6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriptografi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kriptografi

  Kriptografi ( cryptography ) berasal dari Bahasa Yunani yaitu “cryptos” yang artinya

  “secret” (rahasia) dan “graphein” yang artinya “writing” (menulis). Jadi kriptografi berarti “secret writing” (tulisan rahasia). Kriptografi adalah ilmu dan seni untuk menjaga kerahasiaan pesan dengan cara menyandikan ke dalam bentuk yang tidak dapat dimengerti maknanya. Kriptografi mempunyai sejarah yang sangat menarik dan panjang. Kriptografi sudah digunakan lebih dari 4000 tahun yang lalu, diperkenalkan oleh orang-orang mesir lewat hieroglyph. (Mollin, Richard A.2007)

  Keamanan data merupakan suatu hal yang dibutuhkan semua orang, supaya data yang dikirim aman dari gangguan orang yang tidak bertanggungjawab yang dapat membahayakan keamanan pesan pada saat proses pengiriman data. Untuk mengamankan data tersebut kita menggunakan teknik kriptografi seperti yang sudah dijelaskan diatas. Ada beberapa komponen kriptografi dasar, seperti: (Ariyus, D. 2008) 1.

   Enkripsi

  Enkripsi merupakan cara pengamanan data yang dikirimkan sehingga terjaga kerahasiaannya. Pesan asli disebut plaintext (teks biasa), yang diubah menjadi kode-kode tidak dimengerti. Enkripsi bisa diartikan dengan chiper atau kode .

  

6

  2. Dekripsi

  Merupakan kebalikan dari Enkripsi. Pesan yang telah di Enkripsi dikembalikan kebentuk aslinya dan algoritma yang digunakan untuk dekripsi tentu saja berbeda dengan proses Enkripsi.

  3. Kunci

  Ada dua penerapan kunci pada pengamanan kriptografi yaitu, kunci umum (public key) dan kunci pribadi (private key).

  4. Ciphertext Ciphertext adalah bentuk penyandian dari proses Enkripsi dan pesan pada teks-

  kode ini tidak dapat dibaca karena berupa karakter-karakter yang tidak mempunyai ejaan atau makna tertentu.

  5. Plaintext Plaintext sering disebut dengan cleartex, Adalah teks asli yang memiliki

  makna yang akan dikirim kepada penerima. Teks asli inilah yang akan diproses dengan algoritma kriptografi menjadi ciphertext (teks-kode).

  6. Pesan

  Pesan adalah sesuatu informasi yang akan disampaikan atau dikirim kepada penerima dan pesan merupakan sesuatu yang sering dirahasiakan. Pesan dapat berupa data atau informasi yang di kirim baik itu melalui kurir, saluran komunikasi data, dan sebagainya atau yang disimpan didalam media perekaman seperti kertas, storage dan sebagainya.

  7. Cryptanalysis Cryptanalysis bisa diartikan sebagai analisi kode atau suatu ilmu untuk

  mendapatkan pesan teks asli atau Plaintext tanpa harus mengetahui kunci yang sah secara wajar. Proses ini disebut juga dengan breaking code. Analisis dilakukan dengan menemukan kelemahan dari algoritma yang dilakukan oleh kriptografi dan akhirnya dapat menemukan kunci atau teks aslinya dari sebuah proses Enkripsi dengan algoritma tersebut.

  Algoritma kriptografi berdasarkan jenis kunci yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

a. Algoritma Simetris

  Algoritma simetri sering disebut dengan algoritma klasik, karena memakai kunci yang sama untuk proses enkripsi dan dekripsi. Algoritma ini sudah ada sejak 4000 tahun yang lalu.

  Karena kunci yang digunakan untuk proses enkripsi dan dekripsi sama, sehingga sering disebut juga one key/ private key/ single key, seperti Twofish,

  One Time Pad . (Mollin, Richard A.2007)

Plainteks Cipherteks Plainteks

dekripsi enkripsi Kunci enkripsi (K) Kunci dekripsi (K)

Gambar 2.1 Diagram proses enkripsi dan dekripsi algoritma simetris b.

