BAB I V (1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, dunia bisnis industri mengalami persaingan yang semakin ketat yang diimbangi dengan perkembangan alat-alat teknologi yang semakin canggih, sehingga mempermudah setiap perusahaan untuk meningkatkan kinerja usahanya guna mencapai tujuannya yaitu mendapatkan laba yang semaksimal mungkin dengan pengorbanan seminimal mungkin.

Globalisasi dan perkembangan teknologi menyebabkan industri wisata dan hiburan malam berkembang pesat dewasa ini. Hal ini terbukti dengan banyaknya tempat-tempat hiburan yang khususnya diwilayah perkotaan mulai dari café, club, diskotik, dan tempat karaoke. Tak dapat dipungkiri tempat hiburan malam tak pernah sepi dari kunjungan para penikmatnya. Inilah yang membawa arus pembauran budaya asing, selain budaya orang-orang metropolitan yang telah terkontaminasi (Anonim,2016).

Bagi orang-orang yang telah terbawa arus budaya barat ini, dunia malam bukanlah suatu aktifitas yang tabu bagi mereka. Bahkan hal ini telah menjadi suatu konsumsi diri. Orang-orang ini disebut sebagai penikmat dunia malam. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) dunia malam inilah muncul sebuah trend yang disebut dugem (dunia gemerlap). Dugem adalah istilah gaul yang berasal dari singkatan dua kata: dunia gemerlap. Istilah ini menjadi sangat terkenal di Indonesia seiring dengan kebutuhan para generasi Bagi orang-orang yang telah terbawa arus budaya barat ini, dunia malam bukanlah suatu aktifitas yang tabu bagi mereka. Bahkan hal ini telah menjadi suatu konsumsi diri. Orang-orang ini disebut sebagai penikmat dunia malam. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) dunia malam inilah muncul sebuah trend yang disebut dugem (dunia gemerlap). Dugem adalah istilah gaul yang berasal dari singkatan dua kata: dunia gemerlap. Istilah ini menjadi sangat terkenal di Indonesia seiring dengan kebutuhan para generasi

Menikmati suasana diskotik, cafe, bar maupun tempat karaoke yang menghadirkan musik dengan beat yang kuat, cepat dengan volume yang keras yang merangsang badan ikut „shake n movin‟ (berdisko) dan bergoyang semalaman bisa membuat orang merasa rileks dan bisa menghilangkan kepenatan di otak. Menurut Divana Verdana (2004) yang membuat para penikmatnya tak dapat terlepas dari dugem dan menjadikannya sebagai gaya hidup mereka.

Gaya hidup memiliki bermacam-macam arti. Menurut Kotler (2007) gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang dalam kehidupa sehari-hari yang dikatakan dalam kegiatan, minat, dan pendapat (Opini) yang bersangkutan. Sedangkan menurut Berkowitz dan Kerin (2009) gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang yang diidentifikasikan dari bagaimana penggunaaan waktu (aktivitas), minat tentang pentingnya lingkungannya, dan pendapat tentang dirinya sendiri dan dunia sekelilingnya.

Dari dua pendapat di atas dapat di ambil pokok dari gaya hidup, yaitu (1) pola kehidupan (2) aktivitas, minat, dan pendapat. Jadi dapat di simpulkan bahwa gaya hidup merupakan pola hidup seseorang bagaimana orang menggunakan uang, waktu, dan minat serta pendapatnya terhadap hal-hal yang ada di lingkungannya.

Tidak lah mengherankan jika kesenangan akan hiburan malam hari telah menjadi program rutin bagi penikmat dunia malam, maka mereka rela Tidak lah mengherankan jika kesenangan akan hiburan malam hari telah menjadi program rutin bagi penikmat dunia malam, maka mereka rela

sudah dapat menikmati kehidupan layaknya orang barat. Clubber adalah sebutan bagi para penikmat hiburan malam ini.

Dugem merupakan salah satu hiburan favorit yang cukup banyak peminatnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Biasanya hiburan jenis ini diadakan di berbagai tempat hiburan malam sejenis bar atau diskotik yang terdapat di kota-kota besar termasuk Kota Banjarmasin pada waktu malam hari hingga menjelang pagi. Para clubbers menggemari hiburan tersebut dikarenakan banyak hal yang bisa mereka nikmati seperti sajian musik oleh DJ, penampilan dancer atau para musisi, hingga kenikmatan mengkonsumsi minuman beralkohol yang biasanya tersaji di tempat-tempat hiburan malam. Mereka yang berdatangan ke tempat tersebut berasal dari berbagai kalangan (Chaney, 1996).

Walaupun hiburan ini identik dengan biaya yang relatif mahal, namun para peminatnya bukan hanya berasal dari kalangan high class saja. Bahkan banyak juga para pelajar dan mahasiswa yang meminati hiburan ini sebagai pelepas rasa jenuh mereka walaupun mereka tahu bahwa kondisi keuangan mereka seringkali pas-pasan. Namun, karena mereka sudah merasa ketagihan dan sangat menikmati hiburan ini sebagai gaya hidup, maka cara apapun akan mereka lakukan (Zulfa, 2005).

