AKUNTANSI BANTENGAN: PERLAWANAN AKUNTANSI INDONESIA MELALUI METAFORA BANTENGAN DAN TOPENG MALANG

DAN TOPENG MALANG Amelia Indah Kusdewanti 1)*

Achdiar Redy Setiawan 2) Ari Kamayanti 1) Aji Dedi Mulawarman 1)

1) Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 165, Malang.

2) Universitas Trunojoyo Madura Surel: amelia_indah15@yahoo.co.id

Abstrak: Akuntansi Bantengan: Perlawanan Akuntansi Indonesia melalui

Metafora Kesenian Bantengan dan Topengan Malang. Tujuan studi ini meng- usulkan bahwa melakukan perlawanan pada ‘kuasa’ yang sedang berperang merupakan usaha yang melelahkan. Bentuk perlawanan akan lebih bermakna bagi kepentingan rakyat apabila dilakukan oleh dan bagi rakyat. Pendekatan metafora digunakan untuk menelaah perang kuasa. Studi literatur mendalam serta wawancara dengan komunitas budaya, budayawan serta sejarawan meng- konfirmasi bahwa metafora Bantengan dan Topeng Malang tepat untuk meng- gambarkan kondisi ini. Artikel ini menunjukkan bahwa keberadaan Masyarakat Akuntansi Multiparadigma Indonesia (MAMI) adalah bentuk perlawanan Akun- tansi Bantengan yang menjadi motor penggerak pembangunan ilmu akuntansi menuju akuntansi Indonesia yang merdeka.

Abstract: Bantengan Accounting: The Counterforce of Indonesian Account-

ing through Bantengan and Topengan Malang Art as Methapor. This study proposes that the counterforce of this war should be done by the people and for them. The methapor is used to examine the war. In-depth study of literature and interviews with cultural communities, as well as cultural historians confirm that

Bantengan and Topeng Malang appropriate to describe this condition. This arti- cle shows that the presence of Masyarakat Akuntansi Multiparadigma Indonesia (MAMI) as a form of Bantengan Accounting battle is a driving force toward the free- dom of Indonesian Accounting.

Kata kunci: Bantengan, Topeng malang, MAMI, Metafora, Perang kuasa

“ Titenana yen mbesok wes ana sarpo kantaka Handoko Brang saka wetan dalane, sinuwuk ubrug wahana jati. Amedar galeh jaya

pamudya kaluhuruneng partiwi.

Iku kang dadi titi wanci kawitane Negara pranata utama ing arum. Gelar anggelareng hambudaya daya manunggaleng ratu adil. Ya kang dadi amudyaneng budaya Jawa.”

“Ingatlah jika nanti ada barisan Banteng Merah yang sangat be- sar dari arah timur, kondisi ini yang sudah dinanti sejak lama. Yang

* Penulis berasal dari berbagai latar hir di Malang, kecuali SMA (di Sura- belakang tetapi tetap memiliki “garis

karta) dan Kuliah (di Yogyakarta). darah” Malang. Amelia Indah Kus-

Pagak, Lawang, Tumpang dan Turen dewanti adalah keturunan “rakyat”

merupakan empat kecamatan di asli Pagak dan dibesarkan di Malang.

wilayah Kabupaten Malang. Kombi-

Jurnal Akuntansi Multiparadigma

Achdiar Redy keturunan Lawang dan nasi penulis yang beragam memberi

JAMAL

Sumenep. Ari Kamayanti masih me- Volume 5 perspektif luas atas kesenian Topeng

Nomor 1

miliki “darah” Tumpang dan Lamon-

Malang dang Bantengan yang menjadi

Halaman 1-169 Malang, April 2014

gan, namun tidak pernah dibesarkan metafora untuk menelaah realita kua-

ISSN 2086-7603

di Malang. Aji Dedi Mulawarman e-ISSN 2089-5879 sa akuntansi, tanpa lepas dari nilai berdarah Turen-Tenggarong sejak la-

Malang asli.

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 1, April 2014, Hlm. 149-169 sebenarnya akan menjelaskan maksud dari

Accountants (IFAC) atas Ikatan Akuntan semua makna yang tersirat dari isi semua

Indonesia (IAI) melalui Statement of Mem- budaya Jawa (Nusantara)

ber Obligations (SMO) mengatur penentuan yang nantinya akan membawa pada

standar hingga pendidikan akuntansi Indo- keagungan Tanah Pertiwi (Indonesia).

nesia. Abeysekera (2005) menjelaskan hal Itu yang sebenarnya akan jadi ci-

ini sebagai kondisi imperialisme akuntansi, kal bakal untuk memulai negara adil dan

sedangkan Merino, Mayper, dan Tolleson

(1989:2) menyebutkan ini sebagai agenda Gelaran budaya itu merupakan simbo-

makmur.

setting menuju serfdom (perbudakan) agar

penguasa dapat tetap menjadi penguasa un- [Kawulo Kalawan Gusti secara vertikal,

lik dari Manunggaling

tuk memenuhi kepentingan neo-liberalis- dan Kawulo Kalawan Panguwoso secara

nya. Di Indonesia khususnya, penerapan

IFRS merupakan suatu hasil perang kuasa Hal inilah yang disebut dengan Ratu

horizontal].

sehingga Indonesia terjebak dalam kolonial-

Adil.”

isasi melalui keanggotaannya di IOSCO dan G20 (Hamidah 2013). Shonhadji (2013) men-

(Eyang Jago Wido- Suryo Haryo dukung temuan ini dari sudut sosio-budaya Handoko menjelaskan tentang “Banteng”,

yang dipahami auditor. Implementasi IFRS

Putra 2011)

di Indonesia menurut Shonhaji (2013) ke- hilangan aspek sosio-budaya yang melekat

Syair Eyang Jago Wido 1 atau Suryo pada lingkungan di mana auditor bekerja. Haryo Handoko di atas seakan merupakan

Dalam hal ini jelas bahwa Indonesia bentuk ramalan kondisi Indonesia yang ter-

adalah casualty of war. Perang kuasa akun- jajah dan akan dibebaskan oleh Banteng. tansi sebenarnya telah lama ada sebagaima-

Ya. Peramalan memang bukan hal baru di na dijelaskan di buku Accounting Wars oleh negara ang sarat dengan spiritualitas majis.

Mark Stevens tahun 1985. Perang kuasa ti- Primbon 3 , weton, atau ramalan Joyoboyo dak mengindahkan apapun (termasuk dam- mengenai datangnya Ratu Adil Heru Cokro

pak perang), kecuali pada tujuan akhir yai- pernah dan bahkan masih digunakan oleh

tu siapa pemegang kuasa. Bentuk-bentuk nenek moyang kita. Terlepas dari keyakinan

perlawanan yang telah dilakukan oleh para kami bahwa merupakan suatu kesyirikan terdampak terhadap kuasa tidak akan dira- untuk mengimani segala sesuatu di luar sakan karena para kuasa terlalu sibuk de- kekuasaan Tuhan, beberapa kepercayaan ngan kepentingan mereka sendiri. tersebut pernah secara empiris dibuktikan

