BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja Putri - Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pola Makan Remaja Putri Dengan Kejadian Anemia Di SMP Negeri 2 Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja Putri

  Remaja atau adolescence berasal dari Bahasa Latin yang artinya “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Selama masa remaja, seseorang akan mengalami pertumbuhan fisik yang sangat pesat dibandingkan periode lainnya setelah kelahiran, masa remaja mengalami pertumbuhan terpesat kedua setelah tahun pertama kehidupan. Lebih dari 20% total pertumbuhan tinggi badan dan sampai 50% masa tulang tubuh telah dicapai pada periode ini, oleh sebab itu kebutuhan gizi meningkat melebihi kebutuhan pada masa kanak-kanak (Krummel & Kris- Etherton, 1996). Pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara anak-anak dan sebelum dewasa.

  Kategori periode usia remaja dari berbagai referensi berbeda-beda, namun WHO menetapkan remaja berusia antara 10-19 tahun. Pembagian kelompok remaja tersebut adalah remaja awal usia 10-14 tahun atau 13-15 tahun, remaja menengah 14 atau 15-17 tahun dan remaja akhir 17-21 tahun. Remaja putri adalah tahapan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang menunjukkan masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan pada usia 12 tahun (Proverewati & Misaroh, 2009). Masa ini juga merupakan tahapan kritis kehidupan, sehingga periode tersebut dikategorikan sebagai kelompok rawan dan mempunyai resiko kesehatan tinggi.Akan tetapi remaja sering kurang mendapatkan perhatian dan program pelayanan kesehatan. Padahal kenyataannya banyak kasus kesehatan saat dewasa ditentukan oleh kebiasaan hidup sehat sejak

  6 usia remaja. Status gizi yang optimal pada usia remaja dapat mencegah penyakit yang terkait dengan diet pada usia dewasa.

  Pada wanita, puncak pertumbuhan terjadi sekitar 12-18 bulan sebelum mengalami menstruasi. Maksimal tinggi badan wanita diperoleh paling awal pada usia 16 tahun, atau paling akhir 23 tahun. Beberapa tahun setelah selesai pertumbuhan tinggi badan, tulang pinggul masih tumbuh sedangkan puncak masa tulang akan tercapai hingga usia 25 tahun. Proses optimalisasi pertumbuhan ini penting untuk mengurangi resiko gangguan ketika proses melahirkan (ADB/SCN, 2001).

2.1.1 Gizi Remaja

  Masa remaja amat penting diperhatikan karena merupakan transisi antara anak-anak dan dewasa. Gizi seimbang pada masa ini akan sangat menentukan kematangan mereka di masa depan. Perhatian khusus perlu diberikan kepada remaja putri agar status gizi dan kesehatan yang optimal dapat dicapai. Alasannya remaja putri akan menjadi seorang ibu yang akan melahirkan generasi penerus yang lebih baik (Dedeh dkk, 2010).

  Kebutuhan energi dan zat gizi diusia remaja ditunjukkan untuk deposisi jaringan tubuhnya. Total kebutuhan energi dan zat gizi remaja juga lebih tinggi dibandingkan dengan rentan usia sebelum dan sesudahnya. Gizi seimbang pada masa tersebut akan sangat menentukan kematangan mereka dimasa depan (Dedeh dkk, 2010). Intinya masa remaja adalah saat terjadinya perubahan-perubahan cepat, sehingga asupan gizi remaja putri harus diperhatikan dengan benar agar dapat tumbuh optimal. Apalagi di masa ini aktifitas fisik remaja pada umumnya lebih banyak. Selain disibukkan dengan berbagai aktifitas disekolah, umumnya mereka mulai menekuni berbagai kegiatan seperti olahraga, hobi, kursus, semua ini tentu akan menguras energi yang berujung pada keharusan menyesuaikan dengan asupan zat gizi seimbang.

