BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Siswa Kelas 4 SD Negeri Ledok 06 Salatiga Semester II Tahun Pelaj

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

  Berikut ini akan dijelaskan beberapa landasan teori tentang hakikat matematika, model pembelajaran kooperatif, metode NHT dan, hasil belajar.

2.1.1 Hakikat Matematika

2.1.1.1 Matematika dan Pembelajarannya

  “Matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan ” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 723).

  Menurut Russeffendi (Heruman, 2007: 1), “matematika adalah bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil ”.

  Sedangkan menurut Johnson dan Myklebus (dalam Mulyono, 2003: 252) “Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir ”.

  Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan, pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi yang tidak menerima pembuktian secara induktif. Namun harus dapat dibuktikan secara deduktif.

  Bruner (Ruseffendi, 1991) dalam metode penemuannya mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya (Heruman, 2007:4).

  “Pada pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Setiap konsep berkaitan dengan konsep lain, oleh karena itu siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melakukan keterkaitan tersebut ” (Heruman, 2007: 4). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran matematika siswa harus menemukan sendiri pengetahuan yang diperlukannya. Karena dalam pembelajaran matematika merupakan keterkaitan antar konsep, maka siswa perlu diberi kesempatan untuk melakukan keterkaitan tersebut.

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif

2.1.2.1 Definisi Pembelajaran Kooperatif Berikut ini akan dijelaskan beberapa definisi pembelajaran kooperatif.

  Roger, dkk. (1992) menyatakan “pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain (Miftahul

  ” Huda,2011:29). Sedangkan pembelajaran kooperatif menurut Wina (2013: 242) model pembelajaran dengan menggunakan sistem

  “merupakan pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen)

  ”. Adapun pengertian lain pembelajaran kooperatif dalam Sanjaya (Hamdani,

  2010: 30)adalah “rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan

  ”. Dari beberapa pengertian yang sudah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran di mana siswa bekerjasama saling membantu dalam belajar dengan suatu kelompok kecil. Setiap siswa dalam kelompok saling bekerjasama dan bertanggungjawab kepada dirinya sendiri dan kepada kelompok. Siswa saling bekerjasama menyelesaikan masalah untuk mencapai tujuan bersama.

2.1.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

  Sadker dan Sadker (dalam Miftahul Huda, 2011: 66) menjabarkan beberapa manfaat pembelajaran kooperatif. Menurut mereka, selain meningkatkan keterampilan kognitif dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga memberikan manfaat besar lain seperti berikut ini: a.

  Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi, hal ini khususnya berlaku bagi siswa-siswa SD untuk mata pelajaran matematika.

  b.

  Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar.

  c.

  Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada teman-temannya, dan di antara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif untuk proses belajar mereka nanti.

  d.

  Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda-beda. Slavin (dalam Miftahul Huda, 2011: 68) mengidentifikasikan tiga kendala utama atau apa yang disebut pitfalls (lubang-lubang perangkap) terkait dengan pembelajaran kooperatif: a.

   Free Rider: jika tidak dirancang dengan baik, pembelajaran

  kooperatif justru berdampak pada munculnya free rider atau “pengendara bebas”. Yang dimaksud free rider disini adalah beberapa siswa yang tidak bertanggung jawab secara personal pada tugas kelompoknya; mereka hanya “mengekor” saja apa yang dilakukan oleh teman-teman satu kelompoknya yang lain.

  b.

   Diffusion of Responsibility: yang dimaksud Diffusion of

  (penyebaran tanggung jawab) ini adalah suatu

  Responsibility

  kondisi dimana beberapa anggota yang dianggap tidak mampucenderung diabaikan oleh anggota-anggota lain yang “lebih mampu”.

  c.

