Teori Sosial Kontemporer wardana modern

Gala Panuga Aziz
0717247530007
Sosiologi Pasca Sarjana
Teori Sosial Kontemporer I

Struktur Sosial, Kepentingan Kelompok, dan Kelompokkelompok yang Bertentangan – Ralf Dahrendorf
Setelah berkutat dengan buku tulisan dari Ralf Dahrendorf “Konflik dan
Konflik Dalam Masyarakat Industri” dan George Ritzer “Teori Sosiologi- dari
Sosiologi

Klasik

Sampai

Perkembangan

Terakhir

Postmodern”

saya


menyimpulkan bahwa Dahrendorf adalah seseorang yang meneliti kembali Teoriteori yang ada dan menganut Critical Theory. Pada bacaan BAB V mengenai
Struktur

Sosial

Kepentingan

Kelompok

dan

Kelompok-kelompok

yang

bertentangan, ia membandingkan dan mengkritik pemikiran-pemikiran dari
beberapa filsafat sosiologi. Teori kelas Marx menjadi alasan yang memberikan
latar belakang dari terbentuknya argumen Darendorf. Pengertian kelas sendiri
adalah kekuatan yang mempersatukan orang ke dalam berbagai kelompok yang

berbeda satu sama lain,dengan mengenyampingkan perbedaan-perbedaan di
antara mereka[CITATION Dah86 \p 91 \l 1033 ]. Saya juga menganggap
banyaknya pemikiran mengenai pertentangan antara kaum borjuis dan proletar
adalah salah satu landasan dasar baginya guna memulai kegiatan penilitannya.
Pemikiran dia termasuk Antithesis terhadadp pemikiran Thesis Karl Marx
mengenai Kapitalisme (Thesis). Dimana kaum borjuis yang minoritas memiliki
kekuasaan lebih tinggi dibandingkan kaum proletar yang mayoritas. Karena pada
dasarnya kaum buruh bekerja keras untuk memenuhi kepentingan kaum borjuis
agar bisa mendapatkan bayaran untuk kelangsungan hidupnya. Hal inilah yang
menimbulkan adanya kaum buruh tersadarkan (class concious) yang melakukan
pertentangan terhadap kaum borjuis (Antithesis). Diperlukannya penelitian yang
akan membentuk sebuah Thesis baru (Synthesis) (www.youtube.com, 2018).
Proses inilah yang digunakan Dahrendorf untuk membentuk suatu teori baru
bertujuan untuk memperbaiki pemikiran-pemikiran sebelumnya.

Menurut Dahrendorf, terdapat dua pandangan tentang masyarakat yang
saling bertentangan. Pertama, pemikiran khusus yang luas pengaruhnya
berpendirian, bahwa struktur masyarakat berasal dari hasil persetujuan bersama
konsensus umum (a consensus omnium) atau penentuan dari perbedaan pendapat
dan kepentingan nyata yang disebut persetujuan bersama (volonte generate).

Sedangkan, pandangan ke-dua menyatakan bahwa struktur masyarakat terbentuk
asal dasar kekuasaan dan paksaan [CITATION Dah86 \p 191 \l 1033 ]. Pandangan
pertama menganut aliran Utopia1 hasil karya Drucker dan Mayo, sedangkan
pemikiran ke-dua menganut aliran Rasional2 yang digunakan oleh Marx untuk
memandang masyarakat. Dalam buku ini menjelaskan, masing-masing pemikiran
diatas sama-sama menemukan sebuah konflik dalam menjalankan tata masyarakat
karena kebiasaan melihat secara satu sisi. Oleh karena itu, Menurut Dahrendorf
kedua metateori tersebut harus dibedakan di dalam teori kontemporer [CITATION
Dah86 \p 195 \l 1033 ].
Metateori yang satu, yakni Teori Integrasi mewakili pemikiran pertama
‘persetujuan bersama konsensus umum’, membayangkan masyarakat sebagai
sebuah sistem yang terintegrasi secara fungsional, yang dibentuk atas dasar proses
yang berulang-ulang. Dan metateori selanjutnya adalah Teori Penggunaan
Paksaan (Conflict Theory) mewakili pemikiran ke-dua ‘kekuasaan dan paksaan’,
melihat struktur sosial sebagai sebuah bentuk organisasi yang berjalan
berdasarkan penggunaan kekuasaan dan paksaan, dan secara terus-menerus.
Dengan kata lain pemilik kekuasaan akan mengakuisisi struktur sosial dalam
suatu proses perubahan yang tiada berakhir. Secara intinya menurut saya, banyak
pemikir-pemikir yang telah berpendapat bahwa kelas akan mempengaruhi
peradaban manusia. Tetapi, dalam penjelasannya memiliki kata-kata atau gaya

