Surat Gugatan Untuk Menguji Persyaratan

Surat

Gugatan

Untuk

Menguji

Persyaratan Tender
Oleh Hendri Mahdi 05 Apr, 2014
Persyaratan tender makin tidak jelas. Pokja ULP seperti sengaja meminta
syarat yang berat dan sangat merugikan pelaku usaha, terutama pelaku
usaha kecil. Alasan permintaan sangat tidak jelas, tetapi tujuannya sangat
jelas yakni menciptakan persaingan usaha tidak sehat.
Untuk mengatasi masalah persyaratan yang tidak jelas dan mengada-ada
tersebut, saya akan uji legalitas hukumnya melalui pengadilan tata usaha
negara (PTUN). Berikut ini surat gugatannya:
Banda Aceh, — April 2014
Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Banda Aceh.
Jl. Ir. Mohd. Thaher No. 25 Lueng Bata, Banda Aceh

Perihal: Gugatan Tata Usaha Negara
Dengan hormat,
Yang bertanda-tangan di bawah ini, Hendri, Warga Negara Republik
Indonesia, Pekerjaan Wakil Direktur CV. Jangkar Jati, Bertempat Tinggal di
Gampong Jelingke, Dusun Jeulingke Indah, Kecamatan Syiah Kuala, Kota
Banda Aceh, Telpon 085260027980, bertindak atas nama CV. Jangkar Jati,
untuk selanjutnya disebut sebagai “PENGGUGAT”.
PENGGUGAT dengan ini mengajukan gugatan terhadap Kelompok Kerja
Pekerjaan Konstruksi Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kabupaten Aceh Besar
Tahun Anggaran 2014, berkedudukan di Jalan T. Bachtiar Panglima Polem, SH
Kota Jantho, untuk selanjutnya disebut sebagai ”TERGUGAT”.
Adapun yang menjadi objek gugatan PENGGUGAT dalam gugatan ini adalah
Keputusan TERGUGAT,

yakni

Dokumen

Pengadaan


Nomor

01/PK-

01/DINKES/APBK.
Sebelum menyampaikan petitum gugatan ini, izinkanlah PENGGUGAT untuk
terlebih dahulu menguraikan posita gugatan.
I. POSITA
A. Obyek Gugatan
Bahwa ketentuan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara mendefenisikan Keputusan
Tata Usaha Negara adalah “suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata

usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang bersifat kongkret, individual, dan final, yang menimbulkan
akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata”.
Bahwa ketentuan Pasal 1 Angka 21 Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden

Nomor

54

Tahun

2010

Tentang

Pengadaan

Barang/Jasa

Pemerintah

menyebutkan bahwa dokumen pengadaan adalah dokumen yang ditetapkan
oleh Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan yang memuat informasi dan
ketentuan yang harus ditaati oleh para pihak dalam proses Pengadaan
Barang/Jasa.

Berdasarkan ketentuan diatas, obyek gugatan PENGGUGAT yakni Dokumen
Pengadaan Nomor 01/PK-01/DINKES/APBK, dimana obyek gugatan tersebut
merupakan keputusan tata usaha negara.
Dokumen

Pengadaan

Nomor

01/PK-01/DINKES/APBK

merupakan

suatu

penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan tata usaha negara, yang
berisi tindakan hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang bersifat kongkret, individual, dan final, yang membawa akibat
hukum bagi bagi seseorang atau badan hukum perdata.
Dokumen Pengadaan Nomor 01/PK-01/DINKES/APBK bersifat konkrit karena

objek yang disebutkan dalam keputusan itu tidak abstrak, tetapi berwujud
dan nyata-nyata secara tegas berlaku kepada penyedia barang/jasa yang
telah mendaftar sebagai peserta

lelang Pembangunan Rumah Dinas

Puskesmas Darul Imarah 1 Unit.
Dokumen

Pengadaan

Nomor

01/PK-01/DINKES/APBK

bersifat

individual

karena tidak ditujukan kepada umum, tetapi secara spesifik berlaku hanya

kepada penyedia barang/jasa yang telah mendaftar sebagai peserta lelang
Pembangunan Rumah Dinas Puskesmas Darul Imarah 1 Unit, tidak berlaku
kepada badan hukum perdata lainnya.
Dokumen Pengadaan Nomor 01/PK-01/DINKES/APBK bersifat final karena
tidak lagi memerlukan persetujuan dari instansi lain baik bersifat horizontal
maupun vertikal.
Dokumen Pengadaan Nomor 01/PK-01/DINKES/APBK telah menimbulkan
akibat

hukum,

yakni

mengakibatkan

PENGGUGAT

untuk

malakukan


penawaran.
Bahwa berdasarkan definisi sebagaimana dikemukakan di atas, Dokumen
Pengadaan Nomor 01/PK-01/DINKES/APBK merupakan keputusan yang terang
benderang berbentuk tertulis yang berisi penetapan (beschikking) dan
langsung
(einmalig).