Kota Banjarmasin merupakan kota yang potensial di bidang pendidikan juga menyediakan lapangan kerja yang cukup menjanjikan bagi Kota Banjarmasin merupakan kota yang potensial di bidang pendidikan juga menyediakan lapangan kerja yang cukup menjanjikan bagi

Banyaknya pelajar dan mahasiswa di Kota Banjarmasin yang menggemari gaya hidup dugem bukanlah suatu fenomena langka. Mengingat banyaknya juga tempat – tempat hiburan malam di Banjarmasin yang berusaha menarik pengunjung dengan sajian hiburan menarik dan juga seringkali diiklankan (dipromosikan) melalui billboard atau spanduk yang ada di sekitar jalan raya. Sedangkan dari kalangan pelajar dan mahasiswa sendiri, ada yang memilih hiburan tersebut hanya sebagai pelepas penat sejenak dan ada pula yang menjadikannya sebagai kebiasaan atau gaya hidup sehingga seringkali mengabaikan kegiatan akademik sekolah/kampus sebagai prioritas utama.

Perkenalan remaja dengan gaya hidup dunia gemerlap dikarenakan oleh beberapa penyebab. Ada yang awalnya hanya penasaran ingin mencoba dan ada pula yang disebabkan oleh ajakan teman. Namun, ada juga dari mereka yang mengatakan bahwa mereka mengikuti gaya hidup dugem Perkenalan remaja dengan gaya hidup dunia gemerlap dikarenakan oleh beberapa penyebab. Ada yang awalnya hanya penasaran ingin mencoba dan ada pula yang disebabkan oleh ajakan teman. Namun, ada juga dari mereka yang mengatakan bahwa mereka mengikuti gaya hidup dugem

Masa remaja yang berlangsung antara 12-22 tahun merupakan suatu periode dalam rentang kehidupan manusia. Dalam proses ini berlangsung perubahan biologis dan psikoogis yang dialami remaja itu sendiri. Pada masa remaja, seseorang akan beralih dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Maka dari itu, masa ini juga disebut sebagai masa pencarian jati diri. Dalam masa pencarian jati diri, remaja banyak sekali mengalami masalah-masalah. Tiap aspek dalam diri remaja menimbulkan suatu permasalahan baru bagi remaja.

Dalam masa perkembangan sosialnya, berk embang sikap „conformity’ dalam diri remaja. Yusuf (2010) menyebut conformity adalah kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobi) atau keinginan orang lain (teman sebaya). Perkembangan sikap konformitas dalam diri remaja dapat memberikan dampak positif maupun negative dalam dirinya. Remaja akan megikuti apa yang kelompoknya lakukan dan katakan.

Dari uraian di atas maka tidaklah salah jika muncul istilah „Ababil‟ (ABG Labil) dewasa ini. Sebutan ini ditujukan bagi remaja yang labil.

Mereka mengikuti arus perkembangan jaman dan sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan luar.

Dalam perkembangan jaman yang sangat pesat, kecanggihan teknologi berperan besar dalam pegetahuan remaja saat ini. Trend yang berkembang saat ini adalah remaja berbondong-bondong mengikuti gaya hidup kebarat-baratan, seperti banyak yang tergiyur iklan televisi, meniru gaya hidup selebriti yang glamour, dan lain-lain. Apa saja akan mereka lakukan agar disebut anak gaul (tidak dibilang ketinggalan jaman).

Banyak remaja yang menilai bahwa untuk menjadi gaul harus kenal dengan dugem, minimal pernah mencoba. Kalau belum kenal dengan dugem maka dianggap gak gaul, cupu, dan jadul. Dengan kata lain, remaja mendapat kebanggaan jika mereka sudah merasa gaul. Dugem atau dunia gemerlap merupakan istilah popular untuk menunjukkan gaya hidup orang di kota besar pada akhir pekan. Kegiatan dugem yang dikemas dengan suasana meriah dengan sorot lampu dan suara musik yang keras menjadi daya tarik tersendiri bagi remaja yang menyebut dirinya sebagai remaja gaul. Dugem sering dilakukan di diskotik. Rokok, narkoba dan minuman beralkohol sudah menjadi bagian dari dugem itu sendiri, bahkan dugem juga sudah bertalian erat dengan dengan seks bebas. Remaja sudah tentu akan mengeluarkan banyak uang ketika mereka pergi dugem, karena dugem membuat para pengikutnya hidup berfoya-foya, menyia-nyiakan waktu, dan membuat waktu tidur berkurang yang akan berakibat buruk pada kondisi psikis dan biologis remaja itu sendiri, dan dampak nyata dari dunia tempat hiburan malam tersebut adalah penyalahgunaan Narkoba.