yang berbeda-beda dengan tujuan yang sama. Seperti yang dikatakan Lupset dan
Bendix ‘perdebatan akademis mengenai perbedaan teori kelas sering
menggantikan pertentangan yang sebenarnya dalam pandangan politik’.
1 Aliran Utopia menerangkan bahwa masyarakat itu terstruktur.
2 Aliran Rasional menyatakan bahwa masyarakat itu terbentuk atas dasar paksaan.

Untuk menerangkan masalah ini, penyederhanaan antara kedua teori
tersebut diperlukan [CITATION Dah86 \p 196-198 \l 1033 ]. Teori Integrasi dan
karya penganutnya yaitu Teori Struktural-Fungsional didasarkan atas sejumlah
asumsi,
1. (Stabilitas) Masyarakat secara relatif adalah tetap, struktur unsurnya relatif
stabil,
2. (Integrasi) Masyarakat terintegrasi secara baik,
3. (Fungsi Kordinasi) Masyarakat memiliki fungsi untuk pemeliharaan
sistem unsurnya,
4. (Konsensus) Setiap Fungsinya berdasarkan konsensus dari setiap
anggotanya.
Sedangkan, teori penggunaan paksaan tentang masyarakat disederhanakan atas
sejumlah asumsi,
1. Masyarakat harus tunduk kepada proses perubahan sosial,

2. Masyarakat harus memperlihatkan pertentangan dan pertikaian sosial,
3. Setiap masyarakat memberikan kontribusi terhadap perpecahan dan
perubahannya,
4. Masyarakat didasarkan oleh penggunaan kekuasaan untuk mengatur antar
anggota
Darendorf menyatakan bahwa dalam konteks sosiologis, kedua model teoritis
tersebut tidak bisa berjalan sendiri, keduanya lebih bersifat saling melengkapi
daripada bersifat alternatif.
Dengan kata lain kedua teori tersebut memiliki hubungan satu dengan
yang lainnya. Teori Integrasi dengan mengutamakan struktur sosial dan Teori
Penggunaan paksaan mengutamakan sebab-akibatnya. Ia juga menuturkan bahwa
dalam memahami masyarakat harus menyadari dialektika dari stabilitas dan
perubahaan, integrasi dan pertentangan, fungsi dan kekuatan motif, konsensus dan
penggunaan kekuasaan [CITATION Dah86 \p 199 \l 1033 ]. Sudah ada beberapa
filsuf yang memikirkan penyelesaian permasalahan tersebut yang membuat
pemikiran baru dan menghilangkan pemikiran lama. Berbeda dengan Darendorf
yang melakukan uji penelitiannya tanpa menolak Teori usang. Akhirnya,

Darendorf membentuk sebuah Teori berdasarkan atas banyaknya perdebatan yang
ada yaitu Teori Tentang Kelas-kelas Sosial dan Pertentangan Kelas.


Pokok-pokok pemikiran Dahrendorf mengenai Teori Tentang
Kelas-kelas Sosial dan Pertentangan Sosial [CITATION Dah86 \p
297-299 \l 1033 ]
Pendekatan studi harus difahami berdasarkan dua premis formal dan
substantif, bersifat metodologis, serta menyediakan kerangka referensi bagi unsurunsur yang diperlukan. Untuk itu, kajian Heuristik3 pendekatan dibutuhkan
bertujuan