berlaku

sejak

dikeluarkan

oleh

pejabat

yang


membuatnya

Bahwa Dokumen Pengadaan Nomor 01/PK-01/DINKES/APBK merupakan
Suatu Penetapan Tertulis yang dikeluarkan oleh Badan Tata Usaha Negara
yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Bahwa TERGUGAT merupakan badan tata usaha negara yakni Kelompok
Kerja Pekerjaan Konstruksi Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kabupaten Aceh
Besar Tahun Anggaran 2014, yang menurut Pasal 1 Poin 8 Peraturan Presiden
RI Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden
Nomor

54

Tahun

2010

Pengadaan


Barang/Jasa

selanjutnya

disebut

Tentang

Pengadaan

Pemerintah,
ULP

Kementerian/Lembaga/Pemerintah

Unit

Barang/Jasa

Layanan


adalah

Pengadaan

unit

Daerah/Institusi

Pemerintah
yang

organisasi

yang

berfungsi

melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang bersifat permanen, dapat berdiri
sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada.

B. Tenggang Waktu
Dokumen Pengadaan Nomor 01/PK-01/DINKES/APBK diterbitkan pada tanggal
24 Maret 2014, dengan demikian pengajuan gugatan ini masih dalam
tenggang waktu sebagaimana ditentukan dalam Pasal 55 Undang-Undang RI
Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
C. Kronologi Perkara
Pada

tanggal 24

Maret

2014

TERGUGAT

menerbitkan

pengumuman

pelelangan Pembangunan Rumah Dinas Puskesmas Darul Imarah 1 Unit.
PENGGUGAT selaku penyedia barang/jasa sangat berminat untuk mengikuti
pelelangan tersebut dan PENGGUGAT telah mendaftar melalui portal
http://lpse. acehbesarkab.go.id.
Dalam Dokumen Pengadaan Nomor 01/PK-01/DINKES/APBK, TERGUGAT telah
mensyaratkan personil inti dan peralatan utama yang bertentangan dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 92 Tahun 2010 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 Tentang
Usaha Dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi.
Persyaratan

personil

inti

sebagaimana

tercantum

dalam

Dokumen

Pengadaan Nomor 01/PK-01/DINKES/APBK yakni Manager Lapangan/Manager
Proyek yang berpendidikan S – 1 (Tehnik Sipil) dengan pengalaman 7 Tahun,
Pengawas Lapangan yang berpendidikan S – 1

(Tehnik Sipil) dengan

pengalaman 5 Tahun, Quantity Engineer yang berpendidikan S – 1

(Tehnik

Sipil) dengan pengalaman 5 Tahun, Juru Gambar yang berpendidikan S – 1
(Tehnik

Arsitektur)

berpendidikan S – 1

dengan

pengalaman

5

Tahun,

Juru

Ukur

yang

(Tehnik Sipil) dengan pengalaman 5 Tahun dan Tenaga

Administrasi yang berpendidikan S-1 Ekonomi Akuntansi dengan pengalaman

5 Tahun, nyata-nyata telah bertentangan dengan Pasal 10 Ayat (2) Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 92 Tahun 2010.
Selanjutnya, persyaratan peralatan utama seperti Dump Truck/Ligh Truck,
Pick Up, Stamper, Concrete Mixer /Mollen, Concrete Vibrator, Generator Set
dan Pompa Air, juga bertentangan dengan Pasal 10 Ayat (2) Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 92 Tahun 2010.
Menurut Pasal 10 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
92 Tahun 2010, kriteria penggunaan teknologi pada pekerjaan konstruksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 terdiri dari:
a. kriteria teknologi sederhana mencakup pekerjaan konstruksi yang
menggunakan alat kerja sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli;
b.

kriteria

teknologi

madya

mencakup

pekerjaan

konstruksi

yang

menggunakan sedikit peralatan berat dan memerlukan sedikit tenaga ahli;
c.

kriteria

teknologi

tinggi

mencakup

pekerjaan

konstruksi

yang

menggunakan banyak peralatan berat dan banyak memerlukan tenaga ahli
dan tenaga terampil.
Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 45/Prt/M/2007 Tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara, Pembangunan
Rumah Dinas Puskesmas Darul Imarah 1 Unit dengan nilai HPS sebesar Rp
291.490.000,- masuk dalam klasifikasi

