FUNGSI FUNGSI MANAJEMEN DIKLAT docx

FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DIKLAT
Benaya Teguh Putra, Dyas Nurika Prastiwi, Moh. Fahmil Mustafid, Vicka Afriana
Lestari.
S1 Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
333fahmil@gmail.com
Dra. Susilaningsih, M.Pd dan Ence Surahman, S.Pd.,M.Pd
A. Pendahuluan
Pendidikan di Indonesia menganut konsep pendidikan seumur hidup. Oleh sebab itu
pendidikan menjadi tanggungjawab pemerintah, keluarga, dan masyarakat. Agar tujuan
pendidikan nasional dapat terwujud, maka pendidikan itu sendiri membutuhkan
pengelolaan secara baik. Pengelolaan pendidikan baik oleh pemerintah dan swasta
untuk jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah pada setiap jenis dan jenjang
pendidikan sangat diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Satuan pendidikan yang didirikan oleh pemerintah diselenggarakan oleh Mendikbud
atau menteri lain, sedang satuan pendidikan yag didirikan oleh masyarakat
diselenggarakan oleh yayasan atau badan yang bersifat sosial. Kepala sekolah pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah, rektor pada tingkat universitas/institut, ketua
pada tingkat akademi/sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan
pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan
pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.
Dalam konteks manajemen pendidikan, agar pimpinan atau kepala sekolah dan kinerja

guru dalam aplikasinya di lembaga persekolahan dapat mencapai standar tertentu, maka
dibutuhkan suatu manajemen kinerja (performance management). Selain praktisi
pendidikan (perencana) pendidikan, ujung tombak yang mampu mengangkat
keberhasilan pendidikan adalah para guru, termasuk di dalamnya adalah guru yang
bertindak sebagai kepala sekolah (manajer pendidikan).
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian pendidikan dan
pelatihan, untuk mengetahui tujuan pendidikan dan pelatihan, untuk mengetahui
perspektif manajemen pendidikan dan pelatihan, untuk mengetahui fungsi manajemen
pendidikan dan pelatihan.

B. Pembahasan
 Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sistematik yang disengajakan, yang dibuat oleh sesuatu
masyarakat untuk menyampaikan pengetahuan, nilai, sikap dan kemahiran kepada
ahlinya, usaha memperkembangkan potensi individu dan perubahan yang berlaku
dalam diri manusia.
Zais (1986:317) mengemukakan bahwa pendidikan sebagai proses memperluas
kepedulian dan keberadaan sesorang menjadi dirinya sendiri atau proses
mendefinisikan dan mendefinisikan keberadaan diri sendiri di tengah-tengah
lingkungannya.

Dari uraian tentang pengertian pendidikan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
a. Pendidikan adalah susatu kegiatan atau usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina pada potensi pribadinya yang berupa
rohani (cipta, rasa, dan karsa) serta jasmani (panca indra dan keterampilan).
b. Pendidikan di dalam suatu proses perubahan perilaku menuju kepada
kedewasaan dan penyempurnaan kehidupan manusia.
c. Pendidikan adalah suatu proses pengembangan kemampuan atau perilaku ke
arah yang diinginkan.
d.

Pendidikan merupakan hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan
manusia, dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuan.
 Pengertian Pelatihan
Nadler dan Wiggs mendefinisikan pelatihan (training) sebagai teknik-teknik yang
memusatkan pada belajar tentang 4 ketrampilan-ketrampilan, pengetahuan dan sikapsikap yang dibutuhkan untuk memulai suatu pekerjaan atau tugas-tugas atau untuk
meningkatkan kemampuan dalam melakukan suatu pekerjaan atau tugas.
Payaman Simanjuntak (2005) mendefinisikan pelatihan merupakan bagian dari
investasi SDM (human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan
kerja sehingga meningkatkan kinerja pegawai. Pelatihan biasanya dilakukan dengan

kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan, diberikan dalam waktu yang
relatif pendek, untuk membekali seseorang dengan keterampilan kerja.
Menurut beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan
merupakan suatu kegiatan dalam maksud untuk memperbaiki dan mengembangkan
sikap, tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan dari para pegawai sesuai dengan
keinginan dari suatu lembaga atau organisasi.
Menurut Hamalik yang dikutip oleh Pujirahayu (2008:17), konsep sistem pendidikan
dan pelatihan (diklat) adalah upaya untuk meningkatkan, mengembangkan, dan
membentuk pegawai melalui upaya pendidikan dan pelatihan baik berupa diklat
berjenjang, diklat kursus, diklat fungsional, dan diklat operasional yang banyak
diterapkan oleh suatu organisasi dalam rangka meningkatkan kemampuan kerja
karyawan dalam menghadapi aktivitasnya, yang diupayakan dapat meningkatkan
pelayanan masyarakatnya.
Menurut Syamsuddin yang dikutip oleh Pujirahayu (2008:18), diklat adalah suatu
proses dari pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan terus menerus
bagi suatu organisasi agar karyawan yang mengikuti diklat mampu mengembangkan
karir dan aktivitas kerjanya di dalam mengembangkan, memperpaiki perilaku kerja

karyawan, mempersiapkan karyawan untuk menduduki jabatan yang lebih rumit dan
sulit, serta mempersiapkan tenaga untuk mengembangkan aktivitas kerjanya.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan dan latihan
(diklat) merupakan proses sistematis untuk meningkatkan, mengembangkan, dan
membentuk pegawai dimana pegawai mempelajari pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill), kemampuan (ability) atau perilaku terhadap tujuan pribadi dan
organisasi sehingga tercipta sumber daya manusia yang berkualitas.
Penggunaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi atau organisasi
biasanya disatukan menjadi diklat (pendidikan dan pelatihan). Unit yang menangani
pendidikan dan pelatihan pegawai lazim disebut PUSDIKLAT (Pusat Pendidikan dan
Pelatihan).
 Tujuan Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan meliputi dua tujuan sekaligus, yaitu tujuan pendidikan dan
tujuan pelatihan yang merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tujuan
diadakannya pusat/lembaga/badan/unit pendidikan dan pelatihan tersebut umumnya
untuk dapat memecahkan masalah-masalah perilaku dalam organisasi yang meliputi
masalah pengetahuan, keterampilan, dan motivasi atau sikap, serta untuk meningkatkan
kompetensi para pesertanya terkait dengan tugas-tugas dan pekerjaan yang akan
dipertanggungjawabkan kepada mereka.
Seseorang yang mengalami skill problems, tidak bisa berperilaku sebagaimana yang
diharapkan, mungkin karena memang belum tahu sehingga perlu dididik.
Seseorang yang mengalami motivation problems mungkin bukan karena ia tidak

mau melakukan sebagaimana yang diharapkan, melainkan karena ia tidak tahu mengapa
harus melakukannya sehingga ia perlu diberitahu. Seseorang yang mengalami
knowledge problems bisa saja bukan karena ia tidak tahu, tetapi karena ia tidak mau
tahu sehingga perlu diberi motivasi. Dengan demikian, para pegawai, karyawan atau
anggota-anggota organisasi akan mampu melaksanakan tugas-tugas dan pekerjaan yang
dipertanggungjawabkan kepada mereka sebagaimana yang diharapkan, dengan
mengikuti program pendidikan dan pelatihan.
Menurut pasal 9 Undang-Undang Ketenagakerjaan tahun 2003, pendidikan dan
pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan
mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas dan
kesejahteraan. Tujuan-tujuan pendidikan dan pelatihan dapat dikelompokkan
mejadi lima bidang, yaitu:
1. Memperbaiki kinerja
2. Memutakhirkan keahlian-keahlian para pegawai/ karyawan sejalan dengan
kemajuan teknologi.
3. Mengurangi waktu pembelajaran bagi pegawai/ karyawan baru agar kompeten
dalam pekerjaan.
4. Membantu memecahkan masalah operasional
5. Mempersiapkan pegawai/ karyawan untuk mendapatkan promosi jabatan.
 Perspektif Manajemen Pendidikan dan Pelatihan

Bagian berikut memaparkan jaringan kerja dari manajemen pendidikan dan pelatihan.
Manajemen pendidikan dan pelatihan terdiri dari lima subsistem yaitu (1) tujuan jangka
pendek dan jangka panjang (2) stuktur, yaitu tugas yang harus dikerjakan serta
pembagian dan koordinasinya (3) psikokultural dan sosiokultural, perilaku perorangan