   Learning a Part of Task Specialization: dalam beberapa metode

  tertentu, seperti Jigsaw, Group Investigation, dan metode-metode lain yang terkait, setiap kelompok ditugaskan untuk mempelajari atau mengerjakan bagian materi yang berbeda antarsatu sama lain. Pembagian semacam ini seringkali membuat siswa hanya fokus pada bagian materi yang menjadi tanggungjawabnya, sementara bagian materi lain yang dikerjakan oleh kelompok lain hampir tidak digubris sama sekali, padahal semua materi tersebut saling berkaitan satu sama lain. Dari uraian tentangkelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif dapat disimpulkan bahwa kelebihan pembelajaran kooperatif adalah siswa akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi, memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar, akan terbangun rasa ketergantungan yang positif , meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap perbedaan yang ada.

  Sedangkan kekurangannya adalah siswa tidak bertanggung jawab secara personal pada tugas kelompoknya, anggota yang dianggap tidak mampucenderung diabaikan oleh anggota-anggota lain yang lebih mampu, siswa hanya fokus pada bagian materi yang menjadi tanggungjawabnya sedangkan materi yang lain diabaikan.

2.1.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)

  Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Menurut Hamdani (2010:89) menjelaskan bahwa

  “Numbered Heads

  

Together adalah metode belajar dengan cara setiap siswa diberi nomor dan dibuat

  suatu kelompok, kemudian secara acak, guru memanggil nomor dari siswa ”. Menurut Lie(2004: 59)

  “Numbered Heads Together adalah pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat

  ”. Menurut Slavin (dalam Miftahul Huda, 2011: 130)

  “Numbered Heads Together adalah suatu

  model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas ”.

  Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Numbered Heads Together adalah suatu pembelajaran dimana setiap siswa diberikan nomor. Dalam hal ini siswa saling memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Untuk mempertanggung jawabkan hasil diskusinya siswa mempresentasikan hasil diskusinya sesuai dengan nomor yang dipanggil oleh guru.

  2.1.3.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)

  Langkah-langkah Numbered Heads Together menurut Hamdani (2010:90) a.

  Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

  b.

  Guru memberikan tugas kepada tiap-tiapkelompok disuruh untuk mengerjakannya.

  c.

  Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.

  d.

  Guru memanggil salah satu nomor siswa dan siswa yang nomornya dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.

  e.

  Siswa lain diminta untuk memberi tanggapan, kemudian guru menunjuk nomor lain.

  f.

  Kesimpulan Langkah-langkah Numbered Heads Together menurut Suprijono (2009:92) a.

  Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil.

  b.

  Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok.

  c.

  Setiap kelompok menyatukan kepalanya “Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru.

  d.

  Guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok.

  e.

  Mereka yang nomornya dipanggil menjawab pertanyaan yang diberikan guru secara bergiliran sampai semua kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru.

  f.

  Kesimpulan dari jawaban atas pertanyaan yang guru berikan sebagai pengetahuan yang utuh. Hal ini ditegaskan oleh pendapat Suprihatiningrum (2012:209) bahwa langkah-langkah Model Numbered Heads Together adalah: a.

  Penomoran Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggota 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5.

  b.

  Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa.

  c.

  Berpikir bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawabannya. d.

  Menjawab Guru memanggil nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangan dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Kesimpulan dari langkah-langkah Numbered Heads Together adalah sebagai berikut: a. Penomoran

  Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggota 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5.

  b. Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok.

  c. Berpikir bersama Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.

  d. Pemanggilan Guru memanggil salah satu nomor secara acak

  e. Menjawab Mereka yang nomornya dipanggil menjawab pertanyaan yang diberikan guru secara bergiliran sampai semua kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru.

  f. Memberi tanggapan Siswa lain diminta untuk member tanggapan, kemudian guru menunjuk nomor lain g. Kesimpulan

  Kesimpulan dari jawaban atas pertanyaan yang guru berikan sebagai pengetahuan yang utuh

  2.1.3.2 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)

  Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) memilikikelebihan dan kelemahan sebagai berikut (Hamdani, 2010: 90): Kelebihan model Numbered Heads Together adalah: a.

  Setiap siswa menjadi siap semua.

  b.

  Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

  c.

  Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Kelemahan model Numbered Heads Together adalah: a.

  Kemungkinan nomor yang dipanggil, akan dipanggil lagi oleh guru.

  b.

  Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

2.1.4 Hasil belajar

2.1.4.1 Definisi Hasil belajar

  Berikut ini akan dijelaskan beberapa definisi tentang hasil belajar Menurut Woordworth dalam Dimyati dan Mudjiono (2009: 41),

  “Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar ”. Menurut Winkel (dalam Purwanto 2009: 45), “hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya, perubahan itu mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik”.

  Menurut A. J. Romizowski(dalam Asep Jihad, 2013: 14) “hasil belajar merupakan keperluan (output) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input).

  Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarnya adalah perbuatan atau kinerja (performance) ”.

  Menurut Oemar Hamalik (2010:159) “hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Perubahan yang dimaksud tidak hanya perubahan pengetahuan, tetapi juga mencakup perubahan kecakapan, sikap, pengertian dan penghargaan diri pada individu tersebut ”.

  Hasil belajar merupakan hasil atau kecakapan yang telah dicapai siswa dalam kurun waktu tertentu setelah melakukan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tergantung apa yang dipelajari oleh siswa.

  Menurut Bloom (dalam Rifa’i, 2009:85) terdapat tiga ranah yang merupakan hasil belajar: a.

  Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang mencakup 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.

  b.

  Ranah Afektif Berhubungan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif terdiri dari lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi, dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

  c.

  Ranah Psikomotorik Ranah psikomotor menunjukkan kemampuan fisik, keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, koordinasi syaraf.

  Berdasarkan hal itu, hasil belajar siswa dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Hasil belajar siswa adalah hasil yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. 2) Hasil belajar mengukur sejauh mana kemampuan seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran. 3) Hasil belajar siswa dinilai aspek kognitif, afektif, dan psikomotor karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi, kemampuan menerima dan menjawab reaksi, kemampuan fisik melalui koordinasi syaraf.

  Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar kognitif yang dapat diketahui hasilnya dengan tes tertulis setelah proses pembelajaran selesai.

2.1.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

  Menurut Rifa’i (2009: 97), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah kondisi eksternal dan internal peserta didik. Kondisi internal mencakup kondisi fisik, psikis dan sosial. Kondisi fisik seperti organ tubuh, sedangkan kondisi psikis yakni intelektual emosional, selain itu kondisi sosial berupa kemapuan bersosialisasi dengan lingkungan. Kualitas kondisi internal yang dimiliki mempengaruhi kesiapan, proses dan hasil belajar.

  Faktor eksternal diantaranya variasi dan tingkat kesulitan materi belajar hasil dan proses belajar. Agar peserta didik berhasil dalam belajar, harus memperhatikan kemampuan internal peserta didik dan stimulus yang ada diluar peserta didik. Belajar tipe kemampuan baru harus diawali dari kemampuan yang telah dipelajarinya dan menyediakan situasi eksternal bervariasi.

  Kedua faktor inti tersebut berperan penting dalam proses belajar dalam meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Slameto (2003: 54) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor tersebut akan dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut: a.

  Faktor – faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang yang berasal dari diri siswa. Faktor intern terbagi menjadi 3 faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

  1. Faktor Jasmaniah Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kedua adalah cacat tubuh yaitu sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh.

  2. Faktor Psikologis Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor

  • – faktor itu adalah:

  a) Intelegensi yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

  b) Perhatian yaitu keaktifan siswa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek.

  c) Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

  d) Bakat adalah kemampuan untuk belajar.

  e) Motif harus diperhatikan agar dapat belajar dengan baik saat belajar.

  f) Kematangan adalah suatu tingkat pertumbuhan seseorang.

  g) Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi.

3. Faktor Kelelahan

  Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat praktis). Kelelahan jasmani dapat dilihat dari lemah lunglainya tubuh dan timbul untuk membaringkan tubuh. b.

  Faktor – faktor ekstern Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

2.1.5 Hubungan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) dengan Hasil Belajar

  Menurut Isjoni (2011:16 ) “dalam proses pembelajaran Numbered Heads

  Together, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya ”.

