Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Noborejo 02 Salatiga Tahun Pelajaran 2010/2011
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Noborejo 02 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. Penelitian ini mengunakan metode eksperimen yang dilakukan pada mata pelajaran IPS ( Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia) di kelas V SDN Noborejo 02 Salatiga dan SDN Noborejo 01 Salatiga Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. Dalam penelitian ini peneliti membagi menjadi dua kelompok yaitu: kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelas V SDN Noborejo 02 Salatiga yang berjumlah 25 siswa dan kelompok kontrol adalah kelas V SDN Noborejo 01 Salatiga yang berjumlah 24 siswa.
SDN Noborejo 02 terletak di Jalan Sadewo 1 No. 02 Dusun Nobokulon Kel. Noborejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. SDN Noborejo 01 terletak di Jalan Arjuna No. 50 Dusun Pamot Kelurahan Noborejo Kota Salatiga.
Latar belakang sosial siswa dari kedua sekolah ini mayoritas sama yaitu dari keluarga petani dan buruh, tetapi sebagian besar mata pencaharian mereka yaitu petani.
4.2 Analisa Data
4.2.1 Nilai Rata-rata Pretes
Berdasarkan hasil perhitungan nilai rata-rata hasil belajar (pretes) kelompok ekperimen dan kontrol diperoleh sebagai berikut: Tabel 4.1.
Nilai rata-rata Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Sampel Rata-rata hasil belajar Kel. Ekperimen 53,04 Kel. Kontrol 53,46 Pada tabel di atas terdapat nilai rata-rata hasil belajar pretes pada kelompok eksperimen yaitu 53,04 dan kelompok kontrol 53,46 yang menunjukkan bahwa kondisi kemampuan siswa sebelum diberi pembelajaran dengan pendekatan inkuiri sama. Hasil nilai rata-rata pretes dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9.
4.3 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
4.3.1Analisis Deskriptif Variabel Penelitian Kelas Eksperimen Pretes
Tabel 4.2 di bawah merangkum data empirik hasil belajar setelah penggunaan metode inkuiri yang telah diklasifikasikandeskriptif statistik dengan ukuran skor minimum, maximum, rentang skor mean, standar deviasi.
Tabel 4.2 Descriptive Statistics Hasil Pretes Kelas Eksperimen Std.N Minimum Maximum Mean Deviation
VAR00001
25
38.00 76.00 53.0400 12.01901 Valid N
25 (listwise) Sumber data: dicopy langsung dari SPSS 0.20 for windows.
Tabel 4.2 di atas menjelaskan bahwa diketahui variabel dengan jumlah data (N) sebanyak 25 siswa mempunyai skormaximal 76 sedang skor minimal 38 dengan rata-rata sebesar 53.0400 dan standar deviasi 12.01901.
Untuk menentukan tinggi rendahnya variabel tingkat prestasi belajar pre tes kelas eksperimen digunakan 5 kategori, yaitu: sangat tinggi (ST). Tinggi (T), sedang (S), rendah (R), sangat rendah (SR), kriteria tingkat prestasi dapat dilihat pada tabel 4.3 :
Tabel 4.3 Kriteria Tingkat Prestasi Hasil Pretes Kelas Eksperimen Nilai Jumlah Siswa Presentase Kategori81-100 61-80 41-60 21-40
0-20
7
14
4 0%
28% 56% 16%
0% Sangat tinggi
Tinggi Cukup
Rendah Sangat rendah
4.3.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian Kelas Eksperimen Postes
Tabel 4.4 diatas menjelaskan bahwa diketahui variabel dengan jumlah data (N) sebanyak 25 mempunyai skor maximum 95Sangat tinggi Tinggi Cukup
25
25 67.00 95.00 81.2000 8.98610 Valid N (listwise)
VAR00001
Deviation
Descriptive Statistics Hasil Postes Kelas Eksperimen N Minimum Maximum Mean Std.
Rendah
0% 0%
sedangkan skor minimum sebesar 67 dengan rata-rata sebesar 81.2000 dan standar deviasi 8.98610 .
