Sosiologi Hukum Sebagai Ilmu Terapan

Sosiologi Hukum Sebagai Ilmu Terapan
Definisi Sosiologi Hukum
Sosiologi hukum: mengamati dan mencatat hukum dalam kenyataan kehidupan sehari-hari
dan kemudian berusaha untuk menjelaskannya. Sosiologi hukum merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari kenyataan hukum dalam masyarakat, yaitu data, berita yang
benar, fakta dan kejadian nyata sebagai dasar analisis.
Sosiologi hukum: merupakan disiplin Ilmu yang mempelajari efektivitas fungsi fungsi
hukum dalam memelihara ketertiban, keamanan, keadilan, & ketenteraman masyarakat.
Sosiologi Hukum: disiplin ilmu yang mempelajari dan menjelaskan kenyataan fungsi - fungsi
norma sebagai pedoman masyarakat dalam bertindak, sekaligus menguji kebenaran hukum
dalam kehidupan masyarakat.
Sosiologi hukum sebagai ilmu terapan artinya sosiologi hukum merupakan ilmu
pengetahuan yang bertujuan untuk dipergunakan dan diterapkan dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Pada dasarnya ilmu
pengetahuan dilihat dari penerapannya dibedakan menjadi ilmu pengetahuan murni (pure
science) dan ilmu pengetahuan terapan (aplied science). Ilmu pengetahuan murni bertujuan
untuk membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak atau tidak
berwujud, yaitu untuk mempertinggi mutunya. Sedangkan ilmu pengetahuan terapan
bertujuan untuk mempergunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan untuk membantu
masyarakat di dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.
Dari pengertian-pengertian diatas maka jelaslah bahwa sosiologi hukum merupakan ilmu

terapan.
Sosiologi hukum sebagai ilmu pengetahuan terapan dipergunakan dan diterapkan di
masyarakat untuk:
a) Mengamati dan mencatat hukum dalam kenyataan kehidupan sehari-hari dan kemudian
berusaha untuk menjelaskannya. Sosiologi Hukum sebagai ilmu terapan menjadikan sosiologi
sebagai pokok pembicaraan seperti fungsi sosiologi dalam penerapan hukum, pembangunan
hukum, pembaharuan hukum, perubahan masyarakat dan perubahan hukum, dampak dan
efektivitas hukum, kultur hukum. Fungsi inilah yang mampu memecahkan permasalahan
dalam masyarakat dan mengkaji mengenai keberlakuan hukum di dalam masyarakat.
b) Sosiologi hukum sangat berperan dalam upaya sosialisasi hukum untuk meningkatkan
kesadaran hukum dari warga masyarakat secara keseluruhan maupun dari kalangan penegak
hukum.
c) Sosiologi hukum juga dapat membantu untuk memberikan kejelasan mengenai
kemampuan yang ada pada undang-undang serta pengaruh-pengaruh apa saja yang dapat
ditimbulkan oleh bekerjanya undang-undang itu dalam masyarakat. Ilmu pengetahuan ini
meneliti mengapa orang patuh terhadap hukum atau mengapa orang tersebut gagal untuk
menaati hukum.
d) Sosiologi hukum bertujuan untuk memberi penjelasan terhadap pratek-pratek hukum,
seperti dalam pembuatan undang-undang, pratek peradilan dan sebagainya.
e) Sosiologi hukum berusaha menjelaskan mengenai hukum dalam praktik, kemudian faktorfaktor apa yang berpengaruhinya baik faktor hukum maupun faktor non hukum, gejala-gejala

sosial serta latar belakangnya. Cara ini oleh Max Weber dinamakan sebagai interpretativunderstanding. Ini karena sosiologi hukum tidak menerima tingkah laku yang tampak dari
luar saja, melainkan ingin memperoleh pula penjelasan yang bersifat internal, yaitu yang
meliputi motif-motif tingkah laku seseorang. Hal ini sesuai dengan "tugas sosiologi" yang

