BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH - Program Acara Mata Lelaki dan Persepsi Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penayangan Program Acara Mata Lelaki di Stasiun Televisi Trans7 Terhadap Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Komunikasi, merupakan salah satu elemen penting yang sangat dibutuhkan

  oleh seluruh makhluk hidup, terutama manusia. Tanpa adanya komunikasi, individu- individu tidak dapat berinteraksi satu sama lain, dan terisolasi dalam dirinya saja.

  Komunikasi memungkinkan adanya pertukaran informasi, perasaan, dan keinginan yang pada akhirnya akan turut menentukan perkembangan seseorang dan dunia di sekitarnya.

  Komunikasi berkembang seiring dengan peradaban manusia, dan turut mendorong perkembangan dunia sampai pada saat ini. Salah satu bentuk komunikasi yang sangat berpengaruh dalam proses perkembangan dunia adalah komunikasi massa. Komunikasi massa mulai berkembang pada awal abad ke-20 dimana masyarakat Barat melakukan percobaan untuk mengembangkan teknik komunikasi yang paling luas, diikuti dengan pengembangan radio rumah tangga pada tahun 1920- an dan televisi rumah tangga pada tahun 1940-an (Nurudin, 2004: 57). Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi lainnya, dimana saluran yang digunakan adalah media massa yang memiliki daya jangkau lebih luas dibanding saluran komunikasi lainnya. Saluran media ini terbagi atas media cetak dan juga media elektronik. Media cetak merupakan jenis media konvensional yang pada saat ini mulai kurang diminati oleh masyarakat, dan memiliki daya jangkau yang relatif kecil pada suatu daerah tertentu. Media elektronik memiliki daya jangkau yang jauh lebih luas, dan didukung teknologi dapat menyampaikan informasi lebih cepat dengan penyajian yang menarik dan bervariasi. Hal ini menyebabkan media elektronik khususnya televisi lebih diminati pada masa sekarang ini.

  Di Indonesia sendiri perkembangan media televisi sudah dimulai sejak tahun 1962 dengan dibangunnya Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang berfungsi meliput kegiatan Asian Games ke-4 pada saat itu, dan mulai mengudara pada 19 Agustus 1962. TVRI kemudian menjadi stasiun televisi tunggal sampai pada tahun 1989 dimana pemerintah mengizinkan stasiun televisi swasta untuk mengudara.

  Stasiun televisi swasta pertama Indonesia yaitu RCTI mulai mengudara pada tahun 1989 disusul SCTV pada tahun yang sama dan TPI dua tahun kemudian. Seiring dengan semakin populernya televisi di tanah air, sekarang masyarakat Indonesia telah dapat menikmati beragam siaran televisi baik dari stasiun televisi nasional seperti Indosiar, MNC TV, Trans TV (Televisi Transformasi Indonesia), Global TV, ANTV (Cakrawala Andalas Televisi), RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia), SCTV (Surya Citra Televisi), Metro TV, TV One, Trans7, TVRI, dan berbagai televisi lokal seperti SunTV, Deli TV, Kompas TV, B Channel, SpaceToon, DAAI TV, dan masih banyak lagi.

  Sama seperti jenis media massa lainnya, televisi juga memiliki fungsi-fungsi sebagaimana dinyatakan oleh Effendy, yaitu memberi informasi ataupun penerangan, mendidik, dan menghibur (Effendy, 2007: 27). Dalam prakteknya, fungsi hiburan lebih dipentingkan oleh para penyedia tayangan dan masyarakat, hal ini tidak terlepas dari pola pikir masyarakat yang masih menganggap televisi sebagai sumber hiburan dan bukan sumber informasi. Sedangkan secara teoritis, fungsi televisi yang paling penting adalah memberikan informasi kepada masyarakat luas mengenai suatu peristiwa atau fenomena dalam bentuk berita sehingga terbentuk suatu kewaspadaan didalam diri masyarakat. Untuk mengatasi hal ini, stasiun-stasiun televisi lantas membentuk tayangan yang menghadirkan informasi dengan cara yang juga menghibur, seperti jenis acara-acara feature, magazine, dan spot. Di antara ketiga jenis tayangan ini, tayangan magazine lebih unik karena tampilannya yang tidak membosankan dengan format seperti video magazine.