11 56% 44%
14
81-100 61-80 41-60 21-40
Nilai Jumlah Siswa Presentase Kategori
Tabel 4.4
S Sumber data: dicopy langsung dari SPSS 0.20 for windows.Untuk menentukan tinggi rendahnya variabel tingkat prestasi belajar pre tes kelas eksperimen digunakan 5 kategori, yaitu : sangat tinggi (ST). Tinggi (T), sedang (S), rendah (R), sangat rendah (SR), criteria tingkat prestasi dapat dilihat pada tabel 4.5 :
Tabel 4.5 Kriteria Tingkat Prestasi Hasil Postes Kelas Eksperimen Dengan melihat data yang terdapat pada tabel 4.5 dalam presentase keberhasilan, dapat diketahui keberhasilan hasil pembelajaran yang dilakukan peneliti. Jumlah siswa yang mendapat nilai antara81-100 adalah 56%, 61-81 adalah 44%.Tabel 4.6 Rata-rata Hasil Belajar Kelas EksperimenMata Sebelum Kategori Sesudah Kategori pelajaran penggunaan penggunaan metode metode
IPS
53.04 Cukup
81.20 Sangat Baik
Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen setelahpenggunaan pendekatan inkuiri pada mata pelajaran IPS.
4.3.3 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian Kelas Kontrol Pretes
Tabel 4.7 di bawah merangkum data empirik hasil belajar pada mata pelajaran IPS tanpa menggunakan pendekatan inkuiriyang telah diklasifiksikan deskriptif statistik dengan ukuran skor minimum, maximum, mean, standar deviasi.
Tabel 4.7 Descriptive Statistics Rata-rata Hasil Belajar Kelas Kontrol PretesStd. N Minimum Maximum Mean
Deviation
VAR00001
24 38.00 65.00 53.4583 8.41313 Valid N
24 (listwise) Sumber data: dicopy langsung dari SPSS 0.20 for windows.
Tabel 4.7 menyebutkan bahwa variabel dengan jumlah data minimal sebesar 38 dengan rata-rata sebesar 53.4583 dan standar deviasi 8.41313.Untuk menentukan tinggi rendahnya variabel tingkat prestasi belajar pretes kelas eksperimen digunakan 5 kategori, yaitu : sangat tinggi (ST). Tinggi (T), sedang (S), rendah (R), sangat rendah (SR), kriteria tingkat prestasi dapat dilihat pada tabel 4.8 :
Tabel 4.8 Kriteria Tingkat Prestasi Hasil Pretes Kelas Kontrol
Nilai Jumlah Siswa Presentase Kategori
81-100 0% Sangat tinggi 61-80 7 29% Tinggi 41-60 15 63% Cukup 21-40 2 8% Rendah
0-20 0% Sangat rendah Dengan melihat data yang terdapat pada tabel 4.8 dalam presentase keberhasilan, dapat diketahui keberhasilan hasil pembelajaran yang dilakukan peneliti. Jumlah siswa yang mendapat nilai antara 61-81 adalah 29%, jumlah siswa yang mendapat nilai 41- 60 adalah 63% dan jumlah siswa yang mendapat nilai 21-40 adalah 2%.
4.3.4 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian Kelas Kontrol Postes
Tabel 4.9 di bawah ini merangkum data empirik hasil belajar setelah mengikuti pembelajaran IPS tanpa menggunakan metodeinkuiri yang telah diklasifikasikan deskriptif statistik dengan ukuran skor minimum, maximum, rentang skor, mean, standar deviasi.
Tabel 4.9
T
Descriptive Statistics Hasil Postes Kelas Kontrol
a N Minimum Maximum Mean Std. b
Deviation e
VAR00002
24 57.00 91.00 72.1667 9.40706 Valid N l
24 (listwise)
Tabel 4.9 menjelaskan bahwa diketahui variabel dengan jumlah data (N) sebanyak 24 mempunyai skor maximal 91.00sedangkan skor minimum 57.00 dengan rata-rata sebesar 72.1667 dan standar deviasi 9.40706.