untuk

menerangkan

perubahan-perubahan

struktur

hasil

dari


pertentangan kelompok tersebut, agar berlaku adil heuristik perlu digambarkan
menurut teori penggunaan kekuasaan. Setelah itu, teori kelas-kelas sosial dan
pertentangan kelas mencakup sejumlah konsep harus dirumuskan. Kelas sosial
dapat diartikan sebagai kolektivitas individu yang terorganisir/tersadarkan atau tak
terorganisi/tak tersadarkan yang mempunyai kepentingan tersembunyi atau
kepentingan nyata bersama dengan struktur wewenang perserikatan yang
dikordinasi secara memaksa. Maka, kelas sosial adalah kelompok yang selalu
mengalami pertentangan.
Pertentangan kelas akan menimbulkan penyimpangan nilai-nilai dan
keradikalan pada saat menuntut kewenangannya demi mendapatkan posisi. Dalam
setiap perserikatan yang dikordinasi secara memaksa, hanya dibedakan menjadi
posisi dan posisi yang ditundukkan [ CITATION Dah86 \l 1033 ]. Menurut
pandangan saya, dalam kasus ini adalah terdapat kaum buruh yang bisa memiliki
wewenang agar bisa mengakomodir kaum buruh yang tidak tersadarkan, istilah
lainnya mereka yang tersadarkan akan mendapatkan posisi dari kaum borjuis yang
khawatir akan kekuasaannya.

3 Heuristik adalah seni dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan suatu penemuan. Kata
ini berasal dari akar yang sama dalam bahasa Yunani dengan kata "eureka", berarti 'untuk
menemukan' (www.wikipedia.org ,2018).


Menurut Dahrendorf, tugas dari analisis konflik ialah guna mengenali
peran-peran berbagai otoritas4 di dalam masyarakat. Ia menentang orang-orang
yang berfokus pada level individual [CITATION Rit12 \p 452 \l 1033 ].
Masyarakat terdiri dari sejumlah unit-unit yang sebutanya asosiasi-asosiasi yang
dikoordinasi secara imperatif. Otoritas level dibagi menjadi dua yaitu superordinat
dan subordinat, orang-orang yang berada ditingkatan superordinat diharapkan bisa
mengendalikan subordinat. Otoritas juga tidak bisa dipergunakan bagi perorangan
karena terletak dalam posisi-posisi, bukan secara individual. bisa saja seseorang
yang berada di salah satu asosiasi menempati kedudukan sebagai superordinat.
Tetapi, orang tersebut bisa juga menduduki kedudukan sebagai subordinat di
asosiasi lainnya.

Perumusan Pemikiran Dahrendorf Conflict Theory
Segera setelah melakukan pengelompokan kelompok yang bertentangan
sejenis dengan kelas. Mereka ditempatkan ditengah-tengah antara kelas yang
bertentangan dan bertujuan untuk menjadi penghubung agar bisa meminimalisir
bentrokan dari kelas menurun/buruh. Kehebatan pertentangan kaum menurun
dengan kelas menurunlah yang membentuk struktur sosial dengan sendirinnya.
Pertentangan kelas menurun memiliki faktor-faktor yang berbeda. Keradikalan

perubahan struktur dan perubahan struktur secara tiba-tiba berhubungan erat
dengan kehebatan pertentangan kelas. Berikut adalah bagan yang saya buat untuk
memudahkan pengertian dari penjelasan Teori ini.
Gambar 1
Kelas atas

Pertentangan

Kelas bawah

Kelas menengah

4 Otoritas menurut KBBI adalah kekuasaan yang sah yang diberikan kepada lembaga dalam
masyarakat yang memungkinkan para pejabatnya menjalankan fungsinya

Pengambaran ini saya buat berdasarkan pemikiran saya atas Teori Tentang
Kelas-kelas Sosial dan Pertentangan Sosial. Pengertian singkatnya adalah kelas
bawah dan kelas atas mengalami pertentangan dimana kelas bawah bisa
melakukan pertentangan atas faktor-faktor yang mempengaruhi, bisa saja mereka
melakukan pertentangan dengan kekerasan, aksi demo, aksi mogok kerja seperti