  Tayangan atau program magazine adalah tayangan yang didalamnya terdapat rubrik-rubrik tetap berisi bahasan-bahasan. Sekilas tayangan magazine mirip dengan jenis tayangan feature, hanya saja pada tayangan feature satu pokok permasalahan dibahas dari berbagai aspek, sedangkan pada tayangan magazine yang dibahas bukan hanya satu topik permasalahan, melainkan satu bidang kehidupan. Tayangan

  

magazine biasanya berdurasi antara 30 menit sampai 50 menit, dan setiap rubrik

  didalamnya dapat disajikan dengan format yang berbeda-beda seperti wawancara, uraian, pergelaran, dan sebagainya. Hampir sama dengan feature, sajian program

  

magazine diantarkan oleh satu atau dua presenter yang sekaligus menjadi penghubung

  antara rubrik yang satu dengan rubrik yang lain. Tayangan magazine bukanlah tayangan berita, oleh karena itu gaya sajian, penampilan dan kostum presenter juga perlu disesuaikan dengan spesifikasi tayangan itu (Wibowo, 1997: 133)

  Di Indonesia terdapat beberapa tayangan yang mengusung format magazine, seperti Socialites di TV One, Black In News di ANTV, dan sebagainya. Salah satu stasiun televisi yang paling banyak memiliki tayangan dengan format magazine adalah Trans7. Trans7 berdiri pada 22 Maret 2000 dengan nama PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh (TV7) dan berganti nama menjadi Trans7 pada tanggal 15 Desember 2006 setelah menjadi naungan PT. Trans Corporation. Trans7 berkomitmen untuk menyajikan yang terbaik bagi pemirsanya, dengan menyajikan program informasi yang dikemas secara apik dan dinamis, update dan informatif. Komitmen ini yang kemudian mendorong Trans7 untuk membuat suatu format magazine yang sedikit berbeda dengan format acara sejenis lainnya yang lebih berfokus pada pengetahuan dan wawasan. Komitmen ini kemudian dituangkan kedalam bentuk tayangan magazine bertemakan gaya hidup dengan target audiens dewasa dan materi pembahasan yang lebih sensual serta menggelitik rasa ingin tahu, yang diberi nama “Mata Lelaki”.

  Mata Lelaki adalah sebuah program dewasa yang merupakan sebuah bentuk

  

magazine hasil kerjasama Trans7 dengan komunitas IMAJI BUMI FILMS. Tayangan

  ini menampilkan sebuah persepsi sebagian laki-laki mengenai segala hal yang menjadi trend, segala hal yang ada disekitar laki-laki, dan segala hal tentang wanita.

  Sebuah persepsi mengenai keseksian seorang wanita, dan segala hal yang mengelilinginya. Persepsi ini akan diambil dari data riset, yang telah dilakukan oleh berbagai lembaga, dan mudah diakses oleh banyak orang. Mata Lelaki tayang sejak 30 Juni 2010, mengambil durasi sekitar 30 menit dalam sekali penayangan episode dan tayang setiap hari Selasa pukul 00.15 WIB. Sesuai dengan tema gaya hidup dewasa yang diusung, Mata Lelaki dipandu oleh seorang host bernama Putri Anggraini yang selalu membawakan acara ini dengan balutan pakaian sensual. Selain itu Mata Lelaki selalu menghadirkan topik-topik seputar pria dewasa seperti kehidupan malam dan kehidupan seks yang dikupas secara gamblang dan sensual. Disamping topik-topik dalam kategori dewasa, terkadang Mata Lelaki mengangkat topik yang ringan misalnya komunitas-komunitas unik, hobi, game, budaya pop, musik, dan sebagainya namun topik-topik ini selalu dihadirkan dengan sudut pandang yang tidak biasa, yaitu sudut pandang pria dewasa. Mata Lelaki seolah- olah ingin menunjukkan ragam karakter dan kegiatan pria yang terkadang kurang dipahami dan disadari oleh masyarakat.

  Setiap topik yang diangkat dalam Mata Lelaki selalu dimulai dengan gambaran topik secara umum dan garis besar, lalu seiring berjalannya tayangan akan semakin khusus membahas topik secara mendalam dari sudut pandang pria dewasa. Pembahasan topik juga disertai pendapat orang-orang yang berkompeten di bidang yang berhubungan dengan topik yang sedang diangkat, dan penyampaian informasi selalu ditampilkan dalam bentuk narasi, baik oleh narator maupun host. Mata Lelaki juga mempertahankan netralitas dalam mengangkat sebuah topik, dan menyerahkan penilaian terhadap topik yang diangkat kepada pemirsa. Hal ini tentunya akan memicu persepsi yang beragam dari kalangan masyarakat yang menonton Mata Lelaki, termasuk dari kalangan mahasiswa pria yang sudah termasuk ke dalam target audience acara ini.

