BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Hubungan Tipe Kepribadian Extroversion dan Agreeableness dengan Kecenderungan Perilaku Prososial Suku Batak Toba

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Batak adalah salah satu suku di Indonesia di mana sebagian besar

  masyarakatnya bermukim di Sumatera Utara. Suku yang dikategorikan sebagai Batak adalah Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Mandailing, dan Batak Angkola. Kategori tersebut dibagi berdasarkan nama daerah asalnya misalnya Batak Toba mendiami daerah Toba, Batak Karo mendiami daerah Karo, Batak Simalungun mendiami daerah Simalungun (Novelita, 2011).

  Berdasarkan sejarah suku Batak di Indonesia yang disebutkan pada

  website resmi Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia (2014),

  dikatakan bahwa kedatangan bangsa Belanda ke tanah Batak membuat kelompok- kelompok suku Batak terpecah. Istilah “Tanah Batak” dan “rakyat Batak” sendiri diciptakan oleh pihak asing tersebut. Pada awalnya semua orang Batak baik Karo,

  Angkola, maupun Mandailing mengakui dan menyebut dirinya sebagai “Batak”, namun sebagian dari mereka (sebagian orang Karo, Angkola, dan Mandailing) tidak mau menyebut dirinya sebagai

  “Batak” karena pada umumnya istilah “Batak” dipandang rendah oleh bangsa lain (Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia, 2014).

  Wilayah Toba Samosir merupakan daerah asli yang didiami oleh suku bangsa Batak Toba dan menjadi pusat Tanah Batak dengan mayoritas penduduknya beragama Kristen (Siahaan, 2009).

  Suku Batak Toba sangat mahir dalam memaparkan hubungan kekerabatan yang dikaitkan dengan marga-marga. Solidaritas marga yang sangat kuat pada orang-orang Batak Toba sudah dikenal secara luas. Solidaritas marga atau antar marga, baik di dalam maupun di luar kampung halaman, tetap kuat terlihat dengan adanya punguan, perkumpulan marga dohot boruna, dan perkumpulan huta yang anggotanya terdiri dari beberapa marga (Sianipar, 2008). Simanjuntak (2000) menyatakan bahwa sistem sosial Batak Toba mendukung terciptanya persatuan, solidaritas, dan persamaan dalam kehidupan suku Batak Toba (dalam Sianipar, 2008).

  Maradat adalah salah satu falsafah suku Batak Toba yang dimaknai

  sebagai adanya adat-istiadat dengan pelaksanaan dalihan natolu (arti: tiga tungku), yang bermakna kebersamaan yang cukup adil dalam kehidupan masyarakat Batak Toba. Hal tersebut menunjukkan bagaimana orang Batak Toba berdemokrasi, saling menghargai, mengasihi, membantu, saling terbuka, jujur, dan saling koreksi (Lumbantoruan, 2010).

  Berkaitan dengan prinsip saling membantu dalam maradat tersebut, suku Batak Toba mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam.

  Dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan, di mana sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah masing-masing anggota secara bergiliran (Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia, 2014).

  Jan Pieter Sitanggang (2009) dalam bukunya yang berjudul “Batak Namarserak” menyatakan sebuah ungkapan dalam bahasa Batak yang berkaitan dengan sistem sosial budaya Batak Toba, yakni “sisoli-soli do uhum, siadapari do

  gogo

  ”, artinya “timbal balik adalah kebiasaan hukum, saling mempertukarkan bantuan dalam kerja merupakan kekuatan”. Maksud dari ungkapan ini adalah kebiasaan hukum atau adat dalam masyarakat Batak menciptakan adanya hak dan kewajiban (tolong-menolong) yang timbul dari prinsip timbal balik (Sitanggang, 2009).

  Serikat Tolong Menolong (STM) menjadi salah satu bentuk perkumpulan yang erat kaitannya dengan masyarakat Batak Toba. Suku Batak Toba ini membentuk kelompok-kelompok marga yang disebut STM yang bertujuan untuk mempererat hubungan yang satu dengan yang lain dalam kelompok marga, baik di saat suka maupun duka. Sampai saat ini, sistem kekerabatan yang demikian kental masih dapat terlihat di dalam kehidupan suku Batak Toba meskipun mereka berada di perantauan atau di luar daerah asal tempat mereka dilahirkan (Marice, 2011).

  Sistem kekerabatan yang terjalin atas dasar “marga” tersebut menjadikan perilaku saling menolong sebagai hal yang sangat terlihat dalam lingkungan sosial orang Batak Toba. Tindakan menolong atau membantu pada suku Batak Toba tersebut dapat dikategorikan sebagai bagian dari perilaku prososial yang hadir dalam sistem sosial suatu kelompok masyarakat.

  Perilaku prososial merupakan perilaku yang mempunyai maksud untuk menyokong kesejahteraan orang lain (Spica, 2008). Staub (1978) mendefinisikan perlaku prososial sebagai segala bentuk perilaku yang memiliki konsekuensi positif bagi si penerima dalam bentuk materi, fisik ataupun psikologis, namun juga dapat memberikan keuntungan yang ditentukan maupun yang tidak ditentukan bagi pihak yang menolong. Perilaku prososial juga diartikan sebagai perilaku yang menguntungkan orang lain (Farikha, 2011). Zanden (1993) menyatakan bahwa perilaku prososial adalah cara merespon orang lain seperti simpati, kerjasama, menolong, menyelamatkan, menenangkan, dan tindakan memberi (Farikha, 2011).

  Mussen (1989) mendefinisikan perilaku prososial sebagai perilaku yang meliputi aspek-aspek seperti berbagi dengan orang lain (sharing), bekerjasama secara berkelompok (cooperating), bersedia menolong orang lain (helping), bersedia menyumbangkan sesuatu kepada orang lain (donating), dan berperilaku jujur terhadap orang lain (honesty). Perilaku prososial merupakan aspek yang penting dari kehidupan kita sehari-hari, dan perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor penentu.

