَحنا ُغْفَد(. Para sehingga kemadharatan ini haruslah

ulama menurunkan beberapa prinsip dihilangkan. Dalam hal ini Allah 60 diantaranya:

SWT firman dalam surat Al- A’raf

59 ayat 56: )ٌِاَكْيِلإاِ سْذَقِب ُغَفْذٌَ ُس َشَضنا) Wajib menolak kerusakan sebelum ia terjadi, ُِ ُْٕػْدا َٔ آَ ِحَهْصِإ َذْؼَب ِض ْسَلْا ِىف ا ُْٔذِسْفُتَلَ َٔ

dengan segala cara yang memung- . ٍٍَُِِْسْحًُْنا ٍَِّي ٌبٌْ ِشَق ِالله َتًَْحَس ٌَِّإ اًؼًََط َٔ اًف َْٕخ

kinkan.

2. ) ُس َشَضنا ُلا َضٌُ( Wajib meng- membuat kerusakan di muka bumi,

Artinya: ‚Dan janganlah kamu

hilangkan kerusakan setelah terjadi. sesudah (Allah) memperbaikinya dan

3. ) ِِّهْثًِِب ُلاَضٌُ َلَ ُس َشَضنا( Tidak berdoalah kepadanya dengan rasa

diperbolehkan menghilangkan sebuah takut (tidak akan diterima) dan

kerusakan dengan mendatangkan harapan (akan dikabulkan). Sesung-

kerusakan yang sama. guhnya rahmat Allah amat dekat

4. ) ِسُشَضنا ُفْخَلْا ِسُشَضناِب ُلا َضٌُ ُّذَشَلْا( kepada orang-orang yang berbuat

Kerusakan yang lebih berat boleh baik‛.

dihilangkan dengan mendatangkan Dengan demikian, cara menjaga

kerusakan yang lebih ringan. diri dari kehancuran atau posisi yang

5. ) ِشٍَْغنا َّقَح ُمِطْب ٌُ َلَ ُساَشِطْضِلإا( sangat mudharat sekali, maka dalam

itu tidak boleh keadaan seperti ini kemudharatan itu

Keterpaksaan

membatalkan hak orang lain. membolehkan sesuatu yang dilarang.

6. )ِغِفاًََُنا ِبَهَج ٍِْي َىن َْٔأ ِذِساَغًَنا ُء ْسَد) Berdasarkan menurut para ulama

Menolak kerusakan itu lebih utama bahwa dharar adalah kesulitan yang

daripada menarik kemanfaatan. sangat

Dengan demikian, terjadinya manusia, jika tidak diselesaikan maka

menentukan

eksistensi

pembatalan perkawinan memiliki akan mengancam agama, jiwa, nasab,

kaitan dengan kaidah ‚Ad-Dhararu harta serta kehormatan manusia.

Yuzalu‛

suatu kemudharatan atau kesulitan yang harus dihilangkan. Jadi, hak bagi setiap manusia yakni

Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya , h. 157

60 Muchlis Usman, Op, cit, h. 140

Maslahah , Vol.8, No. 2, Desember 2017 86 Maslahah , Vol.8, No. 2, Desember 2017 86

du dan menghapuskan kemudharatan maupun orang lain, dan tidak se-

terhadap pihak terkait. mestinya ia menimbulkan bahaya

Menurut pandangan al-Syatibi, (menyakiti) pada orang lain. Dan

pada dasarnya syari’at ditetapkan un- apabila kemudharatan atau kesulitan

tuk mewujudkan kemaslahatan hamba itu sudah bisa diatasi bahkan dihi-

( mashalih al- ‘ibad ), baik di dunia langkan maka manusia akan merasa

maupun di akhirat. Kemaslahatan ini hidup merdeka, nyaman dan tenteram.

menjadi maqahid al- Syari’ah . Dengan

D. Kemaslahatan dalam Pembatalan kata lain, penetapan syariat, baik se- Perkawinan

cara keseluruhan ( jumlatan ) maupun Kemaslahatan pada hakikatnya

secara rinci ( tafsilan ), didasarkan pada maslahah adalah mengambil manfaat

suatu ‘Illat (motif penetapan hukum), dan menolak kemudharatan dalam

mewujudkan kemaslahatan rangka memelihara tujuan-tujuan sya-

yaitu

hamba. 62

ra’. Hal ini dipandang penting karena Dengan demikian, kemaslahatan suatu kemaslahatan haruslah sejalan

