BAB IV HASIL PENELIATIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Problem Based Learning dengan Problem Solving terhadap Hasil Belajar Kelas IV Gugus Sudirman Kecamatan Tingkir

  BAB IV HASIL PENELIATIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang telah

  dilakukan, baik kegiatan observasi maupun kegiatan proses belajar mengajar dikelas. Tentunya implementasi menggunakan model Problem Based Learning sebagai kelas eksperimen 1 dengan Problem Solving sebagai kelas eksperimen 2.

4.1 Hasil Penelitian

  4.1.1 Persiapan Pelaksanaan Pembelajaran Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilakukan oleh 2 kelas. yaitu SD N Kutowinangun 1 sebagai kelas eksperimen 1 dan SD N

  Kutowinangun 11 sebagai kelas eksperimen 2. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai awal Maret 2018 pada kelas IV. Sebelum pembelajaran, peneliti hendaknya melakukan kegiatan pretest pada kedua SD untuk mengetahui tingkat kesetaraan antara dua kelas. Namun, pada penelitian ini peneliti meminta bantuan guru kelas IV untuk melihat hasil tes ulangan harian siswa. Sehingga dari hasil tes ulangan siswa, peneliti dapat mengetahui tingkat kesetaraan antara dua kelas, yaitu pada SD N Kutowinangun 1 dan SD N Kutowinangun 11. Setelah mengetahui tingkat kesetaraan antara dua kelas, peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan diajarkan dikelas IV. Setelah membuat RPP, peneliti segera mengajar kepada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 sehingga peneliti dapat mengambil data dengan baik. Dari situlah dapat kita simpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar terhadap model Problem Based Learning dan Problem Solving pada tema 7 subtema 1 kelas IV di Gugus Sudirman.

  4.1.2 Analisis Data Dalam analisis data pada penelitian eksperimen, peneliti menggunakan beberapa uji yang dilakukan. Antara lain uji validitas instrumen, uji reliabilitas, uji homogenitas, uji normalitas dan hipotesis.

  1. Uji validitas instrumen Peneliti melakukan uji valiiditas instrumen soal sebelum mengambil data.

  Yaitu beberapa soal pada tema 7 subtema 1 khususnya pada mata pelajaran

  IPA ada 20 soal pilihan ganda dan 4 soal uraian. Setelah dilakukan uji validitas menggunakan aplikasi SPSS dapat diketahui untuk soal pilihan ganda yang valid ada 15 soal yaitu pada nomor 2, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20. Dan yang tidak valid pada nomor 1,3,6,11,18. Namun untuk soal uraian valid semua. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada nilai siswa di lampiran 8. Untuk hasil validitas soal uraian dapat dilihat dalam lampiran 10.

  2. Uji reliabilitas Peneliti melakukan uji reliabilitas sebelum mengambil data. Yaitu dengan menggunakan aplikasi SPSS dengan jumlah soal pilihan ganda 20 dan diperoleh cronbach’s alpha sebesar 0,745. Dan untuk soal uraian ada 4, memperoleh cronbach’s alpha sebesar 0,650. Hasil tersebut dapat dilihat dalam lampiran 16.

  3. Uji homogenitas Dalam uji homogenitas, peneliti melakukan uji homogenitas terhadap kelas

  eksperimen 2 (SD N

  eksperimen 1 (SD N Kutowinangun 1) dan kelas

  Kutowinangun 11) . Yaitu pelaksanaan uji homogenitas ini saat hasil pretest

  dilakukan. Jadi pada saat siswa mengerjakan soal pretest, guru akan menggunakan data tersebut untuk menguji nilai homogenitas ini. Tentunya uji homogenitas ini dilakukan dengan jumlah siswa 32 pada kelas eksperimen 1 dan 20 pada kelas eksperimen 2. Lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 17.

  4. Uji normalitas Dalam uji normalitas, peneliti melakukan uji normalitas dengan menggunakan aplikasi SPSS terhadap kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran 18.

5. Uji T-test dan uji hipotesis

  Dalam uji T-test, peneliti menggunakan aplikasi SPSS. Dasarnya adalah jika sig.(2-tailed) > 0,05 maka Ho diterima Ha ditolak. Dan jika sig.(2- tailed) < 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima (dapat dilihat dalam lampiran 19). Maka uji hipotesisnya adalah:

  = Hasil belajar Tematik kelas IV Tema 7 subtema 1 menggunkan Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Solving. Yaitu Problem Based

  Learning dengan nilai 81,6 dan Problem Solving 78,4.