"interpretative understanding of social conduct"
Sosiologi hukum sangat penting dalam pembentukan peraturan perundang-undangan
karena ilmu pengetahuan terapan ini dapat mengungkapkan ide yang mempengaruhi
perencanaan, pembentukan dan penegakan hukum , dapat mengidentifikasikan unsur-unsur
kebudayaan yang manakah yang mempengaruhi dan dapat diresepsi dalam substansi hukum.
Dengan demikian sosiologi hukum berperan dalam mensintesa dasar menimbang dari suatu
peraturan perundang-undangan baik melalui landasan yuridis, sosiologis dan filosofis dimana
ketiga landasan ini menjadi syarat keberlakuan hukum.
J. Van Houtte dalam Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa ada dua pendapat utama
perihal perspektif dari sosiologi hukum yakni:
• Pendapat-pendapat yang menyatakan bahwa sosiologi hukum harus diberikan suatu fungsi
yang global. Artinya, sosiologi hukum harus menghasilkan suatu sintesa antara hukum
sebagai saran organisasi sosial dan sebagai sarana dari keadilan. Di dalam fungsinya itu,
maka hukum dapat memperoleh bantuan yang tidak kecil dari sosiologi hukum, di dalam
mengidentifikasikan konteks sosial dimana hukum tadi diharapkan berfungsi.
• Pendapat-pendapat lain menyatakan, bahwa kegunaan sosiologi hukum justru dalam bidang

penerapan dan pengkaidahan. Mengenai proses pengkaidahan maka sosiologi hukum dapat
mengungkapkan data-data tentang keajegan-keajegan mana di dalam masyarakat yang
menuju pada pembentukan hukum (baik melalui keputusan penguasa maupun melalui
ketetapan bersama dari warga masyarakat, terutama yang menyangkut hukum fakultatif.
Sumber : http://bunga-legal.blogspot.co.id/2010/02/sosiologi-hukum-sebagai-ilmuterapan.html

Contoh Sosiologi Hukum Sebagai Ilmu Terapan di Kalangan Masyarakat:
-Tidak melakukan tindakan yang mengaruh SARA. Suatu realitas yang tak terbantahkan
bahwa tidak satu negara pun di dunia yang memiliki identitas nasional yang tunggal. Tidak
ada negara yang dihuni hanya oleh satu suku bangsa. Negara mana pun di dunia sekarang
selalu didukung oleh kebudyaan yang berbeda oleh penduduk . Keterlibatan dari kebudayaan
yang berbeda adalah lahirny budaya , bahasa, agama , bahkan kelas sosial dalam satu negara.
Lebih – lebih Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau yang tersebar di Nusantara dan
memiliki ratusan etnik. Di sisi lain , karakteristik kebudayaan Indonesia adalah kerumitan nya
di dalam hal etnik dan agama. Di Indonesia terdapat tidak hanya puluhan etrnis , melainkan
ratusan etnis dengan bahasa dan budayanya masing-masing yang satu dengan lainnya
berbeda. Selain itu, berbagai etnik itu pada umumnya menganut agama masing-masing yang
satu dengan yang lainnya berbeda.
Di Indonesia terdapat banyak sekali agama yang di akui oleh negara yaitu :
Islam,Kristen,Katolik,Hindu,Budha dan Kong Hu Cu. Karena Bhineka Tunggal Ika terasa pas

dengan kondisi bangsa Indonesia yang demikian keanekaragaman.
Dengan kebudayaan bagian dari keseluruhan bangsa Indonesia itu, di satu sisi kita dapat
menghimpun dan mengembangkan berbagai potensi bangsa yang ada. Keadaan masyarakat
yang memiliki keanekaragaman yang ada di tanah air misalnya, merupakan kekayaan yang
tiada tara dan harus disyukuri. Namun, di sisi lain keadaan masyarakat yang memiliki
keanekaragaman tradisi dan agama, mudah sekali menimbulkan gesekan antarberbagai