Supaya kita yang terdampak tidak be- kebenarannya, misalnya beberapa keperca-

rakhir sebagaimana dua utusan yang mati yaan dalam primbon mengenai pengobatan

( maga batanga) 3 karena keyakinan ‘buta’, tradisional (Sudardi 2002). Ratu Adil dalam

perlu ada sebuah perlawanan yang berbeda ramalan Joyoboyo biasanya disebut dengan

dengan perlawanan langsung atas pengua- Milenarisme. Konsep milenarisme seperti sa. Melalui artikel ini kami ingin menyam- Ratu Adil, bila ditelusuri tidak hanya hidup

paikan bahwa kita biarkan saja para pe- di masyarakat Jawa, namun dapat ditemui

nguasa melakukan aksi-kuasanya. Emang pula pada kepercayaan Islam dengan kon-

Gue Pikirin (EGP) IFRS! Masih ada bentuk sep Imam Mahdi, Budha dengan Catur Yoga,

perlawanan lain yang dapat dilakukan dan Nasrani dengan Mesiah, dan lainnya.

memiliki hasil yang lebih nyata bagi rakyat. Kebenaran pernyataan Eyang Jago Artikel ini bertujuan menawarkan bentuk juga terbukti pada kondisi akuntansi Indo-

perlawanan oleh dan bagi rakyat akuntansi nesia saat ini yang jatuh di bawah kuasa Indonesia (sebagai yang terdampak) dengan penentu standar akuntansi internasional. menggunakan metafora kesenian Bantengan Cengkeraman International Federation of dan Topeng Malang; yang merupakan meta-

1. Eyang Jago Wido, menurut informan kami yaitu sehingga primbon berarti buku yang memuat se- Bapak Agus, adalah sesepuh kesenian Bantengan

gala ilmu pengetahuan (Sudardi 2002:13). yang merupakan mpu keturunan kerajaan Singo-

3. Seperti dinyatakan melalui refleksi budaya Jawa sari.

bait keempat, yaitu cerita Aji Saka yang kemudian 2. Kata Primbon terbentuk dari kata imbu yang memi-

diwujudkan dalam bentuk huruf Jawa/ Hanacara- liki arti memeram buah agar masak. Kata dasar ini

ka.

mendapatkan awalan dan akhiran “pari” dan “an”,

Kusdewanti, Setiawan, Kamayanti, Mulawarman, Akuntansi Bantengan: Perlawanan...151 fora Perang antara Pemilik Kuasa (Topeng

what people understand to be ac- Malang) dan Rakyat (Bantengan). Topeng

counting phenomena and account- Malang adalah seni tari yang mengisahkan

ing concepts. Such a view is con- perang kuasa para raja, sedangkan Ban-

sistent with the idea that metaphor tengan adalah seni tari yang mengisahkan

“is an organ of perception”... To un- perlawanan ‘bisu’ rakyat. Artikel ini ditulis

derstand how accounting fashions dengan sistematika sebagai berikut: penda-

perception in a particular context, huluan, metode, sejarah kesenian Banteng-

we need to be sensitive to the infer- an dan Topeng Malang, akuntansi dalam

ences (or entailments) of the meta- metafora Topeng Malang untuk menjelas-

phors deployed.”

kan perang kuasa antara pengembang ilmu Penggunaan metafora mempermudah akuntansi serta penentu standar IFRS, US pembaca untuk memahami penjelasan ten-

GAAP dan SAK, dan akuntansi dalam meta- tang realita dan konsep akuntansi secara fora Bantengan. Artikel ini ditutup dengan

lebih sederhana, yaitu dalam bentuk “organ catatan sementara. persepsi”. Melalui pendekatan ini, “organ

METODE

persepsi” sebagaimana dijelaskan Armenic Langkah-langkah riset dalam artikel ini

dan Craig (2009), “organ-organ karakter/ akan menggunakan metode yang biasanya nilai” yang muncul pada kesenian Topeng

disebut dengan Metafora untuk menelaah Malang dan Bantengan akan diabstraksi. ‘perang’ kuasa akuntansi. Apa itu Metafora?

Organ karakter/nilai yang terdapat pada Apakah mungkin metafora dilakukan dalam

kesenian Topeng Malangan dan Bantengan riset akuntansi? Ya, pentingnya metode tersebut kemudian digunakan untuk mene-

metafora dalam riset akuntansi dapat laah realita yang muncul pada ranah akun- dijelaskan oleh Llwellyn (2003:668-670):

tansi, khususnya organ persepsi perang kuasa pembentukan ilmu serta kebijakan

“…metaphor provides both a ``way

akuntansi.

of thinking’’ about organizations Dalam rangka meyakinkan bah-

and a ``way of seeing’’… metaphor wa metafora yang digunakan tepat kami

theorizes through linking the un- melakukan wawancara kepada seniman, bu-

familiar to the familiar; it creates dayawan, dan sejarawan Topeng Malang dan

meaning and significance through Bantengan. Penelusuran dimulai dengan

``picturing’’ or ``image-ing’’ the studi literatur di perpustakaan kota Malang,

world.” dan melalui komunitas budaya. Informan

Llwellyn (2003) menjelaskan bahwa kami untuk kesenian Topengan adalah penggunaan pendekatan ini akan mem-

Bapak Handoyo, seorang pewaris ke-4 sang- bentuk suatu tingkat pengetahuan berba-

gar tari topeng Asmorobangun di Kedung- sis metafora atau yang disebutnya sebagai

monggo Pakisaji. Sedangkan informan kami

untuk kesenian Bantengan adalah Bapak kreasi makna dan signifikansi melalui peng-

metaphor theorizing 4 sehingga dapat meng-

Agus Riyanto, seorang pelukis dan pendekar gambaran atau imaginasi dunia . Walaupun

yang juga sebagai pencetus Banteng Nus- artikel ini mengambil ide Llwellyn (2003) wantoro. Wawancara mendalam dilakukan yang menjelaskan pendekatan berdasarkan

untuk kemudian diabstraksi ke dalam “or- grounding experience (dalam hal ini ground-

gan persepsi” berbentuk karakter serta nilai ing experience dari seniman, sejarawan, yang dibawa masing-masing kesenian. dan kami sendiri sebagai pihak yang terliat

Pada tahap selanjutnya, “organ per- dalam MAMI) , artikel ini lebih menggunakan

sepsi” berbentuk karakter serta nilai ke- pendekatan metafora berbasis telaahan atas

senian Topeng dan Bantengan digunakan “organ persepsi” yang disampaikan Armenic

untuk menjelaskan kondisi perang kuasa dan Craig (2009:877):

akuntansi pada level supranasional (ningrat) “Metaphors about accounting are dan pada level lokal (rakyat jelata). Baha- important because they affect sa persuasif digunakan untuk memberikan

penyadaran pentingnya keberadaan perang

4. Lima tingkatan teori menurut Llwellyn (2003) lai dari grounding experience ke temuan berskala adalah methaphor theorizing, differentiation, con-

luas yang dapat digeneralisir. cept, theorizing setting dan theorizing structures. Teori-teori ini terklasifikasi tergantung lingkup mu-

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 1, April 2014, Hlm. 149-169 level lokal yang akan menghasilkan akun-

Sri Nata menari di balai Wi- tansi yang lebih konkrit bagi kepentingan

tana khusus untuk para puteri rakyat.