yang dilakukan para buruh komunis Jerman Timur pada 17 Juni 1953 [CITATION
Dah86 \p 197 \l 1033 ]. Mereka melakukan pemberontakan dengan meletakan
perlengkapan kerja mereka dan melakukan pemogokan kerja. Dari situlah, posisi
manajer personalia sebagai kelas menengah diperkenalkan dengan memiliki
otoritas posisi sebagi pengatur kelas bawah, demi menanggulangi persoalanpersoalan upah dan pemecatan, pemberian nasihat dan job description lainnya.
Dalam kasus ini seorang manajer personalia adalah seseorang yang
memiliki kewenangan serta kekuasaan untuk melakukan perbaikan terhadap salah
satu industri. Ini adalah cara efektif untuk menyelesaikan pertentangan antara
kelas atas dan kelas bawah biasanya juga mereka disebut sebagai kelas semu.
Penyelesaian ini bisa disebut sebagai Arbitrasi5. Begitu pula dalam hal bernegara
bisa menggunakan teori ini untuk melakukan perbaikan strukturnya.
Tetapi perlu lagi dikatakan, bahwa tak ada masyarakat yang dapat
disamakan dalam segala hal dengan gambaran tipe ideal seperti ini [CITATION
Dah86 \p 399 \l 1033 ]. Menurut pandangan saya manusia itu diciptakan dan telah
memiliki pemikiran yang berbeda-beda. Walaupun, sudah ada pemikiran yang
ideal untuk memecahkan masalah tetap saja terdapat oknum-oknum yang
memiliki sifat menentang akan adanya kebenaran tersebut.

5 Arbitrasi adalah penyelesaian suatu perkara atau upaya untuk mengurangi


ketegangan dengan melibatkan pihak ketiga yang bersifat netral.

Kesimpulan
Dahrendorf adalah pemikir yang teliri dalam melakukan penilitiannya. Ia
mengambil pemikiran Karl Marx sebagai teori yang mendasari pemikirannya.
Dengan membuat skema mengenai kelas menengah/ kelas semu/ Arbritasi, ia
berhasil membentuk suatu gagasan yang ideal dalam menyelesaikan persoalan
pertentangan antara kelas bawah dan kelas atas. Kelas menengah berfungsi
sebagai kelas yang memiliki kewenangan dan kekuasaan untuk mengatur kelas
bawah/ kelas yang tidak tersadarkan untuk memperbaiki sebuah sistem sosial
dalam perindustrian. Sayangnya, saya menganggap ia terlalu meremehkan
pemikiran filsuf sosiolog dari Uni-Soviet, salah satunya adalah Nemchinov.
Terlihat dari pengutaraan mengenai tanggapan terhadap pemikir Uni-Soviet di
dalam bukunya hal. 99.
“di mana saja ahli ilmu sosial Uni-Soviet membicarakan
masyarakat Barat, hampir tanpa kecuali, selalu tidak meyakinkan
bahkan sering dengan penyajian yang kelewat bersemangat tetapi
menggelikan [CITATION Dah86 \p 99 \l 1033 ]”
Meski begitu, Darendorf juga mengakui bahwa Nemchinov telah
membuka pemikirannya mengenai Teori Kelas mengenai kekayaan dapat
menghasilkan kekuasaan. Anggapannya dengan memsisahkan kekayaan dan
kekuasaan baik secara konseptual maupun secara empiris, dan Nemchinov juga
menyatakan bahwa masyarakat borjuis ‘tak diragukan lagi’ kekayaan akan
mempengaruhi kontrol terhadap kaum buruh. Teori Konflik berskala besar sejajar
dengan teori ketertiban berskala besar yang diajukan fungsionalisme struktural.
Hanya saja fokusnya kepada otoritas, posisi-posisi, asosiasi-asosiasi yang
dikoordinasi secara imperatif, kepentingan, dan kelompok-kelompok konflik
mencerminkan orientasi tersebut [CITATION Rit12 \p 468 \l 1033 ].

Daftar Pustaka
Dahrendorf, R. (1986). Konflik dan Konflik dalam Masyarakat Industrii. Jakarta:
CV. Rajawali.
Marshall. (1986). A Note on Status. In R. Dahrendorf, Konflik dan Konflik dalam
Masyarakat Industri (p. 91). Jakarta: CV Rajawali.
Ritzer, G. (2012). Teori Sosiologi "Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan
Terakhir Postmodern". New York: Pustaka Pelajar.

www.wikipedia.org. pengertian heuristik dan arbitrasi, 2018.
www.youtube.com. Conflict theory | Society and Culture | MCAT | Khan
Academy. 2018. https://www.youtube.com/watch?v=LPYTndFFTko
www.kbbi.web.id. Pengertian dari otoritas. 2018.