Alat Dan Bahan Pembuatan Batik Tulis

Alat Dan Bahan Pembuatan Batik Tulis

Baju Batik - Senang memakai baju batik tulis dan kini Anda tertarik untuk membuat batik sendiri?
Atau anda sedang belajar membuat batik atau baju batik? Atau sekedar mencari informasi membuat
batik? Berikut ini adalah cara untuk membuat batik. Tutorial ini adalah cara membuat batik tulis.
Peralatan yg diperlukan:
1. Kain Mori (bias terbuat dari sutra, katun, atau campuran kain polyester)
2. Pensil
3. Canting (bias dikatakan ini adalah alat tulis batik)
4. Gawangan (tempat sampiran kain ketika membatik)
5. Lilin cair
6. Panci kecil (untuk tempat lilin)
7. Kompor kecil (untuk memanaskan lilin)
8. Larutan pewarna
Berikut Adalah Tahapan-Tahapan Membuat Baju Batik Tulis:












Pertama, kita buat dahulu desain batik dgn menggunakan pensil. Desain batik ini disebut
molani. Untuk pebatik yg “expert”, dia bisa membuat motif batik sendiri, tapi untuk pemula
disarankan untuk mengikuti motif-motif umum yg telah ada saja dahulu.
Setelah pembuatan molani selesai, langkah selanjutnya adalah melukis dgn lilin cair dgn
menggunakan canting dgn mengikuti pola yg tadi dibuat.
Tutup dgn lilin bagian-bagian yg akan tetap tidak berwarna. Gunakan canting pada bagian yg
mendetail, dan gunakan kuas pada area yg besar.
Tahap keempat adalah proses pewarnaan dgn cara mencelupkan kain tersebut ke larutan
pewarna tertentu.
Jemur kain yg telah dicelupkan tadi sampai kering.
Jika kita menginginkan beberapa warna pada batik yg kita buat, maka proses 3, 4, dan 5 bisa
diulang beberapa kali tergantung jumlah warna yg kita inginkan.
Setelah itu adalah proses nglorot, dimana kain yg telah berubah warna tadi direbus dgn air
panas. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan lapisan lilin sehingga motif yg telah digambar
menjadi terlihat jelas.

Kain batik tadi tentu perlu dicuci supaya bersih, ini adalah proses terakhir dari pembuatan batik
yaitu mencuci kemudian keringkan dgn cara dijemur.

BATIK JUMPUTAN

Jumputan merupakan salah satu jenis batik yang pembuatannya dilakukan dengan cara mengikat
kencang di beberapa bagian kain kemudian dicelupkan pada pewarna. Oleh karena itu, sebagian orang
juga menyebut Jumputan sebagai batik ikat celup.
A. Bahan-bahan yang dibutuhkan:
1.

Kain berjenis Blaco, Mori prima, Primissima;

2.

Dua sendok Garam dan Cuka secukupnya;

3.

Dua liter Air untuk satu kemasan warna;


4.

Pewarna dan penguatnya dalam satu kemasan (Wenter ataupun Wantex).

B. Alat-alat yang digunakan:
1.

Karet gelang;

2.

Kelereng, Uang koin, Batu;

3.

Kompor;

4.


Bejana (Panci);

5.

Sendok kayu sebagai alat pengaduk;

6.

Ember.

C. Cara membuatnya:
1. Pastikan kain dalam kondisi bersih;
2. Membuat bentuk/desain motif dengan mengikat Kelereng, Uang koin, atau Batu pada
beberapa bagian kain menggunakan karet secara kencang dan bervariatif;
3. Rebus air menggunakan Bejana (Panci) hingga mendidih;

4. Setelah mendidih, campurkan pewarna dan penguat yang berada dalam satu kemasan Wenter
ataupun Wantex;
5. Tambahkan garam dua sendok makan dan cuka secukupnya disertai dengan mengaduk
larutan hingga merata;

