Pengelolaan Keuangan BAB 11 docx

2.3

Pengelolaan Keuangan
Sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah menurut permendagri nomor 13

tahun 2006.
2.3.1 Perencanaan Anggaran
2.3.1.1 Kebijakan Umum APBD dan PPAS
Kebijakan umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen yang
memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang
mendasarinya untuk periode 1 tahun. Kebijakan umum memuat kondisi ekonomi makro,
asumsi-asumsi dasar dalam penyusunan RAPBD dan kebijakan pendapatan, belanja dan
pembiayaan daerah dan strategi pencapaiannya.
Prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS) adalah rancangan program
prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap
program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD sebelum disepakati dengan
DPRD.Prioritas pelaporan anggaran sementara memuat :
a)

Rancangan penerimaan pendapatan dan penerimaan pembiayaan


b)

Prioritas Belanja

c)

Pelaporan anggaran sementara berdasarkan urusan pemerintahan dan
program/kegiatan

d)

Rencana Pembiayaan.

2.3.1.2 Penyusunan dan Penyampaian KUA dan PPAS
KUA dan PPAS kepala daerah disusun oleh tim anggaran pemerintah daerah
(TAPD) yang dipimpin oleh sekretariat daerah. Rancangan KUA dan PPAS disampaikan
oleh sekretariat daerah kepada kepala daerah paling lambat pada minggu pertama bulan

juni. Selanjutnya kepala daerah mengajukan KUA dan PPAS kepada DPRD paling lambat
pertengahan bulan juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan

pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya. Hasil kesepakatan dituangkan dalam
nota kesepakatan yang ditandatanganibersama antara kepala daerah dengan pimpinan
DPRD dalam waktu bersamaan.
2.3.1.3 Pedoman Penyusunan RKA
Pedoman penyusunan RKA-SKPD memuat :
a) Prioritas pembangunan daerah dan program/kegiatan yang terkait
b) Alokasi pelaporan anggaran sementara untuk setiap program/kegiatan SKPD.
c)

Batas waktu penyampaian RKA SKPD kepada PPKD.

d) Lampiran terdiri dari :
a) KUA dan PPAS
b) Analisis Standar Belanja
c) Standar Harga Satuan

2.3.1.4 Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja perangkat Daerah
Darise (2008:100) menjelaskan bahwa penyusunan APBD merupakan proses
penganggaran daerah dimana secara konseptual terdiri dari formulasi kebijakan anggaran
(budget policy formulation). Penyusunan kebijakan umum APBD termasuk kategori formulasi

kebijakan anggaran yang menjadi acuan dalam perencanaan operasional anggaran lebih
ditekankan pada alokasi sumber daya keuangan. Penyusunan rencana anggaran (RKA) SKPD
merupakan bentuk pengalokasian sumber daya keuangan pemerintah daerah berdasarkan struktur
APBD dan kode rekening. Rencana Anggaran dan anggaran yang selanjutnya disingkat RKA

adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja
program dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan
APBD.Pedoman Penyusunan RKA adalah :
1)

Prioritas dan pelaporan anggaran sementara (PPAS) yang dialokasikan untuk setiap
program SKPD berikut rencana pendapatan dan pembiayaan

2)

Batas waktu penyampaian RKA kepada SKPD

3)

Dokumen sebagai lampiran, melalui kebijakan umum anggaran (KUA), PPAS, analisis

standar belanja, dan standar satuan harga.