  Energi dan protein yang dibutuhkan remaja lebih banyak daripada orang dewasa, begitu juga vitamin dan mineral.Seorang remaja putri membutuhkan 2000/kalori perhari untuk mempertahankan badan agar tidak gemuk. Vitamin B1, B2 dan B3 penting untuk metabolisme karbohidrat menjadi energi, asam folat dan vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah dan vitamin A untuk pertumbuhan jaringan. Sebagai tambahan, untuk pertumbuhan tulang dibutuhkan kalsium dan vitamin D yang cukup. Vitamin A, C, dan E penting untuk menjaga jaringan-jaringan baru supaya berfungsi optimal. Dan yang amat penting adalah zat besi terutama untuk perempuan dibutuhkan dalam metabolisme pembentukan sel-sel darah merah.

  Remaja membutuhkan energi dan nutrisi untuk melakukan deposisi jaringan.Peristiwa ini merupakan suatu fenomena pertumbuhan tercepat yang terjadi kedua kali setelah yang pertama dialami pada tahun pertama kehidupannya.Nutrisi dan pertumbuhan mempunyai hubungan yang sangat erat.Kebutuhan nutrisi remaja dapat dikenal dari perubahan tubuhnya, dan selanjutnya mempengaruhi kebutuhan nutrisinya (Soetjiningsih, 2004).

  Kecukupan energi diperlukan untuk kegiatan sehari-hari dan proses metabolisme tubuh. Cara sederhana untuk mengetahui kecukupan energi dapat dilihat dari berat badannya. Pada remaja perempuan usia 10-12 tahun kebutuhan energinya sebesar 50-60 kkal/kg BB/hari, sedangkan usia 13-18 tahun sebesar 40- 50 kkal/kg BB/hari. Pada remaja laki-laki usia 10-12 tahun kebutuhan energinya sebesar 55-60 kkal/kg BB/hari, sedangkan usia 13-18 tahun sebesar 45-55 kkal/kg BB/hari (Dedeh dkk, 2010).

  Semantara itu kecukupan energi yang diperlukan untuk kegiatan sehari- hari dan proses metabolisme tubuh menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013 remaja perempuan usia 10-12 tahun kebutuhan energinya sebesar 2000 kkal/hari, sedangkan usia 13-15 tahun kebutuhan energinya sebesar 2125 kkal/hari. Pada remaja laki-laki usia 10-12 tahun kebutuhan energinya sebesar 2100 kkal/hari, sedangkan usia 13-15 tahun kebutuhan energinya sebesar 2475 kkal/hari.

  (Permenkes, 2013), Energi dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan aktifitas otot, Fungsi metabolik lainnya (menjaga suhu tubuh, dan menyimpan lemak tubuh), dan untuk memperbaiki kerusakan jaringan dan tulang disebabkan oleh karena sakit dan cidera.

  WHO menganjurkan rata-rata konsumsi energi makan sehari adalah 10- 15% berasal dari protein, 15-30% dari lemak, dan 55-75% dari karbohidrat (Almatsier, 2002). Kecukupan gizi rata-rata menurut AKG 2013 bagi remaja usia 10-18 tahun dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Kecukupan Gizi Rata-Rata Bagi Remaja Usia 10-18 Tahun Per Orang Per Hari

  15

  90

  50

  65

  75

  9 Kalsium

  (mg) 1000 1200 1200 1200 1200 1200 1200

  10 Fosfor

  (mg) 500 1200 1200 1200 1200 1200 1200

  11 Besi (mg)

  10

  13

  19

  20

  50

  26

  26

  12 Seng (mg)

  11

  14

  18

  17

  13

  16

  14

  13 Iodium

  (mcg) 120 120 150 150 120 150 150

  75

  45

  Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi

  60

  Ciri-ciri psikologi Remaja putri menurut Asrinah dkk (2011), yaitu:

  1. Pemekaran diri sendiri (extension of the self), yang ditandai dengan kemampuan seseorang untuk menganggap orang atau hal lain sebagai dari dirinya sendiri juga. Perasaan egoisme (mementingkan diri sendiri) berkurang, sebaliknya tumbuh perasaan ingin memiliki. Salah satu ciri

  No Zat Gizi Anak Pria (tahun) Wanita (tahun 7-9 10-12 13-15 16-18 10-12 13-15 16-

  18

  1 Energi

  (kal) 1850 2100 2475 2675 2000 2125 2125

  2 Protein

  (gr)