   Algoritma Asimetris

  Algoritma Asimetri sering juga disebut dengan kunci publik. Dimana kunci yang digunakan untuk enkripsi berbeda dengan kunci yang digunakan untuk dekripsi, seperti algoritma RSA, ElGamal, dll. Kunci-kunci tersebut berhubungan satu sama lain: (Mollin, Richard A.2007)

  Plainteks

Cipherteks

Plainteks enkripsi dekripsi Kunci Public (K1) Kunci Privat (K2)

Gambar 2.2 Diagram proses enkripsi dan dekripsi algoritma asimetris

2.2 Algoritma RSA

  Dari sekian banyak algoritma kriptografi kunci-publik yang pernah dibuat, algoritma yang paling populer adalah algoritma RSA. Algoritma RSA dibuat oleh 3 orang peneliti dari MIT (Massachussets Institute of Technology) pada tahun 1976, yaitu: Ron (R)ivest, Adi (S)hamir, dan Leonard (A)dleman. Keamanan algoritma RSA terletak pada sulitnya memfaktorkan bilangan yang besar menjadi faktor-faktor prima. Pemfaktoran dilakukan untuk memperoleh kunci pribadi. Selama pemfaktoran bilangan besar menjadi faktor-faktor prima belum ditemukan algoritma yang baik, maka selama itu pula keamanan algoritma RSA tetap terjamin. (Munir, R. 2007) Besaran-besaran yang digunakan pada algoritma RSA:

  1. p dan q bilangan prima (rahasia) 2. r = pq (tidak rahasia) 3. n = (p

  (rahasia) 4. e (kunci enkripsi/kunci publik) (tidak rahasia) 5. d (kunci dekripsi/kunci privat) (rahasia) 6. x (plainteks) (rahasia) 7. y (cipherteks) (tidak rahasia)

  • – 1)(q – 1)

a. Prosedur Membuat Pasangan Kunci 1. Pemilihan dua buah bilangan prima sembarang, p dan q.

  2. Penghitungan r = pq. Sebaiknya pq, sebab jika p = q maka r = p

  2

  sehingga p dapat diperoleh dengan menarik akar pangkat dua dari r.

3. Penghitungan n = (p – 1)(q – 1).

  4. Pemiilihan kunci publik e, yang relatif prima terhadap n.

  5. Pembangkitan kunci rahasia menggunakan persamaan de = 1 + kn , sehingga d dapat dihitung dengan:

  e kn d

   

  1 ……………………………………(1) Keterangan : d : kunci dekripsi (rahasia)

  e : kunci enkripsi (tidak rahasia) yang relatif prima terhadap n n : hasil perhitungan dari (p-1)(q-1)

k : dengan mencoba nilai 1,2,3,... sehingga nilai d bulat

Akan terdapat bilangan bulat k yang menyebabkan memberikan bilangan bulat d.

  Dengan catatan e dan d dapat dipertukarkan urutan pembangkitannya. Jika langkah 4 diganti dengan “Pemilihan kunci rahasia d, yang …”, maka pada langkah 5 kita menghitung kunci publik dengan rumus yang sama. Contoh : Misalkan p = 47 dan q = 71 (keduanya prima). Selanjutnya, hitung nilai

  r = p dan n = (p

   q = 3337 – 1)(q – 1) = 3220 Pemilihan kunci publik e = 79, karena 79 relatif prima dengan 3220. e dan r dapat dipublikasikan ke umum. Selanjutnya penghitungan kunci dekripsi d seperti yang dituliskan pada langkah instruksi 5 dengan menggunakan persamaan (1), 1 ( k 3220)

   

  d

  79 Keterangan : d : kunci dekripsi (rahasia) : kunci enkripsi (tidak rahasia) diperoleh 79

  e n : hasil perhitungan dari (p-1)(q-1) diperoleh 3220 k : dengan mencoba nilai 1,2,3,... sehingga nilai d bulat

  Dengan mencoba nilai k = 25 diperoleh nilai d yang bulat adalah 1019. Ini adalah kunci dekripsi yang harus dirahasiakan.

b. Proses Enkripsi

  Plainteks disusun menjadi blok-blok x , x

  1 2 , …, sedemikian sehingga setiap blok

  merepresentasikan nilai di dalam rentang 0 sampai r i dienkripsi

  • – 1. Setiap blok x menjadi blok y i dengan rumus pada halaman berikut.