dan motivasi, group dinamik, budaya dan perilaku politik (4) teknis, teknik untuk
mentransformasikan program yang dibutuhkan serta gagasan kedalam kursus,
workshop, seminar dll. (5) manajerial, merupakan hal yang paling mendasar dan upaya
untuk mengkoordinasikan subsistem dalam upaya mencapai tujuan, merencanakan
struktur, mengimplementasikan kebijakan, memfasilitasi dinamika kelompok dari
lembaga, menetapkan proses pengawasan. Kelima subsistem itu merupakan dasar dari
perencanaan
dan
implementasinya.
Sistem manajerial merupakan sasaran utama dari pembahasan mengenai pengelolaan.
Untuk hal itu akan dibahas beberapa faktor utama yang berhubungan dengan
pengelolaan ini.
Berikut ini digambarkan jaringan dari pengelolaan dalam diklat. Terdapat empat tugas
pelatihan yaitu pemrograman, staffing, pembiayaan dan pemasaran. Keempat tugas itu
dilaksanakan dengan menyelenggarakan tiga fungsi manajemen yaitu perencanaan,

pengorganisasian dan evaluasi. Pelaksanaan fungsi manajemen itu harus pula
didasarkan kepada keadaan sosial masyarakat meliputi keluarga dan organisasi
kemasyarakatan lainnya, masyarakat dan sistem belajar manusia.
Literatur mengenai pengelolaan pelatihan memiliki banyak keragaman dalam fungsi dan
peranannya. Secara umum fungsi pengelolaan meliputi perencanaan, pengorganisasin,
staffing, kepemimpinan dan pengawasan (Langerman dan Smith, 1979). Tugas
manajerial yang isinya memuat tugas yang harus dikerjakan dibedakan dengan fungsi
(langkah-langkah dimana tugas dipenuhi dan diakses). Kepemimpinan tidak
dimasukkan pada salah satu tugas maupun funsgi karena harus dijalankan olegh semua
staf. Evaluasi menggantikan pengawasan karena evaluasi dilakukan secara bersama,
dengan asumsi tidak dibedakan secara tegas antara atasan bawahan yang biasanya
menjadi bagian utama pada pengawasan.
 Fungsi Manajemen Pendidikan dan Pelatihan
Walaupun terdapat banyak variasi mengenai fungsi manajemen, namun terdapat tiga
fungsi utama manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian dan evaluasi. Ketiga
fungsi ini sering dilihat secara linier, yaitu perencanaan sebagai awal dari fungsi
manajemen serta evaluasi berada pada perencanaan dan pengorganisasian. Pada
pemikiran lain ketiga fungsi ini berlangsung secara simultan, dinamis dan saling
menunjang satu dengan lainnya. Dalam hubungan ini perencanaan tidak senantiasa
diakhiri dengan pengorganisasian serta evaluasi tidak selalu berada diujung perencanaan

dan pengorganisasian.
1. Perencanaan (planning)
Setiap program pelatihan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu serta bagaimana
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan adalah proses bagaimana
menetapkan tujuan serta menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan melalui tahapan analisis dan evaluasi alternatif yang mungkin dikerjakan.
Perencanaan berfungsi pula untuk menetapkan dasar dan arah untuk sebuah lembaga
pelatihan dan mengarahkan program yang dilakukan secara bersama oleh anggota staf
untuk mencapai tujuan yang secara eksplisit telah ditetapkan dalam perencanaan.
Salah satu pendekatan khusus dalam perencanaan yaitu perencanaan strategis, dengan
menggabung secara komprehensif dasar-dasar manajemen. Perencanaan ini lebih
merupakan metodologi yang mempertimbangkan secara sungguh-sungguh seluruh
pertimbangan lingkungan dan peluang serta hambatan. Tujuan utama dari perencanaan

strategis yaitu memadukan antara tujuan fungsional dengan perencanaan operasional
dari staf. Terdapat lima langkah dari perencananan strategis yaitu: Satu, penetapan
tujuan dari lembaga (bagaimana cara untuk memberikan pelayanan pada klient). Kedua,
menetapkan kekuatan dari lembaga (Bagaimana cara kerja yang baik serta mengapa
dilakukan). Ketiga, penetapan kenyataan dan potensi dari klien (bagaimana sasaran
pelatihan dilayani, apa yang seharusnya dilakukan serta sejauh mana kita memahami

harapan mereka). Keempat, penetapan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
lembaga (sumber-sumber yang dibutuhkan dari lembaga pelatihan dan masyarakat).
Kelima, pengembangan dan operasional kegiatan (apa yang seharusnya yang harus
dilaksanakan dalam pemerograman, staffing dan pemasaran serta apakah semua itu bisa
didanai).
Perencanaan merupakan keseimbangan tugas satuan pelatihan, programming, staffing,
pemasaran dan kemampuan finansial. Dalam arti sempit perencanaan diartikan upaya
menghadapi tantangan untuk mencapai efektivitas.
2.

