EKOPER Faktor Faktor yang Mempengaruhi A

EKOLOGI PERTANIAN
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Agroekosistem Berdasarkan
Aspek Kompleksitas, Dinamis dan Interaksi

Nama : Patty Siska Lumbantoruan
Kelas : S
NIM : 115040100111061
Mata Kuliah : Ekologi Pertanian
Jam : 13.00 – 14.40

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
1




1.


Buat tulisan mengenai hubungan antar faktor dalam agroekosistem. Pilih
beberapa faktor saja.
Tulis interaksi faktor-faktor tsb, tulisan harus memenuhi aspek
kompleksitas, dinamis dan interaksi
Dukung dg literatur dan foto orisinil.
Pengaruh suhu terhadap tanaman serta lingkungan ekosistem.
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh

terhadap lingkungan di sekitarnya, salah satunya tumbuhan. Suhu dapat
memberikan pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Rai
dkk (1998) suhu dapat berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari
tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses kimia dalam tumbuhan tersebut,
sedangkan berperan tidak langsung dengan mempengaruhi faktor-faktor lainnya
terutama suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan
tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari tanaman.
a) Aspek Kompleksitas
Menurut Iklim mikro perkotaan, perkembangan suatu kota menunjukkan
adanya pengaruh terhadap iklim mikro. Asap dan gas yang terdapat di udara
kota sering mereduksi radiasi. Partikel- partikel debu yang melayang di

udara merupakan inti dari uap air dalam proses kondensasinya uap air inilah
yang bersifat aktif dalam mengurangi pengaruh radiasi matahari tadi.
Kemiringan lereng dan garis lintang, kemiringan lereng sebesar 50 dapat
mereduksi suhu sebanding dengan 450 km perjalanan arah ke kutub. Variasi
suhu berdasarkan waktu/ temporal terjadi baik musiman maupun harian,
kesemua variasi ini akan mempengaruhi penyebaran dan fungsi tumbuhan.
Suhu

dipengaruhi oleh intensitas penyinaran

sinar matahari, yang

kekuatannya dipengaruhi oleh sudut jatuh cahaya dan penghalangan oleh
atmosfer (awan, lap ozon)
Sangat sedikit tempat- tempat di permukaan bumi secara terus- menerus
berada dalam kondisi terlalu panas atau terlalu dingin untuk sistem kehidupan,
suhu biasanya mempunyai variasi baik secara ruang maupun secara waktu. Variasi
suhu ini berkaitan dengan garis lintang, dan sejalan dengan ini juga terjadi variasi
local berdasarkan topografi dan jarak dari laut. Terjadi juga variasi dari suhu ini


2

dalam ekosistem, misalnya dalam hutan dan ekosistem perairan. Perbedaan yang
nyata antara suhu pada permukaan kanopi hutan dengan suhu di bagian dasar
hutan akan terlihat dengan jelas. Demikian juga perbedaan suhu berdasarkan
kedalaman air. Jumlah panas yang diterima bumi juga berubah- ubah setiap saat
tergantung pada lintasan awan, bayangan tumbuhan setiap hari, setiap tahun dan
gejala geologi.
b) Aspek Dinamis
Sejak persepakatan Kyoto tahun 1997 tentang pemanasan global,
perubahan iklim justru menunjukkan gejala memburuk dan makin cepat –
melebihi perkiraan terburuk ditahun 1997. Ketika dunia selama belasan tahun
bicara tentang pemanasan global, lautan Artik yang tadinya beku kini mencair
menjadi jalur-jalur baru perkapalan. Di Greenland dan Antartika, lapisan es
telah berkurang triliunan ton. Gletser di pegunungan Eropa, Amerika Selatan,
Asia, dan Afrika menciut sangat cepat. Bersama itu pula, menjelang
konferensi tingkat tinggi iklim di Kopenhagen bulan depan, fakta-fakta
perubahan iklim lainnya terus berlangsung, antara lain:
1.


Semua samudera di dunia telah meninggi 1.5 inchi

2.

