Taman Hutan Kota Dalam Paradigma Baru Me

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005

PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN
( Sustainable Urban Landscape Development )
Taman Hutan Kota Dalam Paradigma Baru
Menunjang Akselerasi Pembangunan Partisipatif
Dalam Menciptakan Lingkungan Perkotaan Yang Berkualitas
DR. Ir. BUDI FAISAL, MLA., MAUD.
IRA IKA SEPTINA, S.T.

LATAR BELAKANG
Perkembangan Kota
Pertumbuhan dan
kepadatan penduduk
tidak terkendali

Tekanan

Ruang Kota
Pemenuhan Kebutuhan :
- Perumahan

- Kaw. Jasa & industri
- Prasarana kota
Perubahan Gaya Hidup

Alih Fungsi Lahan
Hijau Kota
(non renewable resource)
- Pembangunan tak terkendali
- Bad Governance
- Weak Civil Sosiety
- Antroposentris

Penurunan Kualitas
Lingkungan Kota

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

Perkembangan Ruang Terbuka Hijau Kota di Indonesia
Pendudukan Kolonial di Indonesia :

 Sistem Penataan Kota
(bangunan instansi, fasilitas publik, pemukiman, taman hutan kota,
infrastruktur)
 Penyesuaian terhadap iklim tropis
keseimbangan ekosistem & iklim mikro

 Taman sebagai elemen penting kota
 tempat beraktifitas & pelestarian lingkungan

Taman Tropis Kolonial
Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

Konsep taman tropis kolonial :
1. Merupakan taman terbuka ( openbare-park )
2. Wahana efektif merukunkan warga dengan alam
3. Didominasi jenis flora tropis

4. Estetika taman
 harus memukau & mempesona para pengunjung

5. Berkarakter organik alamiah, tidak teratur/simetris

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

Kondisi Umum Ruang Terbuka Hijau Kota di Indonesia
Ruang terbuka kota menurut William Whyte :
1. Taman ( urban park )
2. Jalan, jembatan, jalur pejalan kaki

3. Hutan kota ( urban forest )
4. Badan air
5. Parkir
6. Plaza

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

•Sebagian besar ruang terbuka hijau adalah peninggalan masa kolonial
•Ironisnya, sejak masa kolonial hingga saat ini, hampir tidak ada

pertambahan ruang terbuka hijau yang signifikan pada kota-kota di
Indonesia, dibanding dengan menjamurnya built up area saat ini.
•Sebagian besar ruang terbuka hijau dialihfungsikan menjadi kawasan
terbangun guna memenuhi kebutuhan sarana-prasarana kota
•Contoh :
Kota Bandung, dg luas ideal ruang terbuka hijau 40%,
atau minimal 20% luas kota
 pada th. 2003 ruang terbuka hijau hanya 1,47% luas kota
(Harian Pikiran Rakyat, Sabtu, 13 September 2003)

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

Contoh kasus :
Bantaran sungai Cikapundung, Bandung  kawasan tidak layak bangun yang kini
dipenuhi dengan deretan bangunan

(Sumber : Foto Lokasi, Mei, 2004)

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005

PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

Contoh kasus :
Taman Maluku, Bandung

1925

2000
(Sumber : Foto Lokasi, 2000)

Kondisi Kolam Taman Maluku
dari Tahun ke Tahun

2004
(Sumber : Foto Lokasi, 2004)

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

SUSTAINABLE URBAN LANDSCAPE

Tujuan utama Sustainable Development :
pemenuhan kebutuhan manusia saat ini tanpa memutus mata
rantai keberlanjutan pemenuhan kebutuhan generasi
mendatang

• Pembangunan yang memperbaiki kualitas hidup manusia

• Pembangunan yang memperbaiki vitalitas & diversitas bumi,
 melindungi struktur, fungsi dan keragaman alam

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

Untuk itu dibutuhkan :
• Pengamanan sistem pendukung kehidupan (proses ekologi)
• Memungkinkan ekosistem memperbaharui diri

• Pengamanan keragaman spesies-spesies biologi
• Memastikan keberlanjutan sumber daya yang dapat
diperbaharui


• Menjaga carrying capacity bumi yang terbatas
• Membuat kebijakan, teknologi dan praktek yang mengarah pada
keselarasan jumlah manusia & gaya hidup dengan kapasitas
bawaan bumi.