dan para istri. Yang duduk rapat rapi berimpit, ada yang ngelamun

HASIL DAN PEMBAHASAN

karena tercengang memandang. Bagian ini menjelaskan asal-usul kese-

Segala macam kesenangan yang nian Topeng Malang dan Bantengan untuk

menggembirakan hati rakyat di- menelisik organ persepsi yang muncul diba-

selenggarakan. Nyanyian, wa- lik Bantengan dan Topeng Malang. Asal-

yang, topeng silih berganti setiap usul menjadi suatu hal yang sangat penting

hari dengan paduan suara. Tari karena di balik suatu kesenian yang men-

perang prajurit, yang dahsyat tradisi ada karakter dan nilai yang menjadi

berpukul-pukulan, menimbulkan akar. Tentu saja setiap budaya pasti akan

gelak mengakak. Terutama der- mengalami perubahan karena waktu atau

ma kepada orang yang menderita peresapan budaya lain akibat arus informasi

membangkitkan gembira rakyat. tanpa batas. Melalui penelusuran literatur serta informan yang memahami dan masih

Pupuh 91 bait 1-5: mempraktikkan kesenian Topeng Malang

dan Bantengan, ditemukan bahwa akar nilai Pembesar daerah angina mem- dan karakter awal masih sedikit banyak me-

badut dengan para lurah. Diikuti lekat pada wajah kesenian tersebut hari ini.

lagu, sambil bertandak memilih

“Organ Persepsi” Topeng Malang: ke-

pasangan. Solah tingkahnya me-

senian kaum “ningrat” merayakan perang

narik gelak, menggelikan pan- kuasa. Keberadaan tari Topeng bisa jadi ada

dangan. Itulah sebabnya mereka sejak sebelum zaman kerajaan Singhasari,

memperoleh hadiah kain. karena Raja Gajayana dari Kerajaan Kan- juruhan yang berkuasa sekitar tahun 760

Disuruh menghadap baginda, dia- M 5 menggunakan tari Topeng untuk acara

jak minum bersama. Menteri upa- pemujaan. Konon Raja Gajayana yang ter-

pati berurut minum bergilir me- kemuka dan agamis menggunakan Wayang

nyanyi. Nyanyian Manghuri Kan- Topeng/Tari Topeng untuk memberikan

damuhi dapat sorak pujian. Ba- penghormatan kepada ayahandanya Dewa

ginda berdiri, mengimbangi ikut Cima.

melaras lagu.

Eksistensi Topeng Malang juga dapat ditelusuri dalam Kitab Negarakertagama

Tercengang dan terharu hadirin (1365) ditulis oleh Mpu Prapanca yang me-

mendengar suara merdu. Semer- ngisahkan peringatan 12 tahun kematian

bak meriah bagai gelak merak di nenek Hayam Wuruk, Sri Raja Patni. Peri-

dahan kayu. Seperti madu ber- ngatan kematian ini disebut dengan upacara

campur dengan gula terlalu sedap Shraddha, sedangkan Topeng yang diguna-

manis. Resap membaru kalbu kan sebagai sarana upacara tersebut dina-

bagai desiran buluh perindu. makan Sang Hyang Pusphasharira (Hidajat

2003). Kitab Negarakertagama Pupuh 66 Arya Ranadikara lupa bahwa Bag- (bait 4-5), pupuh 91 (bait 1-5) menggambar-

inda berlaku bersama Arya Ma- kan gempitanya pesta ini:

hadikara, mendadak berteriak bahwa para pembesar ingin beliau

Pupuh 66 Bait ke 4-5: menari topeng. “Ya! jawab beliau; segera masuk untuk persiapan.

Gemeruduk dan gemuruh para penonton dari segenap arah,

Sri Kertawardana tampil ke de- berdesak-sesak. Ribut berebut

pan menari panjak. Bergegas le- tempat melihat peristiwa di ba-

kas panggung disiapkan di tengah lai agung serta pura leluhur.

mandapa. Sang permaisuri ber-

5. Kerajaan Kanjuruhan dapat diterangkan dalam 682 C = 760 AD/Masehi ( nayama = mata =2, vasu= prasasti dinoyo yang berangka tahun dalam ben-

dewa penjaga mata angin = 8, rasa= rasa= 6) (Brah- tuk candrasengkala berbunyi nayama vasu rasa=

mantyo 1998: 65).

Kusdewanti, Setiawan, Kamayanti, Mulawarman, Akuntansi Bantengan: Perlawanan...153 hias jamang laras menyanyikan

Ada beberapa varian dalam cerita Pan- lagu. Luk suaranya mengharu

ji. Salah satunya menceritakan tentang rindu, tingkahnya memikat hati.

Raden Inu Kertapati, putra raja Kahuripan yang memiliki tunangan bernama Candra

(diambil dari Negarakertagama Kirana, putri dari Kediri (Kerdijk 2002:65). terjemahan Kamajaya dan Hadis-

Panji seringkali kehilangan tunangannya

karena diculik ataupun menghilang tanpa Pada zaman Majapahit, drama tari to-

Udjipto 1981)

tahu rimbanya. Selama perjalanan pencar- peng tersebut dikenal dengan nama Raket,

ian tersebut seringkali Panji menjumpai ba- istilah yang masih banyak digunakan sam-

nyak peristiwa. Perjalanan inilah yang men- pai abad XVII. Drama tari topeng sering di-

jadi inti cerita Panji (Kerdijk 2002:65). mainkan di istana Majapahit di mana Raja

Varian lain yang lebih populer adalah Hayam Wuruk beserta delapan orang pemu-

cerita Panji yang diperkirakan muncul pada

da menampilkan sebuah pertunjukkan to- masa kejayaan kerajaan Singhasari era peng (Prasetyo 2004).

pemerintahan Kertanegara yang dikenal de- Temuan Yuliasti (2003) menunjuk-

ngan Sastra Panji (Abad XIII) (Hidajat 2003). kan keberadaan pertunjukan Topeng sejak

Dikisahkan, Raja Airlangga menjelang abad VIII-X M sebagaimana terungkap pada

masa mangkatnya membagi kerajaan men- prasasti Jaha. Tari telah menjadi kegemaran

jadi dua, yaitu Jenggala dan Kediri. Dilema penguasa di Jawa Timur. Bahkan di abad ke

dua kerajaan ini dalam kesusastraan Jawa

VIII, Raja Gajayana yang berkuasa di Malang, mengilhami para Pujangga untuk mencip- pada masa mudanya adalah seorang penari.

takan cerita Panji (Rama 2007) yang saat ini Hal ini dapat dilihat dari peninggalan candi

kisah-kisahnya digunakan dalam pagelaran Bandut yang berarti penari (Yuliati 2003). Wayang Topeng. Cerita Panji dilatarbelakan-

Bila ditelusuri dari sumber berbeda, Tari gi penyatuan dua kerajaan yang sedang ber- Topeng berkembang pada masa kerajaan Si-

seteru yaitu Jenggala dan Kediri dalam satu nghasari yang pada waktu itu dipimpin Raja

panji kekuasaan kerajaan Singhasari (Su- Tunggulametung (Prasetyo 2004). Wayang prapta 2008). Penyatuan kedua kerajaan

Topeng/tari Topeng sendiri, sebagaimana tersebut tersebut dicapai dengan jalan per- yang ada pada zaman Raja Gajayana dari nikahan antara Panji Asmoro Bangun dan kerajaan Kanjuruhan dan Raja Hayam Wu-

Dewi Sekartaji. Bapak Handoyo seorang ruk, di zaman kerajaan Singhasari pada mu-

pewaris generasi ke-4 sanggar tari topeng lanya hanya berada pada kalangan keraton/

Asmorobangun menjabarkan: ningrat saja 6 .

