BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu - Pengaruh Pelayanan Program KB dan Pembinaan Keluarga Oleh PLKB terhadap Pencapaian Peserta KB Aktif di Badan KB Kabupaten Simalungun Tahun 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

  Penelitian tentang Survei Kebutuhan Pengembangan KIE Kabupaten Pemalang yang dilakukan oleh Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi Massa Universitas Diponegoro pada tahun 1998, menunjukkan bahwa ketersediaan lembaga-lembaga kesehatan, tenaga medis, para medis serta lembaga pelayanan KB sudah cukup memadai, yang sekaligus lembaga-lembaga tersebut berfungsi sebagai lembaga penyuluhan. Kesadaran Pasangan Usia Subur (PUS) dan remaja mengenai reproduksi sehat sebenarnya cukup tinggi tetapi tidak diikuti oleh kesadaran mengenai pembatasan jumlah jumlah anak dalam keluarga. Pasangan Usia Subur (PUS) juga hanya bersedia memilih alat kontrasepsi tertentu (suntik). Kesadaran tentang pendewasaan usia perkawinan (PUP) yang tinggi, juga tercermin dari pemahaman informan mengenai rata-rata usia perkawinan, batas usia melahirkan, dan kesadaran untuk menjarangkan jarak anak dengan menggunakan alat kontrasepsi.

  Oleh karena hal yang demikian itu diperlukan upaya intensif memanfaatkan media yang betul-betul disenangi serta dilakukan secara intensif dan berkesinambungan 2013)

  Penelitian lain mengenai Implementasi Kebijakan Program KB di Kabupaten Batang oleh Akhmad Zaeni tahun 2006 diperoleh hasil bahwa masih rendahnya kualitas sumber daya manusia, yang indikasinya masih adanya beberapa PLKB yang hanya berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di tingkat lapangan (kecamatan), hal ini berimplikasi pada pelaksanaan program yang tidak maksimal, yang umumnya mereka tunjukkan dengan keengganan implementator untuk meningkatkan kualitas diri. Kondisi demikian juga menjadikan isi pesan implementator sangat terbatas pada apa yang didapatkan tempo dulu. Dan Dimensi Lingkungan kebijakan ternyata juga mempunyai andil yang cukup besar dalam implentasi kebijakan peningkatan kesertaan KB pria di Kecamatan Gringsing. Hal menganggap bahwa KB merupakan perbuatan mutasyabihat (samar-samar, antara halal dan haram), sikap perempuan yang masih merasa dirinya harus yang lebih prihatin dan mengalah, serta ketakutan para ibu jika suaminya ikut MOP akan loyo libido seksnya atau mungkin mencari perempuan lain (jajan di luar). (Ahmad Zaeni, 2006)

2.2. Mekanisme Operasional (Mekop) Program KB

2.2.1. Pengertian Mekanisme Operasional (Mekop)

  Mekop adalah suatu rangkaian kegiatan yang satu sama lain saling berkaitan dan berlangsung secara terus menerus yang melibatkan seluruh potensi kecamatan, desa/kelurahan dalam upaya mencapai sasaran program KB secara berdaya guna dan berhasil guna.

  Mekop adalah forum komunikasi sosial dimana terdapat pemeran kelembagaan dan kegiatan yang disepakati untuk dilaksanakan ( BKKBN Prov Sumut, 2011).

2.2.2. Hakekat Mekop

  Hakekat Mekop menurut BKKBN provinsi Sumatera Utara (2011) adalah : 1. Suatu urutan kegiatan yang saling berkaitan dengan yang lain secara utuh dan integrative.

  Suatu forum komunikasi sosial antara unsur petugas dan pengelola KB dan KS serta masyarakat.

  3. Keputusan diambil didasarkan azas musyawarah.

  4. Kegiatan berlangsung secara terus menerus.

2.2.3. Tujuan Mekop 1.

  Umum Memantapkan kualitas pengelolaan program KB nasional khusunya di lini lapangan yang mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian

2. Khusus a.

  Semakin mantapnya kesepakatan operasional program KB nasional lini lapangan b.

  Semakin mantapnya pelaksanaan operasional advokasi dan KIE serta pelayanan program KB Nasional c.

  Semakin mantapnya kemampuan petugas dan pengelola dalam pelaksanaan pencatatan, pelaporan, pembinaan dan evaluasi program KB Nasioanal.

2.2.4 Sasaran dan Cakupan 1.

  Sasaran : Petugas dan pengelola program KB Nasional baik dari unsur Pemerintah, LSM, Insitusi Pemerintah dan Swasta 2. Cakupan : Tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan

  Desa/Kelurahan

2.3. Pengertian PLKB

  Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) adalah staf SKPD Badan KB Kabupaten/Kota yang bertugas melaksanakan, mengelola, dan menggerakkan masyarakat dalam program KB di tingkat Desa/ Kelurahan, baik yang berstatus sebagai penyuluh Keluarga Berencana (PKB).

  2.3.1. Kedudukan PLKB

  PLKB adalah aparat pemerintah staf SKPD Badan KB Kabupaten dan Kotamadya yang berkedudukan di desa atau di Kelurahan dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawab melakukan kegiatan penyuluhan, penggerakan, pelayanan, evaluasi, dan pengembangan Program KB Nasional serta kegiatan program pembangunan lain yang ditugaskan oleh pemerintah daerah di wilayah kerjanya.

  2.3.2. Peran PLKB

  PLKB memiliki peran, baik sebagai pelaksana, pengelola, maupun penggerak dalam pelaksanaan Program KB Nasional di Desa atau di Kelurahan yang dioperasionalkan melalui fungsi dan tugas.

  2.3.3. Profil PLKB

  Profil PLKB adalah sosok atau tampilan PLKB yang tercermin melalui sifat, sikap, dan keterampilan teknis dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

  2.3.4. Sepuluh Fungsi (Langkah) PLKB/ PKB 1.

  Pendekatan Tokoh Formal a.

  Sasaran Tokoh Formal Tingkat Kecamatan meliputi : 1.

  Camat dan perangkat camat Danramil 3. Kapolsek 4. Dinas Instansi yang ada Tingkat Kec.