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

DESIGN PARADIGM :

CARTESIAN AND HOLISTIC PARADIGM

Approach

Basic Belief in

Cartesian Paradigm

Holistic Paradigm


Reductive

Holistic/integrative

Mechanistic

Organic/ecological

Positivist/deterministic

Phenomenological

Division of :
-Mind and matter
-Art and science
-Space and time

Oneness of :
- Mind and matter

-Art and science
-Space and time

Divisibility

Indivisible
wholes/interrelatedness

Parts determine wholes

Wholes determine parts

Independence

Interdependence

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

Cartesian Paradigm


Holistic Paradigm

Focus on

Things :
-Measurement
-Prediction
-Quantity
-Analysis

Interconnected webs of
relationships :
-Observation
-Quality
-Synthesis

Human Environment
Relation


Human over nature

Harmony with Nature

Exploitation

Management

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

•Sustainable urban lands. mengacu pada keselarasan antara alam & manusia

•Keberadaan RTH harus ditata dengan baik karena siginifikansinya sangat
penting sebagai salah satu elemen pembentuk kota.
•Agar menjadi RTH yang berkelanjutan, taman dan jalur hijau bukan sekedar
tanah kosong yang dibiarkan berkembang sendiri, tetapi direncanakan dan
dipelihara sebagai aset kota
•Fungsi setiap model RTH tidak dapat disama ratakan. Setiap RTH memiliki
karakteristik, fungsi dan kedudukan yang berbeda dalam posisinya sebagai
elemen ruang kota
•Pemilihan pohon, penanaman vegetasi baru, elemen taman, perumputan,
pemeliharaan perlu dikaji dan diterapkan dengan tepat, sehingga RTH dapat
menyumbangkan keindahan, bukan sekedar hutan kota yang tidak teratur.

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

PEMBANGUNAN PARTISIPATIF
LINGKUP PENGELOLAAN KOTA
•Penyediaan sebagian lahan kota atas kesadaran bersama pemerintah dan
masyarakat sebagai RTH yang dimanfaatkan bersama sebagai aset generasi
selanjutnya (Sustainable Development)

A

B

C

Contoh Pengembangan Kawasan :
A. Kawasan sebelum pengembangan
B. Pengembangan kawasan konvensional
C. Pengembangan kawasan berkelanjutan

(Sumber : Roseland, M.; Towards
Sustainable Communities, New Society
Publishers, 1998, p.19)

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

•Menentukan where not to built area untuk membatasi meluasnya built up
area melewati standar BCR kawasan dan kavling
•Penerapan sistem High and Medium Density Development pada kawasan
terbangun, terutama pada daerah pemukiman yang terus berkembang 
compact city
Jenis kepadatan hunian :
A. Low density – single family form, 0.6 FAR
B. Low density – attached form, 0.6 FAR
C. Medium Density – Ground Oriented, 0.7 1.1 FAR
D. Comprehensive Townhouse Dev, o.6 FAR
E. Medium Density – Apartement, 1.2 FAR
F. High Density – Apartement, 2.0 FAR

(Sumber : Roseland, M.; Towards
Sustainable Communities, New Society
Publishers, 1998, p.127)

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

Ilustrasi Perbedaan Pengkavlingan &
Kecenderungan Perkembangan Kavling
Low Density Development dengan
Medium Density Development

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

(Sumber : Roseland, M.; Towards Sustainable
Communities, New Society Publishers, 1998, p.132)

recomended

not recomended
Exclusive zoning :
 Excessive commuting requirements, increases
automobile dependency
 Empty residential area at daytime and
commercial areas at night, encourage crimes
 Decrease contact among people, does not
build community or support services
 High commuting cost and traffic congestion

Mixed-use zoning :
 Design neighborhood centers within
walking distance
 Flexible, mixed-use zoning encourage
participation in the community
 Design for local and in-home
employment

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

(Sumber : Roseland, M.; Towards Sustainable
Communities, New Society Publishers, 1998, p.133)

recomended

not recomended
Subdivission into indiidual lots :
 Lack of common space impairs
community self image
 Residents isolated behind fences and in
automobiles
 Heavy emphasis on the private domain
 Utilities are widely extended and
services dispersed

Cluster design :
 Public & semi-public space integrated
with private lots
 Design for meeting places
 Provide small neighborhood parks,
community gardens & playgrounds
 Allow compact utility networks &
concentrated services

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

(Sumber : Roseland, M.; Towards Sustainable
Communities, New Society Publishers, 1998, p.134)

recomended

not recomended
Limited housing types :
 Poor range og affordability
 Leads to limited social & economic mix among
residents; ghettoization
 Inappropriate to aging residents & communityminded people
 Highest individual land requirements
 Financial unstable due to dependence on only
one market sector

Many housing types :
 Provide apartments and townhouses as a
more affordable option
 Diversity & social enrichmentProvide
suppoted seniors housing,co-housing &
other options
 Better financial stability by serving several
market sectors

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

Contoh perencanaan
skala kota :
Berkeley, USA

present

15-50 years hence

(Sumber : Roseland, M.; Towards
Sustainable Communities, New Society
Publishers, 1998, p.22-23)

25-90 years hence

40-125 years hence
Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

Contoh perencanaan
skala kota :
Portland - Saltlake

Portland

Saltlake City

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

•Merangsang partisipasi aktif masyarakat, dengan memberikan
penghargaan/ award bagi komunitas atau individu yang telah merawat
dan memperindah ruang terbuka hijau lingkungan maupun rumah
tinggal
•Memberikan bibit-bibit tanaman kepada komunitas atau tiap rumah
tangga untuk ditanam di lingkungan masing-masing, memanfaatkan
potensi tanaman lokal sebagai upaya pelestarian spesies.