“ Lek cerita Panji sebelumnya, Pra- Kesenian tari Topeng berlanjut ke-

bu Airlangga itu ia punya anak 5, beradaannya hingga masa penjajahan. yang pertama itu [seorang perem-

Dalam History of Java, Thomas Stamford puan], yang kedua Prabu Lembu Raffles menulis tentang tari topeng ketika ia

Amijoyo, Amiluhur, Amisami, singgah di Pakisaji pada tahun 1817 (Wido-

Amiseno, nah yang pertama ini do 2006). Raffles (2008:230) menuturkan

kan perempuan, ia mau disera- mengenai kesenian dan kebudayaan Jawa,

hi tahta, ia menolak, ia memilih khususnya tari yang terdiri dari dua macam,

menjadi seorang pertapa di Kediri, yaitu topeng dan wayang. Penelusuran ten-

Kemudian anaknya yang kedua tang kesenian Topeng Malang mengungkap-

dan ketiga ini rebutan, Amijoyo kan “romansa” dan “politik kuasa” dalam

dan Amiluhur ini rebutan, jadi bentuk Cerita Panji. Lebih lanjut, Raffles

terjadi peperangan trus akhirnya (2008) menuturkan bahwa cerita topeng

sama Jarodeh, Semar, kalau di adalah mengenai hasrat, ketololan, penderi-

Jawa Timur itu Jarodeh, jadi atas taan, percintaan dan perang. Pergelaran bi-

nasehat semar itu akhirnya ne- asanya ditutup dengan pertempuran antara

gara itu dibelah menjadi 2 dengan dua pemimpin yang bertentangan

menggunakan kendi pertulo, jadi

6. Sangat disayangkan, sebagai salah satu puncak tetapi ternyata literatur mengenai keberadaan tari peradaban tinggi di Malang sebenarnya adalah

Topeng/Wayang Topeng di kerajaan Singhasari kerajaan Singhasari bukan Kerajaan Kanjuruhan,

sangat minim (Hadi dan Agung 2008).

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 1, April 2014, Hlm. 149-169 air kendi itu dialirkan membe-

lah menjadi sungai berantas, jadi yang wilayah timur itu Jenggolo, yang wilayah barat itu Kediri. Ka- lau sekarang Jenggala itu mulai dari Sidoarjo sampai ke Malang, kalau kediri ya Kediri sampai ke Blitar.”

“Setelah itu, kalau dalam cerita yang asli kan Jenggolo [dan] Kediri kan perang terus, nah akhirnya, dia salah satunya anak dua-dua, yang Kediri punya anak Dewi Se- kartaji sama Rajeng Gunung Sari, yang Jenggolo itu punya anak Panji Asmoro Bangun dan Dewi Ragil Kuning, nah kemudian biar negara ini tidak terpecah menjadi milik oranglain, jadi semasa kecil itu dijodohkan, tapi kalau anak kecil dijodohkan itu kan mau- mau aja, tapi setelah dewasa itu dia akan mencoba, njajali bojoku akan seperti apa, Dewi Sekar- taji itu ia selalu mengajukan be- berapa sarat kalau tidak benar- benar orang sakti ia tidak akan bisa memenuhi itu. Dalam kisah Rabine Panji, Dewi Sekartaji itu, mau dilamar Panji, tapi dia minta syarat, yang pertama, sinomannya itu para dewa, kedua, musik yang akan mengiringi nama gamelan- nya Kencono Robyong yang ia berdiri di awang-awang, jadi tidak ada bentuknya lalu ada lagi Kebo tapi tanduknya dari emas, ada para Buto, jadi sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh orang- orang biasa”.

“Tapi beda sama adeknya... Gu- nungsari dia itu Kesatria tapi pe- solek, lha Ragil Kuning kan walau- pun wanita, dia itu suka berper- ang, nah ya pasti suka dengan la- ki-laki yang gagah, nah dia bilang mosok calon bojoku seneng macak, iso perang ta? Nah akhirnya atas saran dari penasihat, maka diada- kanlah sayembara, tapi namanya juga ksatria sakti, ia bisa menga- lahkan sayembara itu”

Tema percintaan antara Panji Asmara Bangun dan Dewi Sekartaji tampak pula dibayangi ‘kelicikan’ untuk menggagalkan

kuasa. Permintaan Dewi Sekartaji yang ti- dak ‘rasional’ memunculkan politik kuasa. Cinta hanya diberikan jika kuasa/kesaktian Panji Asmara Bangun dapat teruji.

Selain itu, kesenian Topeng di Indone- sia telah dipergunakan sebagai medium pe- manggilan roh-roh nenek moyang agar mau memberikan perlindungan, dengan jalan memasuki Topeng (Hidajat 2003). Nuansa ‘syukur’, ‘kebangsawanan’ dan ‘kuasa’ tari Topeng ini sangat kental sehingga tarian ini sangat disukai oleh para bangsawan kera- jaan pada masa itu. Bapak Handoyo mene- gaskan fenomena ini:

“Kesenian wayang topeng ini dulu dilakukan oleh pejabat nggeh jadi yang melakukan hanya para bangsawan dan para raja-raja, ke- mudian kalau perkembangannya di Malang, itu Bupati Malang yang ke-3, namanya Raden Suryodi- ningrat, dia yang mengajak para pejabat belajar tari topeng ini”

Terlepas dari itu, desakralisasi kera- ton/keningratan akhirnya menyebabkan tumbuh dan berkembangnya tari Topeng popular yang kini dinikmati rakyat banyak. Enkulturasi tari Topeng ke dalam budaya rakyat dijelaskan oleh Bapak Handoyo:

“perkembangannya di Malang, itu Bupati Malang, namanya Raden Suryodiningrat, dia yang menga- jak para pejabat belajar tari to- peng ini, nah yang mengajarkan itu namanya Kanjeng Suryo, ke- turunan dari Mojopahit, nah ke- mudian ada yang membawa ke daerah, awalnya di lingkup bang- sawan kan, ada yang membawa ke daerah itu namanya pak Gu- rawan, pak Gurawan ini adalah, dulu bekerja di pendopo kabupa- ten kemudian ia ikut nyonya Be- landa, itu namanya Nyonya Yolis di daerah kalisurak lawang, jadi dia pertama kali mendirikan ke- lompok itu di Lawang, kemudian setelah Nyonya Yolis meninggal dia ikut anaknya Van Der Horl, itu pindah di daerah kromengan gunung kawi sini, nah salah satu muridnya dari Kedung Monggo namanya Pak Serun itu.”

Pada akhirnya Pak Serun membawa Tari topeng tersebut ke Desa Kedung Mong-

Kusdewanti, Setiawan, Kamayanti, Mulawarman, Akuntansi Bantengan: Perlawanan...155

go dan [sanggar] Asmoro Bangun. Sejak saat itulah tari topeng tidak hanya dinikmati oleh kalangan bangsawan ataupun kelas atas saja, akan tetapi juga bisa dikatakan “merakyat”.

Berdasarkan cerita yang melandasi ke- senian Topeng, dapat disimpulkan bahwa terdapat organ persepsi pertama dari Tari Topeng, yaitu kuasa berbalut cinta menjadi inti cerita. Topeng Malang bukan mengi- sahkan cinta antara Panji Asmoro Bangun dan Sekartaji, namun penyatuan cinta keduanya untuk kepentingan kuasa-cinta kuasa. Menurut Bapak Handoyo, tari To- peng ini bisa jadi muncul karena keluwes- an Para Raja tersebut dalam berdoa dan gerakan-gerakannya menjadi seperti sedang menari. Oleh sebab itu, tari Topeng juga me- nyajikan rasa syukur pada nenek moyang, serta mengisyaratkan pesan bahwa kebang- gaan atas status sosial dan kebangsawanan merupakan hal yang sangat dijunjung tinggi. Fakta menarik bahwa peminat kesenian ini merupakan kaum ningrat/pejabat/pengua- sa serta bahwa perang “kuasa” mendomi- nasi cerita tari Topeng, menjadi bahan baku metafora yang kami gunakan untuk mene- laah perang kuasa pada tingkat elit yang ter- jadi dalam dunia akuntansi.