dalam pembatalan perkawinan itu di- dengan tujuan syara’, sekalipun ada-

pandang perlu dalam menuntut nya pertentangan dengan tujuan-tu-

haknya, karena usaha untuk meng- juan manusia, karena kemaslahatan

hilangkan adanya diskriminasi, pema- manusia tidak selamanya didasarkan

sungan atas kemaslahatan seseorang kehendak syara’, tetapi berdasarkan

yang telah diabaikan. Kemaslahatan kepada kehendak hawa nafsu. Oleh

ini berdasarkan atas kehendak dan tu- karena itu, menurut Imam Al-Ghazali,

juan syara’ yang mana setiap individu menetapkan pada suatu patokan

berhak mendapatkan kemaslahatan dalam menentukan kemaslahatan itu

yang hakiki tanpa adanya suatu dengan kehendak dan tu juan syara’,

pemasungan atau larangan terhadap bukan kehendak dan tujuan manusia. 61 suatu haknya, yang di mana hak

Menurut Imam Al-Ghazali, bah- tersebut telah diperoleh sejak lahir di wa tujuan utama syari’at Islam

dunia sampai nanti meninggal dunia. (maqasid al- syari’at) yang pada dasar-

Dan dapat disimpulkan, bahwa nya adalah kesejahteraan sosial atau

tujuan perkawinan dalam syari’ah kebaikan bersama (kemaslahatan).

adalah agar hidup manusia di dunia Hal ini pun sejalan dengan suatu

ini penuh dengan kedamaian dan tindakan pembatalan perkawinan yak-

kasih sayang antara yang satu dengan yang lain. Manusia sebagai khalifah

61 fil ard untuk tetap menjalankan atur- Ahmad Munif, Filsafat Hukum Islam Al-

Ghazali: Mashlahah Mursalah dan Relevansi- an-aturan yang telah ditetapkan oleh

nya dengan pembaharuan Hukum Islam,

h. 102-

103. 62 Ibid, h. 2-3

87 Maslahah, Vol. 8, No. 2, Desember 2017

Allah ataupun Rasul-Nya yang berupa

1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum al- Qur’an dan hadits, sehingga dunia

Islam. Adapun faktor internal yang ini penuh dengan kedamaian dan

mendorong para pihak untuk me- kemaslahatan bagi umat. Akan tetapi,

ngajukan pembatalan perkawinan suatu kedamaian tidak akan tercapai

secara individu dipengaruhi oleh jika tidak ada aturan-aturan pendu-

beberapa hal antara lain: (1) Penge- kung berupa al-Maslahah al-Mursalah,

tahuan Pemohon ber-dasarkan obser- dan Pemerintah Republik Indonesia

vasi peneliti terhadap penetapan pun telah membuat aturan-aturan

hakim Pengadilan Agama Bekasi yang berupa Undang-Undang Nomor

Nomor. 1568/Pdt. G/2015/PA Bks,

1 Tahun 1974, Peraturan Pemerintah dapat diketahui bahwa pihak Pemo- Nomor 9 Tahun 1975, Undang-

hon, mengajukan perkara pembatalan Undang Nomor 7 Tahun 1989, dan

perkawinannya didorong oleh penge- Kompilasi Hukum Islam. tahuan bahwa perkawinan yang dila- kukannya terdapat per-masalahan

Pembahasan Penelitian yaitu mengandung unsur penipuan

A. Faktor-Faktor Yang Mempe- dari salah satu pihak atau Termohon. ngaruhi Pembatalan Perkawinan

Berdasarkan pada Pasal 27 ayat (2) Di Penga-dilan Agama Bekasi

Undang-Undang Perkawinan Nomor. Permohonan pembatalan perka-

1 Tahun 1974, yang isinya yakni winan yang ada di Pengadilan Agama

‚Seorang suami atau isteri da-pat Bekasi sebagian diantaranya dipenga-

mengajukan permohonan pemba-talan ruhi oleh beberapa faktor antara lain

perkawinan apabila pada waktu sebagai berikut: Pertama , Faktor

berlangsungnya perkawinan terjadi Internal (individu). Faktor internal

salah sangka mengenai diri suami atau disini adalah sesuatu yang berasal dari

isteri‛. 63 Sejalan pula dengan keten- dalam perkawinan itu sendiri hal ini

tuan hukum Islam yang tertuang suami sebagai Pemohon pembatalan

dalam pasal 72 angka (2) Kompilasi perkawinan dan istri sebagai Termo-

Hukum Islam, yang isinya yakni hon yang disebabkan memalsukan

‚Seorang suami atau istri dapat meng- identitas, mengaku masih gadis belum

ajukan permohonan pembatalan per- pernah menikah tetapi sebenarnya

kawinan apabila pada waktu ber- sudah pernah menikah dengan laki-

langsungnya perkawinan terjadi peni- laki lain. Tiap muslim atau muslimah

puan atau salah sangka mengenai diri dijamin oleh agama dan Negara dalam melakukan tindakan pembatalan per- kawinan. Dalam penyelesaian perkara pembatalan perkawinan para hakim berpedoman pada hukum materil