  5. Sasaran Tokoh formal Tingkat Desa / Kel.

  6. Kepala Desa / Kelurahan 7.

  Kepala lingkungan ,RT/RW 8. Seluruh Perangkat Desa 9. Bidan Desa ,dll 2. Pendataan dan Pemetaan

  Pendataan dan penilain adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan, mencatat, menyajikan menganalisa data.

  Sasaran pendataan penilaian adalah : 1.

  Data potensi wilayah tingkat kec. dan Desa / Kelurahan

  2. Pendataan R/I/PUS (Register pembinaan PUS dan Peserta KB bagi seluruh keluarga) sistem informasi kependudukan dan keluarga (SIDUGA) dan R/II/PUS (Rekapitulasi hasil pendattaan keluarga) 3. Pendekatan Tokoh Informal

  Pendekatan Tokoh Informal adalah untuk menciptakan hubungan kerja yang akrab antara PPLKB(Pengendali PLKB yang brada dikecamatan), PLKB (Petugas lapangan KB yang berkedudukan di desa/kelurahan yang mempunyai wilayah binaan) Informal, sehingga para Tokoh Informal dapat mendukung secara aktif pelaksanaan program.

  a.

  Sasaran tokoh informal tingkat kecamatan dan desa/kelurahan adalah: 1.

  Tokoh Agama 2. Tokoh Adat 3. Tokoh Masyarakat 4. Ketua PKK 5. Tokoh Organisasi Pemuda 6. Tokoh Wanita b. Bentuk pertemuan 1.

  Kunjungan rumah 2. Pertemuan perorangan 3. Pertemuan kelompok c.

  Meteri yang di bicaraka 1.

  Menjelaskan rencana kegitan 2. Mohon restu dan dukungan 3. Mohon kesediaan untuk berperan dalam pelaksanaan kegiatan.

4. Pembentukan Kesepakatan

  Pembentukan kesepakatan adalah suatu proses kegiatan yang harus di laksanakan PPLKB, PLKB guna memperoleh kesepakatan politis di antara peminpin formal dan informal di tingkat Desa / Kelurahan.

  a.

  Sasaran kesepakatan teknis 1.

  Penumbuhan PPKBD dan Sub PPKBD 2. Pelaksanaan tehnis , pengelola mitra kerja dinas instansi terkait 3. Pertemuan rutin IMP /PPKBD dan Sub PPKBD 4. Rapat koordinasi (Rakoor ) Kecamatan 5. Rapat koordinasi (Rakoor ) Desa 6. Miniloka karya KB b. Sasaran kesepakatan teknis 1.

  Surat keputusan 2. Buku petunjuk dan kebijakan lainnya 3. Rapat-rapat koordinasi c. Materi yang disampaikan 1.

  Evaluasi kegiatan bulanan, triwulan dan tahunan 2. Pembahasan permasalahan yang di hadapi 3. Rencana kegiatan

5. Penegasan Kesepakatan

  Penegasan kesepakatan adalah suatu langkah PPLKB, PLKB untuk memantapkan para penanggung jawab, pendukung pelaksanaan program agar aktif sesuai dengan kesepakatan yang telah disahkan dalam forum pertemuan.

  Sasaran penegasan kesepakatan: 1.

  Melalui surat 2. Kunjungan rumah perorangan atau kelompok Kunjungan dinas ke kantor 6. KIE oleh Tokoh Masyarakat

  KIE dan motivasi adalah suatu proses penyampian pesan program kepada sasaran yang telah ditetapkan untuk meningkatkan pengetahuan dan penumbuhan motivasi sasaran agar mau melaksanakan program.

  a.

  Sasaran KIE 1.

  Seluruh masyarakat.

2. Keluarga peserta KB 3.

  Peserta KB 4. PUS yang bukan peserta KB 5. Tokoh masyarakat, Tokoh organisasi b. Bentuk kegiatan melalui 1.

  Media massa 2. Media cetak 3. Media elektronik

4. Media tradisional 5.

  Wawan muka, kelompok & individual 7. Penyiapan Kader dan Penumbuhan IMP

  Penyiapan kader dan penumbuhan IMP adalah suatu upaya untuk melibatkan peran aktif warga masyarakat dalam mengelola melaksanakan program KB dan KS di wilayah masing-masing.

  Sasaran: Masyarakat yang berpengaruh.

  2. Peserta KB yang sukarela dan berperan aktif.

  3. Tokoh masyarakat, Tokoh pemuda 8. Pelayanan Program

  Pelayanan program adalah berbagai pelayanan yang di berikan kepada masyarakat dalam pelaksanaan program KB/KS, sehingga terpenuhi masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.

  Bentuk kegiatan adalah : 1.

  Pelayanan Alat Kontrasepsi.

  2. Pelayanan Tribina (Ketahanan Keluarga ).

  3. Pelayanan Pemberdayaan Ekonomi Keluarga.

  4. Pelayanan program KB/KR dan KS/PK pada umumnya baik di Tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan 5. Program KKR (Kesehatan Reproduksi Remaja) dan GenRe 6. Pelayanan adminstrasi.

9. Pembinaan Keluarga

  Pembina keluarga adalah memantapkan aspek pengetahuan keterampilan dan aspek motivasi dari berbagai unsur masyarakat,organisasi para kader di tingkat kecamatan dan tingkat desa kelurahan dalam rangka pelaksanaan program KB dan KS yang di sepakati.

  a.

  Sasaran 1.

  Tokoh formal , tokoh informal Institusi masyarakat 3. Para pengelola kelompok 4. Para kader yang ada di tingkat kecamatan dan tingkat desa/kelurahan RT, RW.

  b.

  Kegiatan pembinaan 1.

  Kunjungaan rumah perorangan dan kelompok.

  2. Pertemuan.

  3. Rapat koordinasi.

  4. Staf meeting.

  5. Diakusi.

  6. Pelatihan 10. Pencacatan dan Pelaporan

  Pencatatan dan pelaporan adalah kegiatan untuk mencatat dan melaporkan seluruh rangkaian kegiatan yang di laksanakan tingkat kecamatan, desa / kelurahan dan dilaporkan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

  Sasarannya meliputi: 1.

  Para petugas KB Tingkat Kecamatan 2. Para petugas KB Tingkat Desa/Kelurahan.