Organ persepsi kedua, yaitu inisiasi penguasa untuk melakukan enkulturasi atau desakralisasi di era demokratisasi.

Proyek enkulturasi atau desakralisasi ini ingin memasukkan kuasa di ruang terbuka seperti era modern saat ini, dengan tetap me- mandang Tari Topeng sebagai Organ Penting milik Penguasa yang harus diadaptasi dan diterjemahkan sekaligus dipakai oleh siapa- pun. Dampaknya, ketika ruang publik su- dah tidak memahami kebudayaan dan spiri- tualitas tari topeng, tari tersebut dipaksakan “hanya” sebagai pajangan di acara-acara atau kegiatan resmi pemerintahan, bahkan kalaupun itu hanya sebagai tari pembuka. Hasilnya adalah, nilai-nilai yang melekat di pementasan tari topeng berubah menjadi “tontonan” dan “kering”, bukannya proses pemuncakan spiritualitas berkebudayaan seperti dilakukan di era Kerajaan.

Bantengan: Kesenian Rakyat sebagai

Perlawanan Bisu. Kesenian Bantengan, bila ditilik dari sejarah dan keberadaannya hingga kini, merupakan kesenian rakyat dan dinikmati oleh rakyat. Banteng untuk menurunkan derajat simbol hewan “penuh kuasa”, sering pula dialihsebut kerbau oleh

Raflles (2008) itu sendiri merupakan simbol perlawanan orang Jawa. Beberapa bukti tentang simbolisasi banteng sebagai per- lawanan muncul pada lambang organisasi 7 Sarekat Islam yang bisa mengakomodasi ke- pentingan rakyat oleh HOS Tjokroaminoto. Pada lambang SI yang diciptakan HOS Tjok- roaminoto tahun 1912, seperti pada Gambar

Gambar 1. Lambang Sarekat Islam

7. SI adalah organisasi pertama di Indonesia yang membuat lambang organisasi. Setelah itu, organ- isasi-organisasi lain mulai meniru gerakan SI. Dari

lambang SI, PNI mengambil simbol banteng, Ma- syumi mengambil simbol Bulang Bintang, sedang- kan Muhammadiyah mengambil simbol matahari.

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 1, April 2014, Hlm. 149-169

Gambar 2. Perlawanan Banteng dalam Lukisan Raden Saleh

1, hati yang diisi dengan Banteng merupa- dituduh terlibat dalam pembe- kan refleksi bahwa jiwa orang Jawa adalah

rontakan Bekasi 1869.” (http:// jiwa “banteng”; jiwa pejuang.

mengenangradensaleh.wordpress. Personifikasi banteng, yang kemu-

com)

dian diminta untuk dipakai dengan seizin Gambar 2 “Antara Hidup dan Mati” HOS Tjokroaminoto sekaligus gurunya itu, menampakkan banteng sebagai simbolisasi

sebagai simbol kekuatan rakyat Indone- Indonesia melawan dua singa sebagai sim- sia dalam melawan kolonialisme dinyatakan

bolisasi penjajah. Simbolisasi ini hidup oleh Bung Karno dalam tulisannya, Men- capai Indonesia Merdeka. “Melalui karyanya dan dipraktikkan di kalangan rakyat jelata.

tersebut, Bung Karno mengatakan keme- Penuturan Raffles yang hidup di Jawa se-

lama kepemimpinannya sebagai Gubernur nangan perjuangan melawan kolonialisme

di dunia akan terwujud bilamana telah ter- Jenderal (1811-1816) mengkonfirmasi sim-

capai persatuan antara Singa bolisasi ini. Raffles menceritakan tradisi adu

Sphinx dari banteng dan macan, di mana macan adalah Mesir, liong barongsai dari Tiongkok, Lembu

Nandi dari India, dan Banteng dari Indone- simbol orang Barat/Eropa. Kesenian Ban- tengan erat pula kaitannya dengan pencak

sia” (Berdikari online Desember 2011).

silat.

Konsistensi arti simbol Banteng juga Pada masa penjajahan pencak silat di- muncul pada lukisan Raden Saleh Sya-

anggap berbahaya oleh Belanda, sehingga rif Bustaman, lebih dikenal dengan Raden semua kegiatan pencak silat pun harus di-

Saleh, yang berjudul “Antara Hidup dan hentikan. Kesenian Bantengan memberi Mati”. Sebuah laman yang mendedikasikan

jalan bagi Pencak Silat secara terselubung perjuangan Raden Saleh dalam bidang seni sebagaimana disampaikan Bapak Handoyo yang akhirnya sempat menjebloskan beliau

berikut:

ke penjara kolonial Belanda menjelaskan: “Pada perkembangannya di za-

“Beberapa lukisan Raden Saleh man penjajahan Belanda memang yang menggambarkan perlawa-

untuk mengelabuhi penjajah wak- nan terhadap penjajahan antara tu itu, membuatlah kesenian Ban- lain “Perkelahian dengan Singa” tengan, jadi nggak langsung lati- dan “Gunung Merapi dan Mer- han pencak silat begini ya lang- babu”. Kedua lukisan itu dibuat

tahun 1870 dengan gaya roman- ditangkepi Belanda kabeh,

sung

akhirnya memakailah kesenian tisme paradoks. Kedua lukisan

Bantengan untuk mengelabuhi itu sebagai bentuk perlawanan

penjajah seperti itu, tujuannya terhadap kolonial Belanda atas hanya untuk mengelabuhi pen- perlakuan terhadap dirinya yang jajah. Kalau gerakan-gerakan semena-mena. Tanpa prosedur, ia banteng, macan, dan monyet itu ditangkap dan diadili oleh pemer- gerakan-gerakan pencak silat intah kolonial Belanda karena

semua.”

Kusdewanti, Setiawan, Kamayanti, Mulawarman, Akuntansi Bantengan: Perlawanan...157 Sulit melukiskan Bantengan, karena

kalau bahasanya jaman seka- hampir semua sumber hanya mengacu pada

rang wajib militer itu sulit sekali satu orang seniman Bantengan, Agus Ri-

ternyata, pemuda jarang yang yanto. Bapak Agus dapat dikatakan seba-

mau diajak ikut belajar beladiri gai sejarawan Bantengan dan juga seorang

pencak silat, akhirnya seorang pendekar. Sangat disayangkan bahwa masih

patih tadi menciptakan kesenian sedikit literatur yang menguraikan kesenian

bantengan yang intinya semua tersebut.

gerakan-gerakannya dari pencak Bapak Agus menuturkan bahwa kese-

silat plus untuk menarik ma- nian ini sebenarnya berawal dari masa kera-

syarakat pemuda untuk bisa ter- jaan Kanjuruhan yang pada waktu kemun-

libat di pencak silat itu sendiri, te- culannya tersebut memang bukan bertujuan

rus berkembang menjadi sebuah untuk menciptakan sebuah kesenian leng-

pertunjukan.”