63

Undang-Undang Perkawinan Nomor. Lihat, Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 27 ayat 2

Maslahah , Vol.8, No. 2, Desember 2017 88

89 Maslahah, Vol. 8, No. 2, Desember 2017

suami atau istri‛. 64 Dan hal ini sebagaimana

diungkapkan

dalam

penetapan hakim. (2) faktor keyakin- an, berdasarkan dari fakta dan penge- tahuan tentang pembatalan perkawin- an yang ada di Kompilasi Hukum Islam dan Undang-Undang Perkawin- an, pihak Pemohon merasa yakin bahwa dalam perkawinannya terdapat suatu permasalahan yaitu adanya penipuan terhadap salah satu pihak dalam hal ini pihak suami. Dari faktor pengetahuan dan keyakinan tersebut mempengaruhi individu atau Pemo- hon yang merasa dirugikan dapat mengajukan suatu permohonan pem- batalan perkawinan.

Hasil dari penetapan hakim me-

nyatakan bahwa dari posita 65 permo-

honan Pemohon atau suami, Majelis hakim menilai bahwa yang dijadikan alasan permohonan Pemohon atau suami adalah mengajukan permo- honan pembatalan perkawinan ter- hadap Termohon atau istri Pemohon, dengan alasan bahwa termohon atau istri sebelum menikah dengan Pemo- hon atau suami ternyata sudah mem-

64 Abdurramhman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia , (Jakarta: Akademika Pressindo,

2010), h. 130. 65 Posita disebut juga dengan Fundamentum Petendi yaitu bagian yang berisi dalil yang menggambarkan

adanya hubungan

yang

menjadi dasar atau uraian dari suatu tuntutan. Untuk mengajukan suatu tuntutan, seseorang harus menguraikan terlebih dahulu alasan- alasan atau dalil-dalil sehingga ia bias mengajukan tuntutan. Lihat, M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata , (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 58

punyai dua orang anak dari per- kawinan terdahulu dengan laki-laki lain, dan Termohon atau istri maupun keluarga Termohon tidak pernah memberitahu Pemohon atau suami keadaan yang sebenarnya sehingga Pemohon atau suami merasa tertipu dan salah sangka mengenai Termohon atau istri tersebut, dan alasan tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 27 angka (2) Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1974, sejalan pula dengan ketentuan hukum Islam yang tertuang dalam Pasal 72 angka (2) Kompilasi Hukum Islam dan karenanya secara formal permohonan Pemohon atau suami patut diterima dan diper- timbangkan.

Hasil permohonan Pemohon, maka Majelis hakim menilai Pemohon atau suami telah berhasil mem- buktikan dalil-dalil permohonannya bahwa perkawinan yang dilakukan Pe- mohon atau suami dengan Termohon atau istri telah bertentangan dengan ketentuan syariat Islam dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, dengan demikian, alasan Pemohon atau suami untuk membatalkan per- kawinannya dengan Termohon atau istri telah terbukti berdasarkan hu- kum. Maka permohonan Pemohon atau suami untuk membatalkan perka- winannya dengan Termohon atau istri dapat dikabulkan.

Oleh karena hal itu, perkawinan Pemohon atau suami dan Termohon atau istri dibatalkan, sehingga akta nikah yang telah dikeluarkan oleh Pejabat Kantor Urusan Agama Keca- Oleh karena hal itu, perkawinan Pemohon atau suami dan Termohon atau istri dibatalkan, sehingga akta nikah yang telah dikeluarkan oleh Pejabat Kantor Urusan Agama Keca-

winan menurut hukum. 68 Hal ini kekuatan hukum. 66 sebagaimana data yang di peroleh