  Dalam pembelajaran matematika, guru berusaha untuk menciptakan iklim pembelajaran yang mempermudah siswa dalam mempelajari materi matematika.Tugas guru adalah dapat menciptakan program pembelajaran yang menarik sehingga siswa mau dan senang untuk belajar matematika. Pembelajaran yang menarik dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe

  

Numbered Heads Together (NHT). Numbered Heads Together (NHT) adalah

  kegiatan belajar berkelompok dimana setiap anggota dalam kelompok mendapatkan penomoran. Pertama-tama guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa. Kemudian siswa dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap anggota dalam kelompok diberi nomor. Guru memberikan tugas berupa soal atau pertanyaan untuk semua kelompok. Siswa diberikan kesempatan untuk menyelesaikan soal dengan berdiskusi dan bekerjasama dengan anggota kelompok. Melalui kegiatan diskusi dan kerjasama tersebut dapat melatih kemampuan siswa untuk berani mengeluarkan ide-ide atau pendapat yang dimilikinya, saling menghargai pendapat dari anggota lain, dan membangun hubungan positif antar sesama anggota kelompoknya. Setelah siswa selesai berdiskusi, guru memanggil siswa dengan nomor tertentu. Siswa yang nomornya sesuai mencoba menjawab pertanyaan sedangkan siswa lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan pendapat kepada siswa yang menjawab pertanyaan. Guru mengulangi kegiatan tersebut sampai semua siswa mendapat giliran. Melalui pembelajaran ini siswa akan lebih mudah dalam memahami materi. Dalam pembelajaran kelompok ini, siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya. Sehingga siswa yang kurang mampu dapat bertanya kepada siswa yang mampu, dan siswa yang mampu dapat menjelaskan kepada siswa lain yang belum paham tentang materi yang sedang dipelajari. Karena kemampuan siswa dalam memahami materi lebih mudah, maka hasil belajar siswa juga akan meningkat.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

  Penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Andhika Imam Kartomo (2012). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas 5 di SD Negeri Candiroto Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung Tahun 2011/2012. Dalam penilitian ini terbukti bahwa kerjasama dan hasil belajar siswa meningkat setelah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai siswa yang meningkat mulai dari pra siklus, siklus I, dan siklus

  II. Pada kondisi pra siklus rata-rata kerjasama 66,33 dan terdapat 11 siswa tuntas dari 25 siswa kemudian siklus I dengan rata-rata kerjasama 75,22 dan terdapat 19 siswa tuntas dari 25 siswa dan siklus II dengan rata-rata kerjasama 80,78 dan 25 siswa tuntas. Sedangkan pada kondisi pra siklus rata-rata hasil belajar 62 dan terdapat 11 siswa tuntas dari 25 siswa kemudian siklus I dengan rata-rata hasil belajar 72 dan terdapat 19 siswa tuntas dari 25 siswa. Siklus II dengan rata-rata hasil belajar 85 dan 25 siswa tuntas.

  Yuni Winarti (2012), dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya

  Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Tentang Materi Menaksir dan Membulatkan Operasi Hitung Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Bagi Siswa Kelas 4 SD Kepohkencono 01 Semester 1 Tahun 2011/2012 ”menyimpulkan bahwa dalam penelitian ini terjadi peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa yang terlihat dari interaksi siswa dalam berdiskusi, mempresentasikan hasil diskusi serta merespon jawaban temannya. Siswa pada siklus I hanya mencapai 79% belum mencapai indi kator keberhasian ≥ 80% namun pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 91%. Hasil belajar siklus I dari 32 siswa sebanyak 17 siswa atau 53,13% tuntas dan sebanyak 15 siswa atau 46,87% belum tuntas dan pada siklus II sebanyak 36 siswa atau

  100% dari jumlah siswa mencapai ketuntasan. Indikator keberhasilan 80% siswa tuntas, KKM (70). Hal ini menunjukan adanua peningkatan hasil belajar siswa matematika materi menaksir dan membulatkan operasi hitung pada siswa kelas 5 setelah menggunakan Numbered Heads Together .