  49

  56

  72

  66

  69

  (mg)

  59

  3 Vit. A

  (RE) 500 600 600 600 600 600 600

  4 Vit. B1

  (mg) 0,9 1,1 1,2 1,3 1,0 1,1 1,1

  5 Vit B2

  (mg) 1,1 1,3 1,5 1,6 1,2 1,3 1,3

  6 Vit B12

  (mg) 1,2 1,8 2,4 2,4 1,8 2,4 2,4

  7 A.Folat

  (mg) 300 400 400 400 400 400 400

  8 Vit. C

2.1.2 Perkembangan Psikologi Remaja

  khas adalah tumbuhnya kemampuan untuk mencintai orang lain dan alam sekitarnya

  2. Kemampuan diri untuk melihat diri sendiri secara obyektif (self

  obyektivication) ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan

  tentang diri sendiri (self insight) dan kemampuan untuk menangkap humor

  (sense of humor) termasuk yang menjadikan dirinya sendiri sebagai sasaran.

  3. Memiliki falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life). Hal ini dapat dilakukan tanpa, merumuskan dan mengucapkannya dalam kata-kata orang yang sudah dewasa tahu dengan tepat tempatnya dalam rangka susunan obyek-obyek lain di dunia.

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Remaja

  Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi pada remaja adalah :

  1. Kemampuan keluarga untuk membeli makanan atau pengetahuan tentang gizi

  2. Pekerjaan: Data terbaru dari kesehatan nasional dan survei pengujian ilmu gizi (NHNES) menyatakan bahwa konsumsi energi wanita dari umur 11 sampai 51 tahun bervariasi dari kalori yang rendah (sekitar 1329) sampai kalori yang tinggi (sekitar 1958 kalori). Konsumsi makanan wanita perlu mempertimbangkan kadar lemak dari 30% dan tinggi kalsium sekitar 800- 1200 mg/hari.

2.2 Anemia Remaja

  Anemia adalah kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin.

  Kadar hemoglobin normal pada remaja perempuan adalah 12 gr/dl (Proverewati& Misaroh, 2009). Batas normal kadar hemoglobin menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2.2 Batas normal Kadar Hb Menurut Kelompok Kelompok Umur Hb (g/dl)

  Anak 6 bulan - 6 tahun < 11 6 tahun

  • – 14 tahun < 11,5 Dewasa Laki-laki < 13 Wanita < 12 Wanita Hamil < 11

  Sumber : WHO, 2001

  Anemia merupakan masalah gizi yang banyak dijumpai di berbagai negara, dan mempunyai konsekuensi negatif terhadap kesejahteraan, kesehatan, sosial, dan ekonomi masyarakat. Gangguan fungsional anemia defisiensi zat besi berbeda-beda berdasarkan tahapan siklus kehidupan manusia, yaitu sejak kehamilan, bayi dan anak prasekolah, anak usia sekolah, dan usia dewasa (Ramakhrisnan, 2001). Pada orang dewasa, anemia menyebabkan gangguan fungsi imun, mental, fisik, dan termoregulasi (Beard,2001), sedangkan Benoist (INACG,2004) menyebabkan konsekuensi utama anemia adalah gangguan kognitif dan pertumbuhan fisik pada anak, dan menurunnya produktivitas kerja pada orang dewasa. WHO (2004) menambahkan bahwa anemia menjadi penyebab resiko kematian yang tinggi pada kehamilan dan bayi.

  Kejadian anemia tidak terlepas dari masalah kesehatan lainnya, bahkan dampaknya dinilai sebagai masalah yang sangat serius terhadap kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan kejadian anemia adalah :

  1. Sekitar 20% kematian ibu hamil dan bayi baru lahir diakibatkan oleh anemia. Kebanyakan studi menunjukkan kematian tersebut lebih banyak disebabkan anemia tingkat rendah, sedang daripada anemia berat. Resiko kematian ibu dan bayi akan berkurang sebesar 25% dan 28% untuk setiap kenaikan 100 g hemoglobin diantara 5-12 g/dl.