  Dalam penelitian ini, sampel diambil dari kalangan mahasiswa pria Fakutas Ekonomi program studi sarjana (S1) Universitas Sumatera Utara stambuk 2008.

  Adapun pilihan ini diambil karena melihat adanya kedekatan gaya hidup antara mahasiswa Fakultas Ekonomi USU dengan apa yang ditampilkan di acara Mata Lelaki. Stambuk 2008 dipilih karena dianggap sudah lebih dewasa dalam hal berpikir.

  Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh program acara Mata Lelaki di stasiun televisi Trans7 terhadap persepsi mahasiswa pria program sarjana (S1) di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara stambuk 2008.

I.2. PERUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut: “Sejauhmana pengaruh program acara Mata Lelaki terhadap persepsi mahasiswa pria di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara di Medan”

I.3. PEMBATASAN MASALAH

  Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas dan terarah sehingga tidak mengaburkan penelitian. Agar permasalahan tidak melebar, maka perlu pembatasan yang akan berkaitan dengan teori rumusan masalah yang akan menempatkan variabel yang akan diteliti. Dengan adanya pembatasan masalah, subjek penelitian akan semakin kecil ruang lingkupnya dan sangat membantu peneliti untuk mengalirkan instrumen penelitian.

  Adapun pembatasan masalah dari penelitian ini adalah: 1.

  Fokus penelitian yakni tayangan Mata Lelaki yang memiliki karakteristik pada pembawa acara, narasumber, materi acara, perangkat acara, dan waktu tayang.

  2. Persepsi dalam penelitian ini dilihat melalui komponen-komponen seleksi, sensasi, atensi, interpretasi, dan reaksi.

  3. Penelitian ini terbatas pada mahasiswa pria program sarjana (S1) di Fakultas Ekonomi USU Medan stambuk 2008 yang pernah menonton Tayangan Mata Lelaki di Trans7 minimal 2 (dua) kali.

  4. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2012.

  I.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

  I.4.1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

  1. Untuk mengetahui ketertarikan mahasiswa pria program sarjana (S1) Fakultas Ekonomi USU Medan terhadap program Mata Lelaki di Trans7.

  2. Untuk mengetahui intensitas menonton program acara Mata Lelaki di kalangan mahasiswa pria.

  3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh penayangan program acara Mata Lelaki di Trans7 terhadap persepsi mahasiswa pria program sarjana (S1) Fakultas Ekonomi USU di Medan.

I.4.2. Manfaat Penelitian

  Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah: 1.

  Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di FISIP USU, khususnya di Departemen Ilmu Komunikasi.

  2. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menguji pengalaman teoritis peneliti selama mengikuti studi di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

3. Secara praktis, data yang diperoleh dari penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

I.5. KERANGKA TEORI

  Setiap penelitian memerlukan kejelasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah-masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang membuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995: 39-40).

  Menurut Kerlinger, teori adalah himpunan konstruks (konsep), definisi dan proporsi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala yang menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 1991: 6)

  Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah komunikasi, komunikasi massa, media massa televisi, persepsi, serta teori penggunaan dan pemenuhan kepuasan (uses and gratification theory).

I.5.1. Komunikasi

  Istilah komunikasi (communication) berasal dari bahasa Latin

  

communicatio yang berdasar dari communis yang berarti sama. Dalam bidang

  komunikasi, sama ini berarti ‘memiliki kesamaan makna’. Komunikasi adalah tindakan menyampaikan informasi, ide-ide, dan sikap dari satu orang ke orang yang lain (Warren, Philip & Edwin, 1988: 34).

  Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Ia juga mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (Effendy, 1993: 10).

  Charles H. Cooley dalam bukunya The Significance of Communication berpendapat bahwa dengan komunikasi adalah dimaksud, mekanisme melalui mana hubungan manusia terjadi dan berkembang segala lambang dari pemikiran dengan alat-alat penyampaian dan sara menjaganya melalui ruang dan waktu. Ia meliputi ekspresi muka, sikap dan gesture, nada suara, kata-kata, tulisan, lukisan, kereta api, telegrap, telepon, dan segala apa yang dapat disebut sebagai hasil usaha menaklukkan ruang dan waktu (Lubis, 2007: 9).

  Berger dan Chaffee (1987) mengemukakan ilmu komunikasi adalah ilmu pengetahuan tentang produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang (Senjaya, 2007: 1.10).

  Raymond S. Ross (1974) mendefinisikan komunikasi sebagai proses transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respons yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber (Rakhmat, 2007: 2).