3. Para petugas klinik KB 4.

  Para PPKBD , Sub PPKBD dan poktan-poktan 5. Kegiatan -kegiatan operasional KB /KS

2.4. Keluarga Berencana (KB)

2.4.1. Defenisi KB

  Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kelahiran, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk menwujudkan keluarga berkualitas (Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009).

  KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawina, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, penigkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujdakan keluarga kecil Bahagia Dan Sejahtera (BKKBN, 2007)

  Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008).

  Secara umum KB dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat dengan aborsi (Suratun, 2008).

2.4.2. Tujuan KB

  Menurut Suratun (2008) Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan: a.

  Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan laju pertumbuhan penduduk (LPP) dan hal ini tentunya akan diikuti dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87 menjadi 2,69 per wanita (Hanafi, 2002). Pertambahan penduduk yang tidak terkendalikan akan mengakibatkan kesengsaraan dan menurunkan sumber daya alam serta banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan pangan dibandingkan jumlah penduduk. Hal ini diperkuat dengan teori Malthus (1766-1834) yang menyatakan bahwa pertumbuhan manusia cenderung mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret hitung. b.

  Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.

  c.

  Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.

  d.

  Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.

  e.

  Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi

2.4.3. Manfaat Usaha KB Dipandang dari Segi Kesehatan

  Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita (Suratun, 2008).

  • a.

  Manfaat Keluarga Berencana Bagi Individu dan Keluarga

  Mendukung kesehatan reproduksi Kesehatan reproduksi adalah kondisi sejahtera, secara fisik, mental, dan sosial secara sempurna, serta bukan hanya terhindar dari kesakitan dan kecacatan, baik pada alat, sistem, pungsi, dan proses reproduksi sehingga memungkinkan setiap orang hidup produktip secara biologis, sosial, dan ekonomis.

  Kesehatan dan psikolgis bagi ibu:

  b.

  • Mencegah anemia (kurang darah). Kandungan zat besi yang ada pada salah satu alat/obatkontrasepsi (pil kombinasi ) dapat mencegah resiko anemia berat, sehingga dengan ber KB, ibu dapat menjaga kesehatan imbangi dengan asupan gizi yang memadai. Sehingga resiko kesakitan dan kemtian ibu dapat di turunkan.
  • Mencegah pendarahan yang terlalu banyak setalah persalinan.
  • Dengan ber-KB setelah melahirkan, seorang ibu dapat mencegah terjadinya pardarahan setelah melahirkan, serta mempercepat pulihnya kondisi kesehatan rahim
  • Mencegah Kehamilan Tidak Diinginkan ( KTD )
  • Dengan ber KB keluarga dapat merencanakan dan mengatur kelahiran anak-anaknya, dengan menghindari kehamilan’’4 Terlalu’’ (terlalu muda, terlalu tua umur ibu, terlalu dekat jarak kelahiran, dan terlalu sering melahirkan). Menghindari kehamilan yang tidak/belum di inginkan akan menurunkan resiko kesakitan dan kematian ibu.
  • Mendekatkan ibu terhadap pelayanan pemeriksaan kesehatan.
  • waktu luang untuk menperhatikan kebutuhan suami, melayani suami dengan penuh kemesraan , tanpa takut hamil, serta untuk dapat diskusi dan bicara semua permasalahan dengan suami. Juga mempunyai waktu yang cukup untuk merawat dan mendidik anak-anaknya dengan baik.

  Meningkatkan keharmonisan keluarga, karna ibu mempunyai cukup

  c.

  Kesehatan dan psikologis bagi anak Mencegah kurang gizi.

  • Tumbuh kembang anak labih terjamin. Kebutuhan ASI eksklusip 6 bulan terpenuhi.
  • d.

  Ekonomi Mengurangi biaya kebutuhan rumah tangga .Dengan ber KB , minimal tidak menambah anggota baru dalam keluarganya, sehingga keluarga lebih leluasa dalam mengatur biaya kebutuhan sehari-harinya ,biaya pendidikan anak, perawatan kesehatan bagi anggota keluarganya, dll.

  Bagi ibu yang menggunakan cara KB MAL, Mengurangi pengeluaran keluarga untuk membeli alat/obat kontrasepsi minimal 6 bulan.

  Meningkat kan pendapatan ekonomi keluarga. Dengan mengatur jarak kelahiran antar anak, anggota keluarga mempunyai peluang usaha lebih leluasa, misalkan ikut dalam kelompok usaha UPPKS, dsb. e. Sosial Budaya Meningkatkan kesempatan bermasyarakat. dengan ber-KB, ibu memiliki kesempatan dan waktu yang lebih banyak untun bersosialisasi dan aktif pada kegiatan sosial di masyarakat. Meningkatkan peran ibu dalam penggambilan ke putusan kelurga. Dengan ber KB, Ibu mempunyai kesempatan dan berkontribusi sebagai nitra yang setara dalam pengambilan keputusan,baik keputusan dalam anak yang dikehendaki,maupun keputusan di luar rumah tangga nya. (Jurnal keluarga informasi kependudukan dan KB, desember 2011).

2.5. Kontrasepsi

  Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan (Suratun, 2008).

  Kontrasepsi adalah obat/alat untuk mencegah terjadinya konsepsi (kehamilan) jenis kontrasepsi ada sua macam yaitu kontrasepsi yang mengandung hormonal (pil, sunti dan implan) dan kontrasepsi non-hormonal (IUD, Kondom)

  2.5.1 Syarat-Syarat Kontrasepsi

  Hendaknya Kontrasepsi memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya b. Efek samping yang merugikan tidak ada Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan d. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan e.

  Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya f. Cara penggunaannya sederhana g.

  Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas h. Dapat diterima oleh pasangan suami istri

  2.5.2 Cara-Cara Kontrasepsi

  Cara-cara kontrasepsi dapat dibagi menjadi beberapa metode:

  a. Pembagian menurut jenis kelamin pemakai 1) Cara atau alat yang dipakai oleh suami (pria) 2) Cara atau alat yang dipakai oleh istri (wanita)

  b. Menurut pelayanannya 1) Cara medis dan non-medis 2) Cara klinis dan non- klinis

  c. Pembagian menurut efek kerjanya

  1) Tidak mempengaruhi fertilitas 2) Menyebabkan infertilitas temporer (sementara) 3) Kontrasepsi permanen dengan infertilitas menetap

  d. Pembagian menurut cara kerja alat/cara kontrasepsi 1)

  Menurut keadaan biologis: senggama terputus, metode kalender, suhu badan dll 2)

  Memakai alat mekanis : kondom, diafragma, Memakai obat kimiawi : spermisida

  4) Kontrasepsi intrauterina : IUD

  5) Hormonal : pil KB, suntikan KB, dan alat kontrasepsi bawah kulit

  (AKBK) 6)

  Operatif : tubektomi dan vasektomi

  e. Pembagian umum dan banyak dipakai adalah 1)

  Metode merakyat : senggama terputus, pembilasan pasca senggama, perpanjangan masa laktasi 2)

  Metode tradisional : pantang berkala, kondom, diafragma dan spermisida 3)

  Metode modren a) Kontrasepsi hormonal : pil KB, suntik KB, alat kontrasepsi bawah kulit.

  4) Kontrasepsi intrauterina : IUD

  5) Metode permanen operasi : tubektomi pada wanita dan vasektomi pada pria

Tabel 2.1. Jenis-Jenis Alat dan Obat Kontrasepsi yang Beredar Diadakan dalam Program Kb di Indonesia No. Sediaan Komponen Estrogen Komponen Progrestin Keterangan 1. Pil Kombinasi

  a. Microgynon 30 ED 30 µg Etinil Estradiol 150µg Levonogestrel, 1bliSTER @ 21 tablet hormone dan 7 plasebo Tersedia kontrasepsi program b. Mycrogynon 20 ED 20 µg Etinil Estradiol

  100 µg Lenovogestrel Tak tersedia di program c. Yasmin 0,03 µg Etinil Estradiol

  3 mg Drosperinone Tak tersedia di program Estradiol levonogestrel di program

  e. Microdinol 0,03 µg Etinil Estradiol 0.15 mg norgestrol Tak tersedia di program f. Lyndinol 30 µg Etrinil Estradiol

  2.5 mg lynestrenol Tak tersedia di program g. Gynera 30 µg Etrinil Estradiol

  75 µg Getodene Tak tersedia di program h. Mercilon 28 20 µg Etrinil Estradiol

  150 µg Desogestrel Tak tersedia di program i. Marvelon 28 30 µg Etrinil Estradiol

  150 µg Desogestrel, iblister @ 21 tablet hormone dan 7 placebo

  Tak tersedia di program j. Triquilar 30 µg Etrinil Estradiol

  50 µg Levonogestrel Tak tersedia di program 40 µg Etrinil Estradiol

  125 µg levonogestrel Tak tersedia di program

  2. Minipil Progestin only a.Exluton 0.5 mg lynestrenol, 1 blister @ 28 tablet Tak tersedia di program

b.Cerazette 75 µg Desogestrel Tak tersedia

di program

c. Pil

  • Medroksi Progesteron Asetat tablet 5 mg
  • Medroksi Progesteron Asetat 10 mg Tak tersedia di program
Tabel 2.1 (Lanjutan)

  Komponen Komponen No. Sediaan Keterangan Estrogen Progrestin

3. Injeksi Gestagen

  (depo injeksi) a.Depo Provera 150 mg Medroksi Tak tersedia Progesterone Asetat di program inj,1 Vial @1 ml

  

b. Depo 150 mg Medroksi Tersedia

Progesterone Asetan program Inj, 1 vial @ 3 ml kontrasepsi

  4. Injeksi Kombinasi Cyclofem 10 mg Estradiol 50 mg Medroksi Tak tersedia Cypionat Progesterone Asetat di program 5 mg Estradiol 25 mg Medroksi Tak tersedia Cypionat Progesterone Asetat, di program 1 vial @ 0,5 ml

  5. Implan Norplant 36 mg levonorgestrpl Tak tersedia di program Implanon 68 mg Etonogestrol Tak tersedia di progam 75 mg Levonogestrol Tersedia Kontrasepsi program

  6. AKDR Mirena 50 mg Levogestrol Tak tersedia di program Copper T Tersedia kontrasespsi program

  Sumber : BKKBN 2010

2.6 Akseptor KB

  Peserta Keluarga Berencana atau akseptor peserta KB yaitu pasangan usia subur (PUS ) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi. Peserta KB baru atau akseptor Baru pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan alat/obat kontrasepsi atau pus yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.

  Peserta KB aktif atau akseptor aktif Pasangan Usia Subur (PUS) yang pada saat ini sedang menggunakan salah satu alat atau obat kontrasepsi. Peserta KB Aktif adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang saat ini menggunakan salah satu alat kontrasepsi tanpa di selingi ke hamilan. Akseptor peserta KB yaitu pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi. Akseptor aktif obat kontrasepsi. Akseptor Baru pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan alat/obat kontrasepsi atau pus yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau Abortus. Akseptor dini para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 2 mggu setelah melahir kan atau abortus.

  Akseptor dropout akseptor yang menhentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN Jakarta 2007). Akseptor dini adalah para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus Akseptor drop out adalah akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN,2007 )

  Unmet Need adalah PUS yang ingin ber KB namun belum dapat terlayani

  (BKKBN,2011) Unmet Need adalah proporsi wanita usia subur dalam status kawin yang tidak menggunakan alat kontrasepsi meskipun merka menyatakan ingin menunda atau menjarangkan anak (defenisi standar) : dan atau mereka yang “unmeet need” karena resiko kesehatan dan pemakaian kontrasepsi yang buruk tidak menginginkan tambahan anak (membatasi kelahiran).( BKKBN, 2007).

  PUS Bukan Peserta KB adalah pasangan usia subur (PUS), yang saat ini tidak menggunakan salah satu alat kontrasepsi di karenakan:

1. Hamil 2.

  Ingin anak segera adalah Pasangan Usia Subur (PUS), yang belum punya anak atau punya anak pertama berumur minimal 3 tahun, menginginkan

  3. Ingin anak ditunda adalah pasangan suami- istri yang istri berumur antara 15 sampai 49 tahun dan sedang tidak menggunakan kontrasepsi, masih menginginkan anak tetapi di tunda (2 tahun ke atas).