Darise (2008:101) mengemukakan bahwa rencana kerja dan anggaran pejabat pengelola
keuangan daerah (RKA-PPKD) adalah rencana kerja Badan/Dinas/Biro Keuangan/ Bagian
Keuangan selaku bendahara umum daerah. Berdasarkan pedoman penyusunan RKA kepala
SKPD menyusun RKA-SKPD dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka
menengah daerah, penganggaran terpadu, dan penganggaran berdasarkan prestasi kerja.
Pendekatan penggaran terpadu dilakukan dengan memadukan seluruh proses perencanaan
dan penggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan di lingkungan SKPD untuk menghasilkan
dokumen rencana kerja dan anggaran pendekatan penggaran berdasarkan prestasi kerja dilakukan
dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan pengeluaran yang diharapkan dari
kegiatan dan hasil serta manfaat yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan
keluaran tersebut. Untuk terlaksananya penyusunan RKA-SKPD berdasarkan pendekatanpendekatan tersebut diatas, kepala SKPD mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan
2 tahun anggaran sebelumnya sampai dengan semester pertama tahun anggaran berjalan.
Evaluasi bertujuan menilai program dan kegiatan yang belum dapat dilaksanakan atau belum
diselesaikan tahun-tahun sebelumnya untuk dilaksanakan atau diselesaikan pada tahun yang

direncanakan atau 1 tahun berikutnya dari tahun yang direncanakan disebut dengan pendekatan
pengeluaran jangka menengah. Implementasi dari anggaran berdasarkan prestasi kerja pada
waktu penyusunan RKA SKPD berdasarkan pada indikator kinerja, capaian atau target kinerja,

analisis standar belanja, standar satuan harga dan standar pelayanan minimal.
Mardiasmo (2004:68) menjelaskan bahwa anggaran pendapatan dan belanja negara/daerah
(APBN) yang dipresentasikan setiap tahun oleh eksekutif, memberi informasi rinci kepada
DPR/DPRD dan masyarakat tentang program-program apa yang direncanakan pemerintah untuk
meningkatkan kualitas kehidupan rakyat dan bagaimana program-program tersebut dibiayai.
Penyusunan dan pelaksanaan angaran mempunyai empat tujuan yaitu :
1.

Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antar
bagian dalam lingkungan pemerintah

2.

Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa
publik melalui proses pemrioritasan

3.

Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja


4.

Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR/DPRD
dan masyarakat luas.

2.3.1.5 Rencana Bisnis danAnggaran
Rencana bisnis dan anggaran adalah dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran
yang berisi program, kegiatan, target kinerja, dan anggaran suatu Badan Layanan Umum.
Adapun penyusunan rencana bisnis dan anggaran adalah :
1.

BLUD mencantumkan penerimaan dan pengeluaran yang tercantum dalam RBA
BLUD kedalam pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam ikhtisar RBA
termasuk belanja dan pengeluaran pembiayaan yang didanai dari saldo kas awal

2.

Pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang dicantumkan dalam ikhtisar RBA
dihitung berdasarkan basis kas.


3.

Pendapatan BLUD Yang dicantumkan kedalam ikhtisar RBA mencakup hibah dan
semua PNBP yang diterima oleh BLUD yaitu pendapatan dari layanan, hasil
kerjasama, dan usaha lainnya.

Darise (2008:274) mengatakan bahwa apabila pada SKPD untuk program jangka
menengah (lima tahun) menyusun renstra SKPD maka badan layanan umum menyusun renstra
mencakup pernyataan visi, misi, program strategis, pengukuran pencapaian kinerja, rencana
pencapain lima tahunan dan proyeksi keuangan lima tahunan BLUD. Visi, memuat sesuatu
gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin
diwujudkan. Misi, memuat sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan sesuai visi yang
ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana sesuai dengan bidangnya dan berhasil dengan
baik. Program, memuat program yang berisi proses kegiatan yang berorientasi pada hasil yang
ingin dicapai sampai dengan kurun waktu 1 sampai dengan 5 tahun dengan memperhitungkan
potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul.
Drummerfan (2010) mengatakan setelah RBA disusun, maka langkah selanjutnya adalah
pengajuan RBA sebagai berikut :
1.


BLUD mengajukan RBA kepada menteri/pimpinan lembaga/ kepala SKPD untuk
dibahas sebagai bagian dari RKA-KL, rencana kerja anggaran SKPD, atau
rancangan APBD

2.

RBA disertai dengan usulan standar pelayanan minimum dan biaya dari keluaran
yang dihasilkan

3.