  Harold Lasswell dalam bukunya The Structure and Function of

  

Communication in Society mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan

  komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which

  

Channel To Whom With What Effect? atau ‘Siapa mengatakan Apa dengan Saluran

apa kepada Siapa dengan Efek apa?’ (Effendy, 1993: 10).

I.5.2. Komunikasi Massa

  Komunikasi memiliki banyak jenis dan ragam, tergantung dari media, isi pesan, kondisi komunikator dan komunikan, dan sebagainya. Komunikasi massa merupakan salah satu jenis kegiatan komunikasi yang memungkinkan pesan atau informasi untuk dapat diterima secara serentak dalam suatu waktu dan tempat, dengan menggunakan media penghubung tertentu. Massa dalam komunikasi massa merujuk pada sifat khalayak, audience, penonton, pemirsa atau pembaca.

  Komunikasi massa adalah proses menyampaikan informasi, ide-ide, dan sikap kepada audiens yang luas dan beragam melalui penggunaan media yang dikembangkan untuk tujuan tersebut (Warren, Philip & Edwin, 1988: 35).

  Komunikasi massa merupakan suatu proses yang sangat kompleks yang di dalamnya meliputi hubungan antara publik dan sarana saluran. Beberapa aspek di dalam komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi yang secara keseluruhan masuk kepada kelompok organisasi massa (Lubis, 2007: 33).

  Menurut Gerbner (1967) komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Elvinaro, 2004: 4).

  Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) mendefinisikan pengertian komunikasi massa sebagai sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim dan heterogen (Nurudin, 2004: 11).

  Severin & Tankard dalam bukunya Communication Theories, Origins,

  Methods, Uses menyatakan komunikasi massa adalah sebagian keterampilan,

  sebagian seni dan sebagian ilmu, keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis untuk iklan majalah atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk memperbuat berbagai hal menjadi lebih baik (Darwanto, 2007: 30).

  Selain definisi-definisi diatas, terdapat sebuah definisi yang dikemukakan oleh Wright yang diyakini dapat menggambarkan komunikasi massa secara lengkap, yaitu: komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang memiliki karakteristik-karakteristik seperti sifatnya yang diarahkan pada audiens yang relatif besar dan heterogen; pesan disampaikan secara umum, seringnya pesan ini mencapai audiens dalam waktu yang bersamaan; dan komunikator biasanya merupakan atau berhubungan dengan organisasi kompleks (Elvinaro, 2004: 5).

I.5.3. Media Massa Televisi

  Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audiovisual baru merupakan medium yang paling kuat pengaruhnya dalam membentuk sikap dan kepribadian baru masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke daerah terpencil (Wibowo, 1997: 1).

  Dari antara semua jenis media massa, televisi merupakan bentuk media yang paling populer di antara masyarakat sekaligus menjadi media yang paling banyak digunakan. Penonton televisi terdiri dari kelompok-kelompok yang beragam dengan berbagai latar belakang, memiliki minat, kebutuhan dan kebiasaan yang berbeda. Oleh karena itu, stasiun televisi harus cermat dalam menyajikan tayangan yang sesuai dengan kebutuhan penontonnya.

  Siaran pertama televisi dilangsungkan oleh stasiun televisi NBC pada tahun 1939 yang menampilkan Presiden Amerika Serikat saat itu, Franklin D. Roosevelt dalam acara World’s Fair di New York. Di Indonesia sendiri, siaran televisi pertama sekali digunakan untuk meliput acara Sea Games ke-4 yang berlangsung tahun 1962.

  Terdapat unsur-unsur dominan yang menjadi ciri khas televisi (Baksin, 2006: 63-68), yaitu: 1.

  Penampilan penyaji berita atau host.

  

Host secara umum diartikan sebagai orang yang memegang sebuah acara

tertentu. Keberadaan host biasanya identik dengan acara yang dibawakannya.

  Dengan demikian, selain jenis acara, figur host yang bersangkutan juga memegang peranan penting. Kehadiran seorang host yang berkarakter akan menjadi daya tarik sebuah acara. Menurut RM Hartoko, ada beberapa prasyarat untuk menjadi presenter televisi yang baik, yaitu: a.

  Penampilan yang baik dan perlu didukung pula oleh watak dan pengalaman.

  b.

  Kecerdasan pikiran yang meliputi pengetahuan umum, penguasaan bahasa, daya penyesuaian, dan daya ingatan yang kuat. c.