  e y i = x i mod r

  ………………………………………(2) Keterangan: y i : blok cipherteks r : hasil perkalian p dan q

  x i : blok plainteks e : kunci enkripsi (tidak rahasia) yang relatif prima terhadap n

c. Proses Dekripsi

  Setiap blok cipherteks y didekripsi kembali menjadi blok x dengan rumus

  i i d x i = y i mod r

  ………………………………………(3) Keterangan: y : blok cipherteks

  i x : blok plainteks i d : kunci dekripsi (rahasia) r : hasil perkalian p dan q

  Contoh : Misalkan plainteks yang akan dienkripsikan adalah x = HARI INI atau dalam sistem desimal (pengkodean ASCII) = 7265827332737873 Kemudian x dipecah menjadi enam blok yang berukuran 3 digit:

  x 1 = 726 x 3 = 733 x 5 = 787

  = 582 = 273 = 003

  x 2 x 4 x

  6 Nilai-nilai x i ini masih terletak di dalam rentang 0 sampai 3337

  • – 1 (agar transformasi menjadi satu-ke-satu).

  e

  Kemudian blok-blok plainteks dienkripsikan dengan rumus y i = x i mod r , sebagai berikut:

  79

  79

  726 mod 3337 = 215 = y 273 mod 3337 = 933 = y

  1

  4

  79

  79

  582 mod 3337 = 776 = y

  2 787 mod 3337 = 1731 = y

  5

  79

  79

  733 mod 3337 = 1743 = y

  3 003 mod 3337 = 158 = y

  6 Dengan begitu cipherteks yang dihasilkan adalah y = 215 776 1743 933 1731 158. Dekripsi dilakukan dengan menggunakan kunci rahasia d = 1019 Apabila blok-blok cipherteks didekripsikan akan bernilai sebagai berikut:

  1019

  215 mod 3337 = 726 = x

  1 1019

  776 mod 3337 = 582 = x

  2 1019

  1743 mod 3337 = 733 = x

  3

  … Blok plainteks yang lain dikembalikan dengan cara yang serupa. Akhirnya kita memperoleh kembali plainteks semula x = 7265827332737873 Kemudian diubah dalam karakter ASCII adalah x = HARI INI.

2.3 Algoritma ElGamal

  Algoritma ElGamal dibuat oleh Taher ElGamal pada tahun 1984. Algoritma Elgamal juga adalah algoritma kriptografi kunci-publik. Algoritma ini pada mulanya digunakan untuk digital signature, namun kemudian dimodifikasi sehingga juga bisa digunakan untuk enkripsi dan dekripsi. Kekuatan algoritma ini terletak pada sulitnya menghitung logaritma diskrit. (Munir, R. 2006) Besaran-besaran yang digunakan dalam algoritma ElGamal yaitu:

  1. p bilangan prima (tidak rahasia)

  2. Bilangan acak, g ( g < p) (tidak rahasia)

  3. Bilangan acak, x (x < p) (kunci privat) (rahasia)

  x

  4. y = g mod p (kunci publik) (tidak rahasia) 5. m (plainteks) (rahasia) 6. a dan b (cipherteks) (tidak rahasia)

a. Prosedur Membuat Pasangan Kunci 1. Pemilihan sembarang bilangan prima p.

  2. Pemilihan dua buah bilangan acak g dan x, dengan syarat g < p dan x < p.

  x

  3. Penghitungan y = g mod p ………………………………… (4) 4. Dengan kunci publik y, kunci rahasia x. Nilai g dan p tidak dirahasiakan.

  b. Proses Enkripsi

  Plainteks disusun menjadi blok-blok m

  

1 , m

  2

  , …, sedemikian sehingga setiap blok merepresentasikan nilai di dalam rentang 0 sampai p – 1. Dilanjutkan dengan pemilihan bilangan acak k, yang dalam hal ini 0  kp

  • – 1, sedemikian sehingga k relatif prima dengan p
  • – 1. Setiap blok m dienkripsi dengan rumus:

  k k a = g mod p ………….. (5) dan b = y m mod p …………..(6)