Untuk menentukan tinggi rendahnya variabel tingkat prestasi belajar pre tes kelas eksperimen digunakan 5 kategori, yaitu : sangat tinggi (ST). Tinggi (T), sedang (S), rendah (R), sangat rendah (SR), kriteria tingkat prestasi dapat dilihat pada tabel 4.11 :
Tabel 4.10 Kriteria Tingkat Prestasi Hasil Postes Kelas Kontrol Nilai Jumlah Siswa Presentase Kategori81-100 6 25% Sangat tinggi 61-80 16 67% Tinggi 41-60 2 8% Cukup 21-40 0% Rendah
0-20 0% Sangat rendah Dengan melihat data yang terdapat pada tabel 4.10 dalam presentase keberhasilan, dapat diketahui keberhasilan hasil pembelajaran yang dilakukan peneliti. Jumlah siswa yang mendapat nilai antara 81-100 adalah 25%, 61-81 adalah 67% dan 41-60 adalah 8%.
4.4 Normalitas Data
Salah satu penggunaan korelasi ekspeimen adalah data variabel harus normal. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pengujian terhadap korelasi antar variabel perlu diuji normalitas data. Normalitas data bertujuan untuk melihat normal tidaknya penyebaran data dari variabel penelitian. Dapat dijelaskan, uji normalitas sebaran dilakukan untuk melihat apakah subyek yang dijadikan sampel dalam penelitian ini telah mewakili populasi.
tekhnik one sampel klmogorov-smirnov tes. Perhitungan dilakukan dengan
menggunakan SPSS 20.0 for window analyze nonparameric test sampel
K.S.
4.4.1 Normalitas Data Pre Tes Kelas Eksperimen
Tabel 4.11 Uji Statistik Normalitas Pretes EksperimenOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Nilai pretes N
25 Mean 53.0400
a,b Normal Parameters Std.
12.01901 Deviation Absolute .198
Most Extreme Positive .198
Differences Negative -.105
Kolmogorov-Smirnov Z .991 Asymp. Sig. (2-tailed) .280 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber data: dicopy langsung dari SPSS 0.20 for windows.
Dari tabel 4.11 tampak bahwa hasil uji Kolmogorov-ssmirnov Z untuk penggunaan model pembelajaaran kontekstual dengan pendekatan inkuiri adalah sebesar 0.991 dengan p = 0,280. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi hasil pengukuran untuk variabel pretes pada penggunaan pendekatan inkuiri adalah normal.
Gambaran visual kenormalan penyebaran data karakteristik dapat dilihat pada grafik 4.1 pretes kelas eksperimen berikut ini:
Grafik 4.1 Pretes Kelas Eksperimen
4.4.2 Normalitas Data Pos Tes Kelas Eksperimen Tabel 4.12 Uji Statistik Normalitas Postes Eksperimen One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Nilai Postes N
25 Normal Parameters
a,b
Mean 81.2000 Std. Deviation
8.98610 Most Extreme Differences
Absolute .159 Positive .159 Negative -.138
Kolmogorov-Smirnov Z .793 Asymp. Sig. (2-tailed) .556 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dari tabel 4.12 tampak bahwa hasil uji Kolmogorov-Smirnov
Z untuk penggunaan pendekatan inkuiri adalah sebesar 0,793 dengan
p = 0,556. Hal Ini menunjukkan bahwa distribusi hasil pengukuran untuk variable postes pada penggunaan pendekatan inkuiri adalah normal.
Gambaran visual kenormalan penyebaran data karakteristik
Grafik 4.2 Postes Kelas Eksperimen
4.4.3 Normalitas Data Pre Tes Kelas Kontrol Tabel 4.13 Uji Statistik Normalitas Pretes Kontrol
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
VAR00001 N
24 Mean 53.4583
a,b
Normal Parameters Std. Deviation 8.41313 Absolute .163
S
Most Extreme Differences Positive .101 Negative -.163
Kolmogorov-Smirnov Z .799 Asymp. Sig. (2-tailed) .546 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data. S Sumber data: dicopy langsung dari SPSS 0.20 for windows.
Dari tabel 4.13 tampak bahwa hasil uji Kolmogorov-Smirnov
Z untuk penggunaan pendekatan inkuiri adalah sebesar 0,799
dengan p = 0,546. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi hasil pengukuran untuk variabel pretes pada penggunaan pendekatan inkuiri adalah normal.