  Keramahan yang tidak berlebihan sampai over friendly yang dapat menjengkelkan dan menjadi tidak wajar. Penampilan penyiar di layar televisi harus tetap disertai dengan sopan-santun perjumpaan supaya tidak menyinggung perasaan rata-rata pemirsa.

  d.

  Jenis suara yang tepat dengan warna suara yang enak, menyenangkan untuk didengar dan memiliki wibawa yang cukup mantap, yaitu suara yang menimbulkan kepercayaan, meyakinkan bagi yang mendengarnya, sehingga membuat pemirsa memperhatikan apa yang dikatakan.

  2. Narasumber Narasumber merupakan orang yang menjadi sumber informasi atau yang mengetahui informasi tertentu. R. Fadli (2002) menyebutkan bahwa seorang narasumber yang baik harus memiliki hal-hal berikut: a. Memiliki kapabilitas, yaitu kemampuan yang meliputi bidang akademis maupun pengalaman.

  b.

  Memiliki kredibilitas, meliputi kualitas, kapabilitas, atau kekuatan sehingga menimbulkan kepercayaan.

  c.

  Memiliki akseptabilitas, meliputi latar belakang pribadi maupun profesi seorang narasumber yang sesuai dengan topik pembahasan.

  3. Materi Acara Faktor lain yang diperhatikan dalam tayangan televisi terletak pada materi acara atau permasalahan (Wibowo, 1997: 48). Dalam hal ini ada dua kategori untuk mengetahui sampai seberapa jauh permasalahan itu menarik, yaitu: a. Permasalahan apa yang dibahas, yaitu hal yang menjadi topik pembahasan diskusi tersebut merupakan permasalahan yang penting bagi masyarakat.

  b.

  Masalah itu merupakan masalah yang aktual atau yang sedang hangat dibicarakan masyarakat.

  4. Perangkat Acara Ilustrasi visual didalam tayangan dapat berupa sajian musik di awal acara sebagai pembukaan, membacakan cerita menarik, menyajikan ilustrasi, gambar yang berganti-ganti, atau menyajikan situasi komedi yang diperankan oleh perangkat acara (Wibowo, 1997: 37). Perangkat acara merupakan orang-orang yang memiliki peran dalam tayangan tersebut dan bertugas untuk menyampaikan ilustrasi visual terhadap khalayak. Agar ilustrasi tersebut dapat disampaikan dengan baik, perangkat acara perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu: a.

  Keselarasan antara perangkat acara dan kerjasama tim b.

  Komunikasi antara perangkat acara yang terlihat dalam penggunaan humor ataupun visualisasi.

  5. Waktu tayang Faktor lain yang harus diperhatikan adalah pemilihan waktu tayang. Pemilihan waktu tayang diperlukan agar segmentasi khalayak yang diharapkan dapat tercapai. Dalam pemilihan waktu tayangan juga perlu memperhatikan: a. Frekuensi penayangan yang diperlukan untuk memudahkan penonton untuk mengingat acara tersebut.

  b.

  Durasi tayangan, yaitu lamanya tayangan itu berlangsung. Hal ini perlu diperhatikan untuk menghindari penonton dari kebosanan.

I.5.4. Persepsi

  Secara etimologis, persepsi atau dalam Bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin perceptio; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil. Persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah pengindraan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya. Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi (Sarwono, 2002: 94).

  Persepsi juga merupakan sekumpulan tindakan mental yang mengatur impuls-impuls sensorik menjadi suatu pola bermakna (Wade & Carol, 2007: 193).

  Desiderato (1976) menyebutkan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi. Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi dan memori (Rakhmat, 2007: 51).

  Menurut Leavitt (Sobur, 2003: 445) persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah padangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Sedangkan De Vito (Sobur, 2003: 445) mengemukakan persepsi sebagai proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita. Gulo (Sobur, 2003: 445) juga mendefinisikan persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra-indra yang dimilikinya.

  Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh setiap orang melalui informasi ataupun rangsangan yang datang dari lingkungan sekitarnya. Segala rangsangan ini diterima oleh panca-panca indra untuk kemudian diproses.

  Dalam Sobur (2003: 446), dijelaskan bahwa dalam persepsi terdapat tiga komponen utama yaitu:

  1. Seleksi, merupakan proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

  2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.

  3. Reaksi, merupakan persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

  Sedangkan menurut Deddy Mulyana (2005: 168-170), persepsi meliputi: 1. Penginderaan (sensasi) melalui alat-alat indera (indera peraba, indera penglihat, indera pencium, indera pengecap, dan indera pendengar). Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak melalui penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman dan pengecapan. Reseptor inderawi adalah penghubung antara otak manusia dan lingkungan sekitar.