  2. Anemia pada wanita hamil mengakibatkan berat bayi lahir rendah dan rawan untuk meninggal saat perinatal.

  3. Defenisi zat besi, baik anemia maupun non-anemia akan menurunkan produktivitas kerja pada orang dewasa.

  4. Pada anak sekolah menyebabkan keterbatasan perkembangan kognitif sehingga prestasi sekolah menurun.

  Studi oleh Halterman et al. (2001) pada 5398 anak usia 6-16 tahun di AS menunjukkan bahwa mereka yang mengalami defisit zat besi (anemia dan non-anemia) memiliki nilai matematika lebih rendah daripada anak yang normal.

  Anak yang mengalami defisit zat besi mempunyai resiko 2,3-2,4 kali untuk memperoleh nilai matematika dibawah rata-rata dibandingkan anak normal.

2.2.1 Klasifikasi Anemia

  Secara morfologis anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran sel dan hemoglobin yang dikandung seperti berikut:

  1. Makrositik Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah bertambah besar dan jumlah hemoglobin tiap sel juga bertambah.Ada dua jenis anemia makrositik yaitu anemia megaloblastik dan non-megaloblastik.Kekurangan vitamin B12, asam folat, atau gangguan sintesis DNA merupakan penyebab anemia megaloblastik, sedangkan anemia non-megaloblastik disebabkan oleh eritropoiesis yang di percepat dan peningkatan luas permukaan membran.

  2. Mikrositik Mengecilnya ukuran sel darah merah merupakan salah satu tanda anemia mikrositik.Penyebabnya adalah defisiensi besi, gangguan sintesis globin, porfirin, dan heme, serta gangguan metabolisme besi lainnya.

  3. Normositik Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah.Penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume plasma secara berlebihan, penyakit-penyakit hemolitik, gangguan endokrin, ginjal dan hati.

2.2.2 Penyebab Anemia

  Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin (Hb), baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan absorpsi. Zat gizi yang bersangkutan adalah besi, protein, peridoksin (vitamin B6) yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis hem di dalam molekul hemoglobin, vitamin C yang mempengaruhi absorpsi pelepasan besi dari transferin ke dalam jaringan tubuh, dan vitamin E yang mempengaruhi membran sel darah merah (Almatsier, 2009) Salah satu penyebab kurangnya asupan zat besi adalah karena pola konsumsi masyarakat Indonesia yang masih didominasi sayuran sebagai sumber zat besi (non heme iron). Sedangkan, daging dan protein hewani lain (ayam dan ikan) yang diketahui sebagai sumber zat besi yang baik (heme iron), jarang dikonsumsi terutama oleh masyarakat di pedesaan sehingga hal ini menyebabkan rendahnya penggunaan dan penyerapan zat besi (Sediaoetama, 2003). Selain itu penyebab anemia defisiensi besi dipengaruhi oleh kebutuhan tubuh yang meningkat, akibat mengidap penyakit kronis, kehilangan darah karena menstruasi dan infeksi parasit (cacing).Di Indonesia penyakit kecacingan masih merupakan masalah yang besar untuk kasus anemia defisiensi besi, karena diperkirakan cacing menghisap darah 2-100 cc setiap harinya (Proverewati & Asfuah). Penyebab Anemia menurut Tarwoto, dkk (2010) adalah :

  1. Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri) lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.

  2. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan makanan.

  3. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khususnya melalui feses (tinja).

  4. Remaja putri mengalami haid setiap bulan, dimana kehilangan zat besi ± 1,3 mg/hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria.

  2.2.3 Tanda-Tanda Anemia

  Menurut Proverewati & Asfuah (2009), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah :

  1. Lesu, lemah, letih,lelah dan lunglai (5L)

  2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang

  3. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.