Pengorganisasian (organizing)

Perencanaan yang dibuat harus dilaksanakan. Pengorganisasian yaitu menegembangkan
sistem peranan dan tanggung jawab serta pendelegasian tugas dan sumber-sumber untuk
menjamin penampilan yang maksimum, kejelasan harapan dan pembuatan keputusan
yang efektif. Lembaga yang berhasil memiliki dasar yang kuat, struktur lembaga yang
tidak terlalu rumit yang memungkinkan terjadinya fleksibilitas dan adaptasi yang cepat.
Dalam hubungan ini, lembaga pelatihan yang berhasil ditandai dengan kejelasan tujuan
lembaga yang akan dicapai serta peluang untuk terselenggaranya fungsi secara efektif.
3.


Pelaksanaan (actuating)

Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi
manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih
banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi
actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan
orang-orang dalam organisasi. Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan
bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok
sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran
perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota
itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan
pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai
dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Hal yang penting untuk diperhatikan
dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi
untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin
bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani
oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas

tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan antar teman
dalam organisasi tersebut harmonis.
4.
Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya
dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi

pengawasan. Dalam hal ini, Louis E. Boone dan David L. Kurtz (1984) memberikan
rumusan tentang pengawasan sebagai : “… the process by which manager determine
wether actual operation are consistent with plans”. Sementara itu, Robert J. Mocker
sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan definisi
pengawasan yang di dalamnya memuat unsur esensial proses pengawasan, bahwa :
“Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar
pelaksanaan dengan tujuan – tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan
balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber
daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian
tujuan-tujuan
perusahaan.”
Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk
mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan
apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak
penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.
Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait
antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses
manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses
interaksi antara berbagai fungsi manajemen. Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan
pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen
pendidikan memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah
merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah
kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses
manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya
organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai
secara
semestinya.
Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan
yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan
pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas
kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.

C. Penutup
Pendidikan dan latihan (diklat) merupakan proses sistematis untuk meningkatkan,
mengembangkan, dan membentuk pegawai dimana pegawai mempelajari pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skill), kemampuan (ability) atau perilaku terhadap tujuan
pribadi dan organisasi sehingga tercipta sumber daya manusia yang berkualitas.
Tujuan diadakannya pusat/lembaga/badan/unit pendidikan dan pelatihan tersebut
umumnya untuk dapat memecahkan masalah-masalah perilaku dalam organisasi yang
meliputi masalah pengetahuan, keterampilan, dan motivasi atau sikap, serta untuk
meningkatkan kompetensi para pesertanya terkait dengan tugas-tugas dan pekerjaan
yang akan dipertanggungjawabkan kepada mereka.
Manajemen pendidikan dan pelatihan terdiri dari lima subsistem, yaitu tujuan jangka
pendek dan jangka panjang; stuktur; psikokultural dan sosiokultural, perilaku
perorangan dan motivasi, group dinamik, budaya dan perilaku politik; teknis;
manajerial.
Sedangkan fungsi manajemen pendidikan dan pelatihan, yaitu perencanaan,
pengorganisasian. Pelaksanaan, dan evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA
Ayiolim.
(2011).
Manajemen
Pelatihan.
https://ayiolim.wordpress.com/2011/02/23/manajemen-pelatihan/,
diakses
pada 28 Januari 2018
Bilhaq.

2015. Manfaat Pelatihan Manajemen Terhadap Perusahaan.
https://www.pelatihan-sdm.net/manfaat-pelatihan-manajemen-terhadap
perusahaan/, diakses pada 27 Januari 2018

Center,

Training.
(2016).
Manajemen
http://informasitraining-indonesia.com/manajemen-diklat-2/,
26 Januari 2018

Diklat.
diakses pada

Engkoswara, H. dan Komariah, Aan. (2011). Administrasi Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Hamalik, Oemar. (2006). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya.
Marno dan Supriyatno, Triyo. (2008). Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan
Islam. Bandung: PT. Refika Aditama.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. (2006). Tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional.
Bandung:
Penerbit
Fokusmedia.