  2. Atensi. Atensi tidak terelakkan karena sebelum kita merespon atau menafsirkan kejadian atau rangsangan apapun, kita harus terlebih dahulu mempehatikan kejadian atau rangsangan tertentu.

  3. Interpretasi, merupakan tahap yang paling penting dalam persepsi. Kita tidak dapat menginterpretasikan makna setiap objek secara langsung, melainkan menginterpretasikan makna informasi yang anda percayai mewakili objek tersebut.

I.5.5. Teori Uses and Gratification

  Teori penggunaan dan pemenuhan kebutuhan (Uses and Gratification

  

Theory ) merupakan salah satu teori yang terdapat dalam bidang komunikasi,

  khususnya komunikasi massa. Dalam teori ini yang menjadi titik berat adalah pemirsa, dimana pemirsa dilihat sebagai individu yang bebas dan bertanggung jawab dalam memilih media yang akan mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka, dan mereka mengetahui dengan spesifik kebutuhannya dan cara apa yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

  Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974) dalam bukunya The Uses of Mass Communications: Current

  

Perspectives on Gratification Research , dimana dalam buku tersebut mereka

  menyatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya (Nurudin, 2004: 181).

  Teori ini merupakan kebalikan dari teori peluru yang menyatakan media sangat aktif dan sangat powerfull sementara khalayak berada di pihak yang pasif dan hanya dapat menerima apa yang disampaikan oleh media. Sedangkan dalam teori uses and gratification dilakukan sebuah pendekatan yang lebih manusiawi dimana khalayak itu bersifat aktif dan dapat dengan bebas memilih media mana yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhannya.

I.6. KERANGKA KONSEP

  Konsep sebenarnya adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama (Bungin, 2001: 73).

  Konsep menggambarkan suatu fenomena secara abstrak yang dibentuk dengan jalan membuat generalisasi terhadap sesuatu yang khas (Nazir, 1988: 148).

  Sedangkan Kerlinger (1986) menyebut konsep sebagai abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus. Jadi, konsep merupakan sejumlah ciri atau standar umum suatu objek (Rachmat, 2008: 17).

  Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan diatas ada beberapa konsep yang harus dioperasionalkan menjadi:

1. Variabel Bebas (X) atau Independence Variable

  Variabel bebas adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor di dalamnya yang adanya menentukan atau mempengaruhi adanya variabel yang lain (Nawawi, 1995: 41). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penayangan program acara Mata Lelaki di Trans7, yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1.

  Pembawa Acara a.

  Penampilan b.

  Kecerdasan c. Keramahan d.

  Jenis suara 2. Narasumber a.

  Kapabilitas b.

  Kredibilitas c.

  Akseptabilitas 3. Materi Acara a.

  Topik Pembahasan b.

  Aktualisasi Topik 4. Perangkat Acara a.

  Kerjasama tim b.

  Komunikasi antara perangkat acara 5. Waktu Penayangan a.

  Frekuensi Penayangan b.

  Durasi Penayangan 2.

   Variabel Terikat (Y) atau Dependence Variable

  Variabel terikat adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor di dalamnya yang adanya ditentukan atau dipengaruhi oleh adanya variabel yang lain (Nawawi, 1995: 42). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa pria, dan indikatornya adalah sebagai berikut: a.

  Sensasi b.

  Seleksi c. Atensi d.

  Interpretasi e. Reaksi 3.

   Variabel Antara (Z) atau Intervining Variable

  Variabel antara adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor di dalamnya yang tidak perlu dikontrol, karena diperhitungkan pengaruhnya pada variabel bebas (Nawawi, 1995: 44). Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden, dan indikatornya adalah sebagai berikut: a.

  Departemen b.

  Frekuensi Menonton Tayangan

  I.7. MODEL TEORITIS

  Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep kemudian dapat dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut: Gambar 1.1

  Model Teoritis

  I.8. OPERASIONAL VARIABEL

  Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka untuk mempermudah penelitian perlu dibuat operasional variabel-variabel sebagai berikut:

Tabel 1.1. Operasional Variabel

  

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas (X)

  Tayangan Mata Lelaki 1.

  Pembawa Acara a.

  Penampilan b. Kecerdasan c. Keramahan d. Jenis Suara 2. Narasumber a.

  Kapabilitas

  Variabel Terikat (Y) Persepsi Mahasiswa Pria Variabel Bebas (X) Tayangan Mata Lelaki di Trans7 b.