kelompok keyakinan tertentu, yang pada gilirannya akan dapat memunculkan kekerasan
sosial.
Lebih jauh, keanekaragaman yang dimiliki masyarakat bangsa Indonesia itu ternyata sangat
rentan terhadap tindak kekerasan akibat konflik sosial terutama antar-etnik dan antar-agama,
di samping antarkelas dan antar-golongan, yang dalam pembinaan politik di Indonesia pada
zaman orde baru lazim disebut dengan SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan).
-Bertindak Sesuai Norma Yang Ada di Masyarakat
Sosiologi lahir pada saat transisi menuju masyarakat baru sekitar abad ke-19. Norma
merupakan bagian kecil dari ilmu sosiologi. Dimana norma bersifat mengatur perilaku
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara di indonesia. Norma dan nilai sosial di maknai sebagai penelitian secara ilmu
pengetahuan tentang pendidikan sosiologi. Sesuai dengan tujuan negara yaitu, ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan

keadilan sosial. Norma adalah peraturan hidup yang tumbuh dalam masyarakat sebagai unsur
pengikat dan pengendali manusia dalam kehidupan masyarakat. Dengan ditaatinya normanorma tersebut maka kehidupan bermasyarakat tentunya ada dalam kedamaian dengan
toleransi tinggi. Guna mendukung tercapainya nilai yang dianut, tentu dibutuhkan normanorma sebagai aturan berperilaku.
Norma merupakan sekumpulan pendapat tentang bagaimanakah seharusnya manusia itu
harus bertingkah laku bahkan harus bertindak yang pantas sehingga keharusan dan
kepantasan itu menjadi terbiasa dan selanjutnya diturunkan secara turun-temurun hingga
mewujudkan peraturan-peraturan hidup dalam pergaulan kehidupan masyarakat.
Norma sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Umumnya tidak tertulis;
b. Hasil dari kesepakatan masyarakat;
c. Warga masyarakat sebagai pendukung sangat menaatinya;
d. Apabila norma dilanggar maka yang melanggar norma harus menghadapi sanksi;
e. Norma sosial kadang-kadang bisa menyesuaikan perubahan sosial, sehingga norma sosial
bisa mengalami perubahan, Artinya norma sosial bersifat mudah dan vepat menyusuai
terhadap perubahan sosial. Setiap ada keinginan dari masyarakat untuk berubah, norma akan
menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Meskipun tidak berubah seluruhnya, aturan ini
pasti akan mengalami perubahan.
Klasifikasi Norma Sosial
Norma sosial di masyarakat dibedakan menurut aspek-aspek tertentu yang saling
memengaruhi satu sama lain. Adapun macam-macam norma tersebut antara lain :

a. Menurut Kekuatan Mengikat
Norma-norma yang ada di dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbedabeda. Ada norma yang berdaya ikat lemah, sedang, dan kuat. Untuk dapat membedakan
kekuatan mengikat norma-norma tersebut, dikenal empat pengertian norma, yaitu cara
(usage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat (custom).

1. Cara
Norma ini mempunyai daya ikat yang sangat lemah dibanding dengan kebiasaan. Cara
(usage) lebih menonjol di dalam hubungan antarindividu. Suatu penyimpangan terhadap cara
tidak akan mengakibatkan hukuman yang berat, tetapi hanya sekedar celaan. Misalnya, cara
makan dengan mengeluarkan bunyi. Orang yang melakukannya akan mendapat celaan dari
anggota masyarakat yang lain karena dianggap tidak baik dan tidak sopan.
2. Kebiasaan
Kebiasaan mempunyai kekuatan mengikat yang lebih tinggi daripada cara . Kebiasaan
diartikan sebagai perbuatan diulang-ulang dalam bentuk yang sama yang membuktikan
bahwa banyak orang menyukai perbuatan tersebut. Contohnya kebiasaan menghormati orangorang yang lebih tua, membuang sampah pada tempatnya, mencuci tangan sebelum makan,
serta mengucapkan salam sebelum masuk rumah. Setiap orang yang tidak melakukan
perbuatan tersebut dianggap telah menyimpang dari kebiasaan umum yang ada dalam
masyarakat.
3. Kelakuan
Apabila kebiasaan tidak semata-mata dianggap sebagai cara perilaku saja, tetapi diterima