Gambaran visual kenormalan penyebaran data karakteristik dapat dilihat pada grafik 4.3 postes kelas eksperimen berikut ini :
Grafik 4.3 Pretes Kelas Kontrol
4.4.4 Normalitas Data Pos Tes Kelas Kontrol Tabel 4.14 Uji Statistik Normalitas Postes Kontrol One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Nilai postes kontrol N
24 Normal Parameters
a,b
Mean 72.1667 Std. Deviation 9.40706
Most Extreme Differences Absolute .117 Positive .092 Negative -.117
Kolmogorov-Smirnov Z .571 Asymp. Sig. (2-tailed)
.900 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber data: dicopy langsung dari SPSS 0.20 for windows.
Dari tabel 4.14 tampak bahwa hasil uji Kolmogorov-Smirnov
Z untuk penggunaan pendekatan inkuiri adalah sebesar 0,571 dengan
p = 0,900. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi hasil pengukuran untuk variable postes pada penggunaan pendekatan inkuiri adalah normal.
Gambaran visual kenormalan penyebaran data karakteristik dapat dilihat pada grafik 4.4 postes kelas kontrol berikut ini :
Grafik 4.4
Postes Kelas Kontrol
4.5 Analisis Hasil Penelitian
4.5.1 Analisis Uji T
Analisis t-test yang digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa, antara siswa yang menggunakan inkuiri dan metode ceramah. Uji t tes menggunakan SPSS 20 adalah :
Analyze –compare means – independent sample t test – masukkannilaiakhir (postes) kekotak test variabeldankode di kotak grouping variabel
- – klik define groups danmasukkan group 1 dengan group 1 (nilaipretesdenganpretes) dan group 2 dengan group 2 (postesdenganpostes) – continue – ok.
Hasil t-test dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.15 Analisis Uji T Group Statisticskode postes N Mean Std. Std. Error kontrol dan Deviation Mean eksperimen nilai postes 4.00 25 81.2000 8.98610 1.79722 eksperimen dan 2.00 24 72.1667 9.40706 1.92021 kontrol
Sumber data : dicopy langsung dari SPSS 18 for windows
Berdasarkan hasil uji t diatas, kita dapat melihat bahwa nilai kontrol adalah 72.17. Hal ini berarti bahwa perbedaan hasil belajar sebesar 9.03 dimana siswa yang menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan pendekatan inkuiri memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang diberi pembelajaran model ceramah.
4.6 Hasil Uji Hipotesis Tabel 4.16 Hasil T Test Hasil Belajar Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. T df Sig.(2- tailed) Mean Difference
Std. Error Differen ce 95% Confidence
Interval of the Difference Lower Upper nilai postes kontrol dan eksperimen
Equal variances assumed .028 .867 3.438
47 .001 9.03333 2.62755 3.74738 14.31928 Equal variances not assumed 3.435 46.644 .001 9.03333 2.63006 3.74127 14.32539
Sumber data : dicopy langsung dari SPSS 18 for windows
Berdasarkan hasil uji t diperoleh sig 0,001< 0,05 maka H ditolak dan H
1
diterima. Berarti ada perbedaan signifikan terhadap hasil belajar siswa, antara siswa menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan pendekatan inkuiri dengan metode ceramah. Setelah diperoleh dari hasil t-hitung maka analisis hipotesisnya adalah : H : Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan penggunaan model pembelajaran kontekstuasl dengan pendekatan inkuiri terhadap hasil belajar siswa. H
1 : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan penggunaan model
pembelajaran kontekstual dengan pendekatan inkuiri terhadap hasil belajar siswa. Hasil t-hitung diperoleh sign = 0.001, karena signifikan. Lebih kecil dari 0.050 (0.001<0,050 ) maka H
1 diterima. Kesimpulannya bahwa H
1
diterima, yang artinya penggunaan model pembelajaran kontekstual dengan pendekatan inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan p value 0.001< 0.050.
4.7 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah disajikan sebelumnya berikut ini akan diuraikan deskripsi dan interpretasi dari hasil penelitian. Deskripsi dan interpretasi data dianalisis berdasarkan pada penggunaan pendekatan inkuiri terhadap hasil belajar siswa.