  Keterangan: a : cipherteks pertama

  b : cipherteks kedua p : bilangan prima yang telah ditentukan g : bilangan acak lebih kecil dari p k : bilangan acak yang memenuhi 0  kp

  • – 1

  

x

y : kunci publik hasil dari g mod p m : blok-blok plainteks

  Pasangan a dan b adalah cipherteks untuk blok pesan m. Dengan begitu ukuran cipherteks dua kali ukuran plainteksnya.

  c. Proses Dekripsi

  Untuk mendekripsi a dan b digunakan kunci rahasia, x, dan plainteks m diperoleh kembali dengan persamaan

  • -1 p-1-x x

  x (a ) = a mod p m = b/a mod p

  ………….. (7) dan ………….. (8) Keterangan: a : cipherteks pertama , x : kunci privat (x < p)

  b : cipherteks kedua , m : blok-blok plainteks p : bilangan prima yang telah ditentukan

  Plainteks dapat ditemukan kembali dari pasangan cipherteks a dan b.

2.4 Pengertian Citra

  Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa foto, bersifat analog berupa sinyal-sinyal video seperti gambar pada monitor televisi, atau bersifat digital. (Sutoyo. T. 2009) Gambar koordinat citra digital dapat dilihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Koordinat Citra Digital

2.4.1 Pengertian Citra Analog

  Citra analog adalah citra yang bersifat kontinu, seperti gambar pada monitor televisi, foto sinar X, foto yang tercetak di kertas foto, lukisan, pemandangan alam, hasil CT scan, gambar-gambar yang terekam pada pita kaset, dan lain sebagainya. Citra analog tidak dapat direpresentasikan dalam komputer sehingga tidak bisa diproses di komputer secara langsung. Oleh sebab itu, agar citra ini dapat diproses di komputer, proses konversi analog ke digital harus dilakukan terlebih dahulu. Citra analog dihasilkan dari alat-alat analog, seperti video kamera analog, seperti video kamera analog, kamera foto analog, WebCam, CT scan, sensor rontgen untuk foto thorax, sensor gelombang pendek pada sistem radar, sensor ultrasound pada sistem USG, dan lain sebagainya. (Sutoyo. T. 2009) Hampir semua kejadian alam boleh diwakili sebagai perwakilan analog seperti bunyi, cahaya, air, elektrik, angin dan sebagainya. Jadi citra analog adalah citra yang terdiri dari sinyal –sinyal frekuensi elektromagnetis yang belum dibedakan sehingga pada umumnya tidak dapat ditentukan ukurannya. (Putra, D. 2010)

2.4.2 Pengertian Citra Digital

  Secara umum, pengolahan citra digital menunjuk pada pemrosesan gambar dua dimensi menggunakan komputer. Citra digital merupakan sebuah larik yang berisi nilai-nilai real maupun komplek yang direpresentasikan dengan deretan bit tertentu. (Putra, D. 2010)

  Citra digital adalah citra yang dinyatakan secara diskrit (tidak kontinu), baik untuk posisi koordinatnya maupun warnanya. Dengan demikian, citra digital dapat digambarkan sebagai suatu matriks, dimana indeks baris dan indeks kolom dari matriks menyatakan posisi suatu titik di dalam citra dan harga dari elemen matriks menyatakan warna citra pada titik tersebut. Dalam citra digital yang dinyatakan sebagai susunan matriks seperti ini, elemen

  • –elemen matriks tadi disebut juga dengan istilah piksel yang berasal dari kata picture element (pixel).(Basuki, A. 2005)

  Citra digital adalah citra yang terdiri dari sinyal

  • –sinyal frekuensi elektromagnetis yang sudah disampling sehingga dapat ditentukan ukuran titik gambar yang pada umumnya disebut piksel. Untuk menyatakan citra secara matematis, dapat didefinisikan fungsi f(x,y) di mana x dan y menyatakan suatu posisi dalam koordinat dua dimensi dan harga f pada titik (x,y) adalah harga yang menunjukkan warna citra pada titik tersebut. (Sutoyo. T. 2009)

2.5 Jenis Citra

  Nilai suatu piksel memiliki nilai dalam rentang tertentu, dari nilai minimum sampai nilai maksimum. Jangkauan yang digunakan berbeda-beda tergantung jenis warnanya.