  Juwito (2012), dalam penelitiannya dengan judul “Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas IV SD Madugowongjati 02 Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun

  Pelajaran 2011/2012 ”. Proses pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT mampu merubah proses pembelajaran yang semula teacher centered berubah menjadi berpusat pada siswa. Pembelajaran berlangsung aktif, siswa mengikuti proses pembelajaran dengan senang hati, minat, perhatian dan motivasi belajar matematika siswa meningkat. Penerapan model pembelajaran ini terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika di kelas 4 SD Madugowongjati 02 Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian bahwa telah terjadi peningkatan presentase siswa yang tuntas belajar yaitu kondisi awal sebanyak 33% tuntas belajar menjadi 100% siswa tuntas belajar pada siklus II.

  Karena indikator keberhasilan penelitian ini 80% siswa tuntas belajar maka penelitian ini dianggap berhasil.

  Berdasarkan hasil penelitiantersebut diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan atau rujukan dalam pembelajaran matematika di SD, khususnya

  .

  bagi guru yang mengajarkan matematika di kelas 4 SD Dari hasil penelitian tersebutsiswa menjadi lebih aktifdalambekerja sama dan berinteraksi dengan teman-temannya. Oleh karena itu, peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan hasil belajar di SD Negeri Ledok 06 Salatiga kelas 4 pada mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2013/2014.

2.3 Kerangka Pikir

  Pada kondisi awal guru masih menerapkan pembelajaran konvensional yang berbasis pada ceramah sehingga siswa menjadi cepat bosan dan kurang antusias dalam mengikuti pelajaran matematika. Kegiatan siswa hanya sebatas mendengarkan, mencatat, dan mengerjakan soal membuat siswa menjadi pasif. Hal ini membuat hasil belajar siswa kurang dari KKM ≥ 65. Untuk menanggapi masalah tersebut, dibutuhkan upaya penanganan dalam mengantisipasi rendahnya hasil belajar peserta didik, guru harus menerapkan pembelajaran yang mendukung bagi perkembangan siswa. Salah satunya adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran dilakukan dalam kelompok kecil agar siswa bekerja sama saling membantu dalam belajar dan bertanggung jawab pada dirinya sendiri dan kelompok lain.

  Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), siswa dituntut untuk saling bekerjasama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dengan membentuk siswa menjadi beberapa kelompok. Setiap anggota kelompok diberi nomor. Siswa saling berpartisipasi mengeluarkan pendapat yang dimilikinya. Siswa juga dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya. Siswa dapat saling membantu satu sama lain untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Selain itu, siswa juga bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri melalui nomor yang dimilikinya. Melalui nomor yang dimilikinya siswa akan dipanggil oleh guru secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusinya secara bergiliran sampai semua kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru, siswa lain diminta untuk memberi tanggapan, kemudian guru menunjuk nomor lain. Lalu guru membimbing siswa untuk menyimpulan dari jawaban atas pertanyaan yang guru berikan sebagai pengetahuan yang utuh. Melalui kegiatan pembelajaran yang seperti ini siswa akan lebih mudah dalam memahami materi. Karena siswa lebih mudah dalam memahami materi, maka hasil belajar siswa juga akan meningkat.

2.4 Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir tersebut, hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT diduga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 4 SDN Ledok 06 Salatiga tahun pelajaran 2013/2014.

Dokumen yang terkait

BAB II KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Peran Komite Sekolah di Gugus Abimanyu UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung

0 0 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Peran Komite Sekolah di Gugus Abimanyu UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung

0 0 44

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Peran Komite Sekolah di Gugus Abimanyu UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Peran Komite Sekolah di Gugus Abimanyu UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung

0 0 118

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Inklusi di SD Negeri I Mangunsari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung

0 0 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Inklusi di SD Negeri I Mangunsari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung

0 0 31

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Inklusi di SD Negeri I Mangunsari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung

1 0 81

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSI DI SD NEGERI I MANGUNSARI, KECAMATAN NGADIREJO, KABUPATEN TEMANGGUNG Tesis Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd)

0 1 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Inklusi di SD Negeri I Mangunsari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung

0 0 78

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah Aspek Pakem Di SDN Kalirejo 02 Kecamatan Ungaran Timur

0 0 32