Bangunan Sederhana. Dengan

demikian, harusnya TERGUGAT tidak mensyaratkan

personil inti dan

peralatan utama sebagaimana tersebut diatas.
Bahwa PENGGUGAT dengan
diatas,

dengan

tegas

alasan-alasan
menolak

menurut PENGGUGAT keputusan

sebagaimana

telah

Keputusan TERGUGAT a-quo

tersebut

memenuhi

diuraikan
karena

ketententuan-

ketentuan yang menjadi alasan dibatalkannya keputusan dimaksud, hal itu
sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 53 ayat (2) huruf a Undang-Undang
RI Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Dengan adanya penolakan PENGGUGAT ini, maka sebagaimana didefinisikan
dalam Pasal 1 angka 10 Undang-Undang RI Nomor 51 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, penolakan tersebut telah dapat digolongkan
sebagai “sengketa tata usaha negara”.
D. Kepentingan Penggugat
Bahwa Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun 2004 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara menyebutkan “Orang atau badan hukum perdata yang merasa
kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat

mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang yang berisi
tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu
dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti
rugi dan/atau direhabilitasi.
Berdasarkan ketentuan diatas, keputusan TERGUGAT a quo nyata-nyata
telah

menimbulkan

kerugian

kepada PENGGUGAT,

karena

PENGGUGAT

sebagai Penyedia Barang/Jasa kualifikasi usaha kecil, tidak bisa melakukan
penawaran karena tidak mungkin memumenuhi persyaratan sebagaimana
yang disyaratkan oleh TERGUGAT.
E. Kerugian Penggugat
Bahwa keputusan TERGUGAT a-quo telah merugikan penggugat sebesar Rp.
29.251.200,-. Kerugian tersebut merupakan potensi keuntungan yang
akan PENGGUGAT dapatkan jika menjadi pelaksana pekerjaan Pembangunan
Rumah Dinas Puskesmas Darul Imarah 1 Unit.
F. Permohonan Penundaan
PENGGUGAT mohon kepada Yang Mulia Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara
Banda Aceh supaya memerintahkan TERGUGAT menunda pelaksanaan obyek
sengketa, selama pemeriksaan sengketa Tata Usaha Negara sedang berjalan,
sampai ada putusan Pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap,
karena

obyek

sengketa

tidak

ditunda

pelaksanaannya,

kerugian PENGGUGAT yang tidak mungkin dipulihkan lagi.
Jika pelaksanaan obyek sengketa ditunda, sudah pasti akan menunda
seluruh kegiatan yang berkaitan dengan obyek sengketa. Dengan demikian,
apabila pengadilan memutuskan mengabulkan gugatan PENGGUGAT maka
masih terbuka keadaan bagi PENGGUGAT untuk memulihkan kerugian.
G. Permohonan Pemeriksaan dengan Acara Cepat
Bahwa Pasal 98 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan, apabila terdapat kepentingan
penggugat yang cukup mendesak yang harus dapat disimpulkan dari alasanalasan permohonannya, penggugat dalam gugatannya dapat memohon
kepada Pengadilan supaya pemeriksaan sengketa dipercepat.
Menurut hemat PENGGUGAT, petitum yang PENGGUGAT mohonkan, secara
jelas dapat disimpulkan berdasarkan alasan-alasan yang telah PENGGUGAT
sampaikan. Dengan demikian, PENGGUGAT mohon kepada Yang Mulia Ketua
Pengadilan Tata Usaha Negara Banda Aceh, supaya pemeriksaan sengketa ini
dilakukan dengan acara cepat.
II. PETITUM
A. Dalam Penundaan

Mengabulkan Permohonan Penundaan Pelaksanaan Dokumen Pengadaan
Nomor 01/PK-01/DINKES/APBK.
B. Dalam Pokok Perkara
Berdasarkan uraian-uraian di atas, PENGGUGAT memohon kepada Yang Mulia
Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Banda Aceh yang mengadili perkara
ini, untuk memutuskan:
1. Mengabulkan gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya;
2. Menyatakan batal atau tidak sah Keputusan TERGUGAT Nomor 01/PK01/DINKES/APBK;
3. Mewajibkan TERGUGAT untuk mencabut Dokumen Pengadaan Nomor
01/PK-01/DINKES/APBK;
4. Menghukum TERGUGUGAT untuk membayar biaya perkara.
Demikianlah gugatan ini. Atas kesediaan Yang Mulia Ketua Pengadilan Tata
Usaha Negara Banda Aceh dalam menindaklanjuti gugatan ini, PENGGUGAT
ucapkan terima kasih.
Hormat PENGGUGAT,
ttd
Hendri