  4.1.3 Proses Pembelajaran Proses pembelajaran siswa dilihat dari 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Jadi guru harus menilai ketiga ranah ini sehingga hasil belajar siswa akan terlihat dengan imbang dan baik (Widiantoro & Harjono, 2017). Pembelajaran kognitif menekankan pengetahuan siswa misalnya dengan soal tes yang menekankan siswa menghafal materi atau bahan ajar pembelajaran.

  Kemudian pembelajaran afektif lebih menekankan sikap siswa dalam melakukan atau mengerjakan soal. Apakah siswa sudah mandiri dan dapat mengerjakan soal tanpa bantuan guru atau belum. Selanjutnya pembelajaran psikomotor yang lebih menekankan pada keterampilan yang dimiliki siswa.

  Sebelum melakukan proses pembelajaran pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2, terlebih dahulu melakukan pretest. Disini peneliti tidak membuat soal pretest, melainkan peneliti meminta bantuan guru. Melalui bantuan guru, peneliti dapat mengetahui nilai hasil belajar siswa pada ulangan harian. Kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 mendapatkan hasil ulang harian yang hampir sama. Yaitu kelas eksperimen 1 dengan nilai rata-rata 78,09 dan kelas eksperimen 2 dengan rata-rata 78,3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 5. Berikut tabel nilai rata-rata untuk kedua kelas:

Tabel 4.1 Deskripsi Nilai Pretest Kedua Kelas

  Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2 Nilai minimal

  72

  73 Nilai maksimal

  98

  98 Rata-rata 78,09 78,3 Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa hasil pretest untuk kedua kelas yaitu kelas eksperimen 1 (SD N Kutowinangun 1) dan kelas eksperimen 2 (SD

  N Kutowinangun 11) mendapatkan hasil rata-rata yang tidak jauh beda atau dapat dikatakan sama walaupun jumlah siswa berbeda. Jumlah siswa pada kelas eksperimen 1 32 dan pada kelas eksperimen 2 20 siwa. Hal tersebut dapat kita lihat juga pada uji homogenitas pada lampiran 13.

  Setelah melakukan pretest, juga dilakukan untuk hasil posttest untuk siswa kelas IV. Hasilnya pun tidak jauh berbeda antara ke dua kelas tersebut. Yaitu kelas eksperimen 1 menggunakan model Problem Based Learning mendapatkan hasil rata-rata 81,36 dan kelas eksperimen 2 menggunakan model

  Problem Solving dengan hasil rata-rata yaitu 79,76. Berikut tabel untul hasil

  pretest untuk kedua kelas:

Tabel 4.2 Deskripsi Nilai Posttest Kedua Kelas

  Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2 Nilai minimal

  62

  68 Nilai maksimal 100

  96 Rata-rata 81,36 79,76

4.2 Hasil Implementasi Pembelajaran IPA Menggunakan Model Problem

  Based Learning pada Kelas Eksperimen 1

  Pada kelas Eksperimen 1, model yang digunakan adalah Problem Based

  Learning . Penelitian ini dilakukan di kelas IV SD Kutowinangun 1 Salatiga

  pada tanggal 12 Februari 2018 dan 14 Februari 2018. Dengan jumlah siswa 30 yaitu perempuan 16 dan laki-laki 14. Mata pelajaran yang digunakan adalah tema 7 yaitu Indahnya Keragaman di Negeriku dengan subtema 1 Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku pembelajaran 1 dan 2 khususnya mata pelajaran IPA.

  Mata pelajaran IPA yang dipilih adalah materi gaya. Materi yang diambil sesuai dengan Kompetensi Dasar yaitu 3.3 Mengidentifikasi macam-macam gaya, antara lain : gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan dan 3.4 Mendemonstrasikan manfaat gaya dalam kehidupan sehari- hari, misalnya gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan. Dengan indikator menjelaskan dan membedakan macam-macam gaya dalam kehidupan dan mempresentasikan manfaat gaya dalam kehidupan sehari-hari.

  Peneliti sebelum mengajar, juga selalu konsultasi dan berdiskusi dengan dosen dan guru kelas IV, yaitu pada tanggal 12 Februari 2018. Diharapkan agar guru kelas dapat memberi masukan saran maupun kritikan terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang oleh peneliti. Karena guru kelas yang dapat memahami situasi serta kondisi siswa. Kemudian peneliti melakukan revisi terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran, jika ada beberapa yang harus dibetulkan. Setelah itu tanggal 14 Februari 2018 peneliti baru melakukan penelitian dalam proses mengajar. Tentunya dengan bantuan guru kelas IV sebagai observer.