  Menurut Aulia (2012) tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah

  1. Mudah lelah

  2. Kulit pucat

  3. Sering gemetar 4. 5L

  5. Sering pusing dan mata berkunang-kunang

  6. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat, serta

  7. Anemia yang parah ( kurang dari 6 gr/dl darah) dapat menyebabkan nyeri.

  2.2.4 Dampak Anemia Bagi Remaja Putri

  Anemia pada remaja putri akan berdampak menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar, mengganggu pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak sehingga menimbulkan gejala muka tampak pucat, letih, lesu dan cepat lelah akibatnya dapat menurunkan kebugaran dan prestasi belajar (Depkes 2003). Menurut Sedioetama (2003), dampak anemia bagi remaja putri adalah :

  1. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar

  2. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal

  3. Menurunkan kemampuan fisik 4. Mengakibatkan muka pucat.

2.2.5 Pencegahan Anemia

  Menurut Almatsier (2009), cara mencegah dan mengobati anemia adalah :

  1. Meningkatkan Konsumsi Makanan Bergizi

  a) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe)

  b) Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.

  2. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah (TTD).

  Tablet Tambah Darah (TTD) adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200mg Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental dalam 0,25 mg asam folat. Wanita dan remaja putri perlu minum tablet tambah darah karena wanita mengalami haid sehingga memerlukan zat besi untuk mengganti darah yang hilang. Wanita mengalami hamil, menyusui, sehingga kebutuhan zat besinya sangat tinggi yang perlu dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja. Tablet tambah darah mampu mengobati wanita dan remaja putri yang menderita anemia, meningkatkan kemampuan belajar, kemampuan kerja dan kualitas sumber daya manusia serta generasi penerus. Meningkatkan status gizi dan kesehatan remaja putri dan wanita. Anjuran minum yaitu minumlah satu tablet tambah darah seminggu sekali dan dianjurkan minum satu tablet setiap hari selama haid

  3. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti : kecacingan, malaria, dan penyakit TBC.

2.3 Pengetahuan Gizi

  Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

  Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007)

  Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit dengan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang, serta bagaimana hidup sehat. (Notoatmodjo, 2003).

  Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi yang bersangkutan. Pengetahuan gizi yang tidak memadai, kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang kurang tentang kontribusi dari berabagai jenis makanan akan menimbulkan masalah kecerdasan dan produktivitas. Peningkatan pengetahuan gizi bisa dilakukan dengan program pendidikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah.Program pendidikan gizi dapat memberikan pengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku anak terhadap kebiasaan makannya.(Soekirman, 2000).

  Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh.Status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi dalam jumlah yang berlebihan sahingga menimbulkan efek yang membahayakan.

  Pengetahuan gizi sebaiknya telah ditanamkan sedini mungkin, sehingga apabila seseorang telah memasuki usia remaja atau dewasa mampu memenuhi kebutuhan energi tubuhnya dengan perilaku makannya. Karena pengetahuan tentang gizi sangat bermanfaat dalam menentukan apa yang akan dikonsumsi setiap hari.

  Kurangnya pengetahuan gizi dan kurangnya keterampilan dalam menerapkan informasi yang didapat dari berbagai media massa, media elektronik atau buku-buku yang berhubungan dengan gizi, dalam kehidupan sehari-hari merupakan faktor yang sangat penting dalam menimbulkan keadaan gizi salah.

  Pernyataan tersebut sejalan dengan berbagai pendapat yang menyatakan bahwa kekurangan gizi sebagian penduduk sebenarnya disamping dipengaruhi rendahnya pendapatan, masalah kependudukan, sistem pertanian, sosial ekonomi dan budaya juga disebabkan oleh kurangnya pengetahuan atau pengertian tentang gizi.

  Suatu hal yang menunjukkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan, yaitu:

  1. Status gizi baik sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan

  2. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika apabila makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan lebih optimal, pemeliharaan dan energi

  3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi keseimbangan gizi.

2.4 Pola Makan

  Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah, jenis, dan frekuensi bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk satu kelompok masyarakat tertentu.Dari pola konsumsi pangan terlihat bahwa disemua propinsi Indonesia sebagian besar penduduknya mengonsumsi beras.Namun demikian polanya tidak merata, dimana sebagian besar wilayah, beras dikonsumsi sebagai bahan pokok utama, sedangkan diwilayah lain, beras dikonsumsi bersama-sama dengan bahan pangan sumber karbohidrat lainnya, seperti ubi kayu, jagung, sagu, dan ubi jalar.