  Namun secara umum jangkauannya adalah 0-255. Citra dengan penggambaran seperti ini digolongkan ke dalam citra integer. (Putra, D. 2010)

  2.5.1 Citra Biner

  Citra biner adalah citra digital yang hanya memiliki dua kemungkinan nilai piksel yaitu hitam dan putih, sering juga disebut citra black and white atau citra monokrom. Hanya dibutuhkan 1 bit untuk mewakili nilai setiap piksel dari citra biner (Putra, D. 2010). Citra biner sering kali muncul sebagai hasil dari proses pengolahan seperti segmentasi, pengembangan, ataupun morfologi.

Gambar 2.4 Citra Biner (Basuki, A. 2005)

  2.5.2 Citra Grayscale

  Citra grayscale merupakan citra digital yang hanya memiliki satu nilai kanal pada setiap pikselnya, dengan kata lain nilai RED = GREEN = BLUE. Nilai tersebut digunakan untuk menunjukkan nilai intensitas. Warna yang dimiliki adalah warna dari hitam, keabuan dan putih. Tingkat keabuan disini merupakan warna abu dengan berbagai tingkatan dari hitam hingga mendekati putih. Citra grayscale memiliki kedalaman warna 8 bit (256 kombinasi warna keabuan).(Putra, D. 2010)

Gambar 2.5 Citra Grayscale

  2.5.3 Citra Warna (16 Bit)

  Citra warna 16 bit (biasanya disebut citra highcolor) dengan setiap pixelnya diwakili dengan 2 byte memory (16 bit).

  Warna 16 bit memiliki 65.356 warna. Dalam formasi bitnya, nilai merah dan biru mengambil tempat di 5 bit di kanan dan kiri. Komponen hijau memiliki 5 bit ditambah 1 bit ekstra. Pemilihan komponen hijau dengan deret 6 bit dikarenakan penglihatan manusia lebih sensitive terhadap warna hijau. (Putra, D. 2010)

  

Bit- Bit- Bit- Bit- Bit- Bit- Bit- Bit- Bit- Bit- Bit- Bit- Bit- Bit- Bit- Bit-

  15

  14

  13

  12

  11

  10

  9

  8

  7

  6

  5

  4

  3

  2

  1 R R R R R G G G G G G B B B B B

Gambar 2.6 Deret Warna 16 Bit (Putra, D. 2010)Gambar 2.7 Kedalaman Warna 16 bit High Color (Prasetyo, E. 2012)

  2.5.4 Citra Warna (24 Bit)

  Setiap pixel dari citra warna 24 bit diwakili dengan 24 bit sehingga total 16.777.216 variasi warna. Variasi ini sudah lebih dari cukup untuk memvisualisasikan seluruh warna yang dapat dilihat penglihatan manusia. Penglihatan manusia dipercaya hanya dapat membedakan hingga 10 juta warna saja.

  Setiap poin informasi pixel (RGB) disimpan ke dalam 1 byte data. 8 bit pertama menyimpan nilai biru, kemudian diikuti dengan nilai hijau pada 8 bit kedua dan pada 8 bit terakhir merupakan warna merah. (Putra, D. 2010)

Gambar 2.8 Citra Warna 24 Bit

2.6 Format File Citra Bitmap (.bmp)

  Format file citra standar yang digunakan saat ini terdiri dari beberapa jenis. Format- format ini digunakan dalam menyimpan citra dalam sebuah file. Setiap format memiliki karakteristik masing-masing. (Putra, D. 2010) Setiap program pengolahan citra biasanya memiliki format citra tersendiri.

  Format dan metode dari suatu citra yang baik juga sangat bergantung pada jenis citranya. Setiap format file citra memiliki kelebihan dan kekurangan masing

  • – masing dalam hal citra yang disimpan. Citra tertentu dapat disimpan dengan baik (dalam arti ukuran file lebih kecil dan kualitas gambar tidak berubah) pada format file citra tertentu, apabila disimpan pada format lain kadang kala dapat menyebabkan ukuran file menjadi lebih besar dari aslinya dan kualitas citra dapat menurun oleh karena itu, untuk menyimpan suatu citra harus diperhatikan citra dan format file citra apa yang sesuai.
Format .bmp adalah format penyimpanan standar tanpa kompresi yang umum dapat digunakan untuk menyimpan citra biner hingga citra warna. Format ini terdiri dari beberapa jenis yang setiap jenisnya ditentukan dengan jumlah bit yang digunakan untuk menyimpan sebuah nilai piksel. (Putra, D. 2010)