  Proses pembelajaran di kelas dilakukan dengan 3 langkah kegiatan. Yaitu kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal merupakan kegiatan yang mana guru siap dalam mengajar dan sebagai fasilitator untuk siswa. Kemudian siswa juga siap dalam mengikuti pembelajaran dan menerima materi sehingga ilmu yang didapat dapat bermanfaat. Langkah kegiatan yang kedua adalah kegiatan inti. Yang mana kegiatan inti ini merupakan inti dari materi. Maksudnya adalah materi pelajaran akan dikupas secara lebih detail dalam kegiatan ini. Selanjutnya kegiatan penutup merupakan kegiatan rangkuman, refleksi dan evaluasi. Diharapkan dalam kegiatan penutup siswa dapat berhasil

  Kesimpulan implementasi pada mata pelajaran IPA kelas IV dengan model Problem Based Learning adalah dapat memberi pengaruh baik untuk siswa khususnya dalam hasil belajar. Setelah diberi soal evaluasi dengan menggunakan model Problem Based Learning, siswa mendapat nilai 81,36.

4.3 Hasil Observasi Pembelajaran IPA Menggunakan Model Problem Based

  Learning pada Kelas Eksperimen 1

  Observasi dilakukan pada tanggal 14 Februari 2018 dikelas IV SD N Kutowinangun 1 Salatiga. Hal ini, peneliti meminta guru kelas IV sebagai observer. Karena menurut peneliti, guru kelas lebih memiliki pengalaman yang baik dalam mengajar dan mengelola kelas. Pada hasil obervasi, peneliti menyediakan lembar obervasi untuk guru yang sedang melakukan penelitian dan lembar observasi untuk siswa. Lembar observasi juga memiliki tiga langkah kegiatan. Yaitu kegiatan awal, inti dan penutup. Tentunya kegiatan sesuai dengan sintak model pembelajaran.

  Kegiatan awal merupakan kegiatan persiapan yaitu berdoa, absensi, kesiapan ruang, kesiapan fisik, mental dan batin siswa. Selain itu Problem

  Based Learning pada kegiatan awal yaitu orientasi siswa pada masalah. Yaitu

  siswa diberi apersepsi sehingga dapat menimbulkan semangat belajar. Lalu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selanjutnya kegiatan inti. Dalam kegiatan inti ada 3 sintak yang harus dilalui. Organisasi peserta didik, membimbing penyelidikan dan mengembangkan serta pengumpulan data.

  Pada sintak organisasi peserta didik, guru memberikan percobaan terhadap siswa dan harapannya siswa dapat menjelaskan apa yang telah dilihatnya. Selain itu guru membimbing dengan memantau percobaan siswa. lalu sintak selanjutnya adalah membimbing penyelidikan. Jadi siswa dalam sintak ini melakukan suatu kerja dalam kelompok yang mana kelompok ini dipilih secara acak dan merata. Selanjutnya sintak yang ke empat adalah mengembangkan dan mengumpulkan data. Jadi siswa disini mengerjakan tugas sesuai dengan apa yang didapatkan. Misal dalam materi penelitian ini adalah gaya. Kelompok

  1 mendapat gaya gesek, kelompok 2 gaya gravitasi dan lain sebagainya. Jadi setiap kelompok menjelaskan apa yang telah didapat. Kemudian guru membimbing siswa dalam menulis, mengerjakan dan diskusi sesama teman. Sintak yang terakhir adalah menyajikan dan evaluasi. Dalam sintak ini masuk ke dalam kegiatan akhir pembelajaran. Yang mana siswa bersama guru merangkum pembelajaran yang telah dilakukan. Disini dapat dilihat bahwa kegiatan pembelajaran akan mempengaruhi pemikiran anak untuk kehidupannya kelak.

  Dari implementasi observasi mengajar diatas, dapat dikatakan bahwa guru sudah melakukan proses kegiatan mengajar dengan baik yaitu sesuai dengan sintak model yang digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3 yaitu lembar observasi gur+siswa. Dalam lampiran observasi guru+siswa, kita dapat melihat bahwa guru konsekuen dengan sintak model yang digunakan. Dan siswa juga menjadi lebih antusias dan tertarik.

4.4 Hasil Implementasi Pembelajaran IPA Menggunakan Model Problem

  Solving pada Kelas Eksperimen 2 Pada kelas eksperimen 2, peneliti menggunakan model Problem Solving.