Narkoba (Narkotika dan Obat-obatan yang mengandung zat adiktif/berbahaya dan terlarang) belakangan ini amat populer di kalangan remaja dan generasi muda bangsa Indonesia, sebab penyalahgunaan narkoba

ini telah merebak ke semua lingkungan, bukan hanya di kalangan anak-anak nakal dan preman tetapi telah memasuki lingkungan kampus dan lingkungan terhormat lainnya. Narkoba saat ini banyak kita jumpai di kalangan remaja dan generasi muda dalam bentuk kapsul, tablet dan tepung seperti ekstasy, pil koplo dan shabu-shabu, bahkan dalam bentuk yang amat sederhana seperti daun ganja yang dijual dalam amplop-amplop (Armelia, 2003).

Dari laporan perkembangan situasi narkoba dunia tahun 2015, diketahui angka estimasi pengguna narkoba di tahun 2012 adalah antara 162 juta hingga 324 juta orang atau sekitar 3,5%-7%. Perbandingan estimasi prevalensi tahun 2012 (3,5%-7%) dengan estimasi tahun 2010 yang kisarannya

kecenderungan prevalensi penyalahgunaan narkoba relatif stabil. Jenis yang paling banyak digunakan adalah ganja, opiod, cocain atau type amphetamine dan kelompok stimulant (UNODC, 2015). Penggunaan polydrugs yang merupakan campuran penggunaan dari dua zat atau lebih secara bersamaan baik menjadi perhatian yang serius baik konsekuensi kesehatan masyarakat dan kaitannya dengan program pengendalian peredaran narkoba.

3.5%-5.7%

menunjukkan

Di Indonesia diperkirakan jumlah penyalahguna narkoba setahun terakhir sekitar 3,1 juta sampai 3,6 juta orang atau setara dengan 1,9% dari populasi penduduk berusia 10-59 tahun di tahun 2008. Hasil proyeksi angka Di Indonesia diperkirakan jumlah penyalahguna narkoba setahun terakhir sekitar 3,1 juta sampai 3,6 juta orang atau setara dengan 1,9% dari populasi penduduk berusia 10-59 tahun di tahun 2008. Hasil proyeksi angka

Pada tahun 2015 jumlah pengguna barang terlarang tersebut di seluruh Indonesia mencapai 5,9 juta orang dan jumlah paling banyak ada di Jakarta dengan prevalensi mencapai 2,7 persen. (Laporan Survei Perkembangan penyalahguna Narkoba di Indonesia Tahun Anggaran 2015).

Jumlah pengguna narkotika dan obat-obatan terlarang lain di Provinsi Kalimantan Selatan yang terdata Badan Narkotika Nasional Kalsel mencapai 45.657 orang dengan prevalensinya memang masih di bawah rata-rata nasional, yakni 1,7 persen. Sedangkan di Kota Banjarmasin jumlah pengguna narkoba yang direhabilitasi mencapai 34.467 residen.

Menurut Komjen Pol Budi Waseso selaku Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), di ASEAN, Indonesia adalah bangsa pasar terbesar untuk penjualan narkoba, sedangkan negara terbesar pengimpor adalah China dan Thailand.

Saat ini para orang tua, mulai dari ulama, guru/dosen, pejabat, penegak hukum dan bahkan semua kalangan telah resah terhadap narkoba ini, sebab generasi muda masa depan bangsa telah banyak terlibat di dalamnya. Akibat leluasannya penjualan narkoba ini, secara umum Saat ini para orang tua, mulai dari ulama, guru/dosen, pejabat, penegak hukum dan bahkan semua kalangan telah resah terhadap narkoba ini, sebab generasi muda masa depan bangsa telah banyak terlibat di dalamnya. Akibat leluasannya penjualan narkoba ini, secara umum

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Bahaya Narkoba di Tempat Hiburan Malam di Kota Banjarmasin” dengan data dukung dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Banjarmasin.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diketahui masalah-masalah yang muncul, permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut

“Bagaimanakah gambaran pengetahuan remaja tentang bahaya Narkoba di tempat hiburan malam di Kota Banjarmasin ? ”

C. Tujuan Penelitan

1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang bahaya narkoba di tempat hiburan malam di kota Banjarmasin.

2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah menidentifikasi pengetahuan remaja tentang bahaya narkoba di tempat hiburan malam di Kota Banjarmasin.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan pemikiran akan pentingnya pengetahuan dan wawasan bagi remaja tentang bahaya Narkoba di tempat hiburan malam di Kota Banjarmasin

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Instansi Terkait Memberikan informasi pada Badan Narkotika Kota Banjarmasin akan pentingnya perannya sebagai lembaga yang menangani peredaran narkoba agar bisa dicegah sehingga tidak menularkan dampak yang tidak baik bagi kesehatan. Selain itu dengan adanya penelitian ini diharapkan BNN Kota Banjarmasin dapat lebih baik mengatasi masalah narkoba sehingga dapat menurunkan angka penyalahgunaan.