kap untuk hiburan. Kesenian ini berawal Pada perkembangannya, banyak krea- dari keperihatinan seorang patih dari Kera-

tivitas muncul di kalangan seniman un- jaan tersebut akan para pemuda yang tidak

tuk mengembangkan kesenian Bantengan. mau atau malas untuk belajar pencak silat,

Terlepas dari itu, perkembangan varian padahal pencak silat sendiri merupakan se-

Bantengan tidak meninggalkan pakem serta buah elemen penting dalam Kerajaan. Pada

nilai-nilai awal. Alasan mengapa Banteng akhirnya muncullah keinginan patih ini me-

yang dijadikan tokoh utama dalam kesenian narik minat para pemuda saat itu untuk be-

ini berkaitan dengan kebiasaan ‘spiritual’ lajar pencak silat, maka muncullah kesenian

orang zaman dulu. Saat seseorang ingin Bantengan. Seperti dituturkan Bapak Agus

menciptakan sesuatu, ia selalu mencari pe- berikut ini:

tunjuk atau wangsit terlebih dahulu. Pe- “Kalau sejarah Bantengan kese-

tunjuk ini akan mengarah pada simbolisasi nian ini awalnya dari pencak silat,

macan, monyet serta abangan yang muncul yang sudah ada sejak zaman kera-

dalam kesenian bantengan ini, yang kemun- jaan dahulu yang memang sudah

culannya juga tidak bebarengan sekaligus, luar biasa karena memang digu-

akan tetapi bertahap. Lebih lanjut Bapak nakan untuk kebutuhan kekua-

Agus bercerita:

tan sebuah kerajaan. Bantengan “Kalau patih tadi menciptakan itu itu sendiri awal mula adanya ke-

senian ini berawal dari Kerajaan gak langsung ujuk-ujuk membuat

kesenian bantengan kan Kanjuruhan yang ada di Malang,

nggak, minta petunjuk akhirnya disuruh

dan memang kesenian ini adanya mencari binatang yang bisa Ber- adanya di Malang Raya, batas-ba- doa ya maksudnya tanduknya itu tas adanya kesenian Bantengan seperti orang berdoa, akhirnya ada di antara Gunung Semeru, ketemulah seekor banteng tapi Bromo, Arjuno, Anjasmoro, gu- untuk sebuah kesenian, setelah nung Kawi. Dan wilayah yang dil- banteng ketemu kemudian ia cari ingkari gunung-gunung ini adalah lagi pasangannya bantengnya wilayah kota Malang. Leluhur kita apa, karena patih tadi mencari bilang ya sekitar Arjuno sini, yang petunjuk wangsitnya di dalam jelas lagi ya daerah Batu sini, tapi hutan, akhirnya dia ketemulah intinya ya Malang raya” seekor macan yang berkelahi de-

“Pada Kerajaan Kanjuruhan dan nah diciptakanlah

ngan banteng,

pada zaman itupun kesenian macanan, trus ada juga monyetan,

itu jadi berurutan. Cuman disini Bantengan tidak langsung mun- ada simbol-simbol tertentu. Ban- cul begitu saja, kesenian Ban- teng simbol kesederhanaan, ke- tengan muncul karena ada suatu rakyatan, macan simbol angkara keperihatinan seorang patih yang murka, monyet simbol iri dengki bertanggung jawab atas kekua- dan sebagainya yang suka meng- tan kerajaan, ternyata di jaman-

jaman itu, ketika para pemuda trus abangan sendiri

adu domba,

kalau itu di zaman-zaman dulu di ajak belajar pencak silat atau belum ada, adanya di zaman-

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 1, April 2014, Hlm. 149-169 zaman Belanda, fungsinya selalu

Puncak pertunjukan Bantengan akan memprovokasi, selalu mengadu

memunculkan Banteng melawan Macan sama dengan sifatnya dengan

(Desprianto 2013). Riuh genderang ditabuh, monyet itu sama. Antara baik

sorak sorai masyarakat mengiringi setiap dan buruk, kebaikan dilambang-

kemunculan Bantengan yang selalu berada kan dengan Bantengan, simbol

di puncak akhir acara. Kesenian Banten- kerakyatan.”

gan selalu ditunggu-tunggu serta disambut Kesenian Bantengan mengingatkan sangat meriah oleh masyarakat siapapun

manusia untuk selalu menjaga hubungan yang menikmati sajian acara pencak silat terhadap Tuhan, sesama manusia serta ini. Bagaimana dengan kondisi saat ini? bangsa-bangsa yang ada di alam ini, tanpa

Ternyata simbolisasi perlawanan Banteng ada rasa kesombongan karena merasa men-

masih melekat pada kesenian Bantengan. jadi makhluk ciptaan Tuhan yang pa-

Bapak Handoyo menegaskan kembali: ling sempurna. Banteng dalam kesenian

“Kalau Bantengan itu dulu asal- Bantengan ini melawan hawa nafsu, rasa iri

nya pencak silat, pencak silat itu dengki serta hal-hal yang buruk yang dilam-

tutupannya mesti kesenian Ban- bangkan sebagai macan, monyet dan abang-

tengan itu, jadi Bantengan itu abang, seperti yang ditegaskan Bapak Agus:

ndak berdiri sendiri, makanya kalau dulu

“Budaya jawa itu seperti itu, kea- kan jangkah kayak

macanan gitu emang jangkahnya rifan lokal orang jawa itu dari dulu orang pencak itu, kalau sekarang seperti itu, hubungan batin ko-

munikasi antara manusi dengan kan nggak, pokok e ndadi. Kalau

dulu nggak, pencak dulu, bacok yang tidak kelihatan itu sangat an dulu terus terakhir Banteng- erat sekali, kita tidak membeda- an. Keluar terakhir buat penutup, bedakan kamu bangsa yang paling biar lebih ramai, kan rendah atau apa ndak kan, kita

lek digawe tetap komunikasi baik, tidak ada

ending kan mesti sesuatu yang ditunggu-tunggu penonton.

rasa permusuhan dengan bang- Lek

sa jin dan sebagainya tidak ada, endinge ditontok ndek ngarep,

terus dengan bangsa-bangsa wong-wong mari nonton mesti

suk-

buyar.’’

monya binatang-binatang tidak ada permusuhan, jadi kita komu-

“Ruh” pembelaan dan perlawanan nikasi dengan sangat baik plus itu

dalam kesenian Bantengan merupakan kadang ada orang salah kaprah

suatu magnet tersendiri bagi peminat kese- kita memuja-muja, itu salah

nian ini. Rakyat selalu berharap bahwa ban- sekali ndak ada kita memuja se-

teng akan memenangkan pertandingan (Raf- tan dan sebagainya itu ndak ada,

fles 2008:241). Penuturan Bapak Handoyo hanya orang bodoh yang memuja

terakhir juga mengindikasikan bahwa wa- setan kalau di kesenian banteng-

laupun pencak silat (yang juga beraroma an itu nggak ada istilahnya gitu-

perlawanan lokal) ditampilkan, kemunculan gitu ndak ada, misalkan itu jopo

banteng tetap menjadi hal yang dinanti. Se- montro (mantra) misalkan doanya

makin lama kesenian Bantengan tidak lagi semua kerono Allah semua jadi

menampilkan banteng asli, namun dimodifi- karena kebesaran Tuhan, semua

kasi menjadi kostum banteng: bisa terlaksana seperti inilah un-

“Perkembangan kesenian Banten- tuk menyenangkan orang banyak, gan mayoritas berada di masyara- hanya itu tujuannya. Kalau di kat pedesaan atau wilayah ping- jawa sini, ndak lepas sama sekali giran kota di daerah lereng pegu- manusia kedekatan manusia den- nungan se-Jawa Timur tepatnya gan bangsa goib itu sangat dekat Bromo-Tengger-Semeru, Arjuno- mulai zaman dulu, itu kepercay- Welirang, Anjasmoro, Kawi dan aan orang zaman dulu, bukan hal Raung-Argopuro. Permainan ke- yang salah itu, karena itu adalah senian bantengan dimainkan oleh budaya dan kearifan lokal yang dua orang yang berperan sebagai sangat luar biasa sekali dan tidak kaki depan sekaligus pemegang dimiliki oleh negara-negara lain.”