  Penelitian dilakukan di kelas IV SD N Kutowinangun 11 Salatiga pada tanggal

  19 Februari 2018 dan 21 Februari 2018. Dengan jumlah siswa 20 yaitu 13 perepmpuan dan 7 laki-laki. Mata pelajaran yang digunakan adalah tema 7 yaitu Indahnya Keragaman di Negeriku dengan subtema 1 Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku pembelajaran 1 dan 2 khususnya mata pelajaran IPA.

  Mata pelajaran IPA yang dipilih adalah materi gaya. Materi yang diambil sesuai dengan Kompetensi Dasar yaitu 3.3 Mengidentifikasi macam-macam gaya, antara lain : gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan dan 3.4 Mendemonstrasikan manfaat gaya dalam kehidupan sehari- hari, misalnya gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan. Dengan indikator menjelaskan dan membedakan macam-macam gaya dalam kehidupan dan mempresentasikan manfaat gaya dalam kehidupan sehari-hari.

  Penelitian dimulai dengan mengajar untuk kelas eksperimen 2 pada SD N Kutowinangun 11 yaitu tanggal 19 Februari 2018 dengan menggunakan model

  Problem Solving. Implementasi mengajar sama dengan kelas kontrol. Ada 3

  kegiatan pembelajaran yaitu awal, inti dan penutup. Sintak proses pembelajaran juga sama dengan sintak pada kelas kontrol. Hanya saja yang membedakan pada sintak mengembangkan dan pengumpulan data. Dalam model Problem Solving pengumpulan datanya dengan cara siswa maju kedepan kelas untuk menceritakan apa yang ia dapat. Lalu guru menunjuk siswa yang harus maju. Jadi disini siswa harus siap semua.

  Sedangkan dalam model Problem Based Learning, mengembangkan dan mengumpulkan datanya berupa menulis dan mengerjakan dengan kelompok. Setelah itu maju sesuai dengan nomor urutan. Dan guru tidak lagi menunjuk siswa. Kesimpulan implementasi pada mata pelajaran IPA kelas IV dengan model Problem Solving adalah siswa dapat mandiri dalam menyelesaikan masalah. Dalam hal ini ketika siswa diberi tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas bersama kelompok. Siswa akan lebih siap dalam menerima tanggung jawab yang diberikan oleh guru. Dengan demikian, setelah diberi soal evaluasi menggunakan model Problem Solving, siswa memdapat nilai 79,76.

  

4.5 Hasil Observasi Pembelajaran IPA Menggunakan Model Problem Solving

pada Kelas Eksperimen 2

  Observasi dilakukan pada tanggal 21 Februari 2018 dikelas IV SD N Kutowinangun 11 Salatiga. Sama dengan kelas kontrol, bahwa dalam hal ini guru kelas diminta menjadi observer. Tentunya observer diberi lembar observasi ketika guru mengajar dan siswa merespon sesuai dengan sintak atau langkah pembelajaran. Dalam lembar observasi ada 3 aspek yang diamati, yaitu pada kegiatan awal, inti dan penutup. Ketiga kegiatan ini sangat membutuhkan kerjasama antar siswa dan guru. Sehingga proses pembelajaran akan maksimal.

  Observasi kegiatan awal pembelajaran yang pertama orientasi siswa pada masalah. Jadi siswa siap mengikuti pelajaran dengan baik dan guru siap memberikan ilmu kepada siswa. Setelah itu masuk pada kegiatan ini yaitu sintak organisasi peserta didik, penyelidikan, dan pengumpulan data. Dalam kegiatan inti, observer benar-benar mengamati dengan jelas bahwa guru dengan siswa harus selalu timbal balik baik dalam membimbing penyelidikan, pengumpulan data maupun mengembangkan data.

  Selanjutnya, kegiatan akhir pembelajaran. Dalam hasil observasi pada kegiatan akhir, guru sudah memberikan penguatan, tanggapan dan kesimpulan. Begitu juga dengan siswa bahwa kelas IV sudah menjawab dan melakukan tanya jawab dengan aktif. Selain itu siswa juga dapat memberi simpulan terhadap hasil kerja yang telah mereka lakukan.