2. Bagi Masyarakat Memberikan

masyarakat tentang penyalagunaan dan dampak narkoba dikalangan generasi muda. Selain itu diharapkan juga kepada masyarakat dapat memberikan pengawasan kepada putra putrinya agar tidak terjerumus lebih jauh.

informasi

kepada

3. Bagi Penulis Menambah ilmu pengetahuan mengenai bahaya narkoba terhadap kesehatan yang berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki, serta sebagai bahan acuan untuk penelitian yang lebih mendalam mengenai narkoba.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Narkoba

1. Pengertian Narkoba Menurut WHO (1982) Narkoba adalah Semua zat padat, cair maupun gas yang dimasukan kedalam tubuh yang dapat merubah fungsi dan struktur tubuh secara fisik maupun psikis tidak termasuk makanan, air dan oksigen dimana dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi tubuh normal.

Menurut Undang-undang No 22 tahun 1997 pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa yang dimaksud narkotika adalah adalah zat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis mau pun semi sintesis yang dapat menyebabkan pemutusan kesadaran sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Menurut Kurniawan (2008), Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya

Disini dijelaskan tentang jenis-jenis narkoba, yaitu diantaranya adalah :

a. Narkotika adalah Zat/obat yang berasal dari tanaman atau sintetis maupun semi sintetis yang dapat menurunkan kesadaran, hilangnya a. Narkotika adalah Zat/obat yang berasal dari tanaman atau sintetis maupun semi sintetis yang dapat menurunkan kesadaran, hilangnya

b. Psikotropika Zat/obat alamiah atau sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku

c. Zat adiktif adalah Bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang pengunaannya dapat menimbulkan ketergantungan baik psikologis atau fisik. Misalnya : Alkohol, rokok, cofein

2. Bahaya Narkoba Bagi Remaja Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini kian meningkat Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut, dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif penghancur syaraf. Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan.Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja. Kalau dirata-ratakan, usia sasaran narkoba ini adalah usia pelajar, yaitu berkisar umur 11 sampai 24 tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bahaya narkoba sewaktu- waktu dapat mengincar anak didik kita kapan saja.

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat-obatan terlarang. Sementara nafza merupakan singkatan dari narkotika, alkohol, dan zat adiktif lainnya (obat-obat terlarang, berbahaya yang mengakibatkan seseorang mempunyai ketergantungan terhadap obat-obat tersebut). Kedua istilah tersebut sering digunakan untuk istilah yang sama, meskipun istilah nafza lebih luas lingkupnya. Narkotika berasal dari tiga jenis tanaman, yaitu (1) candu, (2) ganja, dan (3) koka. Ketergantungan obat dapat diartikan sebagai keadaan yang mendorong seseorang untuk mengonsumsi obat-obat terlarang secara berulang-ulang atau berkesinambungan. Apabila tidak melakukannya dia merasa ketagihan (sakau) yang mengakibatkan perasaan tidak nyaman bahkan perasaan sakit yang sangat pada tubuh (Yusuf, 2010).

3. Bahaya bagi Remaja

Di Indonesia, pencandu narkoba ini perkembangannya semakin pesat. Para pencandu narkoba itu pada umumnya berusia antara 11 sampai

24 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar. Pada awalnya, pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya dengan rokok. Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat, apalagi ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah menjadi pencandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami ketergantungan (Hapsari, 2008).

Dampak negatif penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja (pelajar-red) adalah sebagai berikut:

a. Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian,

b. Sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran,

c. Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah,

d. Sering menguap, mengantuk, dan malas,

e. Tidak memedulikan kesehatan diri,

f. Suka mencuri untuk membeli narkoba. Upaya pencegahan terhadap penyebaran narkoba di kalangan pelajar, sudah seyogianya menjadi tanggung jawab kita bersama. Dalam hal ini semua pihak termasuk orang tua, guru, dan masyarakat harus turut berperan aktif dalam mewaspadai ancaman narkoba terhadap anak-anak kita.

Adapun upaya-upaya yang lebih kongkret yang dapat kita lakukan adalah melakukan kerja sama dengan pihak yang berwenang untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba, atau mungkin mengadakan razia mendadak secara rutin. Kemudian pendampingan dari orang tua itu sendiri dengan memberikan perhatian dan kasih sayang. Sedangkan pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik anak didiknya, karena biasanya penyebaran (transaksi) narkoba sering terjadi di sekitar lingkungan sekolah.

Yang tak kalah penting adalah, pendidikan moral dan keagamaan harus lebih ditekankan kepada remaja. Karena salah satu penyebab Yang tak kalah penting adalah, pendidikan moral dan keagamaan harus lebih ditekankan kepada remaja. Karena salah satu penyebab

Oleh sebab itu, mulai saat ini, kita selaku pendidik, pengajar, dan sebagai orang tua, harus sigap dan waspada, akan bahaya narkoba yang sewaktu-waktu dapat menjerat anak-anak kita sendiri. Dengan berbagai upaya tersebut di atas, mari kita jaga dan awasi anak didik kita, dari bahaya narkoba tersebut, sehingga harapan kita untuk menelurkan generasi yang cerdas dan tangguh di masa yang akan datang dapat terealisasikan dengan baik.