Kusdewanti, Setiawan, Kamayanti, Mulawarman, Akuntansi Bantengan: Perlawanan...159

kepala bantengan dan pengon- trol tari bantengan serta kaki be- lakang yang juga berperan sebagai ekor bantengan. Kostum banteng- an biasanya terbuat dari kain hitam dan topeng yang berben- tuk kepala banteng yang terbuat dari kayu serta tanduk asli ban- teng. Seni Tradisional Bantengan, adalah sebuah seni pertunjukan budaya tradisi yang berasal dari Jawa Timur yang menggabungkan unsur sendra tari, olah kanura- gan, musik, dan syair/mantra yang sangat kental dengan nu- ansa magis. Pelaku Bantengan yakin bahwa permainannya akan semakin menarik apabila telah masuk tahap trans yaitu tahapan pemain pemegang kepala Ban- tengan menjadi kesurupan arwah leluhur Banteng (Dhanyangan). Seni Bantengan yang telah lahir sejak jaman Kerajaan Singasari (situs candi Jago – Tumpang) sa- ngat erat kaitannya dengan Pen- cak Silat” (Putra 2011).

Penuturan Putra (2011) menegaskan kembali karakter kesenian Bantengan yang lebih dekat ke rakyat ketimbang kesenian Topeng Malang. Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat Organ Persepsi Ketiga, yaitu Aspirasi Bisu dan Perlawanan Rakyat Le- wat Bantengan atas Penindasan Kuasa. Bisa dilihat bahwa bahkan Bantengan muncul di daerah pinggiran yang tidak ditinggali kaum ningrat. Bantengan juga tidak pernah hilang “ruh”-nya (Organ Persepsi Keempat) ketika beradaptasi di era demokratisasi seperti saat ini. Bantengan masih mewakili perlawanan bisu. Kesenian ini muncul karena rakyat membutuhkan penyaluran aspirasi bisu karena tidak (mau) didengar oleh pengua- sa. Terlepas dari ketidakpedulian penguasa atas perlawanan bisu ini, kesenian Banteng- an memberikan eksistensi rakyat. Kesenian bantengan melawan (bisu) melalui simbol, namun secara konkrit membebaskan rakyat untuk mengekspresikan dirinya. Kesenian Bantengan dibutuhkan dan dinikmati rak- yat, walaupun diacuhkan penguasa. Apakah itu kemudian yang akan muncul dalam ben- tuk perlawanan dari munculnya keberadaan Masyarakat Akuntansi Multiparadigma In- donesia (MAMI)?

Peperangan antara Kuasa Akuntansi:

Metafora Kesenian Topeng Malang. Ter- dapat dua Organ Persepsi berbentuk kara- kter/nilai yang dapat ditarik dari kesenian Topeng Malang. Pertama, perang kuasa ‘elit’ antara Jenggala dan Kediri menjadi metafora perang kuasa antara GAAP dan IFRS. Ke- dua, tari Topeng yang sebelumnya hanya bisa

dinikmati oleh ningrat kini setelah dimodifi- kasi/dipopulerkan dapat dinikmati rakyat, menjadi metafora bahwa kenikmatan kuasa akuntansi dinikmati oleh yang terdominasi meski itu kemudian menjadi tak memiliki “ruh” karena telah kehilangan “spirituali- tas” akibat “formalisasi tontonan” an sich. Walaupun desakralisasi keningratan ter- jadi pada penikmat tari topeng, namun ke- las “ningrat” dan “rakyat” tetap ada. Dalam hal ini “rakyat” diyakinkan atas kenikmatan pengaplikasian IFRS namun sebenarnya hal ini dilakukan untuk mengaburkan adanya dominasi.

Metafora/Organ Persepsi 1. Perang

kuasa GAAP/IFRS. Kaum “ningrat” dalam dunia akuntansi adalah mereka yang meng- inginkan kuasa atas penentuan kebijakan serta pembangunan ilmu akuntansi. Atas nama cinta terhadap kuasa ini maka global- isasi menjadi jargon alasan mengapa akun- tansi perlu memiliki 1 (satu) bahasa tunggal yang dapat dipahami dan dimengerti siapa- pun, dari negara dan bangsa manapun jua. Pada titik logika semacam inilah semangat standarisasi (praktik) akuntansi begitu gen- car digelorakan.

Idealitas adanya satu bahasa akuntansi yang seragam ini tidak lepas dari hantaman dan tantangan. Namun berkat sokongan dan tantangan berbagai organisasi belahan du- nia, standarisasi global akuntansi menjadi lebih cepat terwujud. Hope et al (2006) men- contohkan, pada tahun 2000, The Interna- tional Organization of Securities Commission (IOSCO) mendorong adanya sebuah standar global yang serupa sehingga bisa dipakai di semua jejaring anggota bursa efek yang dinaunginya. Dengan adanya standar yang sama, bursa efek terkemuka di dunia lin- tas benua, mulai dari London, Hongkong, Zurich, Amsterdam, Bangkok dan seterus- nya dapat menerima laporan keuangan pe- rusahaan multinasional tanpa rekonsiliasi. Dorongan organisasi Uni Eropa dan badan regulasi ekonomi di pelbagai negara juga tu- rut menjadi akselerator utama kebutuhan adanya standarisasi tunggal ini (Hope et al 2006). Bank Dunia sebagai institusi keuang-

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 1, April 2014, Hlm. 149-169 an global terdepan juga berperan penting namun untuk melegitimasi kekuasaan kera-

untuk mendorong penggunaan standar yang

jaan Singhasari.

sama, khususnya pengaruhnya kepada ne- Berkaca pada kondisi hari ini, perang gara-negara berkembang dan emerging econ-

antar kuasa masih belum mencapai titik omies yang selama ini menjadi “klien”-nya final adanya satu bahasa tunggal akun-

(Zeff 2012) tansi, namun sudah mengerucut kepada Pada 15 November 2008, pertemuan dua ikhtiar. Pertama adalah versi US GAAP kepala negara G-20 bersama lembaga mul-

yang merupakan produk FASB (dewan stan- tilateral semacam IMF, World Bank, United

dar akuntansi AS) dan kedua adalah IFRS Nation, Financial Stability Forum menghasil-

( International Financial Reporting Standard) kan “ Declaration of the Summit on Financial

buah tangan IASB (dewan standar akuntan- Markets and the World Economy” (Walker si internasional).