Musim panas dan kebakaran hutan makin parah di seluruh dunia, dari
Amerika bagian barat hingga Australia, bahkan sampai Gurun Sahel di
Afrika utara.

3. Banyak spesies kini terancam karena berubahnya iklim. Bukan saja
beruang kutub yang kepayahan bermigrasi (yang telah menjadi ikon
pemanasan global), tapi juga pada kupu-kupu yang sangat rapuh,
berbagai spesies kodok, dan juga pada hutan-hutan pinus di Amerika
utara.
4. Temperatur selama 12 tahun terakhir lebih panas 0.4 derajat dibandingkan
dengan 12 tahun sebelum 1997

3

Dan di bawah ini adalah bentuk perubahan suhu yang menyebabkan
ekosistem sawah berubah bahkan komunitas yang berada didalamnya hampir

habis.

Gb 1.1 Ekosistem sawah yang rusak akibat kenaikan suhu udara Kabupaten
Probolinggo pada akhir bulan Oktober 2011
Begitu matahari terbit pagi hari, permukaan bumi mulai memperoleh
lebih banyak panas dibandingkan dengan yang hilang karena radiasi panas bumi,
dengan demikian suhu akan naik dengan cepat. Setelah beberapa jam tercapailah
suhu yang tinggi sekitar tengah hari, setelah lewat petang mulailah terjadi
penurunan suhu maka bumi ini akibat reradiasi yang lebih besar dibandingkan
dengan radiasi yang diterima. Pada malam hari penurunan suhu muka bumi akan
bertambah lagi, panas yang diterima melalui radiasi dari matahari tidak ada,
sedangkan reradiasi berjalan terus, akibatnya ada kemungkinan suhu permukaan
bumi lebih rendah dari suhu udara disekitarnya. Proses ini akan menimbulkan
fluktuasi suhu seharian, dan fluktuasi suhu yang paling tinggi akan terjadi di
daerah antara ombak di tepi pantai. Ada satu lagi dampak pemanasan global –
baru diketahui setelah tahun 1997 – yang membuat ilmuwan gigit jari. Semua
samudera makin asam karena banyaknya karbondioksida yang diserap oleh air. Ini
menyebabkan pengasaman, suatu isu yang bahkan tak diberi nama hingga
beberapa tahun terakhir. Air yang lebih asam akan merusak karang, kerang, dan
plankton, yang ujungnya mengancam rantai makanan di lautan, kata para bakar

biologi.

4

Berbagai karakteristika ekosistem penyebab variasi suhu :
a. Komposisi dan warna tanah, makin terang warna tanah makin banyak
panas yang dipantulkan, makin gelap warna tanah makin banyak panas
yang diserap.
b. Kegemburan dan kadar air tanah, tanah yang gembur lebih cepat
memberikan respon pada pancaran panas daripada tanah yang padat,
terutama erat kaitannya dengan penembusan dan kadar air tanah, makin
basah tanah makin lambat suhu berubah.
c. Kerimbunan Tumbuhan, pada situasi dimana udara mampu bergerak
dengan bebas maka tidak ada perbedaan suhu antara tempat terbuka
dengan tempat tertutup vegetasi. Tetapi kalau angin tidak menghembus
keadaan sangat berlainan, dengan kerimbunan yang rendah mampu
mereduksi pemanasan tanah oleh pemancaran sinar matahari. Ditambah
lagi kelembaban udara dibawah rimbunan tumbuhan akan menambah
banyaknya panas yang dipakai untuk pemanasan uap air, akibatnya akan
menaikan suhu udara. Pada malam hari panas yang dipancaran kembali

oleh tanah akan tertahan oleh lapisan kanopi, dengan demikian fluktuasi
suhu dalam hutan sering jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan
fluktuasi di tempat terbuka atau tidak bervegetasi.
d. Iklim mikro perkotaan, perkembangan suatu kota menunjukkan adanya
pengaruh terhadap iklim mikro. Asap dan gas yang terdapat di udara kota
sering mereduksi radiasi. Partikel- partikel debu yang melayang di udara
merupakan inti dari uap air dalam proses kondensasinya uap air inilah
yang bersifat aktif dalam mengurangi pengaruh radiasi matahari tadi.
e. Kemiringan lereng dan garis lintang, kemiringan lereng sebesar 50 dapat
mereduksi suhu sebanding dengan 450 km perjalanan arah ke kutub.
c)