  4. Tidak ingin anak lagi adalah pasangan suami – istri yang istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun tidak menginginkan anak lagi dan tidak menggunakan alat kontrasepsi.

2.6.1. Akseptor KB Menurut Sasarannya

  Menurut Suratun (2008) akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu a. Fase Menunda Kehamilan

  Masa menunda kehamilan pertama, sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena berbagai alasan. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artisnya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi.

  Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah pil KB, AKDR dan cara sederhana.

  b. Fase Mengatur/Menjarangkan Kehamilan Periode usia istri antara 20-30 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2–4 tahun. Umur terbaik bagi ibu untuk melahirkan adalah usia antara 20-30 tahun. Kriteria kontrasepsi yang perlukan yaitu : efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi, dapat dipakai 3–4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan, serta tidak menghambat produksi air susu ibu (ASI). Kontrasepsi yang cocok dan disarankan menurut kondisi ibu yaitu : AKDR, suntik KB, Pil KB atau Implan.

  c.

  Fase Mengakhiri Kesuburan/Tidak Hamil Lagi Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30 tahun tidak hamil lagi. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak.

2.7. Program Pelayanan dan Pembinaan

2.7.1. Program Pelayanan

  Pelayanan program adalah berbagai pelayanan kesehatan yang di berikan kepada masyarakat dalam pelaksanaan program KB/KS, sehingga terpenuhi masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.

  Bentuk kegiatan : 1.

  Pelayanan Alat Kontrasepsi.

  2. Pelayanan Tribina ( Ketahanan Keluarga ) meliputi : Bina Keluarga Balita, Remaja dan lansia 3. Pelayanan Pemberdayaan Ekonomi Keluarga.

  4. Pelayanan program KB/KR dan KS/PK pada umumnya baik di Tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan

  Pelayanan adminstrasi Pelayanan Kontrasepsi suatu kegiatan pelyanan kontrasepsi yang di lakuka n oleh Unit Pelaksanan KB ,baik Pemerintah maupun Swasta ,missal nya kegiatan pemasangan IUD, oleh puskesmas, pemberian pil oleh PPKBD kepada peserta KB

  Pelayanan kesehatan dalam KB: Pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang mengakui dan menghargai bahwa KB dan kesehatan reproduksi merupakan kebutuhan, hak, dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan. Pelayanan Bersama Masyarakat : Pelayanan KB yang dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat sendiri dengan dukungan yang penuh dari unsure-unsur professional baik pemerintah maupun swasta. Pelayanan lanjutan adalah pelayanan kesehatan termasuk KB yang diberikan di rumah sakit berdasarkan rujukan dari puskesmas.

  Pelayanan KB Melalui kegiatan TKBK (Tim KB Keliling) adalah kegiatan TIM KB yang terdiri dari unsur KIE Pelayanan kontrasepsi dan atau peayanan integrasi yang dilakukan dalam satu rangkaian gerak untuk menggarap sasaran yang sama.satu Tim TKBK Kecamatan mengunjungi satu desa /Kelurahan sama dengan 1 gerak satu Tim TKBK Kecamatan mengujungi dua desa /Kelurahan sama dengan 2 kali gerak. Dua Tim TKBK Kecamatan mengunjungi satu Desa/Kelurahan sama dengan 2 kali gerak (BKKBN Jakarta 2010)

  Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi secara operasional di arahkan pada tiga tujuan pokok. Tujuan pertama, adalah Meningkatkan penerimaan program KB bagi klien dan pelaksana program serta pengambil kebijakan publik di Indonesia. Setelah dilaksanakan desentralisasi program KB, ada indikasi bahwa pelaksana mengalami penurunan kesadaran dan komitmen nya terhadap program KB Dibanding dengan era sentralisasi sebelumnya. Hal ini tentunya dapat berdampak terjadinya penurunan penggunaan kontrasepsi dan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.

  Tujuan kedua, adalah memperluas akses pelayanan kepada semua lapisan masyarakat, sehingga tidak terjadi ketimpangan penggunaan kontrasepsi pada kelompok tertentu.

  (Misalnya penduduk miskin, daerah tertinggal, dan penduduk rentan lainnya), atau terjadi pemerataan pelayanan di seluruh Indonesia. Tujuan ketiga, adalah meningkatnya kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi untuk meningkatkan kepuasan klien dan menurunkan angka kegagalan, komplikasi dan efek samping sehingga pengunaan kontrasepsi dapat berlangsung lama. Dengan kualitas yang baik maka akses pelayanan akan menjadi meluas. Sebaliknya dengan akses yang meluas maka kualitas akan mengalami peningkatan sehingga tujuan meningkatkan akses dan kualitas pelanyanan sangat erat kaitannya. Komponen pokok operasionalisasi program KB dan kesehatan reproduksi meliputi aspek: a) Manajemen

  b) Supevisi

  c) Training

  d) kesediaan komoditi kontrasepsi dan kesehatan reproduksi e)

  Advokasi dan KIE

  f) Penelitian-penelitian terapan serta evaluasi yang bermanfaat pada pengembangan dan akselerasi pelaksanaan program. program kerja lima tahun kedepan. Di samping itu, isu-isu organisasi pelayanan, seperti: masalah infrastrukstur pelayanan, integrasi sektoral, strategi pelayanan,“Public-private partnership”, menjadi isu pokok yang secara langsung akan menentukan aseptabilitas (penerimaan), akses (jangkauan), dan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi kedepan.

  Faktor lain yang sangat menentukan hasil pelayanan adalah masalah-masalah yang terkait dengan aspek politis dan administrasi. Masalah tersebut berkaitan dengan komitmen terhadap program, alokasi dana, pengaturan hukum dan peraturan dan perundang – undangan menjadi faktor yang sangat menentukan dalam meningkatkan aseptabilitas, akses, dan kualitas KB dan Kesehatan Reproduksi. Dalam era desentralisasi, peran pemerintah akan difokuskan pada penyedaan panduan dan arahan kebijakan, sehingga para pemberi layanan dapat bekerja secara disiplin dan professional sesuai dengan kondisi daerah masing-masing dengan arah standarpelayanan yang berlaku. (BKKBN, KB KR Jakarta 2005).