  Kredibilitas c. Akseptabilitas 3. Materi Acara a.

  Topik Pembahasan b. Aktualisasi Topik 4. Perangkat Acara a.

  Penampilan, yaitu visualisasi menarik yang ditunjukkan oleh pembawa acara program Mata Lelaki di Trans7 sesuai dengan tema tayangan.

  a.

  berjenis magazine yang disampaikan kepada masyarakat luas melalui media televisi, dan memiliki karakteristik sebagai berikut:

  Defenisi operasional merupakan suatu penjabaran yang lebih lanjut mengenai konsep-konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Untuk memudahkan peneliti dalam meletakkan konsep-konsep dalam dataran operasional maka dibuat beberapa defenisi operasional sebagai berikut:

  Departemen 2. Frekuensi Menonton Tayangan

  Karakteristik Responden 1.

  Sensasi 2. Seleksi 3. Atensi 4. Interpretasi 5. Reaksi

  Persepsi mahasiswa pria 1.

  Variabel Terikat (Y)

  Frekuensi Penayangan b. Durasi Penayangan

  Perangkat Acara 5. Waktu Penayangan a.

  Kerjasama Tim b. Komunikasi Antara

I.9. DEFINISI OPERASIONAL

1. Variabel Bebas (X) yaitu tayangan Mata Lelaki, sebuah tayangan

1. Pembawa Acara, yaitu seseorang yang bertugas membawakan acara Mata Lelaki di Trans7.

  b.

  Kecerdasan, yaitu kemampuan pembawa acara menguasai berbagai materi dalam program acara Mata Lelaki di Trans7.

  c.

  Keramahan, yaitu cara pembawa acara program Mata Lelaki di Trans7 menyapa pemirsa.

  d.

  Jenis suara, yaitu intonasi, artikulasi suara dan gaya bicara khas yang dimiliki oleh pembawa acara program Mata Lelaki di Trans7.

  2. Narasumber, merupakan orang atau sekumpulan orang yang menjadi sumber informasi dalam program acara Mata Lelaki di Trans7.

  a.

  Kapabilitas, yaitu kemampuan narasumber program acara Mata Lelaki di Trans7 secara akademis maupun pengalaman.

  b.

  Kredibilitas, yaitu kualitas, kapabilitas narasumber program acara Mata Lelaki di Trans7 sesuai dengan bidang / profesinya sehingga dapat menimbulkan kepercayaan penonton.

  c.

  Akseptabilitas, yaitu kecocokan narasumber yang hadir pada program acara Mata Lelaki di Trans7 dengan topik yang dibahas.

  3. Materi acara, yaitu uraian acara yang disuguhkan dalam penayangan program acara Mata Lelaki di Trans7.

  a.

  Topik pembahasan, yaitu topik yang menarik bagi sasaran penonton mengenai kehidupan dan komunitas yang berhubungan dengan pria dewasa.

  b.

  Aktualisasi topik, yaitu topik yang dibahas dalam program acara Mata Lelaki di Trans7 merupakan masalah yang aktual.

  4. Perangkat acara, yaitu seluruh pelaku yang terlibat dalam penayangan program acara Mata Lelaki di Trans7.

  a.

  Kerjasama tim, yaitu keselarasan komunikasi antara pelaku yang terlibat dalam penayangan program acara Mata Lelaki di Trans7.

  b.

  Komunikasi antara perangkat acara, yaitu kekompakan antara pelaku dalam penyampaian informasi dalam penayangan program acara Mata Lelaki di Trans7.

  5. Waktu tayang, yaitu waktu penayangan program acara Mata Lelaki di Trans7.

  a.

  Frekuensi tayangan, yaitu frekuensi penayangan program acara Mata Lelaki di Trans7 dalam satu minggu.

  b.

  Durasi tayangan, yaitu durasi penayangan program acara Mata Lelaki di Trans7 dalam sekali tayang.

2. Variabel Terikat (Y), yaitu persepsi mahasiswa pria setelah menonton

  tayangan Mata Lelaki. Yang ingin diteliti adalah apakah terdapat perubahan persepsi dalam diri mahasiswa pria terhadap topik-topik yang ditayangkan setelah menonton Mata Lelaki. Persepsi dalam hal ini meliputi: a.

  Sensasi, yaitu adanya rasa tertarik dalam diri responden untuk menonton tayangan Mata Lelaki, baik yang datang dari iklan televisi, diberitahu teman, dan sebagainya.

  b.