Aspek Interaksi

5

Variasi suhu berdasarkan waktu/ temporal terjadi baik musiman maupun
harian, kesemua variasi ini akan mempengaruhi penyebaran dan fungsi tumbuhan.
1. Suhu dan Tumbuhan
Kehidupan di muka bumi ini berada dalam suatu bahan kisaran suhu

antara 00 C sampai dengan 500 C, dalam kisaran suhu ini individu tumbuhan
mempunyai suhu minimum, maksimum dan optimum yang diperlukan untuk
aktifitas metabolismenya. Suhu- suhu tadi yang diperlukan organisme hidup
dikenal dengan suhu kardinal.
Suhu tumbuhan biasanya kurang lebih sama dengan suhu sekitarnya
karena adanya pertukaran suhu yang terus- menerus antara tumbuhan dengan
udara sekitarnya. Kisaran toleransi suhu bagi tumbuhan sangat bevariasi, untuk
tanaman di tropika, semangka, tidak dapat mentoleransi suhu di bawah 150 – 180
C, sedangkan untuk biji- bijian tidak bisa hidup dengan suhu di bawah minus 20 C
– minus 50 C. Sebaliknya konifer di daerah temperata masih bisa mentoleransi
suhu sampai serendah minus 300 C. Tumbuhan air umumnya mempunyai kisaran
toleransi suhu yang lebih sempit jika dibandingkan dengan tumbuhan di daratan.
Sedangkan intensitas cahaya matahari tersebut dipengaruhi insolation atau proses
pemanasan, pengupan/ evaporasi, tekanan atmosfer, Fenomena lokal yang terjadi:
angin darat dan angin laut. Seperti pada negara Victoria dan Winipang besar
perubahan akibat perubahan iklim pada awal tahun sampai pada pertengahan
tahun dengan keterangan seperti berikut:
Suhu air laut : -1, 87C (kutub)
Daratan


: -68C (siberia)
Victoria

 Januari
 Juli

42C (equator)
58 C ( Libya ,1922)
50

Winipang
-8.1 F

35.6 F
68.0F

80.1F

Terjadi perbedaan iklim (suhu) yang berbeda pada daerah dgn lintang yang
sama tetapi memiliki kedekatan dgn laut yg berbeda. Victoria yang berdekatan

dengan samudra Pasifik, dimana terjadi penghantaran panas dari lautan kedaratan,
sehingga suhu dimusim dingin tidak telalu rendah.

6

2. Suhu dan Laju Evaporasi tanaman
Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja
keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari tanaman.

Gb 2. Batas suhu optimum terhadap laju pertumbuhan tanaman dan
lingkungan
2. Curah hujan dan iklim mempengaruhi lingkungan ekosistem dan
pembangunan pertanian
Menyimak pemberitaan beberapa media masa akhir-akhir ini tentang
semakin rawannya ketersediaan pangan di Indonesia tentunya sangat
memprihatinkan. Pengaruh kegagalan panen, bangkrutnya petani dan harga
pangan yang makin meningkat dapat meruntuhkan prospek pertumbuhan
ekonomi. Kondisi dimana harga bahan pangan dan komoditi lain yang tinggi
tentu saja berakibat pada peningkatan inflasi. Semakin rawannya ketahanan
pangan di Indonesia merupakan akibat semakin menurunnya luas lahan pertanian

dan produktivitas lahan yang tidak mungkin ditingkatkan.
b) Aspek Dinamis
Wilayah Indonesia sebagai Negara Kepulauan (Archipelago) mencakup
pulau-pulau besar Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua serta
ribuan pulau-pulau kecil dengan wilayah pesisir yang sangat luas dengan garis
pantai sepanjang 81.000 km, dihuni penduduk yang sangat padat dan memiliki
kerentanan terhadap berbagai jenis bencana alam, bencana akibat ulah