  Pola konsumsi pangan seseorang adalah salah satu bagian dari aspek anthropologi mempelajari tingkah laku manusia sebagai suatu kelompok, tingkah laku ini mncakup juga soal-soal yang berhubungan dengan pangan atau makanan yang berlangsung sejak zaman purba sampai zaman modern sekarang ini.

  Menurut Margaret Mead dalam (Almatsier, 2001) mengemukakan bahwa pola pangan (food patern)adalah cara seseorang atau sekelompok orang memanfaatkan pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan ekonomi dan sosial budaya yang dialaminya. Pola konsumsi pangan merupakan kegiatan sosial budaya yang mempunyai pengaruh kuat terhadap apa dan bagaimana pangan tersebut dimakan atau lebih dikenal dengan kebiasaan makan.

  Pola konsumsi atau kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia oleh kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan pangan meliputi sikap, kepercayaan, dan pemilihan makanan. Sikap berdasarkan nilai- nilai “afektif” yang berasal dari lingkungan alam, sosial, budaya dan ekonomi. Sedangkan kepercayaan orang yang berkaitan dengan nilai- nilai ”kognitif”, selanjutnya pemilihan makanan berdasarkan sikap dan kepercayaan merupakan proses

  “psikomotor”.

  Begitu berpengaruhnya pola makan terhadap hidup, maka untuk membuat hidup sehat pola makan juga harus sehat.Pola makan yang sehat adalah pola makan yang mengandung gizi seimbang.Pola makan gizi seimbang ini harus dijadikan dasar untuk menciptakan kehidupan yang sehat.

  Sesuai dengan perkembangan ilmu gizi didunia, saat ini dirumuskan tentang standar makan sehat yang mengandung gizi seimbang dengan pola food . Formula ini tidak lebih baik karena menambah porsi sayur dan

  guide pyramid

  buah serta roti dua kali lipat, ditambah serealia dan roti tambahan berikutnya sesuai dengan kebutuhan total energi tiap orang (Ibid, hlm: 99).

  Pola gaya hidup modern membuat remaja cenderung lebih menyukai makan diluar rumah bersama kelompoknya. Remaja putri sering mempraktekkan diet dengan cara yang kurang benar seperti melakukan pantangan-pantangan, membatasi atau mengurangi frekuensi makan untuk mencegah kegemukan. Pada umumnya remaja mempunyai kebiasaan makan yang kurang baik.Remaja sering mengkonsumsi makanan dalam jumlah tidak seimbang dibandingkan dengan kebutuhannyakarena takut kegemukan.Kebiasaan remaja rata-rata tidak lebih dari tiga kali sehari dan disebut makan bukan hanya dalam konteks mengkonsumsi makanan pokok saja tetapi makanan ringan juga dikategorikan sebagai makanan.

  Survei yang dilakukan Hunlock (1997) menunjukkan bahwa remaja suka sekali jajan makanan ringan. Jenis makanan ringan yang dikonsumsi adalah kue- kue yang rasanya manis. Sedangkan jenis sayuran dan buah-buahan yang mengandung vitamin A dan vitamin C jarang dikonsumsi, sehingga dalam diet mereka rendah akan zat besi, Vitamin A dan Vitamin C.

2.4.1 Pembentukan Pola Konsumsi Pangan

  Pola makan seorang individu ditinjau dari frekuensi makan dirumah yaitu apabila frekuensi makan individu dirumah itu baik misalnya 3 kali makan utama dengan 1-2 kali makan selingan maka konsumsi makanan jajanannya akan berkurang karena sudah kenyang terlebih dahulu sehingga nafsu memakan makanan jajanan berkurang. Sedangkan pola makan ditinjau dari penggunaan bahan makanan yang beraneka ragam pada makanan yang dihidangkan kesehariannya dapat mengurangi konsumsi makanan jajanannya karena variasi bahan makanan sudah terpenuhi dan zat-zat gizi yang diperlukannya sudah tersedia dalam makanan yang menjadi menunya.