RBA BLUD yang telah disetujui oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD
diajukan kepada menteri keuangan/PPKD, Sesuai dengan kewenangannya,
sebagai bagian RKA-KL, rencana kerja dan anggaran SKPD, atau rancangan
APBD.

4.

Menteri keuangan/PPKD, sesuai dengan kewenangannya, mengkaji kembali
standar biaya dan anggaran BLUD dalam rangka pemrosesan RKA-KL, rencana

kerja dan anggaran SKPD, atau rancangan APBD sebagai bagian dari mekanisme
pengajuan dan penetapan APBN/APBD

5.

BLUD mengajukan APBN/APBD yang telah ditetapkan sebagai dasar
penyesuaian terhadap RBA definitif.

Adapun penetapan rencana bisnis dan anggaran sebagai berikut :
1.

Pengajuan kembali RBA dilakukan oleh direktorat jendral anggaran

2.

Pengkajian kembali RBA tersebut terutama mencakup standar biaya dan anggaran
BLUD, kinerja keuangan BLUD, serta besaran presentase ambang batas

3.


Adapun besaran presentase ambang batas ditentukan dengan mempertimbangkan
fluktuasi kegiatan Operasional BLUD

4.

Pengkajian dilakukan dengan rapat pembahasan bersama antara direktorat jendral
anggaran dengan unit yang berwenang pada kementerian/lembaga serta BLUD
yang bersangkutan

5.

Hasil kajian atas RBA menjadi dasar dalam rangka pemrosesan RKA-KL sebagai
bagian dari mekanisme pengajuan dan penetapan APBN

6.

Setelah APBN ditetapkan, pimpinan BLUD melakukan penyesuaian atas RBA
menjadi RBA definitif.

2.3.2 Penatausahaan Anggaran

Sistem dan prosedur penerimaan kas adalah serangkaian proses mulai pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan transaksi/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan
dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkenaan dengan penerimaan kas
pada SKPD dan/atau pada SKPD yang dapat dilaksanakan secara manual maupun
terkomputerisasi. Sistem dan prosedur penatausahaan pengelolaan keuangan daerah, dalam
melaksanakan penerimaan kas pada bendahara SKPDterdiri dari :
2.3.2.1 Pembuatan Surat Penyediaan Dana (SPD)
SPD adalah surat penyediaan dana, yang dibuat oleh BUD dalam rangka manajemen kas
daerah, manajemen kas adalah kemampuan daerah dalam mengatur jumlah penyediaan dana kas
bagi setiap SKPD, artinya BUD harus mampu memperkirakan kemampuan keuangan PEMDA
dalam memenuhi kebutuhan dana SKPD. Untuk mengakomodasi belanja atas kegiatan yang
sifatnya wajib dan mengikat dan harus dilaksanakan sebelum DPA – SKPD disahkan, PPKD
selaku BUD membuat SPD-nya tanpa menunggu DPA disahkan.
2.3.2.2 Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
Berdasarkan SPD bendahara pengeluaran mengajukan surat pengantar SPP (surat
permintaan pembayaran) kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui pejabat
penatausahaan keuangan SKPD. SPP memiliki 4 jenis yang terdiri dari :
1.

SPP, Uang persediaan (SPP-UPP), digunakan untuk mengisi uang persediaan (UP)
tiap-tiap SKPD. Pengajuan SPP-UP hanya dilakukan sekali dalam setahun.

2.

SPP Ganti uang (SPP-GU) yang dipergunakan untuk mengganti UP yang sudah
terpakai. Diajukan ketika UP habis.

3.

SPP tambahan Uang (SPP-TU), yang dipergunakan hanya untuk memintakan
tambahan uang, apabila ada pengeluaran yang sedemikian rupa sehingga saldo UP
tidak akan cukup untuk membiayainya, akan tetapi pembuatan UP ini haruslah
didasarkan pada rencana perkiraan pengeluaran yang matang.Pengajuan dana TU
harus berdasar pada program dan kegiatan tertentu. Jumlah dan yang dimintakan
dalam SPP-TU ini harus dipertanggungjawabkan tersendiri dan tidak habis, harus
disetir kembali.