7

manusia, kegagalan teknologi serta bencana akibat kesalahan kebijakan dalam
pengelolaan sumberaya alam dan lingkungan hidup. Potensi bencana ini
semakin meningkat sebagai akibat pemanasan global dan terjadinya perubahan
iklim yang makin nyata dan akan selalu mengancam wilayah –wilayah kota
besar dan wilayah pesisir antara lain berupa kenaikan permukaan air laut,
banjir, abrasi, erosi pantai, penurunan permukaan tanah, dan intrusi air laut. Di
tempat lain juga berpotensi terjadinya tanah longsor, gempabumi, tsunami, dan
bencana alam lain.
(Anggraini, 2011)

Gb 5. Akibat curah hujan yang tinggi dan iklim menyebabkan banjir di dataran
rendah kota Surabaya serta muncul bekicot / hama pada sawah milik pak
Sugito di Pasuruan
Artinya beberapa upaya untuk meningkatkan hasil produksi pertanian
sudah tidak ekonomis lagi. Peningkatan kebutuhan terhadap produksi pertanian
akibat peningkatan jumlah penduduk di satu sisi, dan semakin terbatasnya jumlah
sumber daya pertanian disisi lain, menuntut perlunya optimalisasi seluruh sumber
daya pertanian, terutama lahan dan air. Oleh sebab itu, sistem usahatani yang
selama ini lebih berorientasi komoditas (commodity oriented) harus beralih
kepada sistem usahatani yang berbasis sumber daya (commodity base), seperti
halnya sistem usahatani agribisnis. Salah satu aspek penting dalam
pengembangan agribisnis adalah bahwa kualitas hasil sama pentingnya dengan
kuantitas dan kontinuitas hasil.
(Wentz, 2011)

8

Disamping faktor tanah, produktivitas pertanian sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan air dan curah hujan serta berbagai unsur iklim. Namun dalam
kenyataannya, iklim/cuaca sering seakan-akan menjadi faktor pembatas produksi.
Hal tersebut disebabkan kekurang selarasan sistem usahatani dengan iklim akibat
kekurang mampuan kita dalam memahami karakteristik dan menduga iklim,
sehingga upaya antisipasi resiko dan sifat ekstrimnya tidak dapat dilakukan
dengan baik. Akibatnya, sering tingkat hasil dan mutu produksi pertanian yang
diperoleh kurang memuaskan dan bahkan gagal sama sekali. Sesuai dengan
karakteristik dan kompleksnya faktor iklim, maka kemampuan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) dalam memodifikasi dan mengendalikan iklim sangat
terbatas. Oleh sebab itu pendekatan yang paling efektif untuk memanfaatkan
sumber daya iklim adalah menyesuaikan sistem usahatani dan paket
teknologinya dengan kondisi iklim setempat. Penyesuaian tersebut harus
didasarkan pada pemahaman terhadap karakteristik dan sifat iklim secara baik
melalui analisis dan interpretasi data iklim. Mutu hasil analisis dan interpretasi
data iklim, selain ditentukan oleh metode analisis yang digunakan, juga sangat
ditentukan oleh jumlah dan mutu data.
Pertumbuhan dan produksi tanaman merupakan hasil akhir dari proses
fotosintesis dan berbagai fisiologi lainnya. Proses fotosintesis sebagai proses awal
kehidupan tanaman pada dasarnya adalah proses fisiologi dan fisika yang
mengkonversi energi surya (matahari) dalam bentuk gelombang elektromagnetik
menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat. Sebagian energi kimia tersebut
direduksi/ dirombak menjadi energi kinetik dan energi termal melalui proses
respirasi, untuk memenuhi kebutuhan internal tanaman. Sedangkan bagian lainnya
direformasi menjadi beberapa jenis senyawa organik, termasuk asam amino,
protein dan lain-lain melalui beberapa proses metabolisme tanaman. Selain radiasi
surya, proses fotosintesis sangat ditentukan oleh ketersediaan air, konsentrasi CO2
dan suhu udara. Sedangkan proses respirasi dan beberapa proses metabolisme
tanaman secara signifikan dipengaruhi oleh suhu udara dan beberapa unsur iklim
lain. Proses transpirasi yang menguapkan air dari jaringan tanaman ke atmosfer
merealisasikan proses dinamisasi dan translokasi energi panas, air, hara dan