  Pada usia remaja harus dibiasakan menyukai makanan yang beraneka ragam. Remaja perlu diperkenalkan variasi, baik jenis maupun rasa makanan.Misalnya untuk karbohidrat tidak hanya pada sepiring nasi, tetapi juga terdapat pada semangkuk mie, setangkup roti, sepiring irisan kentang goreng dan lain-lain, kemudian dibiasakan untuk menyukai berbagai macam sayur dan buah.Jika memungkinkan bawa bekal makan siang dari rumah, selain dapat menghemat bekal dari rumah bisa terjamin kesehatan dan keamanannya.(Dedeh dkk, 2010).

  Remaja sebaiknya tahu atau memahami makanan yang dikonsumsi.Banyak remaja menyenangi makanan berkalori tinggi yang kurang mengandung vitamin dan mineral, sehingga membuat badan lebih gemuk.Remja sulit mengubah kebiasaan makannya kecuali melihat ada keuntungannya.Mereka harus melihat hubungan antara kondisi yang diinginkan dengan makanan yang harus dimakan sebelum mengambil keputusan.

  Anak sekolah terutama pada masa remaja tergolong pada masa pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental secara peka terhadap rangsangan dari luar.Konsumsi makan merupakan salah satu faktor penting yang turut menentukan potensi pertumbuhan dan perkembangan remaja.

2.4.2 Pola Makan Dilihat Dari Ragam dan Frekuensi Bahan Makanan yang Dikonsumsi

  • Ragam (Jenis)

  Bahan makanan yang dikonsumsi oleh siswa sangat beragam, membiasakan makan makanan yang beraneka ragam adalah prinsip pertama dari gizi seimbang yang universal.Artinya, setiap manusia dimana saja membutuhkan makanan yang beraneka ragam atau bervariasi, karena tak ada satupun makanan yang mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Makin beragam pola hidangan makanan, makin mudah terpenuhi kebutuhan akan berbagai zat. Bahan makanan yang dikonsumsi dikelompokkan kedalam bahan makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, buah-buahan dan lain-lain.

  1. Makanan Pokok Makanan pokok merupakan bahan makanan yang mengandung karbohidrat. Makanan pokok terdiri atas bahan makanan serelia dan umbi-umbian.Yang termasuk makanan pokok antara lain : beras, jagung, tepung terigu, roti,kentang, singkong, ubi jalar, gembili, talas, uwi, mie gandum, tepung beras dan lain-lain.Adapun standar makanan pokok nasi adalah 100 gram beras yang berbentuk nasi untuk satu kali makan.Jadi hidangan sehari semalam terdiri dari 4-5 porsi atau piring setara dengan ≥ 350 gram beras (Persagi, 1991).

  2. Lauk Pauk Bahan makanan lauk hewani merupakan bahan makanan sumber protein yang berasal dari hewan. Yang termasuk dalam bahan lauk hewani antara lain :daging sapi, kambing, ayam, telur, jerohan, keju, bebek, menthok, ikan, udang, cumi-cumi. Bahan lauk nabati adalah lauk berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hasil olahannya, antara lain : tempe, tahu, kacang-kacangan, lauk nabati merupakan sumber protein.

  1 potong ikan atau 2 potong tempe dan sejenisnya setara dengan ≥ 50 gram lauk pauk yang harus kita konsumsi dalam sehari (Persagi,1991).

  3. Sayuran Sayuran merupakan bagian dari tubuh yang dapat dimakan, antara lain daun, bunga, umbi, maupun batang, sayuran merupakan sumber mineral dan vitamin, setiap jenis sayuran memiliki warna, rasa, aroma dan kekerasan yang berbeda-beda, sehingga bahan pangan sayur- sayuran dapat menambah variasi makanan, yang termasuk sayuran antara lain, kol, wortel, kentang, loncang, buncis, sawi hijau dan lain- lain. Standar porsi sayur yang harus dikonsumsi dalam sehari ialah 1 mangkok sayur dengan isi sayur daun hijau setara dengan ≥ 200 gram (Persagi, 1991)

  4. Buah-buahan Buah adalah bagian tanaman hasil perkawinan putik dan benang sari pada umumnya buah merupakan tempat biji.Dalam pengertian sehari- hari, buah diartikan sebagai semua produk yang dikonsumsi sebagai

  “pencuci mulut”. Yang termasuk buah antara lain mangga, jeruk, apel, pisang, semangka dan lain-lain.

