LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN CLEFT LIP D

LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN CLEFT LIP DAN PALATE

Di Susun Oleh :
KUNCORO ARI SAPUTRO
003.17.059

Preseptor Klinik

Preseptor Akademik

( Ns. Endang Yuliati, S.Kep, S.Kom) (Ns. Rizki Sari Utami Muchtar, S.Kep, M.Kep)

PROGRAM STUDI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AWAL BROS BATAM TA 2017/2018

LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN CLEFT LIP DAN PALATE

A. Definisi

Celah bibir adalah fisura yang meluas dari batas
bibir ke hidung.Celah ini dapat tunggal maupun ganda,
dan kerap berhubungan dengan palatokisis (celah
palatum).Celah palatum adalah kegagalan
penggabungan antara prosesus palatum kanan dan
kiri.Celah dapat beragam tetapi jika komplet, meluas
melalui mole dan palatumdurum ke rongga nasal.
(Chris Brooke, 2009).
Tingkat pembentukancelah bibir dapat bervariasi,
mulai dari yang ringan yaitu berupa sedikit takikan
(notching) pada bibir, sampai yang parah dimana celah
atau pembukaan yang muncul besar yaitu dari bibir
atas sampai kehidung.Celah langitan terjadi ketika
palatum tidak menutup secara sempurna,
meninggalkan pembukaan yang dapat meluas sampai
bagian kavitas nasal. Celah bisa melibatkan sisi lain
dari palatum yaitu meluas kebagian palatum keras di
anterior mulut sampai palatum lunak kea rah
tenggorokan. Sering kali terjadi bersamaan antara celah
bibir dan celah alveolar atau dapat tanpa kelainan

lainnya.

B. Etiologi
Berbagai factor yang dihubungkan dengan
perkembangan celah bibir dan celah palatum, dan celah
bibir dengan atau tanpa celah palatum berbeda baik
secara perkembangan maupun genetic dengan celah
palatum itu sendiri.Sebagian besar kasus muncul
dengan konsep keturunan multifactor yaitu ditandai
dengan peningkatan insiden pada saudara dan kembar
monozigot. (Muscari Mary, 2005)

Celah bibir dan palatum berhubungan erat
dengan embriologis, fungsional dan genetic.Celah bibir
muncul akibat adanya hipoplasia lapisan mesekim,
menyebabkan kegagalan penyatuan prosesus nasalis
media dan prosesus maksilaris.Celah palatum muncul
akibat terjadinya kegagalan dalam mendekatkan atau
memfusikan lempengpalatum. (Behrman &
Nelson,2000).

Sebagian besar celah bibir dan palatum
congenital disebabkan oleh pewarisan multifactor dan
seringnya terjadicelah pada keluarga setelah beberapa
generasi tanpa pola penurunan mendell yang
mendukung kesimpulan ini.Teratogen tertentu terlibat
dalam celah palatum.Diantaranya yang paling utama
adalah virus rubella, thalidomide, aminoterin, steroid
dan alcohol.(Gordon Pederson, 1996).

C. Manifestasi Klinis
Celah bibir dan celah palatum segera tampak
pada saat lahir.Pengkajian fisik yang cermat harus
dilakukan untuk mengetahui adanya defek lahir
lainnya.Celah bibir dan celah palatum muncul sebagai
defek yang lengkap atau tidak lengkap, dan dapat
berupa unilateral maupun bilateral.Temuan
pemeriksaan diagnostic dan laboratorium pada USG
obstetric dapat menunjukkan celah bibir saat anak
berada dalam uterus.
1. Celah bibir unilateral atau bilateral yang terlihat ( dapat merupakan

celah lengkap melalui lubang hidung atau celah celah tidak lengkap
pada bagian bibir)
2. Celah palatum dapat teraba dan atau terlihat
3. Celah alveolus ( sepanjang gusi, yang dapat menganggu tulang dan
jaringan lunak)
4. Kesulitan untuk menyusu atau makan
5. Distorsi nasal