9

berbagai senyawa lainnya di dalam jaringan tanaman. Secara fisika, proses
transpirasi tanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan air tanah (kelembaban
udara), radiasi surya, kelembaban nisbi dan angin.
Selain proses metabolisme, proses pembungaan, pengisian biji dan
pematangan biji atau buah juga sangat dipengaruhi oleh radiasi surya (intensitas
dan lama penyinaran), suhu udara dan kelembaban nisbi serta angin. Oleh sebab
itu, produkstivitas dan mutu hasil tanaman yang banyak ditentukan pada fase
pengisian dan pematangan biji atau buah sangat dipengaruhi oleh berbagai unsur
iklim dan cuaca, terutama radiasi surya dan suhu udara. Pada Tabel 1 disajikan
matriks relative peranan unsur-unsur iklim dalam berbagai proses fisiologis,
pertumbuhan dan produksi tanaman. Iklim dan curah hujan tergantung pada
fenomena komplek yang terjadi di daratan. Lautan dan atmosfer yang
mempengaruhi unsur unsur iklim. Pencatatan terus menerus pada jam jam tertentu
secara rutin, menghasilkan suatu data cuaca yang dapat digunakan untuk
menentukan iklim.
Tabel 1. Peranan unsur-unsur iklim bagi tanaman
Unsur Iklim
1.Hujan
2.Radiasi
Surya
3.LPenyinara
n
4.Suhu
5.RH
6.ETP
7.CO2
8.Angin

X1
**
*
**
*
*
**
*
**
**
*
**

X2
*
*
*
**
*
*
**
*
**

X3
**
*
**
*
*
*
**
**
*
*
**

X4
**
*
**
*

X5
**
**
**
*
**
*
**
*
*
**

*
**
*
*
**
*
**
*
Sumber : Irianto, Las dan Sumarini, 2000.
Keterangan :
X1= Fotosistesis
X2= Respirasi
X3= Evapotranspirasi tanaman
X4= Pertumbuhan
X5= Perkembangan dan pembungaan

10

X6
**
**
*
**
**
*
**
*
*
*

X7
**
*
**
*
**
**
*
**
**
**
*

X6= Pemasakan dan umur
X7= Produksi
jumlah bintang mencerminkan bobot pengaruh.
(Wentz, 2011)
Suatu keadaan berubahnya pola iklim dunia baik secara alami maupun
akibat dari exploitasi manusia. Suatu daerah mungkin mengalami pemanasan,
tetapi daerah lain mengalami pendinginan yang tidak wajar. Akibat kacaunya
arus dingin dan panas ini maka perubahan iklim juga menciptakan fenomena
cuaca yang kacau, termasuk cuaca hujan yang tidak menentu, aliran pabas dan
dingin yang ekstrem, arah angin yang berubah drastis, dan sebagainya.
Perubahan iklim disebabkan oleh pemanasan global. Pemanasan global adalah
meningkatnya suhu rata-rata permukaan Bumi akibat peningkatan jumlah emisi
Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer. Kelompok gas (CO2, CH4, N2O) yang
menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat : gas rumah kaca. Setiap gas
rumah kaca memiliki efek pemanasan global yang berbeda-beda : 1 CH4
menghasilkan efek pemanasan 23 kali dari molekul CO2. Molekul NO
menghasilkan 300 kali dari molekul CO2. Chlorofluorocarbons (CFC) = ribuan
kali dari CO2. CFC penyebab rusaknya lapisan ozon. Selain itu, perubahan
iklim juga mempengaruhi radiasi matahari dengan dua keadaan yang berbeda
yaitu daerah tropik dengan insolation tinggi, penguapan tinggi (awan) dan Sub
tropik insolation & penguapan tinggi (< tropik), curah hujan rendah namun
cenderung banyak daerah sub tropik g kering (padang pasir, savana)
(Wikipedia, 2011)
Manfaat iklim dan fungsi curah hujan dalam pembangunan pertanian
berkaitan dengan 5 aspek atau kegiatan (Las, Fagi & Pasandaran, 1999 dalam
Surmaini, dkk.), yaitu :
a. pengembangan wilayah dan komoditas pertanian seperti kesesuaian lahan,
perencanaan tata ruang, pemwilayahan agroekologi dan komoditi, sistem
informasi geografi (GIS) dan lain-lain