Kedua , Faktor Eksternal (pihak berdasarkan penetapan hakim. Ada- terkait). Faktor eksternal disini adalah

pun faktor yang mendorong para sesuatu atau sebab yang berasal dari

Pemohon untuk mengajukan pemba- luar perkawinan tersebut dimana

talan perkawinan dipengaruhi oleh seorang kakak yang mengajukan

beberapa hal antara lain: pembatalan perkawinan adiknya, ber-

Pertama, pengetahuan Pemohon kedudukan sebagai Pemohon dan sang

dalam hal ini adalah kakak, keluarga adik sebagai (Termohon II) dan suami

dari pihak istri. Berdasarkan penetap- (Termohon I) hal ini dikarena-kan

an hakim Pengadilan Agama Bekasi memalsukan identitas dan wali yang

Nomor. 2685/Pdt. G/2015/PA Bks, tidak berhak menikahkan. Dalam hal

dapat diketahui bahwa pihak Pemo- ini

mengajukan perkara perkawinan tidak memiliki niat untuk

individu yang

pembatalan perkawinan mengetahui membatalkan perkawinan-nya, tetapi

adanya penipuan. Bentuk penipuan pihak lain atau keluarga dapat

tersebut adalah pengakuan dari calon membatalkan suatu perkawinan. Hal

istri bahwa sudah tidak memiliki ini sebagaimana dijelaskan pada Pasal

keluarga sehingga perkawinan terse-

73 Kompilasi Hukum Islam, yang but menggunakan wali hakim dalam isinya yakni ‚a. para keluarga dalam

hal ini adalah pihak Kantor Urusan garis keturunan lurus ke atas; b. suami

Agama. Dan terdapat penipuan dari atau istri; c. pejabat yang berwenang

Termohon I yang memalsukan data mengawasi pelaksanaan perkawinan

diri bahwa Termohon I mengaku menurut Undang-Undang; d. para

sebagai jejaka, padahal Termohon I pihak yang berkepentingan yang

sudah pernah menikah dan perka- mengetahui adanya cacat dalam rukun

winannya belum putus atau cerai. Hal dan syarat perkawinan menurut

yang sebenarnya bahwa calon istri hukum Islam dan Peraturan Perun-

masih memiliki kakak kandung laki- dang-undangan sebagaimana tersebut

laki yang berhak menjadi wali meng- dalam Pasal 67‛. 67 melainkan dari gantikan ayah dari calon pengantin

pihak keluarga suami atau istri perempuan yang sudah meninggal dengan garis lurus ke atas dan ke

dunia. Pengetahuan mengenai peni- bawah, serta para pihak yang

puan, pemalsuan data dan wali yang berkepentingan mengetahui adanya

68 Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perka-

66 Berkas putusan Pengadilan Agama Bekasi winan Islam Persepektif Fikih dan Hukum Nomor. 1568/Pdt. G/2015/PA Bks 67 Positif , (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta,

Abdurramhman, Op. cit, h. 131

2011), h. 79

Maslahah , Vol.8, No. 2, Desember 2017 90 Maslahah , Vol.8, No. 2, Desember 2017 90

diri suami atau istri‛. 71 ayat (2) yang isinya yakni ‚Penga-

Kedua, faktor keyakinan, berda- dilan dapat memberi izin kepada

sarkan dari fakta penipuan dan pe- seorang suami untuk beristeri lebih

malsuan serta pengetahuan yang di- dari seorang apabila dikehendaki oleh

peroleh tentang pembatalan perka- pihak- 69 pihak yang bersangkutan‛, winan yang ada di Kompilasi Hukum

dan Pasal 6 ayat (4) Undang-Undang Islam dan Undang-Undang Perkawin- Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974,

an, Pemohon yang merasa tertipu dan yang isinya yakni ‚Dalam hal kedua

merasa dirugikan tersebut yakin orang tua telah meninggal dunia atau

bahwa dalam perkawinannya terdapat dalam keadaan tidak mampu untuk

suatu permasalahan yaitu adanya menyatakan kehendaknya, maka izin

penipuan, pemalsuan data dan wali diperoleh dari wali, orang yang me-

yang tidak berhak menikahkan. melihara atau keluarga yang mem-

Dari faktor pengetahuan dan ke- punyai hubungan darah dalam garis

yakinan tersebut mempengaruhi Pe- keturunan lurus ke atas selama

mohon yang merasa dirugikan me- mereka masih hidup dan dalam ke-

ngajukan suatu permohonan pemba- adaan dapat menyatakan kehendak-

talan perkawinan. Hasil dari pene- nya‛. 70 Sejalan pula dengan ketentuan tapan hakim Menimbang, bahwa pada

hukum Islam yang tertuang dalam saat dilangsungkan perkawinan Ter- Pasal 71 huruf (a) yang isinya yakni

mohon I atau suami dengan Ter- ‚Seorang suami melakukan poligami

mohon II atau istri telah terjadi pe- tanpa izin dari Pengadilan Agama‛.

langgaran terhadap ketentuan per- dan huruf (e) yang isinya yakni

undang-undangan, yaitu Termohon I ‚Perkawinan dilangsungkan tanpa

atau suami menikah dengan Termo- wali atau dilaksanakan oleh wali yang

hon II atau istri menyatakan bahwa tidak berhak‛. dan Pasal 72 angka (2)