  Seleksi, yaitu memilih suatu hal dibanding hal-hal sejenis atas dasar alasan-alasan tertentu. Dalam penelitian ini, responden memilih untuk menjadikan tayangan Mata Lelaki sebagai prioritas dan mengabaikan program televisi lain yang tayang pada jam yang sama.

  c.

  Atensi, merupakan proses secara sadar maupun tidak sadar dimana responden mendapatkan informasi-informasi penting yang menjadi kunci (key information) dari topik yang sedang dibahas dalam tayangan Mata Lelaki. Hal ini dicapai responden dengan memberikan perhatian yang fokus terhadap berbagai informasi yang ditampilkan dalam Mata Lelaki.

  d.

  Interpretasi, merupakan proses mengorganisasikan informasi yang ada sehingga memiliki arti bagi seseorang. Dalam penelitian ini, interpretasi merupakan pemahaman responden terhadap topik- topik yang disajikan dalam tayangan Mata Lelaki.

  e.

  Reaksi, adalah sesuatu yang ditimbulkan sebagai jawaban dari rangsangan yang diterima. Dalam penelitian ini, reaksi yang diperkirakan adalah perubahan persepsi responden terhadap hal- hal yang berhubungan dengan kehidupan pria dewasa setelah menonton tayangan Mata Lelaki.

3. Variabel Antara (Z), yaitu karakteristik responden yang meliputi: a.

  Departemen atau jurusan tempat responden mengikuti kegiatan perkuliahan.

  b.

  Frekuensi menonton tayangan, yaitu seberapa sering responden menonton acara Mata Lelaki di Trans7.

I.10. HIPOTESIS

  Hipotesa adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi (Nazir, 1988: 182). Hipotesa yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  Ho: Tidak terdapat hubungan antara pengaruh tayangan program televisi Mata Lelaki terhadap persepsi mahasiswa pria program sarjana (S1) di Fakultas Ekonomi USU.

  Ha: Terdapat hubungan antara pengaruh tayangan program televisi Mata Lelaki terhadap persepsi mahasiswa pria program sarjana (S1) di Fakultas Ekonomi USU.

I.11. SISTEMATIKA PENULISAN

  BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah I.2 Perumusan Masalah I.3 Pembatasan Masalah I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.5 Kerangka Teori I.6 Kerangka Konsep I.7 Model Teoritis I.8 Operasional Variabel I.9 Definisi Operasional I.10 Hipotesis BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi II.2 Komunikasi Massa II.3 Media Massa Televisi II.4 Persepsi II.5 Teori Uses and Gratification BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metode Penelitian III.2 Lokasi Penelitian III.3 Populasi dan Sampel III.4 Teknik Penarikan Sampel

  III.5 Teknik Pengumpulan Data

  III.6 Teknik Analisis Data

  III.7 Proses Pengolahan Data

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis Tabel Tunggal IV.2 Analisis Tabel Silang IV.3 Uji Hipotesis IV.4 Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan V.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Dokumen yang terkait

Pembawa Acara Dan Minat Menonton (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Pembawa Acara Radio Show Tv One Terhadap Minat Menonton Mahasiswa FISIP USU)

5 82 84

Persepsi Milanisti Medan Terhadap Program Soccer Fever Trans Tv (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Acara Soccer Fever Trans TV Terhadap Persepsi Milanisti Medan )

0 32 71

Program Acara Mata Lelaki dan Persepsi Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penayangan Program Acara Mata Lelaki di Stasiun Televisi Trans7 Terhadap Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara di Medan)

0 43 123

Pengaruh Tayangan Televisi terhadap Sikap (Studi Korelasional Pengaruh Acara Dahsyat di Stasiun Televisi RCTI Terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU)

2 46 133

Pengaruh Radio Terhadap Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Program Acara Akustar di Radio Star FM Terhadap Sikap Bermusik Mahasiswa Fakultas Sastra USU)

2 74 125

Program Acara Televisi dan Persepsi Anak (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan Terhadap Program Acara Junior MasterChef)

4 91 109

Opini Mahasiswa Mengenai Program Acara Mata Lelaki (Studi di Asrama Mahasiswa Marundung Putra di Kota Malang )

1 5 52

BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah - Gambaran Persepsi Mahasiswa USU Terhadap Pola-Pola E-Learning

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Sumatera Utara Terhadap Adanya Akuntansi Forensik

0 0 8

BAB II URAIAN TEORITIS II.1. KOMUNIKASI - Program Acara Mata Lelaki dan Persepsi Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penayangan Program Acara Mata Lelaki di Stasiun Televisi Trans7 Terhadap Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumate

0 5 34