6. Basahi kain yang telah diikati dan dibuat motif dengan air bersih;
7. Celupkan kain tersebut pada cairan warna. Bila menginginkan satu warna, celupkan seluruh
bagian kain dalam larutan pewarna yang mendidih.
8. Aduk dalam waktu 20-30 menit agar warna merata dan merekat kuat;
9. Bila menginginkan warna lain, langkah pada no. 6 (enam) hanya mencelupkan sebagian
pada cairan pewarna pertama dan mencelupkan kain yang belum terkena warna pada cairan
pewarna lainnya.
10. Celupkan berkali-kali sesuai jumlah warna yang dikehendaki;
11. Apabila proses pencelupan warna selesai, kain diangkat dan dibilas menggunakan air dingin
yang bersih;
12. Kemudian sumua ikatan dilepas, kain ditiris dan dikeringkan;
13. Setelah kering, rapikan dengan menyetrika kain tersebut.
Cara Pembuatan Batik Mega Mendung
Motif batik Megamendung merupakan karya seni batik yang identik dan bahkan menjadi ikon
batik daerah Cirebon dan daerah Indonesia lainnya. Motif batik ini mempunyai kekhasan yang tidak
ditemui di daerah penghasil batik lain. Bahkan karena hanya ada di Cirebon dan merupakan
masterpiece, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI akan mendaftarkan motif megamendung ke
UNESCO untuk mendapatkan pengakuan sebagai salah satu world heritage.

Peralatan yang dibutuhkan:

1. Kain Mori
2. Canting
3. Kuas
4. Lilin
5. Penguat Warna
6. Pewarna Batik, dll.

Cara Membuatnya:
a. Gambar pola batik pada kain mori
b. Lapisi pola dengan lilin yang sudah dicairkan
c. Warnai kain dengan tinta tekstil
d. Lapisi dengan air terlebih dahulu agar warna bergradasi
e. Lapisi kain dengan koran, kemudian lepaskan lapisan lilin dengan setrikaan

Proses Pembuatan Batik Klasik

Hampir setiap orang pernah melihat batik. Bahkan banyak diantaranya yang pernah melihat cara
pembuatan batik. Mereka mengira bahwa mereka melihatnya dalam perjalanannya di Jawa sewaktu
kunjungan ke sebuah tempat kerja batik dimana para wanita menggambar desain-desain pada kain
putih dengan sebuah canting. Bagian ini, dimana sesungguhnya merupakan penerapan malam adalah

hanya satu dari berbagai langkah pemrosesan yang harus dilakukan untuk menjadikan suatu barang
bernama batik.
1.1. Persiapan
Kain katun putih dengan lebar kira-kira 110 cm dan panjang 240 cm digarap sebelumnya agar bisa
dipakai untuk pengolahan selanjutnya. Penggarapan ini terdiri dari mencuci, menganji, menjemur dan
mengetuknya, suatu proses yang memakan waktu berhari-hari.
1.2. Design
Jika kain sudah siap untuk proses selanjutnya, maka motif-motif digambar dengan mengikuti pola yang
sudah tersedia pada kertas atau langsung menggambar pada kain bagi pengrajin batik yang telah ahli.
Setelah desain dibuat maka satu persatu diberi warna. Namun bisa juga menggambar keliling desain
dulu supaya bidang-bidangnya bisa ditutupi. Cara menggambar dilakukan dengan cairan malam yang
keluar dari canting dalam bentuk pancuran halus, sedangkan ukuran canting pun bervariasi.
Canting berbentuk seperti poci teh kuningan kecil sebesar kepala pipa tembakau dan bertangkai kayu.
Semakin kecil canting semakin halus aliran malam yang keluar. Sebelumnya malam dicairkan dengan

cara memanaskan lebih dulu, yang terpenting adalah menjaga suhu agar tepat. Kemudian pada
permukaan kain sebaliknya, dilakukan desain dan pengerjaan yang sama agar tidak terdapat perbedaan
di kedua sisi kain batik.
1.3. Pewarnaan
Selanjutnya kain bisa dicelupkan dalam bahan pewarna biru. Pewarnaan/pencelupan ini diulang

berkali-kali hingga hasilnya tercapai. Pada produk-produk bermutu tinggi pewarnaan hingga 30 kali
adalah suatu keharusan. Pewarna tradisional adalah indigo, keistimewaan warna ini adalah warnanya
baru timbul sesudah kain yang diberi pewarna ini dijemur dan terkena udara. Jika kain masih basah
maka bagian-bagian desain yang akan diberi warna coklat, dikerik malamnya. Setelah itu bagianbagian yang diberi warna biru dan tetap harus berwarna biru juga ditutup dengan malam. Kemudian
kain dicelup ke dalam pewarna coklat.
Bahan pewarna tradisional untuk coklat adalah soga, sejenis kulit pohon tertentu. Penggarapan warna
yang baik memakan waktu 15 hari, dengan 3 macam pewarnaan perhari. Bagian-bagian yang mulamula diwarna biru dan kemudian diwarna coklat menjadi hitam warnanya. Dengan demikian terjadilah
tiga warna dari dua bahan pewarna, yaitu biru, coklat dan hitam. Dan disamping itu beberapa bagian
tetap berwarna putih.
1.4. Penghilangan Malam
Setelah pengulangan pewarnaan dilakukan sehingga sesuai. Selanjutnya seluruh malam dapat
dilepaskan, hal ini dilakukan dengan meng-godog hingga cair, dan cairan malam akan mengapung di
permukaan. Setelah itu kain dicuci lagi.
Pengerjaan batik pada kain sutera digunakan tehknik yang berbeda, karena memerlukan malam dan
bahan pewarna yang berbeda agar tidak merusak kain suteranya.
Hasil proses pembuatan batik tersebut di atas disebut batik tulis. Jenis lainnya adalah batik cap, dimana
pada proses penggambaran dengan canting pada batik tulis digantikan dengan menggunakan cap
(seperti gambar di bawah ini) untuk menerapkan malam pada kain.
Batik klasik dikenal dengan bermacam ukuran dan penamaan yakni batik kain panjang dengan lebar
110 cm X panjang 240 cm, batik kain sarung (sekitar 105cmX200cm), selendang