  1 potong buah segar setara dengan ≥ 150 gram buah yang harus kita konsumsi dalam sehari (Persagi,1991).

  • frekuensi

  Penilaian frekuensi penggunaan bahan makanan mengunakan food

  frekuensi yang memutar daftar bahan makanan dan frekuensi penggunaan

  bahan makanan tersebut dalam periode tertentu yaitu :

  1. Sering : Bila konsumsi bahan makanan > 1 kali perhari, yang artinya bahan makanan dikonsumsi setiap kali makan.

  2. Tidak sering : Bila konsumsi bahan makanan ≤ 1 kali perhari yang artinya bahan makanan dikonsumsi 1 sampai 3 kali seminggu, 4 sampai 5 kali seminggu, 1 sampai 2 kali perbulan, 1 sampai 2 kali per tahun, bahkan tidak pernah (Suhardjo, 1989).

  Ragam bahan makanan itu berhubungan dengan frekuensi makan, dan semua itu bisa kita lihat dari pedoman gizi seimbang. Dalam TGS, makanan sumber karbohidrat diletakkan sebagai dasar tumpeng, sumber lemak diletakkan pada puncak TGS karena penggunaanya dianjurkan seperlunya, sumber protein hewani dan nabati diletakkan berdasarkan level yang sama dibawah puncak tumpeng konsumsi kedua protein ini juga dianjurkan dengan porsi yang sama.

  Dalam TGS sayur dan buah-buahan dianjurkan dikonsumsi sesering mungkin tiap hari, dalam TGS setiap hari minum air putih paling sedikit 2 liter atau 8 gelas (Dedeh, dkk, 2010).

  Prinsip kedua dari pola makan dengan Gizi Seimbang adalah pentingnya hidup bersih. Pola makan ber-Gizi Seimbang akan menjadi tak berguna bila tidak diikuti dengan penerapan prinsip dan kebiasaan hidup bersih. Prinsip lain Gizi Seimbang adalah kesesuaian atau keseimbangan antara asupan dan pengeluaran energi untuk beraktivitas. TGS dirancang untuk membantu setiap orang memilih makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat, sesuai dengan berbagai kebutuhan menurut usia dan sesuai dengan keadaan kesehatan. Jumlah atau porsi makanan sesuai dengan anjuran makanan bagi remaja yang disajikan pada tabel2.3 berikut:

Tabel 2.3 Jumlah Porsi Makanan yang Dianjurkan Pada Usia Remaja Makan Pagi Makan Siang Makan Malam

  06.00-07.00 WIB 13.00-14.00 WIB

  20.00 WIB Nasi 1 porsi 100 gram Nasi 2 porsi 200 gram Nasi 1 porsi 100 gram beras beras beras

  Telur 1 butir 50 gram Daging 1 porsi 50 gram Daging 1 porsi 50 gram Susu sapi 200 gram Tempe 1 porsi 50 gram Tahu 1 porsi 100 gram

  Sayur 1 porsi 100 gram Sayur 1 porsi 100 gram Buah 1 porsi 75 gram Buah 1 porsi 100 gram

  Susu skim 1 porsi 100 gram

  Sumber :Pedoman Gizi Seimbang 2014

  2.5 Kerangka Konsep Penelitian

  Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut : Pola Makan Remaja Putri

  Anemia Pengetahuan Gizi

  SMP Negeri 2 Kotapinang Remaja Putri SMP

  • Anemia Negeri 2 - Jumlah - Tidak Kotapinang - Jenis anemia
  • Frekuensi

  2.6 Hipotesis Penelitian

  1. Adahubungan antara pengetahuan gizi responden dengan pola makan remaja putri meliputi frekuensi, jenis dan jumlah makan responden.

  2. Ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan kejadian anemia.

  3. Ada hubungan antara pola makan meliputi frekuensi, jenis dan jumlah makan responden dengan kejadian anemia.