4.

SPP Langsung (SPP-LS) yang dipergunakan untuk pembayaran Langsung pada
pihak ketiga dengan jumlah yang telah ditetapkan. SPP-LS dapat dikelompokan
menjadi :
a) SPP-LS gaji dan tunjangan
b) SPP-LS barang dan jasa
c) SPP-LS belanja bunga, hibah, bantuan dan tidak terduga serta pengeluaran
pembiayaan.
d) SPP-LS belanja bunga, hibah, bantuan dan tak terduga

serta pengeluaran

pembiayaan mempunyai perlakuan khusus sebagai belanja level pemerintahan
daerah yang dikelola oleh bendara tersendiri.
Mekanisme pengajuan surat permintaan pembayaran (SPP) sebagai berikut :
1)

Pengajuan SPP
Bendahara pengeluaran mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai

lampiran dalam pengajuan SPP, selain dokumen SPP sendiri yang bentuknya disesuaikan
dengan setiap jenis dananya (UP,GU,TU, dan LS).
a. Untuk SPP-UP

1. Salinan SPD
2. Surat Pengantar Pengajuan SPP-UP
3.Lampiran lain yang diperlukan
b. Untuk SPP-GU :
1. Surat pengesahan SPJ atas pengguna dana SPP-GU sebelumnya.
2. Salinan SPD
3. Surat pernyataan pengguna anggaran
4. Lampiran yang diperlukan
c. Untuk SPP-TU :
1.Surat Pengesahan SPJ atas penggunaan dana SPP-TU sebelumnya
2. Salinan SPD
3. Surat pernyataan pengguna anggaran
4. Surat keterangan pelaksanaan keperluan pengisian TU
5. Lampiran lain yang diperlukan
d. Untuk SPP-LS gaji dan tunjangan :
1. Salian SPD
2. Surat pernyataan pengguna anggaran
e. Untuk SPP-LS barabg dan jasa :
1. Salinan SPD
2. Surat pernyataan dari pengguna anggaran

3. Dokumen-dokumen terkait kegiatan (disiapkan oleh PPTK).
2) Pembuatan Dokumen SPP
Dokumen SPP lembar-lembar yang harus disiapkan dan diisi oleh bendahara
pengeluaran. Masing-masing bagian mempunyai kolom-kolom yang harus diisi
disesuaikan dengan jenis SPP yang diajukan. SPP tersebut kemudian dibuat rangkap empat
dengan distribusi , lembar asli untuk pengguna anggaran (PKK), salinan 1 untuk kuasa
BUD, salinan 2 untuk bendahara pengeluaran, dan salinan 3 untuk arsip.
3) Pengisian Register SPP
Setelah proses pembuatan SPP selesai dilakukan, bendahara mencatat SPP yang
diajukan tersebut dalam register yang telah disiapkan.
2.3.2.3 Penertiban Surat Perintah Membayar
Mekanisme penertiban surat perintah membayar (SPM) sebagai berikut:

1) Pengujian SPP
PKK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen SPP-UP/GU/TU/LS yang dilampirkan.
Kelengkapan dokumen tersebut mengacu pada daftar dokumen yang telah dipersyaratkan
dalam permendagri 13/2006. Khusus untuk SPP-GU dan SPP-TU, kelengkapan dokumen
tersebut mencakup juga SPJ yang telah disahkan. Pengujian berikutnya adalah melihat
kesesuain dengan DPA-SKPD yang terkait serta batasan jumlah dalam SPD yang terkait.
Apabila telah dinyatakan lengkap, maka PPK-SKPD akan membuat rancangan SPM.