4. Bahaya Narkoba Bagi Pecandunya

Bahaya narkoba tidak hanya merugikan masalah fisik saja tetapi akan mengalami gangguan mental dan kejiwaan. Sebenarnya narkoba ini merupakan senyawa-senyawa psikotropika yang biasa digunakan dokter atau rumah sakit untuk membius pasien yang mau dioperasi atau sebagai obat untuk penyakit tertentu, tetapi persepsi tersebut disalah artikan akibat penggunaan di luar fungsinya dan dengan dosis yang di luar ketentuan. Apabila disalah gunakan, bahaya narkoba dapat mempengaruhi susunan syaraf, mengakibatkan ketagihan, dan ketergantungan, karena mempengaruhi susunan syaraf.

Dari ketergantungan inilah bahaya narkoba akan mempengaruhi fisik, psikologis, maupun lingkungan sosial.

a. Bahaya narkoba terhadap fisik

1) Gangguan pada system syaraf (neurologis)

2) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)

3) Gangguan pada kulit (dermatologis)

4) Gangguan pada paru-paru (pulmoner)

5) Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan insomnia

6) Gangguan terhadap kesehatan reproduksi yaitu gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual.

7) Gangguan terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)

8) Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV

9) Bahaya narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi over dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian

b. Bahaya narkoba terhadap psikologi

1) Kerja lamban dan ceroboh, sering tegang dan gelisah

2) Hilang rasa percaya diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga

3) Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal

4) Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan

5) Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri

c. Bahaya narkoba terhadap lingkungan sosial

1) Gangguan mental

2) Anti-sosial dan asusila

3) Dikucilkan oleh lingkungan

4) Merepotkan dan menjadi beban keluarga

5) Pendidikan menjadi terganggu dan masa depan suram Berikut ini jenis dan golongan narkoba antara lain adalah sebagai

berikut :

a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian dan ilmu pengetahuan. Contoh jenis narkoba golongan satu antara lain adalah : ganja, heroin, kokain, morfin, dan opium.

b. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh jenis narkoba golongan dua antara lain adalah : petidin, benzetidin, dan betametadol.

c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh jenis narkoba golongan tiga antara lain adalah : kodein dan turunannya.

Psikotopika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh Psikotopika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh

Jenis macam golongan obat psikotropika digolongkan lagi menjadi 4 kelompok adalah :

a. Psikotropika golongan I adalah dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan dan sedang diteliti khasiatnya. Contoh obat jenis psikotropika golongan satu antara lain adalah : MDMA, LSD, STP.

b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh obat jenis psikotropika golongan dua antara lain adalah : Amfetamin, metamfetamin, dan metakualon.

c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh obat jenis psikotropika golongan tiga antara lain adalah : Lumibal, buprenorsina, dan fleenitrazepam.

d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh obat jenis psikotropika golongan empat antara lain adalah : Nitrazepam (BK, mogadon, dumolid ) dan diazepam.

Zat adiktif lainnya adalah zat – zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, diantaranya adalah sebagai berikut : Zat adiktif lainnya adalah zat – zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, diantaranya adalah sebagai berikut :

b. Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan.

c. Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin yang bila dihirup akan dapat memabukkan (Alifia, 2008).

5. Bahaya Narkotika Bagi Kesehatan

Bahaya narkoba bagi para pecandu dan kalangan muda pelajar generasi penerus bangsa adalah banyak dan bila tidak segera dihentikan kebiasaan mengkonsumsi narkoba maka hal ini akan memperburuk derajat kesehatan penggunanya itu sendiri secara pelan-pelan tetapi pasti.

Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini kian meningkat Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut, dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif penghancur syaraf. Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih (Abdullah, 2008).

Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan.Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja. Kalau diambil rata- ratakan usia sasaran pengguna narkoba ini adalah usia pelajar, yaitu berkisar umur 11 sampai 24 tahun.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa bahaya narkoba sewaktu- waktu dapat mengincar anak didik kita kapan saja.

Efek dampak penggunaan narkoba bisa dalam berbagai bentuk antara lain adalah sebagai berikut :

a. Menyebabkan penurunan atau pun perubahan kesadaran.

b. Menghilangkan rasa.

c. Mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri.

d. Menimbulkan ketergantungan / adiktif (kecanduan). Bahaya narkoba untuk kesehatan yang terberat adalah efek ketergantungan obat nya itu sendiri. Karena dengan efek buruk yang ditimbulkan bagi para pecandu narkoba adalah keinginan untuk selalu memakainya secara berulang (Djauzi, 2008).

Di Indonesia, pencandu narkoba ini perkembangannya semakin pesat. Para pencandu narkoba itu pada umumnya berusia antara 11 sampai

24 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar. Pada awalnya, pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya dengan rokok. Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat, apalagi ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah menjadi pencandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami ketergantungan.