11

b. perencanaan kegiatan operasional (budidaya) pertanian, seperti
perencanaan pola tanam, pengairan, pemupukan, PHT (pengendalian hama
terpadu), panen, dan lain-lain
c. peramalan dan analisis sistem pertanian, seperti daya dukung lahan,
ramalan produksi, pendugaan potensi hasil dan produktivitas pertanian
d. pengelolaan dan konservasi lahan (tanah dan air)
e. menunjang kegiatan penelitian komoditas dan sumberdaya lahan serta
pengkajian teknologi pertanian, terutama dalam merumuskan atau
menyimpulkan hasilnya.
Dibandingkan dengan faktor produksi atau sumberdaya pertanian
lainnya, peranan dan pertimbangan terhadap sumberdaya iklim dan curah dalam
pembangunan dan peningkatan produksi pertanian relatif terbatas. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
a. Perbedaan persepsi terhadap karakteristik iklim. Banyak kalangan
mengagnggap iklim bukan sebagai sumberdaya, melainkan sebagai
kendala produksi pertanian.
b. Kurangnya apresiasi terhadap sumberdaya iklim. Sumberdaya iklim yang
dinilai bersifat “given” harus diterima apa adanya dan tidak perlu
dilakukan upaya antisipasi dan upaya memanfaatkannya secara optimal.
Sangat terbatasnya informasi iklim efektif dan aplikatif (berdayaguna)
untuk bidang atau kegiatan pertanian. Informasi agroklimat yang efektif dan
aplikatif dapat berupa identifikasi, analisis dan interpretasi, prediksi, ramalan,
zonasi, modeling dan lain-lain.Dampak perubahan iklim dan curah hujan yaitu
perubahan iklim dan cuaca (meningkatnya suhu/temperatur). Curah hujan yang
meningkat menyebabkan banjir, kekeringan dll), peningkatan permukaan laut
(daratan mengecil,erosi pantai). Perubahan yang paling besar dialami pada sektor
pertanian dan persediaan pangan yaitu pergantian musim tidak pasti, gagal tanam,
gagal panen, musim kemarau lebih panjang, dan serangan hama penyakit,
degradasi hutan/lahan. Mekanisme pembentukan iklim dan curah hujan yaitu
penyerapan energi surya oleh permukaan bumi mengaktifkan molekul gas

12

atmosfer kemudian perubahan sudut datang sinar surya tiap saat dalam sehari dan
setiap hari dalam setahunn pada tiap titik lokasi di bumi mengakibatkan
perubahan jumlah energi surya .
3. Angin mempengaruhi lingkungan ekosistem
a) Aspek Kompleksitas
Angin timbul karena perbedaan tekanan udara, pada daerah bertekanan
tinggi disebut anti cyclones, daerah bertekanan rendah disebut cyclones.
Fungsi angin adalah angin menyebabkan tekanan terhadap permukaan
yang menentang arah angin tersebut, angin mempercepat pendinginan dari
benda yang panas dan kecepatan angin sangat beragam dari tempat ke
tempat lain dan dari waktu ke waktu.
Intensitas sinar matahari yang diterima daerah di beberapa belahan bumi




menimbulkan sistim angin dunia:
Daerah lintang 0-30 : Trade wind (timur ke barat)
Daerah Lintang 30-60 : barat ke timur
Daerah lintang 60-90 : timur ke barat
Trade wind dari LS & LU membentuk Doldrus yaitu daerah yang
mempunyai udara tenang.