2) Pembuatan SPM
Apabila telah dinyatakan lengkap, maka PPK-SKPD akan membuat rancangan SPM.
Rancangan SPM ini dibuat dua rangkap, satu dokumen akan diregister dalam register
SPM-UP/GU/TU/LS, sementara dokumen aslinya dikirim kepada pengguna anggaran
untuk diotorisasi.Penertiban SPM paling lambat 2 hari kerja sejak SPP-UP/GU/TU/LS
diterima.
2.3.2.4 Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
SP2D adalah surat yang dipergunakan untuk mencairkan dana lewat bank ditunjuk setelah
SPM diterima oleh BUD. Mekanisme penerbitan surat perintah pencairan dana adalah sebagai
berikut:
1) Penelitian SPM
Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM-UP/GU/TU/LS yang dilampirkan,
kelengkapan dokumen tersebut mengacu kepada daftar dokumen yang telah dipersyaratkan
dalam permendagri 13/2006 dan telah dinyatakan kembali dalam proses pembuatan surat
penyediaan dana. Pengujian berikutnya adalah melihat kesesuaian dengan DPA-SKPD
yang terkait serta batasan jumlah dalam SPD yang terkait. Apabila telah dinyatakan
lengkap, maka kuasa BUD akan membuat rancangan SP2D.
2) Pembuatan SP2D
Apabila kuasa BUD menganggap bahwa dokumen sudah lengkap, maka kuasa BUD
menerbitkan SP2D yang terdiri dari empat rangkap :
1. Berkas pertama diberikan kepada bendahara pengeluaran SKPKD

2. Berkas kedua digunakan BUD untuk mencatat SP2D dan nota debet kedokumen
penatausahaan
3. Berkas ketiga diberikan kepada PPK- SKPD
4. Berkas keempat diberikan kepada pihak ketiga.
Penerbitan SP2D paling lambat 2 hari kerja SPM-UP/GU/TU/LS diterima.
2.3.2.5 Pembuatan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) Pengeluaran
Bendahara pengeluaran secara administratif wajib mempertanggungjawabkan penggunaan
uang persediaan/ ganti uang persediaan/ tambahan uang persediaan kepada kepala SKPD melalui
PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Dokumen

laporan

pertanggungjawaban

yang

disampaikan

dalam

mempertanggungjawabkan pengolahan uang persediaan mencakup,:

1) Buku kas umum pengeluaran
2) Ringkasan pengeluaran per rincian objek yang disertai dengan bukti-bukti pengeluaran
yang sah atas penegluaran dari setiap rincian objek yang tercantum dalam ringkasan
penegluaran per rincian objek dimaksud.
3) Bukti atas penyetoran PPN/PPh ke kas negara
4) Register penutupan kas.

Dalam proses pelaksaan belanja, dokumen-dokumen yang diberikan oleh PPTK dicatat
oleh bendahara dalam buku-buku sebagai berikut :
1) buku kas umum pengeluaran
2) buku pembantu pengeluaran per rinci obyek
3) buku pembantu kas tunai
4) buku pembantu simpanan/bank
5) buku pembantu panjar
6) buku pembantu pajak
Berdasarkan enam dokumen tersebut, ditambah dengan SPJ pengeluaran pembantu yang
dibuat oleh bendahara pengeluaran membuat SPJ pengeluaran. SPJ pengeluaran tersebut dibuat
rangkap empat, satu untuk arsip, satu untuk BUD dan dua untuk diverivikasi PPK-SKPD.
Apabila disetujui, maka PPK-SKPD menyampaikan satu kopi SPJ lainnya dicatat sebagai
register penerimaan SPJ pengeluaran. Apabila ditolak, maka PPK-SKPD mengambil satu kopi
SPJ pengeluaran kepada bendahara pengeluaran untuk diperiksa ulang. Sementara satu kopi
lainnya dan dicatat pada register penolakan SPJ pengeluaran. Kepala SKPD mengesahkan SPJ
pengeluaran. Surat pengesahan SPJ dibuat dua rangkap, satu diregister dalam arsip, sementara
yang satu lagi diserahkan kepada bendahara pengeluaran untuk dijadikan dasar atas pengajuan
SPP.
2.3.3. Pencatatan Akuntansi