Dampak negatif penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja pelajar antara lain adalah sebagai berikut :

a. Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian.

b. Sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran.

c. Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah.

d. Sering menguap, mengantuk, dan malas.

e. Tidak memedulikan kesehatan diri.

f. Suka mencuri untuk membeli narkoba. Secara umum akibat penggunaan narkotika ini akan memberikan dampak sebagai berikut :

a. Depresan. Dalam hal ini para pemakai akan tertidur atau tidak sadarkan diri.

b. Halusinogen. Dalam hal ini para pemakai akan berhalusinasi (melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada).

c. Stimulan. Akibat pengaruh stimulan pada narkotika dan obat-obatan terlarang bagi organ tubuh antara lain adalah mempercepat kerja organ tubuh seperti jantung dan otak sehingga pemakai merasa lebih bertenaga untuk sementara waktu. Karena organ tubuh terus dipaksa bekerja di luar batas normal, lama-lama saraf-sarafnya akan rusak dan bisa mengakibatkan kematian.

d. Adiktif (Kecanduan). Dampak pengaruh negatif kepada para pemakai dalam hal ini adalah akan merasa ketagihan sehingga akan melakukan d. Adiktif (Kecanduan). Dampak pengaruh negatif kepada para pemakai dalam hal ini adalah akan merasa ketagihan sehingga akan melakukan

6. Hal-hal yang mendorong anak muda melakukan dugem Dari segi alasan, mereka melakukan dugem untuk sekedar refreshing, cuci mata, dan menghilangkan stress. Hal-hal yang mereka lakukan bervariasi, mulai dari Cuma melihat orang ajeb-ajeb, menonton penari striptease, hingga mabuk-mabukan. Sedangkan mereka biasanya pergi dugem karena ajakan temannya.

Secara umum ada tiga alasan yang membuat anak muda pergi ke tempat hiburan malam :

a. Alasan Gengsi Perkembangan yang bisa dianggap menonjol dalam pergeseran gaya hidup yang melanda kalangan remaja Indonesia adalah gaya hidup mereka yang secara umum cenderung dipengaruhi oleh gaya Barat, khususnya dari Amerika Serikat. Saat ini gaya hidup yang berasal dari budaya Barat umumnya dianggap memiliki nilai lebih oleh sebagian dari masyarakat Indonesia. Golongan masyarakat yang

memiliki gaya hidup yang “kebarat-baratan” menganggap bahwa mereka adalah berasal dari kalangan yang lebih baik dari golongan

masyarakat yang masih memegang gaya hidup dan budaya Timur.

b. Ajakan Teman Pertemanan merupakan salah satu faktor pendukung mengapa seseorang melakukan suatu kegiatan. Banyak orang yang ikut melakukan suatu kegiatan di karenakan temannya melakukan kegiatan tersebut. Begitu juga halnya dengan beberapa clubbers yang melakukan dugem. Teman merupakan salah satu faktor utama mengapa seorang clubber melakukan kegiatan dugem. Beberapa clubbers mengatakan bahwa ia melakukan dugem karena semua temannya melakukan dugem.

c. Kejenuhan dan Hiburan Setiap manusia pasti akan merasakan kejenuhan dalam hidupnya dan akan membutuhkan hiburan guna menghilangkan kejenuhan tersebut. Hal ini juga terjadi pada clubers yang biasa melakukan dugem. Salah satu alasan yang sering dikemukakan clubber tentang mengapa mereka dugem adalah untuk menghilangkan stress dan menyelesaikan permasalahan. Para clubber umumnya beralasan bahwa mereka melakukan dugem dikarenakan memerlukan hiburan setelah melakukan berbagai aktivitas sehari penuh. Bagi para clubber melakukan dugem adalah salah satu cara menghilangkan kejenuhan yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari uraian- uraian yang telah penulis jabarkan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal yang negatif dari tempat hiburan malam, yaitu : Dari uraian- uraian yang telah penulis jabarkan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal yang negatif dari tempat hiburan malam, yaitu :

b. Menjerumuskan seseorang untuk berbuat dosa Dugem bisa menjerumuskan kita kedalam dosa, karena disana, banyak sekali barang-barang yang dilarang oleh semua agama diseluruh dunia: Miras, Narkoba dan Kemaksiatan. Kebanyakan, orang-orang yang datang ke Diskotik pada awalnya menepis kalau mereka akan terjerumus. Awalnya mereka hanya meminum miras oplosan seteguk atau dua teguk. Namun, ini adalah awal dari keterjerumuan mereka. Dunia gemerlap selalu dikaitkan dengan Narkoba dan Kemaksiatan. Mabuk adalah awal yang cemerlang untuk mengkonsumsi barang haram lainnya, bahkan menuju ke dalam perzinaan. Hal yang paling berbahaya adalah mereka akan melupakan Tuhan.

c. Dugem hanya menghambur-hamburkan uang orang tua kita Tentu saja untuk bisa pergi ke Diskotik, seseorang memerlukan ongkos yang lumayan besar. Khususnya para remaja, mereka akan menggunakan uang pemberian dari orang tua mereka. Jika kita melihat di luar sana, jangankan untuk pergi ke diskotik, c. Dugem hanya menghambur-hamburkan uang orang tua kita Tentu saja untuk bisa pergi ke Diskotik, seseorang memerlukan ongkos yang lumayan besar. Khususnya para remaja, mereka akan menggunakan uang pemberian dari orang tua mereka. Jika kita melihat di luar sana, jangankan untuk pergi ke diskotik,

d. Dugem bisa mencoreng nama baik keluarga Biasanya, mereka yang baru pulang dari Diskotik pasti akan pulang pada waktu pagi hari kerumah dengan keadaan teler (mabuk) akibat pengaruh alkohol berlebihan. Sadar atau tidak, ini bisa mencoreng nama baik keluarga mereka. Bila tetangga mereka melihat kelakuan mereka, pasti mereka bakal dicap sebagai orang yang katakanlah, berperilaku buruk. dan otomatis akan mencoreng dan membuat malu keluarga mereka.