2010). Isi deklarasi tersebut mengkampa- Ada perbedaan fundamental antara nyekan penguatan transparansi dan akun-

IFRS dan US GAAP dalam menciptakan stan- tabilitas keuangan internasional. Salah satu

dar akuntansinya. US GAAP, standar ala action plan adalah mendorong “key global

Negeri Pamam Sam, menciptakan sebuah accounting standards bodies” untuk bekerja

standar yang berbasis aturan mendetail ( rule intensif menciptakan sebuah standar akun-

based). Di sisi lain, IFRS menyusun standar tansi global yang berkualitas ( a single set of

akuntansi berdasar prinsip-prinsipnya ( prin- high-quality global accounting standards)

cipal based). Secara umum, US GAAP yang Menelusuri banyak pendapat dan hasil

telah digagas semenjak lebih dari setengah riset akademisi, Shima dan Yang (2012:278)

abad lalu itu berisi serangkaian standar mendedahkan beberapa argumen yang men-

yang rigid, mengatur transaksi sampai de- dorong penerimaan standar tunggal berkua-

tail hingga langkah-langkah penerapannya. litas karena ragam manfaat sebagai berikut:

IFRS berbeda. Standar ini “hanya” memberi- “enhance kan prinsip-prinsip perlakuan secara umum. business relations be- tween countries by lowering infor- Tentang bagaimana dan pilihan penerapan- mation processing and monitoring nya secara teknis memerlukan professional

costs and increasing the linkages judgement tanpa keluar dari koridor yang within communication networks tertera dalam prinsip akuntansinya.

( e.g., Meeks and Swann 2009; Jika dihitung secara kuantitas, terli- Hail

et al. 2010); improvements in hat bahwa IFRS akan memenangkan pepe- financial disclosure and/or compa- rangan ini secara telak. Jumlah negara rability may lead to greater inter- pengadopsi IFRS hari ini sudah jauh me- national capital mobility and cross- ninggalkan US GAAP. Sampai akhir tahun border investment (e.g. Young 2005, ada 65 negara, termasuk 28 negara

and Guenther 2003; Bradshaw Uni Eropa dan Masyarakat Ekonomi Eropa et al. 2004; Aggarwal et al. 2005; (Hope et al. 2006). Sementara di akhir tahun

Covrig et al. 2007); Finally, coun- yang sama, yaitu tahun 2005, sekitar 400 tries without resources to develop perusahaan multinasional Eropa yang ter- rigorous domestic accounting stan- daftar di SEC (Badan Pengawas bursa efek dards may “borrow” international Amerika) yang awalnya US GAAP yang ber- accounting standards as a signal- basis di Amerika beralih pula ke IFRS. Jum- ing mechanism to attract foreign lah pengonsumsi IFRS terus beranjak. Data capital.’’ Desember 2010, Dari 154 yurisdiksi negara

yang memiliki bursa efek, 91 bursa telah Jika ditelaah lebih lanjut, penyatuan mengadopsi IFRS secara total untuk seluruh kuasa-kuasa akuntansi ke dalam satu kua-

perusahaan, 6 bursa mengadopsi hanya un- sa besar menunjukkan kepentingan pen-

tuk sebagian perusahaan dan diizinkan na- guasa untuk memperoleh kekayaan (kuasa)

mun tidak diwajibkan pada 26 bursa (Brown material yang lebih besar. Perhatikan peng-

2011). Hanya pada 31 negara yang memiliki gunaan kalimat “ greater international capi-

bursa yang tidak mengijinkan penggunaan tal mobility”, “cross-border investment”, atau

IFRS pada tahun 2010 tersebut. Zeff (2012) “attract foreign capital”. Hal ini seperti meli-

membeberkan fakta serupa, IFRS diterima di hat kembali kisah Topeng Malang yang me-

banyak negara, termasuk di negara-negara nyatukan kuasa Jenggala dan Kediri, tidak

berkembang lintas benua: Asia, Afrika, Aus- untuk kepentingan kesejahteraan rakyat, tralia hingga (lebih-lebih) Eropa.

Kusdewanti, Setiawan, Kamayanti, Mulawarman, Akuntansi Bantengan: Perlawanan...161

Data terakhir yang didapatkan oleh penulis bersumber dari penelitian Nobes (2013). Menyitir berbagai laporan dan hasil riset yang ada, Nobes (2013:83) memam- pangkan temuan berikut:

“IFRS is the official reporting stan- dard which was recently adopted by over 100 countries. (Benzacar 2008 p. 26); To date, more than 12,000 companies in over 100 countries have adopted IFRS. (In- terfacing 2012); The global rollout of International Financial Report- ing Standards is gaining momen- tum, with more than 100 coun- tries now using IFRS and all of the world’s major countries anticipated to be on board within the next few years. (BDO 2012); The number of countries requiring International Fi- nancial Reporting Standards (IFRS) for public companies has grown from a relative handful to over 100. (Pacter 2012); Approximately 120 nations and reporting jurisdic- tions permit or require IFRS for do- mestic listed companies, although approximately 90 countries have fully conformed with IFRS as pro- mulgated by the IASB and include

a statement acknowledging such conformity in audit reports. (AICPA 2013).”

Dari rangkaian fakta yang ada, tampak

bahwa IFRS lebih favorable diterima mayori- tas negara di dunia dengan banyak varian bentuk akseptansinya dibanding US GAAP. US GAAP hanya kental dan sangat mengi- kat di Amerika Serikat dan daerah-daerah kawasan yang bersinggungan hubungan ekonomi dan bisnis dengannya. Namun perkembangan terakhir menunjukkan se- makin berkurangnya pendukung standar akuntansi ala US GAAP. Sebut saja, Kanada. Sekutu utama AS dalam bidang perekonomi-

an (80% ekspor Kanada tahun 2009 adalah AS) memutuskan bercerai dari kesetiaannya

terhadap US GAAP tahun 2009 dengan masa transisi hingga 5 tahun (Wahyuni, 2013e). Pertimbangan utamanya adalah terlalu kom- pleksnya detail US GAAP dan secara spesifik memang fit untuk kepentingan bisnis di AS.

Negara besar sekutu AS yang mungkin masih setia kepada US GAAP adalah negeri Sakura, Jepang. Proses penerimaan standar global pada praktik akuntansi di Jepang se-

jatinya mengalami fase pasang surut (Wa- hyuni 2013d). Jepang yang setia kepada US GAAP sejak 1970-an rencananya hendak “pindah lain hati” ke IFRS tahun 2015 meng- urungkan niatnya dan membolehkan peng- gunaan US GAAP hingga waktu tak terbatas. Kolaborasi dua kerajaan ekonomi (AS dan Jepang) yang memilih jalan berbeda dengan mayoritas ini menunjukkan usaha penyatu- an bahasa akuntansi yang sama masih terjal dan berliku.

AS sebagai pencetus US GAAP sebenar- nya juga mengarah pada permufakatan ter- hadap konvergensi terhadap IFRS. Wahyuni (2013b) menceritakan panjang lebar tentang sempat munculnya angin segar dari petinggi FASB dan SEC selaku regulator terhadap ke- mungkinan harmonisasi US GAAP dan IFRS, yaitu pada periode 2002-2009. Pada tahun 2002, sempat pula terjalin kesepakatan ber- sama antara FASB dan IASB yang termak- tub dalam dokumen “ Norwalk Agreement” untuk duduk bersama mencari titik-titik persamaan. Bahkan di akhir tahun 2008, US SEC menerbitkan roadmap konvergensi IFRS hingga adopsi penuh pada 2014. Na- mun seiring pergantian pucuk pimpinan SEC 2009-2012, proses konvergensi terha- dap IFRS alih alih menemukan titik terang, malah mengalami pelambatan dan ketida- kjelasan. Muncul pula kecurigaan pihak AS terhadap pendanaan IASB yang disokong

penuh firma akuntansi besar dunia. Membaca keseluruhan wajah sejarah