Secara umum sistem akuntansi keuangan daerah pada satuan kerja pemerintah daerah
(SKPD) meliputi akuntansi pendapatan, akuntansi belanja, akuntansi aset, dan akuntansi selain
kas.
2.3.3.1. Akuntansi Pendapatan
Proses pencatatan transaksi pendapatan dilakukan saat pejabat penatausahaan keuangan
satuan kerja perangkat daerah (PPK-SKPD) adalah sebagai berikut :
1) Setelah menerima surat pertanggungjawaban (SPJ) penerimaan dan lampirannya
dari bendahara penerimaan, PPK-SKPD mencatat transaksi dengan jurnal sebagai
berikut :
Kas dibendahara penerimaan

xxx

Pendapatan

xxx

2) Pendapatan yang diterima kemudian disetor kepada kas daerah (bendahara
penerimaan diwajibkan menyetor hasil pendapatan daerah tersebut dalam jangka
waktu selambat-lambatnya 1 hari kerja setelah uang diterima., kecuail dalam
keadaan tertentu).PPK-SKPD kemudian mencatat transaksi penyetoran tersebut
dengan jumlah sebagai berikut:

Rek Kas Daerah (PPKD)

xxx

Kas bendahara penerimaan

xxx

3) Setiap proses pencatatan tersebut akan diposting ke buku besar SKPD sesuai dengan
kode rekening pendapatan. Direktur periode tertentu. PPK-SKPD memindahkan
saldo-saldo yang ada ditiap buku besar kedalam neraca saldo.
2.3.3.2 Akuntansi Belanja
Akuntansi belanja pada satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) meliputi akuntansi belanja
UP (Uang Persediaan)/GU (Ganti Uang)/TU (Tambah Uang) dan akuntansi Belanja LS
(Langsung)
1) Akuntansi Belanja UP/GU/TU
Langkah-langkah dalam akuntansi belanja UP/GU/TU adalah sebagai berikut :
a) PPK-SKPD menerima surat perintah pencairan dana (SP2D) dari kuasa Bendahara
Umum Daerah (BUD) melalui pengguna anggaran. Berdasarkan SP2D, PPKSKPD mencatat transaksi penerimaan uang persediaan (UP) tersebut dengan
menjurnal :
Kas di bendahara Pengeluaran

xxx

Rek Kas Daerah (PPKD)

xxx

b) PPK-SKPD menerima SPJ dari bendahara pengeluaran. SPJ tersebut dilampiri
dengan bukti transaksi. Berdasarkan SPJ dan bukti transaksi tersebut, PPK-SKPD
mencatat transaksi-transaksi belanja periode sebelumnya denag menjurnal :
Belanja ATK

xxx

Kas bendahara Pengeluaran

xxx

Belanja Materai

xxx

Kas dibendahara pengeluaran

c)

xxx

Setiap periode, jurnal tersebut akan diposting ke buku besar sesuai dengan kode
rekening belanja.

d) Diakhir bulan, PPK-SKPD memindahkan saldo-saldo yang ada ditiap buku besar
keneraca saldo.
2). Akuntansi Belanja LS (langsung)
Belanja LS (langsung) yang dimaksud adalah belanja LS gaji dan tunjangan dan belanja LS
barang dan jasa. Berbeda dengan belanja UP/GU/TU, Pada belanja LS, saat SP2D telah
diterbitkan, maka PPK-SKPD sudah dapat mencatat belanja. Denag kata lain, belanja sudah
dapat diakui saat SP2D diterbitkan. Sedangkan pada belanja UP/GU/TU, pengakuan belanja
dilakukan saat sudah di SPJ-kan.Pencatatan akuntansi belanja Langsung adalah sebagai berikut :
a) PPK-SKPD menerima SP2D dari kuasa BUD melalui pengguna anggaran, jurnalnya
adalah sebagai berikut :
Belanja

xxx
Rek kas daerah (PPKD)