  Rosemary E. Cross dalam Nurmawati (2010) dalam bukunya mengenai Manajmen pelayanan bermutu atau berkualitas sering dikaitkan dengan biaya bahwa secara umum pemikiran tentng kualitas sering dihubungkan dengan kelayakan, kemewahan, kecantikan, nilai uang, kebebasan dari rasa sakit dan tidak nyaman. Sebuah pelayanan kesehatan yang baik sedikitnya dapat dibedakan atas 13 macam yakni: tersedia (available), menyeluruh (comperhensive), terpadu (integrated), berkesinambungan (continue), adil/merata (equity) mandiri (sustainable) ,wajar (affordable), efektif (effective) efisien (efficient) serta bermutu (quality).

  Menurut Handoko (2001) menyatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kinerja karyawan adalah motivasi, kepuasan kerja, tingkat stres, kondisi fisik pekerjaan, sistem kompetisi, desain pekerjaan,dan aspek ekonomi. Di tambah lagi supervisi dan kapasitas pekerjaan atau beban kerja juga dapat memengaruhi kinerja karyawan. Menurut Suyanto (2008), Supervisi merupakan segala bantuan dari pimpinan/penanggung jawab kepada PLKB yang ditujukan untuk perkembangan para PLKB dalam mencapai tujuan Selain itu, PLKB akan mendapat dorongan positif sehingga mau belajar dan meningkatkan kemampuan profesionalnya. Dengan kemauan belajar, secara tidak langsung akan meningkatkan kinerja PLKB. sedangkan kapasitas pekerjaaan adalah frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-masing pekerjaan dalam jangka waktu tertentu (Irwandy, 2007 dalam Wirnata, 2009).

  Selain itu karakteristik PLKB juga dapat memengaruhi kinerja. Karakeristik itu antara lain: a. Umur

  Umur adalah usia PLKB yang secara garis besar menjadi indikator dalam setiap mengambil keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya, dengan semakin banyaknya umur maka dalam menerima sebuah pekerjaan akan semakin bertanggung jawab dan berpengalaman.

  PLKB sebagai bagian penting di lapangan dituntut memberikan perilaku yang baik dalam rangka membantu masyarakat menjadi peserta KB. Pendidikan seorang PLKB yang tinggi akan memberikan pelayanan dan pembinaan peserta KB yang optimal. Pengembangan pendidikan formal PLKB saat ini terutama ditujukan untuk menumbuhkan serta membina sikap dan tingkah laku professional serta dibutuhkan oleh masyarakat. (Ma’rifin,dalam Hamid, 1995).

  c. Masa Kerja Masa kerja merupakan lama kerja seorang PLKB yang bekerja lapangan dari mulai awal bekerja sampai dengan seorang PLKB berhenti bekerja (Ismani, 2001).

2.7.2. Program Pembinaan Keluarga/Peran Serta Masyarakat

  Menurut Depkes RI 2010 Kemampuan masyarakat perlu ditingkatkan terus- menerus untuk menolong dirinya sendiri dalam mengatasi masalah kesehatan.Kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh tenaga kesesehatan disini diarahkan pada peningkatan peran serta ibu, remaja wanita, keluarga dan kelompok masyarakat dalam upaya kesehatan ibu, anak dan Keluargaa Berencana. Sebagai bagian dari upaya kesehatan keluarga.

  1. Tujuan Tujuan pembinaan peran serta masyarakat yang dilakukan oleh Tenaga pelayanan kesehatan terkait ialah terwujudnya upaya yang dilakukan oleh masyarakat secara terorganisasi untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak dan Keluarga Berencana untuk menuju keluarga sehat dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan

  • masyarakat dalam setiap upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.

  Peningkatan peran pemimpin di masyarakat untuk mendorong dan mengarahkan

  • dan peningkatan kesehatan keluarga terutama kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.

  Peningkatan kesadaran dan kemauan masyarakat dalam pemeliharaan, perbaikan

  • untuk mendukung kesehatan keluarga.

  Dorongan masyarakat untuk menggali potensi tersedia yang dapat dimanfaatkan

  2. Langkah Pembinaan Peran Serta Masyarakat Pembinaan peran serta masyarakat pada umumnya merupakan proses yang berorientasi pada manusia dan hubungannya dengan manusia lainnya (ekologi manusia).Manusia didorong agar berupaya mengembangkan kemampuannya menjadi pelaku upaya kesehataan keluarga di masyarakatnya. Sistem sosial diupayakan untuk mengembangkan kemampuan kelembagaan masyarakat dalam pengorganisasian, pengelolaan dana/ sarana masyarakat untuk kesehatan, dalam rangka membina kemandirian dan kelangsungan upaya kesehatan keluarga oleh masyarakat.

4. Pengembangan Peran Serta Masyarakat

  Konsep pembinaan keluarga: 1. Untuk mengenal masalah dan kebutuhan keluarga mereka harus mendapat bimbingan dan motivasi dari PLKB yang bekerjasama dengan sekto-sektor yang bersangkutan. TOMA (tokoh masyarakat diharapkan membahas masalah dan kebutuhan yang dirasakan masyarakat, membimbing dan memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan dengan sumber daya setempat.

  3. Dalam hal masalah dan kebutuhan hanya sebagian yang dapat diatasi sendiri, maka pelayanan langsung diberikan oleh PLKB atau bidan dan puskesmas atau sector terkait. Jika hal yang bersifat bantuan jangan sampai menimbulkan ketergantungan. Karywati dkk 2011

2.7.3. Pembinaan PUS dan Kesertaan ber KB

  1) Jumlah Pasangan Usia Subur ( PUS )

  ( Seluruh keluarga dan keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I ) 2)

  Jumlah peserta KB aktif menurut tempat pelayanan swasta 3)

  Jumlah peserta KB aktif menurut metode kontra sepsi IUD, MOW, MOP, Kondom, Implan, Suntian , dan Pil ( Seluruh keluarga dan pra sejahtra dan KSI)

  4) Jumlah pasangan usia subur (PUS) bukan peserta KB, yang di kelompokan dalam status hamil, Ingin anak segera, Ingin anak di tunda, dan tidak ingin anak lagi

  (seluruh keluarga dan pra sejahtera dan KS I ) (BKKBN,2010).