Gb 4. Alat pengukur kecepatan angin
b) Aspek Dinamis

13

Angin membantu petani mengairi sawah. Caranya: angin membantu
menggerakkan kincir angin yang dibuat petani untuk mengambil air dari
dalam sumur. Bila kincir angin itu bergerak maka air dari dalam sumur akan
naik ke permukaan kemudian air dialirkan ke sawah. jika tidak ada
perkembangbiakan melalui angin maka tidak akan didapati buah yang baik
di bumi ini
(Kaskus, 2011)
c)

Aspek Interaksi angin terhadap tanaman
angin dapat membantu penyerbukan (anemofili). Ciri-ciri bunga yang

penyerbukannya dibantu oleh angin adalah serbuk sari yang di hasilkan sangat
banyak, kecil, dan ringan. Kepala sari besar dan tangkai sari panjang. Tangkai
sari yang panjang mudah bergoyang jika tertiup angin sehingga banyak serbuk
sari keluar. Kepala putik berbulu dan terentang ke luar sehingga mudah
menangkap serbuk sari yang melayang di udara. Tidak mempunyai kelenjar
madu. Umumnya tidak bermahkota dan berwarna tidak menarik.
Contohnya adalah bunga tumbuhan kelapa, padi, tebu, jagung, rumput
dan betula.

Gb.6. Rumput dan bunga kamboja yang penyerbukannya dengan perantara angin
di Gunung sari, Surabaya Jawa Timur

14

Perkembangbiakan melalui angin ini, ibaratnya pengambilan serbuk pada
pohon dan meletakkannya pada pohon lain yang sejenisnya. Bahkan
perkembangbiakan tumbuhan juga dapat dilakukan dengan perantaraan serangga.
Yang perlu diingat bahwa contoh di atas adalah sebuah metode perkembangbiakan
dari bantuan angin, seberapapun bantuan angin tersebut sangatlah berharga bagi
kelanjutan generasi tumbuh-tumbuhan.
(Isyraq, 2011)

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Ani. 2011. Cfp Seminar Perubahan Iklim.
(http://xa.yimg.com/kq/groups/10340883/1262313267/name/CfP+semina
r+Perubahan+Iklim.doc). Diakses tanggal 8 Januari 2011
Las, Irianto & Surmaini. 2000 “ Pengantar Agroklimat dan Beberapa
Pendekatannya” Balitbang Pertanian, Jakarta.
Makarim, dkk. 1999. “Efisiensi Input Produksi Tanaman Pangan melalui
Prescription Farming”. Simposium Tanaman pangan IV. Puslitbang
Tanaman Pangan, Bogor.
Surmaini, dkk. 1999. “Analisis Peluang Penyimpangan Iklim dan Pola
Ketersediaan Air pada Wilayah Pengembangan IP Padi 300”.
Puslittanak ARMP II, Balitbang Pertanian, Jakarta.
Wartawarga. 2011. Perubahan suhu bumi.
(http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/perubahan-suhu-bumi/).
Diakses tanggal 8 Januari 2011

15

Winarso, P.A. 2000 “ Kondisi & Masalah Penyusunan Prakiraan Cuaca & Iklim
dan Prospeknya di Indonesia” BMG, Jakarta.
Winarso, P.A. 1998 “ Peramalan Cuaca & Iklim serta Pemanfaatannya untuk
Pertanian” Makalah Pelatihan Analisa & Pemantauan Faktor Iklim untuk
Pertanian, Dept. Pertanian, Jakarta.

16