xxx

b) Dalam kasus belanja LS gaji dan tunjangan, meskipun dana yang diterimaoleh
pegawai adalah jumlah neto (setelah dikurangi potongan), namun PPK-SKPD tetap
mencatat belanja gaji dan tunjangan dalam jumlah bruto PPK-SKPD tidak perlu

mencatat potongan tersebut karena pencatatannya sudah dilakukan oleh BUD
(Bendahara Umum Daerah) dalam sub sistem akuntansi PPKD
c) Dalam kasus belanja LS barang dan jasa, seringkali terdapat potongan pajak
sehingga yang diterima oleh pihak ketiga adalah jumlah netto (setelah dikurangi
potongan pajak). Namun PPK-SKPD tetap mencatat belanja tersebut dalam jumlah
bruto. PPK-SKPD tidak mencatat potongan tersebut sebagai hutang dijurnal umum.
Jika pemotongan dan pembayaran pajak dilakukan oleh BUD.
d) Khusus untuk transaksi belanja yang menghasilkan aset tetap, PPK-SKPD
disamping mencatat belanja modal untuk aset tetap tersebut, juga mencatat
penambahan aset. Jurnal kedua ini disebut jurnal korolari jurnal yang harus dibuat
PPK-SKPD jika ada belanja modal adalah sebagai berikut :
Belanja modal-komputer

xxx

Rek kas daerah (PPKD)
Aset tetap komputer
Ekuitas dana investasi

xxx
xxx
xxx

2.3.3.3 Akuntansi Aset
Prosedur akuntansi aset pada SKPD meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi atas
perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap
yang dikuasai/digunakan SKPD.
a) Pencatatan aset dimulai dengan adanya bukti transaksi yang berupa berita acara
penerimaan barang, dan atau berita acara serah terima barang dan atau berita acara

penyelesaian pekerjaan. Berdasarkan bukti tersebut, PPK-SKPD membuat bukti
memorial. Bukti memorial tersebut dapat dikembangkan dalam format yang sesuai
dengan kebutuhan sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai: jenis/nama
aset tetap, kode rekening terkait, klarifikasi aset tetap, nilai aset tetap, tanggal
transaksi.
b) Khusus untuk belanja modal, selain mempengaruhi laporan realisasi anggaran juga
untuk mempengaruhi neraca. Untuk itu perlu dilakukan pencatatan penambahan
niali aset. Berdasarkan bukti memorial tersebut, PPK-SKPD mengakui penambahan
nilai aset dengan melakukan jurnal korolari sebagai berikut :
Komputer

xxx

Ekuitas dan investasi

xxx

c) Dalam kasus pengurangan aset, berdasarkan bukti memorial, PPK-SKPD mengakui
pengurangan aset dengan menjurnal dan dengan melihat selisih antara anggaran dan
realisasinya dan rasio-rasio antar rekening.
2.3.4.2 Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu identitas pelaporan mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Masing-masing unsur didefinisikan sebagai
berikut :
a) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah
sebagai akibat dari peristiwa masalalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/ sosial
dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun, masyarakat,
serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang

diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya
yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Aset secara umum diklasifikasikan ke
dalam aset lancar jika diharapkan segera untuk dapat direalisasikan atau dimiliki untuk
dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak pelaporan.
b) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan

aliran

keluar

sumber

daya

ekonomi

pemerintah.

Kewajiban

dikelompokan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.
Kewajiban jangka pendek merupakan kelompok kewajiban yang diselesaikan dalam
waktu kurang dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang
adalah kelompok kewajiban yang penyelesaiannya dilakukan setelah 12 (dua belas)
bulan sejak pelaporan.
c) Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan
kewajiban pemerintah.
2.3.4.3. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
a)Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian
target kinerja APBD, kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapain target.
b) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan
c) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakankebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadiankejadian penting lainnya.

d) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh standar akuntansi pemerintahan yang
belum disajikan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan.
e)Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan
dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan
penerapan basis kas.
f) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang
tidak disajikan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan.