Implementasi Hak Asasi Manusia dalam Mas

Implementasi Hak Asasi Manusia dalam Masyarakat Dunia

Disusun oleh:
Fidella Adzni Sabrina
(20170510122)
Dosen Pembimbing:
Ali Maksum, S.Sos., M.A., Ph.D.
Mata Kuliah:
Pengantar Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Ilmu Hubungan Internasional
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2017

A. PENDAHULUAN
Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban sejak didalam kandungan. Hak dan kewajiban
selalu harus memiliki keseimbangan diantara keduanya. Ketika manusia memiliki hak atas
kebebasan, manusia juga memiliki kewajiban untuk menghormati antara satu dan yang lainnya.
Apabila kewajiban dan hak asasi manusia telah seimbang, maka kehidupan sosial-politik di dunia
akan berjalan aman dan sejahtera.

Hak asasi manusia merupakan hak yang dimiliki oleh setiap manusia sejak didalam
kandungan yang bersifat permanen yang harus dijaga oleh setiap manusia. Hak asasi manusia juga
bersifat universal, yaitu berlaku bagi seluruh umat manusia. Hak ini menjunjung tinggi martabat
manusia serta digunakan sebagai landasan moral dalam hubungan sesama manusia.
Pada zaman dahulu hak manusia belum dibuat secara tertulis, namun dengan
berkembangnya zaman, masalah hak asasi manusia menjadi isu yang paling hangat yang seringkali
dibicarakan di berbagai belahan di dunia. Setelah Perang Dunia II, PBB mengadakan Deklarasi
Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Right) oleh negara-negara yang tergabung
dalam keanggotaan PBB. Diskusi internasional mengenai hak asasi manusia yang berlangsung
beberapa kali di PBB telah menghasilkan beberapa piagam penting secara tertulis.
Hak atas kebebasan ini tentunya memiliki batasan-batasan tertentu agar tidak
disalahgunakan dan memiliki konsekuensinya tersendiri. HAM memiliki fungsi untuk melindungi
hak-hak kelangsungan hidup manusia, temasuk kemerdekaan dan kebebasan yang tidak dapat
diganggu gugat oleh siapapun.
Namun pada pengimplemetsaiannya, masih banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran atas
hak asasi manusia yang tidak ditinaklanjuti sebagaimana konsekuensi yang ada. Seperti
peperangan, diskriminasi, kekerasan, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu timbulah polemik dalam
masyarakat atas rapuhnya hak asasi manusia dalam kehidupan.

B. PEMBAHASAN

Hak asasi manusia mulai disadari di Yunani, ketika para raja bertindak sewenang-wenang
kepada rakyatnya. Oleh sebab itu, para filsuf Yunani seperti Socrates dan Plato meletakan dasar
pemikirannya pada jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia yang menganjurkan
masyarakatnya untuk melakukan kontrol kepada para penguasanya.
Hak asasi manusia kemudian juga disadari pada tahun1215 oleh masyarakat Inggris.
Dimulai dengan lahirnya Magna Charta yang mencananangkan pembatasan kekuasaan raja serta
diadakannya pertanggungjawaban raja di depan umum, sehingga raja tidak lagi berkuasa semenamena dan dapat diadili apabila melanggar hukum yang berlaku. Hingga kini, Magna Charta
dijadikan tonggak sejarah lahirnya demokrasi.
Tidak berhenti disitu, hak asasi manusia terus mengalami perkembangan. Pada tahun 1689,
lahirlah Bill of Rights di Inggris yang melahirkan asas persamaan, yaitu bahwa manusia memiliki
kedudukan yang sama dimata hukum atau equality before the law.
Sebenarnya, hak asasi manusia telah tercermin dalam karangan filsuf di Zaman Pencerahan
yang membayangkan bahwa manusia hidup berdasarkan “keadaan alam”, sehingga semua manusia
tunduk pada hukum alam yang ada. Salah satunya adalah John Locke (1632-1704) yang secara
tegas merumuskan hak atas hidup, kebebasan dan kepemilikan (life, liberty, and proprerty) serta
pemikiran bahwa penguasa harus memerintah dengan persetujuan rakyat (government by consent)
(Budiharjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, 2013).
Pemikiran John Locke mengilhami rakyat Amerika untuk memberontak pada penguasa
Inggris pada tahun 1776. Hingga Revolusi Amerika dicetuskan dengan Deklarasi Kemerdekaan
Amerika Serikat atau yang dikenal dengan Declaration of Independence of The United States pada

tanggal 4 Juli 1776. Piagam ini menyatakan bahwa sesungguhnya semua manusia diberi kesetaraan
derajat oleh Tuhan seperti hak hidup, hak kebebasan dan lain-lainnya. Piagam ini juga menyatakan
merdekanya Amerika dari tangan penguasa Inggris.
Pada tanggal 6 Januari 1941, Presiden Franklin D. Roosevelt mengemukakan “empat
kebabasan” dalam Kongres Amerika Serikat yaitu kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan

beragama, kebabasan dari rasa takut, kebebasan dari kemiskinan. Pernyataan Roosevelt
merupakan hak asasi manusia yang paling mendasar.
Kemudian hak asasi manusia juga muncul pada awal Revolusi Perancis yang melawan
penguasa yang dzalim pada tahun 1789 yang menyatakan hak atas kebebasan, kesamaan, dan
persaudaraan atau yang biasa dikenal dengan liberté, égalité, fraternité. Kemudian lahirlah The
French Declaration yang melahirkan The Rule of Law.

Setelah Perang Dunia II, muncul keinginan untuk merumuskan hak asasi yang diakui di
seluruh dunia sehingga benar-benar bersifat universal. Dimulai oleh Komisi Hak Asasi Manusia
yang dibentuk PBB pada tahun 1946. Komisi ini menghasilkan Universal Declaration of Human
Right.Deklarasi Universal ini bersifat tidak mengikat secara yuridis, namun memberikan nilai

moral, edukatif dan politik. Sebagai lambang “komitmen moral” dunia internasional pada
perlindungan hak asasi manusia Deklarasi menjadi acuan banyak negara dalam undang-undang

dasar, undang-undang serta putusan-putusan hakim (Budiharjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, 2013).
Sementara itu, negara-negara non-Barat juga terpanggil untuk membahas aspek-aspek
yang menurut mereka kurang memperoleh perhatian yaitu, pertama, konsep bahwa setiap manusia
disamping hak, juga memiliki kewajiban atau tanggung jawab terhadap masyarakat dimanapun
berada. Kedua, bahwa bagi banyak negara yangrasa agamisnya kuat, hak asasi dianggap tidak
dapat dilihat terpisah dari agama dan budaya (Budiharjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, 2013).
Maka dalam masa berikutnya, di beberapa belahan dunia seperti Asia dan Afrika timbul
beberapa piagam regional seperti, African Charter and Human and People’s Rights (1981), Cairo
Declaration on Human Rights in Islam (1990), Bangkok Declaration, Vienna Declaration (1993)

dan lain sebagainya. Berkat muculnya beragam piagam jelaslah bahwa dalam masa globalisasi,
universalitas hak asasi manusia tidak diragukan lagi. Akan tetapi, di pihak lain, diakui pula bahwa
implementasi hak asasi manusia dapat memberikan warna khusus keadaan sosial-ekonomi,
kebudayaan, dan agama di masing-masing negara (Budiharjo, Dasar-dasari Ilmu Politik, 2013).
Hak asasi manusia tentu saja berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Adanya tujuh belas poin
mengenai hak asasi manusia yang dinyatakan dalam deklarasi PBB sangatlah berguna untuk
perlindungan bagi setiap manusia di dunia. HAM sendiri sesungguhnya berfungsi untuk
mengangkat harkat dan martabat manusia dari perlakuan yang semena-mena. Disisi lain,

kewajiban


untuk

menghormati

dan

menghargai

satu

sama

lain

juga

harus

diseimbangkan,beriringan dengan hak asasi manusia.

Namun, pada realita yang ada, masih banyak terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh
masyarakat dunia, mulai dari individu, kelompok, atau bahkan sebuah pemerintah. Pelanggraan
HAM terjadi mulai dari pelanggaran ringan seperti pencemaran nama baik, memfitnah dan lain
sebagainya hingga pelanggaran berat seperti segala penyiksaan, pembunuhan dan lain-lainnya.
Lebih dari separuh dari 198 negara yang dinilai dalam indeks (55% atau 110 negara)
berisiko tinggi atau ekstrim dalam Indeks Risiko Hak Asasi Manusia Vercl Maplecroft 2016-Q4.
Konflik adalah pendorong utama pelanggaran hak asasi manusia di negara-negara dengan kinerja
terburuk (Korea Utara, Somalia, Suriah, Sudan Selatan dan Sudan). Kegagalan negara-negara
untuk menegakkan perlindungan hukum bagi para pekerja, dan dalam banyak kasus, keterlibatan
aparat penegak hukum dalam penindasan hak-hak sipil dan politik juga merupakan faktor kunci
yang mendorong negara-negara masuk dalam kategori risiko yang lebih tinggi (Infographic, 2016).

Indeks Risiko Hak Asasi Manusia mengevaluasi risiko terhadap bisnis di 198 negara
dengan mengevaluasi 26 isu, termasuk hak-hak sipil dan politik, keamanan manusia dan hak-hak
buruh. Menurut indeks, ekonomi sumber utama seperti India, China, Nigeria, Bangladesh,
Vietnam dan DR Kongo termasuk di antara 30 negara berkinerja terburuk, berada di peringkat
ekstrim atau berisiko tinggi untuk pelanggaran hak asasi manusia. Tidak ada tagihan bersih
kesehatan untuk rantai pasokan di Eropa dan Amerika Utara, karena AS dan negara-negara di
Eropa selatan dan timur semuanya memiliki risiko menengah atas hak asasi manusia (Infographic,
2016).

Menurut sejarahnya, hak asasi manusia dibangun atas kesadaran pribadi dan kelompok itu
sendiri. Dibuatnya piagam-piagam mengenai hak asasi manusia adalah untuk melindungi seluruh
umat manusia agar tidak megalami hal serupa di masa lampau. Namun pada realitanya, masih
banyak oknum-oknum yang melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan tidak diadili sesuai
hukum yang berlaku. Dari seluruh hak asasi manusia yang ada, hak-hak individual adalah hal
terpenting dalam penerapan hak asasi manusia.
Beberapa faktor yang menyebabkan pelanggaran hak asasi manusia itu terjadi adalah
penyalahgunaan kekuasaan, lemahnya hukum yang berlaku di sebuah negara, kurangnya rasa

toleransi terhadap sesama manusia dan lain sebagainya. Berbagai cara telah diupayakan untuk
mengurangi pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
Taylor Owen (2004) berpendapat bahwa "dengan memfokuskan kembali perhatian kita
pada isu-isu yang mempengaruhi kebanyakan orang, keamanan manusia memberi suara politik
kepada orang lain secara politis yang terpinggirkan. ". Secara khusus, menurut Taylor Owen,
Keamanan manusia adalah perlindungan inti vital semua kehidupan manusia dari ancaman
lingkungan, ekonomi, makanan, kesehatan, pribadi dan politik yang meresap (Maksum, 2014).

C. KESIMPULAN
Hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki oleh setiap manusia sejak dalam kandungan.
Hak ini berfungsi untuk melindungi manusia dari ancaman dari luar diri manusia itu sendiri.

Disamping hak asasi manusia, kita juga harus menerapkan kewajiban asasi manusia yang
menyelaraskan keduanya.
Meskipun berbagai piagam telah menjadi bukti betapa pentingnya hak asasi manusia,
namun pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia masih sering terjadi dalam masyarakat dunia.
Penegakan hukum yang masih lemah atas pelanggaran hak asasi manusia juga mendorong faktor
bertambahnya jumlah peanggaran tersebut.
Penegakkan hak asasi manusia butuh kesadaran dari manusia itu sendiri. Tanpa adanya
kesadaran hak asasi manusia hanyalah hak-hak yang berlaku diatas kertas. Implementasi hak asasi
manusia belum terpenuhi dengan sempurna dan belum sesuai dengan harapan piagam-piagam
tersebut. Apabila kewajiban dan hak asasi manusia berjalan sesuai dengan harapan, maka
masyarakat dunia akan damai dan sejahtera.
Bagaimanapun, hak asasi manusia bukan hanya hukum yang tertulis diatas kertas, namun
perlu pengaplikasian yang sesungguhnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Penegakan
hukum bagi para pelaggar hak asasi ini harus dipertegas dan dilaksanakan dengan seadil-adilnya.
Agar hubungan antar-manusia serta hubungan antar-negara menjadi lebih damai dan sejahtera.

Daftar Pustaka
Budiharjo, P. M. (2013). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Budiharjo, P. M. (2013). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Budiharjo, P. M. (2013). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Budiharjo, P. M. (2013). Dasar-dasari Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Infographic. (2016, Desember 08). Human Right Risk Index 2016-Q4. Retrieved from Reliefweb:
https://reliefweb.int/report/world/human-rights-risk-index-2016-q4
Maksum, A. (2014). The Free Press in Indonesia as Human Security?: A Preliminary Analysis. Andalas
Journal of International Studies|Vol 3 No 1 Mei Tahun 2014, 3.