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

LINGKUP PENGELOLAAN LINGKUNGAN
• Pada satu lingkungan hendaknya ada minimal sebuah danau/ kolam
resapan, untuk menjaga drainase. Dapat diletakkan pada ruang
terbuka hijau lingkungan yang digunakan untuk aktifitas bersama
• Menanami ruang terbuka bersama dengan tanaman-tanaman
produktif (misalnya buah-buahan dan apotik hidup), sehingga dapat
dirasakan manfaatnya oleh seluruh komunitas
• Menghijaukan daerah di sepanjang bantaran sungai sebagai salah
satu ruang terbuka hijau kota. Selain mencegah erosi, dapat
dipergunakan sebagai tempat rekreasi ataupun pembibitan tanaman
• Menyediakan fasilitas pemisahan sampah lingkungan, antara sampah
organik, anorganik serta bahan beracun berbahaya

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

Contoh pemanfaatan ruang terbuka
hijau bersama dalam komunitas
sebagai taman produktif

(Sumber : Roseland, M.; Towards
Sustainable Communities, New Society
Publishers, 1998, p.47,48,173)

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

Contoh pemanfaatan ruang terbuka
hijau antar bangunan
(Sumber : Roseland, M.; Towards
Sustainable Communities, New Society
Publishers, 1998, p.131)

Contoh fasilitas pemisahan sampah
pada lingkungan
(Sumber : Roseland, M.; Towards
Sustainable Communities, New Society
Publishers, 1998, p.72)

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

LINGKUP PENGELOLAAN RUMAH TANGGA
• Penanaman minimal 1 pohon keras di halaman kavling,
memanfaatkan potensi vegetasi lokal sebagai pelestarian dan
menjaga keseimbangan iklim mikro

• Menghijaukan pagar halaman masing-masing  memperluas kawasan
hijau kota di tengah kawasan terbangun dengan konsep high/medium
density development
• Tidak menutup muka tanah halaman rumah dengan material kedap
air. Menggunakan material yang dapat meresapkan air dan dapat
ditanami, seperti grass block dan sejenisnya.
• Mengolah limbah sebelum dibuang ke saluran lingkungan
• Memanfaatkan air limbah yang masih layak untuk menyirami vegetasi
pada kavling

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

• Tiap kavling memiliki 1 sumur resapan sendiri
• Melakukan pemisahan sampah : sampah organik, anorganik serta
bahan beracun berbahaya, menggunakan tempat 3 jenis tempat
sampah di tiap rumah
• Penggunaan material bangunan yang meminimalisasi pemantulan
panas  usaha mereduksi tingginya suhu mikro di kawasan terbangun
kota

Contoh usaha menghijaukan
kawasan terbangun pada atap
rumah tinggal
(Sumber : Roseland, M.; Towards
Sustainable Communities, New Society
Publishers, 1998, p.43)

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

Contoh penghijauan pagar dan
halaman belakang pada rumah
tinggal
(Sumber : Roseland, M.; Towards
Sustainable Communities, New Society
Publishers, 1998, p.43)

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

RUANG TERBUKA HIJAU KOTA dalam PARADIGMA BARU
Good
Governance
Public-private
partnership

Government

Strong Civil Society Control

Kemitraan
Partisipasi Masy.
Transparansi
Akuntabilitas
Desentralisasi
Efektif-Efisien
Peningkatan kualitas
pembangunan kota
Peningkatan kualitas lingk. kota
Pengembalian fungsi RTH berkelanjutan
(sustainable urban landscape)
Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

PENUTUP
Diperlukan kebijakan yang mengatur teknis pelaksanaan
penataan kota secara lebih mendetail. Pemerintah sebagai
pembuat kebijakan harus melibatkan semua pihak : sektor
swasta, masyarakat dan para ahli, sehingga kebijakan
dapat diterima dan efektif dilaksanakan.
Good urban governance dan good urban management
merupakan kunci pokok dalam menjalankan kebijakan
dengan baik untuk mempertahankan dan meningkatkan
fungsi kota, dalam kerangka meningkatkan kualitas
kehidupan perkotaan, termasuk di dalamnya mewujudkan
penataan ruang terbuka hijau kota yang berkelanjutan
(sustainable urban landscape).

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005
PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA YANG BERKELANJUTAN

Seminar Sehari Taman Hutan Kota, 19 Maret 2005

“This world is more than enough to fulfill everyone needs,
but it never enough to fulfill anyone greeds”

- Terima Kasih -