4.6 Pembahasan

  Pembahasan dalam bagian ini bahwa peneliti akan lebih memaparkan secara peinci tentang penelitian yang telah dilakukan. Bahwa penelitian ini dapat memperkaya teori dan konsep misalnya perbedaan model Problem Based

  Learning dan Problem Solving dapat memperkuat hasil penelitian-penelitian

  sebelumnya. Penelitian dilakukan pada SD Gugus Sudirman Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yaitu di kelas IV SD N Kutowinangun 1 sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas IV SD N Kutowinangun 11 sebagai kelas eksperimen

  2. Pada SD N Kutowinangun 1 dengan menggunakan model Problem Based

  Learning dan SD N Kutowinangun 11 dengan menggunakan model Problem Solving.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua model yaitu Problem Based

  Learning dan Problem Solving sangat baik untuk digunakan ketika proses

  pembelajaran dikelas. Karena kedua model ini sama-sama memiliki kelebihan masing-masing. Kelebihan model Problem Based Learning adalah menjadikan siswa mandiri dalam menyelesaikan persoalan, mudah diterapkan guru, tidak menggunakan biaya banyak, dan cenderung siswa aktif dikelas. Kelebihan

  Problem Solving adalah menjadikan siswa tanggung jawab, disiplin, berani memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Tentu tanpa menggunakan model pembelajaran, maka hasil belajar siswa kurang maksimal. Dengan adanya model berbasis masalah siswa lebih antusias, aktif, kreatif dalam menemukan dan menyelesaikan masalah.

  Dapat kita ketahui bahwa nilai pretest siswa pada kelas eksperimen 1 mendapat 78,09. Lalu saat guru menggunakan model Problem Based Learning nilai siswa menjadi 81,36. Dan pada kelas eksperimen 2 mendapat nilai 78,3. Kemudian pada saat guru menggunakan model Problem Solving nilai siswa menjadi 79,76. Itu artinya kedua model ini dapat membuat hasil belajar siswa lebih baik pada mata pelajaran IPA kelas IV.

  Kegiatan proses pembelajaran pada SD Gugus Sudirman berjalan dengan lancar dan mengesankan. Tentunya peneliti sangat senang karena pembelajaran dapat sesuai dengan rencana dan langkah pembelajaran. Dalam penelitian ini, terdapat perbedaan hasil belajar untuk siswa kelas IV. Yaitu untuk tema 7 subtema 1 pembelajaran 1 dan 2 khususnya mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model Problem Based Learning dan Problem Solving.

  Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa adanya perbedaan hasil belajar siswa antara kedua model tersebut. SD N kutowinangun 1 pada saat menggunakan model Problem Based Learning dengan nilai rata-rata hasil posttest yaitu 81,6 dan SD N Kutowinangun 11 pada saat menggunakan model

  

Problem Solving dengan nilai rata-rata hasil posttest yaitu 79,76. Hasil nilai

  rata-rata dapat dilihat pada lembar lampiran 8. Perbedaan tersebut dikarenakan minat siswa dalam proses pembelajaran dan lingkungan siswa didalam kelas. Dalam hal ini siswa lebih antusias pada saat guru menggunakan model Problem Based Learning.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Discovery Learning dan Problem Based Learning pada Siswa Kelas 3 SD N Gugus Diponegoro – Grobogan

0 0 71

A. Standar Kompetensi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Discovery Learning dan Problem Based Learning pada Siswa Kelas 3 SD N Gugus Diponegoro – Grobogan

0 0 13

A. Standar Kompetensi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Discovery Learning dan Problem Based Learning pada Siswa Kelas 3 SD N Gugus Diponegoro – Grobogan

0 0 13

I. Pendahuluan - ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK BERSAMA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP LABA TIAP PRODUK BERSAMA (Suatu Studi Pada Perusahaan Wajan Almunium Matahari Ciamis)

0 0 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ISLAMIC SOCIAL REPORTING (ISR) DAN IMPLIKASI ISLAMIC SOCIAL REPORTING TERHADAP KUALITAS LABA (EARNINGS QUALITY)

0 0 22

I. Pendahuluan - PERANAN KUALITAS INFORMASI AKUNTANSI KEUANGAN DALAM MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN (STUDI PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG TASIKMALAYA)

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation pada Siswa Kelas 4 SD Negeri 1 Pendowo

0 1 14

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar dan Pembelajaran di SD - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Problem Based Learning dengan Problem Solving terhadap Hasil Belajar Kelas IV Gugus Sudirman Kecamatan Tingkir

0 0 19

I. Pendahuluan - PENGARUH PEMBEBANAN BIAYA OVERHEAD PABRIK TERHADAP PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT. OSAKA ENGINEERING PRIMA

0 0 10

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis, Desain dan Lokasi Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Problem Based Learning dengan Problem Solving terhadap Hasil Belajar Kelas IV Gugus Sudirman Kecamatan Tingkir

0 0 11