e. Dugem merusak masa depan Anak Muda Generasi muda harusnya menjadi asset berharga negeri ini sebagai penerus bangsa yang membanggakan. Akan tetapi, pengaruh budaya barat dan gaya hidup metropolis membuat tak sedikit kaum muda terjerumus ke dalam hingar-bingar dunia malam yang begitu menghanyutkan. Mereka lupa waktu dan lupa tujuan. Masa produktif untuk belajar, berkreasi, dan mengeksplorasi bakat minat mereka seakan sirna tergantikan oleh kegiatan malam yang begitu tak bermanfaat. Kuliah terbengkalai, hidup tidak teratur dan kacau, dan mereka menjadi malas menuntut ilmu sebagai jalur menuju masa depan mereka dikarenakan berbagai faktor seperti biaya hidup e. Dugem merusak masa depan Anak Muda Generasi muda harusnya menjadi asset berharga negeri ini sebagai penerus bangsa yang membanggakan. Akan tetapi, pengaruh budaya barat dan gaya hidup metropolis membuat tak sedikit kaum muda terjerumus ke dalam hingar-bingar dunia malam yang begitu menghanyutkan. Mereka lupa waktu dan lupa tujuan. Masa produktif untuk belajar, berkreasi, dan mengeksplorasi bakat minat mereka seakan sirna tergantikan oleh kegiatan malam yang begitu tak bermanfaat. Kuliah terbengkalai, hidup tidak teratur dan kacau, dan mereka menjadi malas menuntut ilmu sebagai jalur menuju masa depan mereka dikarenakan berbagai faktor seperti biaya hidup

f. Dugem membuat penyimpangan norma-norma masyarakat Banyak kasus-kasus penyimpangan terhadap norma-norma yang seringkali dilakukan oleh para peminat hiburan tersebut seperti free sex, mengkonsumsi narkoba, mabuk-mabukan, hingga tindakan kriminal seperti pencurian yang dilakukan para pelakunya agar senantiasa bisa menikmati hiburan tersebut.

B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Pengertian Menurut Notoadmodjo (2007), Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan peginderaan manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, dimana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini

Menurut Notoatmodjo (2007) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoadmodjo (2007) menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati 5 tahap yaitu awarenest (kesadaran), interest (tertarik pada stimulus), evaluation (mengevaluasi atau menimbang baik tidaknya stimulus) dan trial (mencoba) serta adaption (subjek telah berprilaku baru). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan, dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama

Pengetahuan (Kognitif) merupakan domain yang sangat penting untuk dibentuknya suatu tindakan seseorang. Menurut Notoadmodjo (2007), tingkat pengetahuan didalam domain kognitif, meliputi : Pengetahuan (Kognitif) merupakan domain yang sangat penting untuk dibentuknya suatu tindakan seseorang. Menurut Notoadmodjo (2007), tingkat pengetahuan didalam domain kognitif, meliputi :

b. Memahami (comprehension) Memahami yaitu sesuatu untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek untuk materi, harus dapat menjelaskan, contohnya remaja dapat memahami dan mengetahui cara penanganan narkoba yang benar.

c. Aplikasi (application) Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan hokum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam kondisi yang lain, misalnya remaja dapat menggunakan cara pencegahan atau tindakan awal dalam mencegah terjadinya narkoba pada dirinya serta dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah dalam penanganan narkoba.

d. Analisis (analysis) Analisis yaitu kemampuan untuk materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi didalam struktur organisasi d. Analisis (analysis) Analisis yaitu kemampuan untuk materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi didalam struktur organisasi

memisahkan, serta mengelompokkan tentang penanganan narkoba.

menggambarkan,

membedakan,

f. Sintesis (synthesis) Sintesis yaitu kemampuan untuk menghubungkan bagian- bagian dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan, menyesuaikan. Dimana pada remaja yang terlibat narkoba maka dapat ditangani secara benar agar narkoba dapat berhenti.

g. Evaluasi (evaluation) Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Pengaruh pengetahuan terhadap seseorang sangat penting sebab mempunyai cukup pengetahuan dan pendidikan yang tinggi akan lebih memperhatikan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007), yaitu : Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007), yaitu :

b. Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi banyak akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas.

c. Kultur Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut. Pada remaja melakukan penanganan terjadinya narkoba sesuai dengan apa yang mereka lihat dilingkungannya.

d. Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan, dimana pada remaja dengan umur yang bertambah dan pendidikan yang lebih baik akan memudahkan dalam menyerap informasi yang diberikan serta besikap lebih bijak. Pengalaman remaja dengan kejadian narkoba mempengaruhi dalam penanganan narkoba selanjutnya. Notoadmodjo (2007)

Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner, untuk menyatakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden. Pengetahuan yang ingin diketahui oleh peneliti dapat disesuaikan dengan tingkat responden.