  Staub (1978) mengkategorikan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya perilaku prososial, antara lain: (a) faktor situasi, (b) keadaan sementara si penolong, (c) hubungan dengan si penerima pertolongan, (d) karakteristik kepribadian, dan (e) proses psikologis.

  Para psikolog meyakini bahwa kepribadian seseorang yang dikombinasikan dengan kondisi sekitarnya merupakan penentu dari perilaku seseorang, dalam hal ini perilaku prososial (Staub, 1978). Kepribadian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku prososial seseorang.

  Schultz dan Schultz (1993) menyatakan bahwa kepribadian (personality) adalah sesuatu yang menetap dan merupakan sekumpulan karakteristik yang unik, yang mana memungkinkan mengalami perubahan dalam merespon sesuai dengan situasi-situasi yang berbeda. Teori Big Five Personality menggambarkan kepribadian berdasarkan 5 tipe. McCrae dan Costa (dalam Schultz & Schultz, 1993) menyebutkan tipe kepribadian Big Five terdiri dari neuroticism (meliputi:

  worried, insecure, nervous, highly strung ), extroversion (meliputi: sociable,

talkative, fun-loving, affectionate ), openness to experience (meliputi: original,

independent, creative, daring ), agreeableness (meliputi: good-natured, helping, softhearted, trusting, courteous ), dan conscientiousness (meliputi: careful, reliable, hardworking, organized ).

  Berdasarkan ciri masing-masing tipe tersebut, tampak bahwa tipe

  extroversion dan agreeableness yang memiliki keterkaitan dengan perilaku

  prososial. Hal tersebut dapat terlihat dari aspek-aspek perilaku prososial (Mussen, 1989) yang terdapat dalam kedua dimensi tersebut, yakni cooperating (kesediaan individu bekerjasama dengan orang lain) yang terdapat dalam dimensi

  extroversion , serta helping dan honesty yang terdapat dalam dimensi agreeableness .

  Extroversion yang disebut juga surgency, merupakan tipe kepribadian

  yang menilai kepribadian dari sudut pandang tingkah laku sosial, serta memprediksi perkembangan dari hubungan sosial. Tipe ini menunjukkan bagaimana intensitas seseorang beraktivitas bersama-sama dengan orang lain (cenderung bersama dengan orang lain). Agreeableness merupakan tipe kepribadian yang menilai kepribadian dari sudut pandang penyesuaian pada lingkungan sosial. Tipe ini berbicara tentang kecenderungan seseorang untuk bersama-sama dengan orang lain serta melakukan apa yang dibutuhkan orang lain (Friedman, 2006).

  Berkaitan dengan latar belakang penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya, peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan atau keterlibatan tipe kepribadian extroversion dan agreeableness dalam memprediksi perilaku prososial suku Batak Toba.

  B. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara tipe kepribadian extroversion dan

  • agreeableness dengan perilaku prososial pada suku Batak Toba?
  • perilaku prososial pada suku Batak Toba?

  Apakah ada hubungan antara tipe kepribadian extroversion dengan

  • perilaku prososial pada suku Batak Toba?

  Apakah ada hubungan antara tipe kepribadian agreeableness dengan

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan tipe kepribadian extroversion dan agreeablenees pada suku Batak Toba dengan perilaku prososial yang ada di dalam sistem sosial masyarakat Batak Toba.

D. MANFAAT PENELITIAN

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoritis maupun praktis, yaitu:

  1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu

  Psikologi, khususnya bidang Psikologi Sosial. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu dan dapat menjadi landasan untuk pelaksanaan penelitian-penelitian lanjutan mahasiswa atau pihak-pihak yang membutuhkan, terkait dengan tipe kepribadian extroversion dan agreeablenees, serta perilaku prososial pada suku Batak Toba.

  2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk : a.

  Memberikan informasi kepada setiap kalangan masyarakat Indonesia mengenai perilaku prososial pada suku Batak Toba yang ditinjau dari tipe kepribadian extroversion dan agreeablenees pada teori Big Five.

  b.

  Memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia mengenai bagaimana sistem sosial suku Batak Toba yang menjadikan perilaku prososial atau menolong sebagai landasan mempererat kekerabatan dalam kehidupan mereka.

  c.

  Memberikan informasi kepada masyarakat suku Batak Toba terkhusus kepada generasi muda Batak Toba saat ini, mengenai sistem sosial di budayanya yaitu perilaku prososial agar tidak mengabaikan, melupakan, atau menyingkirkan sistem yang melekat pada budaya mereka.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

  BAB I : Pendahuluan Berisi uraian singkat mengenai gambaran latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

  BAB II : Landasan Teori Berisi tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan. Menguraikan landasan teori tentang suku Batak Toba, Perilaku Prososial, dan Tipe Kepribadian Extroversion dan Agreeableness berdasarkan teori Big Five.

  BAB III : Metode Penelitian Berisi identifikasi variabel, definisi operasional, populasi dan metode pengambilan sampel, metode pengambilan data, dan metode analisa data penelitian.

  BAB IV : Analisa dan Pembahasan Berisi uraian mengenai analisa data dan pembahasan. Analisa data akan menjelaskan gambaran umum partisipan penelitian, hasil utama dan hasil tambahan penelitian. Pembahasan akan menjelaskan hasil keseluruhan penelitian dan dikaitkan dengan teori yang digunakan.

  BAB V : Kesimpulan dan Saran Berisi uraian kesimpulan dari hasil penelitian dan saran penelitian, yang meliputi saran metodologis dan saran praktis.