D. Pathofisiologi
Pertumbuhan fisiologi wajah pada usia
embriologi 5 – 10 minggu, yang meliputi pertumbuhan
hidung, bibir dan langitan atau palatum. Pada minggu
ke 5 terjadi penonjolan cepat lateral prosesus dan
median nasal prosesus yang kemudian maxillary
prosesus secara bersama tumbuh mendekat. Selama
sekitar 2 minggu maxillary prosesus menekan median
nasal prosesis lalu bersatu dan etrbentuklah
bibir.Sekitar minggu ke 6 tumbuh 2 shefike bakal
palatum yang disebut palatin selves. Pada minggu ke 7,
kedua palatin shelves tersebut tumbuh kearah

horizontal atas lidah lalu bersatu dan terbentuklah
palatum sekunder. Posisi anterior kedua shelves
menyatu dengan triangular palatum primer sehingga
membentuk foramen insisif sekitar minggu ke 7 sampai
minggu ke 10. Pada anak perempuan, pembentukan
palatum sekunder ini terjadi pada 1 minggu kemudian,
sehingga celah palatum lebih sering terjadi pada
perempuan.
Celah bibir dan celah pada palatum primer
terjadi karena kegagalan mesoderm untuk berpenetrasi
ke grooves antara maxilaris prosesus dan median nasal
prosesus gagal untuk berfusi. Kemudian kegagalan
kedua palatin shelves untuk berfusi akan berakibat
gagalnya pembentukan palatum sekunder, sehingga
terbentuklah celah (Underwood,1999). Penyebab
kegagalan tersebut adalah terjadi karena beberapa
etiologi sehingga pada saat migrasi neural crest
menjadi sel sesl desendent (turunan) sebagai bahan
fasial proses mengalami beberapa hal seperti
perubahan kuantitatif dan perubahan tingkat/arah

migrasi sehingga terjadi penurunan ukuran prosesus
atau perubahan hubungan prosesus satu dengan

lainnya. Neural crest adalah ujung dari lipatan-lipatan
lempeng neural/neural fold pada tabung saraf embrio
yang kemudian membentuk lekukan-lekukan
neural/neural groove. (Fried dan Hademenos, 2006)
E. Pemeriksaan Diagnostik
Terbentuknya celah pada bibir dan palatum
biasanya terlihat selama pemeriksaan bayi pertama
kali.Beberapa celah orofasial dapat terdiagnosa dengan
USG prenatal, namun tidak terdapat skrining sistemik
untuk celah orofasial. Diagnosa antenatal untuk celah
pada bibir, baik unilateral maupun bilateral
memungkinkan dengan USG pada usia gestasi 18
minggu. Celah palatum tersendiri tidak dapat
terdiagnosa pada pemeriksaan USG antenatal karena
sulitnya melihat kedalam mulut janin. Ketika diagnose
antenatal dipastikan, dokter mungkin menawarkan
prosedur untuk pengambilan sampel cairan

amnion(amniocentesis) untuk dianalisa lebih lanjut
tentang abnormalitas yang mengindikasi janin
mewarisi syndrome genetic yang dapat mengakibatkan
kelainan congenital pada janin. (Mayo, 2012).
F. Penatalaksanaan
Masalah yang paling mendesak adalah proses
makan. Segera setelah lahir, bayi dipasangi penutup
plastic yang cocok untuk pengendalian cairan,
memberikan bidan referensi untuk pengisapan dan
menjaga stabilitas segmen-segmen arkus lateral.
Pertumbuhan arkus gigiyang cepat memerluka
pengukuran alat penutup yang berulang0ulang setiap
beberapa minggu.Putting artificial lunak dengan
lubang yang besar berguna pada penderita celat
palate.Penderita pada celah bibir (sumbing) murni
mungkin dapat minum ASI (Arvin, 2008).