Termohon II atau istri sudah tidak Kompilasi Hukum Islam, yang isinya

mempunyai wali nikah (garis nasab) yakni ‚Seorang suami atau istri dapat

sehingga Termohon II atau istri mengajukan permohonan pembatalan

menunjuk wali hakim dalam per- perkawinan apabila pada waktu

kawinannya dengan Termohon I atau berlangsungnya perkawinan terjadi

suami, dan ternyata masih mem- punyai

saudara kandung yaitu Pemohon, kemudian sementara Ter- mohon I atau suami masih terikat

69 Lihat, hubungan perkawinan yang sah Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 3 ayat 2.

dengan perempuan lain sebagai 70 Lihat, Undang-Undang Perkawinan

Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 6 ayat 4. 71 Abdurramhman, Op. cit, h. 130.

91 Maslahah, Vol. 8, No. 2, Desember 2017 91 Maslahah, Vol. 8, No. 2, Desember 2017

f (a) ‚Seorang suami me- Termohon II atau istri tidak dipenuhi

Islam, huru

lakukan poligami tanpa izin dari persyaratan sebagaimana ditentukan

Pengadilan Agama‛ dan (e) ‚Perka- Pasal 3 ayat (2) yang isinya yakni

winan dilangsungkan tanpa wali atau ‚Pengadilan dapat memberi izin

dilaksanakan oleh wali yang tidak kepada seorang suami untuk beristeri 73 berhak‛. Permohonan Pemohon pa-

lebih dari seorang apabila dikehendaki tut untuk dikabulkan sebagaimana oleh pihak- pihak yang bersangkutan‛.

tersebut dalam diktum putusan ini. Dan Pasal 4 Undang-Undang Nomor.

Oleh karena hal itu, bahwa per-

1 Tahun 1974 yang isinya yakni ‚(1) kawinan Termohon I atau suami dan Dalam hal seorang suami akan

Termohon II atau istri harus beristeri lebih dari seorang, seba-

dibatalkan, maka kutipan akta nikah gaimana tersebut dalam Pasal 3 ayat

yang dikeluarga oleh Kepala Kantor (2) Undang-Undang ini, maka ia

Urusan Agama Kecamatan Bekasi, wajib

Kota Bekasi harus dinyatakan tidak kepada Pengadilan di daerah tempat

mengajukan

permohonan

mempunyai kekuatan hukum dan tinggalnya; (2) Pengadilan dimaksud

kepada Pejabat Kantor Urusan Agama dalam ayat (1) pasal ini hanya

Kecamatan Bekasi, Kota Bekasi di- memberikan izin kepada seorang

perintahkan untuk mencoret dari suami yang akan beristeri lebih dari

register akta nikah tersebut. 74 seorang apabila: a. isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai

B. Penetapan Pembatalan Perkawinan isteri; b. isteri mendapat cacat badan

sesuai dengan Hukum Islam dan atau penyakit yang tidak dapat

Undang-Undang Nomor. 1 Tahun disembuhkan; c. isteri tidak dapat

melahirkan keturunan‛. 72 Berdasarkan hasil putusan Peng- Hasil permohonan Pemohon,

adilan Agama Bekasi Nomor. 1568/ bahwa berdasarkan pertimbangan-

Pdt. G/2015/PA Bks, dapat diketahui pertimbangan tersebut di atas, Majelis

bahwa pihak Pemohon atau suami, hakim berkesimpulan bahwa permo-

mengajukan perkara pembatalan per- honan Pemohon dengan alasan-alasan

kawinannya didorong oleh penge- sebagaimana yang diajukan Pemohon

tahuan bahwa perkawinan yang telah terbukti kebenarannya, maka

dilakukannya terdapat permasalahan sesuai dengan Pasal 22 Undang-

yaitu mengandung unsur penipuan Undang Nomor. 1 Tahun 1974, jo.

dari salah satu pihak atau Termohon Pasal 71 Intruksi Presiden Nomor. 1

73 Abdurramhman, Op. cit, h. 130.

74 Berkas putusan Pengadilan Agama Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 3 ayat 2 dan Pasal 4.

Lihat, Undang-Undang

Perkawinan

Bekasi Nomor. 2685/Pdt. G/2015/PA Bks.

Maslahah , Vol.8, No. 2, Desember 2017 92 Maslahah , Vol.8, No. 2, Desember 2017 92

akad. Maksud akad disini yakni akad dalil-dalil permohonannya bahwa per-

yang tidak sesuai dengan keadaan kawinan yang dilakukan Pemohon

yang sesungguhnya yakni adanya dengan Termohon telah bertentangan