Dalam kegiatan pembelajaran mengunakan model pembelajaran kontekstual dengan pendekatan inkuiri terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas V SDN Noborejo 02 Salatiga (kelompok eksperimen) dalam pembelajaran IPS (Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia) lebih baik dari pada hasil pembelajaran IPS (Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia) siswa kelas V SDN Noborejo 01 Salatiga (kelompok kontrol) yang dalam pembelajaranya tanpa mengunakan metode konvensional. Data yang diperoleh membuktikan bahwa hasil pembelajaran dengan pendekatan inkuiri mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil model pembelajaran kontekstual dengan pendekatan inkuiri, hasil nilai rata-rata post test kelompok eksperimen kelas
V SDN Noborejo 02 Salatiga mencapai hasil 81,20, sedangkan rata-rata nilai postes kelompok kontrol kelas V SDN Noborejo 01 Salatiga hanya mencapai hasil 72,17. Hal ini berarti ada perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 9,03.
Hasil sig dari t-test sebesar 0,001< 0,050 menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa antara siswa yang diberi model pembelajaran kontekstual dengan pendekatan inkuiri dan metode konvensional. Dengan demikian pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa kelas V SDN Noborejo 02 Salatiga dan guru dalam proses pembelajaran dengan pendekatan inkuiri perlu menerapkan langkah-langkah pembelajaran dengan sempurna.
Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks di mana materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana seseorang belajar atau gaya/cara siswa belajar. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pemanfaatan pembelajaran kontekstual akan menciptakan ruang kelas yang didalamnya siswa akan menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat yang pasif dan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Penerapan pembelajaran kontekstual akan sangat membantu guru mengaitkan menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan mereka.
Pembelajaran kontekstual juga mempermudah siswa belajar, karena mereka selalu bekerja dalam kelompok (cooperative learning) sehingga bagi siswa yang lemah atau tidak mampu akan terbantu oleh siswa yang mampu. Selain itu terungkap juga bahwa pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek yang aktif dalam kegiatan pembelajaran mampu meningkatkan sikap positif siswa terhadap hasil belajarnya. Hal ini karena siswa langsung berhadapan, mempelajari sendiri konsep pengetahuannya, kerja kelompok atau pemodelan. Dengan demikian anak akan berkesan dengan apa yang baru saja dipelajarinya, karena mengalami sendiri dan terlibat langsung serta aktif dengan bahan yang dipelajarinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2002) bahwa belajar adalah proses, kegiatan dan bukan hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, tetapi lebih dari itu yaitu mengalami. Hal ini senada dengan teori yang dikemukakan Peter Seal yang terkenal dengan Kerucut Pengalaman Belajar (Puskur, 2002), bahwa jika seorang guru mengajar dengan meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan melaporkannya, maka siswa akan mengingat sebanyak 90% dari apa yang ia pelajari atau apa yang kita berikan.
Pembelajaran kontekstual memiliki tujuh teknik atau komponen yaitu kontruktivisme, inquiry, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian autentik. Dalam penelitian ini, yang akan peneliti angkat untuk dijadikan penelitian adalah komponen pembelajaran kontekstual dengan pendekatan inkuiri.
Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.
Adapun langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah
memperkenalkan masalah, mengumpulkan data, menganilsa data, membuat
hipotesa, menguji hipotesa, dan membuat kesimpulan (Soewarso: 2007).
Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Guru memberikan lembar kerja kepada siswa dan menjelaskan apa yang harus dikerjakan siswa di dalam kelompoknya. Guru memberikan suatu permasalahan kepada siswa. Dari permasalahan tersebut, siswa bekerja meliputi mengumpulkan data, menganalisis data, membuat hipotesa, menguji hipotesa, dan terakhir kesimpulan. Setelah tahap inkuiri dari 1-6 selesai, kemudian perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Selanjutnya guru bersama siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran dari awal-akhir.
Sesuai dengan analisa data di atas, pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan pendekatan inkuiri lebih efektif dari pada model pembelajaran konvensional, karena selain dapat meningkatkan kemampuan dan pemahaman konsep pada siswa secara individu juga mengarahkan kepada kemampuan siswa berpikir kritis dan menjadi orang yang secara bebas dapat memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya dalam kehidupan mereka sehari-hari melalui pelajaran IPS.