Pada Umumnya sumbing dapat diperbaiki
sedini mungkin selama masa bayi, sebelum memasuki
fase anak dan berat badan bayiminimal5 kg dengan

kadar hemoglobin 10mg/dl. Penutupan cleft palatum
lunak dengan sliding flap pharyngeal, dianjurkan pada
usia 1 tahununtuk membantu mendorong
perkembangan bicara yang normal. Obturator palatal
sering sering dibuat untuk bayi sumbing palatung yang
mengalami kesukaran menyusu atau mengalami
gangguan masuknya makan atau cairan melalui rongga
hidung. Evaluasi bicara dan pendengaran yang dini
sangat dianjurkan dan alat bantu pendengaran sering
digunakan untuk mencegah timbulnya masalah belajar
pada anak dengan sumbing palatum yang seringkali
mendapatkan serangan ototis media.(Sudiono,2008).
Operasi plastic cara Z adalah tekhnik yang
paling sering digunakan. Garis jahitan yang diatur
berguna untuk memperkecil takik bibir akibat retraksi
jaringan parut.Perbaikan pertama dapat direvisi pada
umur 4-5 tahun.Di beberapa pusat kesehatan, operasi
perbaikan pada hidung ditunda sampai remaja.Operasi
hidung sering kalidilakukan pada saat perbaikan
bibir.Hasil kosmetiknya tergantung pada luas

deformitas asliny, tidak ada infeksi, dan ketrampilan
yang mengoperasi (Arvin, 2008). Tata laksana dapat
meliputi beberapa hal, yaitu :
1. Terapi Bedah
Operasi cleft lip biasanya diawali dengan penutupan bibir awal
dan dilakukan pada saat bayi berusia 10 minggu atau lebih. Pada
banyak kasus, jaringan di area sekitar cleft digabung untuk menutup
area yang terbelah. Hal yang penting dari proses bedah meliputi
pemisahan dan reposisi otot bibir untuk membentukotot sirkular
disekitar mulut yang dapat membuat bibir bisa mengkerucut.
Penanganan dilakukan untuk memelihara fungsi rongga mulut usahan
mempertahankan perkembangan dan pertumbuhan normal. Agar hasil

koreksi celah bibir memuaskan maka perlu diperhatikan criteria
sebagai berikut :
a) Penyatuan kulit, otot dan membrane mukosa yang
b)
c)
d)
e)


cermat
Dasar cuping hidung simetris
Lubang hidung simetris
Bibir harus mencuat
Jaringan parut minimal. Metode yang dapat digunakan
untuk operasi celah bibir bilateral yaitu Barsky, Straight
Line Closure, Millard Manchester.

2. Perawatan telingan dan pemeriksaan pendngaran
Anak dengan cleft palate beresiko tinggi infeksi telinga. Hal ini
karena ketidakadekuatan fungsi dari otot palatal yang membuka
saluran eustachius.Ketika saluran eustachius tidak membuka dengan
baik dan efektif, udara tidak dapat masuk ke telinga tengah
mengakibatkan pembentukan cairan menumpuk di telinga
tengah.Kondisi ini disebut otitis media.Akumulasi cairan dapat
menimbulkan infeksi. Oleh karena itu anak denga cleft palate harus
memeriksakan teinganya sedini mungkin.
3. Perawatan Mulut dan Gigi
Perawatan dimulai saat gigi pertama kali tumbuh. Biasanya,

gigi yang pertama kali tumbuh adalah gigi seri bagian tengah bawah
pada usia 6-9 bulan.Gigi tengsh atas mengikuti setelahnya pada usia 810 bulan. Gigi bayi dengan cleft biasanya dapat tumbuh semua namun
terkadang mereka kehilangan beberapa gigi permanennya. Gigi yang
hilang ini dapat diidentifikasikan selanjutnya dengan x-ray (CPF,2010).
4. Terapi bicara dan Berbahasa
Tujuan utama operasi palatum adalah untuk mendapatkan
kualitas bicara yang baik disuia sedini mungkin.Sang anak mungkin
saja mengalami keterlambatan dan pertkembangan bahasa, misalnya
pengucapan kata pertama mungkin tidak begitu jelas dan tidak bisa
dipahami sehingga tidak mendapatkan umpan balik dari orang tua.
Oleh karena itu perlu adanya evaluasi terjadwal saat anak usia 3-6
bulan dan dilanjutkan saat usia anak 6-12 bulan.(CPF,2010).
G. Pengkajian Fokus