  • – Pada format bitmap, citra disimpan sebagai suatu matriks di mana masing masing elemennya digunakan untuk menyimpan informasi warna untuk setiap pixel. Jumlah warna yang dapat disimpan ditentukan dengan satuan bit-per-pixel. Semakin besar ukuran bit-per-pixel dari suatu bitmap, semakin banyak pula jumlah warna yang dapat disimpan. Format bitmap ini cocok digunakan untuk menyimpan citra digital yang memiliki banyak variasi dalam bentuknya maupun warnanya, seperti foto dan lukisan. (Putra, D. 2010)

  Karakteristik lain dari bitmap yang juga penting adalah jumlah warna yang dapat disimpan dalam bitmap tersebut. Ini ditentukan oleh banyaknya bit yang digunakan untuk menyimpan setiap titik dari bitmap yang menggunakan satuan bpp (bit per pixel). Dalam Windows dikenal bitmap dengan 1, 4, 8, 16, dan 24 bit per piksel. Jumlah warna maksimum yang dapat disimpan dalam suatu bitmap adalah

  n

  sebanyak 2 dimana n adalah banyaknya bit yang digunakan untuk menyimpan satu

  ,

  titik dari bitmap. (Sutoyo. T. 2009) Berikut ini tabel yang menunjukkan hubungan antara banyaknya bit per piksel dengan jumlah warna maksimum yang dapat disimpan dalam bitmap, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 2.1 Hubungan Antara Bit Per Piksel dengan Jumlah Warna Pada Bitmap

  No Jumlah bit per piksel (n) Jumlah warna

  1

  1

  2

  2

  4

  16

  3 8 256

  4 16 65536

  5 24 16777216

2.7 Mode Warna

  Dua mode warna yang banyak digunakan dalam dunia komputer adalah mode warna RGB yang diterapkan pada tabung display seperti pada monitor dan televisi/video dan CMYK yang digunakan pada kebanyakan mesin pencetak dokumen (printer). Untuk menampilkan sebuah citra pada layar monitor diperlukan lebih dari sekedar informasi tentang letak dari piksel-piksel pembentuk citra. Untuk memperoleh gambar yang tepat dibutuhkan juga informasi tentang warna yang dipakai untuk menggambarkan sebuah citra digital.

2.7.1 Mode Warna RGB (Red, Green, Blue)

  RGB adalah (Green), daKegunaan utama model warna RGB adalah untuk menampilkan citra / gambar dalam perangkat elektronik, seperti biasa. Sebelum era elektronik, model warna RGB telah memiliki landasan yang kuat berdasarkan pemahaman manusia terhadap teor

  Model warna ini merupakan model warna yang paling sering dipakai. Contoh alat yang memakai mode warna ini yait Kelebihan model warna ini adalah gambar mudah disalin / dipindah ke alat lain tanpa harus di-convert ke mode warna lain, karena cukup banyak peralatan yang memakai mode warna ini. Kelemahannya adalah tidak bisa dicetak sempurna dengan sehingga harus diubah terlebih dahulu. RGB merupakan model warna aditif, yaitu ketiga berkas cahaya yang ditambahkan bersama-sama, dengan menambahkan panjang gelombang, untuk membuat spektrum warna akhir.

  Mode warna RGB menghasilkan warna menggunakan kombinasi dari tiga warna primer merah, hijau, biru. RGB adalah model warna penambahan, yang berarti bahwa warna primer dikombinasikan pada jumlah tertentu untuk menghasilkan warna yang diinginkan. RGB dimulai dengan warna hitam dan menambahkan merah, hijau, biru terang untuk membuat putih. Kuning diproduksi dengan mencampurkan merah, hijau, warna cyan dengan mencampurkan hijau dan biru, warna magenta dari kombinasi merah dan biru. Monitor komputer dan televisi memakai RGB. (Sutoyo. T. 2009)