  

2.7.4. Pembinaan Ketahanan Keluarga Melalui Kegiatan Tribina : BKB, BKR,

dan BKL

  Pembinaan Ketahanan Keluarga melalui Kegiatan Tribina : adalah suatu kegiatan yang di perlukan untuk memantau dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan pembinaan kelompok BKB, BKR, dan BKL melalui pendekatan keluarga.

  BKB ( Bina Keluarga Balita ) adalah wadah kegiatan yang dilakukan oleh keluarga yang memiliki Balita untuk memahami dan membina kondisi dan masalah Balita guna meningkat kan pengetahuan dan keterampilan dan sikap ibu serta anggota keluarga dalam membina tumbuh kembang anak usia di bawah lima tahun (Balita) melalui optimalisasi rangsangan emosional,moral dan sosial.sedangkan keluarga Balita adalah pasangan suami istri yang mempunyai anak Balita,atau ayah yang mempunyai anak Balita,atau ibu yang mempunyai anak Balita

  Cakupan anggota kelompok BKB ber KB adalah upaya pembinaan kelangsungan ber KB bagi para keluarga Balita Anggota BKB, khususnya yang masih PUS, baik untuk mengatur jarak kelahiran maupun untuk membatasi jumlah anak yg sudah di milikinya.

  BKR (Bina keluarga Remaja ) adalah kegiatan yang di lakukan oleh keluarga yang memiliki remaja berupa penyuluhan dari kader terlatih untuk meningkat kan bimbingan tumbuh kembang remaja

  BKL (Bina Keluarga Lansia) adalah wadah kegitan kelompok Bina keluarga lansia melalui peningkatan kepedulian dan peran keluarga dalam mewujudkan lanjut usia yang sehat,Produktif dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa dalam wadah kelompok Bina Keluarga lanjut usia.

  Jumlah keluarga Yang Menjadi Anggota Kelompok Kegiatan BKB, BKR, BKL.

  2. Jumlah Pertemuan/Penyuluhan Di Kelompok Kegiatan BKB, BKR, BKL 3.

  Jumlah Keluarga Yang Menjadi Anggota Kelompok Kegiatan BKB, BKR, BKL, hadir/aktif dalam Pertemuan/Penyuluhan

  4. Jumlah anggota kelompok kegiatan yang berstatus PUS seluruh keluarga pra S dan KS 1

  5. Jumlah anggota kelompok kegiatan yang berstatus PUS dan ber KB, untuk seluruh keluarga dan keluarga Pra S dan KS1

  6. Jumlah prtemuan/penyuluhan kelompok kegiatan 7.

  Khusus bagi kelompok kegiatan BKB, jumlah keluarga yang menjadi anggota kelompok kegiatan BKB yang menggunakan KKA

2.7.5. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga

  Pembinaan cakupan PUS anggota Usaha peningkatan peningkatan peendapatan Kesejahteraan Keluarga (UPPKS) yang ber KB.

  Pengertian UPPKS Adalah wadah kegiatan ekonomi produktif yang ber anggotakan keluarga Pra Sejahtrea (KPS) dan Sejahtera I sampai sejahtera III plus,baik yang belum maupun yang mmenjadi peserta KB.

  1. Keluarga yang menjadi anggota dalam kelompok kegiatan UPPKS (Jumlah Semua Anggota Kegiatan UPPKS dan jumlah keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I Yang Menjadi Anggota Kelompok kegiatan UPPKS.

  2. Status PUS dan Kesertaan KB anggota kelompok (status PUS dan kesertaan ber anggota UPPKS).

  3. Jumlah pertemuan kelompok UPPKS 4.

  Jumlah Kelompok UPPKS yang memperoleh/mengakses bantuan modal dan jumlahnya dari masing-masing sumber modal (APBN, APBD, Krista, KUR, PNPM, dan lainnya).

2.8. KIE (Komunikasi Informasi Edukasi)

  Menurut BKKBN 2011 tujuan: 1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai penambahan peserta KB Baru

2. Membina kelestarian peserta KB 3.

  Meletakkan dasar bagi mekanisme sosial-kultural yang dapat menjamin berlangsungnya proses penerimaan

  KIE dapat dikelompokkan menjadi : a. KIE massa adalah sasaran KIE yang sifatnya massa dan tidak terbatas pada segmen tertentu.

  b.

  KIE terbatas adalah KIE yang sifatnya kecil dan terbatas pada segmen tertentu c. KIE khalayak atau clients yaitu perseorangan atau kelompok yang menjadi target langsung dari penyampaian KIE

  Menurut media yang digunakan, kegiatan KIE dapat diperinci sebagai berikut: Radio Televisi

  • Mobil unit penerangan
  • Penerbitan/ publikasi
  • Pers/ surat kabar
  • Filim -

  Kegiatan promosi

  • Pameran -

2.8.1. Konsling

  Konsling merupakan tindak lanjut dari KIE. Bila seseorang telah termotivasi melalui KIE, maka selanjutnya ia perlu diberikan konsling. Jenis dan bobot konsling yang diberikan sudah tentu tergantung pada tingkatan KIE yang telah diterimanya.

  Konsling dibutuhkan bila seseorang menghadapi suatu masalah yang tidak dapat dipecahkannya sendiri.

2.8.2. Tujuan Konsling 1.

  Memahami diri secara lebih baik 2. Mengarahkan perkembangan diri sesuai dengan potensinya 3. Lebih realistis dalam melihat diri dan masalah yang dihadapinya, sehingga

  Mampu memecahkan masalah secara kreatif dan produktif

  • Memiliki taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya
  • Terhindar dari segala gejala-gejala kecemasan dan salah penyesuaian diri
  • Mampu menyesuaikan dengan situasi dan lingkungan Memperoleh dan merasakan kebahagiaan
  • Dalam konsling diadakan percakapan dua arah untuk : 1.

  Membahas dengan calon peserta berbagai pilihan kontrasepsi yang tersedia

  2. Memberikan informasi selengkap mungkin mengenai konsekuensi pilihannya, baik ditinjau dari segi medis teknis amupun hal-hal yang non-medis agar tidak menyesal kemudian 3. Membantu calon peserta KB memutuskan pilihannya atas metode kontrasepsi yang paling sesuai dengan keadaan khususnya pribadi dan keluarganya 4. Membantu pesertaa KB dalam menyesuaikan diri terhadap kondisi barunya, terutama bila ia mengalami berbagai permasalahan ( nyata atau tidak nyata/ semu ) Informasi yang diberikan meliputi : a.

  Arti keluarga berencana b. Manfaat keluarga berencana c. Cara ber-KB atau metode kontrasepsi d. Desas-desus tentang kontrasepsi dan penjelasannya e. Pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi yang rasional f.

  Rujukan pelayanan kontrasepsi bahwa konsling merupakan suatu kegiatan dalam hubungan antar-manusia, di mana kita melakukan serangkaian tindakan yang akhirnya akan membantu peserta/ calon peserta memecahkan permasalahan yang dihadapinya, antara lain, masalah pemilihan penggunaan kontrasepsi yang paling cocok dengan keadaan dan kebutuhan ynag dirasakannya.

  Bila setiap calon peserta KB, sebelum memakai kontrasepsi melalui proses konsling yang baik, maka kelangsungan pemakaian akan lebih tinggi.

2.8.3. Defenisi KIE (Komunikasi Informasi Edukasi)

  Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) berasal dari bahasa Inggris yang telah diterjemahkan kedalam bahasa indonesia, yaitu dari kata Communication

  

Information, Education, (CIE). Istilah KIE mempunyai pengertian yang komplek

  karena dalam proses komunikasi terkandung unsur informasi dan informasi itu sendiri mempunyai unsur edukasi, yang mempunyai sifat dapat menggerakkan seseorang atau kelompok untuk melakukan sesuatu (BKKBN 2010 ). Tujuan KIE adalah peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku individu maupun kelompok (Depkes RI, 2012). Secara rinci pengertian KIE dapat diformulasikan sebagai berikut: a.

  Komunikasi Diartikan sebagai proses penyampaian berbagai informasi antara petugas KIE dengan masyarakat sehingga pada akhirnya tercapai suatu persepsi (pandangan) yang sama antara petugas dengan masyarakat.

  b.

  Informasi dipahami dan dilaksanakan oleh petugas dan masyarakat dalam rangka melaksanakan suatu kegiatan.

  c.

  Edukasi Diartikan sebagai proses kegiatan yang teratur yang mendorong terjadinya proses perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang suatu kegiatan tersebut secara wajar, sehingga masyarakat melaksanakan kegiatan tersebut dan bertanggung jawab atas keberhasilannya (Depkes RI, 2012).

  Agar berjalan dengan efektif sebaiknya topik KIE berdasarkan kebutuhan dan

kondisinya. Mengingat ruang lingkup penyampaian KIE adalah perilaku dengan berbagai

variabelnya, maka KIE ini juga mempergunakan prinsip dan metoda dari berbagai

disiplin ilmu seperti komunikasi, antropologi medis, psikologi sosial dan pemasaran

sosial.

2.8.4. Pengelolaan KIE

  Pengelolaan KIE dibagi dalam 3 tahap pokok, yaitu:

  1. Tahap Perencanaan Pada tahap ini, kegiatan pokoknya yang dilakukan adalah: mengumpulkan data, mengembangkan strategi, mengembangkan, menguji coba dan memproduksi bahan-bahan komunikasi, membuat rencana pelaksanaan, menyiapkan pelaksanaan (BKKBN, 2011).

  Tahap Intervensi (Pelaksanaan) Tahap intervensi ini dibagi kedalam siklus-siklus pesan yang terpisah. Setiap siklus pesan mencakup informasi yang serupa dengan pendekatan yang sedikit berbeda disesuaikan dengan perubahan kebutuhan sasaran. Perubahan-perubahan ini dilakukan secara periodik, dapat mengurangi kejenuhan sasaran dan memungkinkan keterlibatan sasaran secara berkesinambungan. Cara ini memungkinkan perencana program untuk memasukkan hasil-hasil tahap sebelumnya ke dalam perencanaan tahap-tahap berikutnya. Cara ini memungkinkan perencana membuat beberapa kali perubahan-perubahan penting dalam strategi yang ditempuh. Perubahan-perubahan ini harus dilakukan sebagai jawaban terhadap informasi-informasi tentang penerimaan sasaran terhadap program dan efektifitas kegiatan yang dilaksanakan (BKKBN 2011).

Dokumen yang terkait

DAFTAR ISI - Kajian Kandungan Mineral Kalium, Natrium Dan Kalsium Pada Sayuran Kubis (Brassica Oleracea L.) Yang Diperoleh Dari Lahan Hasil Pertanian Pasca Letusan Gunung Sinabung

0 0 12

Pengujian Kemampuan Adsorpsi Dari Adsorben Karbon Aktif Untuk Mesin Pendingin Tenaga Surya

1 1 19

BAB II PENGATURAN KORPORASI SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI A. Sejarah Korporasi Sebagai Subjek Hukum Pidana - Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Korporasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Banj

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Korporasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Banjarmasin No. 04/Pid. Sus/2011/Pt. Bjm)

0 0 35

Analisis Pengaruh Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Peforming Loan (NPL), Operating Expenses/Operating Income (BOPO), Return On Asset (ROA), dan Net Interest Margin (NIM) Terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) Dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Sebagai Va

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1 Bank - Analisis Pengaruh Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Peforming Loan (NPL), Operating Expenses/Operating Income (BOPO), Return On Asset (ROA), dan Net Interest Margin (NIM) Terhadap Loan to D

0 0 32

Analisis Pengaruh Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Peforming Loan (NPL), Operating Expenses/Operating Income (BOPO), Return On Asset (ROA), dan Net Interest Margin (NIM) Terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) Dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Sebagai Va

0 0 17

Analisis Pengaruh Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Peforming Loan (NPL), Operating Expenses/Operating Income (BOPO), Return On Asset (ROA), dan Net Interest Margin (NIM) Terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) Dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Sebagai Va

0 0 12

Efisiensi Lapang Dan Biaya Produksi Beberapa Alat Pengolahan Tanah Sawah Di Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

0 0 27

Efisiensi Lapang Dan Biaya Produksi Beberapa Alat Pengolahan Tanah Sawah Di Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

0 0 20