1. Biodata pasien dan biodata penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien menderita insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa
embrional.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pengaruh obat tetatologik termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal,kecanduan
alkohol.
4. Riwayat keluarga
Anggota keluarga ada yang bibir sumbing.
5. Pemeriksaan Fisik
a) Mata
1)

Keadaan konjungtiva

2)

Keadaan sclera

3)

Keadaan lensa

1)

Kemampuan penglihatankepekaan penciuman

2)

Adanya polip/hambatan lain pada hidung,

b) Hidung

adanya pilek.
c) Mulut dan Bibir
1)

Warna bibir

2)

Apakah ada luka

3)

Apakah ada kelainan

1)

Keadaan vena jugularis

2)

Apakah ada pembesaran kelenjar

d) Leher

e) Teling
1) Bentuk telinga
2) Kepekaan pendengaran
3) Kebersihan telinga
f)Paru dan jantung
1) Bentuk dan irama napas
2)

Keadaan jantung dan paru-paru

g) Abdomen
1) Ada kelainan atau tidak
2) Bentuknya supel atau tidak
h) Genitalia
1) Kebersihan daerah genetalia
2) Ada edema atau tidak
3) Keadaan alat genetalia
i) Ekstermitas atas dan bawah
1) Bentuknya normal atau tidak
2) Tonus otot kuat atau lemah
j) Kulit
1) Warna kulit
2) Turgor kulit
k) Pengkajian Perpola
1) Aktivitas / istirahat
Sulit mengisap Asi
Sulit menelan Asi
Bayi rewel,menangis
Tidak dapat beristirahat dengan tenang dan nyaman
2)

Sirkulasi
Pucat
Turgor kulit jelek

3)

Makanan / cairan
Berat badan menurun
Perut kembung
Turgor kulit jelek, kulit kering

4)

Neurosensori
Adanya trauma psikologi pada orang tua
Adanya sifat kurang menerima, sensitif

5)

Nyaman / nyeri
Adanya resiko tersedak
Disfungsi tuba eustachi
Adanya garis jahitan pada daerah mulut

H. Diagnosa Keperawatan
1. Pra Bedah
a) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan atau kesulitan menelan sekunder dengan kecacatan pada
daerah palatum.

b) Resiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan
c) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
penyakit.
2. Pasca bedah
a) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
b) Resiko infeksi berhubungan dengan insisi luka pasca pembedahan
c) Resiko trauma pada tempat pembedahan yang berhubungan dengan peregangan
pada jahitan.
I. Perencanaan Keparawatan
1. Pre Bedah
a) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan atau kesulitan menelan sekunder dengan kecacatan pada
daerah palatum.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama….x….jam, diharapkan
berat badan seimbang.
Kriteria hasil :
Anak dapat mepertahan kan status nutrisi yang ditandai dengan kenaikan berat
badan bulanan (1/2 hingga 1 kg). Anak dapat menghabiskan makanan sesuai
dengan porsi yang disediakan.
Intervensi :
1) Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
2) Monitor dan observasi kemampauan menelan dan menghisap pada anak
3) Tempatkan botol dot di dalam mulut bayi, pada sisi berlawanan dari celah,
kearah belakang lidah
4) Posisikan bayi tegak atau semi fowler
5) Gunakan dot botol yang lunak
b) Resiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan
Tujuan : anak tidak akan mengalami aspirasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama... x... jam
Kriteria Hasil : Menunjukkan peningkatan menelan, berorientasi terhadap
asupan oral dan sekresi tanpa spirasi bertoleransi terhadap pemberian parenteral
tanpa aspirasi.
Intervensi ;
1) Jelaskan pada orang tua cara/tekhnik menyusui yang benar
2) Tempatkan anak pada posisi semi fowler
3) Gunakan dot khusus yang agak panjang
4) Sediakan kateter penghisap disamping tempat tidur dan lakukan
penghisapan selama makan sesuai dengan kebutuhan
5) Pantau status pernafasan
c) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
penyakit.
Tujuan : Rasa cemas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan....x....jam