Menurut Notoadmodjo (2007), ada berbagai cara untuk mencari atau memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah yang dikelompokkan sebagai berikut:

a. Cara Tradisonal Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional dipakai orang memperoleh kebenaran pengetahuan sebelum ditemukannya metode ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik dan logis..

b. Cara coba-salah (trial and error) Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada seseorang yang menghadapi persoalan, maka upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Bahkan sekarang ini metode coba-coba masih sering dipergunakan terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui cara memecahkan masalah..

c. Cara Kekuasaan atau otoritas Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan- kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi berikutnya. Dimana pengetahuan, diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, otoritas ilmu pengetahuan.

d. Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman adalah guru yang baik, demikian kata pepatah dengan maksud bahwa pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar maka diperlukan berpikir kritis dan logis.

e. Melalui Jalan Pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi dan deduksi.

f. Cara Modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian. Cara ini mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklarisifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan umum.

C. Kerangka Teoritis

Gambar 2.1. Kerangka Teori Hapsari (2008)

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini dilukiskan sebagai berikut:

Pengetahuan Remaja

Pengalaman Pendidikan

Tingkat Informasi Kultur

Budaya

Hiburan Malam

Narkoba

Dampak Penanggulangan

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Hal ini sejalan dengan Sudjana dan Ibrahim (2010) yang menjelaskan bahwa: Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan kata lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah- masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Pendekatan semacam ini dianggap relevan untuk pengukuran terhadap pengetahuan remaja tentang bahaya Narkoba di tempat hiburan malam di Kota Banjarmasin, dan dampak yang ditimbulkan bagi kesehatan remaja yang mengkonsumsi Narkoba serta cara penanggulangannya.

B. Populaasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi Yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan objek yang menjadi pusat perhatian penelitian dan tempat untuk menggeneralisasikan temuan penelitian. Obyek yang diteliti dapat berupa benda, orang, peristiwa, gejala atau hubungan-hubungan (Sandjaja, 2006). Populasi penelitian dalam hal ini adalah yakni seluruh masyarakat di Kota Banjarmasin yang berjumlah 656 778 sebagaimana Tabel berikut.

Tabel 3.1.

Jumlah Populasi Berdasarkan Kelompok Umur

Jumlah Kelompok

Laki-Laki Perempuan

5 896 Jumlah/Total

328 411 656 778 Sumber : BPS Kota Banjarmasin, 2015

Berdasarkan data diatas maka perincian jumlah penduduk yang termasuk usia remaja sebanyak 119.001 orang

2. Sampel

Sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” (Sugiyono, 2010). Yang menjadi sampel dalam

penelitian ini adalah masyarakat yang termasuk usia remaja 15-24 tahun. Karena seperti diketahui bahwa hampir rata-rata sudah mengenal tempat hiburan malam sehingga dari udia tersebutlah di ambil sebagai sampel.

Tabel 3.2

Tabel Penentuan Sampel Isaac dan Michael

Maka dari itu peneliti mempersempit sampel penelitian hanya usia 15-24 tahun di Kota Banjarmasin yakni 119.001 orang (berada pada posisi 200.000) dan sampel yang didapat dengan menggunakan Tabel Isaac dan Michael sebanyak 10% adalah sebanyak 270 orang sampel. Untuk mendapatkan responden, maka peneliti menggunakan Accidental

Sampling yakni secara kebetulan siapa saja yang berada atau bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah berupa Formulir lembar persetujuan menjadi responden (Informed Consent) dan lembar pertanyaan (kuesioner) yang berisi pertanyaan- pertanyaan yang akan diberikan kepada responden.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek/fenomena (Hidayat, 2011). Definisi operasional penelitian diuraikan sebagai berikut.

1. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan peginderaan manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, dimana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga melalui :

a. Tingkat Pendidikan

b. Informasi

c. Kultur/budaya c. Kultur/budaya

2. Narkoba adalah Semua zat padat, cair maupun gas yang dimasukan kedalam tubuh yang dapat merubah fungsi dan struktur tubuh secara fisik maupun psikis tidak termasuk makanan, air dan oksigen dimana dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi tubuh normal. Dampak negatif penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja adalah sebagai berikut:

a. Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian,

b. Sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran,

c. Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah,

d. Sering menguap, mengantuk, dan malas,

e. Tidak memperdulikan kesehatan diri,

f. Suka mencuri untuk membeli narkoba

Tabel 3.3 Defenisi Operasional

No Variabel

Definisi

Alat Ukur /

Kategori Skala Data

Operasional

Cara ukur

1. Pengetahuan Merupakan

hasil tau

dan

Jika skor

tentang bahaya wawancara

Jika jawaban

56-75%  Kurang, Jika skor

<56% (Arikunto.2010)

E. Teknik Pengumpulan Data