(45~60cmX200~300cm), iket kepala (90cmX90cm) dan kemben (60cmX200cm).
Pada penggunaan sehari-harinya batik banyak ditemui dalam berbagai bentuk seperti berbagai macam
pakaian resmi pada pria dan wanita, dan bermacam bahan untuk dekorasi interior rumah, kantor
ataupun hotel, juga variasi rumah tangga seperti, taplak meja, napkins, place mats, tas, sarung bantalan,
bedcover, bed sheet, dan lainnya.
Batik Modern

Berbeda dengan batik klasik, pada batik modern motif maupun pewarnaan tidak tergantung
pada pola-pola dan pewarnaan tertentu seperti pada batik klasik, namun desainnya bisa berupa apa saja
dan warna yang beraneka macam. Batik modern juga menggunakan bahan-bahan dan proses
pewarnaan yang mengikuti perkembangan dari bahan-bahan pewarnanya. Terkadang pada beberapa
area desain, canting tidak dipergunakan namun dengan menggunakan kuas dan untuk pewarnaan
kadang diterapkan langsung dengan menggunakan kapas atau kain. Dengan kata lain, proses
pembuatan batik modern hampir seperti batik klasik namun desain dan pewarnaannya terserah pada
citarasa seni pembuat dan tergantung bahan-bahan pewarnanya. Bahkan dengan berkembangnya bahan
dasar kain dan bahan kain berwarna, batik modern menjadi semakin bervariasi, seperti misalnya batik
pada bahan katun lurik Jogja , bahan kain poplin, bahan piyama, bahan wool, dsb.

Proses Pembuatan Batik Modern
Pengerjaan pada batik modern memiliki prinsip yang sama seperti pada proses pembuatan batik klasik

karena batik modern merupakan perkembangan dari variasi batik klasik.
2.1. Persiapan
Kain katun yang akan dibatik terlebih dahulu dicuci agar terbebas dari bahan-bahan yang masih
dikandung oleh kain ketika proses penenunan/pembuatan kain, ini dimaksudkan agar pada proses
pewarnaan nantinya tidak akan berpengaruh oleh bahan-bahan tersebut. Selanjutnya kain yang
dipersiapkan dikeringkan.
2.2. Desain
Desain dilakukan langsung di atas kain dengan menggunakan pensil atau apapun yang jika nantinya
dicuci pada akhir pemrosesan batik maka coretan tersebut bisa hilang, atau desain dapat pula
menggunakan pola-pola yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Setelah desain siap maka dilakukan
pembatikan awal dengan menggunakan canting ataupun kuas pada coretan desain tersebut. Pada proses
pembatikan perlu diperhatikan bagian mana yang akan diberi warna berbeda, mengikuti desain dan
hasil warna yang dikehendaki.
2.3. Pewarnaan
Proses pewarnaan berbeda-beda tergantung dari bahan pewarna dan teknik mewarna yang ingin
digunakan. Pada dasarnya pada pewarnaan tahap pertama warna yang digunakan adalah warna yang
lebih muda dahulu, ini disebabkan pada proses batik pewarnaan nantinya akan dilakukan secara
berulang-ulang tergantung dari banyaknya warna yang diinginkan. Bahan-bahan pewarna tersebut
antara lain Naphtol, Indigosol, Basis, Procion, dsb.
Pada proses ini juga masih dilakukan pembatikan pada warna-warna yang ingin dicapai pada akhir

proses. Setelah proses pewarnaan selesai maka dilakukan proses penghilangan malam batik/dilorod
dengan cara memasukkan kain tersebut ke dalam air panas, setelah seluruh malam batik hilang dari
kain selanjutnya kain dicuci hingga bersih.