Kriteria hasil :
mencari informasi untuk menurunkan kecemasan
menghindari sumber kecemasan bila mungkin
menggunakan tekhnik relaksasi untuk menurunkan kecemasan
Intervensi ;
1) Jelaskan pada keluarga keadaan yang diderita pasien
2) Kaji tingkat kecemasan keluarga
3) Berikan penyuluhan pada keluarga tentang penyakit dan proses
penyembuhan
4) Anjurkan keluarga mengungkapkan dan atau mengekspresikan perasaan
(menangis)
2. Post Bedah
a) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
Tujuan : anak mengalami tingkat kenyamanan yang optimal setelah dilakukan
tindakan ....x.... jam
Kriteria Hasil : bayi tampak nyaman dan beristirahat dengan tenang.
Intervensi :
1) Kaji pola istirahat bayi/anak dan kegelisahan
2) Beri stimulasi belaian dan pelukan
3) Libatkan orang tua dalam merawat bayi/anak
4) Berikan analgesic sesuai program
b) Resiko infeksi berhubungan dengan insisi luka pasca pembedahan
Tujuan : bayi/anak tidak mengalami infeksi setelah dilakukan tindakan
keperawatan ... x... jam
Kriteria hasil :
Mencegah infeksi ; terbebas dari tanda dan gejala infeksi
Menunjukkan hygiene pribadi adekuat
Menggambarkan factor yang menunjang penularan infeksi
Intervensi :
1) Jelaskan pada orang tua penyebab dari resiko infeksinya
2) Berikan posisi yang tepat setelah makan, miring kanan, kepala agak
sedikit tinggi, supaya tidak tersedak dan mencegah pneumonia
3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic profiklaksis
4) Observasi tanda-tanda infeksi seperti bau, keadaan luka, keutuhan
jaringan.
5) Lakukan perawatan luka pasca operasi dengan aseptic.
c) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
penyakit.
Tujuan : anak tidak mengalami trauma pada tempat pembedahan
Kriteria hasil : dapat menangani secret yang keluar dan susu formula tanpa
aspirasi
Intervensi :
1) Gunakan tekhnik pemberian susu yang non traumatic

2)
3)
4)
5)
6)

Pertahankan alat pelindung bibir
Hindari penggunaan alat didalam mulut sesudah operasi
Bersihkan jahitan operasi dengan hati-hati sesudah pemberian susu
Cegah bayi agar tidak menangis dengan keras
Ajarkan prosedur membersihkan dan menahan gerakan bayi yang
mengenai luka operasi jika bayi dipulangkan sebelum jahitan luka dilepas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arvin, Behrman Klirgman (1999).Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15 Vol 2.
Jakarta: EGC
2. Betz, Cecily & Linda A.Sowden.2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri,Ed.5.
Jakarta: EGC
3. Brooker, Chris.2009.Ensiklopedia Keperawatan.Jakarta: EGC
4. Cleft Palate Foundation.(2008). Cleft Surgery. Chapel Hill.CPF Publications
Commite
5. Cleft palate Foundation. (2010). Your baby’s First Year. Chapel Hill: CPF
Publications Commite
6. Fried, George H dan Hademenos, George J.2006.Schaum’s Outlines Biologi Edisi
kedua.jakarta: PT Gelora Aksara Pratama