Gambar 2.9 Warna RGB (Sutoyo. T. 2009)

2.7.2 Mode Warna CMYK (Cyan, Magenta, Yellow, Black)

  CMYK (Cyan Magenta Yellow Black) adalah model warna yang biasanya digunakan di percetakan (Printer, Sablon, dll). Tinta process cyan, process magenta, process

  

yellow , process black dicampurkan dengan komposisi tertentu dan tepat serta akurat

  sehingga menghasilkan warna cetak yang tepat seperti yang diinginkan pada background putih dengan media kertas maupun lainnya. Bahkan bila suatu saat diperlukan, warna ini dengan mudah bisa dibentuk kembali.

  Model ini, baik sebagian ataupun keseluruhan, biasanya ditimpakan dalam gambar dengan warna latar putih (warna ini dipilih, dikarenakan dia dapat menyerap panjang struktur cahaya tertentu). Model seperti ini sering dikenal dengan nama , karena warna-warnanya mengurangi warna terang dari warna

  subtractive

Gambar 2.10 Warna CMYK (Sutoyo. T. 2009)

2.7.3 Mode Warna HSI (Hue, Saturation, Intensity)

  Model warna HSI (Hue, Saturation, Intensity) merupakan model warna yang paling sesuai dengan manusia. Pada model ini warna dibagi menjadi 3 yaitu corak (hue) kejenuhan (saturasi) dan kecerahan (Intensitas). Corak (hue) dapat diaplikasikan untuk membedakan objek dengan latar belakang. Kecerahan (intensitas) merupakan nilai abu-abu dari piksel, yaitu rata-rata dari RGB.

Gambar 2.11 Warna Hue (Prasetyo, E. 2012)

2.8 Kedalaman Bit

  Kedalaman bit menyatakan jumlah bit yang diprelukan untuk mrepresentasikan tiap piksel citra pada sebuah frame. Kedalaman bit biasanya dinyatakan dalam satuan

  

bit/ piksel. Semakin banyak jumlah bit yang digunakan untuk merepresentasikan

sebuah citra, maka semakin baik kualitas citra tersebut.

Tabel 2.2 Hubungan Antara Kedalaman Warna Dan Resolusi Warna

  Kedalaman Warna Resolusi Warna 1 bit 2 warna 2 bit 4 warna 4 bit 16 warna 8 bit 256 warna 16 bit 65.536 warna

  24 bit 16.777.216 warna 32 bit 4.294.967.296 warna

Dokumen yang terkait

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebakaran Hutan - Pemetaan Daerah Rawan Kebakaran Hutan Di Propinsi Sumatera Utara Berdasarkan Data Satelit TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission)

0 1 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Persepsi Pengguna Jalan Terhadap Jalur Pejalan Kaki Di Jalan Gatot Subroto Medan

0 0 35

BAB I PENDAHULUAN - Persepsi Pengguna Jalan Terhadap Jalur Pejalan Kaki Di Jalan Gatot Subroto Medan

0 0 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perjanjian Terapeutik 2.1.1. Pengertian Perjanjian Terapeutik - Analisis Penerapan Informed Consent Di Bagian SMF Bedah dan SMF Kandungan RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam

0 1 31

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Penerapan Informed Consent Di Bagian SMF Bedah dan SMF Kandungan RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam

0 0 18

2.1 Maloklusi Klas II - Perubahan Nilai Indeks Probabilitas Gramling pada Pasien Maloklusi Klas II yang Dirawat dengan Pencabutan dan Tanpa Pencabutan Di RSGMP FKG USU

0 0 21

BAB II LANDASAN TEORITIS A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir - Hubungan antara Kemandirian dengan Kematangan Karir Pada Siswa Kelas XII SMA Negeri I Lubuk Pakam

0 1 16

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Hubungan antara Kemandirian dengan Kematangan Karir Pada Siswa Kelas XII SMA Negeri I Lubuk Pakam

0 1 9

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Morfologi tumbuhan

0 1 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sindrom Down 2.1.1 Definisi dan Karakteristik Sindrom Down - Gambaran Maloklusi dan Kebiasaan Buruk Pada Anak Sindroma Down Usia 6-18 Tahun di SLB-C Kota Medan

0 1 15