sebagai norma pengatur, maka kebiasaan tersebut menjadi tata kelakuan. Tata kelakuan
mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari kelompok manusia dan dilaksanakan sebagai alat
pengawas oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Tata kelakuan di satu pihak
memaksakan suatu perbuatan, namun di lain pihak merupakan larangan, sehingga secara
langsung menjadi alat agar anggota masyarakat menyesuaikan perbuatan-perbuatannya
dengan tata kelakuan tersebut
Fungsi Norma Sosial
Norma memiliki beberapa fungsi yaitu :
-Pedoman hidup yang berlaku bagi semua anggota masyarakat pada wilayah tertentu.
-Memberikan stabilitas dan keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat.
-Mengikat warga masyarakat, karena norma disertai dengan sanksi dan aturan yang tegas bagi
para pelanggarnya.
-Menciptakan kondisi dan suasana yang tertib dalam masyarakat.
-Adanya sanksi yang tegas akan memberikan efek jera kepada para pelanggarnya, sehingga
tidak ingin mengulangi perbuatannya melanggar norma.
-Wujud yang dapat dilihat dari nilai-nilai yang ada di masyarakat.
-Suatu standar atau skala dari berbagai kategori tingkah laku suatu masyarakat.

Norma Hukum ialah peraturan-peraturan yang timbul dan dibuat oleh lembaga kekuasaan
negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaanya dapat dipertahankan dengan segala

paksaan oleh alat-alat negara, sumbernya bisa berupa peraturan perundangundangan,
yurisprudensi, kebiasaan, doktrin, dan agama.
Keistimewaan norma hukum terletak pada sifatnya yang memaksa, sanksinya berupa
ancaman hukuman. Penataan dan sanksi terhadap pelanggaran peraturan-peraturan hukum

bersifat heteronom, artinya dapat dipaksakan oleh kekuasaan dari luar, yaitu kekuasaan
negara.
Contoh norma ini diantaranya ialah :
a) “Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa/ nyawa orang lain, dihukum karena
membunuh dengan hukuman setingi-tingginya 15 tahun”.
b) “Orang yang ingkar janji suatu perikatan yang telah diadakan, diwajibkan mengganti
kerugian”, misalnya jual beli.
c) “Dilarang mengganggu ketertiban umum”.
Hukum biasanya dituangkan dalam bentuk peraturan yang tertulis, atau disebut juga
perundang-undangan. Perundang-undangan baik yang sifatnya nasional maupun peraturan
daerah dibuat oleh lembaga umum yang diberi kewenangan untuk membuatnya. Oleh karena
itu, norma hukum sangat mengikat bagi warga negara.
Kesimpulan :
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kemasyarakatan, baik itu proses sosial,
interaksi sosial masyarakat, lembaga sosial masyarakat, perubahan gaya hidup, struktur sosial

masyarakat, mobilitas sosial, gender, perubahan sosial, perlawanan sosial, konflik, integrasi
sosial, keluarga dan sebagainya.
Hukum adalah keseluruhan norma yang oleh penguasa masyarakat yang berwenang
menetapkan hukum, dinyatakan atau dianggap sebagai peraturan yang mengikat bagi
sebagian atau seluruh anggota masyarakat tertentu, dengan tujuan untuk mengadakan suatu
tata yang dikehendaki oleh penguasa tersebut.
Sosiologi hukum merupakan cabang ilmu pengetahuan yang memahami, mempelajari,
menjelaskan secara pernyataan dari hasil suatu percobaan tentang persoalan hukum
dihadapkan dengan fenomena-fenomena lain dimasyarakat. Hubungan timbal balik antara
hukum dengan gejala-gejala sosial lainnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
mempelajari sosiologi hukum. Sosiologi hukum adalah disiplin ilmu yang sudah berkembang
dewasa ini bahkan banyak penelitian hukum di Indonesia mempergunakan cara yang
berkaitan dengan sosiologi hukum. Ilmu ini juga merupakan cabang dari ilmu
sosiologi.Walaupun sebagian berpendapat bahwa ilmu ini cabang dari ilmu hukum.